Anda di halaman 1dari 3

FAKTA VS IMAJINASI TENTANG KULIAH

FAKTA IMAJINASI
Kenyataan setelah lulus kuliah sulit cari Kuliah memberi jaminan untuk hidup
pekerjaan, karena gak punya orang dalam, sukses, setelah lulus
meski punya kemampuan beserta sertifikat
professional yang berkualitas. Setiap
perusahaan tetap punya kriteria yang sangat
ketat untuk mengistimewakan mereka yang
masuk lewat orang dalam, karena mau jadi
abdi negara atau menjadi pegawai swasta
tetap butuh orang dalam untuk kenyamanan
komunikasi, jadi selagi bisa usahakan
perbanyaklah orang dalam demi masa depan
yang lebih baik
Dihantam tugas dan praktikum khusus anak Kuliah lebih mudah daripada Masa
sains dan Teknik, yang soshum mungkin SMA/SMK/MA/Pondok
terkesan santai, namun pada kenyataannya
semua usaha saat kuliah hanya akan
mengkhianati hasil, ini khusus bagi yang
tetap untuk linier pada bidangnya saat
mencari pekerjaan, karena pada
kenyataannya tugas dan praktikum di kuliah
hanya teori yang tak punya dasar untuk
berpijak di dunia industri, perdagangan, dan
ekonomi. Karena di perkuliahan tidak
diajarkan cara pikir industri, perdagangan,
dan ekonomi yang terbaru. Sehingga banyak
lulusan kuliah harus di training lagi, Karena
memang lulusan kuliah saat ini gak punya
kemampuan apa-apa yang bisa diandalkan,
ini akibat sistem kampus di Indonesia yang
berlomba memiliki banyak wisudawan dan
mengabaikan kualitas pemahaman
mahasiswa terhadap bidang ilmu mereka,
anehnya banyak yang lolos sampai selesai
skripsi.
Mungkin ini iya bagi yang mampu(otaknya), Jurusan IT paling menjanjikan untuk masa
namun kenyataan yang paling tepat, lulusan depan
IT di indonesia banyak yang gak berkualitas
sama sekali akibat mudahnya kementrian di
masa lalu secara asal memberi ijin
pembukaan program studi yang berbau IT.
Tidak ada perhatian tentang kesiapan
kampus tersebut tentang relasi bisnis,
kesiapan tenaga pengajar, konsep kurikulum
yang digunakan. Hampir di seluruh
indonesia konsepnya seminggu kelar,
bahkan rata-rata jarang ada yang melirik
kurikulum yang dibuat oleh
ACM(Association for Computing
Machinery) karena memang gak ada tenaga
pengajar yang sanggup, bahkan di UI, ITB,
dan UGM yang lebih senior untuk urusan
perkuliahan IT di indonesia cukup tertinggal
jauh dari dunia Internasional, bahkan di ITB
sendiri ada larangan utk di STEI di jurusan
Informatika yang melarang dosen S3 lulusan
ITB untuk jadi pengajar di Informatika ITB,
dan mensyarakatkan lulusan kampus asing
yang kualitasnya di atas ITB. Secara
kenyataan kampus IT di indonesia dari cara
mendidiknya saja sudah salah, jadi sangat
mustahil menghasilkan lulusan yang
berkualitas, kecuali lulusannya memperbaiki
diri karena malu betapa tidak berkualitasnya
dirinya.
Iya, kalau ketemu orang yang bisa jadi orang Organisasi kampus memberi banyak
dalam. Kalau nggak uang saku dan manfaat
penghasilan kerjaan sampingan habis untuk
sumbangan organisasi yang sangat kere,
karena fakultas apalagi universitas itu sangat
pelit ke semua organisasi, kecuali ada acara
mengundang menteri, anggota dewan,
bupati/walikota, gubernur atau presiden baru
universitas dan fakultas seperti merasa
saatnya untuk jadi garda terdepan
mengajukan klaim paling berjasa sebagai
penyelanggara, dan organisasi kampus
cuman bisa iya aja.
Kenyataannya di Fakultas hanya ada banyak Di fakultas teknik ada banyak cecik(cewek
cowok, bahkan di tiap angkatan cuman bisa cantik) di kampus
ada 1 cewek untuk tiap jurusan, karena di
teknik hanya ketemu obeng, knalpot,
motherboard, penggaris, tangga, cangkul,
palu, arit(teknik lingkungan), dongkrak, dan
cowok. Bahkan 1 cewek itu sudah direbut
sama fakultas lain, jadi gak heran lulusan
teknik menikah setelah agak berumur dan
jadi dedengkot
Kenyatannya adalah skripsi yang lolos 8 Semakin cepat Skripsi menggambarkan
tahun terakhir ini adalah hasil plagiasi. Ada kualitas si mahasiswa
banyak kemudahan melakukan plagiasi
karena mudahnya menggunakan aplikasi
translator khususnya plagiasi pada publikasi
ilmiah yang menggunakan bahasa china dan
india(yang memiliki 10 bahasa, 9 bahasa
lokal dan 1 bahasa inggris). Dengan
kemudahan tersebut sulit rasanya untuk
membuat minat penelitian tinggi, karena
kampus-kampus di Indonesia sendiri saat ini
secara sadar membiarkan hal tersebut terjadi
pada lulusannya. Adanya target dari
kementrian untuk meningkatkan jumlah
lulusan demi mengimbangi kebutuhan dunia
kerja, namun hal tersebut dilakukan tanpa
memperhatikan kualitas para lulusan, dan
membiarkan banyak lulusan perkuliahan
saat ini gak ngerti KONTEKS, dan ini adalah
langkah paling blunder dalam dunia kampus
di indonesia.

Anda mungkin juga menyukai