Anda di halaman 1dari 13

PENYELESAIAN MASALAH – MASALAH PENDIDIKAN DALAM

KAWASAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

‘’ Teknologi Pendidikan ‘’

Dosen Pengampu :

Fiki Rahmita, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 5 / MPI. E

Muhammad Ridho Mukhlisin 206210103


Nordena Takhassuna 206190104
Shela Nanda Suprapto 206210150
Siti Mahmudhah 206210153
Sundari Riawati 206210159
Yusuf Febrianto 206210168

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) PONOROGO
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah................................................................................................. 3
C. Tujuan .................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian kawasan pemanfaatan dalam teknologi pendidikan .............................. 4


B. Kategori kawasan pemanfaatan teknologi pendidikan............................................ 5
C. Kecenderungan dan permasalahan dalam kawasan pemanfaatan ........................... 6
D. Sumber pengaruh utama kawasan pemanfaatan teknologi pendidikan .................. 6
E. Contoh masalah pendidikan dan penyelesaian masalah pendidikan dalam
kawasan pemanfaatan teknologi pendidikan........................................................... 8

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kawasan Pemanfaatan merupakan domain ketiga dalam teknologi Pendidikan
pemanfataan merupakan Tindakan metode dan model intruksional,bahan dan perlatan
media untuk meningkatkan suasana pembelajaran (Warsito,2013). Pemanfaatan
mempunyai fungsi penting karena menjelaskan keterkaitan antara peserta didik dengan
bahan belajar atau sistem pembelajaran yang digunakan dalam Kawasan
pemanfaatan,tenaga pendidik dtuntut sadar penuh tentang tanggung jawabnya dalam
menyesuaikan bahan belajar dan aktivitas pembelajaran yang dipilih,mmberikan
bimbingan selama kegiatan,mengevauasi capaian peserta didik, serta memasukkannya
ke dalam prosedur organisasi yang berkelanjutan.
Gerakan Pendidikan visual dimana museum – museum Pendidikan didirikan
pada pertama abad ke 20 menjadi titik awal Kawasan ini. Disusul dengan penggunaaan
film sebagai media pembelajaran dan penelitian – peneitian formal terkait membuat
teori praktik pemanfaatan semakin berkembang.
Pemanfaatan teknologi Pendidikan berkontribusi besar terhadap keefektifan
pembelajaran secara khusus serta menentukan kesuksesan Pendidikan secara umum,
terlebh dalam era globalisasi dan revolusi industry seperti dewasa ini. Oleh karena itu,
sangat penting bagi kita untuk mengetahui lebih dalam tentang Kawasan pemanfaatan
teknologi Pendidikan yang selanjutnya akan dijelaskan dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kawasan pemanfaatan dalam teknologi Pendidikan ?
2. Apa saja kategori pemanfaatan kecenderungan dan permasalahan dalam teknologi
Pendidikan ?
3. Apa sumber pengaruh utama Kawasan pemanfaatan teknologi Pendidikan ?
4. Apa peran Teknologi Pendidikan dalam perspektif merdeka belajar ?
5. Bagaimana contoh masalah – masalah Pendidikan dan penyelesaian masalah
Pendidikan dalam Kawasan pemanfaatan teknologi Pendidikan ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kawasan Pemanfaatan dalam Tekologi Pendidikan

Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Fungi
pemanfaatan sangat penting karena mempelajari kaitan antara pembelajar dengan bahan atau
sistem pembelajaran.Mereka yang terlibat dalam pemanfataan ini bertanggung jawab untuk
mencocokkan pembelajar dengan bahan dan aktifitas yang dipilih , memberikan bimbingan
selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil yang dicapai pembelajar,serta
memasukkanya ke dalam prosedur organisasi yang berkelanjutan bagian – bagian dari
Kawasan pemanfaatan adalah :

1. Pemanfaatan media
Menggunakan yang sistematis dari sumber untuk belajar. Proses pengambilan
media merupakan proses pengambilan keputusan berdasarkan pada spesifikasi desain
pembelajaran. Misalnya, bagaimana suatu film diperkenalkan atau ditindak lanjuti dan
dipolakan sesuai dengan bentuk belajar yang diinginkan.
2. Divusi Inovasi
Divusi inovasi adalah Proses berkomunikasi melalui strategi yang terencana
dengan tujuan untuk diadopsi. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah untuk terjadinya
perubahan. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahw pemanfaatan bergantung pada upaya
membangkitan kesadaran, keinginan mencoba dan mengadopsi inovasi.
3. Implimentasi dan Institusionalisasi
Implementasi adalah penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam
keadaan yang sesungguhnya (bukan tersimulasi). Sedangkan institusionalisasi
penggunaan yang rutin dan pelestarian dari innovasi pembelajaran dalam suatu struktur
atau budaya organisasi. Untuk menilai pemanfaatan harus ada implimentasi. Bidang
implimentasi dan institusioanal didasarkan pada penelitian, Tujuan implimentasi
adalah menjamin penggunaan yang benar oleh individu dalam organisasi. Jadi
implimentasi dan institusionalisasi tergantung pada perubahan individu maupun
organisasi.
4. Kebijakan dan Regulasi Aturan dan tindakan yang mempengaruhi difusi dan
pemanfaatan teknologi pembelajaran. Kebijakan dan peraturan pemerintah

4
mempengaruhi pemanfaatan teknologi. Kebijakan dan regulasi biasanya dihambat oleh
permasalahan etika dan ekonomi.1
B. Kategori Kawasan Pemanfaatan Teknologi Pendidikan

Kawasan pemanfaatan merupakan aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk


belajar. Fungsi pemanfaatan sangat penting karena membicarakan kaitan antara peserta didik
dengan bahan belajar atau sistem pembelajaran. Beberapa pemanfaatan yang mencakup
kawasan pemanfaatan yaitu sebagai berikut :

1. Pemanfaatan media, yaitu pe- manfaatan media merupakan proses pengambilan


keputusan berdasarkan pada spesifikasi desain pembelajaran. Misalnya bagaimana
suatu film diperkenalkan atau ditindaklanjuti dan dipolakan sesuai dengan bentuk
belajar yang diinginkan. Prinsip-prinsip pemanfaatan media juga dikaitkan dengan
karakteristik peserta didik.
2. Difusi inovasi adalah proses berkomunikasi malalui strategi yang terencana dengan
tujuan untuk diadopsi. Tujuan akhir yang ingin dicapai ialah untuk terjadinya
perubahan. Selama bertahun-tahun, kawasan pemanfaatan dipusatkan pada aktivitas
guru dan ahli media yang membantu guru.
3. Implementasi dan institusionalisasi yaitu penggunaan bahan dan strategi pembelajaran
dalam keadaan yang sesungguhnya. Sedangkan institusionalisasi penggunaan yang
rutin dan pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya
organisasi. Tujuan dari implementasi dan institusionalisasi adalah menjamin
penggunaan yang benar oleh individu dalam organisasi. Tujuan institusionalisasi adalah
untuk mengintegrasikan inovasi dalam struktur kehidupan organisasi. Keduanya
tergantung pada perubahan individu maupun organisasi.
4. Kebijakan dan regulasi adalah aturan dan tindakan yang mempengaruhi difusi dan
pemanfaatan teknologi pembelajaran. Kebijakan dan peraturan biasanya dihambat oleh
permasalahan etika dan ekonomi. Keduanya timbul sebagai akibat dari Tindakan yang
dilakukan oleh individua tau kelompok dalam maupun luar. Dampak pengaruh tersebut
lebih pada praktik dari pada teori. Bidang teknologi pembelajaran telah ikut berjasa
dalam penentuan kebijakan tentang televisi pembelajaran.2

1
Yuberti, Dinamika Teknologi Pendidikan , Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat IAIN Raden
Intan Lampung ,2015. Hlm 128 - 130
2
Bambang Warsita. Perkembangan definisi dan kawasan teknologi pembelajaran serta perannya dalam
pemecahan masalah pembelajaran. Jurnal Kwangsan. Vol 1 No 2 (2013). hlm 87-90

5
C. Kecenderungan dan Permasalahan Kawasan Pemanfaatan Teknologi Pendidikan
Kecenderungan dan permasalahan dalam Kawasan pemanfaatan umumnya berkisar
pada kebijakan dan peraturan yang mempengaruhi penggunaan,difusi,implementasi dan
pelembagaan. Masalah lain yangberkaitan dengan Kawasan ini ialah bagaimana Gerakan
retrukturiasi sekolah dapat mempengaruhi penggunaan sumber pembelajaran. Peran
Teknologi dalam retrukturiasi sekolah masih berjalan. Pertumbuhan yang pesat dari bahan dan
sistem yang berbasis computer telah meningkatkan resiko politik da ekonomi bagi yang akan
mengadakan adopsi.
Kaum profesi teknologi pembelajaran sekarang sedang mempertimbangkan keputusan
untuk pengeluaran jutaan dolar yang akan berpengaruh bukan saja berpengaruh pada guru
secara perseorangan dan ruangan kelas. Tetapi terhadap seluruh wilayah
persekoahan,perguruan tinggi , dan badan usaha. Bidang ini nampaknya terlibat pada
permasalahan politik dan ekonomi tingkat organisasi secara keseluruhan. Faktor – factor ini
sering berdampak pada cara bagaimana pemnafaatan harus dilakukan.3

D. Sumber Pengaruh Utama Kawasan Pemanfaatan Teknologi Pendidikan


Pada mulanya gagasan tentang pemanfaatan media lebih berkonotasi pada aspek –
aspek penggunaan, kemudian Kawasan ini berkembang dan mencangkup pada difusi dan
pemanfaatan pengetahuan,termasuk pola peranan kebijakan Publik sebagai suatu mekanisme
pelembagaan. Diluar bidang teknologi pembelajaran,studi tentang pemanfaatan pada
umumnya lebih diartikan sebagai tentang pemanfaatan ilmu pengetahuan, dan banyak
dipengaruhi oleh hasil , penelitian dan teori yang berkaitan dengan sejarah dan filsafat ilmu
serta sosiologi ilmu pengetahuan (Dunn, Holzer,Zaltman ,1989)yang sama ini melahirkan
asumsi – asumsi penting bagi para teknologi Pendidikan.

Asumsi yang tumbuh adalah bahwa (media)terbatasi oleh :

1. Kerangka referensi masing – masing individu


2. Kondisi social
3. Permasalahan tentang keseluruhan penerimaan
4. Tindakan dari kelompok – kelompok yang berkomunikasi

3
Bambang Warsita, Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran serta perannya dalam
pemecahan Masalah Pembelajaran, Jurnal Kwangsan Vol.No 2013,hlm 82

6
Contoh faktor – faktor yang mempengaruhi pemanfaatan proses dan materi pembelajaran
termasuk : sikap pembelajar terhadap teknologi ,tingkat independensi pembelajar,dan faktor
penghambat pemanfaatan media atau materi dalam konteks sistem pembelajaran yang lebih
luas. Penelitian pemanfaatan dalam teknologi pembelajaran banyak menyinggung masalh –
masalah seperti penggunaan media secara optimal,dan pegaruh media terhadap waktu yang
diperlukan untuk belajar(Thomson, Simonson,Hargrave,1992).

E. Peran teknologi Pendidikan dalam perspektif merdeka belajar

Dalam pembelajaran tentu saja akan dijumpai berbagai macam permasalahan, misalnya :

1) sulit mempelajari konsep yang abstak, 2) sulit membayangkan peristiwa yang telah lampau,
3) sulit mendapat pengalaman langsung, 4) sulit mengamati sebuah objek yang terlalu besar/
kecil, dan 5) sulit memahami konsep yang rumit, dan masih banyak lagi.mengingat terdapat
berbagai permasalahan dalam program merdeka belajar, perlu dicarikan solusi atau cara
untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan harapan permasalahan yang timbul dapat
diatasi dan dicarikan jalan keluarnya. Sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik
dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Diantara banyak faktor yang mampu mengatasinya
adalah dengan adanya teknologi Pendidikan.

teknologi pendidikan dapat membantu memudahkan program merdeka belajar. Sehubungan


dengan hal teraebut, teknologi pendidikan dapat menunjang kualitas pendidikan. Ada beberapa
peran teknologi pendidikan dalam ranah pendidikan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
(Miarso, Teknologi, & Dalam, 2014) sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas pendidikan dengan cara: a) membantu guru dalam


mengalokasikan waktu secara lebih baik, b) memajukan tahapan belajar, c) mengurangi
beban guru dalam berceramah, sehingga guru dapat memfasilitasi diskusi dan mengembangkan
proses pembelajaran bagi peserta didik.

2. Memberikan pandangan bahwa pendidikan dapat bersifat lebih individual, seperti


memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan potensi individu serta
meminimalkan pengawasan dari guru.

3. Memberikan dasar pembelajaran yang lebih ilmiah dengan cara: a) perencanaan program
tersistem, b) pengembangan bahan ajar yang dilandasi kaidah ilmiah.

7
4. Memaksimalkan kompetensi gurudengan memperluas jangkauan pengajaran yang lebih
konkret.

5. Mengedepankan mutu yang merata dalam Pendidikan.

Pada perapektif merdeka belajar, teknologi pendidikan memberikan kemudahan dalam


implementasi merdeka belajar. Kebijakan baru merdeka belajar olehnNadiem Anwar
Makarimdiharapkan dapat secara langsung meningkatkan kemampuanbidang matematika dan
literasi yang saat ini menduduki posisi yang sangat rendah yaitu posisi keenam dari bawah (ke-
79 dari 79 Negara). Sehingga dalam menyikapi hal tersebut, Nadiem Anwar Makarim membuat
gebrakan penilaian dalam ranah kemampuan dasar, meliputi literasi (mengukur dalam hal
kemampuan membaca, kemampuan menganalisis isi bacaan beserta memahami konsep),
numerasi (yang menjadi penilaian bukan hanya pelajaran bidang matematika tetapi
kemampuan peserta didik dalam menerapkan konsep numerik dalam kehidupan yang
sesungguhnya), dan survey karakter (bukan sebuah tes, tetapi pencarian sejauh mana
penerapan penilaian nilai-nilai budi pekerti, agama, pancasila yang telahdipraktekkan oleh
peserta didik ).4

F. Contoh penyelesaian masalah Pendidikan dalam Kawasan pemanfaatan teknologi


Pendidikan masalah-masalah Pendidikan

1.Biaya Pendidikan menjadi mahal, sulit dijangkau masyarakat luas. Mahalnya biaya
Pendidikan telah menyebabkan Pendidikan yang semula adalah proses humanisasi
(memanusiakan manusia) telah berubah menjadi dehumanisasi atau secara tidak langsung telah
mengupayakan pengunduran hakikat kemanusiaan yang mampu mengaktualisasikan dirinya
dan mampu menghadapi kontradiksi-kontradiksi dalam kehidupan; seperti kekerasan rumah
tangga akibat tekanan psikis karena mahalnya biaya Pendidikan, banyak ditemukan anak yang
bunuh diri karena malu belum bayar SPP, atau dijumpai orang tua yang membunuh anaknya
karena trauma dengan beban yang akan dihadapi. Kenyataan ini biasa terjadi dalam lingkungan
sekolah kurang kreatif dan inovatif dalam mengelola pendanaan sehingga hanya menandalkan
siswa dan orang tua sebagai sumber dana.

2. Memperlebar gap dalam kualitas pendidikan. Privatisasi dapat meningkatkan kompetisi. Sisi
lain dari kompetisi adalah menciptakan poralisasi lembaga pendidikan. Lembaga yang menang

4
Tahir, M. Y. (2016). Peranan Teknologi Pendidikan dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Prosiding
SIDKUN 2016: Seminar Islam Dan Kelestarian Ummah Peringkat Serantau, XIII(2), 484–489.

8
dalam persaingan dan perburuan dana akan menjadi sekolah unggulan. Sebaliknya lembaga
yang kalah akan semakin terpuruk dan tersingkir. sehingga ada asumsi yang telah membudaya
dalam masyarakat bahwa sekolah yang mahal akan menelorkan outcome atau output yang
berkualitas atau bagaimana bisa berkualitas kalau biaya pendidikannya tidak mahal?.

3. Melahirkan diskriminasi sosial. Kesempatan memperoleh pendidikan semakin sempit dan


diskriminatif, sehingga empat hasil konvensi hak anak (KHA) yang harus diberikan dan
dinikmatinya sebelum mereka dewasa oleh PBB yang telah diratifikasi pemerintah melalui
Keppres Nomor 26 tahun 1990 yaitu: hak untuk bertahan hidup (right for survival), hak
mendapat perlindungan (right for protection), hak partisipasi (right for partisipation), dan hak
tumbuhkembang (right for development) yang harus dijadikan pedoman secara yuridis dan
politis telah diabaikan dan dilangggar.

4. Menimbulkan stigmatisasi, ke arah pelabelan sosial. Sekolah yang bagus dan ternama
diidentikkan dengan sekolahnya orang kaya, sebaliknya sekolah sederhana adalah sekolahnya
kaum miskin.

5. Menggeser budaya akademik menjadi budaya ekonomis, sehingga pendidikan ahanya


diarahkan untuk mobilitas vertikal, yaitu upaya peningkatankecakapan untuk menghasilkan
pendapatan ekonomi yang lebih baik dan mengkondisikan tenaga produktif untuk dijual dalam
bursa kerja. Para guru akan memiliki mentalitas “pedagang” ketimbang mentalitas pendidik.
Mereka lebih tertarik mencari pendapatan daripada mengembangkan pengetahuan. Mereka
lebih terdorong untuk mengumpulkan “kredit koin” daripada “kredit poin”. Di PT, fenomena
ini melahirkan dua kategori dosen yaitu “dosen luar biasa” dan “dosen biasa di luar”.

6. Memperburuk kualitas SDM dan kepemimpinan masa depan.Didorong oleh misi untuk
meningkatkan akumulasi kapital sebesar-besarnya, Lembaga pendidikan akan lebih banyak
menerima pelajar gedongan meski ber-IQ pas-pasan. Pelajar berprestasi tapi miskin banyak
kesulitan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mobilitas sosial vertikal hanya
akan menjadi milik orang kaya.

Solusi.

Melihat realitas diatas, maka perlu digagas upaya-upaya perbaikan dengan tawaran solusi yang
mampu menangkal, membentengi timbulnya problematika pada wilayah mentalitas/moralitas
di atas. Adapun tawaran tersebut;

9
1. Untuk menangkal budaya Kurang PD (percaya diri), perludiformulasikan kurikulum, yang
mengedepankan ―penguatan‖ akan nilai-nilai budaya lokal yang menjadi tradisi luhur nenek
moyang kita, yang lebih membumi, ketimbangmentransformasi budaya luar yang bisa jadi
tidak selaras, berbenturan dengan apa yang sudah menjadi kebiasaan baik kita. Sesungguhnya
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) tahun 2006, yang digagas Depdiknas lewat
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), sudah bisa dijadikan payung untuk
mengakomodir masalah di atas. Di mana sekolah Bersama komite sekolah diberi otonomi
menyusun kurikulum sendiri sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Sehingga dengan
penguatan lewat materi pelajaran budaya local (penggalian nilai-nilai humanis-religius
misalnya), diharapkan bisa mengikis budaya kurang percaya diri, baik terhadap diri sendiri,
maupun kurang percaya diri terhadap lembaga pendidikan kita. Yang terbaru gagasan
“Kurikulum 2013‖ yang sudah dicanangkan, tahun ini mulai diterapkan di beberapa sekolah
yang sudah ditunjuk di berbagai daerah di Indonesia. Kurikulum 2013 ini didesain lebih
menekankan muatan pendidikan agama dan PKn tak lain dimaksudkan untuk menjawab
berbagai persoalan bangsa melalui ―implementasi nilai-nilai” kepada generasi muda sebagai
penerus bangsa melalui dunia pendidikan.

2. Ide memasukkan kurikulum berbasis kejujuran dan anti-korupsi dalam pendidikan tingkat
SD-SMU sebagaimana pernah digagas KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), kiranya patut
disikapi secara cerdas. Transformasi sekaligus internalisasi nilai moralitas, sensibilitas sosial
sungguh sangat efektif melalui perantara bangku pendidikan. Dimana karakteristik dasar siswa
SD hingga SMU tengah menjalani fase-fase proses psikologis yang dominan pada
pembentukan karakternya. Jika dalam fase-fase tersebut perkembangan psikologis dapat ditata
baik struktur maupun bangun nilai kejujuran plus anti korupsi, maka akan menjadi dasar yang
kuat dalam melandasi sikap, langkah, gerak hidup mereka di masa mendatang. Tentunya
internalisasi kurikulum ini harus merambah dalam tiga aspek; kecerdasan (kognitif), sikap
(afektif), dan ketrampilan (psikomotorik). Adapun format kurikulum kejujuran dan anti-
korupsi ini, menurut hemat penulis tidak harus mewujud dalam satu pelajaran khusus, akan
tetapi bisa menjadi sebagai kurikulum yang tersembunyi (hidden curicullum).

3. Untuk mengantisipasi rusaknya nilai moral, lagi-lagi perlunya memasukkan ―pendidikan


nilai/afektif‖, yang menginternal dalam setiap pelajaran, tidak hanya pelajaran agama tetapi
juga pelajaran umum. Kegagalan dalam Pendidikan kita salah satunya ditengarai oleh
kegagalan dalam penanaman nilai maupun pendidikan moral-religius. Banyak materi-materi
pelajaran (tidak hanya pelajaran umum tetapi juga pelajaran agama) ternyata dalam prakteknya

10
lebih mengedepankan aspek kognitif ketimbang aspek afektif/nilai. Salah satu konsep filosofis
pendidikan nilai/afektif menurut Theodore Bramelt adalah pendidikan nilai harus mampu
menjadi agen atau perantara yang menanamkan nilai-nilai yang ada dalam jiwa stake holder.
Dalam pengertian lain mendidik juga berarti memasukkan anak ke dalam alam nilai-nilai, atau
memasukkan dunia nilai-nilai ke dalam jiwa anak. Demikian pentingnya penanaman nilai ini
juga bisa kita dapati dalam wacana keagamaan, di mana secara fitrah manusia cenderung
kepada yang “haniif”,beragama, bertauhid kepada Rabb-nya. Sehingga memasukkan ―nilai-
nilai‖ menjadi sangat urgen pada era dimana telah rusaknya moral anak bangsa. Karena
sejatinya anak bangsa harus menjadi penerus/ penyambung generasi tua yang berkewajiban
menjaga kelangsungan peradaban manusia dengan mendasarkan nilai-nilai moral,
kemanusiaan, religiusitas sebagai pondasi utamanya.5

5
Nuramam Machali, Pendidikan Nasional, 128ni Suyomukti, Pendidikan Berperspektif Global (Yogyakarta: Al-
Ruzz Media, 2008), 33
6
Imam Machali, Pendidikan Nasional, 128.
7
Drikarya, Drikarya; tentang Pendidikan, (Yogyakarta:Kanisius, 1991), 25.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar.
Fungi pemanfaatan sangat penting karena mempelajari kaitan antara pembelajar dengan
bahan atau sistem pembelajaran.Mereka yang terlibat dalam pemanfataan ini
bertanggung jawab untuk mencocokkan pembelajar dengan bahan dan aktifitas yang
dipilih , memberikan bimbingan selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil yang
dicapai pembelajar
Kategori Kawasan pemanfaatan ada 4 antara lain :
1. Pemanfaatan media
2. Difusi inovasi
3. Implementasi Dan institusi
4. Kebijakan dan Regulasi

Kecenderungan dan permasalahan dalam Kawasan pemanfaatan umumnya berkisar


pada kebijakan dan peraturan yang mempengaruhi penggunaan,difusi,implementasi
dan pelembagaan. Masalah lain yangberkaitan dengan Kawasan ini ialah bagaimana
Gerakan retrukturiasi sekolah dapat mempengaruhi penggunaan sumber pembelajaran.
Peran Teknologi dalam retrukturiasi sekolah masih berjalan. Pertumbuhan yang pesat
dari bahan dan sistem yang berbasis computer telah meningkatkan resiko politik da
ekonomi bagi yang akan mengadakan adopsi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Yuberti, Dinamika Teknologi Pendidikan , Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada


Masyarakat IAIN Raden Intan Lampung ,2015.

Bambang Warsita. Perkembangan definisi dan kawasan teknologi pembelajaran serta


perannya dalam pemecahan masalah pembelajaran. Jurnal Kwangsan. Vol 1 No 2,2013.

Tahir, M. Y. (2016). Peranan Teknologi Pendidikan dalam Peningkatan Mutu


Pendidikan. Prosiding SIDKUN 2016: Seminar Islam Dan Kelestarian Ummah Peringkat
Serantau, XIII

Nuramam Machali, Pendidikan Nasional, 128ni Suyomukti, Pendidikan Berperspektif Global


(Yogyakarta: Al- Ruzz Media, 2008

Imam Machali, Pendidikan Nasional, 128.

Drikarya, Drikarya; tentang Pendidikan, Yogyakarta:Kanisius, 1991.

13

Anda mungkin juga menyukai