Anda di halaman 1dari 22

MODEL PEMBELAJARAN DIGITAL

(BLENDED LEARNING & ABAD 21)


(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Pengembangan
Pembelajaran Literasi Digital)

Dosen Pengampu: I Ketut Suparya, M.Pd

Oleh:

1. Putu Novi Antini (2111031078)


2. Komang Adnyani (2111031044)
3. Ni Kadek Dea Widiantari (2111031066)
4. Kadek Duta Cipta Cahayani (2111031045)
5. Kadek Dedi Pebriandika (2111031041)
6. Gede Sanita (2111031083)

Kelas VI F PGSD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN DHARMA ACARYA
STAHN MPU KUTURAN
SINGARAJA
2024
PRAKATA
Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat-Nya, kami diberi kesempatan dan kemudahan dalam menyelesaikan
makalah yang berjudul Model Pembelajaran Digital, guna untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengembangan Pembelajaran Literasi Digital.

Adapun dalam penyusunan makalah ini, tidak mengalami hambatan


apapun sehingga makalah ini bisa terselesaikan. Tidak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada Bapak I Made Suparya, M.Pd selaku dosen pengampu mata
kuliah Pengembangan Pembelajaran Literasi Digital dan teman-teman yang
membantu dalam kelancaran pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini, masih memiliki banyak


kekurangan baik dalam hal penulisan ataupun materi. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Diharapkan makalah
ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai penunjang mata kuliah
Pengembangan Pembelajaran Literasi Digital serta dapat menambah
pengetahuan pembaca mengenai Model Pembelajaran Digital.

Om Shanti, Shanti, Shanti, Om.

Singaraja, 23 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Blended Learning ............................................................................. 4


2.2 Karakteristik Blended Learning .................................................................... 5
2.3 Model Blended Learning ............................................................................... 7
2.4 Kelebihan dana Kekurangan Blended Learning ............................................ 7
2.5 Penerapan Blended Learning ......................................................................... 8
2.6 Konsep Pembelajaran Abad 21 ..................................................................... 9
2.7 Prinsip Pokok Pembelajaran Abad 21 ......................................................... 10
2.8 Model Pembelajaran Abad 21 ..................................................................... 12
2.9 Aplikasi Pembelajaran Digital Abad 21 ...................................................... 14
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 16


3.2 Saran ............................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)


berlangsung sangat pesat, sehingga pantaslah para ahli menyebut gejala ini sebagai
revolusi. Sekalipun kemajuan tersebut masih dalam proses berjalan, sejak sekarang
sudah dapat diperkirakan akan terjadi berbagai perubahan dibidang informasi
maupun bidang-bidang kehidupan lain yang berhubungan, sebagai implikasi dari
perkembangan tersebut. Perubahan-perubahan yang akan dan sedang terjadi,
terutama disebabkan oleh potensi dan kemampuan TIK yang memungkinkan
manusia untuk saling berhubungan dan memenuhi kebutuhan mereka akan
informasi hampir tanpa batas. Dalam berhubungan satu dengan yang lain terdapat
beberapa keterbatasan yang dialami, seperti faktor jarak, waktu, jumlah, kapasitas,
kecepatan, dan lain-lain, kini dapat diatasi dengan dikembangkannya berbagai
teknologi informasi dan komunikasi mutakhir. Dengan menggunakan satelit
misalnya hampir tidak ada lagi batas, jarak, dan waktu untuk menjangkau khalayak
yang dituju dimanapun dan kapanpun. McLuhan (1965) mengemukakan
pendapatnya bahwa teknologi baru menjanjikan kepada umat manusia akan
terbentuknya “jendela dunia”, dan teknologi informasi dan komunikasi baru akan
membentuk “desa dunia”. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teknologi
informasi dan komunikasi baru membuat dunia semakin “kecil”.

Pembelajaran di abad 21 ini memiliki perbedaan dengan pembelajaran di


masa yang lalu. Dahulu, pembelajaran dilakukan tanpa memperhatikan standar,
sedangkan kini memerlukan standar sebagai acuan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Melalui standar yang telah ditetapkan, pendidik mempunyai
pedoman yang pasti tentang apa yang diajarkan dan yang hendak dicapai.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya hidup manusia,
baik dalam bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar. Memasuki abad 21
kemajuan teknologi tersebut telah memasuki berbagai sendi kehidupan, tidak
terkecuali dibidang pendidikan. Dosen dan mahasiswa, pendidik dan peserta didik
dituntut memiliki kemampuan belajar mengajar di abad 21 ini. Sejumlah tantangan

1
dan peluang harus dihadapi peserta didik dan pendidik agar dapat bertahan dalam
abad pengetahuan di era informasi ini (Yana, 2013).

Pentingnya pemahaman mengenai model perkembangan pembelajaran


digital akan mampu membantu para guru dan siswa dalam memudahkan mengakses
informasi dan pembelajaran. Selain itu, untuk dapat model pembelajaran digital
berbasis blended dan aplikasi pembelajaran digital di abad 21, akan di paparkan
dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
1.2.1 Bagaimana konsep Blended Learning?
1.2.2 Apa karakteristik Blended Learning?
1.2.3 Apa model Blended Learning?
1.2.4 Apa saja kelebihan dan kekurangan dari Blended Learning?
1.2.5 Bagaimana penerapan Blended Learning?
1.2.6 Apa konsep pembelajaran abad 21?
1.2.7 Apa prinsip pokok pembelajaran abad 21?
1.2.8 Bagaimana model pembelajaran abad 21?
1.2.9 Apa saja aplikasi pembelajaran digital abad 21?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan
penulisan sebagai berikut.

1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana konsep Blended Learning.

1.3.2 Untuk mengetahui apa saja karakteristik Blended Learning.

1.3.3 Untuk mengetahui model Blended Learning.

1.3.4 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Blended Learning.

1.3.5 Untuk mengetahui penerapan Blended Learning.

1.3.6 Untuk mengetahui konsep pembelajaran abad 21.

1.3.7 Untuk mengetahui prinsip pokok pembelajaran abad 21.

2
1.3.8 Untuk mengetahui model pembelajaran abad 21.

1.2.9 Untuk mengetahui apa saja aplikasi pembelajaran digital abad 21.

1.4 Manfaat Penulisan

Berdasarkan tujuan penulisan tersebut, maka manfaat yang diperoleh dari


penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi Penulis
Makalah ini dapat bermanfaat untuk mendalami, memahami dan
mengembangkan pengetahuan tentang materi model pembelajaran digital.
2. Bagi Pembaca
Manfaat penulisan makalah ini bagi pembaca yaitu menjadi salah satu
sumber referensi dan informasi bagi orang yang membaca makalah ini agar lebih
mengetahui dan memahami materi tentang model pembelajaran digital.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Blended Learning


Secara etimologi istilah Blended Learning terdiri dari dua kata yaitu blended
dan learning. Kata blend berarti “campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas
agar bertambah baik” (Collins Dictionary), atau formula suatu penyelarasan
kombinasi atau perpaduan (Oxford English Dictionary) (Heinze and Procter, 2006
(dalam buku pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi).
Sedangkan learning memiliki makna pola pembelajaran yang mengandung unsur
pencampuran, atau penggabungan antara satu pola dengan pola lainnya. Apa yang
dicampurkan? Elenena Mosa (2006) menyampaikan bahwa yang dicampurkan
adalah dua unsur utama, yakni pembelajaran di kelas (classroom lesson) dengan
online learning.

Sumber gambar: https://images.app.goo.gl/LWuKAPq5XfomA6m37


Garrison dan Vaughan (2008) mendefinisikan yang dikutip oleh Francine
S.Glazer, “Blended learning adalah proses pembelajaran campuran tatap muka
dengan online, sehingga menjadi pengalaman belajar yang unik. Menurut Josh
Bersin “Blended learning merupakan pembelajaran secara tradisional yang
dilengkapi media elektronik/media teknologi”

Sedangkan menurut Catlin R.Tucker, “Blended learning merupakan satu


kesatuan yang kohesif (berpadu/melekat), maksudnya adalah memadukan atau
menggabungkan pembelajaran tradisional tatap muka dengan komponen online”.

Selanjutnya menurut Kaye Thorne dan David Mackey,blended learning


merupakan pembelajaran campuran yang memanfaatkan teknologi multimedia,
CD-rom, voice-mail, e-mail, video streaming, dan lain sebagainya.

4
Dari definisi tersebut maka blended learning dapat diartikan sebagai suatu
pembelajaran yang menggabungkan atau mengombinasikan pembelajaran tatap
muka (face to face) dengan media TIK, seperti komputer (online maupun offline),
multimedia, kelas virtual, internet dan sebagainya.

2.2 Karakteristik Blended Learning


Adapun karakteristik dari blended learning yaitu:
a) Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model
pembelajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi
yang beragam.
b) Sebagai sebuah kombinasi pembelajaran langsung (face to face), belajar
mandiri, dan belajar mandiri via online.
c) Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian,
cara mengajar dan gaya pembelajaran.
d) Guru dan orangtua peserta belajar memiliki peran yang sama penting, guru
sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung.
Pembelajaran berbasis blended learning dimulai sejak ditemukan komputer,
walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi (blended). Terjadinya
pembelajaran, awalnya karena adanya tatap muka dan interaksi antara pengajar dan
pelajar, setelah ditemukan mesin cetak maka guru memanfaatkan media cetak. Pada
saat ditemukan media audio visual, sumber belajar dalam pembelajaran
mengombinasi antara pengajar, media cetak, dan audio visual. Namun blended
learning muncul setelah berkembangnya teknologi informasi sehingga sumber
dapat diakses oleh pembelajaran secara offline maupun online. Saat ini,
pembelajaran berbasis blended learning dilakukan dengan menggabungkan
pembelajaran tatap muka, teknologi cetak, teknologi audio, teknologi audio visual,
teknologi komputer, dan teknologi m-learning (mobile learning). Dalam blended
learning terdapat enam unsur yang harus ada, yaitu: (1) Tatap Muka, (2) Belajar
Mandiri, (3) Aplikasi, (4) Tutorial, (5) Kerjasama, Dan (6) Evaluasi.
1. Tatap Muka
Pembelajaran tatap muka sudah dilakukan sebelum ditemukannya teknologi
cetak, audio visual, dan komputer, pengajar sebagai sumber belajar utama.
2. Belajar Mandiri

5
Dalam pembelajaran berbasis blended learning, akan banyak sumber belajar
yang harus diakses oleh peserta didik, karena sumber-sumber tersebut tidak
hanya terbatas pada sumber belajar yang dimiliki pengajar atau
perpustakaan lembaga pendidikannya saja, melainkan sumber-sumber
belajar yang ada di perpustakaan seluruh dunia.
3. Aplikasi
Aplikasi dalam pembelajaran berbasis blended learning dapat dilakukan
melalui pembelajaran berbasis masalah, pelajar akan secara aktif
mendefinisikan masalah, mencari berbagai alternatif pemecahan, dan
melacak konsep, prinsip, dan prosedur yang dibutuhkan untuk memecahkan
masalah tersebut.
4. Tutorial
Pada tutorial, peserta didik yang aktif untuk menyampaikan masalah yang
dihadapi, seorang pengajar akan berperan sebagai tutor yang membimbing.
Meskipun aplikasi teknologi dapat meningkatkan keterlibatan pelajar dalam
belajar, peran pengajar masih diperlukan sebagai tutor.
5. Kerjasama
Keterampilan kolaborasi harus menjadi bagian penting dalam pembelajaran
berbasis blended learning. Hal ini tentu berbeda dengan pembelajaran tatap
muka konvensional yang semua peserta didik belajar di dalam kelas yang
sama di bawah pengawasan pengajar. Sedangkan dalam pembelajaran
berbasis blended, maka peserta didik bekerja secara mandiri dan
berkolaborasi.
6. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran berbasis blended learning tentunya akan sangat
berbeda dibanding dengan evaluasi pembelajaran tatap muka. Evaluasi
harus didasarkan pada proses dan hasil yang dapat dilakukan melalui
penilaian evaluasi kinerja belajar pelajar berdasarkan portofolio. Demikian
pula penilaian perlu melibatkan bukan hanya otoritas pengajar, namun perlu
ada penilaian diri oleh pelajar.

6
2.3 Model Blended Learning
Dalam Blended Learning secara umum terdapat 6 model, yaitu:
1. Face-to-Face Driver
Melibatkan siswa tidak hanya sekedar tatap muka di ruang kelas atau
laboratorium, melainkan melibatkan siswa dalam kegiatan di luar kelas
dengan mengintegrasikan teknologi web secara online.
2. Rotation
Mengintegrasikan pembelajaran online sambil bertatap muka di dalam kelas
dengan pengawasan guru atau pendidik.
3. Flex
Memanfaatkan media internet dalam menyampaikan pembelajaran kepada
siswa. Dalam hal ini siswa dapat membentuk kelompok diskusi.
4. Online Lab
Pembelajaran yang berlangsung di dalam ruang laboratorium komputer
dengan semua materi pembelajaran di sediakan secara softcopy, dimana
para peserta berinteraksi dengan guru secara online. Dalam hal ini guru
dibantu oleh pengawas agar disiplin dalam belajar tetap terjaga.
5. SelfBlend
Dalam hal ini siswa mengikuti kursus online, hal ini sebagai pelengkap
kelas tradisional yang dilakukan tidak harus di dalam ruang kelas akan tetapi
bisa di luar kelas.
6. Online Driver
Merupakan pembelajaran secara online, dimana dalam hal ini seorang guru
bisa mengupload materi pembelajaran di internet, sehingga dapat
mendownload/ mengunduhnya dari jarak jauh agar siswa bisa belajar
mandiri di luar kelas dan dilanjutkan dengan tatap muka berdasarkan waktu
yang telah disepakati.
2.4 Kelebihan dana Kekurangan Blended Learning
Adapun kelebihan Blended Learning adalah:
a. Hemat waktu
b. Hemat biaya,
c. Pembelajaran lebih efektif dan efisien,
d. Peserta mudah dalam mengakses materi pembelajaran,

7
e. Peserta didik leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri,
f. Memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara online,
g. Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan guru atau peserta didik lain
diluar jam tatap muka,
h. Pengajar tidak terlalu banyak menghabiskan tenaga untuk mengajar,
Menambahkan materi pengayaan melalui fasilitas internet,
i. Memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan,
j. Hasil yang optimal serta meningkatkan daya tarik pembelajaran, dan lain
sebaginya.

Adapun kekurangan dari Blended Learning:


a. Sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung,
b. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta,
c. Akses internet yang tidak merata di setiap tempat.

2.5 Penerapan Blended Learning


Blended e-Learning kini banyak digunakan oleh para penyelenggara
pendidika terbuka dan jarak jauh. Kalau dahulu hanya Universitas Terbuka yang
diizinkan menyelengarakan pendidikan jarak jauh, maka kini dengan terbitnya
Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional NO.107/U/2001 (2 juli 2001)
tentang ‘penyelenggaraan program pendidikan tingi jarak jauh’, maka perguruan
tinggi tertentu yang mempunyai kapasitas menyelenggarakan pendidikan terbuka
dan jarak jauh mengunakan blended e-learning, juga telah diizinkan
penyelenggaraanya.
Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini
mempunyai teks, grafik, animasi, simulai, audio, dan video. Perbedaan
pembelajaran tradisional dengan blended e-learning yaitu ‘tradisional’, guru
dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu
pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran ‘blended e-
learning’ fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan
bertanggung jawab untuk pembelajarannya.

Penerapan Blended Learning dalam pendidikan dasar dan menengah tidak


begitu dibutuhkan jika penerapannya disamakan dengan penerapan Blended

8
Learning di Perguruan Tinggi. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan pendekatanan
dan metode pendidikan terutama di perguruan tinggi yang melaksanakan
pendidikan jarak jauh. Pada pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah, harus
menerapkan tatap muka dalam pembelajarannya, akan tetapi bukan berarti dalam
pendidikan dasar dan menengah tidak dapat menerapkan Blended Learning. Pada
pendidikan dasar dan menengah juga dapat menerapkan Blended Learning, hanya
saja secara teknis pelaksanaan pembelajaran tidak dapat disamakan dengan
pelaksanaan pembelajaran di perguruan tinggi yang melaksanakan pembelajaran
jarak jauh.

Proses pembelajaran Blended Learning ini dibutuhkan pada saat


penyampaian atau pemberian materi pelajaran, pemberian tugas hingga penugasan-
penugasan kepada peserta didik yang dilaksanakan di luar jam sekolah.

Blended Learning dibutuhkan pada saat :

1. Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka, namun menambah waktu
pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi internet.

2. Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi non-stop antara


pendidik dan siswa.

3. Siswa dan pendidik dapat diposisikan sebagai pihak yang belajar.

4. Membantu proses percepatan pendidikan yang salah satunya dengan


menerapkan flip classroom yang berbasis teknologi informasi dan
komunikasi.

2.6 Konsep Pembelajaran Abad 21


Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi untuk menyeimbangkan
tuntutan zaman era milenial dengan tujuan, nantinya peserta didik terbiasa dengan
kecakapan hidup abad 21. Sejalan dengan pendapat tersebut (Greenstein, 2012)
menyatakan bahwa peserta didik yang hidup pada abad 21 harus menguasai
keilmuan, berketerampilan metakognitif, mampu berpikir kritis dan kreatif, serta
bisa berkomunikasi atau berkolaborasi yang efektif, keadaan ini menggambarkan
adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Oleh karena itu, pemerintah
merancang pembelajaran abad 21 melalui kurikulum 2013 yang berbasis pada

9
peserta didik. Pendidik sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah di sekolah -
sekolah menerapkan pembelajaran abad 21.
Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, pendidik harus memulai
satu langkah perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat
pada pendidik menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Pola
pembelajaran yang tradisional bisa dipahami sebagai pola pembelajaran dimana
pendidik banyak memberikan ceramah sedangkan peserta didik lebih banyak
mendengar, mencatat dan menghafal.

Pendidik sudah sering mendengar mengenai pola pembelajaran CBSA


(Cara Belajar Siwa Aktif), namun pendekatan yang dilakukan masih bersifat
tradisional. Untuk mengerti pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
maka kita bisa kembali kepada slogan pendidikan kita yang tercantum dalam logo
kementerian pendidikan dan kebudayaan dan merupakan pesan dari Bapak
Pendidikan Bangsa, Ki Hajar Dewantara, yaitu Tut Wuri Handayani. Pendidik
berperan sebagai pendorong dan fasilitator agar peserta didik bisa sukses dalam
kehidupan. Satu hal lain yang penting yaitu pendidik akan menjadi contoh
pembelajar (learner model), pendidik harus mengikuti perkembangan ilmu terakhir
sehingga sebetulnay dalam seluruh proses pembelajaran ini pendidik dan peserta
didik akan belajar bersama namun pendidik mempunyai tugas untuk mengarahkan
dan mengelola kelas.

2.7 Prinsip Pokok Pembelajaran Abad 21


Dalam buku paradigma pendidikan nasional abad XXI yang diterbitkan
Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) atau membaca isi Pemendikbud No.
65 tahun 2013 tentang Standar Proses, BSNP merumuskan 16 prinsip pembelajaran
yang harus dipenuhi dalam proses pendidikan abad ke-21. Sedangkan Pemendikbud
No. 65 tahun 2013 mengemukakan 14 prinsip pembelajaran, terkait dengan
implementasi Kurikulum 2013. Sementara itu, Jennifer Nichols
menyederhanakannya ke dalam 4 prinsip pokok pembelajaran abad ke 21yang
dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut ini:

10
1. Instruction should be student-centered
Pengembangan pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik. Peserta didik ditempatkan sebagai subyek
pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang
dimilikinya. Peserta didik tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan
menghafal materi pelajaran yang diberikan pendidik, tetapi berupaya
mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas
dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk
memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat.
2. Education should be collaborative
Peserta didik harus diajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain.
Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan
nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun
makna, peserta didik perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan
teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek, peserta didik
perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang
serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat
dengan mereka.
3. Learning should have context
Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak
terhadap kehidupan peserata didik di luar sekolah. Oleh karena itu, materi
pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
Pendidik mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik terhubung dengan dunia nyata (real word). Pendidik
membantu peserta didik agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan
atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-harinya. Pendidik melakukan penilaian kinerja siswa yang
dikaitkan dengan dunia nyata.
4. Schools should be integrated with society
Dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang
bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi peserta didik
untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan

11
pengabdian masyarakat, dimana peserta didik dapat belajar mengambil
peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Peserta
didik dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di
masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan
sebagainya. Selain itu, peserta didik perlu diajak pula mengunjungi panti-
panti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.

2.8 Model Pembelajaran Abad 21


Di sekolah formal, pembelajaran sudah dituntut untuk menerapkan
kemampuan 4C (Critical Thinking, Communiaction, Collaboration, Creativity), ini
dapat terwujud cepat tidak hanya tuntutan pada kinerja pendidik dalam mengubah
metode mengajar, tetapi juga peran dan tanggung jawab pendidik non formal dalam
membiasakan peserta didik menerapkan 4C dalam keseharian (Prihadi, 2017).
Untuk mencapai kondisi belajar yang ideal, kualitas pengajaran selalu terkait
dengan penggunaan model pembelajaran secara optimal, ini berarti bahwa untuk
mencapai kualitas pengajaran yang tinggi setiap mata pelajaran harus
diorganisasikan dengan model pengorganisasian yang tepat dan selanjutnya
disampaikan kepada siswa dengan model yang tepat pula (Danial dan Sepe, 2010).
Keterampilan 4C wajib dikuasai dan dimiliki oleh setiap peserta didik guna
menghadapi tantangan abad 21. Adapun kemampuan 4C menurut Anies Baswedan
(Republika, 2016):
1) Critical thinking (berpikir kritis) yaitu kemampuan peserta didik dalam berpikir
kritis berupa bernalar, mengungkapkan, menganalisis dan menyelesaikan
masalah. Di era reformasi critical thinking, juga digunakan untuk menangkal
dan memfilter paham radikal yang dianggap tidak masuk akal. Kemampuan
berpikir kritis biasanya diawali dengan kemampuan seseorang mengkritisi
berbagai fenomena yang terjadi di sekitarnya, kemudian menilai dari sudut
pandang yang digunakannya. Kemudian ia memposisikan dirinya, dari situasi
yang tidak tepat menjadi situasi yang berpihak padanya.

2) Communication (komunikasi) yaitu bentuk nyata keberhasilan pendidikan


dengan adanya komunikasi yang baik dari para pelaku pendidikan demi
peningkatan kualitas pendidikan.

12
3) Collaboration (kolaborasi) yaitu mampu bekerja sama, saling bersinergi
dengan berbagai pihak dan bertanggung jawab dengan diri sendiri, masyarakat
dan lingkungan. Dengan demikian ia akan senantiasa berguna bagi
lingkungannya.

4) Creativity (kreativitas) yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang


baru. Kreativitas peserta didik perlu diasah setiap hari agar menghasilkan
terobosan atau inovasi baru bagi dunia pendidikan. Kreatifitas membekali
seorang peserta didik yang memiliki daya saing dan memberikan sejumlah
peluang baginya untuk dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

Penerapan 4C dalam pembelajaran kurikulum 2013 jika benar-benar


dilakukan di sekolah akan memberikan dampak yang luar biasa bagi generasi
penerus bangsa untuk menghadapi tantangan hidup abad 21.

Disamping 4C, Kemdikbud juga meluncurkan program unggulan Gerakan


Literasi Sekolah sebagai upaya pemerintah menjadikan pendidikan berkualitas
dengan meningkatkan budaya literasi (membaca dan menulis) menurut Suragangga
(2016). Di Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 telah menyadari
pentingnya penumbuhan karakter peserta didik melalui kebijakan membaca selama
15 menit sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan ini perlu perhatian khusus untuk
dilaksanakan secara rutin oleh warga sekolah. Walaupun terlihat mudah, namun
sulit dalam mengerjakannya karena kita harus melawan hawa nafsu yaitu rasa malas
membaca yang tertanam dalam masing-masing pribadi yang belum terbiasa.
Namun, jika kita sudah terbiasa melakukannya ini akan menjadi ringan dan
kebiasaan baik untuk membangun karakter anak bangsa yang multiliterat. Semua
kalangan perlu bersinergi untuk mensukseskan program pemerintah baik sekolah
keluarga dan masyarakat.

Literasi merupakan proses kompleks yang melibatkan proses pembangunan


pengetahuan sebelumnya, budaya dan pengalaman untuk mengembangkan
pengetahuan baru dan pemahaman yang lebih mendalam menurut Abidin, Yunus,
dkk (2017). Sejalan dengan hal tersebut konsep literasi juga mengalami
perkembangan diantaranya yaitu penggunaan berbagai media digital baik di kelas,
sekolah, tempat tinggal maupun masyarakat. Kini istilah literasi telah berkembang

13
menjadi multiliterasi. Multiliterasi merupakan kemampuan membaca, menulis
puisi, membagi, melukis, menari, menulis novel ataupun kemampuan berkontak
dengan berbagai media yang memerlukan literasi menurut Kist, (2005:12). Dengan
demikian, literasi dipandang sebagai kegiatan yang bermakna dari berbagai media.
Dalam pandangan Cope dan Kalantzis (2005), literasi merupakan elemen terpenting
dalam proyek pendidikan modern. Morocco et al. (2008:5) menyatakan kompetensi
belajar dan berkehidupan dalam abad ke-21 ditandai dengan kompetensi
pemahaman yang tinggi, kompetensi berpikir kritis, kompetensi berkolaborasi dan
berkomunikasi, serta kompetensi berpikir kreatif. Sejalan dengan uraian tersebut
pembelajaran multiliterasi pada hakikatnya adalah pengembangan dan penggunaan
konsep kompetensi 4C.

Memasuki abad 21 penguasaan sains dan teknologi adalah kunci


keberhasilan generasi bangsa dalam menghadapi persaingan global. Sains adalah
bagian dari pendidikan sebagai wahana bagi peserta didik untuk menguasai secara
kontekstual dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Rustaman (2007)
berpendapat bahwa sains berperan dalam membangun karakter masyarakat dan
bangsa dikarenakan kemajuan pengetahuan yang amat pesat, keampuhan proses
yang dapat ditransfer pada bidang lain, dan terkandung muatan nilai dan sikap di
dalamnya. Adapun literasi sains adalah bagaimana pemahaman tentang sains
menjadikan solusi dalam pengambilan setiap keputusan yang dihadapi.

2.9 Aplikasi Pembelajaran Digital Abad 21

Terdapat beberapa contoh aplikasi pembelajaran abad 21, diantaranya:


1. Google Classroom
Google Classroom merupakan platform yang memungkinkan guru
membuat kelas daring, memberikan tugas, memberi masukan kepada siswa,
dan berkolaborasi dengan siswa secara online. Ini terintegrasi dengan
aplikasi Google lainnya seperti Google Drive dan Google Docs. Google
Clasroom dapat mudah diakses melalui multiplatform yang artinya dapat
diakses di komputer ataupun telepon genggam
2. Zoom

14
Meskipun awalnya dikenal sebagai aplikasi konferensi video, zoom juga
digunakan secara luas dalam pendidikan untuk mengadakan kelas daring,
seminar, dan pertemuan guru dengan siswa dan orang tua.
3. Quizizz
Quiziz adalah platform pembelajaran berbasis game yang memungkinkan
guru membuat kuis interaktif secara online untuk siswa mereka. Siswa dapat
mengakses kuis tersebut dari perangkat mereka sendiri dan menjawab
pertanyaan dengan kecepatan mereka sendiri.
4. Kahoot
Kahoot merupakan platform interaktif yang memungkinkan guru membuat
kuis, diskusi, dan survei, serta memberikan pengalaman pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa.
5. Wordwall
Wordwall adalah sebuah platform yang memungkinkan guru untuk
membuat berbagai macam aktivitas pembelajaran interaktif, seperti kuis,
permainan, pencarian kata, menjodohkan, puzzle, dan banyak lagi lainnya
yang dapat digunakan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.
Dengan fokus pada interaktivitas dan kreativitas, Wordwall memang cocok
dengan tren pendidikan digital abad ke-21.
6. Google Workspace for Education
Google Workspace for Education adalah serangkaian alat dan layanan
Google yang disesuaikan bagi sekolah dan homeschool untuk
berkolaborasi, menyederhanakan instruksi, dan menjaga pembelajaran tetap
aman.

15
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, model blended
learning merupakan kombinasi dari beberapa pendekatan pembelajaran yaitu
pembelajaran conventional berupa tatap muka dan e-learning yang berbasis
internet. Dalam pembelajaran ‘blended e-learning’ fokus utamanya adalah pelajar.
Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk
pembelajarannnya. Suasana pembelajaran ‘blended e- learning’ akan ‘memaksa’
pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Adapun
karakteristik dari blended learning yaitu:

a) Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model


pembelajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi
yang beragam.
b) Sebagai sebuah kombinasi pembelajaran langsung (face to face), belajar
mandiri, dan belajar mandiri via online.
c) Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian,
cara mengajar dan gaya pembelajaran.
d) Guru dan orangtua peserta belajar memiliki peran yang sama penting, guru
sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung.

Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan


inisiatif sendiri. Adapun model-model pembelajaran: (1) Face-to-Face Driver, (2)
Rotation, (3) Flex, (4) Online Lap, (5) Self Blend, (6) Online Driver. Blended
learning juga memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan yang mana hal itu telah
disampaikan pada makalah di atas.

Penerapan Blended Learning, yang mana metode itu tidak begitu


dibutuhkan dalam pendidikan dasar dan menengah jika penerapannya disamakan
dengan penerapan Blended Learning di Perguruan Tinggi. Hal ini dikarenakan
adanya perbedaan pendekatanan dan metode pendidikan terutama di perguruan
tinggi yang melaksanakan pendidikan jarak jauh. Pada pelaksanaan pendidikan
dasar dan menengah, harus menerapkan tatap muka dalam pembelajarannya, akan

16
tetapi bukan berarti dalam pendidikan dasar dan menengah tidak dapat
menerapkan Blended Learning. Pada pendidikan dasar dan menengah juga dapat
menerapkan Blended Learning, hanya saja secara teknis pelaksanaan pembelajaran
tidak dapat disamakan dengan pelaksanaan pembelajaran di perguruan tinggi yang
melaksanakan pembelajaran jarak jauh.

Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi untuk menyeimbangkan


tuntutan zaman era milenial dengan tujuan, nantinya peserta didik terbiasa dengan
kecakapan hidup abad 21. Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, pendidik
harus memulai satu langkah perubahan yaitu merubah pola pembelajaran
tradisional yang berpusat pada pendidik menjadi pola pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik. Ada empat prinsip pokok dalam pembelajaran abad 21 yatitu
(1) Student-centered, (2) Collaborative, (3) Have context, (4) Integrates with
society. Pembelajaran sudah dituntut untuk menerapkan kemampuan 4C (Critical
Thinking, Communiaction, Collaboration , Creativity).

3.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, adapun saran dalam penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut.
1) Kepada mahasiswa
Dalam mempelajari model pembelajaran digital sebaiknya tidak hanya
berpatokan terhadap satu sumber saja, melainkan lebih demi mempermudah dalam
pemahaman materi yang akan dibawakan baik itu saat presentasi maupun mengajar
ke anak didik msing-masing.
2) Kepada Masyarakat
Masyarakat juga dapat turut serta dalam menggunakan makalah ini sebagai
pedoman belajar dan juga referensi tambahan yang diharapkan dapat membantu
pembaca dalam memahami makalah yang berjudul model pembelajaran digital.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus, dkk. (2017). Pembelajaran Literasi. Jakarta: Bumi Aksara. Cope
dan Kalantiz. (2005).
BSNP. (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. [Online]. Tersedia:
http://www.bsnp-indonesia.org/id/wpcontent/uploads/2012/04/Laporan-
BSNP-2010.pdf diakses pada tanggal 23 Maret 2024.
Catlin R.Tucker, 2012. Blended Learning in Grades 4 – 12. London: Corwin Press

Cope dan Kalantiz. (2005). Multiliteracies: Literacy Learning and The Design of
Social Futures. New York: Routledge, Taylor, dan Francis Group.
Fathurrahman & Nuthpaturrahman. 2015. Blended Learning. Diakses pada link:
http://idr.iainantasari.ac.id/12/1/Makalah%20Kelompok%20TIKelas%20K
husus.pdf. Pada tanggal 23 Maret 2024.

Francine S.Glazer. 2012.Blended Learning.Virginia: Stylus Publishing


Gilang, Novia. 2014. Blended Learning. Diakses pada link
http://noviagilang.blogspot.com/2014/04/makalah-blended-learning.html.
Pada tanggal tanggal 23 Maret 2024.
Greenstein, L. (2012). Assessing 21st Century Skills:a guide to evaluating
mastery and authentic learning. London: Sage Publications Ltd.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2015). Desain Induk Gerakan


Literasi Sekolah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Kist, W. (2005). New Literacies in Action: Teaching and Learning in Multiple
Media. New York: Teachers College, Columbia University.
Morocco, C. C. et al. (2008) Supported Literacy fo Adolescents: Transforming
Teaching and Content Learning for The Twenty-First Century. San
Francisco: Jossey-Bass A Wiley Imprint.
Nurliana Siregar. (2016) “Belajar dan Pembelajaran”. [Online]. Tersedia:
https://akademik.uhn.ac.id › portal › public_html › FKIP › Nurliani_Siregar
diakses pada tanggal 23 Maret 2024.
Prayitno, Wendhie. 2015.Implementasi Blended Learning dalam Pembelajaran
pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Diakses di http://lpmpjogja.org,
pada tanggal 23 Maret 2024.
Prihadi, Singgih. (2017). Penguatan Ketrampilan Abad 21 Melalui Pembelajaran
Mitigasi Bencana Banjir. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi
FKIP UMP 2017, 4550.
Rusman, dkk. 2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Rustaman, N.Y. (2007). Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Pendidikan
Sains dan Asesmennya. Proceeding of the First International on Science
Education. Bandung: Sps UPI.

Anda mungkin juga menyukai