‘’ Teknologi Pendidikan ‘’
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 5 / MPI. E
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kawasan Pemanfaatan merupakan domain ketiga dalam teknologi Pendidikan
pemanfataan merupakan Tindakan metode dan model intruksional,bahan dan perlatan
media untuk meningkatkan suasana pembelajaran (Warsito,2013). Pemanfaatan
mempunyai fungsi penting karena menjelaskan keterkaitan antara peserta didik dengan
bahan belajar atau sistem pembelajaran yang digunakan dalam Kawasan
pemanfaatan,tenaga pendidik dtuntut sadar penuh tentang tanggung jawabnya dalam
menyesuaikan bahan belajar dan aktivitas pembelajaran yang dipilih,mmberikan
bimbingan selama kegiatan,mengevauasi capaian peserta didik, serta memasukkannya
ke dalam prosedur organisasi yang berkelanjutan.
Gerakan Pendidikan visual dimana museum – museum Pendidikan didirikan
pada pertama abad ke 20 menjadi titik awal Kawasan ini. Disusul dengan penggunaaan
film sebagai media pembelajaran dan penelitian – peneitian formal terkait membuat
teori praktik pemanfaatan semakin berkembang.
Pemanfaatan teknologi Pendidikan berkontribusi besar terhadap keefektifan
pembelajaran secara khusus serta menentukan kesuksesan Pendidikan secara umum,
terlebh dalam era globalisasi dan revolusi industry seperti dewasa ini. Oleh karena itu,
sangat penting bagi kita untuk mengetahui lebih dalam tentang Kawasan pemanfaatan
teknologi Pendidikan yang selanjutnya akan dijelaskan dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kawasan pemanfaatan dalam teknologi Pendidikan ?
2. Apa saja kategori pemanfaatan kecenderungan dan permasalahan dalam teknologi
Pendidikan ?
3. Apa sumber pengaruh utama Kawasan pemanfaatan teknologi Pendidikan ?
4. Apa peran Teknologi Pendidikan dalam perspektif merdeka belajar ?
5. Bagaimana contoh masalah – masalah Pendidikan dan penyelesaian masalah
Pendidikan dalam Kawasan pemanfaatan teknologi Pendidikan ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Fungi
pemanfaatan sangat penting karena mempelajari kaitan antara pembelajar dengan bahan atau
sistem pembelajaran.Mereka yang terlibat dalam pemanfataan ini bertanggung jawab untuk
mencocokkan pembelajar dengan bahan dan aktifitas yang dipilih , memberikan bimbingan
selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil yang dicapai pembelajar,serta
memasukkanya ke dalam prosedur organisasi yang berkelanjutan bagian – bagian dari
Kawasan pemanfaatan adalah :
1. Pemanfaatan media
Menggunakan yang sistematis dari sumber untuk belajar. Proses pengambilan
media merupakan proses pengambilan keputusan berdasarkan pada spesifikasi desain
pembelajaran. Misalnya, bagaimana suatu film diperkenalkan atau ditindak lanjuti dan
dipolakan sesuai dengan bentuk belajar yang diinginkan.
2. Divusi Inovasi
Divusi inovasi adalah Proses berkomunikasi melalui strategi yang terencana
dengan tujuan untuk diadopsi. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah untuk terjadinya
perubahan. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahw pemanfaatan bergantung pada upaya
membangkitan kesadaran, keinginan mencoba dan mengadopsi inovasi.
3. Implimentasi dan Institusionalisasi
Implementasi adalah penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam
keadaan yang sesungguhnya (bukan tersimulasi). Sedangkan institusionalisasi
penggunaan yang rutin dan pelestarian dari innovasi pembelajaran dalam suatu struktur
atau budaya organisasi. Untuk menilai pemanfaatan harus ada implimentasi. Bidang
implimentasi dan institusioanal didasarkan pada penelitian, Tujuan implimentasi
adalah menjamin penggunaan yang benar oleh individu dalam organisasi. Jadi
implimentasi dan institusionalisasi tergantung pada perubahan individu maupun
organisasi.
4. Kebijakan dan Regulasi Aturan dan tindakan yang mempengaruhi difusi dan
pemanfaatan teknologi pembelajaran. Kebijakan dan peraturan pemerintah
4
mempengaruhi pemanfaatan teknologi. Kebijakan dan regulasi biasanya dihambat oleh
permasalahan etika dan ekonomi.1
B. Kategori Kawasan Pemanfaatan Teknologi Pendidikan
1
Yuberti, Dinamika Teknologi Pendidikan , Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat IAIN Raden
Intan Lampung ,2015. Hlm 128 - 130
2
Bambang Warsita. Perkembangan definisi dan kawasan teknologi pembelajaran serta perannya dalam
pemecahan masalah pembelajaran. Jurnal Kwangsan. Vol 1 No 2 (2013). hlm 87-90
5
C. Kecenderungan dan Permasalahan Kawasan Pemanfaatan Teknologi Pendidikan
Kecenderungan dan permasalahan dalam Kawasan pemanfaatan umumnya berkisar
pada kebijakan dan peraturan yang mempengaruhi penggunaan,difusi,implementasi dan
pelembagaan. Masalah lain yangberkaitan dengan Kawasan ini ialah bagaimana Gerakan
retrukturiasi sekolah dapat mempengaruhi penggunaan sumber pembelajaran. Peran
Teknologi dalam retrukturiasi sekolah masih berjalan. Pertumbuhan yang pesat dari bahan dan
sistem yang berbasis computer telah meningkatkan resiko politik da ekonomi bagi yang akan
mengadakan adopsi.
Kaum profesi teknologi pembelajaran sekarang sedang mempertimbangkan keputusan
untuk pengeluaran jutaan dolar yang akan berpengaruh bukan saja berpengaruh pada guru
secara perseorangan dan ruangan kelas. Tetapi terhadap seluruh wilayah
persekoahan,perguruan tinggi , dan badan usaha. Bidang ini nampaknya terlibat pada
permasalahan politik dan ekonomi tingkat organisasi secara keseluruhan. Faktor – factor ini
sering berdampak pada cara bagaimana pemnafaatan harus dilakukan.3
3
Bambang Warsita, Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran serta perannya dalam
pemecahan Masalah Pembelajaran, Jurnal Kwangsan Vol.No 2013,hlm 82
6
Contoh faktor – faktor yang mempengaruhi pemanfaatan proses dan materi pembelajaran
termasuk : sikap pembelajar terhadap teknologi ,tingkat independensi pembelajar,dan faktor
penghambat pemanfaatan media atau materi dalam konteks sistem pembelajaran yang lebih
luas. Penelitian pemanfaatan dalam teknologi pembelajaran banyak menyinggung masalh –
masalah seperti penggunaan media secara optimal,dan pegaruh media terhadap waktu yang
diperlukan untuk belajar(Thomson, Simonson,Hargrave,1992).
Dalam pembelajaran tentu saja akan dijumpai berbagai macam permasalahan, misalnya :
1) sulit mempelajari konsep yang abstak, 2) sulit membayangkan peristiwa yang telah lampau,
3) sulit mendapat pengalaman langsung, 4) sulit mengamati sebuah objek yang terlalu besar/
kecil, dan 5) sulit memahami konsep yang rumit, dan masih banyak lagi.mengingat terdapat
berbagai permasalahan dalam program merdeka belajar, perlu dicarikan solusi atau cara
untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan harapan permasalahan yang timbul dapat
diatasi dan dicarikan jalan keluarnya. Sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik
dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Diantara banyak faktor yang mampu mengatasinya
adalah dengan adanya teknologi Pendidikan.
3. Memberikan dasar pembelajaran yang lebih ilmiah dengan cara: a) perencanaan program
tersistem, b) pengembangan bahan ajar yang dilandasi kaidah ilmiah.
7
4. Memaksimalkan kompetensi gurudengan memperluas jangkauan pengajaran yang lebih
konkret.
1.Biaya Pendidikan menjadi mahal, sulit dijangkau masyarakat luas. Mahalnya biaya
Pendidikan telah menyebabkan Pendidikan yang semula adalah proses humanisasi
(memanusiakan manusia) telah berubah menjadi dehumanisasi atau secara tidak langsung telah
mengupayakan pengunduran hakikat kemanusiaan yang mampu mengaktualisasikan dirinya
dan mampu menghadapi kontradiksi-kontradiksi dalam kehidupan; seperti kekerasan rumah
tangga akibat tekanan psikis karena mahalnya biaya Pendidikan, banyak ditemukan anak yang
bunuh diri karena malu belum bayar SPP, atau dijumpai orang tua yang membunuh anaknya
karena trauma dengan beban yang akan dihadapi. Kenyataan ini biasa terjadi dalam lingkungan
sekolah kurang kreatif dan inovatif dalam mengelola pendanaan sehingga hanya menandalkan
siswa dan orang tua sebagai sumber dana.
2. Memperlebar gap dalam kualitas pendidikan. Privatisasi dapat meningkatkan kompetisi. Sisi
lain dari kompetisi adalah menciptakan poralisasi lembaga pendidikan. Lembaga yang menang
4
Tahir, M. Y. (2016). Peranan Teknologi Pendidikan dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Prosiding
SIDKUN 2016: Seminar Islam Dan Kelestarian Ummah Peringkat Serantau, XIII(2), 484–489.
8
dalam persaingan dan perburuan dana akan menjadi sekolah unggulan. Sebaliknya lembaga
yang kalah akan semakin terpuruk dan tersingkir. sehingga ada asumsi yang telah membudaya
dalam masyarakat bahwa sekolah yang mahal akan menelorkan outcome atau output yang
berkualitas atau bagaimana bisa berkualitas kalau biaya pendidikannya tidak mahal?.
4. Menimbulkan stigmatisasi, ke arah pelabelan sosial. Sekolah yang bagus dan ternama
diidentikkan dengan sekolahnya orang kaya, sebaliknya sekolah sederhana adalah sekolahnya
kaum miskin.
6. Memperburuk kualitas SDM dan kepemimpinan masa depan.Didorong oleh misi untuk
meningkatkan akumulasi kapital sebesar-besarnya, Lembaga pendidikan akan lebih banyak
menerima pelajar gedongan meski ber-IQ pas-pasan. Pelajar berprestasi tapi miskin banyak
kesulitan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mobilitas sosial vertikal hanya
akan menjadi milik orang kaya.
Solusi.
Melihat realitas diatas, maka perlu digagas upaya-upaya perbaikan dengan tawaran solusi yang
mampu menangkal, membentengi timbulnya problematika pada wilayah mentalitas/moralitas
di atas. Adapun tawaran tersebut;
9
1. Untuk menangkal budaya Kurang PD (percaya diri), perludiformulasikan kurikulum, yang
mengedepankan ―penguatan‖ akan nilai-nilai budaya lokal yang menjadi tradisi luhur nenek
moyang kita, yang lebih membumi, ketimbangmentransformasi budaya luar yang bisa jadi
tidak selaras, berbenturan dengan apa yang sudah menjadi kebiasaan baik kita. Sesungguhnya
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) tahun 2006, yang digagas Depdiknas lewat
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), sudah bisa dijadikan payung untuk
mengakomodir masalah di atas. Di mana sekolah Bersama komite sekolah diberi otonomi
menyusun kurikulum sendiri sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Sehingga dengan
penguatan lewat materi pelajaran budaya local (penggalian nilai-nilai humanis-religius
misalnya), diharapkan bisa mengikis budaya kurang percaya diri, baik terhadap diri sendiri,
maupun kurang percaya diri terhadap lembaga pendidikan kita. Yang terbaru gagasan
“Kurikulum 2013‖ yang sudah dicanangkan, tahun ini mulai diterapkan di beberapa sekolah
yang sudah ditunjuk di berbagai daerah di Indonesia. Kurikulum 2013 ini didesain lebih
menekankan muatan pendidikan agama dan PKn tak lain dimaksudkan untuk menjawab
berbagai persoalan bangsa melalui ―implementasi nilai-nilai” kepada generasi muda sebagai
penerus bangsa melalui dunia pendidikan.
2. Ide memasukkan kurikulum berbasis kejujuran dan anti-korupsi dalam pendidikan tingkat
SD-SMU sebagaimana pernah digagas KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), kiranya patut
disikapi secara cerdas. Transformasi sekaligus internalisasi nilai moralitas, sensibilitas sosial
sungguh sangat efektif melalui perantara bangku pendidikan. Dimana karakteristik dasar siswa
SD hingga SMU tengah menjalani fase-fase proses psikologis yang dominan pada
pembentukan karakternya. Jika dalam fase-fase tersebut perkembangan psikologis dapat ditata
baik struktur maupun bangun nilai kejujuran plus anti korupsi, maka akan menjadi dasar yang
kuat dalam melandasi sikap, langkah, gerak hidup mereka di masa mendatang. Tentunya
internalisasi kurikulum ini harus merambah dalam tiga aspek; kecerdasan (kognitif), sikap
(afektif), dan ketrampilan (psikomotorik). Adapun format kurikulum kejujuran dan anti-
korupsi ini, menurut hemat penulis tidak harus mewujud dalam satu pelajaran khusus, akan
tetapi bisa menjadi sebagai kurikulum yang tersembunyi (hidden curicullum).
10
lebih mengedepankan aspek kognitif ketimbang aspek afektif/nilai. Salah satu konsep filosofis
pendidikan nilai/afektif menurut Theodore Bramelt adalah pendidikan nilai harus mampu
menjadi agen atau perantara yang menanamkan nilai-nilai yang ada dalam jiwa stake holder.
Dalam pengertian lain mendidik juga berarti memasukkan anak ke dalam alam nilai-nilai, atau
memasukkan dunia nilai-nilai ke dalam jiwa anak. Demikian pentingnya penanaman nilai ini
juga bisa kita dapati dalam wacana keagamaan, di mana secara fitrah manusia cenderung
kepada yang “haniif”,beragama, bertauhid kepada Rabb-nya. Sehingga memasukkan ―nilai-
nilai‖ menjadi sangat urgen pada era dimana telah rusaknya moral anak bangsa. Karena
sejatinya anak bangsa harus menjadi penerus/ penyambung generasi tua yang berkewajiban
menjaga kelangsungan peradaban manusia dengan mendasarkan nilai-nilai moral,
kemanusiaan, religiusitas sebagai pondasi utamanya.5
5
Nuramam Machali, Pendidikan Nasional, 128ni Suyomukti, Pendidikan Berperspektif Global (Yogyakarta: Al-
Ruzz Media, 2008), 33
6
Imam Machali, Pendidikan Nasional, 128.
7
Drikarya, Drikarya; tentang Pendidikan, (Yogyakarta:Kanisius, 1991), 25.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar.
Fungi pemanfaatan sangat penting karena mempelajari kaitan antara pembelajar dengan
bahan atau sistem pembelajaran.Mereka yang terlibat dalam pemanfataan ini
bertanggung jawab untuk mencocokkan pembelajar dengan bahan dan aktifitas yang
dipilih , memberikan bimbingan selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil yang
dicapai pembelajar
Kategori Kawasan pemanfaatan ada 4 antara lain :
1. Pemanfaatan media
2. Difusi inovasi
3. Implementasi Dan institusi
4. Kebijakan dan Regulasi
12
DAFTAR PUSTAKA
13