Anda di halaman 1dari 28

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

PENERAPAN MEDIA VIDEO ANIMASI UNTUK


MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN
SISWA PADA MATERI STRUKTUR ATOM

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Lulus Mata Kuliah Metode


Penelitian

Safirah Adilah
NIM 4193331011
Program Studi Pendidikan Kimia

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
MEDAN SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wata’Ala yang telah


melimpahkan nikmat dan karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan
proposal penelitian yang berjudul Penerapan Media Video Animasi untuk
Meningkatkan Motivasi dan Pemahaman Siswa pada Materi Struktur Atom.
Proposal ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Penelitian.

Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan proposal
penelitian ini. Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari
sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya
maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi
saran dan kritik kepada saya sehingga saya dapat memperbaiki proposal
penelitian ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari proposal penelitian


ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inpirasi terhadap pembaca.

Medan, 20 September 2021

Safirah Adilah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................


1 ..................................................................................................................................
F. Tujuan Penelitian.............................................................................................3
G. Manfaat Penelitian..........................................................................................3
H. Definisi Operasional.......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
A. Dasar Teori.....................................................................................................4
B. Kerangka Teoritis.........................................................................................11
C. Hipotesis Penelitian......................................................................................12
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................13
A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................13
B. Jenis Penelitian.............................................................................................13
C. Populasi dan Sampel.....................................................................................13
D. Variabel Penelitian.......................................................................................14
E. Desain Penelitian..........................................................................................14
F. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................15
G. Instrumen Penelitian.....................................................................................16
H. Prosedur Penelitian.......................................................................................18
I. Analisis Data..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 2
C. Ruang Lingkup Masalah .......................................................................... 2
D. Batasan Masalah ....................................................................................... 2
E. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Kimia termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (science)
yang mempelajari tentang materi yang meliputi susunan, sifat, struktur,
perubahan serta energi yang menyertai perubahan tersebut. Ilmu Kimia secara
keseluruhan merupakan konsep–konsep yang bersifat kompleks dan
memerlukan kemampuan berfikir yang abstrak. Konsep dalam ilmu Kimia
terdiri dari beberapa bagian yang saling berkaitan dan dipelajari melalui tiga
level representasi, yaitu makroskopik, sub-mikroskopik, dan simbolik (Levy
dan Wilensky, 2009).

Ilmu Kimia menjadi salah satu ilmu yang tidak mudah dipahami oleh
siswa. Hambatan utama terhadap pemahaman konsep Kimia bukan karena
kesulitan pemahaman pada ketiga level representasi, namun selama ini
pemahaman hanya ditekankan pada level makroskopik dan simbolik sedangkan
pemahaman pada level sub-mikroskopik dalam pembelajaran Kimia seringkali
terlewatkan. Selain itu, bahan ajar yang digunakan tidak menyajikan konsep
dengan mengaitkan ketiga level representasi tersebut. Akibatnya siswa
mengalami kesulitan untuk memahami konsep-konsep dalam kimia dengan
benar (A’yun, dkk., 2018)

Beberapa penelitian sebelumnya juga melaporkan kesulitan siswa


dalam memahami konsep-konsep kimia pada level submikroskopik. Hasil
analisis data menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam merepresentasikan
konsep-konsep kimia pada level submikroskopik termasuk dalam kategori
sangat kurang dengan nilai rata-rata 26,33% (Indrayani, 2013; Jefriadi dkk.,
2014; Mainur dan Utami, 2019).

Berdasarkan Penelitian Qurota A’yun (2018) ditunjukkan bahwa


sebesar 32% siswa mengalami miskonsepsi pada materi struktur atom.
Rendahnya kemampuan siswa tersebut diduga akibat kurangnya pemahaman
pada level submikroskopik.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik


untuk mengangkat judul penelitian “Penerapan Media Video Animasi untuk
Meningkatkan Motivasi dan Pemahaman Siswa Pada Materi Struktur Atom”.

2
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi masalah dalam
penelitian ini adalah :

1. Pemahaman siswa dalam representasi tingkat submikroskopik merupakan


level yang sulit untuk dipahami siswa.
2. Keabstrakan materi dapat mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam
memahami atau bahkan siswa dapat mengalami kesalapahaman konsep
3. Rendahnya pemahaman siswa terkait materi struktur atom.

C. Ruang Lingkup Masalah


Pada penelitian ini terfokus pada penerapan media video animasi untuk
meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa pada materi struktur atom.

D. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah dijelaskan di atas,
maka fokus yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Media pembelajaran pada penelitian ini menggunakan video animasi


2. Materi pelajaran yang akan digunakan adalah materi struktur atom
3. Aspek yang akan diteliti adalah pengaruh penerapan media video animasi
terhadap motivasi dan pemahaman siswa.

E. Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh penerapan media video animasi terhadap
peningkatan motivasi siswa pada materi struktur atom ?
2. Apakah ada pengaruh penerapan media video animasi terhadap pem
ahaman siswa pada materi struktur atom?
3. Apakah ada korelasi antara motivasi siswa terhadap pemahaman siswa
yang dibelajarkan dengan media video animasi pada materi struktur atom?
3

F. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan media video animasi terhadap
peningkatan motivasi siswa pada materi struktur atom.
2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan media video animasi terhadap
pemahaman siswa pada materi struktur atom.
3. Untuk mengetahui korelasi antara motivasi siswa terhadap pemahaman
siswa yang dibelajarkan dengan media video animasi pada materi struktur
atom.

G. Manfaat Penelitian
1. Bagi seorang guru/tenaga pendidik adalah agar lebih sering menerapkan
media video animasi untuk meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa
pada materi struktur atom
2. Bagi siswa adalah sebagai upaya untuk menambah motivasi dan
pemahamannya melalui penerapan media video animasi.
3. Bagi mahasiswa adalah sebagai referensi untuk melakukan penelitian lebih
lanjut lagi.

H. Definisi Operasional
1. Video animasi merupakan media yang menggabungkan media audio dan
media visual untuk menarik perhatian peserta didik, mampu menyajikan
objek secara detail dan dapat membantu memahami pelajaran yang sifatnya
sulit.
2. Struktur atom adalah satuan landasan materi yang terdiri dari inti atom
beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya.
3. Peningkatan pemahaman siswa adalah tingkat kemampuan siswa yang
diharapkan untuk mampu memahami arti atau konsep serta fakta yang
diketahuinya dalam proses pembelajaran.
4. Motivasi siswa adalah dorongan dari diri siswa untuk mencapai tujuan
belajar, dengan adanya motivasi, siswa akan senantiasa semangat untuk
terus belajar tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori
1. Motivasi dan Pemahaman Siswa
a. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan.


Seseorang yang mempunyai motivasi berarti seseorang telah mempunyai
kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan. Santrock (2004)
menjelaskan bahwasanya motivasi merupakan proses memberikan semangat,
arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah
perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.

Motivasi memegang peranan yang cukup penting dalam proses belajar.


Apabila guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada siswa
atau anaknya, maka dalam diri siswa akan timbul dorongan dan hasrat untuk
belajar lebih baik. Memberikan motivasi yang baik dan sesuai maka anak dapat
menyadari akan manfaat belajar dan tujuan yang hendak dicapai dengan belajar
tersebut.

b. Pengertian Pemahaman Siswa

Pemahaman adalah kesanggupan untuk mendefenisikan, merumuskan


kata yang sulit dengan perkataan sendiri. Dapat pula merupakan kesanggupan
untuk menafsirkan suatu teori atau melihat konsekwensi atau implikasi,
meramalkan kemungkinan atau akibat sasuatu.

Menurut Benyamin S. Bloom pemahaman adalah kemampuan


seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui
dan di ingat. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia
dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal
itu dengan menggunakan bahasa sendiri.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa


adalah kesanggupan siswa untuk dapat mendefinisikan sesuatu dan mengusai
hal tersebut dengan memahami makna tersebut. Dengan demikian pemahaman
merupakan kemampuan dalam memaknai hal-hal yang terkandung dalam suatu
teori maupun konsep-konsep yang dipelajari.

2. Pengertian Media Pembelajaran


a. Pengertian Media
5

Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis


komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Heinich, dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah medium sebagai
perantara yang mengantarkan informasi antara sumber dan penerima. Jadi
televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan,
bahanbahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media
tersebut membawa informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung
maksud pengajaran maka media tersebut disebut media pengajaran. Pendapat
lainnya, yaitu Yusuf Hadi Miarso membatasi pengertian media dengan segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar.

Selain pengertian yang telah disebutkan di atas, terdapat pengertian


media yang lebih luas. Sebagaimana dikemukakan oleh Gerlach dan Ely media
adalah “ A medium, conceived is any person, material or event that establishs
condition which enable the lerner to acquire knowledge, skill, and attitude.”
Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau
kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi dalam pengertian ini media bukan
hanya perantara seperti TV, radio, slide, bahan cetakan, tetapi meliputi orang
atau manusia sebagai sumber belajar atau kegiatan semacam diskusi, seminar,
karyawisata, simulasi, dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa, atau untuk menambah
keterampilan (Mahnun, N., 2012).

Rudy Bretz (1971) yang dikutip Sadiman, dkk (2011: 20),


mengidentifikasi “Jenis-jenis media berdasarkan tiga unsur pokok yaitu: suara,
visual dan gerak. Berdasarkan tiga unsur tersebut, Bretz mengklasifikasikan
media ke dalam delapan kelompok, yaitu: 1) media audio; 2) media visual; 3)
media audio visual; 4) media cetak” (Sarjani, T.M., Marjanah., dan Pane,
S.D.S.R., 2017).

b. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan semua sumber yang diperlukan untuk


melakukan komunikasi dengan pembelajaran. Media pembelajaran biasa juga
disebut dengan alat peraga dalam mengajar. Sudjana (2014:99) menyatakan
6

“Media pembelajaran dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat


bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif”. Setiap proses
belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain
tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Penggunaan media
pembelajaran atau peraga alat merupakan salah satu faktor penentu
tercapainya tujuan belajar secara maksimal. Dalam pencapaian tujuan tersebut,
peranan media pembelajaran atau alat peraga memegang peranan yang penting
sebab dengan adanya media pembelajaran materi dapat dengan mudah
dipahami oleh siswa (Sarjani, T.M., Marjanah., dan Pane, S.D.S.R., 2017).

3. Video Pembelajaran dan Animasi

Media pembelajaran video adalah alat yang digunakan untuk


menyampaikan materi pembelajaran melalui tayangan gambar bergerak yang
diproyeksikan membentuk karakter yang sama dengan obyek aslinya. Media
video pembelajaran dapat digolongkan ke dalam jenis media audio visual aids
(AVA) atau media yang dapat dilihat dan didengar. Penggunaan media
pembelajaran video mampu memberikan respons positif dari siswa. Siswa
termotivasi untuk belajar dan mampu meningkatkan pemahamannya terhadap
materi pelajaran yang disampaikan (Johari, A., Hasan,S., dan Rakhman,M.,
2014).

Media pembelajaran video memiliki kelebihan dan kekurangan,


diantaranya yaitu :

Kelebihan :

a. Video pembelajaran dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas, dengan cara


mengaksesnya di media sosial YouTube
b. Video dapat dipakai dalam jangka waktu yang panjang dan kapan pun jika
materi yang terdapat dalam video ini masih relevan dengan materi yang
ada
c. Media pembelajaran yang simpel dan menyenangkan
d. Membantu siswa dalam memahami materi pelajaran dan membantu guru
dalam proses pembelajaran

Kekurangan :

a. Hanya dapat dipergunakan dengan bantuan media komputerdan


memerlukan bantuan proyektor dan speaker saat digunakan pada proses
pembelajaran di kelas.
b. Memerlukan biaya yang cukup besar untuk keperluan pembuatan video
pembelajaran
7

c. Memerlukan waktu yang cukup panjang pada proses pembuatan sampai


terciptanya video pembelajaran

Animasi merupakan rangkaian gambar yang membentuk sebuah


gerakah danmampu menjelaskan perubahan keadaan tiap waktu. Media
animasi juga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Serta
membantu peserta didik dalam membayangkan suatu kejadian atau proses.

Video animasi yang merupakan media audio-visual


menyampaikan pesan melalui indra pendengaran dan penglihatan
sekaligus sehingga persentase pesan yang disimpan oleh otak lebih
banyak (Sanaky, 2013), namun video animasi yang ada masih kurang
banyak dan bervariasi, selain itu terdapat video yang beberapa kontennya
masih salah konsep sehingga pembelajaran dengan media ini masih
belum maksimal. Sebagian guru juga masih sulit untuk mendapatkan
media animasi yang sesuai dengan indikator yang diajarkan.

Pemanfaatan video animasi secara maksimal dalam pembelajaran


tidak dapat dilakukan tanpa ditunjang oleh kombinasi dari banyak aspek.
Selain guru yang menerangkan materi sebelum atau sesudah peserta didik
melihat video animasi, juga harus mempertimbangkan aspek-aspek yang
menunjang video animasi itu sendiri. Penggunaan media termasuk video
animasi perlu memperhatikan keterkaitan antara kompetensi pembelajaran
yang akan dicapai, materi yang akan dibahas, peserta didik yang
akan dihadapi, dan metode pembelajaran yang akan digunakan. Hal
tersebut menandakan agar video animasi dapat membantu peserta didik
secara maksimal, video harus dibuat sesuai dengan peserta didik yang
akan dihadapi sehingga aspek-aspek dalam video akan menunjang
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan (Wijayah, W.U., 2020)..

4. Struktur Atom

Struktur atom adalah salah satu materi yang harus dipelajari oleh siswa
di kelas X semester I. Dalam materi struktur atom ini ada 3 sub bagian yang
harus dipelajari yaitu perkembangan model atom, partikel penyusun atom dan
mengenal konfigurasi elektron. Materi ini memiliki beberapa karakteristik
sebagai berikut: (1) bersifat abstrak (invisible), yaitu tentang elektron, proton,
neutron, isotop, isobar, isoton, dan model atom, (2) pemahaman konsep, yaitu
pada aturan konfigurasi dan teori atom, (3) penerapan konsep. Pembahasan
pada materi ini dimaksudkan agar siswa mampu menjelaskan perkembangan
model atom serta struktur penyusunnya dan dapat menghubungkan materi
model atom Bohr dengan penentuan konfigurasi elektron.
8

Membandingkan perkembangan teori atom mulai dari teori atom


Dalton hingga teori atom Niels Bohr. Unsur dapat mengalami perubahan
materi yaitu perubahan kimia. Ternyata perubahan kimia ini disebabkan oleh
partikel terkecil dari unsur tersebut. Partikel terkecil inilah yang kemudian
dikenal sebagai atom. Seandainya Anda memotong satu butir beras menjadi
dua bagian, kemudian dipotong lagi menjadi dua bagian dan seterusnya hingga
tidak dapat lagi. Bagian terkecil yang tidak dapat lagi, inilah awal mulanya
berkembangnya konsep atom. Konsep atom itu dikemukakan oleh Demokritos
yang tidak didukung oleh eksperimen yang meyakinkan, sehingga tidak dapat
diterima oleh beberapa ahli ilmu pengetahuan dan filsafat. Pengembangan
konsep atom-atom secara ilmiah dimulai oleh John Dalton (1805), kemudian
dilanjutkan oleh Thomson (1897), Rutherford (1911) dan disempurnakan oleh
Bohr (1914).

a. Model Atom Dalton

John Dalton mengemukakan hipotesa tentang atom berdasarkan


hukum kekekalan massa (Lavoisier) dan hukum perbandingan tetap (Proust).
Teori yang diusulkan Dalton:

1) Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat
dibagi lagi.
2) Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur
memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda.
Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan
bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri atomatom hidrogen
dan atom-atom oksigen.
3) Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan
kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan.

Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal


seperti tolak peluru.

Teori atom Dalton tidak dapat menerangkan suatu larutan dapat


menghantarkan listrik. Bagaimana mungkin suatu bola pejal dapat
menghantarkan listrik, padahal listrik adalah elektron yang bergerak. Berarti
ada partikel lain yang dapat menyebabkan terjadinya daya hantar listrik.

b. Model Atom J.J Thomson

Kelemahan dari Dalton diperbaiki oleh JJ. Thomson, eksperimen yang


dilakukannya tabung sinar kotoda. Hasil eksperimennya menyatakan ada
9

partikel bermuatan negatif dalam atom yang disebut elektron. Thomson


mengusulkan model atom seperti roti kismis atau kue onde-onde. Suatu bola
pejal yang permukaannya dikelilingi elektron dan partikel lain yang bermuatan
positif sehingga atom bersifat netral.

Kelemahan model Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan


muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut.

c. Model Atom Rutherford

Eksperimen yang dilakukan Rutherford adalah penembakan lempeng


tipis dengan partikel alpha. Ternyata partikel itu ada yang diteruskan,
dibelokkan atau dipantulkan. Berarti di dalam atom terdapat susunan-susunan
partikel bermuatan positif dan negatif. Hipotesa dari Rutherford adalah atom
yang tersusun dari inti atom dan elektron yang mengelilinginya. Inti atom
bermuatan positif dan massa atom terpusat pada inti atom. Model atom
Rutherford seperti tata surya.

Kelemahan dari Rutherford tidak dapat menjelaskan mengapa elektron


tidak jatuh ke dalam inti atom. Berdasarkan teori fisika, gerakan elektron
mengitari inti ini disertai pemancaran energi sehingga lama - kelamaan energi
elektron akan berkurang dan lintasannya makin lama akan mendekati inti dan
jatuh ke dalam inti.

d. Model Atom Niels Bohr

Kelemahan dari Rutherford diperbaiki oleh Niels Bohr dengan


percobaannya menganalisa spektrum warna dari atom hidrogen yang
berbentuk garis.

Hipotesis Bohr adalah;

1) Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron
yang bermuatan negatif di dalam suatu lintasan.
2) Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke yang lain dengan
menyerah atau memancarkan energi sehingga energi elektron atom itu
tidak akan berkurang. Jika berpindah lintasan ke lintasan yang lebih
tinggi maka elektron akan menyerap energi. Jika beralih ke lintasan yang
lebih rendah maka akan memancarkan energi.

Kelebihan atom Bohr adalah bahwa atom terdiri dari beberapa kulit
untuk tempat berpindahnya elektron. Kelemahan model atom ini adalah: tidak
10

dapat menjelaskan spekrum warna dari atom berelektron banyak. Sehingga


diperlukan model atom yang lebih sempurna dari model atom Bohr.

Dalam perkembangan model atom juga berkembang juga


penemuanpenemuan partikel penyusun atom. Dimana tiap penemuan itu
dilakukan oleh para ahli kimia melalui suatu percobaan. Elektron yang saat itu
ditemukan oleh J.J Thomson melalui percobaan sinar katoda oleh medan
listrik dan kemudian dilanjutkan oleh Robert Andrew Milikan dengan
ekperimen tetes minyak Milikan. Proton ditemukan oleh Eugene Goldstein
melalui eksperimen tabung gas yang memiliki katode. Inti atom ditemukan
oleh Ernest Rutherford dengan penelitian penembakan lempeng emas tipis.
Dan neutron ditemukan setelah James Chadwick melanjutkan percobaan yang
dilakukan oleh W.Bothe dan H Becker yaitu eksperimen penembakan partikel
alfa pada inti atom berilium.

Konfigurasi elektron adalah elektron-elektron yang terdapat dalam


lapisan kulit atom. Konfigurasi elektron ini dapat diperoleh dengan
menggunakan pendekatan teori atom Bohr. Untuk tiap kulit terdapat elektron
yang jumlah maksimalnya dapat diperoleh dengan rumus 2(n)2 , dimana n
adalah menunjukkan kulit ke n.

Pada submateri struktur atom sering terjadi kesalahan konsep yang


mana siswa sering menggambarkan bahwa atom itu datar sebagaimana
visualisasi model atom yang ada. Dengan adanya visualisasi animasi
kesalahan konsep itu dapat diminimalkan sehingga siswa kedepannya
memiliki pengetahuan sesuai dengan konsep yang sesungguhnya.

Pada materi konfigurasi elektron siswa sering kurang tangkap dalam


pengisian elektron di tiap kulit atom. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
penjelasan yang lebih rinci dan dimengerti siswa dalam mempelajarinya.
Dengan penerapan media video animasi pada materi struktur atom diharapkan
dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa.
B. Kerangka Teoritis
Pelajaran kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA) masih dianggap
sulit oleh kebanyakan siswa dan menjadikan sebagian besar konsep-konsep
kimia menjadi konsep yang abstrak untuk dipelajari. Salah satu materi dasar
dalam mempelajari kimia yaitu struktur atom dan sistem periodik unsur.
Materi ini saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, sehingga
harus dipelajari dari konsep yang sederhana bertahap menuju konsep yang
lebih kompleks. Siswa yang tidak mengenali konsep-konsep dasar dan
hubungan antar konsep mengalami kesulitan dalam membangun pemahaman
Guru tidak
Motivasi dan
menggunakan media
Kondisi Awal pemahaman siswa
dalam pembelajaran
rendah
struktur atom

11

konsep fundamental saat mempelajari ilmu kimia. Oleh karena itu diperlukan
Motivasi dan
penggunaan media dalam Guru proses pembelajaran yang mampu menarik
menggunakan
pemahaman siswa
perhatian siswa dan membantu dalamanimasi
media video mempercepat pemahaman dalam proses
Tindakan meningkat karena
pembelajaran, serta mampu meningkatkan
dalam pembelajaran motivasi siswa dalam mempelajari
memahami
sesuatu/menimbulkan gairah belajar. atom
materi struktur Maka untuk itu perlu dilakukan
pembelajaran
penerapan media video animasi untuk meningkatkan motivasi dan
struktur atom
pemahaman siswa pada materi struktur atom.

Melalui media video animasi, motivasi


dan pemahaman siswa meningkat
Kondisi Akhir karena pembelajaran strukturomat
menjadi lebih menarik dan mudah
12

Penerapan Media Video Animasi Terhadap Motivasi dan Pemahaman


Siswa Pada Materi Struktur Atom

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis
verbal dan hipotesis statistik sebagai berikut :

1. Hipotesis Alternatif : Penerapan media video animasi pada materi struktur


atom memberikan pengaruh terhadap motivasi siswa.
Hipotesis nol : Penerapan media video animasi pada materi struktur atom
tidak memberikan pengaruh terhadap motivasi siswa.
Ha : 𝜇1 ≠ 𝜇2
H 0 : 𝜇1 = 𝜇 2

2. Hipotesis Alternatif : Penerapan media video animasi pada materi struktur


atom memberikan pengaruh terhadap pemahaman siswa.
Hipotesis nol : Penerapan media video animasi pada materi struktur atom
tidak memberikan pengaruh terhadap pemahaman siswa.
Ha : 𝜇1 ≠ 𝜇3
H 0 : 𝜇1 = 𝜇 3

3. Hipotesis Alternatif : Ada korelasi antara motivasi siswa terhadap


pemahaman siswa yang dibelajarkan dengan media video animasi pada
materi struktur atom.
Hipotesis nol : Tidak ada korelasi antara motivasi siswa terhadap
pemahaman siswa yang dibelajarkan dengan media video animasi pada
materi struktur atom.
Ha : 𝜇2 ≠ 𝜇3
H 0 : 𝜇2 = 𝜇 3
BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Binjai yang beralamat di jl.


Padang Sidempuan No. 24 Binjai.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan November


2022.

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu
penelitian terapan atau applied research dimana prosedur penelitian
dilakukan dengan menerapkan produk yang telah dihasilkan dari penelitian
sebelumnya.

C. Populasi dan Sampel


5. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek


yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2015:117).

Maka dalam populasi penelitian yang menjadi objek penelitian adalah


siswa kelas X SMA Negeri 3 Binjai.

6. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut,(Sugiyono, 2015:118).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini


adalah Sampling Purposive(teknik pengambilan/penentuan sampel dengan
pertimbangan atau tujuan tertentu) (Sugiyono, 2009 hal : 124). Sampel
diambil setelah dilakukan uji homogenitas dan uji normalitas.

13
14

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Sampling Purposive.


Sampel di ambil satu kelas penuh sebagai kelas eksperimen. Kegiatan
penelitian ini berlangsung bulan Juli tahun 2022 pada siswa kelas X MIA 3
yang mendapat perlakuan yaitu pembelajaran menggunakan media video
animasi dalam pembelajaran materi Struktur Atom.

D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media video animasi.
Sedangkan variabel terikatnya adalah motivasi dan pemahaman siswa kelas X
MIA 3 SMA Negeri 3 Binjai.

E. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen. Menurut
Sugiyono (2015: 107), penelitian eksperimen adalah penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendali.Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah penggunaan media video animasi sebagai media pembelajaran di
dalam kelas eksperimen.

Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini


adalah Pre-Experimental Designs rancangan penelitian yang digunakan
adalah One Group Pretest-Posttest Design.Penelitian ini tidak menggunakan
kelas pembanding namun sudah menggunakan tes awal sehingga besarnya
efek atau pengaruh penggunaan media video animasi dapat diketahui secara
pasti. Dalam penelitian ini, subyek penelitian terlebih dahulu diberikan tes
awal (pretest) untuk mengetahui sejauh mana motivasi awal siswa sebelum
diberikan pembelajaran Struktur Atom dengan menggunakan media video
animasi. Setelah diberikan tes awal, selanjutnya kepada siswa tersebut
diberikan perlakuan, yaitu pembelajaran Struktur Atom dengan menggunakan
media video animasi. Setelah selesai pembelajaran Struktur Atom dengan
media video animasi selanjutnya kepada seluruh siswa diberikan tes akhir
(posttest) untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pembelajaran Struktur
Atom dengan menggunakan media video animasi terhadap motivasi belajar
dan pemahaman siswa. Dengan demikian perlakuan dapat diketahui lebih
akurat, dengan keadaan sebelum diberi perlakuan, Berikut desain
penelitiannya:
O1 X O2

Gambar 3.1 Desain One Group Pretest-Posttest Design


15

(Sugiyono, 2015:110)

Keterangan:

O1 : Tes awal (pemberian angket) sebelum perlakuan diberikan

O2 : Tes akhir (pemberian angket) setelah perlakuan diberikan

X : Perlakuan terhadap kelompok eksperimen yaitu dengan mengunakan


media video animasi

Penggunaan media video animasi terhadap motivasi belajar dan


pemahaman siswa adalah: (O2 – O1)

F. Teknik Pengumpulan Data


Pada prinsip meneliti adalah melakukan pengukuran maka harus ada
alat ukur yang baik.Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan intrumen
penelitian. Jadi instrumen penelitian ini adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, (Sugiyono,
2015:147). Pada penelitian ini, peneliti dibantu dengan instrumen penelitian
yang digunakan oleh peneliti sebagai alat dalam pengumpulan data adalah:

1. Lembar angket

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan


dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepda
responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variable yang akan diukur dan
tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga
cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar diwilayah
yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau
terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim
melalui pos atau internet, (Sugiyono, 2015 hal : 199).

2. Lembar observasi

Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan


suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan, (Sugiyono, 2015 hal : 203).
16

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara


mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan
alat observasi tentang hal-hal yang diamati atau diteliti. Oleh karena itu,
observasi dilaksanakan pada proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan media video animasi. Observasi yang dilaksanakan dalam
penelitian ini untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas guru dan
siswa dalam pembelajaran kimia materi Struktur Atom.

G. Instrumen Penelitian
Pada prinsip meneliti adalah melakukan pengukuran maka harus ada
alat ukur yang baik.Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan intrumen
penelitian. Jadi instrumen penelitian ini adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, (Sugiyono,
2015:147).

Pada penelitian ini, peneliti dibantu dengan instrumen penelitian yang


digunakan oleh peneliti sebagai alat dalam pengumpulan data adalah:

1. Lembar angket
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepda responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variable
yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup
besar dan tersebar diwilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa
pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada
responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet,
(Sugiyono, 2015 hal : 199).

2. Lembar observasi
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai
proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan, (Sugiyono, 2015 hal : 203).
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya
dengan alat observasi tentang hal-hal yang diamati atau diteliti. Oleh
karena itu, observasi dilaksanakan pada proses pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan media video animasi. Observasi yang dilaksanakan
dalam penelitian ini untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas
guru dan siswa dalam pembelajaran Struktur Atom.
17

3. Penggunaan media
Pada penelitian ini nantinya video yang akan digunakan diambil
pada situs youtube. Pengambilan video dari youtube ini juga ingin
menyampaikan kepada siswa bahwa materi pembelajaran juga ada dalam
bentuk video dan bisa dicari dengan mudah yaitu melalui situs youtube
tersebut.Adapun link video yang saya gunakan dalam penelitian yaitu
https://youtu.be/XpkoBQI1ic0
4. Kalibrasi
Sebelum angket tersebut disebarkan kepada sampel, terlebih
dahulu dilakukan pengujian validitas dan relibilitas.
a. Validitas
Validitas suatu butir tes melukiskan derajat kesahihan atau korelasi
(r) skor siswa pada butir yang bersangkutan dibandingkan dengan skor
siswa pada seluruh butir. Rumus yang digunakan untuk menghitung
validitas adalah korelasi product moment (Arikunto, 2013 hal: 87).

Dengan :
R = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
∑ 𝑥 = jumlah sekor asli variabel X
∑ 𝑦 = jumlah skor asli variabel Y n
= Jumlah subyek
∑xy = jumlah perkalian X dan Y
∑𝑥 2 = Jumlah kuadrat nilai X
∑𝑦 2 = jumlah kuadrat nilai Y
Dalam pemberian interpretasi terhadap rhitung dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : jika rhitung> r tabel maka valid dan jika
rhitung rtabel maka reliabel dan jika 𝑟11 < t tabel berarti tidak reliabel.

b. Reliabilitas

Reliabilitas menununjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu


instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik (Arikunto, 2013
hal : 122). Penentuan reliabilitas daa jenis interval dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik Alfa Cronbach dengan rumus :

r11 = }

Keterangan :
18

𝑟11 = reliabilitas instrument/koefisien alfa k =

banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑𝜎𝑖 2 = jumlah varians butir soal

𝜎𝑡 2 = varians total

n = jumlah responden

Nilai 𝑟11 dibandingkan nilai rtabel pada taraf signifikan 5%


dengan ketentuan : jika 𝑟11 > r tabel maka reliabel dan jika 𝑟11 < t tabel
berarti tidak reliabel.

H. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan Penelitian

Menyusun Proposal Awal


Penelitian

Di setujuioleh dosen
pembimbing

Proposaldikembangkanmenurut teori dan metode


penelitian yang digunakan

Surat izin penelitian, instrumen tes, dan lembar


observas terkait
dipersiapkan untuk kelancaran

Gambar 3.2 Tahap Persiapan Penelitian 2.

Tahap Pelaksanaan Penelitian


19

Observasidilakukan
untuk memperoleh data penelitian tentang
aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran
Struktur Atom
.

Diberikan kuisioner berupa angket sebagai perlakuan


untukpretest
mengetahui motivasi dan pemahamanaawal sisw

Diberi perlakuan dengan menayangkan media video animasi pada


materi struktur atom

Siswa diberikan angket sebagai postest

Pengumpulan data dan analisis data

Gambar 3.3 Tahap Pelaksanaan Penelitian

3. Tahap Pelaporan Penelitian


20

Pengecekkan atau pemeriksaan


data

Laporan akhir disusun

Diperoleh hasil dalam penelitian


yang dilakukan

Gambar 3.4 Tahap Pelaporan Penelitian

I. Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
atau sumber data lain terkumpul, (Sugiyono, 2009 hal : 207).

Analisis data digunakan untuk memberi jawaban atas kebenaran


hipotesis dan menjawab rumusan yang telah diajukan, namun sebelumnya
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji linearitas
regresi, setelah itu dilakukan proses analisis data dengan menggunakan rumus
teknik korelasi sederhana.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel tersebut


berdistribusi normal atau tidak, dikarenakan sampel merupakan sampel besar
maka uji yang digunakan adalah uji chi kuadrat, untuk mencari hubungan
antara data nominal, pengujian normalitas data.

Langkah-langkah perhitungannya:

a. Menentukan skor besar dan skor kecil


21

b. Menentukan rentang ( R )
c. Menentukan banyaknya kelas
K=1+3,3 log n
d. Menentukan panjang kelas i =
e. Menentukan rata-rata mean

f. Menentukan simpangan baku (S)


g. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan jalan :
h. Menentukan batas kelas, yaitu skor kiri kelas interval pertama dikurangi
0,5 dan kemudian angka skor kanan kelas interval ditambah 0,5.
i. Mencari nilai Z skor untuk interval dengan rumus :

j. Mencari luas 0-Z dari table kurva normal dari 0-Z dengan menggunakan
angka-angka untuk batas kelas
k. Mencari luas tiap kelas interval dengan jalan mengurangkan angka-angka
0-Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris keduanya, angka baris
kedua dikurangi baris ketiga, dan seterusnya. Kecuali untuk angka yang
berbeda pada baris yang paling tengah ditambahkan pada angka dengan
baris berikutnya.
l. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap
interval dengan jalan responden.
m. Mencari chi kuadrat dengan rumus :

n. Membandingkan (𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 2 ) dengan (𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2 ), db = k, dan 𝛼 = 0,05


kaidah keputusannya :
Jika 𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 2 ≥ 𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2 , maka distribusi data tidak normal, Jika
𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 2 ≤ 𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2 , maka distribusi data normal (Riduwan, 2010 hal :
188).

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah sampel
mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda varian, dengan
langkahlangkah sebagai berikut :
22

a. Mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil

b. Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan rumus :


Dkpembilang = n-1 = (untuk varian terbesar)
Dk penyebut = n-1 = (untuk varian terkecil)
c. Kedua variabel dikatakn homogeny apabila pada taraf signifikasi (𝛼)
=0,05 dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika fhitung ≥ ftabel tidak
homogeny, Jika fhitung ≤ ftabel homogeny (Ridwan, 2012 hal : 120).

3. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis menggunakan rumus
tes ‘t’ untuk dua sampel besar yang satu sama lain mempunyai hubungan.

Rumus yang digunakan adalah : to =


Adapun langkah-langkah perhitungan tes ‘t’ adalah sebagai berikut:
a. Mencari mean variabel I dengan rumus:

M
b. Mencari mean variabel II dengan rumus :
M2 =
c. Mencari skor standar deviasi variable I dengan rumus:

SD
d. Mencari skor standar deviasi variabel II

SD

e. Mencari standar eror variabel I

SEm1
f. Mencari standar eror variable II

SEm2

g. Setelah SE kedua variable didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah :


1) SEm1-m2 =
2) Mencari t0
T0 =
3) Menginterpretasikan t0 dengan ttabel db = (N1 + N2) – 2
4) Memberi intrpretasi
23

Jika t0 lebih besar atau sama ttabel maka hipotesis nihil


ditolak, maka hipotesis alternatif diterima
Jika t0 lebih kecil atau sama ttabel maka hipotesis nihil
diterima, maka hipotesis alternatif ditolak (Riduwan, 2010 hal :
184-186).

4. Uji Pengaruh Phi-Korelasi


Teknik korelasi phi adalah salah satu teknik analisis korelasional
yang dipergunakan apabila data yang dikorelasikan adalah data yang
benar-benar dikatomik (terpisah atau dipisahkan secara tajam) dengan
istilah lain: variable yang dikorelasikan itu adalah variable diskrit (Anas
Sudijono, 2010 hal : 243).
Pada teknik korelasi phi ini, ditunjukkan besar kecilnya angka
indeks korelasi yang dilambangkan dengan huruf Φ (phi). Dengan rumus :

Φ=
Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka
indeks “r” Product Moment, pada umumnya dipergunakan pedoman atau
ancar-ancar sebagai berikut :

Tabel 2.2 “r” Prodect Moment


Besarnya “r” Product Moment Interpretasi
0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y
memang terdapat korelasi, akan tetapi
korelasi itu sangat lemah atau sangat
rendah sehingga korelasi itu diabaikan
(dianggap tidak ada korelasi antara
variabel X dan variabel Y
0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang lemah atau
rendah
0,40 – 0, 70 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang sedang atau
cukup

0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y


terdapat korelasi yang kuat atau tinggi
0,90 – 0,100 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang sangat kuat atau
sangat tinggi
24

DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta

A’yun, Qurrota., Harjito., dan Nuswowati, Murbangun.,(2018),Analisisi


Miskonsepsi Siswa Menggunakan Tes Diagnostic Multiple Choice
Berbantuan CRI (Certainity of Response Index).Jurnal Inovasi Pendidikan
Kimia,12(1),2108-2117.

Indrayani, P. (2013). Analisis Pemahaman Makroskopik, Mikroskopik, dan


Simbolik Titrasi Asam-Basa Peserta didik Kelas XI IPA SMA serta Upaya
Perbaikannya dengan Pendekatan Mikroskopik. Jurnal Pendidikan Sains,
1(2): 208.

Jefriadi, Sahputra, R., dan Erlina. (2014). Deskripsi Kemampuan Representasi


Mikroskopik dan Simbolik Siswa SMA Negeri di Kabupaten Sambas
Materi Hidrolisis Garam. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Khatulistiwa, 3(1): 1-13.

Johari, A., Hasan,S., dan Rakhman,M., (2014),Penerapan Media Video Dan


Animasi Pada Materi Memvakum Dan Mengisi Refrigeran Terhadap Hasil
Belajar Siswa. Journal of Mechanical Engineering Education,1(1),8-15.

Levy, S. T., dan U. Wilensky. 2009. Students learning with the Connected
Chemistry (CC1) curriculum: navigating the complexities of the
particulate world. Journal of Science Education and Technology. 18(3):
243-254.

Mahnun, Nunu. (2012). “Media Pembelajaran (Kajian terhadap Langkah-langkah


Pemilihan Media dan Implementasinya dalam Pembelajaran)”. Jurnal
Pemikiran Islam, 37 (1), 27-33.

Mainur, H., dan Utami, L. (2019). “Analisis Kemampuan Multiple Representasi


Peserta didik Kelas XI MAN 1 Pekanbaru Pada Materi Titrasi Asam
Basa”. Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 9(1): 52.

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta

25
Ridwan. 2012. Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:
Alfabeta

Santrock, John W, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2004.

Sarjani, T. M., Marjannah, M., & Pane, S. D. S. R. (2017). Penggunaan Media


Pembelajaran oleh Guru Biologi di Sma Negeri Sekota Langsa Tahun
Pelajaran 2016/2017. Jurnal Jeumpa, 4(2), 13-20.

Sudono, S. P., & Priharwantiningsih, A. (2021). Buku Siswa Kimia SMA/MA


Kelas 10. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


ALFABETA.

Wijaya, W. U. (2020). Analisis Kebutuhan Untuk Mengembangkan Media Video


Animasi Pada Materi Struktur Atom Dan Ikatan Kimia. Journal of
Tropical Chemistry Research and Education, 2(2), 59-67.

Anda mungkin juga menyukai