Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ni Wayan Defta Utami

Kelas/NPM : 3E/5019134
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Candres Abadi, M.Pd., Kons
Resume tentang Perbedaan Individual
(Kecerdasan dan Kepribadian)
a. Kecerdasan
Kecerdasan bisa juga disebut sebagai intelegensi. Beberapa pengertian
kecerdasan/intelegensi menurut beberapa ahli, yaitu:
1. Alferd Binet (1857-1911) dan Theodeore Simon
Intelegensi adalah kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan
tindakan,kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah
dilaksanakan dankemampuan untuk mengkritik diri sendiri.
2. George D. Stoddard (1941)
Intelegensi sebagai bentuk kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang
bercirikan :
 Mengandung kesukaran
 Kompleks, yang mengandung bermacam jenis tugas yang harus diatasi
dengan baikdalam arti bahwa individu yang inteligen mampu menyerap
kemampuan baru dan memadukannya dengan kemampuan yang sudah
dimiliki untuk kemudian digunakan dalam menghadapi masalah.
 Abstrak, mengandung simbol-simbol yang memerlukan analisis dan
interpretasi.
 Ekonomis, yang dapat diselesaikan dengan menggunakan proses mental
yang efisien dari segi penggunakan waktu.
 Diarahkan pada satu tujuan, yaitu bukan dilakukan tanpa maksud
melainkan mengikuti suatu arah atau target yang jelas.
 Mempunyai nilai sosial, yaitu cara dan hasil pemecahan masalah yang
dapat diterima oleh nilai dan norma sosial.
 Berasal dari sumbernya, yaitu pola fikir yang membangkitkan kreativitas
untuk menciptakan sesuatu yang baru.
3. Wechlsler (1965)
Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan mencapai suatu tujuan,
untuk berpikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan lingkungan secara
efektif.
4. Walters dan Gardner (1986)
Intelegensi adalah serangkaian kemampuan yang memungkinkan individu
memecahkanmasalah atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya
tertentu.
5. Flynn (1987)
Intelegensi adalah kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan belajar
dari pengalaman.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Intelegensi adalah
kemampuan yang dibawa sejak lahir yang dapat digunakan untuk menyesuaikan diri
terhadap kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan
tujuannya. Menurut M. Ngalim Purwanto (2004: 55-56), ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi intelegensi yang mengakibatkan terjadinya perbedaan antara intelegensi
seseorang dengan yang lain. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi tingkat intelegensi
seseorang, yaitu :
a) Pembawaan
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir sesuai
dengan batas kesanggupan kita, yakni dapat tidaknya seseorang memecahkan
suatu soal, hal tersebut ditentukan oleh pembawaan kita.
b) Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan,
Tiap organ (fisik dan psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai
kesanggupan dalam menjalankan fungsinya masing-masing.
c) Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi.
d) Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan pembuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan
bagi pembawaan itu. Dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia
untuk berinteraksi dengan dunia luar.
e) Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu
dalam memecahkan masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode
juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi intelegensi seseorang. Maka sebagai seorang pendidik, seorang guru
harus mampu mempengaruhi kemampuan intelektual siswa agar dapat berfungsi secara
maksimal dan mencoba melengkapi program pengajaran yang ditujukan bagi mereka
yang lambat dalam belajar.

b. Kepribadian
Kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yang khas, yang menentukan
penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan (Atkinson, dkk, 1996). Definisi tersebut
menyiratkan adanya konsistensi perilaku, bahwa orang cenderung untuk bertindak atau
berpikir dengan cara tertentu dalam berbagai situasi. Kepribadian juga menyiratkan
adanya karakteristik yang membedakan satu individu dengan individu yang lain.
Kepribadian adalah ciri dalam diri seseorang yang diekspresikan melalui prilaku dan
tingkah laku keseharian dalam situasi sosial tertentu.
Pengertian kepribadian itu sendiri berbeda dengan perilaku. Kepribadian memengaruhi
atau membentuk perilaku, namun bukan perilaku. Kepribadian bersifat abstrak dan
berada dalam diri individu. Kepribadian seseorang tidak bisa diketahui secara pasti. Kita
hanya bisa menilai berdasarkan tanda-tanda yang tampak saja. Suatu hari, misalnya, kita
ditilang polisi karena nggak pake helm. Tiba-tiba polisi tersebut meminta uang damai.
Dalam hati kita membatin bahwa polisi tersebut korup. Korup merupakan tingkah laku
polisi itu. Kita menilai demikian karena ia minta uang damai. Tapi bagaimana
kepribadian sebenarnya polisi itu tidak kita ketahui.
Kepribadian seseoarang yang kita nilai dari perilaku yang tampak tidak muncul begitu
saja, melainkan melalui proses yang panjang. Proses pembentukan kepribadian terjadi
melalui sosialisasi yang dimulai sejak kita lahir. Bahkan ada yang meyakini, sejak dalam
kandungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian, yaitu:
 Faktor biologis
Faktor biologis sebagai pembentuk kepribadian selalu diragukan dalam sudut
pandang sosiologi. Namun pada kenyataanya, dalam masyarakat beredar opini
bahwa karakter fisik tertentu membentuk kepribadian tertentu. Misal, orang yang
kepalanya besar dianggap cerdas, orang yang rambutnya keriting calon orang
sukses, orang yang kepalanya kotak kriminal. Tak perlu tersinggung dengan
contoh tersebut karena semua itu mitos.
Faktor biologis dianggap memiliki kontribusi pada pembentukan kepribadian
khususnya berhubungan dengan keturunan. Seringkali kita mendengar ungkapan
bahwa ”buah tak jatuh jauh dari pohonnya”. Seorang anak tentara yang tegas,
keras dan disiplin membuat para tetangga tak heran. Mereka langsung berpikir itu
karena pengaruh orang tuanya. Singkatnya, anak dilihat sebagai cerminan orang
tua. Kepribadian anak diturunkan dari orang tua. Lagi-lagi kita tidak bisa semerta-
merta percaya pada pandangan ini. Faktor biologis sebagai pembentuk
kepribadian sangat problematis.
 Faktor geografis
Satu level diatas faktor biologis adalah faktor geografis. Penjelasan faktor
geografis lebih masuk akal meskipun biasanya pembelajar sosiologi tidak tertarik
mendalami faktor ini. Pengaruh faktor geografis bisa dilihat dari perbedaan
kepribadian antara individu atau kelompok masyarakat yang tinggal di lokasi
dengan karakteristik yang berlainan. Misal, kita menemukan bahwa orang pantai
cenderung lebih bersikap terbuka pada orang asing, ketimbang orang gunung.
Iklim, temperatur, kondisi topografis tanah seringkali dianggap memiliki
pengaruh besar pada pembentukan kepribadian. Orang yang tinggal di kutub
memiliki kepribadian yang berbeda dengan orang yang tinggal di daerah tropis.
Perbedaannya seperti apa terbuka untuk diperdebatkan. Sekali lagi perbedaan
kepribadian tersebut merupakan kecenderungan umum. Kita tidak bisa melakukan
over generalisasi dan menganggap bahwa semua orang gunung tidak terbuka pada
orang asing, misalnya.
 Faktor psikologis
Faktor ini sedikit menarik perhatian para sosiolog. Faktor psikologis sebagai
pembentuk kepribadian berhubungan dengan pengalaman unik yang dialami oleh
individu. Pengalaman unik tersebut memengaruhi kondisi emosional dan mental
individu sehingga membentuk suatu kepribadian tertentu. Pengalaman unik bisa
positif, bisa pula negatif.
Contoh faktor psikologis yang bisa saya paparkan disini adalah trauma karena
peristiwa tertentu. Misalnya, korban begal mengalami trauma naik motor
sendirian pada malam hari. Ia menjadi pribadi yang lebih pendiam karena
diselimuti rasa takut setelah peristiwa yang dialaminya. Kondisi psikologis korban
begal membentuk kepribadian korban menjadi lebih pendiam.
 Faktor budaya
Faktor ini selalu menarik pemerhati ilmu sosial dan budaya. Unsur-unsur
kebudayaan secara langsung memengaruhi pola perilaku individu. Kegiatan
sehari-hari yang membentuk suatu kultur juga dapat memengaruhi kepribadian
individu. Contoh, kebudayaan masyarakat Minangkabau yang suka merantau dan
jualan, membentuk kepribadian orang Minangkabau untuk terbuka pada orang-
orang baru yang ditemuinya.
Contoh lain lagi, kebiasaan seseorang melakukan solo travelling, membentuk
kepribadian orang tersebut untuk berani mengambil resiko dan tidak malu
memulai pembicaraan dengan orang asing. Kultur travelling telah membentuk
kepribadian seorang traveller yang konon katanya mempunyai hasrat besar untuk
menjelajah tempat-tempat baru. Kebiasaan selalu membentuk kultur, lalu kultur
itu memengaruhi atau membentuk kepribadian.
 Faktor social
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah pengalaman-pengalaman dalam
pergaulan. Pergaulan tidak hanya dengan teman, tetapi bisa juga dengan buku,
film, website, dan sebagainya. Dalam kehidupan sosial, kita senantiasa menjalani
pergaulan dengan individu atau kelompok tertentu. Lingkungan sosial berupa
pergaulan memiliki pengaruh pada para anggotanya. Teman kita, misalnya,
memiliki nilai atau keyakinan tertentu yang ia anut dalam keseharian. Nilai
tersebut tersosialisasikan, baik sengaja atau pun tidak dalam pergaulan kepada diri
kita. Dalam pergaulan, ada tokoh atau kelompok yang biasanya dijadikan acuan.
Ambil contoh, lingkungan pergaulan yang membentuk kepribadian individu pada
mulanya adalah keluarga. Seiring waktu, seorang anak memiliki teman bergaul, di
sekolah, di rumah, atau di manapun ia bergaul. Lingkungan sosial pertemanan
mulai mengambil alih peran dominan keluarga. Pasca sekolah, ia kuliah atau
kerja, maka lingkungan sosial dan pergaulannya berubah lagi. Masing-masing
lingkungan sosial memiliki nilai-nilai yang kecenderungannya berbeda.
Misalnya, seorang anak dilahirkan dalam keluarga taat agama. Anak tersebut
awalnya dikenal religius. Ketika kuliah, membaca Das Kapital sehingga
kepribadiannya kekiri-kirian. Setelah lulus, ia mendalami filsafat agama sehingga
menjadi juru bicara liberalisme. Lalu, usia paruh bayanya dihabiskan untuk
mencari uang dengan bergaul dengan kaum kapitalis. Ketika tua ia bergaul
dengan penjual parfum biar kecipratian wanginya. Kepribadian orang tersebut
berubah-ubah tergantung seperti apa lingkungan sosialnya

Anda mungkin juga menyukai