Anda di halaman 1dari 19

MATA KULIAH PENGEMBANGAN E-LEARNING

DESAIN DAN STRATEGI INSTRUKSIONAL INTERAKTIF DAN


ADAPTIF E- LEARNING

Dosen Pengampu
Prof. Dr. MURSID, M.Pd

Oleh :
Jumaylin Br. Marpaung NIM. 8236121010
Irma Aprilda Sinaga NIM. 8236122005
Damasti Rohani Simanjuntak NIM. 8236122007

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan karunia
-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas rutin Mata Kuliah Pengembangan E-Learning
yang kiranya dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Penulis berharap dengan penyusunan
tugas ini diharapkan dapat membantu dalam proses kegiatan belajar mengajar dan dapat
digunakan sebagai pembelajaran.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Jika ada kesalahan baik dalam
penulisan maupun dalam pengejaan penulis sebagai penyusun mohon maaf. Kritik dan saran dalam
tugas ini sangat penyusun nantikan demi perbaikan dimasa mendatang.

Medan, April 2024


Penulis

i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................2
1.3 Tujuan .............................................................................................................................2
1.4 Manfaat ...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................2
2.1 DESAIN INSTRUKSIONAL E – LEARNING .............................................................3
2.1.1 DESAIN PROSES BELAJAR DALAM E-LEARNING .........................................3
2.2 STRATEGI INSTRUKSIONAL E-LEARNING ...........................................................6
2.2.1 E-LEARNING DALAM PROSES PEMBELAJARAN ..........................................8
2.3 DESAIN INSTRUKSIONAL INTERAKTIF ...............................................................9
2.4 ADAPTIF E-LEARNING DAN PEMBELAJARAN ...................................................10
2.4.1 STRATEGI INSTRUKSIONAL ADAPTIF E-LEARNING .................................10
2.4.2 MODEL PEMBELAJARAN ADAPTIF ................................................................12
2.5 PENERAPAN DESAIN DAN STRATEGI INSTRUKSIONAL INTERAKTIF DAN
ADAPTIF DALAM E-LEARNING .............................................................................13
BAB III PENUTUP .............................................................................................................14
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................14
3.2 Saran ..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di era globalisasi saat ini, teknologi informasi tidak dapat dipungkiri telah memberikan dampak yang
besar dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan baik dalam bidang akademik maupun non
akademik. Kemajuan teknologi ini memberikan manfaat yang besar bagi dunia pendidikan. Salah satu
pemanfaatan internet dalam dunia pendidikan yaitu menyampaikan materi-materi pembelajaran berbasis
internet atau biasa dikenal dengan istilah e-learning.
Dalam teknologi sistem pendidikan yang muncul, perlu untuk mempunyai sistem elearning yang dapat
mengatasi permasalahan perbedaan karakteristik setiap siswa dengan berusaha menyampaikan materi
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa, metode ini disebut dengan e-learning adaptif.
Dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep
dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI menjadi tidak terelakkan lagi. Konsep yang
kemudian terkenal dengan sebutan e-learning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi
pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi (contents) dan sistemnya. Depdiknas juga
intensif mendorong pengembangan e-learning untuk memberikan layanan dan kesempatan pada masyarakat
luas yang selama ini tidak terjangkau dengan sistem konvensional secara tatap muka. Sehingga dengan
adanya model e-learning ini memungkinkan untuk mencapai sasaran yang lebih luas di seluruh Indonesia
(to reach the unreached). Dalam perspektif yang lebih luas, dunia saat ini sedang memasuki era yang
ditandai dengan gencarnya inovasi teknologi dan peluang ekonomi yang belum pernah terbayangkan
sebelumnya. Perubahan-perubahan besar terjadi dalam bidang teknologi, politik, sosial dan ekonomi.
Segala perubahan ini telah menyebabkan terjadinya pergeseran dalam berbagai bidang yang antara lain
adalah; masyarakat industri ke masyarakat informasi, teknologi yang dipaksakan ke teknologi tinggi
(hightech), ekonomi nasional ke perekonomian dunia, kebutuhan jangka pendek ke jangka panjang, sistem
sentralisasi ke sistem desentralisasi, bantuan kelembagaan saat ini terjadi perubahan paradigma dalam dunia
pendidikan.
Perangkat berbasis teknologi lainnya yang diharapkan dapat digunakan dalam upaya mengembangkan
lingkungan belajar yang lebih produktif adalah video discs, multimedia/hypermedia, e-mail dan internet, di
samping piranti lunak Computer Assisted Instruction/Intelligent Computer Assisted Instruction
(CAI/ICAI). Oleh karena itu kebutuhan akan multimedia interaktif semakin dirasakan, mengingat kondisi
perkembangan Teknologi Informasi (TI) semakin berkembang pesat. Dalam dunia pendidikan misalnya
siswa mulai dari pra-sekolah, SD, SMP dan SMU/SMK dituntut untuk mengenal TI sejak dini. Kebutuhan
ini tidak hanya sebagai wacana tetapi dilegalisasi melalui terbitnya Kurikulum yang memasukan mata
pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sekolah.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah
1. Bagaimana Desain Intruksional E – learning?
2. Bagaimana Strategi Intruksional E – Learning?
3. Bagaimana Desain Intruksional Interaktif E-learning?
4. Bagaimana Strategi Instruksional Adaptif E – Learning?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN


Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui Desain Intruksional E – Learning
2. Untuk mengetahui Strategi Instruksional E – Learning
3. Untuk mengetahui Desain Intruksional Interaktif E-learning
4. Untuk mengetahui Strategi Instruksional Adaptif E – Learning

1.4 MANFAAT MAKALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dalam pembahasan ini, adapun manfaatnya
sebagai berikut :
1. Untuk para pendidik : untuk lebih menyadari dan berusaha mengembangkan berbagai
ragam penelitian sesuai dengan perkembangan paradigma penelitian ilmiah.
2. Untuk mahasiswa : untuk lebih berperan aktif dalam pengembangan berbagai penelitian
teknologi pendidikan berkaitan dengan Desain dan Strategi Instruksional dan adaptipm E –
Learning.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DESAIN INSTRUKSIONAL E – LEARNING
2.1.1 PROSES BELAJAR DALAM E – LEARNING
Secara filosofis, pelaksanaan e-learning mengandung dua konsekuensi. Konsekuensi pertama,
menuntut diterapkannya sistem belajar mandiri (independent learning). Artinya setiap peserta
didik memiliki otonomi untuk menentukan tiga opsi berikut:
a. Apa yang akan mereka pelajari;
b. Kapan, dimana, bagaimana mereka mempelajarinya; dan
c. Kapan, bagaimana mereka membuktikan keberhasilan belajarnya.
Konsekuensi kedua, dioptimalkannya media komunikasi, khususnya teknologi telekomunikasi
secara tepat guna dan sesuai kebutuhan. Media komunikasi atau teknologi telekomunikasi tersebut
diantaranya adalah media cetak (buku atau modul cetak, surat, dll), media audio (cassette audio
dan atau radio), media audio visual (video (CD/DVD) dan atau televisi), media komputer (CAI
(multimedia interaktif), e-book, pdf, wmv, dan lainlain), media internet (web, email, milist, chat,
dan lain-lain), media telekonferensi (audioconference, videoconference, computer/
webconference), media mobile (handphone). Oleh karena itu, dalam konteks saat ini,
penyelenggaraan belajar Jarak Jauh dapat dikatakan sudah memasuki generasi kelima. Generasi
pertama, memanfaatkan korespondensi (surat-menyurat).
Naik ke generasi kedua seiring dengan adanya potensi media cetak yang dinamakan modul
cetak (bahan belajar yang dirancang khusus untuk belajar mandiri). Generasi ketiga sudah
mengkombinasikan pemanfaatan radio, karena saat itu telah ada radio. Generasi keempat,
ditambah lagi dengan kombinasi pemanfaatan televisi, seiring dengan pesatnya perkembangan TV
saat itu. Dan saat ini telah memasuki generasi ke lima dengan dimanfaatkannya komputer dan
internet (e-learning atau online learning) untuk e-learning.
Proses belajar mandiri memberi kesempatan peserta didik untuk mencerna materi ajar dengan
sedikit bantuan guru. Mereka mengikuti kegiatan belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang
khusus sehingga masalah atau kesulitan belajar sudah diantisipasi sebelumnya. Model belajar
mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak mengikat serta melatih kemandirian
siswa agar tidak bergantung atas kehadiran atau uraian materi ajar dari guru. Berdasarkan gagasan
keluwesan dan kemandirian inilah belajar mandiri telah bermetamorfosis sedemikian rupa,

3
diantaranya menjadi sistem belajar terbuka dan belajar jarak jauh. Perubahan tersebut juga
dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain dan kenyataan di lapangan.
Proses belajar mandiri mengubah peran guru atau instruktur, menjadi fasilitator atau perancang
proses belajar. Sebagai fasilitator, seorang guru atau instruktur membantu peserta didik mengatasi
kesulitan belajar, atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial.
Tugas perancang proses belajar mengharuskan guru untuk mengolah materi ke dalam format
sesuai dengan pola belajar mandiri.
Sistem belajar mandiri menuntut adanya materi ajar yang dirancang khusus untuk itu. Menurut
Prawiradilaga, beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh materi ajar ini adalah:
• Kejelasan rumusan tujuan belajar (umum dan khusus).
• Materi ajar dikembangkan setahap demi setahap, dikemas mengikuti alur desain pesan, seperti
keseimbangan pesan verbal dan visual.
• Materi ajar merupakan sistem pembelajaran lengkap, yaitu ada rumusan tujuan belajar, materi
ajar, contoh/bukan contoh, evaluasi penguasaan materi, petunjuk belajar dan rujukan bacaan.
• Materi ajar dapat disampaikan kepada siswa melalui media cetak, atau komputerisasi seperti
CBT, CD-ROM, atau program audio/video.
• Materi ajar itu dikirim dengan jasa pos, atau menggunakan teknologi canggih dengan internet
(situs tertentu) dan e-mail; atau dengan cara lain yang dianggap mudah dan terjangkau oleh
peserta didik.
• Penyampaian materi ajar dapat pula disertai program tutorial, yang diselenggarakan
berdasarkan jadwal dan lokasi tertentu atau sesuai dengan kesepakatan bersama.
Ahli-ahli pendidikan dan internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum
seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran antara lain:
1. Analisis Kebutuhan (Need Analysis)
Dalam tahapan awal, satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah memang memerlukan
e-learning. Untuk menjawab pertanyaan initidak dapat dijawab dengan perkiraan atau dijawab
berdasarkan atassasaran orang lain. Sebab setiap lembaga menentukan teknologi pembelajaran
sendiri yang berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu diadakan analisis kebutuhan. Kalau analisis
ini dilaksanakan dan jawabannya adalah membutuhkan e-learning maka tahap berikutnya adalah
membuat studi kelayakan, yang komponen penilaiannya adalah:

4
1. Apakah secara teknis dapat dilaksanakan misalnya apakah jaringan internet bisa dipasang,
apakah infrasruktur pendukungnya, seperti telepon, listrik, komputer tersedia, apakah ada
tenaga teknis yang bisa mengoperasikanya tersedia.
2. Apakah secara ekonomis menguntungkan, misalnya apakah dengan elearning kegiatan yang
dilakukan menguntungkan atau apakah return on investment-nya lebih besar dari satu.
3. Apakah secara sosial penggunaan e-learning tersebut diterima oleh masyarakat.
2. Rancangan Instruksional
Dalam menentukan rancangan instruksional ini perlu dipertimbangkan aspek-aspek:
a. Course content and learning unit analysis, seperti isi pelajaran, cakupan, topik yang relevan
dan satuan kredit semester.
b. Learner analysis, seperti latar belakang pendidikan siswa, usia, jenis kelamin, status pekerjaan,
dan sebagainya.
c. Learning context analysis, seperti kompetisi pembelajaran apa yang diinginkan hendaknya
dibahas secara mendalam di bagian ini.
d. Instructional analysis, seperti bahan ajar apa yang dikelompokan menurut kepentingannya,
menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit, dan seterusnya.
e. State instructional objectives, Tujuan instuksional ini dapat disusun berdasarkan hasil dari
analisis instruksional.
f. Construct criterion test items, penyusunan tes ini dapat didasarkan dari tujuan instruksional
yang telah ditetapkan.
g. Select instructional strategy, strategi instruksional dapat ditetapkan berdasarkan fasilitas yang
ada.
3. Tahap Pengembangan
Berbagai upaya dalam pengembangan e-learning bisa dilakukan mengikuti perkembangan
fasilitas ICT yang tersedia hal ini kadang-kadang fasilitas ICT tidak dilengkapi dalam waktu yang
bersamaan. Begitu pula halnya dengan prototype bahan ajar dan rancangan intruksional yang akan
dipergunakan terus dipertimbangkan dan dievaluasi secara berkesinambungan.
4. Pelaksanaan
Prototype yang lengkap bisa dipindahkan ke komputer (LAN) dengan menggunakan format
misalnya format HTML. Uji terhadap prototype hendaknya terus menerus dilakukan. Dalam
tahapan ini sering kali ditemukan berbagai hambatan, misalnya bagaimana menggunakan

5
management course tool secara baik, apakah bahan ajarnya benar-benar memenuhi standar bahan
ajar mandiri.
5. Evaluasi
Sebelum program dimulai, ada baiknya dicobakan dengan mengambil beberapa sampel orang
yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi. Proses dari kelima tahapan diatas diperlukan waktu
yang relative lama, karena prototype perlu dievaluasi secara terus menerus. Masukan dari orang
lain atau dari siswa perlu diperhatikan secara serius. Proses dari tahapan satu sampai lima dapat
dilakukan berulang kali, karena prosesnya terjadi terus-menerus
2.2 STRATEGI INSTRUKSIONAL E – LEARNING
Strategi penggunaan e-learning untuk menunjang pelaksanaan proses belajar, diharapkan dapat
meningkatkan daya serap dari peserta didik atas materi yang diajarkan; meningkatkan partisipasi
aktif dari peserta didik; meningkatkan kemampuan belajar mandiri peserta didik; meningkatkan
kualitas materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kemampuan menampilkan informasi
dengan perangkat teknologi informasi, memperluas daya jangkau proses belajarmengajar dengan
menggunakan internet, tidak terbatas pada ruang dan waktu.

Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas, dalam pengembangan suatu aplikasi e-learning perlu
diperhatikan bahwa materi yang ditampilkan harus menunjang penyampaian informasi yang benar,
tidak hanya mengutamakan sisi keindahan saja; memperhatikan dengan seksama teknik belajar-
mengajar yang digunakan; memperhatikan teknik evaluasi kemajuan peserta didik dan
penyimpanan data kemajuan peserta didik. Materi dari proses pembelajaran dapat diambil dari
sumber-sumber yang valid dan dengan teknologi e-learning, materi bahkan dapat diproduksi
berdasarkan sumber dari tenaga-tenaga ahli (experts). Misalnya, tampilan video digital yang
menampilkan seorang ahli pemasaran menunjukkan bagaimana caranya melakukan penataan
produk dalam suatu retail.

Penyusunan strategi e-learning seperti disampaikan Empy (2005) berguna untuk (1)
memperjelas tujuanpelatihan atau pendidikan yang ingin dicapai (2) mengetahui sumber daya yang
dibutuhkan (3) membuat semua pihak yang terlibat untuk tetap mengacu pada
tujuan yang sama. (4) mengetahui pengukuran keberhasilan..

Strategi e-learning melibatkan empat tahap yaitu analisis, perencanaan,pelaksanaan dan


evaluasi. Analisis, factor-faktor yang perlu dianalisis diantaranya kebutuhan organisasi dalam

6
melihat keadaan sekarang dan keberadaan e-learning dalam memberikan dampak positif. Selain
kebutuhan organisasi juga perlu dianalisis tentang infrastruktur organisasi terhadap pelaksanaan
penggunaan e-learning. Perencanaan, aspek perencanaan yang harus ditinjau yaitu network,
learning management system, materi dan manajemen pengelolaan. Pelaksanaan, tahap ini
memerlukan keahlian project management yang baik untuk memastikan koordinasi dan eksekusi
pekerjaan sesuai rencana dan tidak menyimpang dari tujuan dan strategi. Evaluasi, setelah
melaksanakan rencana penerapan e-learning, selanjutnya menilai keberhasilan program.

2.2.1 E-learning dalam Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran secara online dapat diselenggarakan dalam berbagaicara berikut:

1) Proses pembelajaran secara konvensional (lebih banyak face to face meeting)dengan tambahan
pembelajaran melalui media interaktif komputer melalui internet atau menggunakan grafik
interaktif komputer.
2) Dengan metode campuran, yakni sebagian besar proses pembelajarandilakukan melalui
komputer, namun tetap juga memerlukan face to face meeting untuk kepentingan tutorial atau
mendiskusikan bahan ajar.
3) Metode pembelajaran yang secara keseluruhan hanya dilakukan secaraonline, metode ini sama
sekali tidak ditemukan face to face meeting Model pembelajaran yang dikembangkan melalui
elearning menekankan pada resource based learning, yang juga dikenal dengan learner-
centered learning.Dengan model ini, peserta didik mampu mendapatkan bahan ajar
daritempatnya masing-masing (melalui personal computerdi rumah masing-masing atau di
kantor). Keuntungan model pembelajaran seperti ini adalah tingkat kemandirian peserta didik
menjadi lebih baik dan kemampuan teknik komunikasi mereka yang menunjukkan kemajuan
yang menggembirakan. Dengan model ini, komunikasi antar peserta didik dengan staf pengajar
berlangsung secara bersamaan atau sendiri-sendiri melalui dukungan jaringan komputer.

7
Model pembelajaran berbasis teknologi informasi dengan menggunakan e-learning berakibat
pada perubahan budaya belajar dalam kontek pembelajarannya. Setidaknya ada empat komponen
penting dalam membangun budaya belajar denganmenggunakan model e-learning di sekolah,
keempat komponen itu ialah:

1. Peserta didik dituntut secara mandiri dalam belajar dengan berbagai pendekatanyang sesuai
agar siswa mampu mengarahkan, memotivasi, mengatur dirinyasendiri dalam pembelajaran.
2. Pendidik mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan,memfasilitasi dalam
pembelajaran, memahami belajar dan hal-hal yangdibutuhkan dalam pembelajaran.
3. Tersedianya infrastruktur yang memadai.
4. Adanya administrator yang kreatif serta penyiapan infrastrukur dalammemfasilitasi
pembelajaran.

Dalam aplikasi e-learning, bukan hanya peserta didik yang dituntut untuk menguasaikeahlian
tertentu, namun seorang pendidik juga dituntut memiliki beberapakompetensi yang harus ia miliki
agar program e-learningyang dijalankannya bisaberjalan dengan baik. Ada tiga kompetensi dasar
yang harus dimiliki pendidik untukmenyelenggarakan model pembelajaran e-learning, yaitu

1) Kemampuan untuk membuat desain instruksional (instructional design) sesuaidengan kaedah-


kaedah paedagogisyang dituangkan dalam rencanapembelajaran.
2) Penguasaan teknologi dalam pembelajaran yakni pemanfaatan internet sebagaisumber
pembelajaran dalam rangka mendapatkan materi ajar yang up todatedan berkualitas.
3) Penguasaan materi pembelajaran (subject metter) sesuai dengan bidangkeahlian yang dimiliki.

Beberapa hal perlu dicermati dalam menyelenggarakan program elearning digital classroom
adalah pendidik menggunakan internet dan email untuk berinteraksidengan peserta didik dan
mengukur kemajuan belajarnya, peserta didik mampu mengaturwaktu belajar, dan pengaturan
efektifitas pemanfaatan internet dalam ruangmultimedia. Dengan mencermati perkembangan
teknologi informasi dalam duniapendidikan dan beberapa komponen penting yang perlu disiapkan
dalammengembangkan program elearningmaka program e-learningbukanlahsuatu yang tidak
mungkin untuk diwujudkan. Berikut ini sintaks model pembelajaran e-learning:

8
a. Mempelajari materi melalui file yang disediakan oleh pendidik (file Pdf, doc, ppt, html, swf,
flv, dll). Siswa juga dapat mencari materi yang masih berhubungan dengan materi yang
diberikan oleh guru.
b. Memperdalam materi melalui tutorial online (forum diskusi, chatting, konferensi) dan tutorial
tatap muka.
c. Mempraktekkan/Menerapkan melalui kegiatan praktek live (sinkronous live) dan mengerjakan
tugas (assignment).
d. Mengukur penguasaan melalui kuis dan test akhir
2.3 DESAIN INSTRUKSIONAL INTERAKTIF
Desain instruksional interaktif merupakan pendekatan yang menekankan penggunaan elemen-
elemen interaktif dalam pembelajaran. Desain instruksional interaktif merupakan aspek kunci
dalam pengembangan konten e-learning yang menarik dan efektif. Pendekatan ini memanfaatkan
berbagai elemen interaktif untuk meningkatkan keterlibatan dan pemahaman peserta didik.
Sebelum memulai proses desain hal yang paling penting untuk melakukan analisis kebutuhan yang
komprehensif. Ini mencakup pemahaman tentang siapa peserta didiknya, tujuan pembelajaran apa
yang ingin dicapai, serta konteks dan kendala yang mungkin dihadapi. Dengan pemahaman yang
baik tentang kebutuhan dan tujuan pembelajaran, desain instruksional dapat disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan ini. Pada desain instruksional interaktif pemilihan konten yang tepat dan
beragam merupakan langkah penting dalam desain instruksional interaktif. Konten haruslah
relevan dengan tujuan pembelajaran dan beragam dalam formatnya, termasuk teks, gambar, video,
animasi, dan interaktif lainnya. Penggunaan konten yang beragam akan membantu menarik
perhatian peserta didik dan memfasilitasi pemahaman yang lebih baik.
Penggunaan elemen interaktif memungkinkan peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran. Ini dapat mencakup kuis, permainan, simulasi, dan aktivitas kolaboratif
lainnya. Interaksi aktif memungkinkan peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka pelajari secara langsung, sehingga meningkatkan retensi dan pemahaman mereka. Perlu
dipertimbangkan juga umpan balik yang konstruktif merupakan bagian penting dari desain
instruksional interaktif. Peserta didik harus diberikan umpan balik yang jelas dan langsung tentang
kemajuan mereka serta kesalahan yang mereka buat. Umpan balik dapat disampaikan melalui
jawaban langsung terhadap aktivitas interaktif, evaluasi formatif, atau diskusi langsung antara
instruktur dan peserta didik.

9
Desain instruksional interaktif haruslah fleksibel dan dapat beradaptasi dengan kebutuhan dan
preferensi individual peserta didik. Ini dapat mencakup memberikan pilihan kepada peserta didik
tentang jalur pembelajaran yang ingin mereka ikuti, atau menyediakan konten tambahan untuk
peserta didik yang membutuhkannya. Fleksibilitas dan adaptabilitas akan meningkatkan relevansi
dan efektivitas pembelajaran. Desain instruksional interaktif haruslah fleksibel dan dapat
beradaptasi dengan kebutuhan dan preferensi individual peserta didik. Ini dapat mencakup
memberikan pilihan kepada peserta didik tentang jalur pembelajaran yang ingin mereka ikuti, atau
menyediakan konten tambahan untuk peserta didik yang membutuhkannya. Fleksibilitas dan
adaptabilitas akan meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran.
2.4 ADAPTIF E – LEARNING DAN PEMBELAJARAN
2.4.1 STRATEGI INSTRUKSIONAL ADAPTIF E – LEARNING
Setiap individu dalam belajar, memiliki tingkat pemahaman dan pengalaman yang berbeda
tentang kebutuhan belajar mereka. Sering kali pembelajaran dirasa kurang sesuai dengan apa yang
dibutuhkannya, karena pembelajaran diberikan dan diberlakukan sama untuk semua peserta didik,
dan menganggap semua peserta didik seolah-olah memiliki tingkat pemahaman dan pengalaman
belajar yang sama. Model pembelajaran tersebut mungkin dapat diterapkan, tetapi hasil belajar
yang dicapai tidak akan efektif dan efisien. Oleh sebab itu lah maka diperlukan sebuah konten
pembelajaran yang adaptif dan dalam setting pembelajaran yang adaptif pula, sehingga masing-
masing individu dapat memilih konten pembelajaran yang sesuai dengan keinginan, tingkat
pemahaman, karakteristik diri, dan situasi tertentu. Pembelajaran adaptif dapat didefinisikan
sebagai “proses menghasilkan pengalaman belajar yang unik untuk setiap peserta didik yang
berbasis pada kepribadian, minat, dan kinerja peserta didik secara berurutan untuk mencapai tujuan
seperti peningkatan akademik pembelajar, pembelajar kepuasan, proses belajar yang efektif dan
lain sebagainya”. Bahkan, dalam menanggapi kebutuhan individu, personalisasi di pendidikan
tidak hanya memfasilitasi siswa untuk belajar lebih baik dengan menggunakan strategi yang
berbeda untuk menciptakan berbagai pengalaman belajar, tetapi juga kebutuhan pendidikan
desainer guru dalam mempersiapkan atau merancang paket pengajaran atau instruksional yang
bervariasi. Setiap pelajar memiliki preferensi untuk gaya mengajar yang memungkinkan mereka
untuk belajar lebih baik. Beberapapeserta didik lebih menyukai mendengarkan dan berbicara, yang
lain lebih sukamenganalisis teks, atau hanya menggunakan media visual. Jadi untuk belajar efektif,

10
peserta didik harus menyadari preferensi mereka bahwa memudahkan untuk mengatur cara
belajarnya sendiri.

Menurut Setiawati (2008), Adaptif Learning adalah sistem yang mendukung pembelajaran
yang disesuaikan dengan kapabilitas dan gaya belajar peserta didik. Melalui model Adaptif
Learning maka peserta didik akan belajar disesuaikan dengan profil individu peserta didik, latar
belakang pendidikan, level kompetensi, gaya belajar dan kemampuan dasar saat akan memulai
belajar. Secara garis besar, Adaptif Learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan
komputer dan teknologi untuk memfasilitasi pemahaman dan retensi berdasarkan kebutuhan unik
peserta didik. Pembelajaran adaptif dapat dinyatakan juga sebagai proses menghasilkan
pengalaman belajar yang unik untuk setiap pelajar berbasis pada kepribadian, minat, dan kinerja
pembelajar secara berurutan untuk mencapai tujuan seperti peningkatan akademik pembelajar,
kepuasan pembelajar, proses belajar yang efektif dan sebagainya.
Pembelajaran adaptif mengakui bahwa orang-orang masuk ke situasi belajar dengan tujuan
yang berbeda, kesenjangan belajar dan preferensi. Ini bergeser dari pendekatan satu ukuran untuk
semua, menggunakan teknologi dan data pelajar untuk menyajikan pengalaman belajar
disesuaikan untuk pengguna individu. Sistem pembelajaran adaptif juga disebut sebagai
pembelajaran yang dipersonalisasi/individual atau sistem bimbingan cerdas, yang bertujuan untuk
memberikan pengalaman belajar atau bahan ajar yang optimal dan individual kepada pembelajar
sehingga pembelajar dapat mencapai tingkat pencapaian tertentu dalam waktu singkat atau
mencapai Tingkat pencapaian tertentu setinggi mungkin Tingkat pencapaian dalam jangka waktu
tertentu.
Strategi instruksional adaptif mengacu pada penggunaan teknologi untuk menyajikan konten
pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan individual peserta didik, serta
menyajikan ujian adaptif untuk menilai tingkat pengetahuan awal peserta didik dan menyesuaikan
konten pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta memilih konten pembelajaran
yang sesuaikan dengan tingkat pengetahuan, gaya belajar, dan minat individu peserta didik setelah
itu membuat hasil kemajuan belajar peserta didik secara real-time dan memberikan rekomendasi
konten tambahan atau bantuan belajar jika diperlukan.

11
2.4.2 MODEL PEMBELAJARAN ADAPTIF
Model pembelajaran adaptif adalah sebuah pendekatan di dunia pendidikan yang dirancang
untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan individu siswa secara lebih efektif. Pendekatan ini
memanfaatkan teknologi dan strategi pembelajaran yang memungkinkan dalam penyesuaian
materi, metode, dan tingkat kesulitan berdasarkan kemampuan dan perkembangan siswa. Konsep
dasar dari pembelajaran adaptif yaitu pembelajaran biasa yang dimodifikasi serta dirancang agar
siswa atau murid mudah mempelajari, melaksanakan, dan memenuhi semua kebutuhan mereka.
Model pembelajaran adaptif diharapkan dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa.
Model pembelajaran adaptif dapat diimplementasikan dalam berbagai tingkat pendidikan, mulai
dari Tingkat dasar hingga tingkat tinggi. Biasanya, sistem pembelajaran adaptif menggunakan
teknik kecerdasan buatan (AI) untuk memberikan instruksi individual, mengamati apa yang
dilakukan pelajar, dan mengetahui gaya belajar pengguna. AI sangat membantu dan bermanfaat
untuk individual learnerseperti kita, sehingga kita bisa sampai di tahapan di mana kita dapat
memahami diri kitasendiri, kelemahan dan kekurangan, serta apa yang harus kita lakukan
selanjutnya. Meskipun model ini menawarkan potensi untuk meningkatkan efisiensi dalam
pembelajaran, penting juga untuk mempertimbangkan privasi serta keamanan data ketika
menggunakan teknologi untuk mendukung pembelajaran adaptif tersebut.
Berikut adalah contoh dari model pembelajaran adaptif adalah:
a. Pembelajaran menyesuaikan dengan perkembangan perangkat teknologi yang canggih dan
sistem kurikulum yang ditetapkan pada suatu sekolah. Fokus utama dan yang terkait dalam
pembelajaran ini yaitu teknologi pendidikan terbaru, kurikulum yang dijalankan, gaya belajar
siswa dan lain sebagainya.
b. Memberikan motivasi pada anak didik agar senantiasa belajar penuh semangat. Karena yang
menentukan pintar dan tidaknya adalah diri mereka sendiri. Dengan menyadari atas hal ini
akan membuat peserta didik bersikap mandiri dalam belajar. Sebagai seorang pendidik
seharusnya juga memberi pemahaman pada peserta didik mengenai manfaat belajar dan
kerugian jika tidak belajar serta memberi pemahaman seperti tidak ada namanya siswa yang
bodoh, semua siswa pintar asalkan mau belajar dengan tekun.
c. Penyesuaian personalisasi. Model pembelajaran ini memungkinkan memberikan pemahaman
personalisasi pendidikan sesuai dengan kebutuhan, Tingkat pemahaman, tingkat kecerdasan,
dan cara atau gaya belajar masing-masing siswa. Adanya perbedaan dalam kecepatan

12
pemahaman dan gaya belajar diakomodasi melalui pengaturan individu. Penyesuaian konten
dan metode pembelajaran dapat terjadi secara real-time.
d. Penggunaan teknologi. Model pembelajaran adaptif seringkali memanfaatkan teknologi seperti
kecerdasan buatan (AI). Sistem ini dapat menggunakan data historis dan pengalaman belajar
siswa untuk meningkatkan prediksi danrekomendasi.
e. Fleksibilitas kurikulum. Kurikulum dapat disusun sedemikian rupa sehingga siswa dapat
mengeksplorasi dan memperdalam topik-topik tertentu sesuai dengan minat dan kebutuhan
mereka.
f. Umpan balik berkelanjutan. Memberikan umpan balik berkelanjutan kepada siswa untuk
membantu mereka memahami kemajuan mereka dan mengidentifikasi area yang perlu
ditingkatkan.
2.5 PENERAPAN DESAIN DAN STRATEGI INSTRUKSIONAL INTERAKTIF DAN
ADAPTIF DALAM E-LEARNING
Penerapan desain dan strategi instruksional interaksi dan adaptif dalam elerning sudah terbit
penerapan dalam kegiatan disekolah. Penggunaan LMS Interaktif platform e-learning yang
menyediakan fitur-fitur interaktif seperti kuis online, forum diskusi, dan permainan pembelajaran.
Digunakan untuk mengumpulkan konten pembelajaran yang beragam dan menyesuaikannya
dengan kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan keterlibatan mereka. Memanfaatkan
teknologi adaptif untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang disesuaikan secara
individual, seperti sistem rekomendasi konten atau pembelajaran berbasis AI.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Desain dan strategi instruksional interaktif dan adaptif memainkan peran penting dalam
meningkatkan efektivitas pembelajaran dalam konteks e-learning. Dengan menerapkan
pendekatan ini, para pendidik dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang menarik,
relevan, dan sesuai dengan kebutuhan individual peserta didik, sehingga memungkinkan mereka
untuk mencapai potensi belajar mereka dengan lebih baik di era digital ini. Adaptif Learning
adalah sistem yang mendukung pembelajaran yang disesuaikan dengan kapabilitas dan gaya
belajar peserta didik. Desain instruksional interaktif memainkan peran kunci dalam pengembangan
konten e-learning yang efektif dan menarik. Dengan memanfaatkan elemen interaktif, peserta
didik dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga meningkatkan pemahaman
dan retensi mereka. Dengan mengikuti prinsip-prinsip dan strategi yang telah disebutkan di atas,
para pengembang kurikulum dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih efektif dan
bermakna dalam konteks e-learning.
3.2 SARAN
Penulisan makalah ini kami menyadari banyak kekurangan baik dari literatur tentang penelitian
dan praktik terkini dalam desain dan strategi instruksional interaktif dan adaptif. Kami harus
mencari banyak teori, model, dan studi kasus yang menggambarkan penerapan konsep-konsep ini
dalam konteks e-learning. Maka dari itu kami membutuhkan saran dari pembaca makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA
Dahiya, S., Jaggi, S., Chaturvedi, K.K., Bhardwaj, A., Goyal, R.C. and Varghese, C., 2016. An
eLearning System for Agricultural Education.
Empy Effendi, Hartono Zuang .2005. E-learning Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Andi
Yogyakarta

Hakim, A.B., 2016. Efektifitas Penggunaan E-Learning Moodle, Google Classroom Dan Edmodo.
I-STATEMENT: Information System and Technology Management (e-Journal), 2(1).

Hartanto, A.A, dan Ono W. Purbo, Teknologi E-learning Berbasis PHP dan MySQL, Elex Media
Komputindo: Jakarta, 2002.

Heidegger, The Question Concerning Technology, New York: Harper & Row, 1977. Idris, Naswil,
Pengembangan dan Peranan Sumber Daya Manusia di Era Teknologi Informasi, Semarang,
2001.

Indian Research Journal of Extension Education, 12(3), pp.132-135.

McLuhan, Marshall, Understanding Media: The Extensions of Man, New York: McGraw Hill,
1964.

Miarso, Yusuf Hadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Kencana: Jakarta, 2004. Oetomo,
B.S.D., E-education: Konsep, Teknologi dan Aplikasi Internet Pendidikan, Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2002.

Muhammad, S., 2014. Efektivitas Pembelajaran Media E-Learning Berbasis Web Dan
Konvensional Terhadap Tingkat Keberhasilan Belajar Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Bina Darma Palembang). SNASTIKOM 2014, 1.

Patmanthara, Saad, Pengintegrasian ICT dengan Menggunakan Model Blended Learning untuk
Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Sekolah”, makalah dalam Seminar dan Pelatihan
Implementasi ICT dalam Proses Pembelajaran, LPMP Bandung, 2006.

Prakoso, Kukuh Setyo, Membangun E-learning dengan Moodle, Penerbit Andi: Yogyakarta, 2005.

Prawiradilaga Dewi S. dan Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, Prenata Media:
Jakarta, 2004

Rohmah, L., 2016. Konsep E-Learning Dan Aplikasinya Pada Lembaga Pendidikan Islam. An-
Nur, 3(2).

Romisatriawahono. (2008). [online] Available FTP: http://www.


romisatriawahono.net/2008/01/23. Tanggal akses: 6 Agustus 2016.

Waller, V. and Wilson, J. 2001. A definition for e-learning. TheODL QC Newsletter, pp. 1-2.

15
Yusuf. (2022). Pembelajaran Adaptif dan Contohnya. Retrieved from Edumaster:

https://edumasterprivat.com/pembelajaran-adaptif-dan-contohnya/amp/ Pepita. (2023,


AGUSTUS 04). Artificial Intelligence (AI) dalam Pembelajaran Adaptif. Retrieved from REFO:

https://www.refoindonesia.com/artificial-intelligence-aidalam-pembelajaran-adaptif/ Elyas, A. H.
(2018). PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN E-LEARNING DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN. Jurnal Warta Edisi : 56. Nandy. (2021). E-
Learning: Pengertian, Sejarah, Manfaat, Kekurangan. Retrieved from

www.gramedia.com: https://www.gramedia.com/best-seller/e-learning/#Manfaat_ELearning

16

Anda mungkin juga menyukai