Anda di halaman 1dari 14

ESENSI TUGAS BELAJAR DAN INSERVICE

TRAINING
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Etika Profesi Keguruan”

Disusun oleh :
Muhammad habib Abdullah : 050120.00025
Pupu marpuah : 050120.00044

Semester 9

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-AMIN

2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat


Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu.

Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan


kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
zaman jahiliyah menuju zaman nuranniyah yakni addinul is-
lam.

Penyusun menyadari bahwa apa yang disajikan di


dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu, dengan segala kerendahan hati penyusun mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhirnya dengan syukur alhamdulillah atas tersele-


saikanya makalah ini, diiringi do’a semoga bermanfaat bagi
kita semua. Amin.

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .............................................................................................

Kata Pengantar................................................................................................

Daftar Isi........................................................................................................

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang....................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................
C. Tujuan.................................................................................................

BAB II Pembahasan

A. Pengertian Guru.................................................................................
B. Peran Guru dalam Pembelajaran.......................................................
C. Tujuan dan sasaran tugas belajar ......................................................

BAB III Penutup

A. Kesimpulan......................................................................................

Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahirnya Kepmendikbud No.0854/0/89 berarti kuali-
fikasi guru sekolah dasar itu adalah diploma II PGSD.
Implikasi dari keputusan tersebut maka guru sekolah
dasar lulusan SPG atau PGA perlu ditugas belajarkan
dalam bentuk program penyetaraan Diploma II PGSD.
Sementara pada sejumlah sekolah dasar unggulan dite-
mukan adanya kecenderungan diterapkannya peraturan
kepegawaian bahwa seorang guru sekolah dasar tidak
cukup berkualifikasi Diploma II PGSD. Pada sekolah
dasar tersebut, kualifikasi kepala sekolah dasar dan guru-
gurunya harus sarjana pendidikan, lulusan strata 1.
Bahkan dalam rangka membina profesionalisme pe-
gawainya, yayasan yang menaunginya berusaha
menyekolahkannya ke LPTK. Semua yang dilakukan un-
tuk menyekolahkan guru sekolah dasar di atas, baik
dalam bentuk program penyetaraan Diploma II PGSD
maupun menyekolahkannya ke LPTK dimaksudkan un-
tuk meningkatkan profesionalisme guru. Oleh karena itu,
tugas belajar dapat ditempuh dalam rangka pembinaan
profesionalisme pegawai di sekolah dasar.

1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian program tugas belajar?
2. Apa pengertian inservice training?
3. Bagaimana tujuan dan sasaran tugas belajar?

C. Tujuan
1. untuk mengetahui pengertian program tugas belajar
2. untuk mengetahui pengertian insevice training
3. untuk mengetahui tujuan dan sasaran tugas belajar

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Program Tugas Belajar
Tugas Belajar adalah penugasan yang diberikan oleh
pejabat yang berwenang kepada pegawai negeri sipil atau
guru untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri bukan
atas biaya sendiri dengan meninggalkan tugas pokok se-
hari-hari sebagai seorang guru.1
Penugasan yang diberikan oleh pejabat yang berwe-
nang kepada PNS untuk melanjutkan pendidikan ke jen-
jang yang lebih tinggi atau yang setara baik di dalam
maupun di luar negeri, bukan atas biaya sendiri, dan
meninggalkan tugas sehari-hari sebagai PNS. Tugas bela-
jar dapat dilaksanakan di dalam atau di luar negeri yang
meliputi pendidikan akademik, pendidikan vokasi, dan
pendidikan profesi.Selain tugas belajar, PNS dapat pula
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau
pendidikan yang setara atas biaya sendiri dengan istilah
ijin belajar. Adapun Syarat bagi PNS yang akan belajar
atas biaya sendiri adalah:
1. Biaya pendidikan dan fasilitas penunjang
lainnya ditanggung oleh yang bersangkutan;
2. Tidak meninggalkan tugas kedinasan dan
atau tugas pekerjaan sehari-hari;

1
Amatembun, Supervise Pendidikan, (bandung : Suri ), 1981, hlm. 63.

4
3. Tidak menuntut kenaikan pangkat penyesua-
ian ijazah;
4. Mempunyai DP3 minimal 2 (dua) tahun ter-
akhir yang setiap unsur penilaiansekurang-
kurangnya bernilai baik; dan
5. Mendapatkan rekomendasi dari atasan lang-
sung mengenai bidang studiyang akan ditem-
puh sesuai dengan tugas pekerjaannya.

Untuk mengetahui apa dan bagaimana pengaturan tentang tu-


gas belajar Anda dapat membaca Peraturan Menteri Pen-
didikan Nasional Republik Indonesia Nomor48 Tahun 2009
tentang Pedoman Pemberian Tugas Belajar bagi Pegawai
Negeri Sipil di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional
pada link berikut: permen Mentri No. 48 Tahun 2009 Ke-
mendikbud tentang Aturan Tugas Belajar dan IjinBelajar di
Lingkungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Ke-
mendikbud).2

B. Pengertian Inservice Training

2
Oteng Sutisna, Supervisi dan Administrasi Pendidikan (jemars) 1979, hlm
75.

5
Inservice-training dalam bahasa Indonesia sering dise-
but pendidikan dalam jabatan. Istilah lain yang juga
dipergunakan ialah Upgrading atau penataran dan inser-
vice education yang pada dasarnya mempunyai maksud
yang sama. Inservice-training diberikan kepada guru-
guru yang dipandang perlu meningkatkan ketrampilan/
pengetahuannya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya dibidang pendidikan.
Seorang guru pada dasarnya sudah dipersiapkan
melalui lembaga pendidikan guru sebelum terjun kedalam
jabatannya. Pendidikan persiapan itudisebut pre-service
education sebagaiman penulis paparkan di atas. Diantara
mereka banyak yang sudah cukup lama meninggalkan
pre-service education dan bertugas dilingkungan yang
tidak memungkinkan untuk mengikuti berbagai 2 Oteng
Sutisna, Supervisi dan Administrasi Pendidikan (Jemars)
1979, hlm 75. perkembangan dan kemajuan. Disamping
itu banyak pula mereka yang memangtidak berusaha un-
tuk berkembang didalam meningkatkan kemampuan se-
bagaiguru/pendidik dan tenggelam dalam kegiatan men-
gajar secara rutin. Untuk mengejar ketinggalan itu agar
guru selalu up to date dalam menjalankan tugas-tugasnya
diperlukan inservice-training secara terarah dan beren-
cana. Penyusunan program inservice-training dan
berusaha mewujudkannya merupakan bagian dari
kegiatan supervisi.

6
Sejalan dengan uraian diatas inservice-training dapat
diartikan sebagaiusaha meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan guru dalam bidang tertentusesuai dengan tu-
gasnya, agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktifi-
tas dalammelakukan tugas-tugas tersebut.3
Pendidikan pra- jabatan atau “ pre-service ” meru-
pakan fase mempersiapkan tenaga-tenaga kependidikan
untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan
dan sikap-sikap yang dibutuhkan sebelum bertugas atau
berdinas. Misalnya semasa belajar di SPG atau kuliah di
IKIP. Setelah mulai bertugassebagai guru, ia tidak boleh
statis tetapi ia harus dinamis yaitu harus ikut berkembang
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi pada
umumnya, khusunya dibidang profesi keguruan atau
kependidikan. Ia harus berkembangsambil menunaikan
tugasnya. Untuk mengembangkan profesi atau kecakapan
dalam masa jabatannya ini diperlukan pendidikan atau
latihan “ inservice ”.
Pendidikan “ Inservice ” (dalam jabatan) atau latihan -
latihan semasa berdinas, dimaksudkan untuk
meningkatkan dan mengembangkan secara kontinu
pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan dan sikap-sikap
para guru dan tenaga-tenaga kependidikan lainnya guna
mengefektifkan dan mengefesiensikan pekerjaan/jabatan-

3
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, ( Bandung :
PT Remaja Rosdakarya), 1991, hlm. 95

7
nya. Program pendidikan atau latihan tersebut dapat dise-
lenggarakan secara formal oleh pemerintah, berupa pe-
nataran-penataran ataulokakarya-lokakarnya baik secara
lisan atau tertulis, dapat pula diselenggarakan secara in-
formal oleh yang berkepentingan baik secara individual,
maupun secara berkelompok.
Menurut gagasan supervisi modern, inservice-training
atau pendidikandalam jabatan merupakan bagian yang in-
tegral dari program supervisi yang harusdiselenggarakan
oleh sekolah-sekolah setempat untuk memenuhi kebu-
tuhan-kebutuhan sendiri dan memecahkan persoalan-per-
soalan sehari-hari yang menghendaki pemecahan segera.
Program inservice-training atau refreshing inidipimpin
oleh pengawas setempat sendiri atau dengan bantuan para
ahli dalamlapangan pendidikan.
Program inservice-training dapat melingkupi berbagai
kegiatan sepertimengadakan kursus, aplikasi, ceramah-
ceramah, workshop, seminar-seminar,mempelajari
kurikulum, survai masyarakat, demonstrasi-demonstrasi
mengajar menurut metode-metode baru, fieldtrip, kunjun-
gan-kunjungan ke sekolah-sekolahdiluar daerah, dan per-
siapan-persiapan khusus untuk tugas-tugas baru.
Kepemimpinan dalam perencanaan program-program in-
service-training termasuk tanggung jawab para pejabat
supervisi. Akan tetapi, perencanaannya sendiri dijalankan
secara kerja sama dengan guru-guru.Jadi inservice-train-

8
ing ialah segala kegiatan yang diberikan dan diterima
oleh para petugas pendidikan (pengawas, kepala sekolah,
penilik sekolah, gurudsb), yang bertujuan untuk menam-
bah dan mempertinggi mutu pengetahuan, kecakapan,
dan pengalaman guru-guru dalam menjalankan tugas ke-
wajibannya.4
C. Bagaimana Tujuan dan sasaran tugas belajar
Program Tugas Belajar ini bertujuan untuk
meningkatkan daya saing Indonesia dalam pembangu-
nan ekonomi berbasis pengetahuan. Program ini juga
memiliki tujuan yang lebih spesifik yaitu menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi kegiatan penelitian dan
pengembangan di bidang Iptek, serta untuk
meningkatkan kompetensi SDM Iptek yang terlibat
dalam penguatan SINas/SIDa.

Sedangkan sasaran yang diharapkan adalah:


1. Peningkatan kapasitas SDM Iptek dalam
rangka penguatan SINas/SIDa;
2. Tersedianya SDM Iptek lulusan Magister dan
Doktoral berbasis riset;
3. Terbentuknya jejaring riset antara LPNK/Lem-
litbang, perguruan tinggi dan industry.5

4
Amatembun, Supervisi Pendidikan, (Bandung: Suri), 1981, hlm. 86
5
peraturan presiden republik indonesia Nomor 12 tahun 1961 Tentang
Pemberian tugas belajar, him. 4

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tugas Belajar adalah penugasan yang diberikan oleh
pejabat yang berwenang kepada pegawai negeri sipil atau
guru untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri bukan
atas biaya sendiri dengan meninggalkan tugas pokok se-
hari-hari sebagai seorang guru.
Sedangkan Inservice-training merupakan salah satu
fungsi kepengawasan (supervisi) yang sangat penting. Se-
orang guru pada dasarnya sudah dipersiapkan melalui
lembaga pendidikan guru sebelum terjun kedalam ja-
batannya. Pendidikan persiapan itu disebut pre-service
education inservice-training ialah segala kegiatan yang
diberikan dan diterima oleh para petugas pendidikan.
Sebab-sebab perlunya inservice-training, disamping
pendidikan persiapan ( preservice training) yang kurang
mencukupi, juga banyak guru yang telah keluar dari seko-
lah guru tidak pernah atau tidak dapat menambah penge-
tahuan mereka sehingga menyebabkan cara kerja mereka
tidak berubah-ubah, itu-itu saja dan begitu-begitu saja.

10
DAFTAR PUSTAKA

Amatembun, 1981. Supervisi Pendidikan. Bandung: Suri.

Sutisna, Oteng. 1979, Supervisi dan Administrasi Pendidikan.


Jemars.
peraturan presiden republik indonesia Nomor 12 tahun 1961
Tentang Pemberian tugas belajar.

Purwanto, M. Ngalim, 1991. Administrasi dan Supervisi Pen-


didikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

11

Anda mungkin juga menyukai