Anda di halaman 1dari 41

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

BERBASIS DISCOVERY LEARNING PADA MATERI KEHIDUPAN


MASYARAKAT PRAAKSARA INDONESIA
KELAS X IPS DI SMA GAJAH MADA

Proposal Skripsi

oleh:

Novi Ayu Lestari


18140027

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(STKIP PGRI) BANDAR LAMPUNG
2022
ii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT tuhan yang maha Esa,
karena kasih dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian ini yang berjudul ” PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA
PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS DISCOVERY LEARNING PADA
MATERI KEHIDUPAN MASYARAKAT PRAAKSARA INDONESIA KELAS
X IPS DI SMA GAJAH MADA”

Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Sejarah di STKIP PGRI Bandar
Lampung. Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengalami kesulitan dan
penulis menyadari dalam penulisan proposal penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan penelitian proposal ini.

Penulis sangat berharap semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi kita
semua. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, Febuari 2022

Penulis
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1


B. Identifikasi Masalah......................................................................................4
C. Pembatasan Masalah.....................................................................................5
D. Rumusan Masalah.........................................................................................5
E. Tujuan Pengembangan..................................................................................5
F. Manfaat Pengembangan................................................................................5
G. Spesifikasi Produk yang di Kembangkan.....................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................8

A. Kajian Teori.....................................................................................................8
B. Kajian Penelitian yang Relevan.....................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................24

A. Model Pengembangan...................................................................................24
B. Prosedur Pengembangan................................................................................24
C. Desain Produk Yang di Kembangkan............................................................27
1. Desain Produk.........................................................................................27
2. Subjek Uji Produk...................................................................................28
3. Teknik Pengumpulan Data......................................................................28
4. Instrumen Penelitian................................................................................29
5. Teknik Analisis Data...............................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Arah pendidikan bangsa Indonesia ditujukan untuk menghasilkan sumber


daya manusia Indonesia yang memiliki Sembilan karakter yaitu: beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, menjadi warga Negara yang demokratis, dan bertanggung jawab.
Melalui karakter yang tercipta, diharapkan mampu menjadikan generasi penerus
bangsa mandiri dan kreatif menghadapi tantangan abad 21 yang saran digital.

Pada abad ke-21 pendidikan sudah semakin maju dan berkembang.


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang pendidikan dikenal
dengan education 4.0, yaitu sistem pendidikan berorientasi media elektronik
(Wisada et al., 2019). Education 4.0 adalah pendidikan yang ditandai dengan
penggunaan teknologi digital dalam proses pembelajaran atau dikenal sebagai
system cyber. Sistem ini mampu membuat proses pembelajaran berlangsung
secara berkala tanpa batasan ruang dan waktu (Supandi et al., 2020). Untuk
menghadapi era revolusi industry 4.0 diperlukan pendidikan yang dapat
membentuk generasi yang kreatif, inovatif serta kompetitif.(Rahman & Nuryana,
2019)

Seiring dengan tanggung jawab profesional pengajar dalam proses


pembelajaran, maka dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran setiap guru
dituntut untuk selalu menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
program pembelajaran yang akan berlangsung. Tujuannya adalah agar kegiatan
pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, yaitu tujuan akhir yang
diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik.
2

Umumnya, persiapan awal yang dilakukan adalah membuat suatu


perncanaan pembelajaran, yaitu mulai dari membuat perumusan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. tujuan
pembelajaran ini selanjutnya menjadi tolak ukur dalam menentukan langkah-
langkah berikutnya, yaitu rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan guru selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.
Demi pencapaian tujuan ini setiap guru diharuskan untuk benar-benar
memahami strategi pembelajaran yang akan diterapkannya. Berkaitan dengan hal
tersebut, seorang guru perlu memikirkan strategi atau pendekatan yang akan
digunakannya dalam proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Pemilihan
strategi pembelajaran yang tepat, yaitu dengan situasi dan kondisi yang dihadapi
akan berdampak pada belajar peserta didik dan pada akhirnya dapat
mempengaruhi penguasaan atau prestasi belajar peserta didik yang dihadapi.
Terlebih pada masa pandemi Covid-19 yang terjadi pada hampir seluruh
belahan bumi, menuntut para pelaku pendidikan untuk mampu menciptakan
pembelajaran system cyber dengan kreatif dan memudahkan pelakunya. Berbagai
kreativitas dituntut muncul, mengingat dunia pendidikan tidak terlepas dari proses
pembelajaran yang meliputi pendidik, peserta didik dan lingkungan pembelajaran
yang saling mempengaruhi satu sama lain dalam rangka tercapainya tujuan
pembelajaran. Kondisi saat ini menuntut pelaku pendidikan agar mampu
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pendidikan, hingga
menghasilkan sistem pembelajaran berorientasi teknologi.

Permasalahan yang terdapat dalam pendidikan salah satunya adalah masih


terbatasanya bahan ajar atau perangkat pembelajaran yang memfasilitasi peserta
didik dalam memperkaya pengalaman, membangun pengetahuan dan keaktifan
peserta didik serta menunjang kemampuan pemecahan masalah. Keterbatasan
perangkat pembelajaran tersebut akan mempengaruhi kualitas pembelajaran.

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah lembaran-lembaran berisi


materi, ringkasan dan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik .LKPD juga
merupakan sarana yang dapat mempermudah terbentuknya interaksi antara guru
3

dengan peserta didik. LKPD sangat berpengaruh terhadap hasil pembelajaran.


Pembelajaran menggunakan LKPD efektif meningkatkan hasil belajar,
pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik. Rata-rata nilai hasil belajar
peserta didik yang belajar menggunakan LKPD lebih tinggi dibandingkan dengan
rata-rata nilai hasil belajar peserta didik yang tidak belajar menggunakan LKPD.
Widjajanti (2008:1) mengatakan lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan
salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh pendidik sebagai
fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Lembar kerja peserta didik (LKPD)
merupakan sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar
mengajar sehingga terbentuk interaksi efektif antara peserta didik dengan
pendidik, dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik.
(Umbaryati, 2016)

LKPD atau biasa juga disebut LKS mempunyai empat fungsi yaitu pertama,
LKPD sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih
mengaktifkan siswa. Kedua, LKPD sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa
untuk memahami materi yang diberikan. Ketiga, LKPD sebagai bahan ajar yang
ringkas dan kaya tugas untuk berlatih . dan keempat, LKPD memudahkan
pelaksanaan pengajaran kepada siswa. Suyitno (1997:40) dalam Hidayat (2013)
mengungkapkan manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKPD dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.


2. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.
3. Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan
keterampilan proses.
4. Sebagai pedoman pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
5. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang
dipelajari melalui kegiatan belajar. Membantu peserta didik untuk
menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan
belajar secara sistematis.
4

LKPD berbasis Discovery Learning dapat membantu peserta didik dalam


meningkatkan proses belajar melalui Discovery Learning secara berkelompok
yang disajikan dengan kreatif. Adanya hasil pengembangan berupa LKPD
berbasis Discovery Learning diharapkan dapat mendukung penggunaan buku
pegangan peserta didik dalam upaya memaksimalkan capaian tujuan pembelajaran
melalui kegiatan Discovery Learning. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Desi Ariani tentang yang berjudul “pengembangan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) Berbasis Discovery Learning pada materi kalor di SMP
yang mana hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan setelah
menggunakan LKPD hasil pengembangan.(Susanti et al., 2017) .Dan penelitian
yang dilakukan oleh Nurfadhilah Umar yang berjudul Pengembangan Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Discovery Learning Pada Materi Sel yang
dimana hasil pengembangan LKPD dinyatakan sangat valid.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Berbasis Discovery Learning Pada Materi Kehidupan Masyarakat Praaksara
Indonesia Kelas X IPS di SMA Gajah Mada Tahun Pelajaran 2022/2023”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, ada beberapa masalah yang
diidentifikasi yaitu:
1. Media pembelajaran yang digunakan belum sepenuhnya memfasilitasi
kegiatan Discovery Learning peserta didik.
2. Pembelajaran dengan satu bahan ajar belum sepenuhnya maksimal.
3. Diskusi pembelajaran masih belum membuat peserta didik seluruhnya aktif.
4. Kurangnya motivasi dan kemandirian belajar sejarah peserta didik.
5. Hasil belajar peserta didik yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM).
5

C. Pembatasan Masalah

Masalah yang telah diidentifikasi dibatasi hanya pada hal yang berkaitan
dengan tujuan penelitian diantaranya:
1. Media yang akan dikembangkan terbatas pada Lembar Kerja Peserta Didik
berbasis Discovery Learning untuk kelas X SMA.
2. Materi yang termuat dalam Lembar Kerja Peserta Didik berbasis Discovery
Learning hanya pada materi Kehidupan Masyarakat Praaksara Indonesia.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka


rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses pembelajaran sejarah yang berlangsung selama ini di
SMA Gajah Mada, khususnya mengenai LEMBAR KERJA PESERTA
DIDIK (LKPD)?
2. Bagaimana kebutuhan terhadap penggunaan LEMBAR KERJA PESERTA
DIDIK (LKPD) di SMA Gajah Mada ?
3. Bagaimanakah prosedur pengembangan LEMBAR KERJA PESERTA
DIDIK (LKPD)?
4. Bagaimana keefektifan LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) di
SMA Gajah Mada?

E. Tujuan Pengembangan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran berupa


Lembar Kerja Peserta Didik berbasis Discovery Learning pada materi Kehidupan
Masyarakat Praaksara Indonesia di kelas X SMA Gajah Mada dan mengetahui
kelayakan produk ditinjau dari aspek kevalidan, respon peserta didik, dan
keefektifannya.
6

F. Manfaat Pengembangan

Berikut manfaat yang diharapkan dari penelitian dan pengembangan yang


dilakukan:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat mendukung teori sebelumnya bahwa media pembelajaran
dapat memperjelas penyajian pesan, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan
daya indera dan mengatasi sifat pasif, dengan demikian kemampuan dalam
menyerap ilmu pengetahuan akan lebih efektif dan efisien.
2. Manfaat Praktis
Manfaat Praktis diantaranya sebagai berikut:
a. Bagi peneliti
Memberikan pengalaman langsung akan pengembangan media pembelajaran
Lembar Kerja Peserta Didik berbasis Discovery Learning pada materi
Kehidupan Masyarakat Praaksara Indonesia di kelas X SMA Gajah Mada
b. Bagi peserta didik
Dapat mempermudah proses pembelajaran, menjadikan peserta didik lebih
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar
peserta didik sehingga tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
c. Bagi pendidik
Menjadi bahan pertimbangan untuk menggunakan media LKPD pada proses
pembelajaran, dapat memberikan ketertarikan pada peserta didik khususnya
pada materi Kehidupan Masyarakat Praaksara serta membantu pendidik
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan
7

G. Spesifikasi Produk yang di Kembangkan

Produk yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan ini adalah bahan
ajar berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Sejarah kelas x semester 2.
Spesifikasi Lembar Kerja Peserta Didik dapat dilihat sebagai berikut.
1. Bahan ajar yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan ini yaitu
Lembar Kerja Siswa
2. Lembar Kerja Peserta Didik disertai Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar,
Indikator Pencapaian Kompetensi, serta cangkupan materi yang mengacu
pada silabus Kurikulum yang berlaku yakni Kurikulum 2013
3. Materi yang disediakan yakni materi kelas x semester 2, khususnya
Kehidupan Masyarakat Praaksara .
4. Lembar Kerja Peserta Didik yang dikembangkan didesain dengan:
deskripsi judul, petunjuk penggunaan untuk siswa, Kompetensi Inti,
Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, soal-soal latihan, dan
daftar rujukan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1) penelitian
dan pengembangan, (2) LKPD (3) Discovery Learning dan Kehidupan
Masyarakat Praaksara. Teori-teori tersebut akan dijelaskan dalam uraian berikut.

1. Penelitian dan Pengembangan


Penelitian pengembangan adalah proses menyelidiki suatu bidang ilmu
pengetahuan yang dijalankan dengan fakta-fakta atau prinsip-prinsip secara
sistematis dan kehati-hatian yang dikembangkan tahap demi tahap hingga
sempurna. Penelitian pengembangan merupakan kegiatan dalam koridor
keilmiahan yang disesuaikan dengan bidang akademik atau keilmuan yang
meliputi proses penyusunan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan dalam
suatu kegiatan (Firdaus, 2019). Kemudian Gay (1991) berpendapat penelitian
pengembangan ialah usaha untuk mengembangkan produk yang efektif untuk
digunakan sekolah dan bukan untuk menguji teori.

Penelitian pengembangan didefinisikan sebagai pengkajian sistematik


terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, serta proses dan
produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan dan
efektivitas (Seals dan Richey, 1994 dalam Sa’adah dan Wahyu, 2020: 13).
Menurut Setyosari (2010) dalam Rayanto dan Sugianti (2020: 20) penelitian
pengembangan didefinisikan sebagai kajian secara sistematik untuk merancang,
mengembangkan dan mengevaluasi program-program, proses dan hasil-hasil
pembelajaran yang harus memenuhi kriteria konsistensi dan keefektifan secara
internal.
9

Penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian untuk


menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. (Sa’diyah
et al., 2020). Penelitian pengembangan memuat rangkaian proses atau langkah-
langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan
produk yang telah ada agar dapat dipertanggung jawabkan (Trianto, 2010 dalam
Norhayati, dkk, 2018: 22). Penelitian pengembangan di bidang pendidikan
merupakan suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk-
produk untuk kepentingan pendidikan atau pembelajaran yang diawali dengan
analisis kebutuhan kemudian dilanjutkan dengan pengembangan produk, setelah
itu produk dievaluasi dan diakhiri dengan revisi dan penyebaran produk
(Norhayati, dkk, 2018: 22).

Research and Development (R&D) adalah metode yang digunakan untuk


menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Produk
yang diteliti bukan hanya produk yang benar-benar baru, akan tetapi boleh
meneliti produk yang sudah ada kemudian dikembangkan dan dikaji ulang untuk
menghasilkan tingkat keefektifan dan kebermanfaatan yang lebih tinggi dari tahap
sebelumnya (Sa’adah dan Wahyu, 2020: 12). Menurut Saputro (Sa’adah dan
Wahyu, 2020: 12) R&D adalah pendekatan penelitian untuk menghasilkan produk
baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. Pendapat lain mengatakan
bahwa R&D merupakan proses penelitian yang meneliti kebutuhan pengguna
kemudian mengembangkan produk untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Menurut Sukmadinita (2007: 28) menyatakan penelitian pengembangan atau


Research and Development (R&D) adalah suatu proses atau langkah-langkah
untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang
telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan sehingga menghasilkan produk
baru dan selanjutnya menguji keefektifan produk tersebut. Selanjutnya, penelitian
dan pengembangan juga dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk meneliti,
merancang, memproduksi, dan menguji validitas produk yang telah dihasilkan.
Kegiatan penelitian dan pengembangan dapat disingkat menjadi 4P, yakni
penelitian, perancangan, produksi dan pengujian (Sugiyono, 2015: 30).
10

Dapat dikatakan bahwa penelitian pengembangan merupakan suatu jenis


penelitian yang berupaya menghasilkan produk pembelajaran tertentu, baik itu
produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada dan selanjutnya
menguji kelayakan produk tersebut. Pada peneitian ini dihasilkan sebuah media
pembelajaran Lembar Kerja Peserta Didik.

Dalam mengembangkan sebuah media pembelajaran memerlukan model


pengembangan. Model digunakan untuk menentukan atau menggambarkan
pembelajaran, membantu dalam menganalisa pembelajaran, menentukan,
menjelaskan, menggambarkan hubungan dan kegiatan, dan memvisualisasi suatu
kondisi atau keadaan dalam perlambang yang bisa dimanipulasikan untuk
menghasilkan suatu prediksi (Mudrick dan Ross dalam Rayanto dan Sugianti,
2020: 23). Beberapa model pengembangan yang umumnya digunakan dalam
pengembangan media pembelajaran diantaranya: model ASSURE, model ADDIE,
model Baker dan Schutz, model Dick dan Carey (Kustandi dan Darmawan, 2020:
13).

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model


pengembangan ADDIE. Model ADDIE merupakan suatu pendekatan yang
menekankan suatu analisa bagaimana setiap komponen yang dimiliki saling
berinteraksi satu lainnya dengan berkoordinasi sesuai dengan fase yang ada (Sezer
dalam Rayanto dan Sugianti, 2020: 29). Model ADDIE merupakan salah satu
model desain sistem pembelajaran yang memperlihatkan tahapan-tahapan dasar
desain sistem pembelajaran yang sederhana dan mudah dipelajari. Model ini
memiliki Lima fase atau tahap utama, yaitu: (A)nalysis, (D)esign, (D)evelopment,
(I)mplementation, dan (E)valuation (Kustandi dan Darmawan, 2020: 104).

Berikut penjabaran mengenai Lima tahap model ADDIE (Sujarwo, 2021:


13).
(1) Tahap Satu yaitu tahap analisis. Tahap analisis merupakan suatu proses
mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta didik, yaitu melakukan
analisis kebutuhan, mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis
11

tugas. Oleh karena itu, output yang akan dihasilkan adalah berupa karakteristik
atau profil calon peserta didik, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan,
dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
(2) Tahap Dua yaitu tahap desain. Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat
rancangan. Pada tahap desain ini diperlukan yang pertama merumuskan tujuan
pembelajaran yang SMART (Spesific, Measurable, Applicable, Realistic, dan
Times ). Selanjutnya menyusun tes yang didasarkan pada tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan tadi. Kemudian menentukan strategi pembelajaran yang
tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut.
(3) Tahap Tiga yaitu tahap pengembangan. Pengembangan adalah proses
mewujudkan blue-print atau desain yang dibuat menjadi kenyataan.
(4) Tahap Empat yaitu implementasi. Implementasi adalah langkah nyata untuk
menerapkan sistem pembelajaran yang dibuat.
(5) Tahap Lima yaitu evaluasi. Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah
sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal
atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas.
Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap tersebut dinamakan evaluasi
formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi.

Adapun kelebihan dan kelemahan model pengembangan ADDIE menurut


Iskandar (2016: 9-10) yaitu model ini merupakan model yang sederhana, setiap
tahapan saling berkaitan, dan terstruktur secara sistematis yang artinya dari
tahapan pertama hingga tahapan kelima dalam pengaplikasiannya harus secara
sistematik, tidak bisa diurutkan secara acak. Sifatnya yang sederhana dan
terstruktur dengan sistematis akan mudah dipelajari oleh para pendidik.
Kelemahan dari model ini yaitu pada tahap analisis yang memerlukan waktu yang
lama. Dalam tahap analisis pendidik diharapkan mampu menganalisis dua
komponen dari peserta didik terlebih dahulu dengan membagi analisis menjadi
dua yaitu analisis kinerja dan analisis kebutuhan. Dua komponen ini nantinya
akan mempengaruhi lamanya proses menganalisis peserta didik sebelum tahap
pembelajaran dilaksanakan.
12

Dapat dikatakan bahwa model pengembangan ADDIE merupakan model


yang sederhana dan mudah dipelajari, karena dalam tiap tahapannya saling
berkaitan dan terstruktur secara sistematis. Penelitian ini menggunakan tahapan
model ADDIE mengacu teori (Sujarwo, 2021: 13) juga teori-teori di atas, yang
pada dasarnya sama.

2. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Pengertian media menurut Azhar Arsyad (2014: 4), media pendidikan


adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara, atau pengantar. Media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat peserta
didik sedemikian rupa, sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran secara efektif (Sukiman, 2013: 29 dalam Nurmala, dkk,
2019: 7).

Sedangkan Arief Sadiman, dkk (2014: 7) menyampaikan bahwa media


adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan perhatian dan minat siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. media adalah suatu alat bantu
yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang
pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, aktifitas dan partisipasi siswa.
(Savira et al., 2018). Media pembelajaran dapat dipahami sebagai, segala sesuatu
yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana
sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat
melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. (Yudhi Munadi, 2013: 8
dalam Savira et al. 2018).

Media dalam prespektif pendidikan merupakan instrumen yang sangat


strategis dalam ikut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Sebab
13

keberadaannya secara langsung dapat memberikan dinamika tersendiri terhadap


peserta didik.(Azhar Arsyad, 2011).

Menurut Oemar Hamalik media pembelajaran adalah Alat, metode, dan


teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan
interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah.

Rosyid, dkk (2019: 4-5) mengutip pendapat Briggs mengemukakan media


adalah alat bantu untuk memberikan perangsang bagi peserta didik agar proses
belajar mengajar dapat dilaksanakan. Kemudian mengutip pendapat Robert
Heinich dkk bahwa media adalah saluran informasi yang menghubungkan antara
sumber informasi dan penerima. Menurut Sihkabuden (2011: 3) dalam Syahroni,
dkk (2016: 307) berpendapat media merupakan suatu alat atau sarana atau
perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran atau jembatan dalam
kegiatan komunikasi (penyampaian dan penerimaan pesan) antara komunikator
(penyampai pesan) dan komunikan (penerima pesan).

Media pembelajaran digunakan sebagai alat bantu atau sarana pembawa


pesan dari sumber belajar ke penerima pesan, sehingga dapat membangkitkan
minat, perhatian dan pikiran peserta didik agar tujuan belajar dapat tercapai
(Laksita, dkk, 2013: 15). Secara implisit media pembelajaran meliputi alat yang
secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri
dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film,
slide, foto, gambar, grafik, televisi dan komputer (Gagne dan Briggs, 1975 dalam
Arsyad, 2015: 4).

Menurut Kustandi dan Darmawan (2020: 72) antara lain: (1) media hasil
teknologi cetak, (2) media hasil teknologi audio visual, (3) media hasil teknologi
yang berdasarkan komputer, (4) media hasil gabungan teknologi cetak dan
komputer.

Taksonomi Kemp dan Dayton (Kustandi dan Darmawan, 2020: 75)


mengenai media antara lain: (1) media cetakan, (2) media pajang, (3) overhead
14

transparancies, (4) rekaman audiotape, (5) seri slide dan filmstrips, (6) penyajian
multi-image, (7) rekaman video dan film hidup, (8) komputer. Kemudian
Taksonomi menurut Bretz (Kustandi dan Darmawan, 2020: 77) antara lain: (1)
media audiovisual gerak, (2) media audiovisual diam, (3) media visual gerak, (4)
media visual diam, (5) media semi gerak, (6) media audio, (7) media cetak.

Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa media pembelajaran


merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan informasi
mengenai materi pembelaaran yang nantinya dapat tercipta kondisi pembelajaran
kondusif sehingga peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan,
atau sikap dan dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pada
penelitian ini dikembangkan salah satu jenis media menggunakan media cetak
berupa LKPD atau Lembar Kerja Peserta Ddidk.

LKPD didefinisikan sebagai suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar


kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas
pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik dengan mengacu
Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai (Andi Prastowo, 2012: 204).

Hal ini sesuai dengan definisi LKPD menurut Trianto (2010: 111) Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan panduan peserta didik yang digunakan
untuk melakukan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk
pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan kegiatan
penyelidikan atau pemecahan masalah sesuai indikator pencapaian hasil belajar
yang harus dicapai.

Menurut Depdiknas (2008: 13), LKPD (student worksheet) adalah


lembaranlembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik biasanya
berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas dengan
mengacu Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapainya.

Wulandari (2013: 8-9) menyatakan bahwa peran LKPD sangat besar dalam
proses pembelajaran karena dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam
15

belajar dan penggunaannya dalam pembelajaran dapat membantu guru untuk


mengarahkan peserta didiknya menemukan konsepkonsep melalui aktivitasnya
sendiri. Disamping itu LKPD juga dapat mengembangkan ketrampilan proses,
meningkatkan aktivitas peserta didik dan dapat mengoptimalkan hasil belajar.
Manfaat secara umum antara lain (1) membantu guru dalam menyusun rencana
pembelajaran, (2) mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar, (3)
membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang akan dipelajari
melalui kegiatan belajar mengajar, (4) membantu peserta didik untuk menambah
informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara
sistematis, (5) melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan
keterampilan proses, (6) mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan
konsep.(Pulungan et al., 2020)

Yunitasari (2013: 10) mengemukakan bahwa, unsur yang ada dalam LKPD
meliputi (1) judul, (2) petunjuk belajar, (3) indikator pembelajaran, (4) informasi
pendukung, (5) langkah kerja, serta (6) penilaian. Sedangkan, menurut Widyantini
(2013: 3), LKPD sebagai bahan ajar memiliki unsur yang meliputi (1) judul, (2)
mata pelajaran, (3) semester, (4) tempat, (5) petunjuk belajar, (6) kompetensi yang
akan dicapai, (7) indikator yang akan dicapai oleh peserta didik, (8) informasi
pendukung, (9) alat dan bahan untuk menyelesaikan tugas, (10) langkah kerja,
serta (11) penilaian.

LKPD yang akan dikembangkan memiliki beberapa macam bentuk yang


dapat digunakan sebagai acuan sifat LKPD yang akan dikembangkan. Menurut
Andi Prastowo (2012, 208-211) LKPD dikelompokkan menjadi lima macam
bentuk, yaitu (1) LKPD yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep,
(2) LKPD yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan
berbagai konsep yang telah ditemukan, (3) LKPD sebagai penuntun belajar, (4)
LKPD sebagai penguatan, dan (5) LKPD sebagai petunjuk praktikum. LKPD
yang dikembangkan peneliti merupakan perpaduan dari LKPD sebagai petunjuk
praktikum saat peserta didik melakukan percobaan, LKPD yang membantu
16

peserta didik menemukan suatu konsep serta LKPD yang membantu peserta didik
menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan.

Berdasarkan definisi LKPD di atas, dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja


Peserta Didik (LKPD) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan
oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, berisi petunjuk atau langkah-
langkah dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan kompetensi dasar dan indicator
pencapaian hasil belajar yang harus dicapai. Manfaat LKPD yang akan dibuat dan
dikembangkan yaitu mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar,
membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang
dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis, dan mengaktifkan peserta
didik dalam mengembangkan konsep.

3. Metode Discovery Learning

Metode berasal dari Bahasa yunani “Greek”, yakni “Metha” berarti


melalui, dan “Hodos” yang artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengan kata lain
metode artinya jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan
tertentu. Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia kontemporer pengertian
metode adalah cara kerja yang sistematis untuk mempermudah sesuatu kegiatan
dalam mencapai maksudnya.

Purwadarminta menjelaskan bahwa metode adalah cara yang teratur dan


terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud sedangkan Ahmad tafsir
mendefinisikan bahwa metode ialah istilah untuk mengungkapkan pengertian
“cara yang paling tepat dan cepat dalam melaukan sesuatu. Ungkapan “paling
tepat dan cepat” itulah yang membedakan method dengan way (yang juga berarti
cara) dalam Bahasa inggris.

Menurut Zulkifli metode adalah cara yang dapat digunakan untuk


mengiplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
17

metode merupakan suatu cara agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan
yang telah dirumuskan oleh pendidik. Oleh karena itu pendidik perlu mengetahui,
mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar
(Jeprizal, 2014)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, menurut penulis metode adalah


suatu usaha yang dilakukan guru atau pengajar untuk peserta didik di sekolah baik
secara umun dan khusus dalam melakukan proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Discovery Learning adalah proses belajar yang di dalamnya tidak disajikan


suatu konsep dalam bentuk jadi (final), tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasi
sendiri cara belajarnya dalam menemukan konsep (Muhamad, 2016)
Sebagaimana pendapat Bruner bahwa: “Discovery Learning can be defined as the
learning that takes place when the student is not presented with subject matter in
the final form, but rather is required to organize it him self”. Dasar ide Bruner
ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif
dalam belajar di kelas.

Discovery merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang


melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan
sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan
perilaku (Hanafiah dan Suhana,2010:77).

Menurut Oemar Hamalik (Illahi, 2012:9) menyatakan bahwa discovery


adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para
peserta didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga
menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan. Sehingga guru
dapat menerapkan konsep tersebut dengan baik.

Discovery learning merupakan proses untuk menemukan sesuatu yang baru


dalam kegiatan belajar mengajar. Proses belajar dapat menemukan sesuatu apabila
18

guru menyusun terlebih dahulu materi yang akan disampaikan, selanjutnya peserta
didik dapat menemukan sendiri berbagai hal yang penting dalam pembelajaran
(Siregar, 2010:30).

Discovery menurut Sund (Roestiyah, 2008:20) adalah proses mental dimana


siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Discovery learning
berarti mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir dan
peserta didik harus berperan aktif dalam belajar di kelas (Mulyono:2014:63).
Selain itu Djamarah (2013:19), berpendapat bahwa discovery learning adalah
belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru
menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi peserta didik
diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan mempergunakan
teknik pendekatan pemecahan masalah. Menurut Burner (Siregar 2012:30),
discovery learning merupakan proses pembelajaran untuk menemukan sesuatu
yang baru dalam kegiatan belajar mengajar.

Ibrahim dan Nur (Rusman, 2012:241) menyatakan metode discovery


learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk
merangsang berfikir tingkat tinggi peserta didik dalam situasi yang berorientasi
pada masalah dunia nyata, termasuk didalam proses belajar. Metode Discovery
learning merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara
sistematis, kritis, logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri. Peseta didik juga dituntut untuk memberanikan diri
atau berani berpendapat (Roestiyah 2008:35).

Menurut Sund (2014). Discovery Learning adalah proses mental dimana


peserta didik mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang
dimaksud dengan proses mental antara lain adalah mengamati, mencerna,
mengerti, menggolongkan-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,
membuat kesimpulan dan sebagainya. Dalam pembelajaran ini peserta didik
19

dibiarkan untuk menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri,
guru hanya sebagai fasilator dan membimbing peserta didik.

Kelebihan metode discovery learning (Kemendikbud, 2013) adalah sebagai


berikut:

1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan


keterampilan‐keterampilan dan proses‐proses kognitif. Usaha
penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung
bagaimana cara belajarnya.
2. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannya sendiri.
3. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa, karena unsur
berdiskusi.
4. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
5. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu‐raguan) karena
mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti

Sementara itu kekurangannya menurut Kemendikbud (2013) adalah


sebagai berikut:

1. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran


untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami
kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan
antara konsep‐konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada
gilirannya akan menimbulkan frustasi.
2. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang
banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu
mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
20

3. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar


berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan
cara-cara belajar yang lama.
4. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,
keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian.
5. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang
akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu
oleh guru.

Menurut penulis discovery learning merupakan suatu pembelajaran yang


menggunakan metode dimana peserta didik mencari dan menyelesaikan sendiri
pembelajaran yang diberikan oleh guru dan peserta didik mendapat pengalaman
langsung dalam proses belajar pembelajaran di kelas.

4. Kehidupan Masyarakat Praaksara Indonesia

Masa Praaksara merupakan suatu masa di mana manusia dalam hal ini ialah
manusia purba sebagai masyarakat yang menetap di suatu wilayah yang ada di
Indonesia, masih belum mengenal tulisan . (Rosfenti, 2020). Berdasarkan hasil
kebudayaannya, secara garis besar, Zaman Praaksara dibagi menjadi Zaman Batu
dan Zaman Logam.

1. Jaman batu

Berdasarkan cara memproses perkakas batu dan fungsi perakaks batu yang
mereka gunakan , jaman batu diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, yaitu sebagai
berikut:

a) Jaman Paleolitikum (Zaman Batu Tua)


b) Jaman Mesolitikum (Zaman Batu Madya)
c) Jaman Neolitikum (Zaman Batu Baru/Batu Muda)
d) Jaman Megalitikum (Zaman Batu Madya)
21

a. Jaman Batu Tua ( Palaeplithikum)

Jaman palaeolithikum berarti jaman batu tua. Jaman ini ditandai dengan adanya
perkakas yang terbuat dari batu yang masih kasar, sederhana, dan sangat primitif.
Hasil kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di daerah Pacitan (Jawa
Timur) dan Ngandong (Jawa Timur). Untuk itu para arkeolog sepakat untuk
membedakan temuan benda-benda prasejarah di kedua tempat tersebut yaitu
sebagai kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.

b. Jaman Batu Madya ( Mesolithikum )

jaman Mesolitikum diperkirakan berlangsung pada masa Holosen awal setelah


jaman es berakhir. Pendukung kebudayaannya ialah Homo Sapiens yang
merupakan manusia cerdas. Untuk penemuannya berupa fosil manusia purba,
banyak ditemukan di Sumatra Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Flores. Ciri
kebudayaan Mesolithikum tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Palaeolithikum,
tetapi pada masa Mesolithikum manusia yang hidup pada zaman tersebut sudah
ada yang menetap sehingga kebudayaan Mesolithikum yang sangat menonjol dan
sekaligus menjadi ciri dari jaman ini yaitu kebudayaan Kjokkenmoddinger dan
Abris sous Roche.

C. Jaman Batu muda ( Neolithikum )

Jaman Neolitikum merupakan perkembangan jaman dari kebudayaan batu madya.


Alat-alat yang terbuat dari batu yang telah mereka hasilkan lebih sempurna dan
lebih halus disesuaikan dengan fungsinya. Hasil kebudayaan yang terkenal di
jaman Neolitikum adalah jenis kapak persegi dan kapak lonjong. Fase atau tingkat
kebudayaan pada jaman prasejarah yang memiliki ciri-ciri berupa unsur-unsur
kebudayaan, seperti peralatan yang berasal dari batu yang sudah diasah, pertanian
menetap, peternakan, serta pembuatan tembikar, juga merupakan salah satu
pengertian dari jaman Neolitikum.

D. Jaman Megalithikum ( Batu Besar )


22

Berdasarkann bahasa Yunani, kata Megalitikum dapat dibagi menjadi kata


"Mega" yang berarti besar dan "Lithos" yang berarti batu. Perkembangan jaman
batu besar atau jaman Megalitikum diperkirakan sudah ada sejak jaman batu muda
hingga jaman logam.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang mendukung dan relevan dengan pengembangan berupa


LKPD berbasis Discovery Learning pada materi Kehidupan Masyrakat Praksara
adalah sebagai berikut.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Desi Ariani yang berjudul “pengembangan


Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) BERBASIS Discovery Learning pada
materi kalor di SMP Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) telah
dikembangkan LKPD berbasis discovery learning dengan pengembangan
pada aspek materi yang sudah mendorong rasa keingintahuan peserta didik
dengan menggunakan contoh dan kasus yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari, (2) kelayakan pengembangan LKPD berbasis discovery learning
yang dinilai oleh ahli media berada pada kategori layak (0,80 0,05) dan ahli
substansi materi juga berada dalam kategori layak (0,81 0,07), dan (3) respon
peserta didik terhadap LKPD berbasis discovery learning berada dalam
kategori sangat menarik (0,82 0,07).

2. Penelitian yang dilakukan oleh LR. Retno Susanti, Alian, Zulfachry


Juhar.Pengembangan Lembar Kerja Pesrta Didik (LKPD) Berbasis
Kontekstual Pada Materi Pelajaran Sejarah Kelas X di Sekolah Menengah
Atas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa desain pembelajaran
dikategorikan valid rata-rata 3.88, materi pembelajaran yang dikategorikan
valid rata-rata 3,75, dan di linguistic dikategorikan valid rata-rata 3,77.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut pengembangan Lembar Kerja Siswa
Berbasis Kontekstual di kelas X SMA efektif digunakan sebagai produk
pembelajaran.
23

3. Penelitian yang dilakukan oleh Umi Hartati dan Rizki Ahmad Refa`
(2019) yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Sejarah Masa Pendudukan Jepang di Indonesia Bebasis Nilai Karakter untuk
Kelas XI sma Negeri 1 Pasirsakti” . Hasil validasi oleh ahli materi tahap 1
sebesar 78.71%, tahap 2 sebesar 90% (meningkat 14%). Hasil validasi oleh
ahli materi tahap 1 sebesar 85.71%, tahap 2 sebesar 100% meningkat
14.29%). Dan respon siswa sebesar 95%. Hasil validasi dikategorikan ”sangat
layak” . berdasarkan hasil validasi menunjukan bahwa LKPD berbasis nilai
karakter layak untuk di uji cobakan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Ilham Akbar yang berjudul “ Pengembangan


Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Model Pembelajaran Discovery
Learning pada siswa MTs N Stabat T.P 2017/2018” Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa Kualitas kevalidan pembelajaran matematika dengan
menggunakan LKPD berbasis model pembelajaran Discovery Learning
memenuhi kriteria valid berdasarkan skor rata-rata LKPD yaitu 4,4 dari skor
maksimal 5,0 dengan kriteria baik. Kualitas kepraktisan pembelajaran
matematika memenuhi kriteria praktis berdasarkan skor rata-rata angket
respon siswa 91,5 % dari maksimal 100% dengan kriteria sangat baik.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Fitriyana dan Lucy Asri Purwasi yang
berjudul “ Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Discovery
Learning” Hasil penelitian kategori kevalidan diperoleh rata-rata sebesar 3,7
dengan kategori valid. Pada kategori kepraktisan LKS yang dikembangkan
berdasarkan penilaian siswa dengan rata-rata sebesar 3,83 dan berdasarkan
penilaian guru sebesar 3,63 dengan berada pada kategori praktis. Hasil
efektivitas pembelajaran diperoleh ketercapaian aktivitas guru dengan ratarata
sebesar 4,37 dengan kategori aktif. Untuk pengamatan aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung diperoleh rata-rata sebesar 3,73 dengan kategori
berada pada kriteria aktif. Simpulan, pengembangan LKS berbasis discovery
learning dikategorikan valid, praktis dan efektif digunakan oleh siswa pada
materi bangun ruang sisi datar, kubus dan balok.
24

Berdasarkan kelima penelitian relevan di atas, terlihat bahwa Lembar Kerja


Peserta Didik dapat digunakan sebagai salah satu alternative media
pembelajaran guna memenuhi tuntutan pembelajaran di era ini . Ketiga
penelitian di atas juga dimanfaatkan sebagai pendukung dalam
pengembangan penelitian ini.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


pengembangan. Penelitian pengembangan yang berupaya menghasilkan produk
pembelajaran tertentu dan menguji coba kelayakan produk tersebut. Produk yang
dihasilkan dalam penelitian ini adalah media pembelajaran berupa LKPD
Berbasis Discovery Learning pada Materi Kehidupan Masyarakat Praaksara
Indonesia di Kelas X IPS.
Model pengembangan yang digunakan pada penelitian LKPD ini adalah
Model prosedural yaitu model deskriptif yang menggambarkan alur atau langkah-
langkah prosedural yang harus diikuti untuk menghasilkan produk tertentu
(Setyosari, 2015:284). Model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-
langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Model prosedural biasa
dijumpai dalam model rancangan pembelajaran, misalnya Dick & Carey, Model
Borg & Gall, Dan Model Addie (Analysis, Design, Development, Implementation,
Evaluation) (Setyosari, 2015:284).
B. Prosedur Pengembangan
25

Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah prosedur


pengembangan model ADDIE. Secara garis besar prosedur penelitian dapat
digambarkan dalam Gambar 3.1 berikut.

Analisis kebutuhan, mengidentifikasi masalah


Analisis
(kebutuhan), dan melakukan analisis tugas.

Desain Penyususnan kerangka LKPD serta penyusunan


instrumen penelitian.

1. Melaksanakan rancangan yang telah dibuat.


Development 2. Validasi ahli materi, ahli media, dan ahli
bahasa.

Uji coba produk oleh peserta didik kelas X SMA


Implementasi
Gajah Mada.

Evaluasi Mengukur ketercapaian tujuan pengembangan.

Gambar 3.1
26

Tahapan model ADDIE dijabaran sebagai berikut.

(1) Tahap Analisis (Analysis)


Menganalisis permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekolah terkait dengan
proses pembelajaran Sejarah, dan menganalisis kurikulum yang berlaku di
sekolah, sehingga produk yang dikembangkan sesuai dan memenuhi kebutuhan
peserta didik. Produk yang dikembangkan diharapkan mampu memudahkan
peserta didik dalam belajar secara mandiri.

(2) Tahap Desain (Design)


Kegiatan dalam tahap desain antara lain:
a. Penyusunan kerangka LKPD Berbasis Discovery Learning.
b. Penyusunan uraian materi kehidupan masyarakat praaksara Indonesia yang
disesuaikan dengan kompetensi pada kurikulum yang digunakan.
c. Penyusunan instrumen yang digunakan dalam penelitian, yaitu angket
validasi, angket respon peserta didik serta soal tes hasil belajar.
d. Pengumpulan referensi yang berkaitan dengan materi kehidupan masyarakat
praaksara Indonesia berbasis Discovery Learning.
(3) Tahap Developmen (Development)
Rancangan produk yang telah dikonsep kemudian dikembangkan dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
a. Penulisan draft
27

Penulisan draft LKPD berbasis Discovery Learning dimana dibagian awal terdiri
dari: cover depan, kata pengantar, daftar isi dan kompetensi dasar, di bagian isi
memuat materi Kehidupan masyarakat praaksara indonesia beserta contoh soal
dan penyelesainnya, dan di bagian akhir terdiri dari: uji kompetensi, lembar
catatan, daftar pustaka dan cover belakang.
b. Validasi
Memvalidasikan LKPD kepada dosen sebagai validator baik sebagai ahli materi,
ahli media maupun ahli Bahasa. LKPD harus dinyatakan valid oleh ahli-ahli
tersebut, sebelum diimplementasikan dalam pembelajaran. Data hasil evaluasi dari
ahli materi, media, maupun Bahaa, selanjutnya dianalisis untuk mengetahui
tingkat kevalidan LKPD dan revisi yang perlu dilakukan berdasarkan masukan
dan saran dari ahli-ahli tersebut.

(4) Implementasi (Implementation)


Setelah produk dinyatakan valid oleh para ahli, maka produk diimplementasikan
dalam kegiatan pembelajaran di kelas X IPS. Kemudian dilanjutkan dengan
pengisian angket respon peserta didik dan tes hasil belajar oleh peserta didik yang
telah menggunakan produk. Hal ini bertujuan untuk mengetahui respon peserta
didik dan keefektifan produk yang dikembangkan.

(5) Evaluasi (Evaluation)


Evaluasi dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan pengembangan. Pada
tahap ini dilakukan tes hasil belajar oleh peserta didik setelah menggunakan
Lembar Kerja Peserta Didik. Evaluasi juga terjadi pada empat tahap di atas, yaitu
analisis, desain, development, dan implementasi. Evaluasi yang terjadi pada setiap
empat tahap tersebut dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk
kebutuhan revisi.
C. Desain Produk Yang di Kembangkan

1. Desain Produk
Setelah mengumpulkan informasi, selanjutnya membuat produk awal
LKPD berbasis Discovery Learning pada pokok bahasan Kehidupan
Masyarakat Praaksara sehingga bermanfaat bagi pendidik maupun peserta
28

didik. Penelitian dan pengembangan ini membuat desain dari produk yang
akan dikembangkan. Desain penyusunan LKPD berbasis Discovery
Learning pada pokok bahasan Kehidupan Masyarakat Praaksara, yaitu:
1) Berbentuk media cetak
2) Memuat komponen-komponen sebagai berikut :
a. Judul
b. Standar Kompetensi
c. Kompetensi dasar
d. Indikator
e. Menjelaskan Materi Kehidupan Masyarakat Praksara
f. Menyebutkan jenis-jenis Periodisasi pada kehidupan masyarakat
praaksara
h. Diskusikan
i. Latihan Soal
3) Disusun dalam Bahasa Indonesia

2. Subjek Uji Produk


Subjek pada penelitian ini adalah peserta didik kelas X IPS . Lokasi
penelitian yaitu di SMA Gajah Mada yang terletak di jl. Soekarano Hatta
No. 1, Tj. Senang, Kota Bandar Lampung .Selain peserta didik penelitian
juga melibatkan dosen sebagai validator baik sebagai ahli materi, ahli
media maupun ahli Bahasa. Waktu penelitian dilakukan di semester genap
tahun pelajaran 2022/2023.

3. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan peneliti untuk
mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara
lain: a. Melakukan observasi dalam proses pembelajaran di SMA Gajah
Mada untuk mengetahui keadaan peserta didik dalam proses pembelajaran,
antara lain bahan ajar, metode dan media pembelajaran yang digunakan
oleh pendidik.
29

b. Memvalidasi LKPD berbasis Discovery Learning sehingga dapat


digunakan untuk uji lapangan terbatas. Uji lapangan terbatas ini digunakan
untuk mendapatkan angket respon dari peserta didik.
c. Data uji kepraktisan diperoleh dari instrumen penelitian berupa angket
respon peserta didik. Data uji kepraktisan diperlukan untuk mengetahui
kepraktisan LKPD berbasis Discovery Learning sehingga dapat diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
d. Data uji keefektifan diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Data uji
keefektifan digunakan untuk mengetahui apakah produk yang dihasilkan
dapat memberikan hasil sesuai yang diharapkan. Keefektifan produk
ditentukan dengan melihat nilai hasil belajar peserta didik.

4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai untuk menguji coba kelayakan produk yang
dikembangkan yaitu dengan menggunakan instrumen yang meliputi: (1)
Lembar validasi LKPD berbasis Discovery Learning untuk ahli materi,
ahli media dan ahli Bahasa, (2) Lembar observasi (angket) respon peserta
didik, dan skor tes hasil belajar peserta didik.

5. Teknik Analisis Data


Dalam mengolah dan mendiskripsikan data yang telah terkumpul,
menggunakan dua macam teknik data, yaitu dengan menggunakan teknik
analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif.

a. Analisis deskriptif kualitatif


Teknik ini dipergunakan untuk menganalisis data berupa catatan, saran ataupun
komentar hasil penilaian dari lembar angket berdasarkan tanggapan subjek uji
coba/peserta didik, lembar validasi dan review dari ahli materi, media maupun
Bahasa.

b. Analisis deskriptif kuantitatif


30

Teknik yang kedua ini digunakan untuk menganalisis data hasil validasi, respon
peserta didik, dan hasil pengolahan tes penguasaan peserta didik. Hal ini
diperlukan untuk menentukan kevalidan, kemenarikan, dan keefektifan dari
produk yang dihasilkan. Penjelasan mengenai kriteria kualitas tersebut sebagai
berikut.

Instrumen yang digunakan memiliki 4 jawaban, yaitu Sangat Baik (SB) diberi
skor 4, Baik (B) skor 3, Cukup (C) skor 2, dan kurang (K) skor 1, sehingga skor
penelitian total dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Fajar,
2018: 52).
n

∑ xi
x= i=1
n
Dengan
Jumlah Skor
x i= ×4
Skor maks

Keterangan:
x = Rata-rata akhir
x i = Nilai uji operasional angket
n = Banyaknya responden yang mengisi angket

c. Analisis Data Validasi Ahli


Lembar penilaian angket validasi untuk mengetahui tingkat kevalidan terkait
materi dan media yang dikembangkan dengan penilaian dari tiap pilihan jawaban
yang dapat dilihat pada tabel 3.1 (Rahmat Fajar, 2018)

Tabel 3.1

Skala Penilaian Validasi Ahli

No. Kategori Skor


31

1 Sangat Baik (SB) 4

2 Baik (B) 3

3 Cukup (C) 2

4 Kurang (K) 1

Penkonversian skor menjadi kriteria validasi dapat dilihat dalam Tabel 3.2
berikut.

Tabel 3.2

Kriteria Validasi Ahli


Kriteria
No. Skor Kualitas Keterangan
Kelayakan

1 3 , 26< x ≤ 4 , 00 Valid Tidak Revisi

2 2 , 51< x ≤ 3 ,26 Cukup Valid Revisi Sebagian

Revisi Sebagian &


3 1 ,76 < x ≤ 2 ,51 Kurang Valid
Pengkajian Ulang Materi

4 1 , 00< x ≤ 1 ,76 Tidak Valid Revisi Total


32

d. Analisis Data Respon Peserta Didik


Angket respon peserta didik diisi dengan ketentuan sesuai tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3

Skor Penilaian Respon Peserta Didik

No. Kategori Skor

1 Sangat Baik (SB) 4

2 Baik (B) 3

3 Cukup (C) 2

4 Kurang (K) 1

Penkonversian skor angket peserta didik menjadi kriteria kemenarikan dapat


dilihat dalam tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4

Kriteria Uji Kemenarikan

No. Skor Kualitas Kriteria

1 3 , 26< x ≤ 4 , 00 Sangat Menarik

2 2 , 51< x ≤ 3 ,26 Menarik

3 1 ,76 < x ≤ 2 ,51 Kurang Menarik

4 1 , 00< x ≤ 1 ,76 Sangat Kurang Menarik


33

e. Analisis Keefektifan

Analisis keefektifan terhadap produk yang dikembangkan berupa LKPD


berbasis Discovery Learning kelas X SMA dapat dilihat dari tes hasil belajar
peserta didik kelas X IPS SMA Gajah Mada selaku subjek penelitian.

Efektifnya produk penelitian dilihat dari nilai secara individu dan klasikal.
Nilai peserta didik dikatakan tuntas secara individu jika peserta didik memperoleh
nilai dengan kategori minimal “75”. Nilai ini merupakan batas minimum
ketuntasan belajar Sejarah di SMA Gajah Mada.

Ketuntasan klasikal dilihat dari persentase ketuntasan belajar peserta didik


pada tes hasil belajar Sejarah setelah menggunakan LKPD berbasis Discovery
Learning kelas X SMA pada materi Kehidupan Masyarakat Praaksara kemudian
dihitung dengan menggunakan rumus berikut.

banyak peserta didik yang tuntas


p= × 100 %
banyak peserta didik yang mengikuti tes

Keterangan:
p = persentase ketuntasan belajar peserta didik

Besar persentase ketuntasan belajar Sejarah peserta didik selanjutnya diubah


menjadi data kualitatif berdasarkan pada tabel 3.5 berikut (Widoyoko, 2009: 242).

Tabel 3.5

Kriteria Keruntasan Belajar Peserta didik

No. Presentase Ketuntasan Kategori

1 p>80 % Sangat Baik


2 60 % < p ≤80 % Baik
34

3 40 %< p ≤ 60 % Cukup
4 20 % < p ≤ 40 % Kurang
5 p ≤20 % Sangat Kurang

Penggunaan LKPD berbasis Discovery Learning kelas X SMA tergolong efektif


sebagai media pembelajaran Sejarah peserta didik jika persentase ketuntasan
belajar peserta didik pada tes hasil belajar minimal memenuhi kategori “Baik”
menurut acuan di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, I. (2018). “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Model


Pembelajaran Discovery Learning pada Siswa MTs N Stabat T.P
2017/2018”. Medan: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Medan.Diunduh 2 febuari 2022

Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik Tijauan Teoretis dan


Praktik, (Cet.II;Jakarta: Kencana, 2016), h. 440. Diunduh 2 Febuari 2022

Anggraeni, Y. (2016). “Pengembangan Media Pembelajaran Berbentuk Pocket


Book untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Praktik Akuntansi SMK YPKK 1 Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta”.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Diakses 12 febuari 2022.

Ariani, D. (2020). pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)


BERBASIS Discovery Learning pada materi kalor di SMP. Banda Aceh:
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh. Diunduh 3
febuari 2022
35

Arief Sadiman, dkk (2014). Media pendidikan. Jakarta : Rajawali pers.Diakses 3


febuari 2022

Arsyad, Azhar. 2015. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Arsyad, Azhar (2011). Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


36(1), 9–34. Diunduh 2 febuari 2022

Borg & Gall. 1983. Educational Research: An Introduction. London: Longman


Inc. Diakses 2 Febuari 2022

Depdiknas.(2008). lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah lembaran-lembaran


berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.

Fitriyana, N. Asri Purwasi, L. (2020). Pengembangan Lembar Kerja Siswa


Berbasis Discovery Learning. Jurnal: Pendidikan Matematika. Vol.3, No.
1 ,17-25. https://doi.org/10.31539/judika.v3i1.1242

Firdaus,N.(2019).BukuAjar.https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+artikel+ilmiah&btnG= Diakses 3 febuari
2022

Gay, L.R. (1991). Educational Evaluation and Measurement: Com-petencies for


Analysis and Application. Second edition. New York: Macmillan Publishing
Compan. Diakses 5 febuari 2022

Hanafiah dan Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika


Aditama.Diakses 12 febuari 2022

Hamalik, Oemar. 2012. Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi. Jakarta : PT.


Bumi Aksara

Hamalik Omar.(2012). Pendekatan Baru Strategi Belajra mengajar Berdasarkan


CBSA.Bandung : Sinar Baru Algensindo.Diakses 13 febuari 2022

Hartati, U. Refa’I, R.A. (2019). “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik


(LKPD)Sejarah Masa Pendudukan Jepang di Indonesia Bebasis Nilai
Karakter untuk Kelas XI sma Negeri 1 Pasirsakti” .Jurnal: Pendidikan
Sejarah, Vol.8,No. 2. Dinduh 13 febuari 2022

https://www.kajianpustaka.com/2015/07/lembar-kerja-peserta-didik-
lkpd.html,diakses 4 febuari2022

Iskandar, M.Y. (2016). Model Pengembangan Addie. Jurnal: Educational Of


Technology For Learning.

Jeprizal. (2014). Penerapan Metode Unit Teaching Pada Mata Pelajaran Sejarah
36

Kebudayaan Islam Di Madrasah Tsanawiyah Lkmd Giti Kecamatan Kabun


Kabupaten Rokan Hulu. http://repository.uin-suska.ac.id/4847/Diakses 5
febuari 2022

Kemendikbud. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013


SMP/MTs matematika. Jakarta: Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan.
Diunduh 1 Febuari 2022

Kustandi, Cecep dan Daddy Darmawan. 2020. Pengembangan Media


Pembelajaran. Jakarta : Kencana.Diakses 2 febuari 2022

Laksita, Supurwoko & Sri B. (2013). Pengembangan Media Pembelajaran Fisika


Dalam Bentuk Pocket Book Pada Materi Alat Optik Serta Suhu dan Kalor
untuk Kelas X SMA. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF).
Vol.3, No.1. ISSN : 2089-6158.Diakses 3 febuari 2022

M, Mulyono.2014. Aktivitas Belajar, Bandung: Yrama

Muhamad, N. (2016). Pengaruh Metode Discovery Learning untuk Meningkatkan


Representasi Matematis dan Percaya Diri Siswa. Jurnal Pendidikan
Universitas Garut, 9(1), 9–22.
http://journal.uniga.ac.id/index.php/JP/article/view/83 Diakses 5 febuari
2022

Pulungan, M., Usman, N., Suratmi, S., Suganda M, V. A., & Harini, B. (2020).
Lembar Kerja Peserta Didik (Lkpd) Pada Pembelajaran Tematik Kurikulum
2013. Jurnal Inovasi Sekolah Dasar, 7(1), 29–36.
https://doi.org/10.36706/jisd.v7i1.11621Diakses 5 febuari2022

Rahman, A., & Nuryana, Z. (2019). Pendidikan Islam di Era Revolusi Industri
4.0. 34–0. https://doi.org/10.31219/osf.io/8xwp6 Diakses 1 febuari 2022

Rahmat Fajar, (2018)."Pengembangan Buku Saku Digital Materi Bangun


Datar".Fakultas Tarbiah dan Keguruan. Pendidikan Matematika. Bandar
Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Diunduh 13
febuari 2022

Rayanto, Y., & Sugianti. (2020). Penelitian Pengembangan Model ADDIE dan
R2D2: Teori & Praktek. Pasuruan: Lembaga Academic & Research
Institute.Diakses 1 febuari 2022

Rosfenti, V. (2020). Kehidupan Masyarakat Praaksara Indonesia Sejarah


Indonesia Kelas X.

Roestiyah. 2008. Model dan Metode Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara


37

Rosyid, Moh Zaiful dkk.,Prestasi Belajar. Malang: Literasi Nusantara.


2019.Diakses 5 febuari 2022

Rusman, 2012. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme


Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta.Diakses 13 febuari 2022

Sa’adah, Risa Nur, dan Wahyu. (2020). Metode Penelitian R&D (Research and
Development) Kajian Teoretis dan Aplikatif. Malang: Literasi
Nusantara.Diakses 4 febuari 2022

Sa’diyah, H., Alfiyah, H. Y., AR, Z. T., & Nasaruddin, N. (2020). Model
Research and Development dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
EL-BANAT: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam, 10(1), 42–73.
https://doi.org/10.54180/elbanat.2020.10.1.42-73 Diakses 4 Febuari 2022

Savira, Fitria, Suharsono, & Yudi. (2018). Pembelajaran Mengelompokkan Bahan


tekstil di SMK Karya Rini Yogayakarta kurang terarah Kurangnya. Journal
of Chemical Information and Modeling, 01, 1689–1699. Diunduh 1 Febuari
2022

Setyosari, Punaji.2015. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan Edisi


ke Empat. Jakarta: Prenadamedia Group.Diakses 12 febuari 2022

Siregar, Nara, Eveline & hartini. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia.Diakses 12 febuari 2022

Sukiman. 2013. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Rosdakarya.Diakses 4 febuari 2022

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian & Pengembangan. Bandung:


Alfabeta.Diakses 4 febuari 2022

Supandi, A., Sahrazad, S., Wibowo, A. N., & Widiyarto, S. (2020). Analisis
Kompetensi Guru: Pembelajaran Revolusi Industri 4.0. Seminar Nasional
Bahasa Dan Sastra Indonesia (Prosiding SAMASTA), 1–6. Diunduh 12
Febuari 2022

Susanti, L. R., Alian, & Juhar, Z. (2017). Berbasis Kontekstual Pada Mata
Pelajaran Sejarah Kelas X Di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Criksetra,
6(11), 1–5. Diunduh 13 Febuari 2022

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep,


Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
38

Udin, M.B. (2018). Metodologi Penelitian Pendidikan. Sidoarjo: Universitas


Muhammadiyah Sidoarjo.

Umbaryati. (2016). Pentingnya LKPD pada Pendekatan Scientific Pembelajaran


Matematika. Jurnal PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 217–
225.https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/21473
Diunduh 12 febuari 2022

Widjayanti.2008.Media Lembar Kerja Peserta Didik.Jakarta Rineka Diakses 3


febuari 2022

Widjajanti (2008:1) mengatakan lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan


salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh pendidik.

Widoyoko, Eko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.Diakses 13 febuari 2022.

Wisada, P. D., Sudarma, I. K., & Yuda S, A. I. W. I. (2019). Pengembangan


Media Video Pembelajaran Berorientasi Pendidikan Karakter. Journal of
Education Technology, 3(3), 140. https://doi.org/10.23887/jet.v3i3.21735
Diakses 12 febuari 2022

Wulandari, B. (2013). Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Hasil


Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK. Online (Jurnal).Diakses
dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=138040&val=438.

Yunitasari, Hanna Ully. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa IPA Terpadu
Berpendekatan SETS Dengan Tema Pemanasan Global Untuk Siswa SMP.
Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.Diakses 12 febuari 2022

Anda mungkin juga menyukai