Anda di halaman 1dari 31

0

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


1

Selamat bertemu dalam modul belajar mata pelajaran sosiologi! Modul ini
merupakan salah satu sarana belajar yang diharapkan dapat membantu peserta
didik menguasai kompetensi yang disyaratkan dalam mata pelajaran sosiologi
secara mandiri. 1 Unit modul berisi kegiatan pembelajaran dan penilaian untuk 1
Kompetensi Dasar (KD). Modul terbagi dalam 3 bagian utama, yakni
pendahuluan, kegiatan pembelajaran dan evaluasi atau penilaian.

Petunjuk Penggunaan Modul


1. Bacalah dengan cermat lebih dahulu Kompetensi Dasar (KD) yang akan
dipelajari.
2. Ikutilah setiap petunjuk dalam modul ini secara runtut dan sistematis.
3. Pahami materi sebelum mengerjakan evaluasi.
4. Tuliskan refleksi di setiap akhir kegiatan pembelajaran.
5. Jangan lupa awali dan akhiri kegiatan belajar dengan doa.
6. Diharapkan mengikuti kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam modul ini
secara jujur, mandiri dan bertanggung jawab.
7. Peserta didik dapat secara aktif berkomunikasi dengan teman sejawat, atau
berkonsultasi dengan guru dan orangtua dalam mempelajari serta
menyelesaikan kegiatan dalam modul.

Prasyarat
1. Dalam unit atau Kompetensi Dasar (KD) lanjutan, pastikan sudah menguasai
unit atau KD sebelumnya.
2. Miliki minat dan motivasi dalam mata pelajaran sosiologi.

Tujuan
Modul ini bertujuan agar menjadi sumber belajar peserta didik untuk dapat
mempelajari serta menguasai Kompetensi Dasar (KD) 3.2 dan 4.2 secara mandiri.

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


2

BAB 2. Realitas individu , Kelompok dan


Hubungan Sosial di Masyarakat
Kompetensi Dasar (KD)
3.2 Mengenali dan mengidentifikasi realitas individu, kelompok, dan
hubungan sosial di masyarakat
4.2 Mengolah realitas individu, kelompok, dan hubungan sosial sehingga
mandiri dalam memposisikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat

PETA KONSEP

Realitas individu , Kelompok dan


Hubungan Sosial di Masyarakat

Hakikat individu, kelompok Bentuk-bentuk dan Aturan


dan hubungan sosial dalam interaksi sosial

Definisi individu, kelompok dan Bentuk-bentuk interaksi sosial


hubungan sosial Aturan dalam interaksi sosial
Hakikat interaksi sosial Tahap-tahap interaksi sosial
Tindakan sosial
Keteraturan sosial

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


3

PERTEMUAN BELAJAR (PB) 1

Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pada PB 1 ini, peserta didik diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi pembentukan identitas
Pertanyaan utama
Menurut kamu apakah identitas seseorang sudah ada sejak lahir? A. ya B. tidak

Pengantar
Dalam setiap individu atau kelompok memiliki sesuatu yang tidak dapat
dilepaskan dari sebuah usaha untuk dikenal oleh pihak lain, dan pengenalan
tersebut terjadi dengan berbagai cara atau usaha, sampai kemudian dikatakan
sebagai identitas individu atau identitas kelompok. Pembentukan identitas
(individu dan kelompok) dibangun oleh adanya proses hubungan sosial yang
dinamis. Barulah setelah itu akan ada yang namanya pengakuan dari orang lain
ataupun kelompok lain untuk identitas yang dimiliki. Bersama-sama, kita akan
mengetahui bagaimana pengetahuan orang lain tentang diri kita berdasarkan
apa yang kita lakukan dan atau siapa diri kita dalam kaitannya dengan individu
atau kelompok lain pada materi PB 1 ini.

Pembentukan identitas
A. Individu

Kata individu berasal dari bahasa Latin yaitu individuum yang berarti
terbagi atau kesatuan terkecil. Identitas adalah ciri yang melekat pada diri
seseorang dan bersifat khas. Identitas dapat berupa nama, tempat dan
tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan, serta pekerjaan. Dalam
sosiologi individu menunjuk pada subjek yang melakukan sesuatu, yang
mempunyai pikiran, yang mempunyai kehendak, kebebasan, memberi arti
(meaning) pada sesuatu, yang mampu menilai tindakan dan hasil tindakannya
sendiri. Dengan kata lain, individu adalah subjek yang bertindak (actor), subjek

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


4

yang melakukan sesuatu hal, subjek yang memiliki pikiran, subjek yang
memiliki keinginan, subjek yang memiliki kebebasan dan subjek yang
memberi arti (meaning). Antara individu satu dengan individu lainnya memiliki
perbedaan. Perbedaan tersebut berupa watak dan karakteristik yang dimiliki
tiap individu yang diperoleh sejak individu tersebut dilahirkan.

Secara biologis, pengaruh gen yang diwariskan orang tuanya atau bahkan
leluhur sebelumnya sangat mempengaruhi kelahiran individu. Untuk
melahirkan individu yang normal, selain dipengaruhi oleh gen juga sangat
tergantung pada kondisi yang sehat di tempat calon individu itu dilahirkan.
Kondisi sehat yang dimaksud adalah kondisi prenatal (sejak ovum dibuahi
sperma sampai menjadi janin hingga akhirnya sampai dengan waktu kelahiran)
di dalam rahim ibu. Pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya
sangat dipengaruhi oleh berbagai masukan dari proses sosialisasi (ialah
proses belajar dan penyesuaian diri individu tentang bagaimana cara hidup dan
berfikir agar ia dapat berperan serta berfungsi bagi masyarakat). Proses
sosialisasi primer didapat individu dari keluarga, selanjutnya proses
sosialisasi sekunder diperoleh melalui lingkungan sekitar seperti sekolah,
teman sebaya, media massa, masyarakat dan lingkungan kerja. Salah satu
lingkungan yang sehat adalah lingkungan pendidikan, melalui pendidikan
individu dapat terbina dan terlatih potensinya.

Tahap
Tahap Meniru
Persiapan

Tahap
Tahap Siap
Menerima
Bertindak
Norma Kolektif

Identitas diri tidak ada secara langsung dalam diri seseorang. Identitas diri
sesorang mengalami fase pembentukan terlebih dahulu yang terangkum
dalam suatu proses di dalamnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pembentukan identitas diri, antara lain:

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


5

1. Pola asuh
Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak memiliki
pengaruh yang sangat penting dalam kehidupan individual anak tersebut.
Pola asuh orang tua dapat membentuk identitas diri anak tersebut ketika
dewasa. Identitas anak yang diasuh dengan baik dan dengan kurang baik
akan berbeda ketika telah meranjak dewasa.

2. Lingkungan
Faktor homogenitas lingkungan juga turut mempengaruhi pembentukan
identitas diri seseorang. Seseorang yang tinggal di lingkungan homogen
akan tidak banyak menerima krisis dan mudah menerima nilai-nilai dari
orang tua. Sebaliknya, orang yang tinggal di lingkungan heterogen akan
banyak mengalami krisis dan perbedaan nilai yang dimiliki. Orang yang
tinggal di desa yang cenderung homogen akan memiliki identitas diri yang
berbeda apabila dibandingkan dengan orang yang tinggal di kota yang
cenderung heterogen.

3. Model untuk identifikasi


Individu terutama anak dan remaja cenderung mengadakan identifikasi
dengan orang-orang yang dikagumi dengan tujuan kelak akan menjadi
seperti orang yang dikagumi. Idola yang masing-masing berbeda
membuat identitas diri seseorang dengan yang lainnya terutama anak dan
remajapun berbeda pula. Individu yang mengidolakan tokoh A akan
memiliki identitas diri yang berbeda dengan individu yang mengidolakan
tokoh B.

4. Pengalaman masa kanak-kanan


Segala kejadian, konflik, masalah dan berbagai jenis pengalaman yang
dialami oleh individu ketika kanak-kanak akan mempengaruhi
pembentukan identitas diri individu tersebut ketika dewasa. Individu yang
ketika masa kanak-kanaknya sering dibully akan memiliki identitas diri
yang berbeda dengan anak yang tidak dibully.

5. Identitas etnik
Etnis yang dimiliki dan lingkungan etnis yang ditinggali memiliki pengaruh
bagi individu. Etnis dan lingkungan juga turut mempengaruhi
pembentukan individu diri seseorang. Orang yang memiliki etnis Jawa dan

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


6

tinggal dalam lingkungan Jawa akan memiliki identitas diri yang berbeda
dengan orang yang beretnis Sunda dan tinggal dalam kehidupan Sunda.

6. Perkembangan kognisi
Setiap individu memiliki kemampuan berpikir terhadap sesuatu yang
berbeda-beda. Dapat dikatakan pula kemampuan kognisi tiap orang
berbeda-beda pula. Kemampuan kognisi seseorang ternyata juga
mempengaruhi pembentukan identitas diri orang tersebut. Orang yang
memiliki kognisi yang berkembang akan memiliki identitas diri yang
berbeda dengan orang yang memiliki kognisi yang kurang berkembang.

7. Sifat individu
Sifat individu memiliki sifat-sifat yang hanya dimiliki sendiiri dan karena itu
pula sifat tiap-tiap orang pun berbeda pula. Sifat yang dimiliki individu
turut mempengaruhi pembentukan identitas diri seseorang. Orang yang
memiliki sifat pemarah akan memiliki identitas diri yang berbeda dengan
orang yang tidak pemarah.

Dalam kehidupan sehari-hari individu tidak dapat melepaskan diri dari


hubungan dengan sesama manusia lain di dalam menjalani kehidupan.
Individu merupakan mahluk yang tidak dilahirkan dengan kecakapan untuk
“immadiate adaptation to environment” atau kemampuan untuk menyesuaikan
diri dengan segera terhadap lingkungan. Individu membutuhkan orang lain
dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Naluri manusia
untuk selalu berhubungan dengan sesamanya ini dilandasi oleh alasan-alasan
sebagai berikut:
1. Keinginan manusia untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya
(masyarakat).
2. Keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekelilingnya.
3. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan yang lainnya disebut sebagai
“gregariousness”.

Kegiatan 1
Mari kita cari tau identitas dirimu dari orang-orang sekitar yakni keluarga.
Wawancarailah 2-3 anggota keluargamu, tanyakan kepada mereka seperti apa
dirimu di mata mereka. Tuliskan jawaban mereka di bawah ini !

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


7

(………………………………….) (………………………………….) (………………………………….)

B. Kelompok
Lahirnya kelompok sosial disebabkan oleh kebutuhan manusia untuk
berhubungan, tapi tidak semua hubungan tersebut dapat dikatakan sebagai
kelompok sosial. Soerjono soekanto mengemukakan beberapa persyaratan
terbentuknya kelompok sosial, yaitu :
1. Adanya kesadaran dari anggota kelompok tersebut bahwa ia merupakan
bagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan lainnya
dalam kelompok.
3. Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok yang
bersangkutan yang merupakan unsur pengikat atau pemersatu. Faktor
tersebut dapat berupa nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan
yang sama ataupun ideologi yang sama.
4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.

Menurut Mac Iver kelompok sosial adalah : “kelompok sosial terbentuk


melalui proses interaksi dan sosialisasi, dimana manusia berhimpun dan
bersatu dalam kehidupan bersama berdasarkan hubungan timbal balik, saling
mempengaruhi dan memiliki kebersamaan untuk tolong menolong”. Proses
yang berlangsung dalam kelompok sosial adalah “proses sosialisasi”. Proses
sosialisasi adalah “proses yang membantu individu dalam kelompok melalui
belajar dan penyesuaian diri, bagaimana cara hidup dan berfikir kelompoknya
agar ia dapat berperan serta berfungsi bagi kelompoknya”. Berdasarkan
pengalaman dalam kelompok, individu mempunyai sistem tingkah laku
(behavior system) yang dipengaruhi oleh watak pribadinya. Sistem prilaku ini

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


8

yang akan membentuk suatu sikap (attitude). Dengan kata lain, individu
tersebut akan memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok di mana
dirinya bergabung.

Kegiatan 2
Semakin beranjak remaja saya yakin kamu memiliki ketertarikan untuk masuk
atau menjadi anggota sebuah kelompok sosial baik di sekolah atau di
masyarakat. Mari kita cari tau tentang identitas kelompok yang kamu ikuti di
sekolah baik di SMP dulu atau sekarang di SMA. Carilah 1 teman yang berbeda
organisasi dengan mu di sekolah untuk melakukan kegiatan ini, lalu jawablah
pertanyaan di bawah ini. *bagian dalam kurung diisi dengan nama organisasi

Aku (…………………..…) ….…. (.………………….)


Apa yang temanmu ketahui tentang Apa yang kamu ketahui tentang
organisasi yang kamu ikuti? organisasi yang temanmu ikuti?

Apakah dia tau perananmu dalam Apakah kamu tau peranannya dalam
organisasi tersebut? organisasi tersebut ?

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


9

Kesimpulan
Sesuai dengan pemahamanmu tentang materi pada PB 1, maka dapat
disimpulkan bahwa pembentukan identitas adalah
……………………………………………………………………………..…………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………….

Refeksi Diri
Isilah kolom Refleksi Diri dengan apa yang kamu rasakan atau kamu peroleh
setelah melalui pembelajaran di PB 1, misalnya “saya menjadi mengerti tentang….”
atau “dalam pembelajaran saya masih belum…tetapi…”. Tuliskan dengan jujur dan
semenarik mungkin sesuai kreativitasmu masing-masing!

…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


10

PERTEMUAN BELAJAR (PB) 2

Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pada PB 2 ini, peserta didik diharapkan dapat:
1. Mengkreasi cara membangun hubungan sosial
2. Menganalisi proses interaksi sosial melalui media sosial elektronik

Pengantar
Seringkali istilah hubungan sosial dan interaksi sosial dianggap sama,
padahal kedua istilah tersebut memiliki pemahaman yang berbeda. Interaksi
sosial dapat terjadi jika dipenuhinya dua syarat utama, yaitu adanya kontak dan
komunikasi. Bila kita melakukan komunikasi dengan orang lain seperti berbicara,
maka telah terjadi interaksi sosial antara kita dengan orang tersebut. Para ahli
sosiologi banyak ,menafsirkan bahwa hubungan sosial itu terjadi karena interaksi
sosial yang melibatkan emosi atau perasaan atau suatu kejadian memunculkan
rasa empati, simpati dan bentuk rasa kasihan lainnya. Keterlibatan emosi dalam
interaksi sosial atau sebuah kejadian tersebut mengakibatkan terjadinya
hubungan sosial antar individu yang satu dengan yang lainnya. Namun, cakupan
hubungan sosial lebih luas ketimbang interaksi sosial.

Pertanyaan utama
Mengapa dalam kehidupan sehari-hari kita perlu melakukan hubungan sosial?
Apa yang terjadi ketika seseorang terhambat atau tidak melakukan hubungan
sosial?
Jawab : ………………………………………………………………………………………………………………….

Hubungan Sosial
Hubungan sosial adalah hubungan yang terwujud antara individu dan
individu, individu dan kelompok, serta kelompok dan kelompok sebagai akibat
dari hasil interaksi antarsesama mereka. Hubungan sosial diartikan juga sebagai
suatu kegiatan yang menghubungkan kepentingan antarindividu, individu
dengan kelompok, atau antarkelompok yang secara langsung ataupun tidak
langsung dapat menciptakan rasa saling pengertian dan kerja sama yang cukup
tinggi, keakraban, keramahan, serta menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan
bangsa. Contoh hubungan sosial adalah gotong royong, kepekaan sosial dan
kepedulian sosial.

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


11

Gambar di atas merupakan contoh dari kepedulian sosial. Ada lagi contoh
lain, misalnya ketika berita bencana alam banjir di suatu daerah ditayangkan
ditelevisi, maka secara emosional dalam diri kita ada rasa ingin membantu
mereka. Pihak stasiun televisi juga membuka rekening peduli untuk membantu
mereka. Maka kita menyumbangkan dana yang kita punya untuk membantu para
korban. Berdasarkan contoh tersebut dapat dipahami bahwa kita tidak
berkomunikasi dan kontak dengan mereka, karena memang hubungan sosial
tidak mensyaratkan adanya kontak dan komunikasi seperti interaksi sosial. Kita
hanya membantu tanpa mengenal siapa mereka bahkan kita juga tidak tahu dana
yang kita berikan diwujudkan dalam bentuk apa. Maka dalam hal ini telah terjadi
hubungan sosial dan tidak terjadi interaksi sosial.

Setiap individu atau kelompok dalam melakukan hubungan sosial tentu


ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ada faktor pendorong dan juga faktor
penghambat. Faktor pendorong ialah faktor dapat meningkatkan atau
Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr
12

mendorong terjadinya hubungan sosial, diantara lain karena kodrat manusia


sebagai makluk sosial yang membutuhkan orang lain, karena manusia
mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, dan karena setiap orang
membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan keahilian tertentu. Sedangkan
faktor penghambat antara lain hambatan sosiologis yang berkaitan dengan
perbedaan status sosial, agama, ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan,
dsb contohnya pengusaha kaya yang jarang dapat bersatu dengan orang miskin.
Hambatan antropologis berkaitan dengan perbedaan ras atau suku bangsa, hal
ini disebabkan mereka tidak mengerti kebudayaan bangsa lain. Hambatan
psikologis berkaitan dengan proses-proses kejiwaan atau mental baik normal
atau abnormal yang mempengaruhi tingkah laku, misal tatkala orang sedih,
sangat sulit bagi kita melakukan hubungan sosial dengannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, membangun hubungan sosial yang baik


dengan orang tua, saudara, tetangga, teman sekolah maupun guru penting untuk
dilakukan. Hal ini tidak terlepas dari hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Bagi
sebagian orang, membangun sebuah hubungan sosial mungkin tidaklah mudah.
Bisa jadi ini diakibatkan oleh adanya rasa canggung, ditolak, atau merasa tidak
percaya diri yang menyebabkan seseorang jadi kurang “luwes” dalam menjalin
hubungan sosial. Rasanya akan aneh jika memiliki teman/keluarga atau
seseorang yang agak sulit membaur dan memiliki nilai sosial yang buruk dengan
lingkungan masyarakat, hal seperti itu sudah dikategorikan sebagai
permasalahan loh…

Bacalah artikel tentang 5 cara cerdas yang bisa kamu lakukan untuk menjalin
hubungan sosial dengan orang-orang yang ada di sekitarmu di bawah ini!
1. Latih Kemampuan Komunikasi
Komunikasi merupakan soft skill yang bisa diasah, asalkan kamu berani untuk
membuka diri dalam sebuah obrolan dan mau menjalin pertemanan. Memiliki
komunikasi yang baik dengan orang lain penting dilakukan, terutama agar
kamu lebih memahami dan menerima kepribadian dari orang-orang yang ada
di sekitarmu. Luangkan waktu sejenak untuk mengobrol dan bertukar cerita
dengan mereka. Jangan lupa, untuk selalu berikan senyuman dan sapa mereka
sambil berusaha mengasah kemampuan berkomunikasimu secara personal.
2. Saling Tolong Menolong
Memiliki inisiatif untuk menolong bisa menjadi salah satu cara agar dapat
menjalin hubungan sosial yang baik dengan orang-orang yang ada di

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


13

sekitarmu. Berikan bantuan pada mereka yang sedang membutuhkan,


tentunya tanpa ada rasa pamrih atau ingin dibalas.Misalya, ketika salah satu
temanmu sedang menunggu transportasi, kamu bisa mengajaknya pulang
bersama. Kebaikan yang diberikan pada saat yang tepat atau ketika orang
benar- benar membutuhkannya, akan membuat momen ini sangat diingat dan
tidak terlupakan.
3. Jalin Hubungan Pertemanan Di Luar Lingkunganmu
Tidak hanya di sekolah atau di rumah saja, ketika kamu sedang berada di luar
sekolah atau di luar rumah atau saat hari libur, kamu bisa menjalin hubungan
sosial yang baik. Kamu bisa mengajak temanmu untuk jalan-jalan
saat weekend, atau jika kamu berpapasan dengan mereka di tempat umum,
berikan senyuman dan sapa mereka. Atau jika memungkinkan, kamu juga bisa
merencanakan liburan bersama ke tempat baru yang belum pernah
dikunjungi. Terdengar seru, ya!
4. Jadi Pendengar yang Baik
Ada saatnya orang-orang yang ada di sekitarmu mu mengalami masalah dan
membutuhkan teman untuk curhat dan mendengarkan semua unek- unek
atau keluh kesahnya. Kamu bisa menjadi pendengar yang baik bagi mereka
untuk sekedar meringankan beban yang sedang dialami. Posisikan dirimu
sebagai pendengar yang baik dan aktif dengan memberikan saran ketika
mereka memintanya. Namun, tak selalu mereka yang sedang dalam masalah
membutuhkan solusi darimu, ada kalanya mereka hanya ingin didengarkan
atau butuh teman cerita.
5. Jujur dan Terbuka
Sekedar basa basi saja seringkali membuat hubungan sosialmu hanya berada
di level yang sama. Jika kamu ingin meningkatkan hubungan sosial, hindari
memberikan tanggapan yang hanya sekedar basa basi dan terlalu fokus untuk
menyenangkan hati orang-orang yang ada di sekitarmu. Terkadang jujur
memang tidak menyenangkan di hati orang lain, namun mereka pasti akan
mengerti bahwa kamu peduli. Misalnya, jika hasil kerja temanmu kurang
maksimal, maka kamu sebaiknya jujur padanya, agar ia bisa memperbaiki
kesalahan dan hasil pekerjaannya. Dan berikan apresiasi pada temanmu sesuai
porsinya, tidak melebih- lebihkan atau tidak memberi pujian sama sekali atas
hasil kerja mereka. Dengan begitu, temanmu akan merasa bahwa kamu peduli
dan menghargai mereka.

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


14

Kegiatan 1
Tentu kamu telah membaca 5 cara cerdas membangun hubungan sosial di atas,
cobalah buatlah cara membangun hubungan sosial yang lebih baik menurut versi
dirimu!

…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………

Pada materi sebelumnya, kamu telah belajar tentang hubungan sosial. Interaksi
sosial adalah salah satu proses dalam hubungan sosial. Tentu keduanya berbeda
dalam prosesnya. Sebagimana contoh, apa yang kamu lakukan ketika bertemu
dengan teman baru di sekolahmu, saat pertama kali kamu masuk SMA? Secara
umum pasti akan menjulurkan tangan kita untuk mengajak berjabat tangan dan
saling menyebutkan nama, setelah itu kamu akan bertanya jawab dengannya
mengenai pribadimu masing-masing. Dalam istilah sosiologi hal ini dikatakan
sebagai interaksi sosial. Untuk mengkaji lebih dalam tentang interaksi sosial
sebagai salah satu dari konsep dasar sosiologi dalam memahami hubungan sosial
simaklah penjelasan berikut.

Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik berupa aksi saling


mempengaruhi antarindividu, antara individu dan kelompok, dan antarkelompok.
Sementara itu, Gillin mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan
sosial dinamis yang menyangkut hubungan antarindividu, antara individu dan
kelompok, atau antarkelompok. Dalam interaksi sosial, salah satu pihak
memberikan stimulus atau aksi dan pihak lain memberikan respons atau reaksi.

A. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial


Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa
kontak sosial dan komunikasi.
1. Kontak Sosial
Kata “kontak” diturunkan dari Bahasa Latin: cum yang berarti bersama-
sama dan tangere yang berarti menyentuh. Jadi secara harfiah kontak
berarti saling menyentuh. Tetapi dalam sosiologi, kata kontak diartikan
sebagai gejala sosial yang saling berhubungan, berhadapan/bertatap muka

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


15

antara dua orang individu ataupun kelompok tanpa bersentuhan secara


fisik satu sama lain
Kontak sosial memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
i. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif
mengarah pada kerja sama misalnya kontak antara pedagang dengan
pembeli, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada pertentangan
atau konflik misalnya kontak senjata antara dua negara yang sedang
berperang.
ii. Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer
terjadi ketika para peserta interaksi bertatap muka secara langsung
misalnya berbicara, berjabat tangan, tersenyum, dan bahasa isyarat.
Sementara itu, kontak sekunder terjadi ketika interaksi berlangsung
melalui perantara (media). Perantara/media yang digunakan dalam
kontak sekunder bisa berupa benda misalnya telepon, Tv, radio, HP,
surat, dan telegram atau bisa juga menggunakan manusia, misalnya
seorang pemuda meminang seorang gadis melalui orang lain.
iii. Kontak antara individu dengan individu, contohnya kontak antara guru
dengan guru, siswa dengan siswa lain, pembeli dengan penjual. Kontak
antara individu dengan kelompok, contohnya guru dengan murid-
muridnya di kelas, penceramah dengan peserta seminar. Kontak antara
kelompok dengan kelompok, contohnya pertandingan bola voli antara
dua tim bola voli.

2. Komunikasi Sosial
Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara
dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Suatu kontak jika tidak disertai dengan komunikasi bukanlah interaksi
sosial. Misalnya, kamu bertemu dengan orang asing. Dia berbicara dengan
menggunakan bahasa daerahnya dan kamu tidak mengerti bahasa yang
digunakannya sehingga kamu tidak memahami apa yang dimaksudnya.
Oleh karena itu, kejadian tersebut tidak dapat dikatakan sebagai interaksi
sosial, sebab tidak terjadi komunikasi antara kamu dengan orang tersebut.

Komunikasi dibedakan menjadi dua sebagi berikut:


i. Komunikasi lisan (verbal), yaitu komunikasi dengan menggunakan kata-
kata (verbal) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Contoh:
berbicara langsung dan atau melalui telepon.

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


16

ii. Komunikasi nonverbal (isyarat), yaitu komunikasi dengan menggunakan


gerak-gerik badan, bahasa isyarat, atau menunjukkan sikap tertentu.
Contoh: menggelengkan kepala, mengangkat bahu, dan melambaikan
tangan.

Komunikasi dapat berlangsung apabila memenuhi syarat sebagai berikut:


i. Ada pengirim (sender), yaitu pihak yang mengirimkan pesan kepada
pihak lain.
ii. Ada penerima (reseiver), yaitu pihak yang menerima pesan dari pihak
lain.
iii. Pesan (message), yaitu isi atau maksud yang akan disampaikan oleh
setiap pihak kepada pihak lain.
iv. Umpan balik (feed back), yaitu tanggapan dari penerima pesan atau isi
pesan yang disampaikan

Kegiatan 2
Studi kasus.
Terjadi pro dan kontra antara efektifnya interaksi sosial melalui media sosial
elektronik. Beberapa pendapat mengatakan bahwa melalui media elektronik
berkomunikasi lebih mudah sebagian lagi mengatakan bahwa melalui media
elektronik tidak terlalu efektif karena tidak dilakukan secara langsung sehingga
lebih baik dilakukan secara langsung.
Berikan tanggapan atas studi kasus di atas, serta penyelesaian masalah menurut
pendapatmu!
Jawab:………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………

B. Ciri-ciri Interaksi Sosial


1) Melibatkan lebih dari satu orang
2) Terjadi komunikasi di antara orang-orang yang terlibat
3) Memiliki maksud dan tujuan jelas, walaupun mungkin tujuan itu tidak
sejalan antara kedua belah pihak
4) Dipengaruhi oleh faktor waktu yang akan menentukan aksi atau reaksi
yang berlangsung

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


17

C. Faktor-Faktor Pendorong Interaksi Sosial


Interaksi sosial dilandasi oleh beberapa faktor psikologis yaitu,
1) Imitasi
Imitasi adalah tindakan meniru orang lain. Imitasi dapat dilakukan dalam
bermacam-macam bentuk, misalnya gaya bicara, tingkah laku, adat dan
kebisaan, pola pikir, serta apa saja yang dimiliki atau dilakukan oleh
seseorang.

Sebagai suatu proses, imitasi berdampak positif bila yang ditiru adalah
individu yang baik di mata masyarakat, contohnya seorang pemuda
dengan tekun mengamati pola interaksi antarpenduduk di suatu desa
terpencil karena ingin meniru upaya keras dan tekun seorang ilmuwan
terkenal, tindakan ini akan dipuji oleh lingkungan sosialnya. Sebaliknya,
imitasi menjadi negatif bila yang ditiru adalah hal negatif pula, contohnya
seorang siswa meniru penampilan seorang penyanyi terkenal yang
berambut gondrong, memakai perhiasan berlebihan, dan suka minum
minuman keras. lingkungan sosial akan bereaksi menilai penampilan itu
tidak sopan dan mengganggu.

Kegiatan 3
Proses imitasi jika diarahkan pada hal-hal positif, bisa menambah
wawasan/pelajaran terhadap diri kita. Sebutkan contoh imitasi tersebut, yang
berhubungan dengan semangat kewirausahaan.

2) Sugesti
Sugesti adalah pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak
kepada pihak lain. Akibatnya, pihak yang dipengaruhi akan tergerak
mengikuti pengaruh/pandangan itu dan menerimanya. Sugesti bisanya
muncul ketika si penerima sugesti tidak dapat berpikir rasional. Ia akan
langsung menerima segala anjuran atau nasihat yang diberikan dan
meyakini kebenarannya.

Pada umumnya, sugesti berasal dari hal-hal berikut.


a) Orang yang berwibawa, karismatik, atau memiliki pengaruh yang kuat
terhadap penerima sugesti. Misalnya, dokter kepada pasiennya.
b) Orang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari penerima sugesti
c) Kelompok mayoritas terhadap minoritas

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


18

d) Reklame atau iklan di media massa. Misalnya iklan mencuci tangan


pakai sabun.

Sugesti bukan hanya karena faktor si pemberi sugesti, tapi juga karena
beberapa faktor di dalam diri si penerima sugesti.
a) Terhambatnya daya berpikir kritis
b) Kemampuan berpikir yang terpecah belah (disosiasi). Disosiasi terjadi
ketika seseorang sedang dilanda kebingungan karena menghadapi
berbagai persoalan
c) Orang yang ragu-ragu dan pendapat satu arah.

3) Identifikasi

Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk


menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan). Identifikasi
bersifat lebih mendalam dari pada imitasi karena dapat membentuk
kepribadian seseorang. Orang melakukan proses identifikasi karena
seringkali memerlukan tipe ideal tertentu dalam hidupnya.

4) Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar
atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu,
seperti kamu yang serius belajar dengan motivasi mendapat nilai yang
memuaskan.

5) Simpati
Simpati merupakan kondisi ketertarikan seseorang kepada orang lain.
Ketika bersimpati, seseorang menempatkan dirinya dalam keadaan orang
lain dan merasakan apa yang dialami, dipikirkan, atau dirasakan orang lain.
Misalnya, seseorang dapat merasakan sedihnya seseorang yang menjadi
korban bencana alam.

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


19

6) Empati
Empati merupakan simpati mendalam yang dapat mempengaruhi kondisi
fisik dan jiwa seseorang. Contohnya, seorang ibu yang ikut merasakan
penderitaan anaknya yang mengidap kanker darah. Ibu tersebut sangat
sedih sehingga ia pun jatuh sakit.

Refeksi Diri
Jawablah pertanyaan Refleksi Diri dengan apa yang kamu rasakan atau kamu
peroleh setelah melalui pembelajaran di PB 2. Tuliskan dengan jujur dan
semenarik mungkin sesuai kreativitasmu masing-masing!
1. Apa saja yang telah kamu pelajari ?
2. Apa yang paling kamu pahami ?
3. Pertanyaan apa saja yang muncul setelah kamu belajar PB 2 ini ?

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


20

PERTEMUAN BELAJAR (PB) 3

Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pada PB 3 ini, peserta didik diharapkan dapat:
1. Menunjukkan penerapan tindakan sosial pada kehidupan sehari-hari
2. Menganalisis keteraturan sosial di masyarakat

Pertanyaan utama
Apa tujuan utama interaksi sosial? Jawab : …………………………………………

Pengantar
Dalam Hukum Gerak Newton, pada poin hukum ketiga dikatakan bahwa “Untuk
setiap aksi selalu ada reaksi yang sama besar dan berlawanan arah: atau gaya dari
dua benda pada satu sama lain selalu sama besar dan berlawanan arah.”
Nah, di dunia sosiologi juga hampir sama. Setiap aksi (perilaku/tindakan) yang
kita lakukan akan menghasilkan reaksi dari orang lain. Apa sih hubungan antara
tindakan dan interaksi sosial ini? Coba deh kita simak kategori tindakan sosial di
bawah ini.

Hubungan Interaksi Sosial dengan Tindakan Sosial

Kamu tahu nggak perbedaan antara orang yang marah diam-diam


dan ngedumel dengan orang marah yang berani menggertak orang lain? Bukan,
ini bukan cuma ngomongin temanmu yang nyebelin. Karena di dalam ilmu
sosiologi, salah satu di antara kedua tindakan tadi termasuk ke
dalam tindakan sosial, lho. Kira-kira yang mana ya?

Sebelum menjawab hal itu, kita harus tahu dulu dong apa itu tindakan
sosial. Tindakan sosial adalah tindakan yang memengaruhi atau dipengaruhi
oleh orang lain. Masalahnya, tidak semua tindakan dapat dikatakan tindakan
sosial. Lalu, tindakan seperti apa yang bisa dianggap tindakan sosial? Nah, berikut
adalah ciri-cirinya:
1. Tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku
orang lain
2. Tindakan sosial mempunyai arah dan akibat (tindakan tersebut
mempunyai makna), dan
3. Tindakan yang memengaruhi dan dipengaruhi orang lain

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


21

Menurut Max Weber, tindakan sosial mengandung makna jika ditujukan


atau memperhitungkan keberadaan orang lain. Berikut, contoh yang tidak
termasuk tindakan sosial:

Marah dan membanting barang-barang pribadi. (Tindakan ini bukan termasuk


tindakan sosial karena tidak memengaruhi perilaku orang lain). Tindakan itu bisa
menjadi tindakan sosial, jika:

Marah, lalu mendorong teman. (dengan mendorong teman, tindakan kamu


menjadi berpengaruh terhadap tindakan orang lain—orang yang kamu
marahin—ada kemungkinan dia kesal dan balas mendorongmu lagi, atau
menyirammu dengan air). Eits, ini cuma contoh ya! Jangan ditiru, nggak baik.

Berdasarkan hal yang mendorongnya, tindakan sosial terbagi menjadi


4 jenis:

1. Tindakan Sosial Instrumental


Tindakan yang didasari pada akal/rasio, sehingga mempertimbangkan
antara tujuan dan cara yang dilakukan. Misalnya, seorang murid yang
begadang belajar demi persiapan ulangan.
2. Tindakan Berorientasi Nilai
Tindakan sosial ini berkaitan dengan nilai-nilai dasar yang terkandung di
masyarakat. Seperti etika, estetika, agama, dan nilai-nilai lain. Contohnya,
seorang anak yang berhenti main bola untuk melakukan ibadah (tindakan ini
didorong oleh nilai agama).
3. Tindakan Afektif
Tindakan sosial ini terjadi karenadorongan dari perasaan/emosi. Contohnya,
seorang siswa yang menangis karena dihukum guru saat mencontek ulangan
teman.
4. Tindakan Tradisional
Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan yang telah mendarah
daging. Contoh: Tradisi Ngaben di Bali sebagai bentuk penghormatan atas
orang yang telah meninggal dunia.

Nah, tindakan sosial ini menjadi dasar terjadinya interaksi sosial. Interaksi
sosial sangat erat kaitannya dengan naluri manusia untuk menjadi satu dengan
manusia lain dan keinginan untuk bersatu dengan lingkungannya.

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


22

Kegiatan 1
Tuliskan kegiatan sehari-harimu baik di rumah ataupun di luar rumah yang
menggambarkan/menerapkan tindakan sosial baik tindakan sosial instrumental,
afektif, tradisional, maupun berorientasi nilai !
Jawab : ……………………………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………….

Hubungan Interaksi Sosial dengan Keteraturan Sosial

Interaksi sosial memiliki tujuan untuk menciptakan keteraturan sosial.


Keteraturan sosial tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus diusahakan
oleh setiap warga. Keteraturan sosial merupakan hubungan yang selaras dan
serasi antara interaksi sosial, nilai sosial, dan norma sosial. Artinya, hak dan
kewajiban direalisasikan dengan nilai dan norma atau tata aturan yang berlaku.
Keteraturan sosial bukanlah suatu keadaan statis karena masyarakat pada
dasarnya bersifat dinamis, oleh karena itu harus senantiasa di usahakan.
Keteraturan sosial ini tercipta melalui 4 urutan, yaitu:

a) Tertib sosial (social order), yaitu suatu kondisi kehidupan masyarakat yang
aman, dinamis, dan teratur ditandai dengan setiap individu bertindak sesuai
nilai dan norma yang berlaku.
b) Order yaitu sistem norma dan nilai sosial yang berkembang, diakui, dan
dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat
c) Keajegan yaitu suatu kondisi keteraturan yang tetap dan tidak berubah
sebagai hasil dari hubungan antara tindakan, nilai, dan norma sosial yang
berlangsung terus menerus.
d) Pola yaitu corak hubungan yang tetap atau ajeg dalam interaksi sosial dan
dijadikan model bagi semua anggota masyarakat atau kelompok. Pola dapat
dicapai ketika keajegan tetap terpelihara atau teruji dalam berbagai situasi.

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


23

Kegiatan 2
Amatilah lingkungan di sekitar tempat tinggalmu! Apakah di lingkungan tersebut
telah terjadi keteraturan sosial? Apa yang menyebabkan terjadinya keteraturan
sosial di lingkungan tersebut? Jika lingkungan tersebut tidak terjadi keteraturan
sosial hal apa pula yang menyebabkanya?
Jawab : …………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………

Kesimpulan
Sesuai dengan pemahamanmu tentang materi pada PB 3 maka dapat
disimpulkan bahwa perbedaan tindakan sosial dan keteraturan sosial adalah
……………………………………………………………………………..…………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………….

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


24

PERTEMUAN BELAJAR (PB) 4

Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pada PB 4 ini, peserta didik diharapkan dapat:
1. Memahami bentuk-bentuk interaksi sosial
2. Mengkreasi cara untuk berinteraksi dalam aturan jarak sosial
3. Menyesuaikan tahapan-tahapan interaksi sosial pada lingkungan baru

Pengantar
Pada materi sebelumnya telah dibahas mengenai keteraturan sosial yang
merupakan keadaan yang menggambarkan suatu kehidupan masyarakat yang
tertib, serasi, penuh persatuan, dan terjaga dari adanya penyimpangan nilai-nilai
atau norma yang ada dalam masyarakat. Menurut Gillin dan Gillin, terdapat dua
jenis proses sosial yang muncul akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses yang
mengarah pada terwujudnya persatuan dan integrasi sosial (asosiatif) dan proses
oposisi yang berarti cara berjuang untuk melawan seseorang atau kelompok
untuk mencapai tujuan tertentu (disosiatif). Di antara kedua proses sosial
tersebut, asosiatif merupakan bentuk interaksi yang akan mendorong terciptanya
keteraturan sosial.

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Secara umum interaksi sosial dibagi ke dalam dua bentuk, yakni interaksi
sosial asosiatif atau yang mengarah pada hal-hal yang mempererat hubungan
dan menghasilkan kerjasama, serta interaksi sosial disasosiatif atau yang
menciptakan pepecahan antara pihak yang terlibat.
A. Interaksi Sosial Asosiatif
Interaksi sosial asosiatif atau yang mempererat hubungan dan menghasilkan
kerjasama, dalam hal ini dapat terjadi apabila suatu kelompok yang
mempunyai kesamaan pandangan melakukan interaksi untuk mencapai tujuan
yang mengarah pada kesatuan. Interaksi sosial dengan tujuan positif ini
meliputi kerjasama, akomodasi (mediasi, koersi, kompromi, arbitrasi dan
adjudikasi), asimilasi dan akulturasi.

1. Kerjasama
Kerjasama adalah suatu usaha yang dilakukan dua orang atau lebih dengan
tujuan yang sama dan saling membantu serta mendukung demi
tercapainya tujuan yang diinginkan bersama.

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


25

Contoh: kerjasama dalam mengerjakan tugas, gotong royong, kerjasama


dalam pertandingan sepakbola dan lain-lain.
Kerja sama bisa bersifat konstruktif (membangun), bisa juga destruktif
(merusak). Contoh kerja sama konstruktif yaitu guru dan siswa memulihkan
nama baik sekolah akibat dinodai sejumlah siswa yang melakukan tindakan
kriminalitas. Adapun contoh kerja sama yang bersifat destruktif adalah
tawuran antarpelajar.
Adapun berbagai bentuk kerjasama yang biasa kita temui dalam kehidupan
sehari-hari adalah bargaining atau proses tawar menawar hingga terjadi
kesepatan; joint venture, yakni proses kerjasama untuk menyelesaikan
proyek tertentu; koalisi, yakni suatu kerjasama yang dibentuk untuk
mencapai tujuan masing-masing dengan cara yang sama; kooptasi, suatu
proses kerjasama untuk penerimaan unsur-unsur baru selama
kepemimpinan atau pelaksanaan politik tertentu; dan kerukunan, yakni
suatu proses untuk mencapai tujuan bersama dengan menghilangkan
perbedaan-perbedaan yang ada mencakup gotong royong dan tolong
menolong.

2. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan
konflik. Tujuannya adalah untuk mencapai keseimbangan dan mencegah
membesarnya suatu pertentangan.

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


26

3. Asimilasi
Asimilasi adalah suatu proses sosial yang timbul sebagai akibat kedatangan
kebudayaan baru, yang lambat laun akan bercampur dengan kebudayaan
asli dan memunculkan kebudayaan lain di dalam masyarakat.
Contoh: kebudayaan memakan mie yang dibawa bangsa Tiongkok ke
Indonesia, telah menggeser paradigma masyarakat tentang konsumsi
karbohidrat nasi menjadi mie.

4. Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok
masyarakat dihadapkan pada kebudayaan baru yang mereka terima, tetapi
tidak ada kebudayaan lain yang muncul karena masyarakat tetap pada
kebudayaan masing-masing.
Contoh: Kebudayaan Hindu dan Islam yang bertemu mengakibatkan
bangunan gapura atau gerbang mesjid menyerupai bentuk pura, tetapi
kebudayaan Islam dan Hindu tidak berubah.

B. Interaksi Sosial Disosiatif


Berlawanan dengan asosiatif, interaksi sosial yang bersifat disosiatif mengarah
pada perpecahan dan dapat terjadi karena adanya perbedaan pendapat atau
pandangan dan bersifat oposisi (berlawanan). Interaksi sosial ini dapat
dibedakan menjadi persaingan, kontravensi dan konflik.
1. Persaingan
Persaingan atau kompetisi adalah proses dimana pihak yang terlibat dari
bersaing memperebutkan sesuatu. Hal yang diperebutkan bermacam-
macam bentuknya, misalnya keuntungan, sumber daya, status, dsb.

Kegiatan 1
Persaingan-persaingan antarwarga masyarakat sudah wajar terjadi.
1. Lakukan pengamatan kemungkinan adanya persaingan antarwarga
masyarakat di daerah tempat tinggal Anda.
2. Identifikasikan dalam bidang apa saja persaingan tersebut terjadi.
3. Menurut Anda, upaya apa yang sebaiknya dilakukan untuk
mengendalikan kondisi tersebut.

2. Kontravensi
Kontravensi adalah rasa tidak suka yang bisa ditunjukkan secara terang-
terangan ataupun secara tersembunyi oleh seseorang atau sekelompok

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


27

orang. Kontravensi yang difasilitasi dengan baik akan berubah menjadi


persaingan. Akan tetapi jika disampaikan dengan buruk dapat berubah
menjadi konflik.
Contoh: Orasi mahasiswa menuntut penurunan tarif dasar listrik
merupakan bentuk kontravensi. Akan tetapi karena munculnya provokator,
kontravensi berubah menjadi konflik antara mahasiswa dengan petugas
keamanan.

3. Konflik
Konflik adalah proses sosial antara individu atau antar kelompok yang
saling menentang, saling menjatuhkan, bahkan saling berlawanan dengan
disertai kekerasan atau kontak fisik.
Contoh: persaingan memperebutkan barang diskon yang berakhir dengan
adu pukul karena salah satu pihak tidak berhasil mendapatkan produk
yang diinginkan.

Pengantar
Jika kita memiliki hubungan dengan orang lain, kita tentunya harus menjaga
hubungan tersebut dengan baik. Hubungan antar sesama manusia memiliki
aturan di dalamnya yang sekaligus menjadi prinsip dasar dalam hubungan antar
sesama manusia, aturan ini bertujuan agar manusia tidak mengalami
kesalahpahaman dalam hubungan tersebut ataupun hal-hal berisiko lainnya yang
dapat merusak hubungan tersebut.

Aturan dalam Interaksi Sosial

Ada tiga jenis aturan dalam interaksi sosial menurut Karp dan Yoels (1979), yaitu
aturan mengenai ruang, waktu, dan gerak tubuh. Di dalam kajian ilmu sosiologi,
aturan dalam interaksi sosial berbeda dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
interaksi sosial. Berikut ini adalah penjelasan mengenai aturan-aturan dalam
interaksi sosial.

1. Aturan interaksi sosial mengenai ruang


Teori Karp dan Yoels tentang aturan interkasi sosial didasarkan pada karya
Edward T. Hall mengenai konsep jarak sosial. Dalam teori yang dikemukakan
oleh Edward T.Hall, manusia memiliki kecenderungan untuk menggunakan
empat macam jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak
publik dalam berbagai situasi sosial. Jarak sosial pasti terjadi karena salah

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


28

satu ciri interaksi sosial adalah adanya hubungan antara lebih dari satu orang.
Jarak-jarak sosial itu terbagi menjadi :
1) Jarak Intim (sekitar 0–45 cm)
Jarak intim memaksa terjadinya keterlibatan intensif pancaindera dengan
tubuh orang lain. Contoh jarak intim terjadi pada orang yang melakukan
olahraga jarak dekat seperti olah raga bela diri campuran atau MMA
maupun olahraga judo dan jujitsu. Dalam jarak intim seperti di angkutan
umum yang penuh sesak, umumnya manusia akan berusaha sekeras
mungkin menghindari kontak mata dengan orang sekitarnya yang tidak ia
kenal.
2) Jarak Pribadi (sekitar 45 cm–1,22 m)
Jarak pribadi adalah jarak yang wajar dan mudah dijumpai dalam
interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari. Jarak pribadi terjadi antara
orang yang memiliki hubungan sangat dekat, seperti suami isteri atau ibu
dan anak.
3) Jarak Sosial (sekitar 1,22 m–3,66 m)
Di dalam jarak sosial, interkasi sosial yang terjadi berlangsung secara
normal tanpa adanya sentuhan secara fisik dengan orang lain. Contohnya
interaksi di dalam pertemuan santai dengan teman, guru, dan sebagainya.
4) Jarak Publik (di atas 3,66 m)
Jarak publik memiliki jangkauan yang jauh. Politisi yang berkampanye
maupun mahasiswa yang berdemmontrasi berada dalam jarak ini. Dalam
jarak public, seseorang didorong untuk mengeluarkan suara yang keras
agar interaksi sosial bisa terjadi.

2. Aturan interaksi sosial mengenai waktu


Waktu adalah salah satu hal paling berharga yang sering kali dilupakan oleh
manusia. Ada orang yang begitu disiplin dan menghargai waktunya,
sedangkan di sisi lain ada yang membuang-buang waktu tanpa pernah
memanfaatkannya dengan baik. Bagi masyarakat Jepang ataupun Barat, waktu
begitu berharga sehingga tingkat kedisiplinan sangat tinggi. Bahkan bus,
kereta api maupun pesawat yang terlambat jarang ditemukan di sana.
Sementara itu, di Indonesia kita sering mendengar istilah jam karet, bahkan
istilah ini semakin membudaya seiring dengan berjalannya waktu. Orang yang
terbiasa menggunakan jam karet dalam hidupnya biasanya selalu terlambat,
tidak menghargai waktu orang lain dan tidak pernah khawatir dengan
keterlambatan.

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


29

3. Aturan interkasi sosial mengenai gerak tubuh


Bahasa tubuh lebih banyak berkomunikasi dibandingkan dengan bahasa
verbal. Bahasa tubuh adalah bahasa pertama yang menjadi alat komunikasi
manusia. Komunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh sudah menjadi
bagian penting dalam interaksi sosial manusia . Contoh bahasa tubuh
memicingkan mata ketika berpikir, menjulurkan lidah ketika mengolok-oolok,
mengangkat bahu menandakan kebingungan, membungkukkan badan
sebagai bentuk hormat di Jepang, menganggukkan kepala sebagai tanda
persetujuan, mengerutkan dahi, mengangkat ibu jari sebagai pertanda
keberhasilan, dan lainnya.
Perlu diingat bahwa bentuk komunikasi nonverbal terkadang berbeda antara
satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu, bahasa tubuh non verbal
ini hanya berlaku pada daerah dengan nilai-nilai dan prinsip kebudayaan yang
sama. Oleh karena itu, terkadang dibutuhkan kerja sama untuk mengerti satu
sama lain.

Kegiatan 2

Sebagai makhluk sosial, berinteraksi adalah salah satu kebutuhan manusia.


Tentukanlah cara yang aman untuk berinteraksi dengan keluarga dan teman
sembari tetap berpedoman pada aturan jaga jarak sosial di masa pandemi Covid
19!
Jawab : ……………………………………………………………………………………………………………………

Tahap-tahap dalam interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan suatu proses sosial. Dalam hal ini, terdapat
tahapan yang bisa mendekatkan dan tahapan yang bisa merenggangkan orang-
orang yang saling berinteraksi. Tahap yang mendekatkan diawali dari tahap
memulai (initiating), menjajaki (experimenting), meningkatkan (intensifying),
menyatupadukan (integrating), dan mempertalikan (bonding). Contohnya, pada

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr


30

saat Anda memulai masuk sekolah, kemudian menjajaki hubungan dengan orang
lain melalui tegur sapa, saling berkenalan, dan bercerita. Hasil penjajakan ini
dapat menjadi dasar untuk memutuskan apakah hubungan Anda akan
ditingkatkan atau tidak dilanjutkan. Jika hubungan sudah semakin meningkat,
biasanya muncul perasaan yang sama atau menyatu untuk kemudian menjalin tali
persahabatan.

Pada tahap yang meregangkan, dimulai tahap membeda-bedakan


(differentiating), membatasi (circumscribing), menahan (stagnating), menghindari
(avoiding), dan memutuskan (terminating). Contohnya, di antara dua orang yang
dahulunya selalu bersama. Kemudian, mulai melakukan kegiatan sendiri-sendiri.
Oleh karena sering tidak bersama lagi, pembicaraan di antara mereka pun mulai
dibatasi. Dalam hal ini, antarindividu mulai saling menahan sehingga tidak terjadi
lagi komunikasi. Hubungan lebih mengarah pada terjadinya konflik sehingga
walaupun ada komunikasi hanya dilakukan secara terpaksa.

Kegiatan 3
Bagaimana sikap Anda dalam melakukan interaksi ketika Anda masuk ke dalam
sebuah lingkungan atau kelompok yang baru, dan sebutkan tahap-tahap yang
dilakukan.
Jawab : …………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………

Refeksi Diri
Jawablah pertanyaan Refleksi Diri dengan apa yang kamu rasakan atau kamu
peroleh setelah melalui pembelajaran di PB 4. Tuliskan dengan jujur dan
semenarik mungkin sesuai kreativitasmu masing-masing!
1. Apa saja yang telah kamu pelajari ?
2. Apa yang paling tidak kamu pahami ?
3. Pertanyaan apa saja yang muncul setelah kamu belajar PB 4 ini ?

Zakiyyatus Shalehah, S.Pd., Gr

Anda mungkin juga menyukai