A. Latar Belakang Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang
rentang kehidupan manusia. Terutama bagi peserta didik yang memang dicetak sebagai penggerak bangsa masa depan. Jadi seorang peserta didik harus tertanam sikap kemandirian guna menjadi insane yang berguna bagi masyarakat dengan kemampuan sendiri. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan fisik, yang pada gilirannya dapat memicu terjadinya perubahan emosional, perubahan kognitif yang memberikan pemikiran tentang cara berpikir yang mendasari tingkah laku, serta perubahan nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan orang tua dan aktivitas individu. Secara spesifik, masalah kemandirian menuntut suatu kesiapan individu, baik kesiapan fisik maupun emosional untuk mengatur, mengurus dan melakukan aktivitas atas tanggung jawabnya sendiri tanpa banyak menngantungkan pada orang lain. Kemandirian muncul dan berfungsi ketika peserta didik menemukan diri pada posisi yang menuntut suatu tingkat kepercayaan diri. Menurut Steinberg (1993), kemandirian berbeda dengan tidak tergantung, karena tidak tergantung merupakan bagian untuk memperoleh kemandirian. Walaupun pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang akan saling bergantung dan membutuhkan satu sama lain. Namun, manusia juga sebagai makhluk yang memiliki pemikiran harus bisa mengatur kehidupannya sendiri. 1B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertiaan kepribadian? 2. Bagaimana Bentuk-bentuk kepribadian? 3. Bagaimana pentingnya kepribadian serta implikasi peserta didik dengan proses pembelajaran? 4. Apa pengertiaan kemandirian? 5. Bagaimana Bentuk-bentuk kemandirian? 6. Bagaimana pentingnya kemandirian serta implikasi peserta didik dengan proses pembelajaran? C. Tujuan Masalah 1. Untuk memahami pengertiaan kepribadian peserta didik. 2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kepribadian peserta didik. 3. Untuk memahami pentingnya kepribadian peserta didik dengan proses pembelajaran 4. Unutk memahami kemandirian. 5. Untuk memahami bentuk-bentuk kemandirian. 6. Untuk mengetahui pentingnya kemandirian peserta didik serta implikaisnya dengan proses pembelajaran. 2BAB II PEMBAHASAN A. Kepribadian Peserta Didik 1. Pengertian Kepribadian Peserta Didik Kepribadian adalah keseluruhan sikap, ekspresi, perasaan, temparmen, ciri khas dan juga prilaku seseorang. Sikap perasaan ekspresi & tempramen tersebut akan terwujud dalam tindakan seseorang kalau di hadapkan kepada situasi tertentu. Setiap orang memiliki kecenderungan prilaku yang berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang sedang di hadapi, sehingga jadi ciri khas pribadinya. Kepribadian dapat juga diartikan sebagai kualitas prilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. Keunikan peyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri 2. Bentuk-bentuk KepribadianPeserta Didik Menurut Atkinson dkk (1993) ketika bayi lahir, ia membawa potensialitas tertentu. Karakteristik fisik, seperti warna mata dan warna rambut, bentuk tubuh, bentuk hidung seseorang pada dasamya ditentukan pada saat konsepsi (pertemuan antara sel telur dan sperma). Intelegensi dan kemampuan khusus tertentu, seperti bakat musik dan seni, dalam beberapa hal juga tergantung pada hereditas (faktor keturunan). Salah seorang bayi mungkin mempunyai karakteristik aktif, mudah terganggu dan mau menerima objek serta orang baru; bayi yang lain mungkin pasif, tekun berkonsentrasi pada suatu aktivitas, dan takut padahal hal yang baru. Karakteristik temperamen awal ini cenderung bertahan dalam diri anak yang perkembangannya diikuti selama lebih dari 20 tahun. 3Bentuk-bentuk fisik tertentu, misalnya: gemuk, kurus, tinggi, pendek, adalah diturunkan dari orang tua. Tetapi ada juga ciri-ciri fisik yang unik yang kita bawa sejak lahir, termasuk di dalamnya ciri-ciri faali seperti kapasitas otak, kelengkapan dan kepekaan indera tertentu, dan sebagainya. Orang tua mungkin memberikan respon yang berbeda terhadap bayi yang mempunyai karakteristik berbeda. Dalam halini, terjadi proses timbale balik yang memperkuat karakteristik kepribadian yang ada sejak lahir. Misalnya seorang bayi yang berhenti menangis bila ditimang dan di dekap erat akan lebih menyenangkan untuk digendong daripada bayi yang memalingkan kepalanya dan tetap menangis. Akibatnya, bayi pertama akan lebih sering digendong dari pada bayi kedua; predisposisi awal lebih diperkuat oleh respon orang tua. Predisposisi biologis yang dibawa sejak lahir akan dibentuk melalui pengalaman yang diperoleh dalam proses perkembangan. Sebagian dari pengalaman ini bersifa tumum, dialami oleh sebagian besar orang tua yang dibesarkan dalam budaya atau sub budaya tertentu; pengalaman yang lain bersifat unik bagi seseorang. Kenyataan bahwa perbedaan suasana hati dan tingkat keaktifan dapat diamati segera setelah kelahiran menunjukkan adanya pengaruh faktorgenetik. Penelitian tentang pewarisan karakteristik kepribadian difokuskan pada penelitian tentang anak kembar. Loehlin dan Nichols (dalam Atkinson, dkk, 1993), meneliti 139 anak kembar yang mempunyai jeniskelamin sama (berusia rata-rata 55 bulan) dinilai oleh ibu mereka berdasarkan beberapa karakteristik kepribadian tertentu. Kembar identik dinilai jauh lebih serupa dalam hal reaktivitas emosional, tingkat aktivitas, dan kemampuan sosial, dibandingkan kembar fraternal. Meskipun penelitian tentang anak kembar menunjukkan bahwa beberapa karakteristik kepribadian diwariskan, tidak terdapat bukti bahwa karakteristik ini ditentukan oleh gen-gen tertentu. Mungkin kesamaan tubuh dan fisiologis pada 4kembar identik menyebabkan timbulnya kemiripan kepribadian. 3. Perkembangan Kepribadian Peserta Didik Perkembangan kepribadian dapat ditinjau dari berbagai pandangan, meliputi pandangan psikoanalis, pandangan psikologi individu, pandangan psikologi medan, pandangan analisis faktor. Freud menyatakan fase perkembangan kepribadian bersumber dari tegangan pertumbuhan fisik, frustasi, konflik, atau ancaman. Peserta didikakan terpaksa belajar dalam cara-cara baru mereduksi tegangan. Hal ini yang disebut dengan perkembangan kepribadian. Fase perkembangan kepribadian menurut teori psikoanalis melipiti: 1. Fase oral (0-1 tahun), sumber dinamika kenikmatan adalah melalui mulut. 2. Fase anal (1-3 tahun), sumber dinamika kenikmatan adalah anus (pembuangan). 3. Fase phalis (3-5 tahun), sumber dinamika kenikmatan adalah alat kelamin. 4. Fase laten (6-12 tahun), pada fase ini peserta didik selalu mengalami tekanan- tekanan. 5. Fase pubertas (13-20 tahun), pada fase ini impuls-impuls timbul akibat dari masa pertumbuhan. 6. Fase genital (20 tahun keatas), impuls-impuls diarahkan kepada hal-hal yang berhubungan dengan sifat kedewasaan. Pandangan psikologi individu dengan tokohnya Gordon W. Alport mengatakan bahwa struktur kepribadian manusia dinyatakan dalam bentuk sifat dan tingkah laku peserta didik yang didirong sifat. Perkembangan kepribadian terbagi dalam tahap masa kanak-kanak, masa remaja dan masa dewasa. Perkembangan kepribadian peserta didik adalah perubahan perilaku. Makin bertambah umur peserta didik, makin bertambah variasi kegiatan, perasaan, kebutuhan, hubungan sosial, semakin bertambah umur peserta didik, maka semakin bertambah variasi organisasi dan semakin kompleks perilakunya, semakin luas area aktifitas, semakin realistis dapat membedakan mana yang nyata 5dan yang khayal, kecakapan dan berbagai kemungkinan lain. Perkembangan kepribadian peserta didik dapat pula dilihat dari pandangan analisis faktor, dengan tokohnya yang terkenal Raymond B. Catell. Perkembangan sebagai proses belajar melewati serangkaian kejadian yang merupakan pola perilaku akibat bertemunya faktor genetik dan faktor lingkungan akan menghasilkan kepribadian yang dapat berwujud dalam perubahan, pembentukan dan perkembangan. Peserta didik yang mulai usaha mungkin mendapatkan kepuasan karena berhasil, namun dapat pula gagal sehingga mendatangkan kemarahan, bila peserta didik tidak dapat mengatasinya, maka akan muncul putus asa atau sifat menyerah, takut dan perilaku menarik diri, tetap pada agresinya yang kurang efektif dan lari dalam fantasi. Selanjutnya peserta didik akan berpindah sebagai bentuk penyesuaian diri yang bersifat batiniah. Hal ini bisa nampak dalam bentuk perilaku agresi, selanjutnya membentuk fantasi yang tidak disadari. Peranan faktor sosial sangat memengaruhi perkembangan kepribadian peserta didik, seperti keluarga, jabatan, pekerjaan, teman, agama, partai politik dsb. 4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian Peserta Didik Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang dapat dikelompokan dalam dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal, Sjarkawi (2008:15). a. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalamdiri orang itu sendiri.Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya. Oleh karena itu, sering kita mendengar istilah “buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”. Misalnya, sifat mudah marah yang dimiliki seseorang ayah bukan tidak mungkin akan menurun pula pada anaknya. b. FaktorEksternal 6Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Fakto eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media audio visual seperti TV dan VCD, atau media cetak seperti koran, majalah, dan lain sebagainya. 5. Pentingnya Mengenal Kepribadian Peserta Didik Mengenal peserta didik merupakan keharusan bagi seorang guru dalam melaksanakan tugas kependidikan. Dengan mengenal anak didik dengan baik akan membantu guru mengantarkan peserta didik dalam meraih cita-citanya.. Setelah guru, mengenal pribadi dan keluarganya, maka selanjutnya guru harus mampu memahami karakter peserta didik. Memahami karakter anak didik tidaklah mudah, semudah mengenal biodata peserta didik. Memahami karakter peserta didik butuh kesungguhan dan keterlibatan hati dan pikiran guru sehingga dia dapat memahami karakternya dengan baik dan benar. Karakter peserta didik adalah watak, kejiwaan dan sifat-sifat khas yang dibawa anak semenjak lahir, sebagai identitas diri yang membedakan dirinya dengan orang lain. Masing-masing anak didik memiliki karakter yang berbeda, bahkan peserta didik yang kembar sekalipun akan berbeda karakternya. Karakter seseorang peserta didik akan terlihat dari cara dia bertutur kata, bersikap dan berprilaku. Semua aktivitas yang tampak secara kasat mata merupakan perwujudan dari watak, jiwa dan sifat anak didik. Mengenal dan memahami karakter peserta didik, memberikan manfaat yang banyak baik bagi peserta didik sendiri maupun bagi guru yang berperan mendampingi mereka. Bagi peserta didik, mereka akan mendapat pelayanan prima, perlakuan yang adil, tidak ada diskriminasi, merasakan bimbingan yang maksimal dan menyelesaikan masalah anak didik dengan memperhatikan karakternya. 7Bagi guru, manfaat mengenal dan memahami karakter peserta didik adalah guru akan dapat memetakan kondisi peserta didik sesuai dengan karakternya masing-masing.Guru dapat memberikan pelayanan prima dan memberi tugas sesuai dengan kebutuhan dan kesanggupan peserta didiknya. Dengan demikian guru dapat mengembangkan potensi yang dimiliki mereka berupa minat, bakat dan kegemarannya dan berusaha menekan potensi negatif yang mungkin muncul dari karakter anak didik yang tidak baik yang dimilikinya. Begitu pentingnya mengenal dan memahami karakter peserta didik maka seorang guru harus meluangkan waktunya bersama peserta didik dan memberikan perhatian yang maksimal pada peserta didik dalam membimbing mereka pada tercapainya tujuan pendidikan.Sesungguhnya keberadaan dan kesunguhan guru dalam melaksanakan tugas akan memberikan energi positif bagi peserta didiknya dalam mewujudkan harapan indah meraih cita-cita yang luar biasa. 8B. Kemandirian Peserta Didik 1. Pengertian Kemandirian Peserta Didik Istilah “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang mendapat awalan “ke” dan akhiran “an”, kemudian membentuk satu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar “diri”, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak bisa lepas dari pembahasan tentang perkembangan diri itu sendiri. Menurut Chaplin (2002), otonomi atau kemandirian adalah kebebasan individu manusia untuk memilih menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai, dan menentukan dirinya sendiri. Sedangkan menurut Erikson (dalam Monks,dkk,1989), menyatakan kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orangtua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego yaitu merupakan perkembangan kea rah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan kemapuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, dan lain lain. Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana peserta didik secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain. Dengan otonomi tersebut, peserta didik diharapkan akan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengadung pengertian : a. Suatu kondisi dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya sendiri b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi c. d. Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya 2. Bentuk-bentuk Kemandirian Peserta Didik 9Robert H avighurst (1972) membedakan kemandirian atas empat bentuk kemandirian yaitu: a. Aspek Emosi, aspek ini ditunjukan dengan adanya kemampuan untuk dirinya mengatur emosinya sendiri. b. Aspek Ekonomi, aspek ini ditunjukan dengan adanya kemampuan untuk mengatur dan mengelola kebutuhan dirinya sendiri secara ekonomis. c. Aspek Intelektual, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. d. Aspek Sosial, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung kepada orang lain. Semantara itu , Steiberg (1993) membedakan karakteristik kemadirian atas tiga bentuk, yaitu : a. Kemandirian emosional b. Kemandirian tingkah laku ( behavioral autonomy ) c. Kemandirian nilai (value autonomy ) Lengkapnya Steinberg menulis : The first emotional autonomy-that aspec of independence related to changes in the individual’s close relationship,especially with parent. The second behavioral autonomy-the capacity to make independent decisionis and follow trough with them. The third characterization involves and aspec of independence referred to us value autonomy-wich is more than simply being able to resist preassures to go along with the demands of other, its means having a set a principles about right and wrong, about what is important and what is not. Kutipan di atas menunjukan karakteristik dari ketiga aspek kemandirian, yaitu : 10a. Kemandirian emosional yakni aspek kemandirian yang menyatakan perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu, b. Kemandirian tingkah laku, yakni suatu kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan melakukannya secara bertanggung jawab. c. Kemandirian nilai, yakni kemandirian memaknai suatu hal tentang benar dan salah, tentang yang penting dan apa yang tidak penting. 3. Pengembangan KemandirianPeserta Didik Kemandirian peserta didik adalah bakat kecakapan yang dimiliki peserta didik, ini sangat berkaitan dengan pendidikan. Oleh sebab itu pendidikan di sekolah perlu melakukan upaya-upaya pengembangan kemandirian peserta didik, diantaranya : a. Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis b. Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah. c. Memberi kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan , mendorong rasa ingin tahu mereka. d. Peneriman positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak, tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lain. e. Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak. Dengan semua itu, maka akan terbentuk pribadi peserta didik yang mandiri. Yang juga implikasi untuk keadaan dunia pendidikan yang akan semakin berkembang. 4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kemandirian Peserta Didik 11Sebagaimana aspek – aspek psikologis lainnya, kemandirian juga bukanlah semata – mata merupakan pembawaan yang melekat pada diri individu sejak lahir. Perkembangannya juga dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang didapat dari lingkungannya, selain potensi yang dimiliki sejak lahir sebagai keturunan dari orangtuanya. Ada sejumlah faktor yang sering disebut sebagai korelat bagi perkembangan kemandirian yaitu sebagai berikut (Ali & Asrori, 2008:118): a. Gen atau keturunanorangtua. Orangtua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian yang diturunkan kepada anaknya melainkan sifat orangtuanya yang muncul berdasarkan cara orangtua mendidik anaknya. b. Pola asuh orangtua. Cara orangtua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak, orangtua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat mendorong kelancaran perkembangan anak. Namun orangtua yang sering mengeluarkan kata – kata jangan” tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan anak. c. Sistem pendidikan disekolah. Proses pendidikan disekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi tanpa argumentasi serta adanya tekanan punishment akan menghambat kemandirian seseorang. Sebaliknya, adanya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward dan penciptaan kompetitif positif akan memperlancar perkembangan kemandirian anak. d. Sistem kehidupan dimasyarakat. Lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi anak dalam bentuk berbagai kegiatan dan tidak terlalu hirarkis akan 12merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian anak. Menurut Hurlock (1990:203) faktor- faktor yang mempengaruhi kemandirian, yakni: a. Pola asuh orangtua. Orangtua memiliki nilai budaya yang terbaik dalam memperlakukan anaknya yaitu dengan cara demokratis, karena pola ini orangtua memiliki peran sebagai pembimbing yang memperhatikan setiap aktifitas dan kebutuhan anak, terutama yang berhubungan dengan studi dan pergaulan, baik itu dalam lingkungan keluarga maupun sekolah. b. Jenis kelamin. Yang membedakan antara anak laki – laki dan anak perempuan, dimana perbedaan ini mengunggulkan pria dituntut untuk berkepribadian maskulin, dominan, agresif dan aktif jika dibandingkan dengan anak perempuan yang memiliki ciri kepribadian yang feminim, kepasifan dan ketergantungan. c. Urutan posisi anak. Dijelaskan bahwa anak pertama adalah anak yang sangat diharapkan orangtuanya sebagai pengganti mereka, dituntut untuk bertanggungjawab sedangkan anak yang tengah memiliki peluang untuk berpetualang sebagai akibat dari memperoleh perhatian yang berlebihan dari orangtua dan kakak - kakaknya. Menurut Mahmud (1990:65) mengatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi kemandirian, yakni: a. Jenis kelamin. Yang membedakan anak laki-laki dan perempuan dimana laki-laki dituntut untuk berperilaku sesuai dengan ketentuan- ketentuan masyarakat antara lain: bersifat logis, agresif dan bebas pada anak laki-laki dan sikap lemah lembut, ramah, feminim pada anak perempuan. a. Usia. 13Sejak dini anak kecil berusaha mandiri manakala ia mulai mengeksplorasi lingkungannya atas kemampuannya sendiri dan manakala ia ingin melakukan sesuatu akan kemampuannya sendiri, sehingga semakin bertambah tingkat kemandirian seseorang ketika usianya bertambah. b. Urutan anak dalam keluarga. Anak sulung biasanya lebih berorientasi pada orang dewasa, pandai mengendalikan diri, cepat, takut gagal dan pasif jika dibandingkan dengan saudara-saudaranya. Anak tengah lebih ekstrovert dan kurang mempunyai dorongan, akan tetapi mereka memiliki pendirian sedangkan anak bungsu adalah anak yang disayang orangtua. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi kemandirian individu antara lain: jenis kelamin, tingkat usia, pendidikan, pola asuh orangtua dan urutan posisi anak. 5. Pentingnya Kemandirian bagi Peserta Didik Pengembangan kemandirian menjadi sangat penting karena dewasa ini semakin terlihat gejala-gejala negatif sebagai berikut : 1) Ketergantungan disiplin kepada kontrol dari luar dan bukan karena niat sendiri secara ikhlas. Dewasa ini rasanya semakin sulit menemukan kedisiplinan, baik di jalanan, di kantor, dan berbagai lembaga atas situasi lain yang memang muncul secara ikhlas dari dalam hati nurani yang bersih. 2) Sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup, baik lingkungan fisik maupun social. Gejala perusakan lingkungan, baik yang daoat diperbarui maupun tidak diperbarui semakin tak terkendali, yang penting mendapatkan keuntungan financial 3) Sikap hidup konformistik tanpa pemahaman dan kompromistik dengan mengorbankan prinsip. Kecenderungan untuk mematuhi dan menghormati orang lain semakin dilandasi bukan oleh hakikat kemanudiaan sejati melainkan hanya karena atribut-atribut sementara yang dimiliki oleh orang 14lain. Gejala-gejala tersebut merupakan bagian kendala utama mempersiapkan individu-individu yang mengarungi kehidupan masa mendatang yang semakin kompleks dan penuh tantangan. Oleh sebab itu, perkembangan kemandirian peserta didik menuju kearah kesempurnaan menjadi sangat penting untuk dilakukan secara serius, sistematis dan terprogram. (Baharuddin. 2009)