Anda di halaman 1dari 42

\

STRATEGI PENGGUNAAN TEKNOLOGI


PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR SISWA

PROPOSAL

OLEH
PUJA SUHARTI
NIM C789202001082

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


STKIP YAPIS DOMPU
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI
Tahun 2023

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadiran Allah S.W. sehingga saya bias
menyelesaikan proposal Strategi penggunaan teknologi Pendidikan dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa di smkn 1 woja Proposal ini merupakan salah
satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Progran Studi Pendidikan
Teknologi Informasi (S-1) yang Penulis tempuh di STKIP Yapis Dompu. Penulis
menyadari bahwa dalam proses penulisan proposal ini tidak terlepas dari peran,
dorongan, dukungan, arahan, dan saran dari berbagai pihak.
Terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada ARMAN MANAN S.E. Ketua Yayasan Pendidikan Islam (Yapis) Dompu.
Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada
DR. DODO KURNIAWAN S.E ,M.E. Ketua STKIP Yapis Dompu yang telah
memberikan kesempata saya untuk menempuh ilmu di STKIP Yapis Dompu.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak FATHIRMARUF, M.KOM.
Waket I Bidang Akademik yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu
serta motivasi selama mengikuti pekuliahan. Terima kasih penulis sampaikan
kepada Ibu ENUNG NURHASANAH, M.SI. Waket II Bidang Administrasi dan
Keuangan yang telah membantu penulis dalam melakukan proses pembayaran
perkuliahan selama ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bpak
BUDIMAN, M.Pd. Waket III Bidang Kemahasiswaan yang telah memberikan
motivasi dan semangat untuk segara menyelesaikan penyusunan proposal ini dan
seterusnya
Akhirnya, dengan segala keterbatasan dan kelebihannya, semoga proposal/skripsi
ini dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu.

Dompu, 27 Mei 2023


Penulis,

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................... i
HALAMAN LOGO.................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah........................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah......................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................ 4
1.5 Istilah Operasional Variabel ........................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 6


2.1 Kajian Teori.................................................................................. 6
2.2 Kerangka Berpikir........................................................................ 18
2.3 Hipotesis Penelitian...................................................................... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................ 19


3.1 Jenis Penelitian............................................................................. 19
3.2 Populasi dan Sampel..................................................................... 19
3.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 20
3.4 Instrumen Penelitian..................................................................... 21
3.5 Teknik Analisis Data ................................................................... 23

DAFTAR RUJUKAN ............................................................................... 27

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Pada Bab ini akan dibahas mengenai: 1.1. Latar belakang, 1.2. Batasan Masalah, 1.3.
Rumusan Masalah, 1.4. Tujuan Penelitian, 1.5. Manfaat Penelitian, 1.6. Istilah Operasional
Variabel.
1.1. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja direncanakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM).1 Tujuan umum pendidikan yang berlaku untuk seluruh lembaga
pendidikan yang diselenggarakan pada suatu Negara. Tiap-tiap Negara mempunyai tujuan
pendidikan, tujuan pendidikan indonesia telah dicantumkan di dalam undang-undang 02
tahun 1989 tentang sistem pendidikannasional.
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Pembelajaran merupakan awal untuk mempersiapkan generasi-generasi
masa depan yang berkualitas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional adalah dengan kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran adalah
merupakan proses perubahan manusia kearah yang lebih baik, salah satu ciri belajar adalah
terjadinya perubahan atau perkembangan individu yang meliputi tiga arah yang dikenal
dengan taksonomi yaitu perkembangan kognitif, efektif, dan psikomotorik. Ketika
perkebangan ini merupakan bagian dari proses perkembangan individu sejak lahir.
Kegiatan belajar dan mengajar sering mengalami kendala dan rintangan sehingga
tidak tercapai tujuan yang diharapkan yaitu adanya perubahan dalam diri siswa. Penyebab
tidak adanya perubahan sebagai siswa salah satunya disebabkan karena siswa siswi
tersebut kelelahan mengikuti kegiatan belajar mengajar yang padat sehingga hasil
belajar yang dicapai kurang memuaskan dan juga beban belajar terlalu banyak jadi
hanya sebagian yang mampu saja yang serius belajarnya selebihnya tidak mampu
dicerna oleh siswa. Ditambah lagi dengan guru yang kurang menggunakan media
pada waktu proses belajar mengajar belangsung sehingga membuat anak merasa bosan
dan jenuh.
Media adalah segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk
mendorong siswa belajar, bentuk perangsang di sini dapat berupa audio, visual, maupun
media audio visual. Seperti papan, gambar, flem, televisi, infocus, komputer, LCD
dan media internet atau WiFi. Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan
informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.
Pengalaman yang sering dihadapi oleh guru disekolah adalah kurangnya
kemampuan dan bekal guru dalam meinovasikan media pembelajaran di dalam kelas,
5
sehingga pembelajaran terkesan membosankan dan sulit dipahami. Untuk mengatasi
segenap permasalahan pembelajaran yang telah disebutkan diatas, perlu diusahakan
perbaikan sebagai strategi untuk meningkatkan prestasi siswa dalam belajar mengajar.
Guru sebgai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk
memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Sehingga peran guru sering
dinamakan manager of learning. Sekolah dan guru memiliki peranan besar dalam upaya
menciptakan iklim pembelajaran yang baik tepat, bervariasi, kreatif dan inovatif. Salah
satunya bisa dengan menggunakan media teknologi. Penggunaan media teknologi
dalam pembelajaran akan memudahkan siswa untuk mempelajari matri-matri
dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media teknologi juga dinilai lebih
efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
Seiring dengan perkembangan zaman, dunia pendidikan mengalami
perubahan secara bertahap. Tahap pertama terjadi pada waktu masyarakat
memberikan wewenang kepada orang tertentu, sehinggga timbul profesi guru, tahap ini
mengakibatkan pergeseran dari pendidikan non formal dirumah oleh orang tua sendiri,
ke arah pendidikan secara formal di lingkungan sekolah. Tahap kedua terjadi dengan
ditemukannya berbagai macam media cetak dan banyak buku yang tersedia yang
kemudian dipakai disekolah.
Dengan terjadinya perubahan dalam pendidikan maka sistem Pendidikan menjadi
formal. Di saat proses belajar mengajar berlangsung membutuhkan alat bantu terutama
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun terkadang para pengajar atau pendidik
lebih memilih menggunakan metode ceramah (lecture method) metode ini popular di
kalangan pengajar saja. Disamping itu metode tersebut juga berkesan praktis tanpa
harus menggunakan alat bantu. Padahal dalam menggunakan alat bantu tersebut akan
membantu guru dalam memberikan bahan atau materi pelajaran kepada siswa, dan siswa
pun akan lebih mudah dalam memahami materi pelajaran melalui alat bantu. Alat bantu
tersebut dapat berupa:
komputer, vidio-tape, infocus, Over Head Projector (OHP) dan audio visual. Alat ini
sangat membantu dalam penyampaian peran atau materi yang tersimpan di dalam
bahan. Selain itu juga merupakan instrument dari teknologi pendidikan dan penggunaan
teknologi yang benar.
Inti dari teknologi pendidikan adalah belajar dan sumber-sumber untuk
keperluan belajar. Namun kedua unsur tersebut masih memerlukan unsur lain yaitu
mengutamakan masalah belajar bukan pada alat maupun bahannya, melainkan
teknologi pendidikan yang dijadikan perhatian utamanya adalah siswa (peserta didik).
Siswa dalam belajar perlu berinteraksi dengan sumber-sumber belajar lainnya.
Sementara ada sebagian guru yang masih kurang berkeinginan menggunakan media
teknologi pendidikan dalam proses belajar mengajar, sementara proses interaksi
6
tersebut perlu dikembangkan dan dikelola dengan baik agar mendapatkan hasil yang
optimal.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin meneliti apakah penggunaan media
teknologi dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Oleh sebab itu,
untuk memecahkan permasalahan ini penulis ingin melakukan penelitian dengan
menggunakan judul “Strategi Penggunaan Teknologi Pendidikan dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di smk negri 1 woja“

1.2. Batasan Masalah


Penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut:

a) Strategi penggunaan teknologi Pendidikan

b) Pengembangan perangkat buku ajar yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari 3 bab

c) Buku ajar yang yang layak memiliki kriteria valid, efektif, dan praktis.

1.3. Rumusan Masalah


1. Bagaimana strategi penggunaan teknologi Pendidikan dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa di SMK Negri 1 Woja?
2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung penggunaan teknologi Pendidikan dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa di SMK Negri 1 Woja?
3. Bagaimana kendala penggunaan teknologi Pendidikan dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa di SMK Negri 1 Woja?

1.4. Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui Strategi penggunaan teknologi pendidikan dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa di SMK Negri 1 Woja.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung penggunaan teknologi pendidikan
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMK Negri 1 Woja.
3. Untuk mengetahui kendala penggunaan teknologi pendidikan dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa di SMK Negri 1 Woja.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini yaitu:
a) Manfaat Secara Teoritis
Manfaat teoritis yaitu dapat menjadi bahan pertimbangan atau bahan
masukan pada pihak sekolah atau lembaga pendidikan pada umumnya dan

7
khususnyabagi guru dan siswa agar dapat memahami tentang penggunaan
teknologi pendidikan.
b) Manfaat Praktis
Sedangkan manfaat praktis dapat menambah wawasan penulis dalam bidang
teknologi pendidikan terutama yang menyangkut tentang strategi penggunaan
teknologi Pendidikan.

1.6. Istilah Operasional Variabel


Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam memahami istilah-istilah yang
terdapat dalam judul proposal ini maka perlu kiranya penulis memberikan penjelasan
terhadap beberapa istilah yang terdapat dalam judul. Adapun istilah-istilah tersebut antara
lain yaitu:
1. Strategi Penggunaan Teknologi

Strategi merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah


disusun dalam kegiatan yang nyata agar dari tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Sedangkan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Penggunaan teknologi adalah proses atau cara dan perbuatan menggunakan
sesuatu media elektronik misalnya, radio, televisi, infocus dan komputer.
Penggunaan media teknologi dapat mempertinggi proses dan minat
pengajaran adalah berkenaan dengan taraf berfikir siswa. Taraf berfikir manusia
mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir abstrakkeberfikir kompleks.
Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
penggunaan media teknologi adalah suatu alat yang dipakai dengan tujuan
membantu seseorang dalam melakukan berbagai hal yang berkaitan misalnya radio,
televisi, infocus dan komputer dalam pembelajaran gunanya agar pembelajaran
menjadi lebih efektif dan menyenangkan.

2. Teknologi Pendidikan

Perkataan teknologi berasal bahasa inggris yaitu: technology: Inustrial science: the
science of industrial arts, especially as applied to manufacturen.5 Maksudnya teknologi
adalah ilmu industri, ilmu atau sistem pengetahuan dari seni atau ilmu industri itu sendiri,
terutama dalam mempergunakan barang yang dihasilkan oleh pabrik.
Teknologi pendidikan telah berkembang sebagai suatu disiplin keilmuan yang
berdiri sendiri. Perkembangan tersebut dilandasi oleh serangkaian dalil atau dasar yang
dijadikan patokan pembenaran. Secara filosofi, dasar keilmuan itu meliputi: Ontologi
yaitu rumusan tentang gejala pengamatan yang dibatasi pada suatu pokok telaah khusus
yang tidak tergarap oleh bidang telaah lain, epistemologi, yaitu usaha atau prinsip
8
intelektual untuk memperoleh kebenaran dalam pokok telaah yang ditentukan, aksiologi,
yaitu nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari pokok telaah yang ditentukan, yang
mempersoalkan nilai moral dan etika dan nilai seni serta keindahan/estetika.
Teknologi pendidikan perlu dipikirkan dan dibahas terus-menerus karena
adanya kebutuhan nyata yang mendukung pertumbuhan dan perkembangannya, yaitu:
a) Tekad mengadakan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar
b) Keharusan meningkatkan mutu pendidikan berupa penyempurnaan
kurikulum menyediakan berbagai sarana pembelajaran
c) Penyempurnaan sistem pendidikan dengan penelitian dan pengembangan.

Teknologi pendidikan merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang


melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah,
mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan
masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.
Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
teknologi adalah pengetahuan yang mempergunakan barang elektronik sebagai alat bantu
didalam proses belajar mengajar.

3. Pendidikan

Pendidikan dari bahasa inggris yaitu education: ageneral of all the process by
means of which a person develops attitudes, and other forms of behavior of positif
valuen the society in which he lives. Maksudnya adalah pendidikan suatu tempat
umum bagi murid atau pelajar, siapa saja yang berpatisipasi dalam proses pendidikan
itu sendiri. Pendidikan juga merupakan jumlah dari keseluruhan proses yang ada
dalam arti dimana dia bertempat tinggal. Jadi pendidikan adalah proses dengan metode-
metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.
Menurut Prawironegoro hakikat Pendidikan adalah suatu roses memberitahukan
dan mendidik peserta didik. Memberitahu artinya memasukkan suatu pengertian,
pernyataan, dan penalaran ke dalam otak peserta didik agar tahu tentang sesuatu.
Pendidikan adalah mengajar peserta didik berpikir rasional dan mendidik perilaku
peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku.
Dari penjelasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendidikan adalah proses yang kompleks dan terpadu yang mencakup orang,
prosedur, ide, fokus dan organisasi untuk menganalisis masalah, mengevaluasi dan
mengelola pemecahan masalah yang berkenaan dengan semua asfek belajar manusia.

9
4. Prestasi belajar siswa
Prestasi adalah hasil yang dicapai atau yang dilakukan dan dikerjakan baik itu
secara kelompok maupun secara individu. Prestasi juga merupakan suatu bukti
keberhasilan yang dicapai oleh seseorang, cara bersikap yang baik dari siswa serta dapat
bertindak secara cepat dan dapat meningkat secara optimal setelah proses belajar
mengajar berlangsung. Belajar adalah suatu proses mental yang mengarah pada
penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebiasaan atau sikap yang sama diperoleh,
disimpulkan dan dilaksanakan.
Pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan ilmu
pengetahuan yang terjadi pada diri peserta didik, kecakapan, serta adanya perubahan
setelah belajar dilaksanakan. Dengan demikian prestasi belajar siswa adalah suatu
proses mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan,
kebiasaan atau sikap yang sama diperoleh, di simpulkan dan di laksanakan,
sehingga menimbulkan tingkah laku progressive dan adaptif, suatu perubahan dalam
tingkah laku yang merupakan hasil pengalaman dan pengetahuan yang
dituangkan dalam nilai-nilai rapor.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab ini akan dibahas mengenai: 2.1. Kajian teori, 2.2. Kerangka Berpikir, dan 2.3.
Hipotesis Penelitian.
2.1. Kajian Teori
Kajian teori merupakan kajian yang berisi teori-teori yang berkaitan dengan penelitian
dan juga dikutip dari beberapa sumber yang relevan seperti skripsi, disertasi, tesis, buku,
jurnal, artikel-artikel, hand outs, laboratory, dan karya ilmiah penunjang lainnya. Semua
referensi yang tertuang dalam kajian teori harus dirujuk didalamnya. Kajian teori adalah
kegiatan menelaah laporan penelitian lain serta pustaka yang terdapat didalamnya yang
memuat teori-teori yang relevan dengan penelitian. Dalam suatu penelitian ilmiah, kajian
teori adalah bagian terpenting yang harus dimuat dari keseluruhan langkah-langkah metode
penelitian. Kajian teori memiliki fungsi untuk membantu peneliti dalam menganalisis serta
mengkaji semua yang berkaitan dengan judul yang diangkat dalam penelitian, segala
kekurangan maupun kelebihan yang ditemukan dari peneliti terdahulu sekiranya dijadikan
contoh kedepannya dalam menentukan langkah serta metode yang akan diambil guna
memaksimalkan hasil penelitian terdahulu.

2.1.1. Pengertian teknologi pendidikan


2.1.1.1. Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikan adalah salah satu proses komplek yang
terintegrasi meliputi: manusia, prosedur, ide dan peralatan untuk
menganalisis masalah yang menyangkut semua aspek belajar, serta
merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah.
Dengan kata lain teknologi pendidikan sebagai media yang lahir dari
revolusi teknologi komunikasi yang dapat di gunakan untuktujuan-tujuan
pengajar, di samping guru, buku dan papan tulis, teknologi
pendidikan menitik beratkan pada prosedur, ide, peralatan yang di bahas
secar sistematis logis dan ilmiah. Oleh sebab itu dalam pengunaan teknologi
Pendidikan di tuntut unruk mengkaji secara analisis yang sistematis, ilmiah
rasional sehingga tercapainya tujuan pendidikan. Penggunaan teknologi
pendidikan secara nyata mampu membantu siswa dalam aktivitas proses
belajar mengajar kelas, terutama dalam peningkatan prestasi belajar
siswa. Namun para guru masih sering mengajar dengan
menggunakan metode ceramah (lecture method). Kemungkinan metode

11
tersebut yang paling menonton di kalangan guru, di samping itu juga guru
di tuntut untuk terampil (mempunyai SDM) sehingga mampu menguasai
bahan pelajaran. Pada saat ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
makin berkembang, sehingga pendidikan tidak mungkin lagi di kekola
melalui pola tradisional. Selain itu pola tradisional kurang relavan
dibandingkan dengan penggunaan teknologi pendidikan. Perubahan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta pemahaman cara belajar anak,memberi
arti tersendiri bagi kegiatan pendidikan dan memanfaatkan media
teknologi melalui pendekatan teknologis dalam pengelolaan
pendidikan. Pendidikan sebagian dari kehidupan yang merupakan sarana
penerus nilai-nilai, gagasan-gagasan,sehingga setia orang mampu berperan
serta dalam transpormas inilai demi kemajuan bangsa, dengan kata lain
pendidikan adalah wadah untuk mencerdaskan bangsa dengan strategi
dan planning sebelumnya. Oleh sebab ituperlu adanya pengembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap anak didik yang nantinya
menunjukkan adanya kaitan fungsional antara pendidikan dengan
tuntunan kearah perubahan yang lebih baik.

2.1.2. Fungsi Dan Manfaat Teknologi Pendidikan


Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah
metode mengajar dan kurukulum. Kedua aspek tersebut saling bekaitan, dimana
dalam pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi sebuah
kurikulum yang sesuai, meskipun masih ada aspek lain yang harus diperhatikan
dalam memilih media antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respons yang
diharapkan siswa dikuasai setelah pengajaran berlangsung dan konteks
pembelajaran termasuk karakteristik siswa.
Leviesdan lents mengemukakan empat fungsi teknologi Pendidikan sebagai
berikut:
a. Fungsi Atensi
b. Fungsi Afektif
c. Fungsi kognitif
d. Fungsi kompensatoris

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan fungsi


tersebut sebagai berikut:

12
a. Fungsi Atensi merupakan menarik dan mengarahkan perhatian siswa
untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
b. Fungsi Afektif merupakan fungsi yang dapat terlihat dari keseriusan
siswa.
c. Funggsi kognitif merupakan fungsi yang terlihat dari hasil-hasil
penelitian yang mengungkapkan bahwa teknologi mampu
memperlancar pencapaian tujuan Pendidikan
d. Fungsi kompensatoris merupakan fungsi yang menberikan secara
konteks untuk membantu siswa dalam memahami pelajaran

Dari beberapa uraian yang disebutkan diatas maka fungsi yang dapat penulis
ambil kesimpulan adalah bahwa fungsi dari teknologi pendidikan dapat membantu
proses belajar mengajar siswa dan guru dengan tidak membutuhkan waktu yang lama
namun cukup efektif dan efesien dengan hal belajar yang memuaskan.
Penggunaan teknologi dalam kegitan pendidikan serta media Pendidikan
perlu dikembangkan dalam rangka kegiatan belajar mengajar. Karena teknologi
menggunakan pendekatan yang ilmiah, sistematik dan rasional, sehingga tujuan
pendidikan mudah tercapai. Oleh sebab itu pendidikan yang dilakukan oleh
teknologi pendidikan merupakan proses penyampaian materi dari seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan media agar materi atau informasi yang
telah ada dapat ditransformasikan secara merata sehingga penyajian materi dapat
dirasakan secara meluas.
Selain itu perlu juga adanya upaya yang dilakukan untuk memamfaatkan
teknologi pendidikan dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dikelas. Oleh
sebab itu teknologi pendidikan mempunyai karakteristik yang relavan bagi
kepentingan, diantaranya sebagai berikut:
1. Adanya penyebaran informasi secara meluas, merata dan cepat sehingga
pesan dapat disampaikan sesuai dengan isi yang dimaksud.
2. Teknologi pendidikan dapat menyajikan materi secara logis, ilmiah dan
sistematis serta mampu melengkapi, memperjelas konsep-konsep, dan
materi pelajaran.
3. Teknologi pendidikanpartner guru dalam rangka mewujudkan proses
belajar mengajar yang efektif, efesien dan produktif sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan anak didik.
4. Teknologi pendidikan dimamfaatkan sebagai sumber belajar dan dapat
menyajikan materi secara lebih menarik.

13
Berdasarkan pada penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik tersebut adalah sebagai pemamfaatan teknologi pendidikan yang
mampu mengoptimalkan pelayanan pada peserta didik atau anak didik agar dapat
mencapai masa depan yang gemilang dalam dunia pendidikan khususnya.

2.1.3. Bentuk-Bentuk Teknologi Pendidikan


Seperti yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, bahwa teknologi
pendidikan merupakan komponen instruksional yang meliputi: pesan, orang, dan
peralatan. Dalam perkembangannya yang mengikuti perkembangan teknologi.
Teknologi yang pertama yang dimamfaatkan dalam proses belajar adalah percetakan
yang bekerja atas dasar prinsip mekanisme. Sehingga lahir teknologi audio visual
yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk pengajaran.
Teknologi yang terakhir adalah teknologi micro-prosesor yang melahirkan
pemakaian komputer. Berdasarkan pengembangan teknologi tersebut, maka terbagi
dalam empat kelompok, diantaranya sebagai berikut:
1. Teknologi cetak
2. Teknologi audio visual
3. Teknologi berdasarkan computer
4. Teknologi cetak dan komputer.
Berdasarkan dari penjelasan tersebut diatas maka yang dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Teknologi Cetak
Merupakan cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi, seperti
buku dan materi visual terutama melalui proses pencetakan, yang melalui
teks, grafik, dan foto. Materi cetak dan visual merupakan dasar
pengembangan dan penggunaan kebanyakaan materi pengajaran
lainnya.Teknologi ini menghasilkan materi dalam bentuk salinan tercetak.
Dua komponen pokok teknologi adalah materi teks verbal dan materi visual
yang dikembangkan berdasarkan teori yang berkaitan dengan persepsi
visual, membaca, memproses informasi, dan teori belajar.
Teknologi cetak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Teks dibaca secara lincar, sedangkan visual diamati berdasarkan ruang.
b. Teknologi teks dan visual menampilkan komonitas satu arah dan
resptif.
c. Teks dan visual ditampilkan statis.
d. Perkembangannya sangat tergantung Kepada prinsip-prinsip
kebahasaan dan persepsi visual.
e. Baik teks maupun visual berorentasi pada siswa.
14
f. Informasi dapat diatur kembali atau ditata ulang oleh pemakai
Dari poin diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
teknologi cetak merupakan cara-cara untuk memproduksi atau menyebarkan
materi didalam proses belajar mengajar, sehingga dapat mempermudahkan
guru untuk memperbanyak materi pembelajaran dalam penyampaian studi
kepada peserta didik serta juga mempermudah siswa dalam menerapkan
materi sebelum pembelajan berlangsung.

2. Teknologi Audio-Visual
Merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan
menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-
pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio-visual bercirikan
pemakaian perangkat keras selama proses belajar mengajar, seprti tipe
recorder, mesin proyektor film. Jadi pengajaran melalui pandangan dan
pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau
simbol-simbol yang serupa.
Ciri-ciri utama teknologi audio-visual adalah:
a. Bersifat linear
b. Menyajikan visual
c. Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh perancang atau pembuatnya

3. Teknologi Berbasis Komputer


Merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan
menggunakan sumber-sumber yang berbasis micro prosesor. Teknologi
berbasis komputer menggunakan layar kaca untuk menyajikan informasi
kepada siswa. Jenis palikasi teknologi berbasis komputer umumnya dikenal
sebagai Computer Assisted Instruction (pengajaran dengan bantuan komputer).
Aplikasi tersebut meliputi tutorial (penyajian materi pelajaran secara bertahap),
drills and practice (latihan untuk membantu siswa mengusai materi yang telah
dipelajari sebelumnya), dan berbasis data (sumber yang dapat membantu
siswa menambah informasi dan pengetahuannya sesuai dengan keinginan
masing-masing).
Ciri teknologi berbasis komputer sebagai berikut:
a. Mampu digunakan secara acak
b. Mampu digunakan berdasarkan keinginan siswa
atau berdasarkan keinginan perancangan
15
c. Gagasan yang disajikan bersifat abstrak dengan kata,
symbol diagrafik
d. Pembelajaran berorentasi pada siswa dan melibatkan
interaktivitas siswa yang tinggi
4. Teknologi cetak dan komputer (gabungan)
Merupakan teknologi cetak dan komputer (gabungan) adalah cara untuk
menghasilkan dan menyampaikan materi yang menggabungkan pemakai
beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh computer
Adapun ciri teknologi ini adalah:
a. Mampu digunakan secara acak
b. Dapat digunakan sesuai dengan keinginan siswa atau perancang
c. Berorentasi pada siswa
d. Ditampilkan secara statis dan diam
e. Teks di baca secara lenear

f. Prinsip ilmu kognitif dan konstruktifisme diterapkan dalam


pengembangan penggunaan pembelajaran.

2.1.4. Alat-Alat Teknologi Pendidikan


Kemajuan yang dipakai dalam bidang pengetahuan dan teknologi membuat ilmu
pengetahuan dan teknologi itu sendiri berkembang semakin pesat pola pendidikan
dengan kemajuan ilmu dan teknologi mempunyai hubungan erat. Pendidikan
merupakan wadah yang paling menonjol dalam meningkatkan kemajuan dalam
pendidikan. Dalam kegiatan pendidikan, ada beberapa instrument yang dapat
digunakan mulai dari yang paling sederhana sampai kepada yang modern.
Adapun instrumen yang dimaksudkan antara lain:
1. Papan tulis
2. Bulletin board
3. Gambar
4. Slide dan film strip
5. Film
6. Rekaman pendidikan
7. Radio pendidikan
8. Televisi pendidikan
9. Peta globle
10. Overhead projector
16
11. Tape recorder.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Papan Tulis
Papan tulis digunakan hampir setiap ruangan kelas. Papan tulis biasanya dari
papan biasa tipleks. Papan tulis sangat baik untuk membuat tulisan, gambar, grafik
dan sebagainya. Disekolah tradisional papan tulis biasanya dipakai secara penuh,
akan tetapi disekolah-sekolah modern dimana alat teknologi cukup bervariasi, dan
penggunaan papan tulis hanya diapakai secara terbatas.
Papan tulis mempunyai nilai tertentu, seperti penyajian bahan dapat dilakukan
secara jelas, kesalahan tulisan mudah diperbaiki, dan dapat meransang anak untuk
aktif. Penggunaan papan tulis memerlukan ketrampilan menulis dan kerajinan
membersihkannya.

2. Bulletin board
Alat ini dibuat secara khusus dan digunakan untuk memperlihatkan pekerjaan
siswa, gambar-gambar, poster atau objek berdimensi lain. Bulletin board mempunyai
nilai tertentu, seperti tempat memperlihatkan gambar-gambar khusus yang menonjol
benda, poster atau karya kelas lainnya, dapat digunakan sebagai papan pengumuman
kelas, pengumuman sekolah atau petugas-petugas, dan menimbulkan semangat dan
tanggung jawab sertameningkatkan motivasi siswa, merangsang inisiatif dan kreatif
bagi siswa.
3. Gambar
Gambar tidak diproyeksikan, namun benda disekitar kita relatif mudah diperoleh
untuk ditunjukan kepada anak. Gambar ilustrasi yang berwarna lebih menarik arti
dari sebuah gambar yang ditentukan oleh persepsi masing-masing. Gambar
mempunyai nilai tertentu, yaitu bersifat kelemahan indra, mudah didapat dan mudah
digunakannya.
4. Slide dan film strip
Slide dan film strip merupakan gambar yang diproyeksikan, dapat dilihat dan
mudah dioperasikan. Di sekolah-sekolah tradisional hampir tak pernah digunakan,
karna slide dan filem strip mensyaratkan sumber listrik dan perangkat keras.
Slide dan film strip mempunyai nilai tertentu, yaitu memudahkan penyajian
seperangkat materi tertentu, membangkitkan minat anak dan dapat dilakukan
secara berulang, serta dapat menjangkau semua bidang pelajaran. Penggunaan
slide dan film strip memerlukan keterampilan tertentu, termasuk kemampuan
memberi penjelasan, baik penjelas pokok maupun penjelasan tambahan.

17
18
1. Definisi Buku Ajar

1
Buku ajar adalah adalah salah satu bentuk sumber
belajar yang di susun sesuai rencana pembelajaran serta
berdasar pada analisis kebutuhan pendidik maupun peserta
didik. Nasution (dalam Prastowo, 2013:243) menjelaskan
bahwa buku ajar adalah bahan ajar yang di buat oleh
seseorang atau kelompok penulis dan di susun berdasar pada
kurikulum yang berlaku.
Definisi lain juga dijelaskan oleh Lestari (2015:7) yang
mendefinisikan buku teks (buku ajar) merupakan buku yang
isinya disesuaikan dengan mata pelajaran dan diperuntukkan
untuk siswa pada jenjang Pendidikan tertentu oleh seorang
pakar demi tercapainya tujuan pembelajaran yang di
inginkan.
Menurut Rahmawati (2015:107) mengungkapkan
bahwa buku ajar yang digunakan merupakan buku yang di
susun secara sistematis berdasar pada materi mata pelajaran
tertentu. Buku teks dirasa sangat penting untuk digunakan
oleh guru dan juga siswa dalam proses pembelajaran. Buku
teks dianggap penting karena ia merupakan pedoman manual
yang akan dipergunakan oleh siswa maupun guru dalam
proses pembelajaran dalam bidang studi atau mata pelajaran
tertentu (Aan Anisah, 2016)
Berdasarkan uraian diatas, maka buku ajar merupakan
sumber belajar yang disusun secara sistematis berdasarkan
rencana pelaksanaan pembelajaran.
2. Fungsi Buku Ajar
Buku ajar bukan hanya dijadikan sebagai sumber
belajar tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain
seperti yang di ungkapkan oleh Prastowo (2013:169) yang
menjelaskan beberapa fungsi dari buku ajar antara lain: (1)
Sebagai bahan referensi atau rujukan bagi peserta didik. (2)
Sebagai Bahan untuk dilakukannya Evaluasi. (3) Sebagai alat

2
bantu bagi Pendidik dalam melaksanakan Kurikulum. (4)
Sebagai salah satu penentu metode atau tehnik pengajaran
yang akan digunakan pendidik. (5) Sebagai Sarana untuk
peningkatan karir dan jabatan.
Mengingat bahwa buku ajar merupakan acuan wajib
dalam perencanaan pembelajaran, maka penting sekali bagi
seorang pendidik untuk memiliki buku pegangan.
Ketersediaan perangkat pembelajaran yang baik oleh
pendidik akan menghasilkan proses pembelajaran yang
terarah dalam hingga hasil daripada belajar siswa akan lebih
maksimal sesuai standar kompetensi yang di tentukan.
Dari beberapa pendapat diatas, maka bisa ditarik
kesimpulan bahwa buku ajar memiliki fungsi sebagai sumber
belajar yang dijadikan acuan wajib serta petunjuk dalam
proses pembelajaran.
3. Kualitas Buku ajar
Buku ajar tentunya memiliki beragam jenis dan bentuk
yang berbeda serta isi yang terkandung didalamnya juga
hampir sama. Yang membuat buku ajar berkualitas adalah
bagaimana buku ajar tersebut dapat membuat pembacanya
paham terhadap informasi yang ada di dalamnya. Maka buku
ajar harus memiliki kriteria buku bisa dikatakan layak.
Berikut kriteria buku ajar yang baik yang dikemukakan oleh
Akbar (2013:34):
a) Akurat (Akurasi)
Darmiyati Zuchdi dalam buku Sa’dun Akbar
menjelaskan bahwa buku ajar yang baik perlu
memperhatikan akurasi. Akurasi memiliki itu dapat dilihat
dari beberapa aspek seperti: kecermatan penyajian,
memaparkan hasil penelitian dengan benar, dan tidak salah
dalam mengutip pendapat para pakar.
b) Sesuai (Relevansi)

3
Buku teks yang baik memiliki kesesuaian antara
kompetensi yang harus dikuasai dengan cakupan isi,
kedalaman pembahasan, dan kompetensi pembaca.
Relevansi hendaknya juga menggambarkan adanya
relevansi materi, tugas, contoh penjelasan, latihan dan
soal, kelengkapan uraian, dan ilustrasi dengan kompetensi
yang harus dikuasai oleh pembaca sesuai tingkat
perkembangan pembacanya
c) Komunikatif
Darmiyati Zuchdi dalam buku Sa’dun Akbar
menjelasakan bahwa komunikatif disini adalah buku teks
tersebut mudah dicerna pembaca, sisitematis, jelas dan
tidak mengandung kesalahan bahasa.
d) Lengkap dan Sistematis
Buku teks yang baik didalamnya menyebutkan
kompetensi yang harus dikuasi oleh siswa dan
memberikan pengertian manfaat penguasaan kompetensi
itu bagi peserta didik dalam kehidupannya, menyajikan
daftar isi, daftar pustaka secara sistematis.
e) Berorientasi Pada Student Centered
Buku teks yang baik berfokus pada siswa sebagai
center dari hasil akhir yang diinginkan setelah
mempelajari buku teks tersebut.
f) Berpihak Pada Ideologi Bangsa dan Negara
Buku teks yang baik didalamnya tertanam nilai
ideology bangsa dan Negara.
g) Kaidah Bahasa Benar
Buku teks yang baik ditulis menggunakan ejaan, istilah
dan struktur kalimat yang tepat dan benar.
h) Terbaca
Buku teks yang baik mempunyai tingkat keterbacaan
tinggi agar mudah dipahami oleh siswa

4
Menurut Pramunita et al., (2020) buku teks yang
berkualitas harus memenuhi empat unsur kelayakan, yaitu
kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan kebahasaan,
kelayakan kegrafikan.
Dari beberapa uraian di atas maka peneliti membatasi
kualitas buku ajar yang baik pada unsur kelayakan yaitu,
kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan kebahasaan,
dan kegrafikan.
ii. Informatika
Informatika erat kaitannya dengan teknologi yang berhubungan

dengan komputasi (perhitungan) dengan menggunakan mesin. Biasanya

hal yang terkait dengan informatika adalah teknologi informasi yaitu hal

yang berhubungan dengan komputer, internet, pemrograman, dll.

Selain pengertian di atas, ada beberapa pengertian lain dari informatika:

Informatika adalah ilmu tentang pengumpulan, klasifikasi, penyimpanan,

pengeluaran,dan penyebaran pengetahuan yang di rekam.

Informatika adalah hal-hal yang berkaitan dengan informasi,usaha dalam

bidang informasi.

Informatika didefinisikan sebagai gabungan berbagai bidang

akademik yang menyediakan kaitan antara berbagai disiplin dengan

perspektif serta metodologinya sendiri guna pengembangan teori dan

aplikasi praktis.

Istilah informatika pertama kali diciptakan oleh seseorang ilmuwan

perangkat komputer jerman yang bernama Karl Steinbuch pada tahun

1957 melalui paper atau makalah yang diterbitkannya yang berjudul:

"Informatics: Automatic Information Processing" Kata “informatika ” lalu

digunakan secara bergantian dengan kala ilmu komputer, karena dari asal

5
kata jermannya sendiri yaitu “informatik atau die informatik ” umumnya

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai ilmu komputer atau

komputasi.

iii. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa


1. Berpikir kreatif
Berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang dalam
menciptakan gagasan atau ide baru. Ruggiero (D. Ratnasari
2015:9) mendefiniskan berpikir merupakan tindakan mental
guna memformulasikan atau pemecahan suatu masalah,
sebagai pengambil keputusan, serta pemenuhan atas
keingintahuan (fullfil a desire to understand).
Definisi lain di kemukakan oleh Munandar (Moma,
2015) yang menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah
kemampuan memberikan beragam kemungkinan untuk
menjawab sebuah informasi yang telah diberikan melalui
penekanan keragaman jumlah dan kesesuaian. Menurut He
(2017) berpikir kreatif memiliki tujuan yang serba hati-hati.
Lalu menurut Sudarma (Kasmiatun, 2015:295) Kreativitas
merupakan kemampuan orang dalam membuat sesuatu baik
itu sebuah ide, Langkah, atau produk.
Menurut Munandar (Sulistiarmi, 2016:10) orang yang
berpikir kreatif memiliki tiga kemampuan sebagai berikut:
a) Kemampuan untuk membuat kombinasi baru
berdasarkan data, informasi atau unsur–unsur yang ada.
b) Kemampuan berdasarkan data atau informasi yang
tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban
terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah
kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.
c) Kemampuan yang secara operasional mencerminkan
kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir,
serta kemampuan untuk mengelaborasi

6
(mengembangkan/ memperkaya/ menerima) suatu
gagasan.

Kemampuan berpikir kreatif yang kurang, akan


berdampak pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran,
dengan demikian hal ini perlu untuk diperhatikan lebih jauh
prosesnya dalam pembelajaran sistem komputer.
Pengayaan siswa untuk mampu berpikir kreatif dalam
proses pembelajaran sangat sesuai dengan kurikulum
pendidikan, dimana pengayaan terhadap siswa dimulai dapat
dilakukan dengan pemberian masalah terbuka, kemudian
siswa diminta untuk menemukan solusi melalui
pengembangan metode, serta cara penyelesaian yang
berbeda, dimana guru hanya akan menjadi fasilitator dan
pembimbing. Dari hasil jawaban siswa dapat ditemukan
berbagai macam kemungkinan seperti bagaimana cara siswa
dalam menjawab pertanyaan dengan memberikan hasil akhir
yang berbeda pula. Penyampaian jawaban yang diberikan
oleh siswa dirasa sangat penting agar siswa percaya bahwa
cara seseorang dalam menyelesaikan masalah dan jawaban
akhir yang bernilai benar tidak selalu sama.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat peneliti
simpulkan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan
seseorang dalam berpikir logis serta divergen guna
menghasilkan hal baru yang sebelumnya tidak terpikirkan.
iv. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
1. Berpikir kreatif
Berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang dalam
menciptakan gagasan atau ide baru. Ruggiero (D. Ratnasari
2015:9) mendefiniskan berpikir merupakan tindakan mental
guna memformulasikan atau pemecahan suatu masalah,

7
sebagai pengambil keputusan, serta pemenuhan atas
keingintahuan (fullfil a desire to understand).
Definisi lain di kemukakan oleh Munandar (Moma,
2015) yang menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah
kemampuan memberikan beragam kemungkinan untuk
menjawab sebuah informasi yang telah diberikan melalui
penekanan keragaman jumlah dan kesesuaian. Menurut He
(2017) berpikir kreatif memiliki tujuan yang serba hati-hati.
Lalu menurut Sudarma (Kasmiatun, 2015:295) Kreativitas
merupakan kemampuan orang dalam membuat sesuatu baik
itu sebuah ide, Langkah, atau produk.
Menurut Munandar (Sulistiarmi, 2016:10) orang yang
berpikir kreatif memiliki tiga kemampuan sebagai berikut:
d) Kemampuan untuk membuat kombinasi baru
berdasarkan data, informasi atau unsur–unsur yang ada.
e) Kemampuan berdasarkan data atau informasi yang
tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban
terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah
kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.
f) Kemampuan yang secara operasional mencerminkan
kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir,
serta kemampuan untuk mengelaborasi(mengembangkan
/ memperkaya/ menerima) suatu gagasan.
Kemampuan berpikir kreatif yang kurang, akan
berdampak pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran,
dengan demikian hal ini perlu untuk diperhatikan lebih jauh
prosesnya dalam pembelajaran sistem komputer.
Pengayaan siswa untuk mampu berpikir kreatif dalam
proses pembelajaran sangat sesuai dengan kurikulum
pendidikan, dimana pengayaan terhadap siswa dimulai dapat
dilakukan dengan pemberian masalah terbuka, kemudian
siswa diminta untuk menemukan solusi melalui

8
pengembangan metode, serta cara penyelesaian yang
berbeda, dimana guru hanya akan menjadi fasilitator dan
pembimbing. Dari hasil jawaban siswa dapat ditemukan
berbagai macam kemungkinan seperti bagaimana cara siswa
dalam menjawab pertanyaan dengan memberikan hasil akhir
yang berbeda pula. Penyampaian jawaban yang diberikan
oleh siswa dirasa sangat penting agar siswa percaya bahwa
cara seseorang dalam menyelesaikan masalah dan jawaban
akhir yang bernilai benar tidak selalu sama.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat peneliti
simpulkan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan
seseorang dalam berpikir logis serta divergen guna
menghasilkan hal baru yang sebelumnya tidak terpikirkan.

2. Ciri-ciri Berpikir Kreatif


Setiap manusia memiliki perbedaan dan perbedaan itu
dijadikan sebagai tolak ukur seseorang dalam menentukan
cirinya. Menurut Novi Marliani (2015:29) mengemukakan
bahwa orang yang berpikir kreatif harus memiliki beberapa
keteramp ilan salah satunya yaitu menghasilkan banyak
jawaban terhadap satu permasalahan. berikut kategori kreatif:
a) Ciri-ciri berpikir lancar (fluency):
Indikator: mampu mencetuskan banyak gagasan,
jawaban, atau penyelesaian. Perilaku siswa:
(1) Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.
(2) Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada
pertanyaan.
(3) Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu
masalah
b) Ciri-ciri berpikir luwes (fleksibilityl):
Indikator: mampu menghasilkan gagasan, jawaban, atau
pertanyaan yang bervariasi. Perilaku siswa:

9
(1) Jika diberikan masalah biasanya memikirkan
bermacam-macam cara untuk menyelesaikannya.
(2) Memberikan macam-macam penafsiran terhadap
suatu masalah.
c) Ciri-ciri berpikir orisinal (originality):
Indikator: mampu memberikan gagasan yang baru dalam
menyelesaikan masalah atau memberikan jawaban yang
lain dari yang sudah biasa dalam menjawab suatu
pernyataan. Perilaku siswa:
(1) Mampu membuat ungkapan yang baru dan unik.
(2) Memilih cara berpikir lain dari pada yang lain.
d) Ciri-ciri berpikir elaborasi (elaboration):
(1) Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban
atau pemecahan masalah dengan melakukan
langkah-langkah yang terperinci.
(2) Mengembangkan dan memperkaya gagasan yang
telah ada.
Menurut Munandar (dalam Sulistiarmi, 2016: 11)
terdapat 10 ciri-ciri seseorang dikatakan kreatif, yaitu antara
lain:
a) Tingginya rasa ingin tahu.
b) Suka bertanya dengan pertanyaan yang relevan.
c) Variasi gagasan dalam menghadapi permasalahan.
d) Kebebasan berpendapat.
e) Tinginya rasa estetika.
f) Menguasai satu bidang kehidupan.
g) Memandang permasalahan dari berbagai sudut.
h) Memiliki rasa humor.
i) Imajinatif.
j) Orisinalitas gagasan.

10
b. Kerangka Berpikir
Pengembangan buku ajar tentunya harus dilakukan atas dasar analisis
kebutuhan melalui tahap wawancara. Selain daripada analisis kebutuhan yang
dilakukan, berikut peneliti sajikan kerangka berpikir. Berikut gambarannya:

Permasalahan di lapangan:
Tidak terdapatnya Buku Ajar pegangan siswa dalam menunjang proses pembelajaran
Kurangnya minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
Siswa tidak aktif dalam kelas
Tingkat kehadiran siswa yang kurang
Siswa tidak mengerjakan tugas
Siswa tidak termotivasi untuk mengikuti pelajaran

Studi Studi Pustaka


Lapangan Analisis Kebutuhan

Kajian Teori

Perangkat Pembelajaran Buku Ajar informasi yang mampu meningkatkan


kemampuan berpikir kreatif

Valid Evaluasi, Validasi & Revisi Tidak Valid

Produk Buku Ajar informatika yang Valid, Praktis, dan Efektif.

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berpikir

11
c. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2018:63).
Teori hipotesa yang peneliti angkat yaitu pengembangan buku ajar
informatika layak untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pembelajaran informatika Kelas X di SMK Negeri 1 Woja Tahun Pembelajar
an 2023/2024.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab ini akan dibahas mengenai: 3.1. Jenis Penelitian, 3.2. Populasi dan
Sampel, 3.3. Teknik Pengumpulan Data, 3.4. Instrumen Penelitian, 3.5. Teknik
Analisa Data.
3.1. Jenis Penelitian
Model pengembangan penelitian ini menggunakan Research and
Development R&D. Metode R&D adalah penelitian yang digunakan untuk
menghasilakan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut
(Sugiyono 2009). Pada pengembangan ini, peneliti akan menggunakan
Research and Development R&D dengan model pengembangan ADDIE
(Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation) yang
merupakan suatu model yang di dalamnya merepresentasikan tahapan-
tahapan secara sistematika (tertata) dan sistemis.

3.2. Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Menurut Silaen (2018:87) “Populasi adalah keseluruhan dari
objek atau individu yang memiliki karakteristik (sifat-sifat) tertentu

12
yang akan diteliti. Populasi juga disebut universum (universe) yang
berarti keseluruhan, dapat berupa benda hidup atau benda mati”.
Dilihat dari pendapat di atas maka populasi yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik jurusan
TPM kelas X yang mengampu mata pelajaran Informatika di SMKN
01 Woja.
3.2.2 Sampel
Menurut Silaen (2018: 87) “Sampel adalah sebagian dari
populasi yang diambil dengan cara-cara tertentu untuk diukur atau
diamatai karakteristiknya”. Dalam penelitian ini, penulis menetapkan
15 siswa kelas X- A TPM untuk dijadikan sampel. Pemilihan peserta
didik menggunakan teknik purposive sampling, dimana pemilihan
sampel didasarkan pada tujuan penelitian.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sesi
wawancara, lembar validasi, angket, dan metode tes. Berdasarkan teknik
analisis data, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik
pengumpulan data sebagai berikut:
a) Lembar Validasi
Lembar validasi merupakan sebuah instrumen yang digunakan oleh
validator untuk memvalidasi sebuah produk. Aspek atau kategori
validasi akan tercantum di dalam lembar validasi dan validator
memiliki tugas untuk memberikan penilaian. Lembar validasi yang
akan di isi oleh masing-masing validator ada tiga yaitu: 1) Lembar
Validasi ahli Perangkat. 2) Lembar Validasi ahli Materi dan 3) Lembar
Validasi Ahli Pembelajaran
b) Angket
Sugiyono (2015:199) berpendapat jika angket adalah teknik
pengumpulan data melalui pemberian pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab. Angket yang digunakan oleh
peneliti disini yaitu menggunakan skala likert. Dari penggunaan skala
likert hal yang ingin di ukur adalah pendapat siswa terhadap buku ajar,

13
dan persepsinya tentang pengembangan bahan ajar. Cara kerja dari
angket likert yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan yang diberikan,
responden harus memberikan respon terhadap pertanyaan yang
diberikan.
c) Metode Tes
Metode tes merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh
peneliti guna mengetahui ketercapaian peserta didik setelah
mempelajari sistem komputer menggunakan buku ajar. Tes yang
diberikan adalah berupa tes tulis dengan lima soal uraian dan satu soal
kelompok yang memuat unsur kreatif fluency, flexibility, originality,
dan elaboration. Tes hasil belajar ini akan dijadikan standar dalam
mengetahui efektifitas perangkat buku ajar dalam pembelajaran sistem
komputer.

3.4. Instrumen Penelitian


Menurut Sugiyono (2013: 306) bahwa yang menjadi instrumen atau
alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Sebagai instrumen penelitian
(human instrumen), peneliti berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber informasi, melakukan pengumpulan data,
memilih kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat
kesimpulan atas temuan-temuannya. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data berupa validasi, angket, dan tes
sehingga instrumen yang digunakan berupa lembar validasi, lembar angket,
dan soal tes sebagai berikut:
a) Lembar Validasi Buku Ajar
Lembar validasi ini merupakan instrumen penilaian yang akan
digunakan oleh validator dalam memvalidasi perangkat pembelajaran
yang berkaitan dengan konten dan materi dari isi buku ajar tersebut.
Aspek penilaian yang akan diberikan oleh validator meliputi aspek
kelayakan isi, kebahasaan, kelayakan penyajian, dan kegrafikan.
Masing-masing penilaian memiliki item tersendiri. Berikut
penyajiannya:

14
Tabel 3.1 Indikator Penilaian Kelayakan Buku Ajar
I. Kelayakan Isi

NO Butir Penilaian

1 Kesesuaian materi dengan KI, dan KD.

2 Subbab materi sudah tersaji dengan lengkap

3 Relevansi antara kompetensi dasar dan subbab

Terdapatnya soal yang dapat mengukur kemampuan berpikir kreatif


4
siswa

5 Keakuratan materi dengan fakta-fakta

II. Kelayakan Bahasa

NO Butir Penilaian

1 Konsistensi penggunaan istilah

Kesesuaian materi dengan kaidah Bahasa


2
indonesia (EYD)

3 Kebakuan istilah

Kesesuaian struktur kebahasaan dan kesastraan dengan


4
perkembangan kognitif peserta didik

5 Keefektifan kalimat

III. Kelayakan Penyajian

NO Butir Penilaian

1 Penyajian gambar/ilustrasi sesuai dengan materi bahasan

2 Penggunaan contoh peristiwa yang ada di lingkungan sekitar

3 Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai.

4 Uji kompetensi selaras dengan indikator capaian kompetensi

5 Penyajian menuntun kecakapan peserta didik memecahkan

15
masalah

IV. Kelayakan Kegrafikan

NO Butir Penilaian

1 Desain cover sesuai dengan isi materi

2 Warna pada buku konsisten

3 Ukuran buku ajar sesuai dengan standar UNESCO

4 Lay out atau tata letak.

5 Penggunaan font, jenis dan ukuran.

b) Soal Tes
Pada tahap ini, tes akan dilakukan pada tahap implementasi. Soal
tes yang akan di uji coba adalah soal uraian sebanyak 4 soal dan tiap
soal mengukur tingkat kreativitas dari segi fluency, flexibility,
orginality, dan elaboration.
c) Angket Respon Siswa
Angket respon siswa merupakan lembar angket yang berisi
tanggapan serta penilaian yang diberikan oleh siswa terhadap buku ajar
yang telah dikembangkan. Siswa yang akan ikut andil dalam mengisi
angket adalah siswa SMK kelas X jurusan TPM untuk mata pelajaran
Iinformatika. Angket respon siswa berisi tiga belas (13) item
pertanyaan dengan kriteria penilaian 1 (Tidak Praktis), 2 (Kurang
Praktis), 3 (Cukup Praktis), 4 (Praktis), dan 5 (Sangat Praktis).

3.5. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data merupakan kegiatan dalam mencari serta
menyusun data yang telah terkumpul sehingga dari data tersebut dapat
ditarik sebuah kesimpulan yang kemudian dapat dijadikan bahan informasi
yang dapat dipahami oleh diri sendiri bahkan orang lain. Teknik analisis
data dari pengembangan buku ajar ini tergolong dalam jenis data kualitatif
yang di kuantitatifkan menggunakan teknik analisis data persentase. Data

16
yang akan diperoleh dalam penelititan ini yaitu data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif didapat dari masukan dan saran validator yang
terdapat pada lembar validasi yang nantinya akan dianalisis secara deskriptif
dan dijadikan masukan untuk melakukan revisi produk, sedangkan data
kuantitatif berasal dari lembar validasi, dan angket respon siswa.
Berdasarkan pada teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian,
maka teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik
analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data ini akan peneliti
gunakan untuk menganalisis data yang diperoleh. Teknik analisis data
sebagai berikut:

a) Analisis Kevalidasi Perangkat


Analisis kevalidasi perangkat merupakan kegiatan untuk menguji
kelayakan dari buku ajar yang telah dikembangkan dan merupakan
proses menguji kesesuaian buku ajar dengan materi. Validasi yang akan
dilakukan oleh ahli perangkat berkenaan dengan validasi perangkat dan
validasi materi. Jawaban yang terdapat pada instrumen memiliki
tingkatan penilaian yang diperoleh melalui skala likert berikut
paparannya:

Tabel 3.2 Kategori Penilaian Skala Likert


(Sugiyono, 2013:94 dengan modifikasi peneliti)
Skor Keterangan
Skor setuju/ selalu/ sangat positif/ sangat layak/ sangat baik/
5 sangat bermanfaat/ sangat memotivasi

Skor Setuju/ baik/ sering/ positif/ sesuai/ mudah/ layak/ bermanfaat/


4 memotivasi
Ragu-ragu/ kadang-kadang/ netral/ cukup setuju/ cukup baik/
Skor
cukup sesuai/ cukup mudah/ cukup menarik/ cukup layak/
3
cukup bermanfaat/ cukup memotivasi
Skor setuju/ kurang baik/ kurang sesuai/ kurang menarik/ kurang
2 paham/ kurang layak/ kurang bermanfaat/ kurang memotivasi

17
Sangat tidak setuju/ sangat kurang baik/ sangat kurang
Skor
sesuai/ sangat kurang menarik/ sangat kurang paham/ sangat
1
kurang layak/ sangat kurang bermanfaat

Validasi terhadap perangkat pembelajaran yang berfokus pada


buku ajar ini akan dilakukan berdasar pada rumus yang dikemukakan
oleh Arifin (dalam Endang, 2013:36) dimana hasil akhir yang
digunakan disini adalah total nilai keseluruhan jawaban validator dibagi
dengan skor ideal (skor maksimum) kemudian dikalikan dengan seratus
persen. Berikut tahapan menghitung rata-rata dari seluruh nilai yang
diberikan validator:
(1) Melakukan tabulasi data hasil validasi ahli materi, perangkat dan
ahli pembelajaran
(2) Menetapkan keseluruhan nilai yang diberikan oleh ketiga validator
dengan memperoleh total skor, skor ideal (banyaknya item
pertanyaan dikali skala likert tertinggi), dan persentase kelayakan.
(3) Lakukan instruksi sesuai rumus yang berlaku, yaitu membagi total
skor ke-tiga validator dengan skor ideal, lalu dikalikan dengan
seratus persen. Perhatikan persamaan berikut:

∑R
P= 100 %
N
Keterangan:
P = Persentase Skor (dibulatkan)
∑R = Jumlah nilai jawaban responden
N = Jumlah keseluruhan skor ideal

Setelah didapatkan skor yang akan jadi penentu valid atau


tidaknya buku ajar yang telah dikembangkan, maka berikut disajikan
beberapa kriteria penilaian validasi berdasarkan hasil instrument
validasi ahli perangkat, materi, dan ahli pembelajaran. Produk yang

18
dikembangkan dikatakan valid jika memenuhi kriteria valid - sangat
valid dengan skor 71-100 persen. Perhatikan tabel berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Validasi Perangkat dan Materi
(Akbar, 2013 dengan modifikasi peneliti)
No Skor Kriteria Validasi
1 81-100 % Sangat Valid
2 71 – 80 % Valid
3 61 – 70 % Cukup Valid
4 51 – 60 % Kurang Valid
5 0 – 50 % Tidak Valid

b) Analisis Kepraktisan Perangkat


Dalam merancang perangkat pembelajaran berupa buku ajar, ada
beberapa hal yang menjadi tolak ukur dalam menentukan keberhasilan
dalam perancangannya. Perangkat yang dikembangkan oleh peneliti
harus valid berdasar pada penilaian yang diberikan oleh validator, selain
valid, perangkat pembelajaran tersebut juga harus terpenuhi
kepraktisannya yaitu mudah dan dapat dilaksanakan. Untuk
menentukan kepraktisan sebuah buku ajar yang dikembangkan maka
digunakanlah angket respon siswa. Jadi rumus yang digunakan adalah
rumus yang sama dengan yang digunakan pada validasi perangkat.
Hasil akhir yang akan dipaparkan disini adalah hasil akhir dari total
keseluruhan nilai yang diberikan oleh sampling atas setiap pertanyaan
lalu membaginya dengan total skor ideal kemudian dikalikan dengan
seratus persen untuk mendapatkan nilai akhir persenta se. Instrumen
angket respon siswa disusun dengan ketentuan likert. Berikut
kualifikasi dari instrumen angket respon siswa. Produk yang
dikembangkan dikatakan praktis jika minimal klasifikasi yang dicapai
adalah praktis.
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kepraktisan
(Arikunto, 2009 dengan modifikasi peneliti)
No Skor Kriteria Kepraktisan

19
1 81-100 % Sangat Praktis
2 71 – 80 % Praktis

61 – 70 % Cukup Praktis
3
4 51 – 60 % Kurang Praktis
5 0 – 50 % Tidak Praktis

c) Analisis Efektifitas Perangkat


Efektifitas dari perangkat pembelajaran dapat dilihat dari
kemampuan siswa dalam menjawab soal tes kreatif yang terdapat pada
akhir materi. Nilai maksimal untuk tes ini adalah 100. Untuk
mengetahui apakah buku ajar yang dikembangkan mampu
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada diri siswa, maka nilai
akhir yang akan digunakan pada tahap ini adalah hasil akhir dari total
keseluruhan nilai yang diberikan oleh siswa yang dibagi dengan skor
maksimum dan dikalikan dengan seratus persen. Analisis dapat
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
(1) Melakukan tabulasi data tes hasil belajar
(2) Mengkonversikan data tes hasil belajar dengan tabel kriteria
penilaian kreatif Arikunto dalam (Suharnadi, Jajang. 2015: 65).
Tabel 3.5 Kriteria Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
(Arikunto, 2009 : 236)
No Skor Kriteria Kreatif
1 81-100 % Sangat Kreatif
2 71 – 80 % Kreatif
3 61 – 70 % Cukup Kreatif
4 51 – 60 % Kurang Kreatif
5 0 – 50 % Tidak Kreatif

Melalui kriteria yang terdapat pada tabel diatas, maka diperoleh


persamaan sebagai berikut:

∑ Skor Perolehan
X 100 %
Persentase ∑ Skor Maksimum
= 20
Keterangan :
Persentase = Persentase Skor (dibulatkan)
∑ Skor Perolehan = Jumlah nilai jawaban responden
∑ Skor Maksimum = Skor Ideal (nilai maksimum)
(3) Hasil belajar dikatakan efektif jika minimal mencapai kriteria
kreatif.

DAFTAR RUJUKAN

Afrahamiryano dan Ariani, D. 2017. Analisis Validitas Buku Ajar Untuk Sistem
Perkuliahan ELearning Pada Mata Kuliah Kimia Dasar Di Fkip Ummy
Solok. Jurnal Eksakta Pendidikan (Jep), 1(2)

Amalia, N, F., & Susilaningsih, E. 2014. Pengembangan Instrumen Penilaian


Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi Asam Basa. Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia, 8 (2)

Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja


Rosdakarya Offset

Aris shoimin. (2014). Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.


Yokyakarta: AR-ruz media.
Aan Anisah, E. N. A. (2016). Pengaruh Penggunaan Buku Teks Pelajaran Dan
Internet Sebagai Sumber Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Ips (Eksperimen Kuasi Pada Kelas Vii Di Smp Negeri 1
Palimanan Kabupaten Cirebon). Jurnal Logika, 18(3), 1–18.
Azwar, S. 2014. Meteode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Benny A. Pribadi, Desain dan Pengembangan Program Pelatihan Berbasis
Kompetensi Implementasi Model ADDIE (Jakarta: Prenada Media Group,
Cet 2, 2016) h. 23

Budihardjo, M. B. (2020). Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 Pada


Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Negeri
Palur 04 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Journal of
Chemical Information and Modeling, 21(1), 1–9.

21
Eka Wulandari. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis
E-Bookpada Materi Sistem Pencernaan Untuk Smp Kelas Viii. Director,
15(40), 6–13.
Hardianti, E. D. (2015). Pengembangan Modul Pembelajaran Interaktif
Menggunakan Metode Discovery Learning Pada Mata Diklat Sistem
Komputer Di Smk Universitas Pendidikan Indonesia.
Ianah, I., & Raharjo, H. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Komputer
dalam Pembelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Kubus dan
Balok.
Iskandar, Wiryokusumo dalam Afrilianasari. (2014). Teori Pengembangan,
Surabaya.

Ismail. 2013. Pengembangan Model Pembelajaran IPA Terintegrasi


NilaiKarakter di Sekolah Dasar. Disertasi, Makassar. PPS-UNM.
Kemendikbud. (2013). Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar
Proses. 2011, 1–13.
Kasmiatun, M. (2015). Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Dengan
Menerapkan Pendekatan Saintifik Pada Tema Kerukunan Dalam
Bermasyarakat Di Kelas Va Sdn Babatan V/460 Surabaya. 03(2).
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan
Nasional Indonesia,2014), hal. 201.

Lestari. 2015. “Peran Buku Teks Bahasa Indonesia Dalam Memotivasi Belajar
Siswa (studi kasus siswa kelas VII SMPN 7 IT Dompu) ”. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Bahasa Dan Sastra Indonesia. STKIP Yapis: Dompu

Marjan, Ali. 2013. Pelatihan Dan Pengembangan. Jakarta: DirozPustaka

Marsudi, M., & Aly, S. T. 2016. Efektivitas Bahan Ajar Buku “Panduan
Pembelajaran Kebencanaan Kabupaten Klaten” Pada Bencana Angin
Badai Melalui Strategi Card Sort Di SMA N 1 Karanganom (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Murniati, M., & Muslim, M. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Mata


KuliahMekanika Berdasarkan Analisis Kompetensi. Jurnal Pendidikan
Fisikadan Keilmuan (JPFK), 1(2).
Moma, L. (2015). Pengembangan Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Untuk Siswa Smp. Delta-Pi: Jurnal Matematika Dan
Pendidikan Matematika, 4(1), 27–41.

22
Pramunita, R. N., Ibrahim, M., Budijastuti, W., Surabaya, U. N., Pikiran, P.,
Kreatif, B., & Esa, Y. M. (2020). Pengembangan Buku Ajar Ipa Berbasis
Peta Pikiran. 8(2), 537–541.
Prastowo, Andi. Pengembangan Bahan Ajar Tematik (Jakarta: Kencan
Prenadamedia Group, 2014), 243.
Prastowo, Andi. 2013. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press.

Rahmawati, G. (2015). Buku Teks Pelajaran Sebagai Sumber Belajar Siswa Di


Perpustakaan Sekolah Di Sman 3 Bandung. Edulib, 5(1), 102–113.
Ramdani, Muhamad Syahri. 2015. “Analisis Materi, Penyajian Kebahasaan Dan
Kegrafikan Dalam Buku 'Pintar Membaca Arab Gundul Dengan Metode
Hikari' Karya Agus Purwanto”. Skripsi. Terbit. Pendidikan Bahasa
Arab.UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta

Ratnasari, D. (2015). “Digital Repository Universitas Jember Digital Repository


Universitas Jember.” Prpses Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Tingkat
Berpikir Kreatif Dalam Memecahkan Soal Cerita Sub Pokok Bahasan
Keliling Dan Luas Segiempat Berbasis Tahapan Wallas, 53(9),
1689–1699.

Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran.


JurnalKreano. 3 (1).

Setiyadi, M. W. 2017. Pengembangan modul pembelajaran biologi


berbasispendekatan saintifik untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Journal ofEducational Science and Technology (EST), 3(2)

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Saputra, R. Y. (2013). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Komponen


Komputer Dan Instalasi Sistem Operasi Berbasis Multimedia. In
Maskapai, Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Murah, Lion Pada
Jasa Penerbangan Bertarif 1999, Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor
8 Tahun Konsumen, Tentang Perlindungan (Issue c).
Suharnadi, Jajang. 2015. Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Based
Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik (Studi

23
Kasus Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar
Menganalisis Permasalahan Ketenagakerjaan di Indonesia Kelas XI IPS
SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015). Tesis. Diterbitkan.
Pendidikan Ekonomi. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi


Aksaara, 2009), hal. 245
Silaen, Sofar., 2018., Metodologi Penelitian Sosial Untuk Penulisan Skripsi dan
Tesis, In Media, Bandung
Sulistiarmi, W. (2016). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Xi-Ipa
Pada Mata Pelajaran Fisika Sma Negeri Se-Kota Pati. In UPEJ Unnes
Physics Education Journal (Vol. 5, Issue 2).

Supiani, E., Tampubolon, B., & Sugiarto, A. (2009). Dengan Hasil Pembelajaran
Geografi Siswa Kelas X Sman 9 Pontianak. 1–9.
Titin Rustini, 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD dengan Pendekatan Pengajuan Soal pada Materi Teori Peluang di
SMKN 2 Kediri. Tesis. Surabaya: FMIPA UNESA.
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Sistem Perbukuan. 2017.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,

24

Anda mungkin juga menyukai