Anda di halaman 1dari 24

Makalah

ANALISIS KEBUTUHAN PENERAPAN E-LEARNING

Disusun untuk Memenuhi


Tugas Perkuliahan Mata Kuliah Analisis Kebutuhan Pelatihan

Dosen:
Prof. Dr. Abd. Hasan Saragih, M.Pd
Prof. Dr. Efendi Napitupulu, M.Pd

Disusun oleh:
Sakdiyah Sirait (8206122010)
Yusuf Ijonris (820612012)
Lasrin Leonardus Situmorang (8214021021)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan
kemurahan hati-Nya. Kami kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Analisis Kebutuhan Penerapan E-Learning” pada Mata Kuliah Analisis Kebutuhan
Pelatihan”. Penulis (kelompok 4) juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Dr.
Abd. Hasan Saragih, M.Pd selaku dosen pengampu pada mata kuliah Analisis Kebutuhan
Pelatihan.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, diharapkan adanya saran dan kritik yang membangun untuk makalah yang lebih baik.
Untuk itu, manfaat dari adanya makalah ini untuk memperkaya khazanah pengetahuan dalam
mata kuliah Analisis Kebutuhan Pelatihan.

Medan, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan...................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Defenisi e-learning................................................................... 3
2.2. Karakteristik e-learning ........................................................... 5
2.3. Komponen e-learning............................................................... 6
2.4. Manfaat e-learning ................................................................... 7
2.5. Kelebihan dan kekurangan e-learning ..................................... 7
2.6. Analisis Kebutuhan e-learning................................................. 9
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 13
B. Saran.............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah mempengaruhi semua
aspek yang ada, seperti aspek ekonomi, budaya, politik, sosial, pertahanan keamanan,
pekerjaan rumah tangga bahkan dunia pendidikan sekalipun. Melihat peran penting TIK
dalam pembelajaran, maka pada pelaksanaannya banyak sekali model pembelajaran
berbasiskan TIK. Oleh karena itu, program studi Teknologi Pendidikan (Strata-1) merasa
perlu untuk menerapkan model pembelajaran tersebut, yaitu dengan memberlakukan model
pembelajaran e-learning. Program studi Teknologi Pendidikan (Strata-1) merupakan salah
satu prodi yang telah menerapkan e-learning dalam proses pembelajarannya, penerapan e-
learning sudah sejak lama diterapkan dan diuji coba oleh beberapa dosen program studi
Teknologi Pendidikan (Strata-1). Uji coba kepada mahasiswa dilakukan baik dalam skala
kecil maupun besar. Dilakukan juga analisis sarana dan prasarana (teknologi dan tools pada
platform). Hasilnya, mahasiswa Teknologi Pendidikan sudah paham aspek teknis tetapi kultur
belajar yang menuntut kemampuan menyampaikan pesan secara elektronik dan kemandirian
belajar masih cukup rendah. Dari hasil analisis, Program Studi Teknologi Pendidikan (Strata-
1) pada bulan Mei tahun 2009 akhirnya meresmikan model pembelajaran tersebut. Hal ini
ditandai dengan peluncuran situs resmi jurusan yaitu www.web-bali.net. Dalam e-learning
menggunakan konsep Learning Managemant System (LMS) dan Learning Content
Management System (LCMS), yang pengaplikasiannya menggunakan platform Caroline,
Moodle, Dokeos, A-tutor, dan sebagainya.
Dalam penerapan e-learning, tenaga pendidik dan peserta didik memiliki perannya
masing-masing. Tenaga pendidik (guru/dosen/instruktur ataupun widyaiswara) memiliki
peran sebagai fasilitator dan pembimbing dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan peserta
didik (siswa dan mahasiswa) memiliki peran sebagai konstruktor pengetahuan, pembelajar
mandiri (independent learners), dan pemecah masalah (problem solvers). Kondisi tersebut
telah menyebabkan e-learning menjadi pusat perhatian khususnya dalam pendidikan untuk
terus dikaji, diterapkan, dan diperbaiki dari berbagai aspek oleh para pakar dan praktisi
pendidikan untuk digunakan dalam pendidikan formal dan nonformal. Sebagai sesuatu yang
baru, penerapan e-learning mungkin masih jauh dari sempurna jika dibandingkan antara apa
yang seharusnya (secara konseptual) dengan praktik pelaksanaannya (secara faktual). E-
learning telah menjadi isu penelitian dan kajian kontemporer dalam dunia pendidikan dewasa
ini. Melihat kondisi tersebut maka program studi Teknologi Pendidikan (Strata-1) Fakultas

1
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta merasa perlu untuk ikut serta dalam
mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran e-learning dalam proses
pembelajaran. Hal ini merujuk kepada Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional (SK
Mendiknas) pada tanggal 24 September 2001. SK Mendiknas tersebut berisi tentang
himbauan kepada perguruan tinggi konvensional untuk menyelenggarakan pendidikan jarak
jauh yang berbasis jaringan.
Sejak ditemukannya teknologi internet, hampir segalanya menjadi mungkin dalam
dunia pendidikan. Saat ini peserta didik dapat belajar tidak hanya dimana saja tetapi sekaligus
kapan saja dengan fasilitas sistem electronic learning yang ada. E-learning kini semakin
dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan dan pelatihan, baik di
negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang, khususnya Indonesia.
Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk e-learning namun pada
prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronik sebagai alat
bantunya. Istilah e-learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar
yang menguraikan tentang definisi e-learning dari berbagai sudut pandang. Menurut Khan
(2005:3), e-learning dapat dijadikan sebagai pendekatan inovatif untuk mendistribusikan
desain yang baik, pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, interaktif, dan
memfasilitasi lingkungan pembelajaran untuk setiap orang, kapan saja dengan menggunakan
atribut-atribut dan sumber-sumber dari bermacammacam teknologi digital selama materi
pembelajaran tersebut cocok untuk pembelajaran terbuka, fleksibel dan lingkungan
pembelajaran, sedangkan Clark dan Mayer (2003:13) memiliki pandangan lain tentang
pengertian e-learning. Menurut ketiga pakar, e-learning memiliki beberapa elemen-elemen
tentang apa, bagaimana, dan mengapa. Sementara Holmes dan Gardner (2006:10)
menyatakan bahwa e-learning menawarkan peluang baru bagi instruktur dan peserta didik
untuk memperkaya pengalaman pembelajaran dan mengajar melalui lingkungan virtual yang
mendukung tidak hanya dalam penyampaiannya saja tetapi juga penjelajahannya dan
penerapan informasi. Istilah e-learning juga mengandung pengertianyang sangat luas,
sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang definisi e-learning dari berbagai sudut
pandang. Salah satu definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak dari Wahono (2008:11)
yang menyatakan bahwa e-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet,
intranet atau media jaringan komputer lain. Dabbagh dan Ritland (2005:15) menyebut e-
learning dengan istilah online learning yang mendefinisikan pembelajaran online sebagai
lingkungan pembelajaran terbuka dan terdistribusi alat-alat pedagogik, internet, teknologi

2
berbasis jaringan, untuk memfasilitasi pembelajaran dan membangun ilmu pengetahuan
melalui aksi dan interaksi. E-learning merupakan pembelajaran yang dapat dilakukan dimana
saja dan kapan saja, tergantung pada kebutuhan sumber daya manusia(pengajar, dosen,
instruktur, dan peserta didik) yang melakukan kegiatan pembelajaran e-learning tersebut.
Dari beberapa pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa e-learning adalah
pendekatan inovatif untuk mendistribusikan desain yang baik, pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik, interaktif, dan pembelajaran untuk setiap orang, kapan saja dengan
menggunakan atribut-atribut dan sumbersumber dari bermacam teknologi digital selama
materi pembelajaran tersebut cocok untuk pembelajaran terbuka, fleksibel, dan lingkungan
pembelajaran. Dalam penerapan e-learning, ada beberapa proses komponen yang harus
dilakukan, yaitu (1) konten yang relevan dengan tujuan belajar; (2) menggunakan metode
pembelajaran, seperti contoh dan praktik untuk membantu belajar; (3) menggunakan elemen
media seperti kalimat dan gambar untuk mendistribusikan konten dan metode belajar; (4)
pembelajaran dapat dilakukan secara langsung dengan instruktur (synchronous) ataupun
belajar secara individu (asynchronous); serta (5) membangun wawasan dan teknik baru yang
dihubungkan dengan tujuan belajar.
Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi informasi telah dimanfaatkan menjadi salah
satu sarana pendukung pada proses pembelajaran yang kehadirannya wajib tersedia, baik itu
berupa komputer, laboratorium komputer maupun internet. Inovasi terkini dibidang teknologi
informasi pada dunia pendidikan telah melahirkan model pembelajaran berbasis elektronik
yang dikenal dengan istilah elektronik learning (e-learning). Istilah e-learning berarti proses
pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh teknologi informasi. Ardiansyah (2013)
dan Karwati (2014) mendefinisikan e-learning sebagai suatu proses belajar mengajar yang
memanfaatkan teknologi informasi dan tidak mengharuskan adanya tatap muka secara
langsung antara guru dan siswa. Pada prinsipnya e-learning menggunakan sumberdaya
sebuah komputer yang terhubung dengan jaringan internet.
Penerapan e-learning di Indonesia masih relatif baru, padahal terdapat 12-15%
perguruan tinggi di dunia telah menggunakan e-learning dan mobile learning pada proses
pembelajarannya Steinacker (2006). Inovasi ini diprediksi akan semakin berkembang di masa
yang akan datang, tercatat lembaga pendidikan yang telah menerapkan e-learning pada tahun
2009 sebanyak 44%, sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 81% (Anggasta dkk, 2012).
Banyak manfaat yang didapatkan dengan menerapkan media ajar berbasis e-learning
diantaranya dapat membantu kemandirian mahasiswa dalam pembelajaran disebabkan materi
ajar tersedia terus menerus (Sukamto, 2012) karena dapat diakses kapanpun dan dari

3
manapun, dapat juga meningkatkan pemahaman mahasiswa(Budi, 2012), selain itu secara
tidak langsung dapat pula meningkatkan kemampuan dosen dan mahasiswa dalam
penggunaan perangkat teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan media ajar e-
learning di Indonesia khususnya pada tingkat pendidikan di perguruan tinggi cukup maju dan
berhasil. Karena itu penting bagi sebuah perguruan tinggi untuk menerapkan konsep ini
dalam proses pembelajarannya.
Pada proses pengembangan media ajar e-learning banyak hal yang harus
dipertimbangkan agar media ajar e-learning yang dibangun sesuai dengan kebutuhan institusi
sehingga tujuan dan manfaat media ajar e-learning yang diharapkan dapat tercapai. Oleh
karena itu perlu dilakukan sebuah analisis kebutuhan pada pengembangan media ajar e-
learning, terutama kebutuhan yang diperlukan untuk implementasi media ajar e-learning
nantinya, seperti analisis kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan
untuk pengembangan media ajar e-learning, penentuan atau identifikasi aktor yang berperan
pada media ajar e-learning. Selain itu diperlukan juga analisis terhadap proses pembelajaran
dan penggunaan media ajar yang sudah berjalan agar sistem yang diusulkan dapat menunjang
proses pembelajaran yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
Pendidikan berbasis teknologi merupakan sebuah kegiatan dimana didalamnya terdapat
peserta didik dan pendidik yang berada dalam sebuah lingkungan belajar mengadakan
kegiatan pembelajaran dimana teknologi digunakan sebagai alat bantu untuk membantu
proses berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
Teknologi pembelajaran “Memfokuskan pada proses bagaimana teknologi perangkat
lunak dan perangkat keras digunakanuntuk mengkomunikasikan pengetahuan, keterampilan,
atau sikap kepada pembelajar, sehingga pembelajar mengalami perubahan perilaku
sebagaimana yang diharapkan”
E-learning merupakan kegiatan pembelajaran konvensional yang dituangkan kedalam
format digital dengan memanfaatkan teknologi komputer dan internet sebagai media &
sumber ajar.
Tujuan utama penelitian ini adalah melakukan analisis kebutuhan untuk pengembangan
media ajar e-learning di Politeknik Negeri Lampung. Analisis dilakukan terhadap sistem
berjalan dengan analisis PIECES. Hasil analisis PIECES digambarkan dalam bentuk mapping
chart. Selain itu juga dilakukan analisi kebutuhan secara fungsional dan non-fungsional.
Tujuan lain adalah mengidentifikasi aktor yang akan berperan pada media ajar dan
digambarkan dalam bentuk use case diagram.

4
1.2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
a. Apa defenisi e-learning?
b. Apa karakteristik e-learning?
c. Apa komponen e-learning?
d. Apa manfaat e-learning?
e. Apa kelebihan dan kekurangan e-learning?
f. Bagaimana analisis kebutuhan penerapan e-learning?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penulisan dalam makalah
ini adalah :
a. Untuk mengetahui defenisi e-learning.
b. Untuk mengetahui karakteristik e-learning.
c. Untuk mengetahui komponen e-learning.
d. Untuk mengetahui manfaat e-learning.
e. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan e-learning.
f. Untuk mengetahui analisis kebutuhan penerapan e-learning.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi dan Konsep Dasar E-Learning


Istilah e-learning memiliki pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang
menjabarkan mengenai definisi e-learning dari berbagai sudut pandang. Salah satu definisi
yang dapat diterima banyak pihak seperti dikemukakan Darin E. Hartley [Hartley, 2001] : “e-
learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya
bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan
komputer lain.” Pada situs www.learnframe.com dalam glossary of e-learning Terms
[Glossary, 2001], dinyatakan suatu definisi e-learning yang lebih luas, yaitu : “e-learning
adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar
mengajar dengan media Internet, jaringan komputer maupun komputer stand alone.” Kedua
definisi tersebut menjelaskan mengenai metode belajar mengajar, menggunakan media
komunikasi antar komputer dan aplikasi elektronik pendukung e-learning. Berdasarkan
definisi tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa; pertama, e-learning merupakan metode
belajar mengajar baru yang menggunakan media jaringan komputer dan Internet; kedua,
tersampaikannya bahan ajar melalui media elektronik; ketiga, adanya sistem dan aplikasi
elektronik untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Ketiga kesimpulan tersebut pada
akhirnya membentuk komponen-komponen pembentuk e-learning yang tidak terpisahkan
satu dengan lainnya.

B. Karakteristik E-learning

Ada dua macam karakteristik yang di kemukakan oleh Rosenberg dan Nuesalam.
Berikut ini adalah karakteristiknya.

Karakteristik E-Learning Menurut Rosenberg (2001)

Menurut Rosenberg, karakteristik E-learning bersifat jaringan, yang membuatnya


mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali,
mendistribusikan, dan sharing (membagikan) pembelajaran dan informasi.

Karakteristik E-learning Menurut Nursalam (2008:135)

Berikut adalah karakteristik e-learning menurut Nursalam, yaitu : 1). Memanfaatkan


jasa teknologi elektronik. 2). Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan
komputer networks) 3). Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri (self learning

6
materials) kemudian disimpan di komputer, sehingga dapat diakses oleh doesen dan
mahasiswa kapan saja dan dimana saja.

Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal


yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.

C. Komponen-Komponen E-Learning

Menurut Romisatriawahono (2008), komponen yang membentuk e-learning adalah:

a. Infrastruktur E-Learning

Infrastruktur e-learning adalah peralatan yang digunakan dalam e-learning yang dapat
berupa Personal Computer (PC), jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia.
Termasuk di dalamnya peralatan teleconferenceapabila kita memberikan layanan
synchronous learning yakni proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar
sedang mengajar dan murid sedang belajar melalui teleconference.

b. Sistem dan Aplikasi E-Learning

Sistem dan aplikasi e-learning juga sering disebut dengan Learning Management
System (LMS). Learning management system (LMS) adalah sistem perangkat lunak yang
mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional guna administrasi, dokumentasi,
laporan suatu program pelatihan, ruangan kelas dan peristiwa online, program e-learning, dan
konten pelatihan (Ellis, 2009)

Contohnya segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar
seperti, bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem
penilaian (rapor), serta sistem ujian online yang semuanya terakses dengan internet.

c. Konten e-learning
Konten e-learning adalah konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning sistem
(Learning Management System). Konten dan bahan ajar ini dapat berupa bentuk misalnya,
Multimedia-based Content atau Text-based Content.
Multimedia-based Content adalah konten berbentuk multimedia interaktif seperti
multimedia pembelajaran yang memungkinkan kita menggunakan mouse, keyboard untuk
mengoperasikannya.

Sedangkan Text-based Content adalah konten berbentuk teks seperti pada buku
pelajaran yang ada di wikipedia.org, ilmukomputer.com, dan lain-lain.

7
Biasa disimpan dalam Learning Management System (LMS) sehingga bisa dijalankan
oleh peserta didik kapan pun dan dimana pun.

Aktor yang ada dalam pelaksanakan e-learning dapat dikatakan sama dengan proses
belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya pengajar atau dosen yang membimbing
siswa yang menerima bahan ajar dan administrator yang mengelola administrasi dan proses
belajar mengajar.

D. Manfaat e-Learning

Manfaat e-learning menurut Smaratungga ( 2009) adalah sebagai berikut.

 Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau
instruktur (enhance interactivity).
 Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and
place flexibility).
 Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global
audience).
 Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy
updating of content as well as archivable capabilities).
 Secara terperinci, Smaratungga (2009) mengemukakan manfaat e-learning yang dapat
dilihat dari dua sudut yakni :

Dari Sudut Peserta Didik

Dari sudut peserta didik kegiatan e-learning akan memberikan manfaat untuk peserta didik
yang:

 Belajar di sekolah-sekolah kecil di daerah-daerah miskin untuk mengikuti mata


pelajaran tertentu yang tidak dapat diberikan oleh sekolahnya.
 Mengikuti program pendidikan keluarga di rumah (home schoolers) untuk
mempelajari materi pembelajaran yang tidak dapat diajarkan oleh para orangtuanya,
seperti bahasa asing dan keterampilan di bidang komputer.
 Merasa phobia dengan sekolah, atau peserta didik yang dirawat di rumah sakit
maupun di rumah, yang putus sekolah tetapi berminat melanjutkan pendidikannya,
yang dikeluarkan oleh sekolah, maupun peserta didik yang berada di berbagai daerah
atau bahkan yang berada di luar negeri, dan ;

8
 Tidak tertampung di sekolah konvensional untuk mendapatkan pendidikan.

Dari sudut instruktur

Dengan adanya kegiatan e-learning, beberapa manfaat yang diperoleh instruktur adalah
bahwa instruktur dapat:

 Lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung-


jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi,
 Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya
karena waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak,
 Mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan instruktur juga dapat mengetahui
kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik
dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang,
 Mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah
mempelajari topik tertentu, dan
 Memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.

E. Kelebihan dan Kekurangan E-learning

Kelebihan E-Learning

Berikut adalah kelebihan e-learning Triluqman (2007) yaitu :

 Tersedianya fasilitas e-moderating dimana pendidik dan peserta didik dapat


berkomunikasi dengan mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja
kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan
waktu.
 Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
tersruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai
sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
 Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja
kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
 Apabila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan
yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet.

9
 Baik pendidik maupun peserta didik dapat melaksanakan diskusi melalui internet
yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
 Berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif.
 Relatif lebih efisien. Contohnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi
atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang
bertugas di kapal, di luar negeri, dan sebagainya.

Kekurangan E-Learning

Selain kelebihan, Triluqman (2007) juga mengemukakan kekurangan dari e-learning, yaitu
sebagai berikut.

 Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik bahkan antar-peserta didik itu
sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat bentuknya values dalam proses
belajar-mengajar.
 Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis.
 Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
 Berubahnya peran pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional.
 Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
 Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan
masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).
 Kurangnya penguasaan komputer.

Filosofis E-Learning

Cisco (dalam Suyanto,2005) mengemukakan beberapa filosofis e-learning, diantaranya


sebagai berikut.

E-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan, secara on-


line.

 E-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara
konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku text, CD-ROM, dan

10
pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan
globalosasi.
 E-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas,
tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan isi dan pengembangan
teknologi pendidikan.
 Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya.
Semakin baik keselarasan antar isi dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka
akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih

C. Contoh Rancangan E-Learning Komunitas Pendidikan Home Schooling


Komunitas Pendidikan Home Schooling sebagai salah satu lembaga pendidikan,
tentunya tidak dapat melepaskan diri dari penggunaan e-learning. E-learning telah dipandang
sebagai salah satu metode belajar mengajar yang cukup efektif untuk memberikan fasilitas
penyampaian bahan ajar kepada para siswa. Untuk itu perlu diimbangi dengan tersedianya
komponen-komponen pendukung e-learning tersebut sehingga komunitas Pendidikan Home
Schooling dapat melaksanakan e-learning. Tahapan pelaksanaan e-learning dapat kita
jelaskan pada pembahasan berikut:

1. Perencanaan e-learning
Sebelum pelaksanaan e-learning, tentunya diperlukan perencanaan yang matang
dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan yang terdapat di Komunitas Home Schooling
(Sekolah Rumah). Kondisi yang terdapat di Komunitas Sekolah Rumah adalah :
 Komunitas Sekolah Rumah merupakan komunitas yang pada umumnya memiliki
komputer.
 Komunitas Sekolah Rumah mulai aktif di Indonesia sejak tahun 1986 dan terus
berkembang.
 Jumlah siswa jenjang SD, SMP dan SMA yang mengikuti Komunitas Sekolah Rumah
terus bertambah.
 Tenaga pengajar yang terdiri dari orangtua dan guru privat. Sedangkan kebutuhan
infrastruktur yang terdapat di Komunitas Sekolah Rumah adalah :
a. Memerlukan bandwidth Internet yang cukup besar untuk server hosting -nya.
b. Memerlukan infrastruktur yang memadai untuk pelaksanaan proses pembelajaran
seperti server berkinerja tinggi.
c. Memerlukan bahan ajar yang terbaru, up to date dan selangkah maju ke depan.

11
d. Memerlukan sarana komunikasi yang memadai dan reliable.
Berdasarkan kondisi dan kebutuhan tersebut, maka disusunlah suatu perencanaan yang
melibatkan tim peneliti e-learning dari UMN. Perencanaan e-learning di Komunitas Sekolah
Rumah terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :

2. Persiapan infrastruktur pengembangan e-learning Infrastruktur untuk pengembangan e-


learning adalah berupa satu web server berkinerja tinggi dan koneksi Internet. Juga
dibutuhkan jaringan komputer yang dibutuhkan untuk melaksanakan training e-learning
kepada guru dan siswa. Jaringan komputer berikut koneksi Internet dibutuhkan sebagai
media e-learning agar dapat tersampaikan kepada penggunanya. Komputer client di pihak
siswa dan guru dengan spesifikasi yang memadai diperlukan supaya isi e-learning dapat
diakses dengan mudah oleh pengguna e-learning. Web server sebagai host
LMS berfungsi untuk melayani proses mengunggah (upload) materi pembelajaran oleh
para guru dan mengunduh (download) materi pembelajaran oleh para siswa. Model jaringan
yang digunakan adalah client server dengan penggunaan maksimal pada thin client, dimana
PC client dengan spesifikasi minimum masih dapat mengakses e-learning.

3. Persiapan Konten dan Konteks e-learning


Konten berupa bahan ajar yang akan disampaikan melalui media e-learning perlu
dipersiapkan dengan baik. Bahan ajar itu sendiri dapat terdiri dari text based content dan
multimedia based content. Biasanya, pada text based content berupa file-file presentasi dan
file-file pendukung materi atau bahan ajar, sedangkan pada multimedia based content berupa
file-file lecturer’s voice atau video description dan juga animasi untuk menggambarkan
simulasi materi. Selain itu juga materi kuliah yang akan disampaikan perlu disesuaikan
dengan kurikulum yang berlaku.
Penyiapan materi bahan ajar dilakukan oleh guru pengampu mata pelajaran. Materi
bahan ajar yang disampaikan pada media e-learning dapat dipersiapkan oleh tim penyaji
materi yang terdiri dari para guru dan administrator e-learning ataupun dapat dipersiapkan
oleh guru pengampu mata pelajaran itu sendiri. Materi bahan ajar akan lebih menarik apabila
ditambahkan gambargambar pendukung, ilustrasi presentasi ataupun filefile animasi untuk
keperluan simulasi mata pelajaran.
Untuk keperluan tersebut diperlukan seorang graphic designer atau animator untuk
membantu penyajian materi sehingga lebih menarik.

12
4. Persiapan sistem e-learning
Persiapan sistem e-learning yang mendukung metode belajar mengajar mutlak
diperlukan sebelum “launching” media e-learning itu sendiri. Saat ini, begitu banyak LMS
yang tersedia dipasaran, baik yang bersifat proprietary maupun yang bersifat open source.
Menurut Attwell [1] masing-masing LMS memiliki keunggulan dan kelemahannya
sendirisendiri, terutama dalam hal dokumentasi, ketersediaan sistem pendukung, dukungan
vendor atau komunitas, hingga kemampuan untuk kustomisasi paket. Secara umum, LMS
memiliki fasilitas-fasilitas standar seperti:
- Fasilitas kelengkapan belajar mengajar, terdiri dari: Daftar Mata pelajaran dan
Kategorinya, Silabus Mata pelajaran, Materi Kuliah (Berbasis Text atau Multimedia), Daftar
Referensi atau Bahan Bacaan.
- Fasilitas diskusi dan komunikasi, terdiri dari: Forum Diskusi atau Mailing List,
Instant Messenger untuk Komunikasi Realtime, Papan Pengumuman, Porfil dan Kontak
Instruktur, File and Directory Sharing),
- Fasilitas ujian dan penugasan, terdiri dari: Ujian Online (Exam), Tugas Mandiri
(Assignment), Rapor dan Penilaian. Sifat dasar LMS proprietary adalah memiliki source
code tertutup, memiliki keterbatasan dalam hal kustomisasi paket dan seringkali memiliki
celah keamanan yang kurang dapat dideteksi secara dini, akan tetapi memiliki dukungan
vendor yang sangat baik. Sedangkan sifat dasar LMS open source adalah memiliki source
code terbuka (dapat dibaca), memiliki fleksibilitas untuk kustomisasi paket, memiliki celah
keamanan yang dapat diketahui lebih dini, menggunakan standar pengembangan dan
konektivitas terbuka akan tetapi seringkali kurang memiliki dukungan vendor yang cukup
baik.

 Strategi Implementasi E-Learning


Berdasarkan penjelasan diatas, tim peneliti memutuskan untuk menggunakan Moodle
sebagai basis pengembangan e-learning pada Komunitas Pendidikan Home Schooling.
Adapun strategi implementasi untuk pengembangan e-learning berbasis open source di
Komunitas Pendidikan Home Schooling adalah sebagai berikut :

1. Infrastruktur e-learning
Infrastruktur untuk pengembangan e-learning terdiri dari lab komputer, jaringan komputer
termasuk koneksi Internet, beberapa komputer client dengan spesifikasi yang memadai dan
satu web server berikut database server berkinerja tinggi. Selain itu diperlukan pula

13
pengambilan Domain Name, dalam hal ini adalah sekolahrumah.org, disertai dengan
hostingnya.

2. Konten dan Konteks e-learning


Bahan ajar itu sendiri dapat terdiri dari text based content dan multimedia based content.
Penyediaan text based content dilaksanakan oleh para guru pengampu mata pelajaran. Setiap
guru diwajibkan untuk membuat materi presentasi dalam format presentasi (misalkan .ppt,
.pdf, .odp, .sxi dll) yang selanjutnya ditampilkan pada media e-learning. Referensi
pendukung presentasi juga harus ditampilkan dalam format standar (misalkan .html, .pdf),
sehingga siswa mendapatkan gambaran mata pelajaran secara komprehensif.
Untuk mendukung multimedia based content, setiap tatap muka guru dengan siswa,
pembicaraan guru direkam dengan alat voice recorder, untuk selanjutnya dikonversi
kedalam format audio digital (misalkan : .wav, .ogg). Selain itu juga perlu dipersiapkan
format video digital (misalkan : .mpeg, .real) yang bersifat presentasi searah / monolog guru
mengenai mata pelajaran yang diajarkan. Format audio dan video digital tersebut selanjutnya
disajikan pada media e-learning, sehingga format-format tersebut dapat didownload oleh
siswa. Untuk keperluan konten multimedia dan teks, perlu disediakan hal-hal sebagai
berikut; 4 (empat) buah Voice Recorder untuk merekam pembicaraan guru.

3. Sistem e-learning
Sistem e-learning yang akan digunakan adalah Moodle, diinstalasikan pada sistem operasi
GNU/ Linux yang bersifat open source, sehingga tidak membutuhkan biaya tambahan untuk
aplikasi e-learning. Untuk keperluan sistem e-learning, dibutuhkan beberapa hal seperti
dibawah ini :
1. Sistem Operasi GNU/Linux (Debian / Ubuntu) dengan aplikasi server :
a. Berkeley Internet Name Domain (BIND) –DNS Server Application, versi terbaru (www.
bind9.net).
b. Apache Web Server versi terbaru (www.apache.org).
c. PHP – Application Server, versi terbaru (www.php.net).
d. MySQL – Database Server, versi terbaru (www.mysql.com).
2. LMS Moodle – e-learning (www.moodle.org).
3. Tampilan homepage sekolahrumah.org serta

14
F. Analisis Kebutuhan Penererapan E-learning

Contoh 1. Analisis Kebutuhan Penererapan E-learning


Tahap analisis kebutuhan pada pengembangan sebuah sistem informasi merupakan
sebuah tahapan yang penting, pada tahap ini sistem yang sudah ada dipelajari dan diamati
kemudian hasilnya dapat digunakan untuk mengusulkan sebuah sistem baru yang akan
dikembangkan. Tahap analisis kebutuhan yang dilakukan adalah: analisis sistem berjalan,
identifikasi aktor dan rancangan use case diagram, analisis kebutuhan fungsional dan non-
fungsional. Tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Analisis Sistem Berjalan


Analisis sistem berjalan adalah tahap awal yang dilakukan untuk memahami kebutuhan media ajar
e-learning yang akan dikembangkan. Analisis sistem berjalan berfungsi untuk memahami dan mengetahui
proses bisnis pada proses belajar mengajar yang sedang berjalan dan menemukan kelemahannya jika ada
agar kelemahan tersebut dapat diatasi pada media ajar yang akan dikembangkan. Tahap ini dilakukan
melalui wawancara dan diskusi dengan Kepala Program Studi, Dosen Pengampu matakuliah dan
Mahasiswa. Untuk melengkapi kesimpulan dari hasil wawancara dan diskusi juga dilakukan telaah
dokumen terhadap perangkat ajar yang telah ada. Hasil analisis dari tahap ini digambarkan dalam bentuk
mapping chart seperti disajikan pada gambar 1.

2. Analisi Kebutuhan Fungsional E-learning


Al-Fatta (2007) mengatakan kebutuhan fungsional merupakan bagian penting dalam
melakukan analisis kebutuhan pengembangan sebuah sistim informasi. Kebutuhan fungsional
dianalisis guna mengetahui informasi apa yang diharapkan ada pada sistem yang akan
dikembangkan.
Dari mapping chart pada gambar 1, terlihat pada sistem berjalan ada 3 aktor yang
berperan dalam proses belajar mengajar, yaitu : Jurusan, Dosen, dan Mahasiswa. Aktifitas
yang terjadi diantaranya adalah: penyediaan perangkat ajar, kegiatan belajar mengajar,
penilaian kegiatan belajar mengajar, hingga rekap nilai dan pengumuman hasil ujian.
Untuk aktifitas penyediaan perangkat ajar maka pada setiap awal semester sebelum
semester baru dimulai maka Jurusan akan mengirimkan surat Perubahan Perangkat Ajar
kepada Dosen pengampu matakuliah dengan memberi batas waktu pengajuan revisi.
Kemudian Dosen dapat melakukan revisi perangkat ajar jika ada perubahan, jika tidak ada

15
revisi maka surat dari jurusan akan diabaikan. Setelah batas waktu yang disepakati tercapai
maka Jurusan akan mencetak dan memperbanyak Perangkat Ajar dalam hal ini Buku
Panduan Praktikum (BPP) baik yang telah revisi ataupun yang tidak ada revisi. Setelah
perbanyakan perangkat ajar (Buku Panduan Praktikum / BPP) selesai maka Buku Panduan
Praktikum akan diberikan kepada Mahasiswa.
Ketika kegiatan belajar mengajar dimulai maka Dosen akan menyampaikan materi ajar dan
menyiapkan materi ujian dan akan memberikan penilaian berupa nilai tugas, nilai kuis, UTS,
UAP dan UAS sesuai dengan waktu yang sudah disepakati. Pada akhir semester Dosen akan
menilai proses belajar mengajar dan mengumpulkan rekap nilainya di Jurusan. Jurusan akan
mengumumkan rekap nilai. Mahasiswa akan mendapatkan laporan hasil belajarnya selama 1
semester.
Pada analisis sistem berjalan juga dilakukan analisis dari sudut pandang PIECES (Al-
Fatta 2007). PIECES adalah singkatan dari Performance – Information – Economic –
Control – Efficiency – Service, berikut adalah analisis PIECES terhadap sistem yang saat ini
berjalan disajikan pada Tabel 1.

16
Contoh 2. ANALISIS KEBUTUHAN E-LEARNING
Apakah perusahaan Anda membutuhkan elearning? Jika iya, apakah Anda telah
mengetahui kebutuhan elearning yang seperti apa? Elearning sendiri sangat banyak sekali
bentuknya. Untuk menganalis elearning seperti apa yang diinginkan, terlebih dahulu mari kita
pahami mengani pembagian mengenai kebutuhan elearning secara umum.

Dalam buku yang berjudul “Elearning Teori dan Aplikasi’ yang ditulis oleh Dian
Wahyuningsih, M.Pd dan Rakhmat Makmur” menjelaskan bahwa implementasi elearning
berdasarkan kebutuhannya terbagi menjadi tiga yaitu:
1. Pertama, Elearning memiliki fungsi sebagai supplement pada dimensi bentuk kegiatan
belajar apabila digunakan sebagai tambahan bagi pembelajaran tatap muka. Dimana
metode tatap muka masih mejadi bentuk utama dari kegiatan pembelajaran secara
keseluruhan dan elearning digunakan untuk memperkaya pengalaman belajar tersebut.
Penggunaan elearning ini terintegrasi didalam pembelajaran tatap muka yang biasanya
disebut pembelajaran difasilitasi web.
2. Kedua, elearning berfungsi sebagai complement pada dimensi bentuk kegiatan belajar
apabila digunakan untuk melengkapi pembelajaran tatap muka. Proporsi penggunaan
elearning dengan pembelajaran tatap muka dapat seimbang yang biasanya disebut
sebagai blended/hybrid learning. karena pada dasarnya baik elearning maupun
pembelajaran tatap muka memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri, sehingga dapat
saling melengkapi.
3. Ketiga, elearning berfungsi sebagai replacement pada dimensi bentuk kegiatan belajar
apabila digunakan sebagai pengganti pembelajaran tatap muka. Tujuannya untuk
membantu peserta didik mengelola kegiatan pembelajaran sehingga dapat menyesuaikan
dengan waktu dan aktivitas lainnya yang memiliki prioritas dan sama pentingnya.

17
Nah, setelah Anda menentukan kebutuhan elearning diatas, selanjutnya Anda tentukan
konsep elearning apa yang Anda inginkan? Tentunya setelah Anda mempunyai sistem
sebagai wadah untuk menyimpan elearning tersebut, yang dikenal dengan sebutan LMS
(Learning Management System).
Seperti apakah bentuk elearning yang anda butuhkan?
1. Real Video Shooting, yaitu tampilan dalam elearning Anda merupakan penjelasan
langsung dari SME (Subject Matter Expert), output elearning dalam bentuk video.
2. Animasi Video, yaitu video animasi yang mewakili SME untuk menyampaikan materi
dengan berbagai konsep pembelajaran yang relevan dengan materi yang ingin
disampaikan.
3. Campuran, yaitu dengan menggabungkan video real dengan animasi.
Semua pilihan bergantung kepada Anda. Kami sebagai vendor siap melayani setiap
kebutuhan Anda. Selanjutnya, tentukan mengenai strategi apa yang tepat serta dapat
mendukung tercapai tujuan dari diaksesnya elearning tersebut. Berikut beberapa strategi
penyampaian yang digunakan dalam elearning:
1. Storytelling
2. Scenario Base
3. Guided Learning
4. Case Study
5. Learning through Exploration and discovery (LEAD)

Untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam penerapan sistem e-learning pada
komunitas pendidikan sekolah rumah ini, maka metode penelitian yang digunakan merupakan
metode pengembangan sistem informasi yang terdiri dari analisis sistem, perancangan sistem,
pembangunan sistem, pengujian sistem, dan implementasi sistem.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
1. E-learning merupakan kegiatan pembelajaran konvensional yang dituangkan kedalam
format digital dengan memanfaatkan teknologi komputer dan internet sebagai media
& sumber ajar. Darin E. Hartley [Hartley, 2001] : “e-learning merupakan suatu jenis
belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan
menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.
2. Ada dua macam karakteristik yang di kemukakan oleh Rosenberg dan Nuesalam.
Berikut ini adalah karakteristiknya. Karakteristik E-Learning Menurut Rosenberg
(2001). Menurut Rosenberg, karakteristik E-learning bersifat jaringan, yang
membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan
kembali, mendistribusikan, dan sharing (membagikan) pembelajaran dan informasi.
Karakteristik E-learning Menurut Nursalam (2008:135) Berikut adalah karakteristik e-
learning menurut Nursalam, yaitu : 1). Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. 2).
Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan komputer networks) 3).
Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri (self learning materials) kemudian
disimpan di komputer, sehingga dapat diakses oleh doesen dan mahasiswa kapan saja
dan dimana saja.
3. Menurut Romisatriawahono (2008), komponen yang membentuk e-learning adalah:
Infrastruktur E-Learning, Sistem dan Aplikasi E-Learning, Konten e-learning
4. Manfaat e-learning menurut Smaratungga ( 2009) adalah sebagai berikut:
Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau
instruktur (enhance interactivity). Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran
dari mana dan kapan saja (time and place flexibility). Menjangkau peserta didik
dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience). Mempermudah
penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as
well as archivable capabilities).
5. Berikut adalah kelebihan e-learning Triluqman (2007) yaitu : Tersedianya fasilitas e-
moderating dimana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi dengan mudah
melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu
dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu. Pendidik dan peserta
didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang tersruktur dan

19
terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh
bahan ajar dipelajari. Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat
dan dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
Apabila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan
yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet. Baik pendidik maupun
peserta didik dapat melaksanakan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan
jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
yang lebih luas. Berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi
aktif. Relatif lebih efisien. Contohnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan
tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang
bertugas di kapal, di luar negeri, dan sebagainya. Kekurangan E-Learning Selain
kelebihan, Triluqman (2007) juga mengemukakan kekurangan dari e-learning, yaitu
sebagai berikut: Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik bahkan antar-
peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat bentuknya
values dalam proses belajar-mengajar. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik
atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis. Proses belajar
dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan. Berubahnya peran
pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional. Peserta
didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. Tidak
semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah
tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer). Kurangnya penguasaan komputer.
6. Untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam penerapan sistem e-learning
pada komunitas pendidikan sekolah rumah ini, maka metode penelitian yang
digunakan merupakan metode pengembangan sistem informasi yang terdiri dari
analisis sistem, perancangan sistem, pembangunan sistem, pengujian sistem, dan
implementasi sistem.

3.2 Saran
Sebaiknya dalam makalah dijabarkan lagi contoh penerapan e-learning.

20
DAFTAR PUSTAKA

Giovani Anggasta, Seno Adi Putra, Pitrasacha Aditya. 2012. Pengembangan aplikasi E-
university: Aplikasi mobile learning berbasis Java ME sebagai bagian integral
dari sistem e-learning. Industrial Engineering Conference On Telecommunication
(INDECT) 2012. Bandung.

I. K. A. E. Nugraha, A. Ketut and I. G. P. Sindu, "Analisis Pemanfaatan E-Learning Sebagai


Knowledge Management Dalam Mendukung Proses Pembelajaran Di Jurusan
Pendidikan Teknik Informatika Undiksha," KARMAPATI, vol. VI, no. 1, 2017.
[5] I. Indrawan, "Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Metode E-learning,"
Al-Afkar, vol. III, pp. 69-83, 2014.

Karwati, Euis. 2015. Pengaruh Pembelajaran E-learning untuk Meningkatkan Motivasi


Belajar Guru dan Siswa. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik
Informarmatika (SENAPATI 2015). Bali.

S. K. Behera, "E- and M-Learning : A Comparative study," International Journal on New


Trends In Eduaction and Their Implications, vol. IV, no. 3, pp. 65-78, 2013.

Sukamto, Binar Cipta Anggara. 2012. E-learning Berbasis Web dan Aplikasi Mobile. Jurnal
Teknik Elektro. Vol 1 No.2 Agustus 2012. ISSN 2252-4908.

21

Anda mungkin juga menyukai