Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

MATA KULIAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


“TUGAS TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA”

DOSEN PENGAMPU:
Dra. Rahmulyani, M.Pd., Kons

DISUSUN OLEH:
ANDRI SAMUEL SIAGIAN
4182111002
PEND.MATEMATIKA DIK C 2018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Setiap individu memiliki periode perkembangan dan pertumbuhan menuju ke arah
otonomi (kemandirian). Untuk mencapai perkembangan tersebut, setiap individu harus melewati
tugas- tugas perkembangan pada setiap fase perkembangannya. Keberhasilan individu dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya akan menimbulkan kebahagiaan dan membawa
kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan pada fase selanjutnya.
Dalam mengembangkan tugas-tugas perkembangan, sekolah mempunyai peranan yang
berarti bagi perkembangan kepribadian anak. Sekolah mempunyai tanggung jawab penting
dalam membantu para siswa untuk mencapai tugas perkembangannya.
Berdasarkan ilustrasi tersebut maka dalam makalah ini kami akan memaparkan mengenai
tugas-tugas perekembangan yang meliputi pengertian dan sumber tugas perekembangan, tugas-
tugas perkembangan pada setiap fase dan peran sekolah dalam mengembangkan tugas
perkembangan.

B.  Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat diambil beberapa rumusan masalah yaitu:
1.      Apa pengertian dan sumber tugas perkembangan?
2.      Bagaimana tugas-tugas perkembangan pada setiap fase?
3.      Bagaimana peranan sekolah dalam mengembangkan tugas perkembangan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian dan Sumber Tugas Perkembangan
Setiap individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupannya melalui
beberapa periode atau fase-fase perkembangan. Setiap fase perkembangan mempunyai
serangkaian tugas perkembangan yang harus diselesasikan dengan baik oleh setiap individu.
Sebab kegagalan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu berakibat tidak
baik pada kehidupan fase berikutnya. Sebaliknya keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan pada fase tertentu akan memperlancar pelaksanaan tugas-tugas perkembangan
pada fase berikutnya.
RJ. Havighurst mengistilahkan tugas-tugas perkembangan dengan developmental task yaitu
suatu tugas yang timbul pada suatu periode atau masa tertentu dalam kehidupan seseorang.
Tugas tersebut muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu. Apabila
berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas
perkembangan berikutnya. Apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri
individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masayarakat, dan kesulitan-kesulitan
dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau keterampilan yang
seyogyanya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Hurlock
(1981) mengemukakan bahwa tugas-tugas perkembangan merupakan social expectations
(harapan-harapan sosial-masayarakat). Dalam arti setiap kelompok budaya mengharapkan para
anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang
disetujui bagi berbagai usia sepanjang rentang kehidupan.

Munculnya tugas-tugas perkembangan bersumber pada faktor-faktor berikut:


1.      Kematangan fisik, misalnya belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki.
2.      Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya belajar membaca, belajar berhitung dan belajar
berorganisasi.
3.      Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu itu sendiri, misalnya memilih pekerjaan dan
memilih teman hidup.
4.      Tuntutan norma agama, misalnya taat beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama
manusia.
Tugas-tugas perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat bermanfaat bagi
individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan, yaitu sebagai berikut:
1.      Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masayarakat dari mereka
pada usia-usia tertentu.
2.      Memberikan motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan oleh
kelompok sosia pada usia tertentu sepanjang kehidupannya.
3.      Menunjukkan setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang
diharapkan dari mereka jika nantinya akan memasuki tingkat perkembangan berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan ada yang diselesaikan dengan baik, ada juga yang mengalami
hambatan. Tidak dapat deselesaikannya dengan baik suatu tugas perkembangan menjadi suatu
bahaya potensial. Setidaknya ada tiga macam bahaya potensial yang menjadi penghambat
penyelesaian tugas perkembangan, yaitu sebagai berikut:
1.      Harapan-harapan yang kurang tepat, baik individu maupun lingkungan sosial mengharapkan
perilaku di luar kemampuan fisik maupun psikologis.
2.      Melangkahi tahap-tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan menguasai
tugas-tugas tertentu.
3.      Adanya krisis yang dialami individu karena melewati satu tingkatan ke tingkatan yang lain

B.  Tugas-Tugas Perkembangan


Tugas-tugas perkembangan beberapa dianataranya muncul sebagai akibat kematangan fisik,
sedangkan yang lain berkembang karena adanya aspirasi budaya, sementara yang lain lagi yaitu
karena nilai-nilai dan aspirasi individu.
Tugas-tugas perkembangan bagi setiap fase perkembangan dalam rentang kehidupan
individu dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Tugas Perkembangan Usia Bayi dan Kanak-Kanak (0,0-6,0 tahun)
a.       Belajar berjalan.
b.      Belajar memakan makanan padat.
c.       Belajar berbicara.
d.      Belajar buang air kecil dan buang air besar (toilet training).
e.       Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
f.       Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
g.      Belajar memahami konsep-konsep sederhana tentang kehidupan sosial dan alam.
h.      Belajar melakukan hubungan emosioanal dengan orang tua, saudara, dan orang lain.
i.        Belajar mengenal konsep baik dan buruk (mengembangkan kata hati).
j.        Mengenal konsep norma atau ajaran agama secara sederhana.

2.      Tugas Perkembangan Usia Sekolah Dasar (7,0 – 12 tahun)


a.       Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
b.      Belajar membentuk sikap positif, yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk
biologi (dapat merawat kersihan dan kesehatan diri).
c.       Belajar bergaul dengan teman sebaya.
d.      Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
e.       Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
f.       Belajar mengembangkan konsep (agama, ilmu pengetahuan, adat istiadat) sehari-hari.
g.      Belajar mengembangkan kata hati (pemahaman tentang benar-salah, baik-buruk).
h.      Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap mandiri).
i.        Belajar mengembangkan sikap positif terhadap kehidupan sosial.
j.        Mengenal dan mengamalkan ajaran agama sehari-hari

3.      Tugas Perkembangan Usia Remaja (13-19 tahun)


a.       Menerima fisiknya sendiri berikut kualitas keragamannya.
b.      Mencapaikemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas.
c.       Menegembangkan keterampilan komunikasi interpersonal.
d.      Mampu bergaul dengan teman sebaya atau orang lain secara wajar.
e.       Menemukan manusia model yang dijadikan pusat identifikasinya.
f.       Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.
g.      Memperoleh self-control (kemampuan mengendalikan sendiri) atas dasar skala nilai, prinsip-
prinsip atau falsafah hidup.
h.      Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri yang kekanak-kanakan.
i.        Bertingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
j.        Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga
Negara.
k.      Memilih dan mempersiapkan karir (pekerjaan).
l.        Memilki sikap positif terhadap pernikahan dan hidup berkeluarga.
m.    Mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

Tugas-tugas perkembangan fase remaja sangat berkaitan dengan perkembangan


kognitifnya yaitu fase operasional formal. Kematangan pencapaian kognitif akan sangat
membantu kempamuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan dengan baik. Tahap ini
memungkinkan remaja mampu berpikir secra lebih abstrak, menguji hipoteis dan
mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya daripada sekadar melihat apa adanya.
Untuk dapat memenuhi dan melaksanakan tugas perkembangan, diperlukan kemampuan kreatif
remaja. Kemmapuan kreatif ini banyak diwarnai oleh perkembangan kognitifnya

4.      Tugas Perkembangan Usia Dewasa Awal (20-40 tahun)


a.       Mengembangkan sikap wawasan dan pengamalan nilai-nilai agama.
b.      Memperoleh atau memulai memasuki pekerjaan.
c.       Memilih pasangan hidup.
d.      Mulai memasuki pernikahan dan hidup berkeluarga.
e.       Mengasuh, merawat dan mendidik anak.
f.       Meneglola hidup rumah tangga.
g.      Memperoleh kemampuan dan kemantapan karir.
h.      Mengambil tanggung jawab atau peran sebagai warga masyarakat
i.        Mencari kelompok sosial (kolega) yan menyenangkan

5.      Tugas Perkembangan Usia Dewasa Madya (40-60 tahun)


a.       Memanatapkan pemahaman dan pengamalan nila-nilai agama.
b.      Mencapai tanggung jawab sosial sebgai warga Negara.
c.       Membantu anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung
jawab dan bahagia.
d.      Menerima dan menyesuaiakan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek
fisik.
e.       Memantapakan keharmonisan hidup berkeluarga.
f.       Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir.
g.      Memantapkan peran-perannya sebgai orang dewasa, baik di lingkungan kerja maupun
masyarakat
6.      Tugas Perkembangan Usia Dewasa Tua (Lansia: 60 tahun-mati)
a.       Lebih memantapkan diri dalam mengamalakan ajaran agama.
b.      Mampu menyesuaikan diri dengan menurunnya kemapauan dan kesehatan fisik.
c.       Dapat menyesuaikan diri dengan masa pensiun (jika pegawai negeri) dan berkurangnya
income, penghasilan keluarga.
d.      Dapat menysesuaiakan diri dengan kematian pasangan.
e.       Membentuk huungan dengan orang lain yang seusianya.
f.       Memantapkan hubungan yang lebih harmonis dengan anggota keluarga (istri, anak, menantu,
cucu dan saudara).

C.  Peranan Sekolah dalam Mengembangkan Tugas Perkembangan


Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan
program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu
mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral spiritual, intelektual,
emosional, maupun sosial.
Menurut Havighurst (1961: 5) sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab penting
dalam membantu para siswa mencapai tugas perkembangannya. Sehubungan dengan hal ini
sekolah seyogyanya berupaya untuk menciptakan ikilm yang kondusif, atau kondisi yang dapat
memfasilitasi siswa untuk mencapai tugas perkembangannya.
Alasan mengapa sekolah memainkan peranan yang berarti bagi perkembangan anak
yaitu anak-anak menghabiskan kurang lebih 10.000 jam waktunya di ruang kelas dan mereka
menghabiskan waktu bertahun-tahun di sekolah sebagai anggota suat masyarakat kecil yang
harus mengerjakan sejumlah tugas dan mengikuti sejumlah aturan yang menegaskan dan
membatasi perilaku, perasaan dan sikap mereka.
Menurut Seifert dan Hoffnung (1994), sekolah mempengaruhi perkembangan anak
melalui dua kurikulum, yaitu academic curriculum dan hidden curriculum. Academic curriculum
meliputi sejumlah kewajiban yang diharapkan dikuasai oleh anak. Ia membantu anak
memperoleh pengetauan akademis dan kemampuan intelektual yang dibutuhkan untuk
keberhasilan berpartisispasi dalam masyarakat. Hidden curriculum meliputi sejumlah norma,
harapan dan penghargaan yang implisit untuk dipikirkan dan dilaksanakan dengan cara-cara
tertentu yang disampaikan melalui hubungan sosial sekolah dan otoritas, khususnya yang
berkenaan dengan peran sosial guru-siswa dan perilaku yang diharapakan oleh masyarakat.
Secara khusus peran sekolah dalam fase kanak-kanak dan remaja dijelaskan sebagai
berikut. Pada masa kanak-kanak, dimana penguasaan tugas-tugas perkembangan tidak lagi
sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua seperti tahun-tahun prasekolah. Penguasaan
tersebut menjadi tanggung jawab guru dan sebagian kecil juga menjadi tanggung jawab
kelompok teman-teman. Misalnya, pengembangan keterampilan dasar seperti membaca, menulis,
berhitung dan pengembanagan sikap mental terhadap kelompok sosial dan lembanga-lembaga
merupakan tanggung jawab guru dan orang tua.
Kemudian pada masa remaja, sekolah dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan
keterampilan intelektual dan konsep penting bagi kecakapan sosial. Namun, hanya sedikit remaja
yang mampu menggunakan keterampilan dan konsep ini dalam situasi praktis. Mereka yang aktif
dalam berbagai aktif ekstra kulikuler menguasai praktek demikian, namun mereka yang tidak
aktif karena harus bekerja setelah sekolah atau karena tidak diterima oleh teman-teman, tidak
memperoleh kesempatan ini. Sekolah dan pendidikan tinggi juga mencoba untuk membentuk
nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam
perkembangan ini.
Upaya sekolah untuk memfasilitasi tugas-tugas perkembangan siswa, akan berjalan dengan
baik apabila di sekolah tersebut telah tercipta iklim atau atmosfir yang sehat atau efektif, baik
yang menyangkut aspek manajemennya, maupun profesionalisme para personelnya.
Menurut David W. Johnson sekolah yang efektif dapat didefinisikan melalui pengukuran
tentang:
1.      Biaya pendidikan bagi setiap siswa untuk mencapai tingkat kompetensi atau sosialisasi
pendidikan tertentu.
2.      Motivasi atau semangat para personel sekoah dan siswa.
3.      Kemampuan sekolah untuk memiliki personel fasilitas material dan siswa yang baik.
4.      Kemampuan sekoah untuk menempatkan para lulusannya ke sekolah lanjutan (perguruan tinggi)
atau dunia kerja.
Jadi sekolah yang efektif yaitu sekolah yang memajukan, meningkatkan dan
mengembangkan prestasi akademik, keterampilan sosial, sopan santun, sikap positif terhadap
belajar, rendahnya angka absen siswa, dan memberikan keterampilan-keterampilan yang
memungkinkan siswa dapat bekerja. Sedangkan sekolah yang sehat didefinisikan sebagai
kemampuan sekolah untuk berkembang dan berubah dalam cara-cara yang produktif.
Berbicara peran sekolah maka tidak terlepas dari sosok yang menjadi kunci yaitu guru.
Dalam situasi sosial apapun guru tetap dinillai oleh masyarakat sebagai pemberi inspirasi,
penggerak, dan pelatih dalam penguasaan kecakapan tertentu bagi sesama, khususnya bagi siswa
Kemudian pada masa remaja, sekolah dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan
keterampilan intelektual dan konsep penting bagi kecakapan sosial. Namun, hanya sedikit remaja
yang mampu menggunakan keterampilan dan konsep ini dalam situasi praktis. Mereka yang aktif
dalam berbagai aktif ekstra kulikuler menguasai praktek demikian, namun mereka yang tidak
aktif karena harus bekerja setelah sekolah atau karena tidak diterima oleh teman-teman, tidak
memperoleh kesempatan ini. Sekolah dan pendidikan tinggi juga mencoba untuk membentuk
nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam
perkembangan ini.
Upaya sekolah untuk memfasilitasi tugas-tugas perkembangan siswa, akan berjalan dengan
baik apabila di sekolah tersebut telah tercipta iklim atau atmosfir yang sehat atau efektif, baik
yang menyangkut aspek manajemennya, maupun profesionalisme para personelnya.
Menurut David W. Johnson sekolah yang efektif dapat didefinisikan melalui pengukuran
tentang:
1.      Biaya pendidikan bagi setiap siswa untuk mencapai tingkat kompetensi atau sosialisasi
pendidikan tertentu.
2.      Motivasi atau semangat para personel sekoah dan siswa.
3.      Kemampuan sekolah untuk memiliki personel fasilitas material dan siswa yang baik.
4.      Kemampuan sekoah untuk menempatkan para lulusannya ke sekolah lanjutan (perguruan tinggi)
atau dunia kerja.
Jadi sekolah yang efektif yaitu sekolah yang memajukan, meningkatkan dan
mengembangkan prestasi akademik, keterampilan sosial, sopan santun, sikap positif terhadap
belajar, rendahnya angka absen siswa, dan memberikan keterampilan-keterampilan yang
memungkinkan siswa dapat bekerja. Sedangkan sekolah yang sehat didefinisikan sebagai
kemampuan sekolah untuk berkembang dan berubah dalam cara-cara yang produktif.
Berbicara peran sekolah maka tidak terlepas dari sosok yang menjadi kunci yaitu guru.
Dalam situasi sosial apapun guru tetap dinillai oleh masyarakat sebagai pemberi inspirasi,
penggerak, dan pelatih dalam penguasaan kecakapan tertentu bagi sesama, khususnya bagi siswa.
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1.    Tugas perkembangan yaitu suatu tugas yang timbul pada suatu periode tertentu dalam rentang
kehidupan individu. Tugas perkembangan bersumber dari kematangan fisik, tuntutan
masayarakat secara kultural, tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu, dan tuntutan norma
agama.
2.    Tugas perkembangan yaitu dimulai dari fase usia bayi dan kanak-kanak, usia sekolah dasar (7,0
– 12 tahun), usia remaja (13-19 tahun), usia dewasa awal (20-40 tahun), usia dewasa madya (40-
60 tahun), dan usia dewasa tua (lansia: 60 tahun-mati).
3.    Sekolah mempengaruhi perkembangan anak melalui dua kurikulum, yaitu academic curriculum
dan hidden curriculum. Berbicara peran sekolah maka tidak terlepas dari sosok guru. Dalam
situasi sosial apapun guru tetap dinillai sebagai pemberi inspirasi, penggerak, dan pelatih dalam
penguasaan kecakapan tertentu bagi siswa agar mereka siap untuk membangun hidup beserta
lingkungan sosialnya.

B.  Penutup
Demikian makalah ini kami susun, kami menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami senantiasa mengharapkan kontribusi konstruktif dari para
pembaca dalam bentuk saran maupun kritik yang konstruktif demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya, kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2005. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Agustiani, Hendriani. 2006. Psikolo
gi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian pada Remaja.
Bandung: Refika Aditama.
Desmita. 2013. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Developmental Pscycology A Life Span Approach, Fifth Edition. Jakarta:
Erlangga.
Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai