Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

MATA KULIAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


“PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN PADA REMAJA”

DOSEN PENGAMPU:
Dra. Rahmulyani, M.Pd., Kons

DISUSUN OLEH:
ANDRI SAMUEL SIAGIAN
4182111002
PEND.MATEMATIKA DIK C 2018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk individu dan sosial yang memiliki berbagai jenis kepribadian.
Buchori (1982:92) mengungkapkan “ Kepribadian berarti integrasi dari seluruh sifat seseorang
baik sifat-sifat yang dipelajarinya maupun sifat-sifat yang diwarisinya, yang menyebakan kesan
yang khas dan unik pada orang lain”.
Memahami karakteristik kepribadian manusia khususnya peserta didik tidaklah mudah.
Sehingga antara guru dengan peserta didik sama-sama belajar. Dari proses belajar tersebut,
banyak pendapat-pendapat atau hasil penelitian tentang macam-macam kepribadian peserta didik
yang bertujuan agar terjadi kesinambungan antara satu dengan yang lainnya. Jika dalam
kehidupan atau ruang lingkup pendidikan, salah satunya dapat bertujuan untuk memperlancar
proses pembelajaran agar sasaran dan ilmu yang disampaikan dapat maksimal saat diterima
masing-masing peserta didik. Sehingga dapat dikatakan bahwa memahami kepribadian peserta
dapat dianggap modal atau langkah awal para pendidik sebelum kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
Karakteristik kepribadian sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran karena pelajaran atau
materi dapat dipahami oleh peserta didik saat peserta didik dapat fokus terhadap apa yang sedang
dibahas. Sebelum membuat peserta didik fokus terhadap materi atau pelajaran yang pendidik
berikan, langkah awal pendidik adalah membuat peserta didik fokus kepada pendidik. Apabila
para pendidik telah berhasil membuat fokus para peserta didik kepada pendidik, maka dengan
mudahnya para pendidik melangsungkan kegiatan belajarnya. Maka dari itu, penulis tertarik
untuk memberi tahu tentang macam-macam kepribadian manusia khususnya peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Perkembangan Kepribadian?
2. Apa macam-macam kepribadian yang dimiliki oleh manusia khususnya peserta didik?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kepribadian?
4. Apa pengaruh kepribadian peserta didik terhadap proses pembelajaran?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui maksud dari Perkembangan kepribadian.
2. Mengetahui macam-macam kepribadian dimiliki oleh manusia khususnya peserta didik
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kepribadian.
4. Memahami pengaruh kepribadian peserta didik terhadap proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan Kepribadian
Perkembangan adalah proses yang bersifat kualitatif dan berhubungan dengan
kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif serta
sistematis di dalam diri manusia. Sedangkan “Kata kepribadian dalam bahasa asing disebut
dengan kata personality. Kata ini berasal dari kata latin, yaitu persona yang berarti “topeng” atau
seorang individu yang berbicara melalui sebuah topeng yang menyembunyikan identitasnya dan
memerankan tokoh lain dalam drama” (Buchori, 1982:91). Sehingga kepribadian seseorang
adalah perangsang dari orang tua atau kesan yang ditimbulkan oleh keseluruhan tingkah laku
orang lain.
2.2 Macam-macam karakteristik kepribadian

Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini adalah tipe-tpe kepibadian
menurut masing-masing para ahli agar kita lebih memahami kepribadian peserta didik sehingga
saat proses kegiatan belajar dan mengajar berlangsung dengan maksimal.

Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan bahwa tipe kepribadian dibagi
menjadi tiga, yaitu:
1. Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati
kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam
aktivitas sosial.
2. Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol
diri yang baik.
3. Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai
dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.
Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan kepribadian terbagi menjadi dua
belas kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut:
1. Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
2. Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.
3. Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar (evasive), neurotik.
4.Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
5. Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan, menyendiri,
sedih.
6. Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
7. Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
8. Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung, impulsif, tidak
bertanggung jawab.
9.Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
10. Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah.
11. Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
12. Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.
Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007)
Tipologi kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah atau fisik. Mereka mengembangkan
tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang menentukan temperamen seseorang. Tepe
kepribadian itu antara lain:
1. Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan pemilikan temperamen
cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar.
2. Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan temperamen pemurung,
pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa.
3. Tipe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban, pasif, malas, dan kadang
apatis/ masa bodoh.
4. Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang, aktif, dinamis, dan
cekatan.
Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa tipologi kepribadian
berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:
• Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki sifat
dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.
• Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek, memiliki sifat
periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka
makan.
• Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis memiliki sifat
senang pada pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah
menyesuaikan diri.
Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran (dysplastic).
Menurut Jung (dalam Sudianto 2009)
Tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan kecenderungan hubungan sosial seseorang,
yaitu:
• Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.
• Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai oleh nilai-nilai
subjektif.
Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara ekstrovert dan
introvert yang disebut ambivert.
Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya seperti orang dewasa.
Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan. Wijaya (1988) menyatakan
“karakteristik anak secara sederhana dapat dikelompokkan atas:
1. Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.
2. Anak yang biasa-biasa saja.
3. Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan kegiatan
pembelajaran di dekolah”.
Menurut Kurnia (2007) menjelaskan bahwa karakteristik atau kepribadian seseorang dapat
berkembang secara bertahap. Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak
sampai masa puber.
• Karakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)
Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan
mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti
pendidikan sekolah menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada masa
ini, anak sedang dalam proses penegmbangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan.
Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala, dan sering membantah dan melawan orang tua.
Hal ini memang sangat menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guru Playgroup
sampai SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran atau mendidik siswa.
Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup secara tertib.
Dan sikap para pedidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.
• Karakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)
Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa
anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang digunakan pendidik. Orang tua atau
pendidik menyebut masa anak akhir sebagai masa yang menyulitkan karena pada masa ini anak
lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya. Kebanyakan
anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian
dan benda-benda miliknya. Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada
rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak
diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk
keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak.
• Karakteristik perkembangan masa puber (11/12 – 14/15 tahun)
Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa remaja awal.
Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan pascapuber. Tahap prapuber
bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas
antara periode anak dan remaja, di mana ciri kematangan seksual emakin jelas (haid dan mimpi
basah). Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja. Waktu
masa puber relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat
dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman
pada anak puber. Peubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi
belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep diri, serta persoalan dalam
berhubungan dengan orang di sekitarnya. Orang dewasa maupun pendidik perlu memahami
sikap perilaku anak puber yang kadang menaik diri, emosional, perilaku negative dan lai-lain,
serta membantunya agar anak dapat menerima peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan
orang atau masyarakat di sekitarnya
2.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian
“Kata kepribadian dalam bahasa asing disebut dengan kata personality. Kata ini berasal dari kata
latin, yaitu persona yang berarti “topeng” atau seorang individu yang berbicara melalui sebuah
topeng yang menyembunyikan identitasnya dan memerankan tokoh lain dalam drama” (Buchori,
1982:91). Sehingga kepribadian seseorang adalah perangsang dari orang tua atau kesan yang
ditimbulkan oleh keseluruhan tingkah laku orang lain.
Kepribadian bersifat dinamis (tidak statis), dan melainkan berkembang secara terbuka sehingga
manusia senantiasa berada dalam kondisi perubahan dan perkembangan. Kepribadian selalu
dalam penyesuaian diri yang unik dengan lingkungannya dan berkembang bersama-sama dengan
lingkungannya, serta menentukan jenis penyesuaian yang akan dilakukan anak, karena tiap anak
mempunyai pengalaman belajar yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Dalam perkembangan kepribadian, konsep diri dan sifat-sifat seseorang merupakan hal atau
komponen penting. “konsep diri merupakan konsep, persepsi, maupun gambaran seseorang
mengenai dirinya sendiri, atau sebagai bayangan dari cermin diri. Konsep diri seseorang
dipengaruhi dan ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain terhadap dirinya”
(Buchori 1982).
Menurut Suadianto (2009) menerangkan bahwa sifat mempunyai dua ciri yang menonjol, yaitu:
(1) Individualistis yang diperlihatkan dalam kuantitas ciri tertentu dan bukan kekhasan ciri bagi
orang lain.
(2) Konsistensi yang berarti seseorang bersikap dengan cara yang hampir sama dalam situasi dan
kondisi yang serupa, konsep diri merupakan inti kepribadian yang mempengaruhi berbagai sifat
yang menjadi ciri khas kepribadian seseorang.
Menurut Kurnia (2007) menyatakan bahwa mengenai perkembangan pola kepribadian, ada 3
faktor yang menentukan perkembaangan kepribdian seseorang termasuk peserta didik, yaitu:
1. Faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, misalnya sifat sabar
anak dikarenakan orang tuanya juga memiliki sifat sabar, demikian juga wawasan sosial anak
dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya.
2. Pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil. Pengalaman itu
membentuk konsep diri primer yang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak
dalam mengadakan penyesuaian diri dan sosial pada perkembangan kepribadian periode
selanjutnya.
3. Pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang
sudah ada, atau karena pengalaman yang sangat kuat sehingga mengubah konsep diri dan sifat-
sifat yang sudah terbentuk pada diri seseorang.
Pada perkembangan kepribadian pesera didik, tidak ada kepribadian dan sifat-sifat yang benar-
benar sama. Tiap anak adalah individu yang unik dan mempunyai pengalaman belajar dalam
penyesuaian diri dan sosial yang berbeda secara pribadi. Menurut Suadianto (2007) menjelaskan
bahwa hal penting dalam perkembangan kepribadian adalah ketetapan dalam pola kepribadian
atau persistensi. Artinya, terdapat kecenderungan ciri sifat kepribadian yang menetap dan relatif
tidak berubah sehingga mewarnai timbul perilaku khusus terhadap diri seseorang. Persistensi
dapat disebabkan oleh kondisi bawaan anak sejak lahir, pendidikan yang ditempuh anak, perilaku
orang tua dan lingkungan kelompok teman sebaya, serta peran dan pilihan anak ketika
berinteraksi dengan lingkungan sosial.
2.4 Pengaruh kepribadian terhadap peserta didik
Memahami karakter seseorang memang sangat sulit, namun sangat penting. Apalagi kita sebagai
pendidik selalu bersama dengan peserta didik yang sangat banyak dan masing-masing
mempunyai karakter-karakter tersendiri. Keadaan atau proses beajar dan mengajar tidak dapat
berjalan dengan baik apabila kita tidak saling mengenal dengan peserta didik. Saling mengenal
tidak harus dengan menghafal nama-nama dari peserta didik, tetapi pendidik harus mengenal
kepribadian dari murid-muridnya.
Berdasarkan tipe-tipe kepribadian yang telah tercantum di atas bahwa setiap sifat yang baik pasti
ada sifat yang jelek. Ada peserta didik yang diajak berbicara selalu merespon, ada peserta didik
yang periang, ada sifat atau pribadi yang tertutup, ada peserta didik yang kurang menghargai
pendidikya dan mengaggap suatu hal biasa. Kita sebagai pedidik, kita harus mengendalikan ego
dan menambah kesabaran saat berinteraksi dengan peserta didik untuk mengingatkan bahwa hal
tersebut salah, benar, sopan dan lain-lain. Misalnya, anak yang suka bergurau dan menganggap
guru adalah teman, saat pendidik melakukan kesalahan dan peserta didik mengejek dengan kata
kurang sopan. Apabila kita langsung memarahi dan tidak bisa menahan emosi kita, maka kita
akan ditakuti oleh dia dan bisa saja peserta didik tersebut dan yang lain langsung merasa tegang
dan akhirnya pada saat peajaran, bukan suasana yng menyenangkan yang didapat melainkan
suasana tegang. Kita sebagai pendidik harus melihat kepribadian siswa tersebut apakah mudah
tersingung atau tidak. Bila murid tersebut tidak muah tersinggung, kita bisa mengingatkan
kesalahannya dengan cara lelucon. Namun bila dia mudah tersinggung maka kita bisa menegur
saat di luar jam pelajaran. Bila suasana yang tercipta adalah tegang maka materi yang diberikan
tidak diserap hingga maksimal dan akhirnya prestasi menurun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peserta didik mserupakan subjek utama dalam penyelenggaran pembelajaran. Tugas
utama peserta didik adalah belajar, yaitu kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh
perubahan perilaku dari segala aspek, mulai dari kognitif sampai psikomotorik.
Selama proses belajar berlangsung, pengembangan kepribadian peserta didik pun ikut berubah.
Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan
kepada anaknya, pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil
pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang
sudah ada. Begitu banyak tipe dan karakteristik dari kepribadian dan tiap individu.
Dan setiap orang memiliki kepribadian yang tidak sama, sehingga dengan ketidaksamaan tiap
individu, para pendidik harus bisa memahami kepribadian masing-masing agar prestasi peserta
didik satu dengan peserta lainnya mempunyai peluang yang sama tanpa membuat kepribadian
buruk mereka muncul.
3.2 Saran
Dengan terselesainya penulisan makalah ini ditujukan untuk para mahasiswa dan
masyarakat luas pada umumnya untuk membaca makalah ini supaya menambah pengetahuan
tentang “Perkembangan Kepribadian” secara keseluruhan dengan baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai