Anda di halaman 1dari 16

BAB V

EKSPERIMEN FLUIDA

Fluida merupakan zat yang dapat mengalir. Zat ini terwujudkan


dalam seluruh zat cair dan gas yang berada dipermukaan Bumi. Secara
factual, kita sebenarnya selalu bersentuhan dan berinteraksi dengan
fluida, dari udara yang dihirup hingga air yang diminum. Meskipun
begitu, ternyata fluida menyimpan hukum-hukum fisika yang special
dan menjadi dasar dari perkembangan teknologi hingga saat ini. Oleh
karena itu, peserta didik yang belajar fisika perlu mempelajari dan
memahami konsep fluida untuk menjadi dasar dalam pengembangan
teknologi.
Kegiatan praktikum fisika perlu dipersiapkan dan direncanakan
secara matang. Guru membutuhkan kompetensi dan krativitas khusus
dalam mempersiapkan dan merencanakan kegiatan praktikum.
Peserta didik perlu memahami cara merangkai peralatan dan
menggunakan peralatan yang digunakan dalam praktikum. Aspek yang
perlu dipertimbangkan dalam membuat rancangan eksperimen yakni
dengan memahami maksud dan tujuan dari pelaksanaan eksperimen
fisika.
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu
merancang alat peraga untuk materi fluida menggunakan barang-
barang bekas yang ada dilingkungannya. Kegiatan spesifik yang perlu
Anda capai yaitu melaksanakan eksperimen fluida, dan merancang alat
peraga sesuai dengan petunjuk dalam kegiatan eksperimen. Untuk
mencapai hal tersebut, materi yang disajikan pada bab ini yakni
eksperimen-eksperimen fluida yakni, hukum Archimedes, specific
gravity berdasarkan hukum Archimedes, tegangan permukaan lapisan
sabun, koefisien viskositas air dalam aliran kapiler, koefisien
viskositas cairan kental, dan eksperimen fluida dengan metode
discovery yang terdiri dari fenomena Gerakan air melalui pipa yang
diputar, Gerakan kapal-kapalan sabun, tornado air dalam botol, dan
tekanan yang bekerja dalam air.

A. Eksperimen 1: Hukum Archimedes


Suatu benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan mendapat
gaya ke atas sehingga benda kehilangan beratnya (beratnya menjadi
berat semu). Gaya ke atas ini disebut sebagai gaya apung (buoyancy).
Munculnya gaya apung sebagai akibat dari tekanan zat cair yang
meningkat sesuai dengan kedalaman. Sehingga gaya apung sama
dengan berat benda di udara dikurangi dengan berat benda dalam zat
cair.
'
Gaya apung=W −W

Jika sebuah batu dicelupkan ke dalam suatu bejana yang berisi air,
maka permukaan air akan naik. Hal tersebut terjadi karena batu
menggantikan volume air. Jika batu
dicelupkan pada bejana yang berisi air
penuh, maka sebagian dari air akan
tumpah dari bejana. Volume air yang
tumpah tersebut akan sama dengan
volume batu yang menggantikan air. Jadi,
suatu benda yang dicelupkan seluruhnya
dalam zat cair selalu menggantikan
volume zat cair yang sama dengan
volume bend aitu sendiri. Archimedes
mengaitkan antara gaya apung yang
dirasakannya dan volume zat cair yang
dipindahkannya Ketika berendam dalam Gambar 5.1. massa
kolam, sebagai berikut. benda yang dicelupkan
dalam air
Gaya apung yang bekerja pada suatu benda yang dicelupkan
sebagian atau seluruhnya ke dalam suatu fluida sama dengan berat
fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut. Penyebab munculnya
gaya apung yang dikerjakan oleh suatu fluida kepada benda yang
tercelup dalam fluida yaitu selisih antara gaya hidrostatis yang
dikerjakan fluida terhadap permukaan bawah dengan permukaan atas
benda. Jadi, gaya apung terjadi karena semakin dalam zat cair
mempunyai tekanan hidrostatis yang semakin besar. Hal ini
menyebabkan tekanan pada bagian bawah benda lebih besar daripada
tekanan di bagian atasnya.
Hukum Archimedes ini dapat dijelaskan melalui eksperimen
fisika. Tujuan eksperimen yang dapat di capai yakni memahami
konsep hukum Archimedes dan menyelidiki hubungan antar antara
pengurangan berat benda dan volume benda yang dikalikan dengan
percepatan gravitasi dan massa jenis zat cair. Alat dan bahan yang
dapat digunakan dalam eksperimen ini yakni jangka sorong, neraca
o’haus statif, klem, beban, bejana, dan air. Alat yang digunakan
kemudian di rangkai seperti pada gambar 5.2.

Gambar 5.2. Rangkaian alat eksperimen Archimedes


Kegiatan eksperimen dapat dimulai dengan mengukur volume
benda menggunakan jangka sorong untuk memperoleh data Panjang,
lebar, maupun diameter benda. Perlu dilakukan pengulangan
pengukuran agar memperoleh hasil pengukuran yang akurat. Untuk
zat cair yang digunakan adalah air dengan massa jenis 1 g/cm 3 atau
1000 Kg/m3. Gunakan neraca untuk mengukur massa beban di udara.
Selanjutnya celupkan beban kedalam air kemudian timbang massa
benda di dalam air menggunakan neraca. Data hasil eksperimen
kemudian dapat diisi pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Data Eksperimen Hukum Archimedes


Beban Volume Berat Berat Beban W-W’
Beban Beban di dalam
Udara (W) Cairan (W’)
1
2
3

Data ini kemudian dapat digunakan untuk menjawab tujuan


eksperimen yang dilakukan. Selain itu, juga dapat diperoleh gaya
apung dari benda.

B. Eksperimen 2: Specific Gravity


Apabila massa sebuah objek tersebar secara merata, rapat
massa (ρo) atau kepadatan didefinisikan sebagai m massa benda dibagi
dengan volume V. Keadaan ini dapat menggunakan persamaan.
m
ρo = (5.1)
V
Specific Gravity (SG) didefinisikan sebagai rasio kepadatan dari suatu
objek dengan kepadatan air (ρw). Dengan demikian, persamaan untuk
SG dinyatakan dengan
ρo
SG= (5.2)
ρw
Prinsip Archimedes menyatakan bahwa benda yang
ditempatkan dalam cairan mengalami gaya apung keatas sama dengan
berat cairan atau fluida yang berpindah akibat benda tersebut. Prinsip
Archimedes ini dapat digunakan untuk mengetahui specific gravity
benda. Misalnya benda yang diikat dengan benang dan dicelupkan
kedalam air, memiliki gaya-gaya seperti pada Gambar 5.3.
Gambar 5.3. Mengukur berat benda yang tenggelam dalam air
Jika B adalah gaya apung pada benda, W adalah berat benda, dan W 1
adalah tegangan pada tali, maka untuk benda yang terendam akan
berlaku:
B+W 1=W (5.4)

Besar gaya apung dapat dihitung berdasarkan prinsip Archimedes,


yaitu setara dengan berat air yang dipindahkan, atau
B=mw g=ρ w V w g= ρw V 0 g (5.5)

Karena benda tenggelam dan volume air yang menggantikan sama


dengan volume benda, sehingga V w =V 0, dengan menggunakan
persamaan W =mg dan W 1=m1 g, maka

W 1=W −B= ρw V w g=ρ0 V 0 g−ρw V w g (5.6)

W mg ρ0V 0 g ρ0
= = = (5.7)
W −1 mg−mi g ( ρ0 V 0 g−ρw V w g ) ρ w

Persamaan ini digunakan untuk menentukan specific gravity


beberapa logam dengan kepadatan lebih besar dari air. Jika prinsip
Archimedes digunakan untuk menentukan SG benda yang emngapung,
maka bedna harus terendam dengan menambahkan sebuah pemberat
hingga menyebabkan kedua benda tenggelam.
Gambar 5.3 menunjukkan pemberat direndam
dalam air dan benda eksperimen di udara.
Dengan keseimbangan adalah W1. Gambar 5.4.
menunjukkan benda eksperimen dan pemberat
dicelupkan dalam air, dan neraca menunjukkan
bacaan W2. Dengan menggunakan analisis yang
sama dengan yang digunakan persamaan
sebelumnya, dapat ditunjukkan bahwa SG benda
yang mengapung dalam air dinyatakan oleh

W mg m (5.7)
SG= = =
W 1−W 2 m1 g−m 2 g m1−m 2
SG cairan dapat ditentukan dengan mengukur
Gambar 5.3. Pemberat massa m
di dalam air beberapa objek,
dengan
mengukur massa objek direndam air
mw, dan massa dari objek direndam
dalam cairan mL. Pada kasus ini,
diasumsikan bahwa objek tenggelam
dalam kedua cairan. Melalui analisis
yang sama seperti penuruanan pada
persamaan sebelumnya, daapt
ditunjukkan bahwa SG cairan adalah
m−mL
SG= (5.8)
m1−mw
Tujuan yang dapat dicapai
dengan eksperimen ini yakni,
Gambar 5.4. Pemberat dan
menentukan kerapatan benda yang
benda eksperimen di dalam
lebih besar dari air, menentukan
air
kerapatan benda yang lebih kecil dari
air, dan mengukur specific gravity
cairan. Alat dan bahan yang dapat digunakan yaknineraca o’hauss,
benang, gelas beaker 1000 ml, alcohol, air, silinder logam, potongan
gabus, dan anak timbangan sebagai pemberat.

Gambar 5.5. Rangkaian alat eksperimen kerapatan benda yang lebih


besar dari air
Sesuai dengan tujuan eksperimennya, kegiatan dalam
eksperimen ini dibagi menjadi tiga bagian. Eksperimen menentukan
kerapatan benda yang lebih besar dari air dapat dilakukan dengan
mengukur massa silinder loga yagn merupakan benda yang akan di
ukur. Rangkai (Gambar 5.5) penjepit statif untuk menempatkan gelas
beaker 100 ml pada ketinggian tertentu. Tahap selanjutnya yakni
mengatur dudukan gelas beaker yang disediakan pada neraca O’Hauss,
kemudian gelas beaker diisi dengan air kurang lebih tiga perempat
gelas. Silinder logam yang ada kemudian diikat pada seutas benang
dan digantungkan pada lengan neraca. Setelah silinder logam
terendam, ukur massanya Ketika berada didalam air. Perlu
diperhatikan agar benang dan benda tidak tersangkut atau menyentuh
benda lain. Eksperimen ini perlu dilakukan minimal 3x percobaan agar
mendapatkan data yang akurat. Data-data yang diperoleh kemudian
dapat dimasukkan pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Data hasil eksperimen kerapatan benda lebih besar dari air
Benda SG m (kg) m1 (kg)
Gambar 5.6. mencelupkan anak Gambar 5.7. mencelupkan
timbangan kedalam air gabus dan anak timbangan
kedalam air

Selanjutnya eksperimen kerapatan benda yang lebih besar dari


air, dilakukan dengan mengukur massa gabus (m) dengan
menggunakan neraca O’Hauss. Langkah selanjutnya dengan
mengikatkan gabus dengan anak timbangan, kemudian celupkan anak
timbangan tersebut kedalam air (m1) seperti Gambar 5.6. Langkah
terakhir yakni mencelupkan gabus dan anak timbangan yang
digantung kedalam air (m2) seperti gambar 5.7. data yang dihasilkan
kemudian dimasukkan dalam tabel 5.3.

Tabel 5.3. Data hasil eksperimen kerapatan benda yang lebih kecil
dari air.
m (kg) m1 (kg) m2 (kg)

Eksperimen terakhir yakni mengukur specific gravity cairan.


Eksperimen ini dimulai dengan mengukur massa silinder logam (m)
menggunakan neraca o’hauss, kemudian ikat silinder logam dengan
benang, isi gelas beaker dengan air, masukkan silinder kedalam air
dan ukur massa silinder ketika berada didalam air (m W) dengan
menggunakan neraca o’hauss juga. Gelas beaker yang ada kemudian
diganti isinya dengan alkohol sekitar tiga perempat penuh. Masukkan
silinder logam kedalam alcohol dan ukur massanya (m L). Data yang
dihasilkan dapat dimasukkan kedalam tabel 5.4. Anda dapat
melakukan percobaan dengan logam lainnya.
Tabel 5.4. Data hasil eksperimen specific gravity
Benda m (kg) mw (kg) mL (kg)

C. Eksperimen 3: Tegangan Permukaan Lapisan Sabun


Anda dapat membuat lapisan sabun pada benang yang dipasang pada
bingkai kawat seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.8.

Gambar 5.8.Lapisan sabun pada benang yang dirangkai pada kawat


Dalam gambar 5.8, kedua kawat tersebut berbentuk seperti kawat ABC
dan DEF, yang dirangkai menggunakan seutas benang. Kawat tersebut
kemudian dicelupkan ke dalam cairan sabun dan diangkat hingga
membentuk lapisan sabun ACDFA. Kawat dapat dikaitkan pada bagian
E bertujuan untuk menambah luas lapisan sabun. Misalnya seperti
yang ditunjukkan pada gambar 5.9, bidang vertical lapisan sabun
membantuk kurva dengan jari-jari r, dan tegangan benang adalah t
Newton.

Gambar 5.9. Geometri bagian sisi vertical lapisan sabun


Gaya horizontal penyeimbang pada bagian PQ dari benang sepanjang
δl adalah 2Tδl karena ada gaya tegangan permukaan oleh dua lapisan
sabun.
Berdasarkan gambar xxx, besar gaya horizontal adalah 2t sin α. Karena
sudut α kecil, sehingga kita dapat menuliskan persamaan.
δl
2 Tδl=−2 t atau t−2Tr (5.9)
2r
Kesetimbangan lapisan sabun pada bagian GH terkait dengan
a. Gaya yang membuat lapisan menjadi koyak =mg; arahnya ke
bawah.
b. Gaya yang mempertahankan lapisan = 2 l+ ( 2T × 2 b ) ; arahnya ke
atas.

Sehingga berlaku persamaan (1) dan (2) dapat ditulis persamaan


mg
T= (5.10)
4 (r + b)
Berdasarkan gambar 5.8 dan 5.9 dapat dijabarkan

Cl × LD=Hl ( 2 r−Hl ) (5.11)

h =(−b ) { 2 r−( a−b ) }


2

2 2
h + ( a−b )
r= (5.12)
2 ( a−b )
Berdasarkan persamaan 3 dan 4 dapat ditulis persamaan
mg
T=

{ }
2
h (5.13)
2 ( a+ b ) +
( a−b )

Jika dinyatakan ( a−b )=d , maka persamaan 5 dapat dinyatakan


sebagai berikut.
mg
T= (5.14)
2 ( h −d 2 +2 ad )
2

Persamaan 6 tersebut dapat ditulis sebagai berikut.

( )
2 2
h −d mg
T= = −2 a (5.15)
d 2t

( )
2 2
h −d
Jik dibuat grafik sebagai sumbu vertikal dan m sebagai
d
g
sumbu horizontal, maka akan diperoleh kemiringan garis , dan
2t
4 aT
perpotongan garis pada sumbu horizontal adalah . Dengan
g
demikian, nilai tegangan permukaan lapisan sabun adalah
g
T=
2× kemiringan garis
g
T= × perpotongan pada sumbu horizontal
4a

Eksperimen ini menggunakan bingkai kawat untuk menentukan


tegangan lapisan permukaan. Tujuan eksperimen ini yakni
menentukan tegangan permukaan lapisan sabun dengan
menggunakan bingkai kawat. Alat dab bahan yang digunakan yakni
kawat, statif, benang, neraca o’hauss, dan air sabun. Sebelum memulai
eksperimen, perlu dirangkai bingkai kawat seperti pada gambar 5.8
yang telah di sajikan sebelumnya. Kawat baiknya ditimbang terlbeih
dahulu sebelum dirangkai. Jika bingkai kawat telah terbentuk,
celupkan rangkaian tersebut kedalam lapisan sabun kemudian angkat
bagian B pada kawat dan gantung pada statif. Ukurlah dimensi a, b,
dan h, kemudian masukkan data hasil pengukuran kedalam tabel data
eksperimen. Tambahkansepotong kawat yang ditimbang pada bagian
F pada bingkai kawat. Ukurlah dimensi a, b, dan h. Berikanlah vairasi
massa m dan dimensi a, b, dan h dengan menambahkan beban.
Masukkanlah data hasil observasi pada tabel 5.5. Kemudian buatlah

( )
2 2
h −d
grafik terhadap m, kemudian tentukan besar tegangan
d
permukaan dari lapisan sabun.

Tabel 5.5. Data hasil eksperimen tegangan permukaan sabun


m a b h a-b T

D. Eksperimen 4: Koefisien Viskositas Air dalam Aliran Kapiler


Cairan yang mengalir melalui kapiler menerima sedikit hambatan
karena gesekan antara air dan dinding kapiler. Debit aliran (Q) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan
4
Pπ a
Q= (5.16)
8lη
Dengan:
P = tekanan cairan ( P= ρgh)
η = koefisien viskositas cairan
l = Panjang pipa kapiler
a = jari-jari pipa kapiler

Selanjutnya koefisien viskositas dapat ditentukan dengan persamaan


4 4
ρghπ a ρgπ a h
= (5.17)
8 lQ 8l Q
Rangkaian alat eksperimen diuraikan dalam gambar 5.10.

Gambar 5.10. Rangkaian alat eksperimen koefisien viskositas air


Dalam percobaan ini, cairan di Bejana C perlu dijaga ketinggiannya
dengan terus-menerus mengalirkan air dari keran. Ketinggian air
dalam bejana C dapat diatur dengan mengatur ketinggian pipa D.
Eksperimen yang dapat dilakukan untuk mengetahui koefisien
viskositas air yakni dengan metode aliran dalam pipa kapiler. Alat dan
bahan yang digunakan yakni bejana plastik, gelas beaker, pipa kapiler,
pipa kaca/paralon, sumbat karet, stopwatch, neraca o’hauss, mistar,
dan termometer. Kegiatan eksperimen diawalai dengan membuat dua
buah lubang pada bejana plastik seperti pada Gambar 5.10. Diameter
lubang harus sama dengan diameter luar dari sumbat karet atau gabus
yang digunakan. Pasanglah pipa kapiler ke sumbat karet dan
kencangkan ke bukaan samping wadah. Pasang tabung gelas atau busa
kecil ke sumbat lainnya dan tempelkan ke lubang di bagian bawah
wadah. Atur ketinggian pipa D untuk mengatur ketinggian air yang
akan diisi ke dalam wadah C. Isi bejana C dengan air dan ukur waktu
yang diperlukan air untuk melewati kapiler selama selang waktu yang
ditentukan. Ukur massa air dalam bejana yang mengalir selama waktu
ini. Lakukanlah eksperimen dengan mengubah ketinggian air, sehingga
diperoleh data yang cukup untuk membuat grafik laju aliran (Q)
terhadap h. Ukurlah suhu air dan ukurlah dimensi dari pipa kapiler,
yakni Panjang (l) dan jari-jari (r). data yang diperoleh kemudian dapat
dimasukkan pada tabel 5.6.

Tabel 5.6. Data hasil analisis eksperimen koefisien viskositas air


h Massa air Waktu Debit air (Q)

E. Eksperimen 5: Koefisien Viskositas Cairan Kental


Kekentalan fluida dalam hal ini minyak goreng dapat di ukur
dengan mengamati pergerakan kelereng yang dijatuhkan kedalam
minyak goreng seperti pada gambar 5.11.
Gambar 5.11. Rangkaian alat eksperimen mengukur viskositas
minyak
Pergerakan kelereng dalam minyak goreng dipengaruhi oleh jari-jari
kelereng (R), percepatan gravitasi (g), kecepatan akhir kelereng (VA),
kerapatan minyak (ρ), dan kerapatan kelereng (ρo). perhitungan
kekentalan minyak goreng dilakukan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut.
2
2 R
η= g ( ρo −ρ ) (5.18)
9VA
Eksperimen ini dapat menggunakan minyak goreng sebagai
cairan kental untuk ditentukan viskositasnya. Viskositas minyak
goreng dapat diketahui dengan mengukur kecepatan terminal
kelereng yang dimasukkan kedalam minyak goreng. Alat bahan yang
digunakan yakni, pipa bening dengan tinggi 50 cm, kisi kawat, minyak
goreng, kelereng kecil, mistar, stopwatch. 1.

Rangkailah peralatan eksperimen viskositas seperti pada


gambar 5.11. Masukkanlah minyak goreng kedalam pipa bening.
Masukkanlah kisi kawat sebagai penyaring kedalam pipa tersebut
sampai pada dasar bejana. Berilah tanda pada ketinggian tertentu
untuk menentukan titik awal dan titik akhir pegukuran waktu.
Lepaskanlah kelereng dari atas pipa secara perlahan, hitunglah waktu
jatuh kelereng Ketika menempuh jarak yang telah ditandai.
Lakukanlah beberapa kali percobaan dengan menggunakan kelereng
yang sama. Kelereng yang telah mencapai dasar bejana kaca dapat
diambil dengan kisi kawat yang telah dipasang sebelumnya. Tentukan
viskositas minyak goreng berdasarkan data eksperimen yang
diperoleh.
F. Ringkasan
G. Evaluasi
H. Referensi

Anda mungkin juga menyukai