Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH MEDIA MOBILE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

SISWA PADA KONSEP ALAT OPTIK

PROPOSAL

SITI MUNAWAROH

2020-84-203-001

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUSAMUS

MERAUKE

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiratnTuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat serta
karunia-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas proposal Metedeologi
Penellitian ini dengan baik.

Tujuan penulis membuat penulisan ini untuk emnuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen dalam Matakuliah Metedeologo Penelitian. Terselesaikanya proposal Metodologi
Penelitian yang dibuat penullis,denga nadanya dukungan dari berbagai pihak sehingga
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang tellah
membantu jalannya pembuatan proposal Metodologi Penelitian.

Penulis sadar bahwa dalam penelitian proposal ini masih terdapat banyak kesalahan
sehingga tidak lupa untuk mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya yang
dibuat penuli. Dan selaku penilis sangat mengharapkan sekali adanya kritik dan saran yang
membangun, demi perbaikan tugas-tugas selanjutnya.

Merauke, 01 Mei 2003

Siti Munawaroh
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

Latar Belakang...........................................................................................................................4

Identifikasi Masalah...................................................................................................................5

Batasan Masalah.........................................................................................................................6

Rumusan Masalah......................................................................................................................6

Tujuan Penelitian.......................................................................................................................6

Kegunaan Hasil Penelitian.........................................................................................................7

BAB II........................................................................................................................................8

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESISI............8

Deskripsi Teori.......................................................................................................................8

Kerangka Berpikir................................................................................................................23

Hipotesisis Penelitian...........................................................................................................23

BAB III.....................................................................................................................................24

METODE PENELITIAN.........................................................................................................24

Jenis Penelitian.................................................................................................................24

Prosedur Penelitian...........................................................................................................24

Variable Penelitian...........................................................................................................25

Populasi dan Sampel........................................................................................................25

Teknik Pengumpulan Data...............................................................................................25

Instrument Penelitian.......................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................28
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang begitu pesat menciptakan kultur baru dalam dunia
pendidikan. Di era perkembangan teknologi ini, user lebih cepat dalam mencari
informasi dan lebih mudah dalam memahami pelajaran yang bersifat abstrak menjadi
konkret. Pada kurikulum 2013 menekankan media yang dapat menunjang dalam
proses pembelajaran diantaranya dengan berbantuan teknologi. Guru dapat
menggunakan fasilitas teknologi dalam pembelajaran fisika, karena konsep fisika
banyak yang bersifat matematis dan sulit dipahami oleh siswa.

Kesulitan siswa dalam memahami fisika disebabkan oleh beberapa hal.


Menurut Byun, Ha& Lee, siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari pelajaran
fisika karena mereka tidak suka dengan mata pelajarannya. Siswa tidak dapat
memahami, menyimpulkan, dan tidak mampu merespons apa yang ditanyakan pada
soal fisika, khususnya materi optik yang disajikan guru. Hal ini menyebabkan siswa
mengalami kesalahan dalam mengerjakan soal dan mendapat hasil yang kurang
maksimal. Selain itu, terdapat faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa
kurang maksimal, salah satunya adalah penggunaan gadget yang disalahgunakan.
Gadget digunakan hanya untuk bermain game online, mengakses berbagai
media sosial, dan mereka cenderung memiliki gadget untuk mengikuti trend yang ada
saat ini. Berdasarkan pemaparan di atas, penggunaan gadget belum digunakan dalam
proses pembelajaran. Hal ini dapat menyebabkan, hasil belajar fisika tidak akan
meningkat, menyebabkan kurangnya minat siswa dalam pembelajaran di kelas, serta
rendahnya pemahaman konsep siswa.Upaya untuk memperbaiki kondisi pembelajaran
fisika dengan bantuan gadget salah satunya adalah penggunaan mobile learning.
Penggunaan mobile learning yang dilakukan melalui perangkat komunikasi
nirkabel di perkirakan dapat membantu menyelesaikan permasalahan dalam
pembelajaran fisika. Mobile learning memiliki karakteristik yang praktis dibawa
kemanapun. Salah satu media yang dapat digunakan dalam mobile learning adalah
Smartphone.
Smartphone memiliki fungsi multimedia yang menyajikan suara, gambar, teks,
video, dan dapat digunakan untuk mengakses internet. Mobile learning dengan
menggunakan smartphone bersistem operasi android juga dapat memfasilitasi siswa
agar dapat belajar dimana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu
sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.

B. Identifikasi Masalah

Maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Rendahnya hasil belajar fisika siswa khususnya materi optik


2) Kurangnya minat belajar siswa dalam pembelajaran di kelas
3) Siswa belum mampu memanfaatkan smartphone secara maksimal untuk proses
pembelajaran khususnya fisika

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan,


permasalahan tersebut tidak mungkin untuk diteliti semua karena keterbatasan
penelitian ini. Sebagai berikut:
1) Mobile Learning dalam penelitian ini adalah media pembelajaran berupa
aplikasi latihan alat optik (LAO) dengan berbantuan smartphone yang
memiliki system operasi android.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah di atas,


rumusan masalah dalam penelitian, sebagai berikut:
1) Apakah terdapat pengaruh media mobile learning terhadap hasil belajar fisika
siswa pada konsep alat optik?
E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui pengaruh aplikasi latihan alat optik berbasis mobile learning berbantuan
android terhadap hasil belajar siswa.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelelitian yang diharapkan, sebagai berikut:

1) Bagi siswa, aplikasi latihan alat optik dapat membantu siswa untuk belajar secara
mandiri.
2) Bagi guru, aplikasi latihan alat optik dapat digunakan sebagai alternatif dalam
kegiatan belajar mengajar pada materi alat optik guna meningkatkan hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran fisika.
3) Bagi pembaca dan peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan guna mengembangkan penelitian lebih lanjut.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESISI
A. Deskripsi Teori
1. Alat Optik
a) Pengertian alat optic
Alat optik adalah alat-alat yang menggunakan lensa dan/atau cermin untuk
memanfaatkan sifat-sifat cahaya yaitu dapat dipantulkan dan dapat
dibiaskan, cahaya tersebut digunakan untuk melihat. Selain dari mata kita,
alat-alat optik digunakan bersamaan dengan mata kita, bisa juga untuk
membantu kita melihat ataupun membutuhkan mata kita untuk
menggunakannya.
1) Mata
Mata merupakan indra penglihatan dan merupakan organ yang dapat
menangkap perubahan dan perbedaan cahaya. Organ ini bekerja dengan
cara menerima, memfokuskan, dan mentransmisikan cahaya melalui
lensa.

 Daya Akomodasi
Daya akomodasi mata diatur oleh otot siliaris. Ketika mata
melihat benda-benda di kejauhan, otot siliaris mengendur
sehingga lensa mata menipis dan pada keadaan demikian, mata
dikatakan tak berakomodasi. Sementaar itu, ketika mata melihat
benda-benda yang dekat, otot siliaris menegang, sehingga lensa
mata menebal dan pada keadaan demikian mata dikatakan
berakomodasi.
 Cacat Mata
Jika jangkauan penglihatan seseorang tidak diantara 25cm dan
tak hingga, maka dapat di katakan, bahwa mata seseorang
tersebut mengalami cacat mata. Berikut penjelasan cacat mata.
1. Rabun jauh
Mata miopi atau rabun jauh adalah mata yang hanyadapat
memfokuskan benda pada jarak dekat. Titik jauh mata
(PR) tidak berada pada tak berhingga tetapi jarak yang
lebih dekat, sehingga benda jauh tidak terlihat jelas.
Rabun jauh atau miopi biasanya disebabkan oleh lensa
mata yang terlalu cembung, sehingga bayangan benda
yang jauh terfokus (jatuh) di depan retina. Dengan
menggunakan lensa divergen (cekung), dapat
menyebabkan berkas sinar sejajar menyebar, sehingga
memungkinkan berkas-berkas sinar biasnya terfokus pada
retina.
2. Rabun dekat (Hipermetropi)
Hipermetropi atau rabun dekat adalah mata yang tidak
dapat memfokuskan benda pada jarak dekat. Walaupun
benda-benda jauh biasanya terlihat jelas, titik dekat (PP)
agak lebih besar dari mata normal 25 cm, yang
menyebabkan sulit membaca. Kelainan ini disebabkan
lensa mata terlalu pipih sehingga bayangan benda yang
dilihat terbentuk di belakang retina. Cacat mata ini dapat
ditolong dengan lensa konvergen (cembung).
3. Mata tua
Cacat mata yang sama dengan hipermetropi adalah
presbiopi, yaitu mata yang tidak dapat melihat dengan
jelas pada jarak yang jauh maupun jarak baca mata
normal. Hal ini karena daya akomodasinya sudah lemah
akibat bertambahnya usia. Mata tua dapat ditolong
dengan kacamata bifokal (kacamata berfokus dua, yaitu
positif dan negatif).
4. Astigmatisma
Astigmatisma biasanya disebabkan oleh kornea atau lensa
yang kurang bundar sehingga benda titik difokuskan
sebagai garis pendek, yang mengaburkan bayangan. Hal
ini dikarenakan kornea berbentuk sferis dengan bagian
silindrisnya bertumpuk. Mata astigmatisma memfokuskan
berkas pada bidang vertikal, katakanlah pada jarak yang
lebih dekat dengan yang dilakukannya untuk berkas pada
bidang horizontal. Astigmatisma dapat ditolong dengan
menggunakan lensa silindris yang mengimbanginya.
Lensa untuk mata yang rabun jauh atau rabun dekat serta
astigmatisma dibuat dengan permukaan sferis dan
silindris yang bertumpuk, sehingga radius kelengkungan
lensa korektif berbeda pada bidang yang berbeda
2) Lup

Lup atau kaca pembesar adalah alat optik yang terdiri dari sebuah lensa
cembung yang digunakan untuk mengamati benda-benda kecil sehingga
tampak lebih besar dan jelas. Bayangan yang dihasilkan oleh lup
bersifat maya, tegak, dan diperbesar
 Pengaturan lup dengan mata tak berakomodasi
Untuk mata yang tak berakomodasi, bayangan yang dibentuk lup
terletak di titik jauh. Untuk mata normal s’=-~. Agar bayangan
terletak di titik jauh, maka benda harus diletakkan di titik fokus.
Jadi untuk mata yang tak berakomodasi, s=f dan s’= -~.
Perbesaran sudut (anguler) lup untuk mata yang tak
berakomodasi adalah:
sn
M=
f
Keterangan:
M = perbesarantotal
f = jarak fokuslensa
sn= jarak titik dekat mata pengamat

 Pengamatan lup dengan mata berakomodasi maksimum


Untuk mata yang berakomodasi maksimum, bayangan yang
dibentuk lup terletak di titik dekat s’=sn. Perbesaran sudut
(anguler) lup untuk mata yang berakomodasi maksimum adalah:

sn
M= +1
f
Keterangan:
M = perbesarantotal
f = jarak fokuslensa
sn= jarak titik dekat mata pengamat

3) Mikroskop

Mikroskop digunakan untuk melihat benda yang sangat dekat, sehingga


jarak benda sangat kecil. Mikroskop memiliki lensa objektif dan okuler.
Lensa objektif adalah lensa yang berhadapan dengan objek yang
diamati, sedangkan lensa okuler adalah lensa yang langsung berhadapan
dengan mata pengamat. Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif
bersifat nyata, terbalik, dan diperbesar. Sedangkan bayangan yang
dibentuk oleh lensa okuler bersifat maya, terbalik, dan diperbesar.
 Pengamatan mikroskop tanpa akomodasi
Perbesaran dari lensa objektif:
s ' OB
M OB=
sOB
Perbesaran dari lensa okuler:

'
s OK sn
M OK = atau M OK =
sOK f OK

Perbesaran mikroskop:

'
s s
M TOT =⃒ M OB × M OK ⃒ =⃒ OB × n ⃒
sOB f OK
Panjang mikroskop:
Panjang mikroskop adalah jarak lensa objektif dengan lensa
okuler:

' '
d=s OB + sOK atau d=s OB + f OK
Keterangan:
M OB = Perbesaran dari lensa objektif
M OK = Perbesaran dari lensa okuler
M TOT = Perbesaran total pada mikroskop
f OK = Jarak fokus lensa objektif
f OK = Jarak benda terhadap lensa objektif
'
s OB = Jarak bayangan terhadap lensa objektif
sOK = Jarak benda terhadap lensa okuler
'
s OK = Jarak bayangan terhadap lensa okuler
sn = Jarak titik dekat mata pengamat

 Pengamatan mikroskop dengan akodasi maksimum


Perbesaran dari lensa objektif
s ' OB
M OB=
sOB
Perbesaran dari lensa okuler:
sn
M OK = +1
f OK

Perbesaran mikroskop:

( )
'
s OB sn
M TOT =⃒ M OB × M OK ⃒ M TOT = × +1
sOB f OK

Panjang mikroskop:
Panjang mikroskop adalah jarak lensa objektif dengan lensa
okuler

'
d=s OB + sOK
Keterangan:
M OB = Perbesaran dari lensa objektif
M OK = Perbesaran dari lensa okuler
M TOT = Perbesaran total pada mikroskop
f OK = Jarak benda terhadap lensa objektif
'
s OB = Jarak bayangan terhadap lensa objektif
sOK = Jarak benda terhadap lensa okuler

s' OK = Jarak bayangan terhadap lensa okuler


sn = Jarak titik dekat mata pengamat

4) Teropong
Teropong adalah alat optik yang digunakan untuk membantu melihat
benda-benda yang sangat jauh agar tampak lebih dekat dan jelas. Ada
dua jenis teropong, yaitu:
 Teropong pantul (cermin), yang terdiri dari beberapa lensa dan
cermin.
 Teropong bias (lensa), yang terdiri dari beberapa lensa.
Teropong bias meliputi teropong bintang, teropong bumi,
teropong prisma, dan teropong panggung.

1) Teropong bintang
Pengamatan teropong dengan mata tak berakomodasi
'
Perbesaran teropog, s OB=f OB dan s OK =f OK

f OB
M=
f OK
Panjang teropong:

d=f OB + f OK

Pengamatan teropong dengan mata berakomodasi


maksimum
Perbesaran teropog, s' OB=f OB dan s ' OK =f OK

f OB f OB s n+ f OK
M= ( )
s OK sOK sn

Panjang teropong

d=f OB + f OK

Keterangan:
M OB = Perbesaran dari lensa objektif
M OK = Perbesaran dari lensa okuler
M TOT = Perbesaran total pada mikroskop
f OB = Jarak fokus lensa objektif
f OK = Jarak focus lensa objektif
sOB =¿ jarak benda terhadap lensa objektif
'
s OB = Jarak bayangan terhadap lensa objektif
sOK = Jarak benda terhadap lensa okuler

s' OK = Jarak bayangan terhadap lensa okuler


sn = Jarak titik dekat mata pengamat

2) Teropong bumi
Pengamatan teropong bumi dengan mata tak berakomodasi
Perbesaran teropong, s' OK =−
f OB
M=
f OK
Panjang teropong

d=f OB + 4 f pb+ f OK
Pengamatan teropong bumi dengan mata berakomodas
maksimum
Perbesaran teropong, s' OB=f OB dan s ' OK =−s On

f OB sn + f OK
M= ( )
f OK sn
Panjang teropong

d=s ' OB +4 f pb +s OK
Keterangan:
M OB = Perbesaran dari lensa objektif
M OK = Perbesaran dari lensa okuler
M TOT = Perbesaran total pada mikroskop
f OB = Jarak fokus lensa objektif
f OK = Jarak focus lensa objektif
f pb=¿ jarak focus lensa kebalik
sOB =¿ jarak benda terhadap lensa objektif

s' OB = Jarak bayangan terhadap lensa objektif


sOK = Jarak benda terhadap lensa okuler
'
s OK = Jarak bayangan terhadap lensa okuler
sn = Jarak titik dekat mata pengamat

5) Kamera

Untuk memperoleh foto benda tertentu, biasanya kita menggunakan alat


optik yang disebut kamera. Pada dasranya sebuah kamera terdiri dari
tiga bagian utama, yaitu lensa cembung, film dan diafragma. Lensa
cembung berfungsi untuk memfokuskan bayangan ke film, celah
diafragma berfungsi untuk mengatur ukuran pembukaan (celah) lensa
yang menetukan intensitas cahaya yang masuk ke kamera, sedangkan
film berfungsi untuk menangkap banyangan nyata, terbalik, dan
diperkecil.

b) Penjelasan Pemantulan, Pembias, Dan Pemantulan Sempurna


1. Pemantulan cahaya
Pemantulan cahaya adalah peristiwa dimana cahaya mengenai suatu
penghalang sehingga arah gerak cahaya berubah.
a. Jenis pemantulan cahaya
Terdapat dua jenis pemantulan cahaya, yaitu:
 Pemantulan teratur, adalah pemantulan cahaya yang terjadi
apabila suatu berkas cahaya jatuh pada benda yang
mempunyai permukaan licin (rata) dan mengkilap, sehingga
arah pemantulan cahaya tersebut teratur menuju ke suatu arah
tertentu. Contoh pemantulan teratur, adalah pemantulan pada
permukaan cermin dan pada permukaan air yang tenang.
 Pemantulan baur (difus), adalah pemantulan cahaya yang
terjadi jika suatu berkas cahaya jatuh pada benda yang
mempunyai permukaan kasar (tidak rata), sehingga arah
pemantulan cahaya tidak teratur. Contoh pemantulan baur
adalah pemantulan pada permukaan kertas dan pada
permukaan lantai karpet.

b. Hukum Snellius untuk pemantulan


Pada pemantulan cahaya, berlaku hukum Snellius, yaitu:
 Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu
bidang datar.
 Sudut datang besarnya sama dengan sudut pantul.

c. Pemantulan cahaya pada cermin datar


Cermin datar adalah cermin yang permukaan pantulnya berupa
sebuah bidang datar. Sifat-sifat bayangan pada cermin
datar,adalah:
 Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke
cermin
 Bayangannya maya
 Bayangan yang terbentuk tegak
 Bentuk bayangan sama dengan bentuk benda
 Bayangan yang terbentuk menghadap berlawanan arah
terhadap bendanya.

d. Pemantulan cahaya pada cermin cekung


Cermin cekung adalah cermin dimana bagian yang memantulkan
cahaya permukaannya berupa cekungan yang merupakan bagian
dalam suatu bola. Pemantulan sinar-sinar istimewa pada cermin
cekung adalah sebagai berikut:49
 Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan
melalui titik fokus (F).
 Sinar datang yang melalui titik fokus (F) dipantulkan sejajar
dengan sumbu utama.
 Sinar datang yang melalui pusat kelengkungan cermin
dipantulkan melalui titik pusat kelengkungan cermin tersebut.

e. Pemantulan cahaya pada cermin cembung


Cermin cembung adalah cermin dimana bagian yang
memantulkan cahaya permukaannya berupa cembungan dan
merupakan bagian luar dari suatu bola. Pemantulan sinar-sinar
istimewa pada cermin cekung adalah sebagai berikut:
 Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-
olah berasal dari titik fokus (F).
 Sinar datang yang seolah-olah menuju titik fokus (F)
dipantulkan sejajar sumbu utama.
 Sinar datang yang seolah-olah menuju ke titik pusat
kelengkungan cermin dipantulkan seolah-olah berasal dari
titik pusat itu juga.

2. Pembiasan cahaya
Pembiasan cahaya adalah pembelokkan arah rambat cahaya dari
suatu medium menuju medium lain.
a. Hukum Snellius untuk pembiasan
Hukum pembuiasan I yang berbunyi: sinar datang, sinar bias, dan
garis normal terletak pada satu bidang. Hukum pembiasan II
(Hukum Snellius II) berbunyi: sinar yang datang dari medium
yang kerapatannya rendah menuju medium yang kerapatannya
tinggi akan dibiaskan mendekati garis normal, sebaliknya sinar
yang datang dari medium yang kerapatannya lebih tinggi menuju
medium yang kerapatannya lebih rendah akan dibiaskan
menjauhi garis normal.
Pada pembiasan cahaya berlaku:
sin i v 1 ℷ1 n1
= = =
sin r v 2 ℷ2 n2
b. Indeks bias
Indeks bias mutlak adalah perbandingan cepat rambat cahaya di
udara dengan cepat rambat cahaya pada medium.
c
n=
v
Indeks bias relatif adalah perbandingan cepat rambat cahaya
dalam medium satu terhadap cepat rambat cahaya dalam medium
yang lain
v 1 n1
n31= =
v 2 n2
3. Pemantulan sempurna
Bila seberkas sinar datang dari medium lebih rapat ke medium
kurang rapat dengan sudut datang yang lebih besar dari sudut
batasnya maka sinar-sinar itu tidak akan dibiaskan melainkan
dipantulkan. Peristiwa pemantulan ini dinamakan pemantulan
sempurna.
Syarat terjadinya pemantulan sempurna:
 Dua cahaya datang dari medium yang lebih rapat ke medium
yang kurang rapat.
 Sudut bias lebih besar dari sudut kritis.

Gambar
4. Pembiasan pada kaca plan parallel.
Jika seberkas sinar dari medium dengan indek bias n1 ke suatu kaca
plan paralel dengan indek bias n2 dimana n2 > n1, maka sinar yang
keluar akan sejajar dengan sinar yang masuk.
Besarnya pergeseran (t) dihitung dengan persamaan:
d sin(i−r )
t=
cos r
5. Pembiasan pada lensa
Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua buah bidang
lengkung atau satu satu buah bidang lengkung dan satu buah bidang
datar. Berdasarkan kelengkungannya lensa digolongkan menjadi dua
jenis, yaitu:55
 Pembiasan pada Lensa Cembung
Apabila berkas sinar-sinar sejajar mengenai permukaan sebuah
lensa cembug, maka sinar-sinar pantulnya akan berpotongan atau
mengumpul pada satu titik. Berdasarkan hal tersebut, maka lensa
cembung disebut juga dengan lensa konvergen.Sama seperti
pemantulan cahaya pada cermin, pembiasan cahaya pada lensa
juga memiliki sinar-sinar istimewa sebagai berikut:
Sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama akan dibiaskan
melalui titik fokus F1.
(2) Sinar yang datang melalui titik fokus pasif F2 akan dibiaskan
sejajar dengan sumbu utama.
(3) Sinar yang melalui titik pusat optik (O) akan diteruskan
(tidak dibiaskan).
 Pembiasan pada lensa cekung
Apabila berkas sinar-sinar sejajar mengenai permukaan lensa
cekung, maka sinar-sinar pantulnya akan menyebar dan seolah-
olah berasal pada satu titik. Berdasakan hal tersebut, maka lensa
cekung disebut juga lensa divergen.
Sama seperti pemantulan cahaya pada cermin, pembiasan cahaya
pada lensa juga memiliki sinar-sinar istimewa sebagai berikut:
1) Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dibiaskan
seolah-olah dari titik fokus F1.
2) Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus pasif F2 akan
dibiaskan sejajar dengan sumbu utama.
3) Sinar datang melalui pusat lensa O akan diteruskan.

Pada persamaan cermin lengkung terdapat perjanjian tanda,


yaitu:
(1) f (+) untuk lensa cembung dan f (-) untuk lensa cekung.
(2) (2) s positif (+) jika benda di depan lensa dan s negatif (-)
untuk benda di belakang lensa.
s’ positif (+) jika bayangan berada di belakang lensa dan
s’ negatif (-) jika bayangan di depan lensa.

B. Kerangka Berpikir
Permasalahan dalam pembelajaran fisika terletak pada kurangnya pemahaman
siswa. Kurangnya pemahaman siswa pada pelajaran fisika karena siswa hanya
menghafal rumus yang disajikan oleh guru. Selain itu siswa tidak suka pelajaran
fisika karena mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan fisika.
Penggunaan smartphone belum dimanfaatkan secara optimal kepada hal-hal yang
positif, sehingga berdampak buruk bagi nilai akademis atau hasil belajar siswa.
Masalah dalam pembelajaran fisika tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan
aplikasi latihan alat optik dengan berbantuan smartphone bersistem operasi android
untuk sarana belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Dengan begitu siswa dapat
belajar di dalam maupun di luar sekolah. Di dalam aplikasi latihan alat optik terdapat
video pembelajaran yang dapat menarik minat siswa pada pelajaran fisika.
Apabila siswa menggunakan aplikasi latihan alat optik dengan baik akan
meningkatkan pemahaman dalam mempelajari pelajaran fisika, menarik minat siswa
pada pelajaran fisika, dan penggunaan smartphone dioptimalkan dengan baik.
Dengan begitu, hasil belajar siswa akan meningkat.

C. Hipotesisis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas,
maka rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh media mobile
learning terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep alat optik.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi
experiment). Eksperimen semu merupakan metode yang mempunyai kelompok
kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengkontrol variable-variabel
luar yang mempengaruhi eksperimen. Pemilihan metode ini dikarenakan kelas yang
jadikan objek penelitian sulit untuk dikontrol dari variable-variabel lain yang diukur
dalam penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonequivalent control group design.

B. Prosedur Penelitian
Penelitian ini memiliki tiga tahap prosedur penelitian yang meliputi:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal dari penelitian. Tahap persiapan di
dalamnya meliputi: merumuskan masalah yang akan diteliti, melakukan studi
pendahuluan, pengambilan sampel, penyusunan RPP, pembuatan intrumen tes
dan intrumen nontes. Intrumen yang disusun kemudian dianalisis untuk
dipergunakan pada pretest dan posttest sebagai tes pengukuran variabel yang
akan dicapai. Kemudian, peniliti akan menguji kelayakan instrumen yang telah
dibuat kepada beberapa para ahli. Sebelum melakukan uji instrumen, peneliti
terlebih dahulu akan membuat surat perizinan untuk melakukan uji instrumen
penelitian dan perizinan untuk melakukan penelitian.
2. Tahap Pengambilan Data
Tahap pengambilan data dimulai dengan memberikan pretest pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk megetahui kemampuan
awal peserta didik terhadap konsep yang akan dipelajari. Kemudian,
dilanjutkan dengan memberi perlakuan kepada kelas eksperimen
menggunakan aplikasi latihan alat optik berbantuan android, sedangkan untuk
kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah proses
pembelajaran dan pemberian perlakuan selesai, peserta didik diberikan
posttest untuk mengetahui adanya pengaruh terhadap hasil belajar siswa mata
pelajaran fisika khususnya materi alat optik. Angket dibagikan kepada peserta
didik untuk mengetahui respon terhadap aplikasi latihan alat optik yang telah
diterapkan selama proses pembelajaran.
3. Tahap Analisis dan Pelaporan
Tahap penyelesaian merupakan tahap akhir dari penelitian. Pada tahap ini,
peneliti akan melakuan pengelolaan dan analisis terhadap data yang dihasilkan.
Kemudian akan diuji hipotesis penelitian sampai pada penarikan kesimpulan.

C. Variable Penelitian
Pada penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y). variabel bebas dan variabel terikat itu sebagai berikut:
1. Variabel bebas (X) yaitu media mobile learning dengan berbantuan android.
2. Variabel terikat (Y) yaitu hasil belajar siswa.

D. Populasi dan Sampel


E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes
dan nontes yang telah diujicobakan atau sudah memenuhi prasyarat instrumen tes
yang baik. Tes yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur hasil
belajar. Nontes yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur
respon siswa terhadap penggunaan aplikasi latihan alat optik. Tes digunakan pada saat
pretest dan posttest bertujuan untuk mengukur hasil belajar fisika siswa sebelum dan
setelah pembelajaran dilakukan (diberi perlakuan). Nontes digunakan pada saat
setelah pelaksanaan pemberian perlakuan.
F. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam
maupun sosial yang diamati.
1. Instrumen tes
Instrumen tes dalam penelitian ini adalah untuk mengukur hasil belajar siswa pada
ranah kognitif. Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan lima pilihan
jawaban. Instrumen tes ini untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah
kognitif, yaitu mengingat(C1), memahami(C2), menerapkan(C3), dan
menganalisis(C4). Tes dilakukan sebelum(pretest) dan setelah (posttest) diberikan
perlakuan.
2. Instrumen non teS
Instrumen non tes yang digunakan berupa angket. Angket merupakan teknik
pengumpulan data secara tidak langsung berisi sejumlah pertanyaan yang harus
dijawab oleh responden. Pada penelitian ini, angket digunakan untuk mengetahui
respon siswa terhadap aplikasi latihan alat optik dengan berbantuan android.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan skala likert
yang berbentuk chek list. Siswa dapat memberi respon terhadap pertanyaan-
pertanyaan dengan pilihan jawaban, yaitu: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), Netral
(N), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Adapun kisi-kisi instrumen
nontes yang digunakan dalam penelitian ini.
3. Kalibrasi instrument tes
Sebelum instrumen ini diberikan kepada sampel, maka instrumen tes ini akan
diuji coba kepada siswa yang sudah mempelajari materi tersebut. Uji coba ini
bermaksud untuk menganalisis kualitas setiap butir soal. Dalam penelitian ini
menggunakan bantuan anatest versi empat untuk menguji validitas, reliabilitas,
taraf kesukaran dan daya pembeda. Berikut ini persyaratan yang harus dipenuhi,
antara lain:
a) Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.70 Uji validitas dalam
penelitian ini dilakukan secara dua tahap yaitu validitas lapangan dan
validitas konstruk. Berikut merupakan penjaabaran dari kedua validitas
tersebut.
1. Validitas lapangan merupakan suatu ukuran yang menunjukkan
kevalidan instumen berdasarkan uji coba kepada responden yang
memahami konsep yang diujikan.
2. Validitas Konstruk
Validitas konstruk dalam penelitian ini ditentukan oleh penilaian
judggement / ahli dalam menilai kesesuiannya antara instrumen
dengan beberapa aspek yang diukur. Validitas konstruk dalam
penilitan ini memiliki tiga aspek yang diukur yaitu pertama aspek
konten, mengukur kesesuaian isi materi fisika dalam soal dengan
konten fisika yang digunakan yaitu alat optik. Kedua aspek
konstruksi, mengukur kesesuaian badan instrumen soal yaitu
diantaranya kesesuaian antara indikator ranah kognitif, dan indikator
pembelajaran yang telah ditetapkan di dalam RPP. Ketiga aspek
bahasa, mengukur bahasa yang digunakan di dalam soal berdasarkan
kaidah penulisan bahasa Indonesia. Ketiga aspek tersebut masing-
masing memiliki indikator yang akan diukur, sehingga soal di dalam
instrumen harus menunjukan indikator yang representatif dengan
aspek-aspek yang hendak dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Aan. (2016, September 19). Mengenal Android. Retrieved Agustus 25, 2016, from
http://www.aan.my.id

Alfian, M. A., & Kustijono, R. (2015). Pengembangan Softwere Fisika Berbasis Android
Sebagai Media Belajar Listrik Dinamis. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF)

Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,


Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Bungin, B. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif . Jakarta: Kencana Prenadamedia


Group.

H., N. S. (2015). Android Pemrograman Aplikasi Mobile Smartphone dan Tablet PC berbasis
Android Revisi Kedua. Bandung: Informatika Bandung.

Hariyanto, B. (2009). Sistem Operasi. Bandung: Informatika B

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Definisi, Contoh dan Fungsi Alat
Optik, Materi Fisika Kelas XI SMA" ,
https://katadata.co.id/safrezi/berita/614d8f1cc2682/definisi-contoh-dan-fungsi-alat-optik-
materi-fisika-kelas-xi-sm

Marthen Kanginan, Fisika untuk SMA/MA Kelas X Kurikulum 2013 (Jakarta: Erlangga,2013)

67Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenadamedia


Group, 2005)

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2010)

Anda mungkin juga menyukai