Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang


rentang
kehidupan manusia. Terutama bagi peserta didik yang memang dicetak sebagai penggerak
bangsa masa depan. Jadi seorang peserta didik harus tertanam sikap kemandirian guna
menjadi insane yang berguna bagi masyarakat dengan kemampuan sendiri.
Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan fisik,
yang pada gilirannya dapat memicu terjadinya perubahan emosional, perubahan kognitif yang
memberikan pemikiran tentang cara berpikir yang mendasari tingkah laku, serta perubahan
nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan orang tua dan aktivitas individu. Secara spesifik,
masalah kemandirian menuntut suatu kesiapan individu, baik
kesiapan fisik maupun emosional untuk mengatur, mengurus dan melakukan aktivitas atas
tanggung jawabnya sendiri tanpa banyak menngantungkan pada orang lain. Kemandirian
muncul dan berfungsi ketika peserta didik menemukan diri pada posisi yang menuntut suatu
tingkat kepercayaan diri. Menurut Steinberg (1993), kemandirian berbeda dengan tidak
tergantung, karena tidak tergantung merupakan bagian untuk memperoleh kemandirian.
Walaupun pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang akan saling
bergantung dan membutuhkan satu sama lain. Namun, manusia juga sebagai makhluk yang
memiliki pemikiran harus bisa mengatur kehidupannya sendiri.
1B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertiaan kepribadian?
2. Bagaimana Bentuk-bentuk kepribadian?
3. Bagaimana pentingnya kepribadian serta implikasi peserta didik dengan
proses pembelajaran?
4. Apa pengertiaan kemandirian?
5. Bagaimana Bentuk-bentuk kemandirian?
6. Bagaimana pentingnya kemandirian serta implikasi peserta didik dengan
proses pembelajaran?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami pengertiaan kepribadian peserta didik.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kepribadian peserta didik.
3. Untuk memahami pentingnya kepribadian peserta didik dengan proses
pembelajaran
4. Unutk memahami kemandirian.
5. Untuk memahami bentuk-bentuk kemandirian.
6. Untuk mengetahui pentingnya kemandirian peserta didik serta implikaisnya
dengan proses pembelajaran.
2BAB II
PEMBAHASAN
A. Kepribadian Peserta Didik
1. Pengertian Kepribadian Peserta Didik
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, ekspresi, perasaan, temparmen, ciri
khas dan juga prilaku seseorang. Sikap perasaan ekspresi & tempramen tersebut
akan terwujud dalam tindakan seseorang kalau di hadapkan kepada situasi
tertentu. Setiap orang memiliki kecenderungan prilaku yang berlaku terus menerus
secara konsisten dalam menghadapai situasi yang sedang di hadapi, sehingga jadi
ciri khas pribadinya.
Kepribadian dapat juga diartikan sebagai kualitas prilaku individu yang
tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik.
Keunikan peyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian
itu sendiri
2. Bentuk-bentuk KepribadianPeserta Didik
Menurut Atkinson dkk (1993) ketika bayi lahir, ia membawa potensialitas
tertentu. Karakteristik fisik, seperti warna mata dan warna rambut, bentuk tubuh,
bentuk hidung seseorang pada dasamya ditentukan pada saat konsepsi (pertemuan
antara sel telur dan sperma). Intelegensi dan kemampuan khusus tertentu, seperti
bakat musik dan seni, dalam beberapa hal juga tergantung pada hereditas (faktor
keturunan). Salah seorang bayi mungkin mempunyai karakteristik aktif, mudah
terganggu dan mau menerima objek serta orang baru; bayi yang lain mungkin
pasif, tekun berkonsentrasi pada suatu aktivitas, dan takut padahal hal yang baru.
Karakteristik temperamen awal ini cenderung bertahan dalam diri anak yang
perkembangannya diikuti selama lebih dari 20 tahun.
3Bentuk-bentuk fisik tertentu, misalnya: gemuk, kurus, tinggi, pendek,
adalah diturunkan dari orang tua. Tetapi ada juga ciri-ciri fisik yang unik yang kita
bawa sejak lahir, termasuk di dalamnya ciri-ciri faali seperti kapasitas otak,
kelengkapan dan kepekaan indera tertentu, dan sebagainya. Orang tua mungkin
memberikan respon yang berbeda terhadap bayi yang mempunyai karakteristik
berbeda. Dalam halini, terjadi proses timbale balik yang memperkuat karakteristik
kepribadian yang ada sejak lahir. Misalnya seorang bayi yang berhenti menangis
bila ditimang dan di dekap erat akan lebih menyenangkan untuk digendong
daripada bayi yang memalingkan kepalanya dan tetap menangis. Akibatnya, bayi
pertama akan lebih sering digendong dari pada bayi kedua; predisposisi awal lebih
diperkuat oleh respon orang tua.
Predisposisi biologis yang dibawa sejak lahir akan dibentuk melalui
pengalaman yang diperoleh dalam proses perkembangan. Sebagian dari
pengalaman ini bersifa tumum, dialami oleh sebagian besar orang tua yang
dibesarkan dalam budaya atau sub budaya tertentu; pengalaman yang lain bersifat
unik bagi seseorang. Kenyataan bahwa perbedaan suasana hati dan tingkat
keaktifan dapat diamati segera setelah kelahiran menunjukkan adanya pengaruh
faktorgenetik.
Penelitian tentang pewarisan karakteristik kepribadian difokuskan pada
penelitian tentang anak kembar. Loehlin dan Nichols (dalam Atkinson, dkk,
1993), meneliti 139 anak kembar yang mempunyai jeniskelamin sama (berusia
rata-rata 55 bulan) dinilai oleh ibu mereka berdasarkan beberapa karakteristik
kepribadian tertentu. Kembar identik dinilai jauh lebih serupa dalam hal
reaktivitas emosional, tingkat aktivitas, dan kemampuan sosial, dibandingkan
kembar fraternal.
Meskipun penelitian tentang anak kembar menunjukkan bahwa beberapa
karakteristik kepribadian diwariskan, tidak terdapat bukti bahwa karakteristik ini
ditentukan oleh gen-gen tertentu. Mungkin kesamaan tubuh dan fisiologis pada
4kembar identik menyebabkan timbulnya kemiripan kepribadian.
3. Perkembangan Kepribadian Peserta Didik
Perkembangan kepribadian dapat ditinjau dari berbagai pandangan,
meliputi pandangan psikoanalis, pandangan psikologi individu, pandangan
psikologi medan, pandangan analisis faktor.
Freud menyatakan fase perkembangan kepribadian bersumber dari
tegangan pertumbuhan fisik, frustasi, konflik, atau ancaman. Peserta didikakan
terpaksa belajar dalam cara-cara baru mereduksi tegangan. Hal ini yang disebut
dengan perkembangan kepribadian.
Fase perkembangan kepribadian menurut teori psikoanalis melipiti:
1. Fase oral (0-1 tahun), sumber dinamika kenikmatan adalah melalui mulut.
2. Fase anal (1-3 tahun), sumber dinamika kenikmatan adalah anus
(pembuangan).
3. Fase phalis (3-5 tahun), sumber dinamika kenikmatan adalah alat kelamin.
4. Fase laten (6-12 tahun), pada fase ini peserta didik selalu mengalami tekanan-
tekanan.
5. Fase pubertas (13-20 tahun), pada fase ini impuls-impuls timbul akibat dari
masa pertumbuhan.
6. Fase genital (20 tahun keatas), impuls-impuls diarahkan kepada hal-hal yang
berhubungan dengan sifat kedewasaan.
Pandangan psikologi individu dengan tokohnya Gordon W. Alport
mengatakan bahwa struktur kepribadian manusia dinyatakan dalam bentuk sifat
dan tingkah laku peserta didik yang didirong sifat. Perkembangan kepribadian
terbagi dalam tahap masa kanak-kanak, masa remaja dan masa dewasa.
Perkembangan kepribadian peserta didik adalah perubahan perilaku. Makin
bertambah umur peserta didik, makin bertambah variasi kegiatan, perasaan,
kebutuhan, hubungan sosial, semakin bertambah umur peserta didik, maka
semakin bertambah variasi organisasi dan semakin kompleks perilakunya,
semakin luas area aktifitas, semakin realistis dapat membedakan mana yang nyata
5dan yang khayal, kecakapan dan berbagai kemungkinan lain.
Perkembangan kepribadian peserta didik dapat pula dilihat dari pandangan
analisis faktor, dengan tokohnya yang terkenal Raymond B. Catell. Perkembangan
sebagai proses belajar melewati serangkaian kejadian yang merupakan pola
perilaku akibat bertemunya faktor genetik dan faktor lingkungan akan
menghasilkan kepribadian yang dapat berwujud dalam perubahan, pembentukan
dan perkembangan. Peserta didik yang mulai usaha mungkin mendapatkan
kepuasan karena berhasil, namun dapat pula gagal sehingga mendatangkan
kemarahan, bila peserta didik tidak dapat mengatasinya, maka akan muncul putus
asa atau sifat menyerah, takut dan perilaku menarik diri, tetap pada agresinya yang
kurang efektif dan lari dalam fantasi. Selanjutnya peserta didik akan berpindah
sebagai bentuk penyesuaian diri yang bersifat batiniah. Hal ini bisa nampak dalam
bentuk perilaku agresi, selanjutnya membentuk fantasi yang tidak disadari.
Peranan faktor sosial sangat memengaruhi perkembangan kepribadian peserta
didik, seperti keluarga, jabatan, pekerjaan, teman, agama, partai politik dsb.
4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian Peserta Didik
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang dapat
dikelompokan dalam dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal, Sjarkawi
(2008:15).
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalamdiri orang itu
sendiri.Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan.
Faktor genetis maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan
merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari
kedua orang tuanya. Oleh karena itu, sering kita mendengar istilah “buah jatuh
tidak akan jauh dari pohonnya”. Misalnya, sifat mudah marah yang dimiliki
seseorang ayah bukan tidak mungkin akan menurun pula pada anaknya.
b. FaktorEksternal
6Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Fakto
eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan
seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga,
sampai dengan pengaruh dari berbagai media audio visual seperti TV dan VCD,
atau media cetak seperti koran, majalah, dan lain sebagainya.
5. Pentingnya Mengenal Kepribadian Peserta Didik
Mengenal peserta didik merupakan keharusan bagi seorang guru dalam
melaksanakan tugas kependidikan. Dengan mengenal anak didik dengan baik
akan membantu guru mengantarkan peserta didik dalam meraih cita-citanya..
Setelah guru, mengenal pribadi dan keluarganya, maka selanjutnya guru harus
mampu memahami karakter peserta didik. Memahami karakter anak didik
tidaklah mudah, semudah mengenal biodata peserta didik. Memahami karakter
peserta didik butuh kesungguhan dan keterlibatan hati dan pikiran guru sehingga
dia dapat memahami karakternya dengan baik dan benar.
Karakter peserta didik adalah watak, kejiwaan dan sifat-sifat khas yang
dibawa anak semenjak lahir, sebagai identitas diri yang membedakan dirinya
dengan orang lain. Masing-masing anak didik memiliki karakter yang berbeda,
bahkan peserta didik yang kembar sekalipun akan berbeda karakternya. Karakter
seseorang peserta didik akan terlihat dari cara dia bertutur kata, bersikap dan
berprilaku. Semua aktivitas yang tampak secara kasat mata merupakan
perwujudan dari watak, jiwa dan sifat anak didik.
Mengenal dan memahami karakter peserta didik, memberikan manfaat
yang banyak baik bagi peserta didik sendiri maupun bagi guru yang berperan
mendampingi mereka. Bagi peserta didik, mereka akan mendapat pelayanan
prima, perlakuan yang adil, tidak ada diskriminasi, merasakan bimbingan yang
maksimal dan menyelesaikan masalah anak didik dengan memperhatikan
karakternya.
7Bagi guru, manfaat mengenal dan memahami karakter peserta didik
adalah guru akan dapat memetakan kondisi peserta didik sesuai dengan
karakternya masing-masing.Guru dapat memberikan pelayanan prima dan
memberi tugas sesuai dengan kebutuhan dan kesanggupan peserta didiknya.
Dengan demikian guru dapat mengembangkan potensi yang dimiliki mereka
berupa minat, bakat dan kegemarannya dan berusaha menekan potensi negatif
yang mungkin muncul dari karakter anak didik yang tidak baik yang dimilikinya.
Begitu pentingnya mengenal dan memahami karakter peserta didik maka
seorang guru harus meluangkan waktunya bersama peserta didik dan
memberikan perhatian yang maksimal pada peserta didik dalam membimbing
mereka pada tercapainya tujuan pendidikan.Sesungguhnya keberadaan dan
kesunguhan guru dalam melaksanakan tugas akan memberikan energi positif
bagi peserta didiknya dalam mewujudkan harapan indah meraih cita-cita yang
luar biasa.
8B. Kemandirian Peserta Didik
1. Pengertian Kemandirian Peserta Didik
Istilah “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang mendapat
awalan “ke” dan akhiran “an”, kemudian membentuk satu kata keadaan atau kata
benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar “diri”, maka pembahasan
mengenai kemandirian tidak bisa lepas dari pembahasan tentang perkembangan
diri itu sendiri.
Menurut Chaplin (2002), otonomi atau kemandirian adalah kebebasan
individu manusia untuk memilih menjadi kesatuan yang bisa memerintah,
menguasai, dan menentukan dirinya sendiri. Sedangkan menurut Erikson (dalam
Monks,dkk,1989), menyatakan kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri
dari orangtua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari
identitas ego yaitu merupakan perkembangan kea rah individualitas yang mantap
dan berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan kemapuan menentukan
nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab,
mampu menahan diri, dan lain lain. Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi
dimana peserta didik secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan
keyakinan orang lain. Dengan otonomi tersebut, peserta didik diharapkan akan
lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Secara singkat dapat
disimpulkan bahwa kemandirian mengadung pengertian :
a. Suatu kondisi dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi
kebaikan dirinya sendiri
b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang
dihadapi
c.
d.
Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya
Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya
2. Bentuk-bentuk Kemandirian Peserta Didik
9Robert H avighurst (1972) membedakan kemandirian atas empat bentuk
kemandirian yaitu:
a. Aspek Emosi, aspek ini ditunjukan dengan adanya kemampuan
untuk dirinya mengatur emosinya sendiri.
b. Aspek Ekonomi, aspek ini ditunjukan dengan adanya kemampuan
untuk mengatur dan mengelola kebutuhan dirinya sendiri secara
ekonomis.
c. Aspek Intelektual, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
d. Aspek Sosial, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk
mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung
kepada orang lain.
Semantara itu , Steiberg (1993) membedakan karakteristik kemadirian atas
tiga bentuk, yaitu :
a. Kemandirian emosional
b. Kemandirian tingkah laku ( behavioral autonomy )
c. Kemandirian nilai (value autonomy )
Lengkapnya Steinberg menulis :
The first emotional autonomy-that aspec of independence related to
changes in the individual’s close relationship,especially with parent. The
second behavioral autonomy-the capacity to make independent decisionis and
follow trough with them. The third characterization involves and aspec of
independence referred to us value autonomy-wich is more than simply being
able to resist preassures to go along with the demands of other, its means having
a set a principles about right and wrong, about what is important and what is
not.
Kutipan di atas menunjukan karakteristik dari ketiga aspek
kemandirian, yaitu :
10a. Kemandirian emosional yakni aspek kemandirian yang
menyatakan perubahan kedekatan hubungan emosional antar
individu,
b. Kemandirian tingkah laku, yakni suatu kemampuan untuk
membuat keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain
dan melakukannya secara bertanggung jawab.
c. Kemandirian nilai, yakni kemandirian memaknai suatu hal
tentang benar dan salah, tentang yang penting dan apa yang
tidak penting.
3. Pengembangan KemandirianPeserta Didik
Kemandirian peserta didik adalah bakat kecakapan yang dimiliki peserta
didik, ini sangat berkaitan dengan pendidikan. Oleh sebab itu pendidikan di
sekolah perlu melakukan upaya-upaya pengembangan kemandirian peserta didik,
diantaranya :
a. Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis
b. Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan
keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah.
c. Memberi kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi
lingkungan , mendorong rasa ingin tahu mereka.
d. Peneriman positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak,
tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lain.
e. Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak.
Dengan semua itu, maka akan terbentuk pribadi peserta didik yang
mandiri. Yang juga implikasi untuk keadaan dunia pendidikan yang akan
semakin berkembang.
4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kemandirian Peserta Didik
11Sebagaimana aspek – aspek psikologis lainnya, kemandirian juga bukanlah
semata – mata merupakan pembawaan yang melekat pada diri individu sejak lahir.
Perkembangannya juga dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang didapat dari
lingkungannya, selain potensi yang dimiliki sejak lahir sebagai keturunan dari
orangtuanya. Ada sejumlah faktor yang sering disebut sebagai korelat bagi
perkembangan kemandirian yaitu sebagai berikut (Ali & Asrori, 2008:118):
a. Gen atau keturunanorangtua.
Orangtua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali
menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun faktor keturunan
ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa
sesungguhnya bukan sifat kemandirian yang diturunkan kepada anaknya
melainkan sifat orangtuanya yang muncul berdasarkan cara orangtua
mendidik anaknya.
b. Pola asuh orangtua.
Cara orangtua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi
perkembangan kemandirian anak, orangtua yang menciptakan suasana aman
dalam interaksi keluarganya akan dapat mendorong kelancaran
perkembangan anak. Namun orangtua yang sering mengeluarkan kata – kata
jangan” tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat
perkembangan anak.
c. Sistem pendidikan disekolah.
Proses pendidikan disekolah yang tidak mengembangkan
demokratisasi tanpa argumentasi serta adanya tekanan punishment akan
menghambat kemandirian seseorang. Sebaliknya, adanya penghargaan
terhadap potensi anak, pemberian reward dan penciptaan kompetitif positif
akan memperlancar perkembangan kemandirian anak.
d. Sistem kehidupan dimasyarakat.
Lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi
anak dalam bentuk berbagai kegiatan dan tidak terlalu hirarkis akan
12merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian anak.
Menurut Hurlock (1990:203) faktor- faktor yang mempengaruhi
kemandirian, yakni:
a. Pola asuh orangtua.
Orangtua memiliki nilai budaya yang terbaik dalam memperlakukan
anaknya yaitu dengan cara demokratis, karena pola ini orangtua memiliki
peran sebagai pembimbing yang memperhatikan setiap aktifitas dan
kebutuhan anak, terutama yang berhubungan dengan studi dan pergaulan,
baik itu dalam lingkungan keluarga maupun sekolah.
b. Jenis kelamin.
Yang membedakan antara anak laki – laki dan anak perempuan,
dimana perbedaan ini mengunggulkan pria dituntut untuk berkepribadian
maskulin, dominan, agresif dan aktif jika dibandingkan dengan anak
perempuan yang memiliki ciri kepribadian yang feminim, kepasifan dan
ketergantungan.
c. Urutan posisi anak.
Dijelaskan bahwa anak pertama adalah anak yang sangat diharapkan
orangtuanya sebagai pengganti mereka, dituntut untuk bertanggungjawab
sedangkan anak yang tengah memiliki peluang untuk berpetualang sebagai
akibat dari memperoleh perhatian yang berlebihan dari orangtua dan kakak -
kakaknya.
Menurut Mahmud (1990:65) mengatakan bahwa faktor – faktor yang
mempengaruhi kemandirian, yakni:
a. Jenis kelamin.
Yang membedakan anak laki-laki dan perempuan dimana laki-laki
dituntut untuk berperilaku sesuai dengan ketentuan- ketentuan masyarakat
antara lain: bersifat logis, agresif dan bebas pada anak laki-laki dan sikap
lemah lembut, ramah, feminim pada anak perempuan.
a. Usia.
13Sejak dini anak kecil berusaha mandiri manakala ia mulai
mengeksplorasi lingkungannya atas kemampuannya sendiri dan manakala ia
ingin melakukan sesuatu akan kemampuannya sendiri, sehingga semakin
bertambah tingkat kemandirian seseorang ketika usianya bertambah.
b. Urutan anak dalam keluarga.
Anak sulung biasanya lebih berorientasi pada orang dewasa, pandai
mengendalikan diri, cepat, takut gagal dan pasif jika dibandingkan dengan
saudara-saudaranya. Anak tengah lebih ekstrovert dan kurang mempunyai
dorongan, akan tetapi mereka memiliki pendirian sedangkan anak bungsu
adalah anak yang disayang orangtua.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor yang
mempengaruhi kemandirian individu antara lain: jenis kelamin, tingkat usia,
pendidikan, pola asuh orangtua dan urutan posisi anak.
5. Pentingnya Kemandirian bagi Peserta Didik
Pengembangan kemandirian menjadi sangat penting karena dewasa ini
semakin terlihat gejala-gejala negatif sebagai berikut :
1) Ketergantungan disiplin kepada kontrol dari luar dan bukan karena niat
sendiri secara ikhlas. Dewasa ini rasanya semakin sulit menemukan
kedisiplinan, baik di jalanan, di kantor, dan berbagai lembaga atas situasi lain
yang memang muncul secara ikhlas dari dalam hati nurani yang bersih.
2) Sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup, baik lingkungan fisik maupun
social. Gejala perusakan lingkungan, baik yang daoat diperbarui maupun
tidak diperbarui semakin tak terkendali, yang penting mendapatkan
keuntungan financial
3) Sikap hidup konformistik tanpa pemahaman dan kompromistik dengan
mengorbankan prinsip. Kecenderungan untuk mematuhi dan menghormati
orang lain semakin dilandasi bukan oleh hakikat kemanudiaan sejati
melainkan hanya karena atribut-atribut sementara yang dimiliki oleh orang
14lain. Gejala-gejala tersebut merupakan bagian kendala utama
mempersiapkan individu-individu yang mengarungi kehidupan masa mendatang yang
semakin kompleks dan penuh tantangan. Oleh sebab itu, perkembangan kemandirian peserta
didik menuju kearah kesempurnaan menjadi sangat penting untuk dilakukan secara serius,
sistematis dan terprogram. (Baharuddin. 2009)

Anda mungkin juga menyukai