KEPRIBADIAN
Pengertian kepribadian
1. Dinamis, bahwa kepribadian itu selalu berubah. Perubahan ini digerakkan oleh
tenaga tenaga dalam individu yang bersangkutan, akan tetapi perubahan tersebut
berada dalam batas batas bentuk polanya.
2. Organisasi sistem, ini mengandung pengertian bahwa kepribadian itu merupakan
keseluruhan yang bulat, atau satu kesatuan.
3. Psikofisis, berarti bahwa kepribadian tidak hanya bersifat fisik juga tidak hanya
bersifat psikis, tetapi merupakan gabungan dari kedua sifat tersebut.
a. Self
Secara singkat dapat dirumuskan sebagai taksiran perkiraan dan perasaan
seseorang mengenai siapa dia?., apa dia?., dan dimana dia berada?
b. Personality Traits:
Kecenderungan umum yang beranekaragam untuk mengevaluasi situasi situasi
dengan cara cara tertentu dan kemudian bertindak dengan hasil evaluasi
tersebut.
c. Kecerdasan
Kemampuan, kesiagaan abilitas belajar, kecepatan berfikir, kesanggupan
memutuskan sesuatu secara cepat dan tepat serta kesanggupan menghimpunn data
sebelum menarik kesimpulan.
d. Appearance and Impressions.
e. Kesehatan: kesehatan jasmani dan rohani
f. Tinggi, berat dan bentuk Badan
g. Sikap terhadap orang lain:
Sikap ini mencerminkan sikap kita terhadap diri sendiri, akan tetapi ada hal
yang harus diingat bahwa kepribadian mencakup seluruh sikap yang ada pada diri
seseorang.
h. Knowledge
Semakin tinggi pengetahuan seseorang, maka dia akan semakin mantap
dan berhati-hati dalam mengambil keputusan.
i. Skills:
Kecakapan yang mempengaruhi pandangan orang lain sekaligus pandangan
kita terhadap diri kita.
j. Nilai
Sering disebut juga sebagai karakter, yang sangat memperngaruhi soal baik dan
tidak baik, etika dan moral.
k. Emotional tone and control:
Temperamen yang menggambarkan nada emosi pada seseorang.
l. Peranan
Keputusan membeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap
daur hidup pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri
pembeli.
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli semasa hidupnya. Selera akan
makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli
juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap tahap yang mungkin dilalui oleh
keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pemasar sering kali menentukan sasaran pasar
dalam bentuk tahap dan daur hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta
rencana pemasaran untuk tiap tahapnya. Tahap tahap daur hidup meliputi bujangan dan
pasangan muda dengan anak, pasangan yang tidak menikah, pasangan tanpa anak, orang
tua tunggal, dll.
Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pekerja kasar
cenderung membeli lebih banyak pakaian untuk bekerja, sedangkan pekerja kantor
membeli lebih banyak jas dan dasi. Pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan
yang mempunyai minat di atas rata rata akan produk dan jasa mereka. Sebuah
perusahaan bahkan dapat melakukan spesialisasi dalam memasarkan produk menurut
kelompok pekerjaann tertentu. Misalnya perusahaan perangkat lunak komputer akan
merancang produk berbeda untuk manajer merek, akuntan, insinyur, pengacara dan
dokter.
Situasi Ekonomi
Kepribadian
Karakteristik Kepribadian
Karakter individu sudah berlangsung lama dan terbentuk sejak kecil dan telah
mempengaruhi perilaku individu tersebut secara konsisten dalam waktu yang relatif lama.
Kepribadian cederung bersifat permanen dan sulit berubah. Karena itu, pemasar tidak bisa
mengubah kepribadian konsumen agar sesuai dengan produk yang mereka hasilkan,
namun pemasar dapat mengidentifikasi karakteristik apa pada diri konsumen yang
mempengaruhinya dalam membeli suatu produk.
Kepribadian bersifat permanen dan konsisten, namun bukan berarti bisa dirubah.
Situasi bisa menyebabkan seseorang mengubah kepribadiannya. Misalnya kepribadian
seorang anak yang tumbuh dewasa dapat berbeda dengan kepribadiannya saat masih
kecil. Saat kecil, sang anak cepat emosional dan pemarah, namun saat duduk di bangku
SMA, sifat marahnya mulai berkurang.
Teori kepribadian
Menurut frued kepribadian manusia terdiri atas tiga unsur yang saling berinteraksi yaitu
Id
Id adalah aspek biologis dalam diri manusia yang ada sejak lahir yang mendorong
munculnya kebutuhan fisiologis seperti rasa lapar, haus dan nafsu seks. Manusia akan
secara alami memenuhi kebutuhan tersebut untuk menghindari tensi dan mencari
kepuasan sesegera mungkin. Frued berpendapat bahwa unsur id akan mendorong manusia
melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya, tanpa memperhatikan
konsekuen dari perilakunya. Unsur id bukan hanya ada pada manusia tetapi juga pada
binatang.
Superego
Superego adalah aspek psikologis pada diri manusia yang menggambarkan sifat
manusia untuk tunduk dan patuh kepada norma norma sosial,etika dan nilai nilai
masyarakat. Superego menyebabkan manusia memperhatikan apa yang baik dan apa yang
buruk bagi suatu masyarakat. Superego berfungsi untuk mengurangi atau menekan nafsu
biologis (Id) yang ada dalam diri manusia sehingga tidak mengulangi kesalahan kembali.
Id dan superego dianggap sebagai dorongan yang tidak disadari oleh manusia.
Ego
Ego adalah unsur yang bisa disadari dan dikontorl oleh manusia. Ego befungsi
menjadi penengah antar id dan superego. Ego berusaha menyeimbangkan apa yang ingin
dipenuhi oleh id dan apa yang dituntut oleh superego agar sesuai dengan norma sosial.
Ego bekerja dengan prinsip realitas yaitu berusaha agar manusia dapat memenuhi
kebutuhan fisiologisnya tetapi sesuai dengan aturan baik dan buruk dalam masyarakat
Teori ini merupakan kombinasi dari sosial dan psikologi. Teori ini menekankan
bahwa manusia berusaha untuk memenuhi apa yang dibutuhkan masyarakat dan
masyarakat membantu individu dalam memenuhi tujuan dan kebutuhannya.
Teori neo frued menyatakan bahwa hubungan sosial adalah faktor dominan dalam
pembentukan dan pengembangan kepribdian manusia. Para tokoh teori sosial psikologi
antara lain :
Horney mengemukakan model kepribadian manusia yang terdiri dari 3 kategori berikut
Compliant adalah kepribadian yang dicirikan adanya ketergantungan seseorang
kepada orang lain, menginginkan untuk selalu disayangi, dihargai dan dibutuhkan.
Orang dengan kategori ini akan selalu mendekat dengan orang orang
sekelilingnya.
Aggressive adalah kepribadian yang dicirikan bahwa motivasi untuk memperoleh
kekuasaan, cenderung berlawanan dengan orang lain, selalu ingin dipuji, dan
cenderung memisahkan diri dari orang lain.
Detached adalah kepribadian yang dicirikan selalu ingin bebas, mandiri,
mengandalkan diri sendiri dan ingin bebas dari berbagai kewajiaban, dan biasanya
orang tersebut menghindari orang lain.
Kepribadian ciri lainnya dikemukakan oleh Engel, Blackwell, dan Miniard (1995)
yang menyatakan kepribadian individu terdiri atas tiga ciri : (1) sosial, (2) santai, dan (3)
kontrol diri.
GAYA HIDUP
Gaya hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih terukur dibandingkan
kepribadian. Gaya hidup didefenisikan sebagai pola dimana orang hidup dan
menggunakan uang dan waktu ( engel,blackwell dan miniard,1995).
Gaya hidup menurut Kotler (2002, p. 192) adalah pola hidup seseorang di dunia
yang ekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan
keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup
menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Secara
umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang
menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada
lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar
(opini).
Dari defenisi diatas gaya hidup lebih mengambarkan perilaku seseorang yaitu
bagaimana ia hidup, menggunakan uangnya dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya.
Pola yang dilihat dari gaya hidup seseorang sebenarnya tidak berbeda jauh dengan
pola yang dilihat dari kepribadian maupun nilai. Tetapi yang membedakannya adalah
dalam gaya hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh pergaulan dan lingkungan sekitar.
Contohnya adalah seseorang yang hidup di daerah perkotaan tentu sangat berbeda dengan
seseorang yang hidup di pedesaan. Walaupun belum tentu pula orang yang hidup di
perkotaan memiliki tingkat pendapatan yang lebih besar dari masyarakat pedesaan. Hal
ini dikarenakan, seseorang yang hidup atau tinggal di perkotaan memiliki gaya hidup
yang lebih moderen dan dinamis dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di
pedesaan. Dimana di kota-kota besar dipenuhi dengan berbagai modernisasi, fasilitas dan
perkembangan teknologi yang lebih maju dibandngkan dengan di pedesaan. Serta tingkat
pergaulan masyarakat perkotaan yang sangat dinamis dan beragam. Dimana di perkotaan
terdapat berbagai macam suku bangsa yang hidup berdampingan dan saling berinteraksi.
Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi gaya hidup seseorang, selain gaya hidup yang
juga berhubungan erat dengan nilai dan kepribadian masing-masing individu.
Psikografik
Pada konsep vals 2 orientasi diri diabagi kedalam 3 kategori yaitu: orientasi
prinsip,orientasi status dan orientasi tindakan.
Teori Gaya Hidup adalah teori yang menyebutkan bahwa tidak semua
orang memiliki gaya hidup yang sama, setiap orang memiliki gaya hidup yang
berbeda diantara beberapa gaya hidup itu telah memaparkan bahwa banyak orang
yang memiliki resiko daripada gaya hidup lainnya
Berbicara tentang pola hidup atau kegiatan rutin yang dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari. Gaya hidup ini dipengaruhi oleh perbedaan umur, jenis kelamin, pendidikan,
status perkawinan, pendapatan keluarga dan ras yang berkaitan dengan rutinitas sehari-
hari yang rentan terhadap resiko-resiko untuk melakukan kejahatan. Gaya hidup ini
sangat berpengaruh pada frekuensi orang berinteraksi dengan jenis gaya hidup tertentu.
b. Kennedy dan Forde (1990)
Menyatakan seseorang dapat menjadi korban terhadap sebuah gaya hidup apabila
mereka terus-menerus berinteraksi dengan kelompok yang memiliki potensi
membahayakan dimana seseorang tersebut memiliki pertahanan diri yang lemah.
Menurut Endang Sumantri, Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang penting dan
berguna untuk menyenangkan kehidupan manusia yang dipengaruhi pengetahuan dan
sikap yang ada pada diri atau hati nuraninya.
Pola yang dapat kita lihat dari nilai adalah perubahan perilaku dan alasan
seseorang dalam memebelanjakan uang atau sumber daya yang mereka kelola sendiri.
Semakin tinggi mereka menilai dari suatu barang dan jasa terhadap kehidupan, semakin
tinggi pula apresiasi mereka dalam memandang barang dan jasa tersebut dari segi
konsumsi. Sedangkan telah dijelaskan diatas, Gaya hidup adalah menunjukkan
bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana
mengalokasikan waktu.
Karakteristik Gaya Hidup terbentuk melalui faktor internal dan eksternal (yang
telah dijelaskan sebelumnya). Gaya hidup sendiri adalah menunjukkan bagaimana orang
hidup, bagaimana orang membelanjakan uangnya dan mengalokasikan waktu. Disini
perusahaan dapat mengidentifikasikan segmen berdasarkan karakteristik gaya hidup
konsumen, mengatur ulang dan memfokuskan kembali usaha-usaha pemasarannya untuk
membidik kelompok-kelompok dalam suatu ruang lingkup sambil tetap setia pada
konsumen inti. Dengan memahami konsumen inti yang berada dalam target pasar, mereka
berhasil menarik konsumen baru yang menguntungkan dengan cara yang efektif.
Schiffman dan kanuk 2000, beberapa kepribadian ciri yang khusus dikembangkan untuk
kepentingan studi prilaku konsumen dapat dijelaskan sbb:
Materialisme Konsumen
Diantara materialisme dan desakan untuk membeli atau memiliki terdapat gagasan
keterikatan yang mendalam dalam mengkonsumsi atau memiliki. Seperti
materialisme,perilaku konsumsi yang mendalam termasuk perilaku yang normal dan
diterima secara sosial. Para konsumen yang berperasaan mendalam tidak merahasiakn
barang-barang atau pembelian barang yang diminatinya sebaliknya mereka sering
mempertunjukkannya, dan keterlibatan mereka secara terbukadilakukan bersama-sama
orang lain yang mempunyai minat yang sama. Dalam dunia kolektor serius, terdapat
berjuta-juta konsumen yang medalam ang berusaha memenuhi minat mereka dan
menambah koleksi mereka. Karakteristik konsumen yang mendalam yaitu : (1) minat
yang dalam (mungkin penuh gairah) terhadap barang atau golongan produk tertentu (2)
kesediaan untuk bepergian jauh dalam rangka menambah contoh-contoh barang atau
golongan produk yang diminati, dan (3) dedikasi untuk mengorbankan uang dan waktu
yang banyak secara bebas untuk mencari barang atau produk tersebut. Bagi konsumen
yang menda lam, bukan hanya muncul keterlibatan yang berjangka panjang atas golongan
barang itu sendiri tetapi juga intensifnya keterlibatan atas proses memperoleh barang itu
( kadang-kadang disebut perburuan).
Konsumsi yang kompulsif termasuk perilaku yang abnormal yang merupakan contoh
sisi gelap konsumsi. Para konsumen yang kompulsif cenderung kecanduan; dalam
beberapa hal mereka tidak dapat mengendalikan diri, dan tindakan mereka dapat
berakibat merusak diri sendiri dan orang-orang di sekeliling mereka. Contohnya adalah
berjudi yang tidak dapat dikendalikan, kecanduan obat bius alkoholisme, dan berbagai
penyimpangan makanan dan minuman. Untuk mengendalikan atau menghilangkan
masalah kompulsif tersebut biasanya diperlukan beberapa tipe terapi atau perlakuan
klinis.
Kepribadian Merek
Kepribadian produk atau pesona sering melengkapi produk atau merek dengan
gender. Pemberian gender sebagai bagian dari gambaran kepribadian produk sesuai sekali
dengan realitas pasar bahwa produk dan jasa, pada umumnya dipandang oleh konsumen
mempunyai gender. Misalnya kopi dan pasta gigi merupakan produk maskulin,
sedangkan sabun mandi dan shampo dipandang sebagai produk feminin.
Konsumen tidak hanya mengaitkan sifat-sifat kepribadian ke produk dan jasa tetapi
mereka juga cenderung menghubungkan berbagai faktor kepribadian ke berbagai warna
khusus. Contohnya, Coca Cola dihubungkan dengan merah yang mengandung arti
kegembiraan. Kuning dihubungkan dengan sesuatu yang baru, dan hitam sering
mengandung arti kecanggihan. Kombinasi hitam dan putih menunjukkan bahwa produk
dibuat dengan teliti, berteknologi tinggi, dan desainnya canggih. Nike menggunakan
warna hitam, putih, dan sedikit merah untuk berbagai model sepatu olahraganya yang
terpilih yang secara tidak langsung menyatakan sepatu olahraga berkinerja tinggi.
Untuk mengungkapkan pandangan tersebut, para peneliti menggunakan berbagai macam
teknik pengukuran kualitatif,seperti observasi, kelompok fokus, wawancara yang
mendalam, dan teknik proyektif.
Citra diri atau persepsi mengenai diri sangat erat hubungannya dengan
kepribadian, di mana orang cenderung membeli produk dan jasa serta menjadi pelanggan
perusahaan ritel yang mempunyai citra atau kepribadian yang cocok dengan citra diri
mereka sendiri.
Secara historis, individu dianggap mempunyai ciri-diri tunggal dan tertarik, sebagai
konsumen, pada produk dan jasa yang dapat memuaskan pribadi yang tunggal itu. Tetapi
akan lebih tepat menganggap bahwa konsumen mempunyai banyak pribadi. Konsumen
tunggal mungkin bertindak sangat berbeda terhadap orang lain yang berbeda-beda dan
dalam keadaan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, seseorang mungkin akan berperilaku
dengan cara yang berbeda kepada orang tua, di sekolah, di kantor, menunjukkan
kepribadian atau peran yang berbeda-beda sesuai situasi yang dihadapi. Gagasan bahwa
seseorang individu mewujudkan sejumlah pribadi yang berbeda meminta para pemasar
supaya membidik produk dan jasa mereka kepada konsumen dalam konteks pribadi yang
khusus dan dalam kasus-kasus tertentu, pilihan produk yang berbeda untuk diri yang
berbeda.
Produk dan merk mempunyai nilai simbolis bagi para individu yang menilainya atas
dasar konsistensi ( kesesuaian ) dengan citra pribadi mereka sendiri. Pada umumnya,
orang percaya bahwa konsumen berusaha memelihara atau meningkatkan citra diri
mereka dengan memilih produk atau merk yang mempunyai citra atau kepribadian yang
mereka yakini sesuai dengan citra diri mereka sendiri dan menghindari produk yang tidak
sesuai. Riset menunjukkan bahwa para konsumen yang mempunyai hubungan yang kuat
dengan merk-merk khusus hubungan pribadi merk yang positif memandang merk
tersebut sebagai mewakili aspek tertentu dalam diri mereka.
Citra diri yang diarapkan berada di antara citra diri aktual dan citra diri idea
l, yang merupakan kombinasi yang berorientasi ke masa depan antara apa adanya(citra
diri aktual) dan menjadi apa yang diingini konsumen (citra diri ideal)sehingga dijadikan
pedoman untuk merancang dan mempromosikan produk. Konsep citra diri mempunyai
implikasi strategis bagi para pemasar yaitu dengan membagi pasar mereka atas dasar citra
konsumen yang relevan dan kemudian mengatur posisi produk atau jasa mereka menurut
posisi citra diri tersebut.
Perluasan Diri
Mengubah Diri
Kadang-kadang para konsumen ingin mengubah diri mereka menjadi pribadi yang
berbeda bertambah baik. Pakaian, alat bantu perawatan atau kosmetik, dan segala
macam asesori memberikan peluang kepada konsumen untuk mengubah penampilan
mereka dan dengan cara demikian mengubah pribadi mereka. Dengan berbagai produk
untuk mengubah diri, para konsumen serring menyatakan individualisme dan keunikan
mereka dengan menciptakan pribadi yang baru, dengan mempertahankan pribadi yang
sudah ada, dan memperluasnya.
Keangkuhan Dan Perilaku Konsumen
Pola Kepribadian
Self-Concept ini dapat diartikan sebagai (a) persepsi, keyakinan, perasaan, atau sikap
seseorang tentang dirinya sendiri; (b) kualitas pensipatan individu tentang dirinya sendiri;
(c) suatu sistem pemaknaan individu tentang dirinya sendiri dan pandangan orang lain
tentang dirinya.
Self-concept ini memiliki tiga komponen, yaitu: (a) perceptual atau phsycal self-
concept, citra seseoarang tentang penampilan dirinya (kemenarikan tubuh atau bodynya),
seperti: kecantikan, keindahan atau kemolekan tubuhnya;
(b) conceptual atau psychological self-concept, konsep seseorang tentang kemampuan
(kelemahan) dirinya, dan masa depannya, serta meliputi juga kualitas penyesuaian
hidupnya: honesty, self-confidence, independence,dan courage, dan (c) attitudinal, yang
menyangkut perasaan seseorang tentang dirinya, sikapnya terhadap keberadaan dirinya,
sikapnya terhadap keberadaan dirinya sekarang dan masa depannya, sikapnya terhadap
keberhargaan, kebanggaan dan keterhinaannya. Apabila seseorang telah masuk masa
dewasa, komponen ketiga ini terkait juga dengan aspek-aspek: keyakinan, nilai-nilai,
idealita, aspirasi, dan komitmen terhadap filsafat hidupnya.
Dilihat dari jenisnya, self-concept ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.
Ini artinya bahwa seseorang memiliki self-concept yang pada suatu saat dia
memegangnya, tetapi pada saat lain dia melepaskannya. Self-concept ini mungkin
menyenangkan, tetapi juga tidak menyenangkan. Kondisinya sangat situasional, sangat
dipengaruhi oleh suasana perasaan (emosi), atau pengalaman yang telah lalu.
Jenis ini berkembang berdasarkan cara individu mempercayai orang lain yang
mempersepsi dirinya, baik melalui perkataan maupun tindakan. Jenis ini sering juga
dikatakan sebagaimirror image. Contoh : jika kepada seorang anak secara terus menerus
dikatakan bahwa dirinya naughty (nakal), maka dia akan mengembangkan konsep dirinya
sebagai anak yang nakal. Perkembangan konsep diri sosial seseorang dipengaruhi oleh
jenis kelompok sosial dimana dia hidup, baik keluarga, sekolah, teman sebaya atau
masyarakat. Jersild mengatakan apabila seoarang anak diterima, dicintai, dan dihargai
oleh orang-orang yang berarti baginya (yang pertama orang tuanya, kemudian guru, dan
teman), maka anak dapat mengembangkan sikap untuk menerima dan menghargai dirinya
sendiri. Namun apabila orang-orang yang berarti (significant people) itu menghina,
menyalahkan, dan menolaknya, maka anak akan mengembangkan sikap-sikap yang tidak
menyenangkan bagi dirinya sendiri.
konsep diri ideal merupakan persepsi seseorang tentang apa yang diinginkan mengenai
dirinya, atau keyakinan apa yang seharusnya mengenai dirinya. Konsep diri ideal ini
terkait denga citra fisik maupun psikis. Pada masa anak terdapat diskrepansi yang cukup
renggang antara konsep diri ideal dengan konsep diri yang lainnya. Namun diskrepansi
itu dapat berkurang seiring dengan berkembangnya usia anak (terutama apabila seseorang
sudah masuk usia dewasa).
DAFTAR PUSTAKA
Schiffman, Leon dan Kanuk, Leslie L, Perilaku Konsumen, PT Indeks, Indonesia, 2008
J. Setiadi, Nugroho, SE., MM., 2003, Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi untuk
Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Kencana.
Kotler, P. 2000. Marketing Management. The Millenium Edition. Prentice Hall, Inc.
New Jersey.
https://wantosakti.wordpress.com/2013/10/30/kepribadian-dan-gaya-hidup/
https://afi5sa.files.wordpress.com/2012/09/kepribadian-dan-gaya-hidup.pdf