Anda di halaman 1dari 55

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS KESULITAN GURU DALAM MERANCANG


PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS TINGGI
SDN 71 MACCINI KECAMATAN LILIRIAJA
KABUPATEN SOPPENG

ANALYSIS OF TEACHER DIFFICULTY IN DESIGNING THEMATIC


LEARNING AT HIGH CLASS SDN 71 MACCINI LILIRIAJA DISTRICT
SOPPENG DISTRICT

ANISA GALA
1747242006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
ii
DAFTAR ISI

SAMPUL PROPOSAL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... v
DAFTAR BAGAN............................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 7
A. Kajian Teori ......................................................................................... 7
B. Kerangka Pikir ..................................................................................... 29
III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 32
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 32
B. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 32
C. Subjek Penelitian ................................................................................ 33
D. Prosedur Penelitian............................................................................... 34
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 34
F. Instrumen Penelitian ........................................................................... 35
G. Pemeriksaan Keabsahan Data .............................................................. 36
H. Teknik Analisis Data ........................................................................... 37
JADWAL RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN ........................... 38
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 39
LAMPIRAN ..................................................................................................... 41

iii
DAFTAR TABEL

1. Rencana Jadwal Penelitian............................................................................. 38

iv
DAFTAR BAGAN

1. Kerangka Pikir Kesulitan Guru dalam .......................................................... 29


Merancang Pembelajaran Tematik

v
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara .................................................................................. 42
2. Kisi-Kisi Angket ......................................................................................... 43
3. Angket Kesulitan Guru dalam ..................................................................... 43
Merancang Pembelajaran Tematik

vi
1

JUDUL : Analisis Kesulitan Guru dalam Merancang Pembelajaran


Tematik di Kelas Tinggi SDN 71 Maccini Kecamatan
Liliriaja Kabupaten Soppeng

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan unsur yang sangat penting yang harus dimiliki oleh

setiap manusia untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan

sekelompok orang yang diturunkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya

melalui pengajaran maupun pelatihan. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk

membina peserta didik agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif

dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu, proses pendidikan dan pembelajaran

dikatakan berhasil apabila peserta didik memperoleh perubahan ke arah yang

lebih baik dan penambahan pengetahuan.

Kualitas pendidikan sangat diperlukan untuk mendukung upaya

terciptanya manusia yang cerdas dan mampu bersaing di era globalisasi.

Pendidikan itu tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada peserta

didik, melainkan menciptakan situasi, mengarahkan, mendorong dan

membimbing aktivitas belajar peserta didik ke arah perkembangan yang optimal.

Dalam menghadapi perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

serta menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, maka pemerintah terus

berupaya meningkatkan kualitas pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa melalui pendidikan. Hal tersebut tercantum dalam Undang-Undang No. 20


2

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 menyatakan

bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pelaksanaan proses pendidikan di sekolah dasar telah mengalami

pembaruan kurikulum. Kurikulum yang diterapkan pada saat ini yaitu Kurikulum

2013. Menurut Ahmadi (2014) bahwa “ Tujuan Kurikulum 2013 mendorong

peserta didik mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar,

dan mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran”(h.216).

Ciri khas dari Kurikulum 2013 di SD adalah pembelajaran tematik pada

semua kelas. Menurut Rasidi et al., (2015) “Pembelajaran tematik adalah

pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik”(h.126).

Prastowo (2019) mengatakan “pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang

dirancang berdasarkan tema-tema tertentu”(h.3). Hal ini sesuai dalam

Permendikbud Nomor 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 dijelaskan bahwa

“pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai

kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema”. Jadi dapat

disimpulkan bahwa Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengaitkan

beberapa mata pelajaran kemudian dibuat dalam satu tema.

Pelaksanaan konsep pembelajaran tematik tentu saja tidak lepas dari

peranan seorang guru. Pembelajaran berbasis tematik pada kelas rendah telah
3

dilakukan oleh guru sejak diberlakukannya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan) pada tahun 2006. Pembelajaran tematik bertolak dari anggapan bahwa

peserta didik pada usia enam hingga sembilan tahun masih berfikir secara integral

atau menyeluruh. Oleh karena itu, pada usia kelas (satu sampai tiga) diterapkanlah

pembelajaran tematik, pada Tahun 2013 kembali lagi diluncurkan kurikulum baru

yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Bagi sebagaian guru

kelas rendah pembelajaran tematik tentu sudah biasa meskipun ada sedikit

penyempurnaan, berbeda dengan penerapan pembelajaran tematik di kelas tinggi

karena kedalaman atau cakupan materi yang lebih kompleks sehingga

mengakibatkan guru merasa sulit untuk mengaitkan materi dengan tema.

Pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013 telah dirancang begitu

matang, sehingga guru dituntut siap dalam menerapkan pembelajaran tematik di

sekolah dengan dilakukannya sosialisasi dan pelatihan serta diskusi dalam KKG

(Kelompok Kerja Guru) tentang pembelajaran tematik. Dengan dilakukannya

sosialisasi dan pelatihan tentang pembelajaran tematik sebagai penerapan

Kurikulum 2013, guru bisa menguasai dan menerapkan pembelajaran tematik.

Goleman (2019) mengatakan bahwa :

Kompetensi guru dalam pembelajaran tematik merupakan faktor penentu


yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru
memegang peranan dalam proses pembelajaran, di mana proses
pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
yang melibatkan aspek kompetensi guru. (h.78)
Pembelajaran tematik di sekolah dasar guru harus mampu merancang

pembelajaran tematik yaitu merancang RPP, bahan ajar, merancang penyusunan

LKPD, menggunakan media pembelajaran, dan melakukan penilaian yang sesuai

dengan Kurikulum 2013. Dalam pembelajaran tematik guru juga harus lebih
4

kreativitas dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran akan tetapi berbeda

yang ada di lapangan yaitu di tempat Magang dan lokasi penelitian di SDN 71

Maccini bahwa masih banyak guru-guru yang belum mampu untuk merancang

pembelajaran tematik yang sesuai dengan ketentuan Kurikulum 2013 terutama

dalam merancang RPP, bahan ajar, dan LKPD. Hal ini sejalan dengan temuan

yang dilakukan oleh Ain (2016) menunjukkan bahwa kesulitan atau hambatan

guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik yaitu kesulitan menggabungkan

tema dengan mata pelajaran dan kesulitan dalam membuat RPP serta kesulitan

menyusun LKPD.

Hasil temuan Ismail (2014) bahwa tingkat kesulitan dalam perencanaan

pembelajaran tematik di SDN Wononsari kelas IV adalah guru kesulitan dalam

mengembangkan LKPD, guru belum begitu memahami tentang pengembangan

pembelajaran tematik dalam RPP, dan guru kesulitan dalam memberikan

penilaian peserta didik. Temuan di atas juga diperkuat oleh hasil penelitian dari

Nisyatul (2017) menunjukkan bahwa guru terhambat dalam merancang

pembelajaram tematik terutama merancang penyusunan RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran) yang sesuai dengan kaidah Kurikulum 2013, guru

kesulitan dalam merancang penyusunan LKPD, dan guru juga terhambat dalam

merancang bahan ajar.

Berdasarkan temuan yang ada di atas, maka fenomena tersebut hampir

sama di SDN 71 Maccini Kecamatan Liliriaja Kabupaten Soppeng bahwa setiap

guru memiliki keluhan dalam merancang pembelajaran tematik di kelas tinggi.

Hasil wawancara yang tidak terstruktur bahwa dari kelima perencanaan


5

pembelajaran tematik yaitu RPP, bahan ajar, LKPD, media pembelajaran, dan

Penilaiaan yang menjadi sulit bagi guru yaitu kebingungan dalam merancang

sebuah RPP di kelas tinggi, karena cakupan materinya yang lebih kompleks

sehingga sulit untuk memadukan materi pelajaran menjadi sebuah tema dan

kadang memberikan pembelajaran tematik tetapi lebih sering menggunakan

pembelajaran terpisah.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk mengkaji lebih lanjut

diperlukan kajian penelitian yang mendalam, maka calon peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan judul Analisis Kesulitan Guru dalam Merancang

Pembelajaran Tematik di Kelas Tinggi SDN 71 Maccini Kecamatan Liliriaja

Kabupaten Soppeng.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah kesulitan guru dalam merancang RPP tematik di kelas tinggi

SDN 71 Maccini Kecamatan Liliriaja Kabupaten Soppeng?

2. Bagaimanakah kesulitan guru dalam merancang bahan ajar tematik di kelas

tinggi SDN 71 Maccini Kecamatan Liliriaja Kabupaten Soppeng?

3. Bagaimanakah kesulitan guru dalam merancang LKPD tematik di kelas tinggi

SDN 71 Maccini Kecamatan Liliriaja Kabupaten Soppeng?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kesulitan guru dalam merancang RPP tematik di kelas tinggi SDN

71 Maccini Kecamatan Liliriaja Kabupaten Soppeng?


6

2. Mengetahui kesulitan guru dalam merancang bahan ajar tematik di kelas tinggi

SDN 71 Maccini Kecamatan Liliriaja Kabupaten Soppeng?

3. Mengetahui kesulitan guru dalam merancang LKPD tematik di kelas tinggi

SDN 71 Maccini Kecamatan Liliriaja Kabupaten Soppeng?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian yang terdapat dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi

pengetahuan dan bahan referensi untuk guru dan peneliti lain yang melakukan

penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi acuan bagi guru dalam menerapkan pembelajaran tematik

berdasarkan Kurikulum 2013

b. Guru dapat penyempurnakan aspek implementasi pembelajaran tematik di

sekolah dasar

c. Sebagai bahan masukan perencanaan pembelajaran tematik secara ideal

dengan pembelajaran tematik secara faktual di sekolah


7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Sehubungan dengan masalah yang ingin diteliti, maka tinjauan pustaka dianggap

relevan dengan penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut :

1. Hakikat Kurikulum 2013

a. Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dibuat karena kemerosotan karakter bangsa Indonesia

pada akhir-akhir ini. Dengan adanya Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk

mempersiapkan manusia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan

warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu

berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban

dunia.

Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan

pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004

dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan

secara terpadu. Menurut Akbar (2016) Kurikulum 2013 merupakan upaya

peningkatan mutu pendidikan untuk mengahasilkan lulusan yang kreatif dan

mampu menghadapi kehidupan di masa yang akan datang (h.5). Penerapan

Kurikulum 2013 memungkinkan para guru merencanakan, melaksanakan, menilai

kurikulum serta hasil belajar peserta didik dalam mencapai kompetensi inti dan

kompetensi dasar, sebagai cermin penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang

dipelajari.
8

b. Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 telah dirancang begitu matang dengan karakteristik yang

telah dikemukakan oleh Vanni (2015) yaitu sekolah dijadikan bagian dari

masyarakat yang dapat dijadikan pengalaman belajar agar peserta didik dapat

memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar, Kurikulum 2013 dapat

mengembangkan sikap, penegtahuan, dan keterampilan, dapat mengembangkan

sikap spiritual dan social, dan keterampilan, serta dapat diterapkan dalam

berbagai keadaan di sekolah dan masyarakat, kompetensi dasar dalam Kurikulum

2013 mencakup dalam kompetensi inti, mengembangkan kompetensi dasar pada

prinsip akumulatif yang saling memperkut anata mata pelajaran dan jenjang

pendidikan.

Karakteristik Kurikulum 2013 juga dikemukakan oleh Hasan (Daryanto, 2013, p.

22) sebagai berikut :

a. Menekankan pada pengembangan sikap (keagamaan dan sosial) rasa ingin


tahu, kreativitas, kerjasama sekolah tidak terpisah dari masyrakat
b. Menempatkan peserta didik sebagai subjek dalam pembelajaran
c. Mengahargai keterampilan melakukan, berpikir dan sikap sebagai hasil
belajar dan bukan hanya kemampuan kognitif rendah

Berdasarkan pendapat di atas, tentang karakteristik kurikulum dapat

dikatakan bahwa Kurikulum 2013 berpusat pada peserta didik hal ini menempatkan

peserta didik sebagai subjek belajar yang dapat memberikan pengalaman langsung

pada peserta didik sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

2. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik dilaksanakan di sekolah dasar karena pada dasarnya

peserta didik masih belum bisa berpikir secara parsial atau terpisah-pisah, tetapi
9

mereka berpikir secara holistik dengan subjek yang konkret, maka Pembelajaran

tematik di SD lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses

belajar atau mengarahkan peserta didik secara aktif terlibat dalam proses

pembelajaran. Pembelajaran tematik berangkat dari suatu tema tertentu sebagai

pusat yang digunakan untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-konsep. Melalui

pembelajaran tematik peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dan

terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajari

secara holistik, bermakna, autentik, dan aktif.

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik

dalam proses belajar. Menurut Tritanto (Utari 2016) “pembelajaran tematik

dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu”

(h.40). Menurut Raden (2015) “Pembelajaran tematik adalah pembelajaran

terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik” (h.360).

Melalui pembelajaran tematik peserta didik dapat memperoleh

pengalaman langsung. Menurut Wuryani (2018) “Pendekatan tematik adalah

pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik karena mereka belajar melakukan

dengan mandiri” (h.76). Selain pendapat di atas juga dikemukakan oleh Majid dan

Rochman (Anitah, 2018) “ model tematik sebagai model pembelajaran berangkat

dari suatu pusat minat untuk memahami gejala dan konsep, baik dari disiplin ilmu

yang relevan atau kurang relevan” (h.24)


10

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran

tematik lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses belajar

secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh

pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai

pengetahuan yang dipelajarinya.

b. Pentingnya Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik

dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat

memperoleh pengalaman langsung. Cara pengemasan pengalaman belajar yang

dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan belajar peserta didik.

Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan

proses pembelajaran lebih efektif.

Pentingnya pembelajaran tematik diterapkan di sekolah dasar pada

umumnya karena peserta didik masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan

(holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan

perkembangan mental, sosial dan emosional. Rusman (2011) mengemukakan

bahwa pembelajaran tematik di sekolah dasar penting disebabkan karena

pengalaman belajar sangat dibutuhkan oleh anak usia sekolah dasar, proses

pembelajaran menjadikan peserta didik aktif sehingga tidak merasa bosan dalam

kegiatan pembelajaran, mengembangkan keterampilan seperti berani berbicara

didepan kelas, selalu bekerja sama, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Pembelajaran tematik begitu penting bagi peserta didik karena dalam

penyajian konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu pembelajaran akan
11

membuat peserta didik mampu memahami konsep secara utuh dan membimbing

peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-

hari.

c. Tujuan Pembelajaran Tematik

Penerapan pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013 tentunya memiliki

tujuan tertentu yang dikemukakan oleh Akbar (2016) yaitu topik yang dipilih

yang dapat memusatkan perhatian siswa, materi pelajaran harus lebih berkesan,

mengembangkan kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama, membuat

siswa lebih semangat untuk belajar, dengan konteks tema yang jelas akan

merasakan manfaat dan makna belajar.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa tujuan pembelajaran

tematik agar dapat memberikan kemudahan peserta didik dalam memahami materi

serta dapat menambah semangat peserta didik untuk belajar karena materi yang

dipelajari merupakan materi yang bermakna. Peserta didik diajarkan untuk bisa

lebih memahami materi pelajaran dengan berkesan.

d. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, Menurut Rusman (2011)

pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik yaitu guru hanya

sebagai fasilitator dan menjadikan peserta didik lebih aktif, memberikan sesuatu

yang bermakna pada sesuatu yang nyata, mata pelajarannya difokuskan pada tema

yang dekat dengan lingkungan peserta didik, kaitan antarsatu matapelajaran

lainnya hal sangat penting bagi peserta didik agar lebih cepat dipahami.
12

Pembelajaran tematik di sekolah dasar guru harus mampu menguasai karakteristik

pembelajaran tematik berikut karakteristik pembelajaran tematik menurut

Sudirman (2014) :

1) Konsep penyampaian oleh beberapa materi pelajaran


2) Pemisahan materi tidak begitu jelas
3) Beberapa mata pelajaran dikelompokkan berdasarkan satu tema
4) Pembelajaran yang berpusat pada siswa
5) Memiliki pengalaman secara langsung
6) Lingkungan siswa bersifat fleksibilitas
7) Hasil pembelajaran sesuai minat dan kebutuhan siswa

Berdasarkan Sudirman, dapat dikatakan bahwa karakteristik pembelajaran

tematik bersifat pada siswa yang akan diberikan pengalaman langsung dan guru

yang akan berperan sebagai fasilitator dan harus bersifat luwes yang mengaitkan

dari satu mata pelajaran lainnya atau mengaitkan dengan lingkungan di mana

sekolah atau peserta didik berada.

e. Prinsip Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai

kemampuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh melalui proses pembelajaran

jadi setiap guru harus mengetahui prinsip-prinsip yang berkenan dengan

pembelajaran tematik dalam materi Kurikulum 2013 menurut Akbar (2016, p. 18)

prinsip pembelajaran tematik yaitun sebagai berikut :

1)Memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia peserta didik dan ada
dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang
beragam dari beberapa muatan, 2)Memilih materi dari beberapa muatan yang
saling terkait sehingga dapat mengungkapkan tema secara bermakna, 3)Tidak
bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi pembelajaran
tematik harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran
yang memuat dalam kurikulum, 4)Materi pembelajaran yang dapat dipadukan
dalam satu tema, selalu mempertimbangkan karakteristisk peserta didik,
seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.
13

Berdasarkan prinsip di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

tematik berangkat dari tema yang terdiri atas kumpulan kompetensi dasar dari

beberapa muatan yang disatukan berdasarkan kesesuian dan keterkaitan

substansinya. Materi yang diintegrasikan dalam pembelajaran disesuaikan dengan

karakteristik, minat, dan kemampuan peserta didik.

f. Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Tahapan dalam pembelajaran tematik melalui beberapa tahap. Menurut Prastowo

(2019, p. 23) Tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran tematik berdasarkan materi

Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut :

1) Menentukan tema. Tema yang dipilih adalah tema yang memungkinkan


adanya proses berpikir peserta didik.
2) Tema harus memperhatikan tiga domain kompentensi dasar yaitu ranah
sikap, ranah pengetahuan, dan ranah keterampilan,.
3) Mendesain rencana pembelajaran. Tahapan ini mencakup
pengorganisasian sumber dan aktivitas ektrakurikuler dalam rangka
mendemonstrasikan kegiatan dalam tema.
4) Guru dan peserta didik menciptakan Suasana aktivitas kelompok dan
diskusi agar membuat peserta didik dapat berperan aktif.

Berdasarkan uraian di atas, tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran

tematik itu sangat penting harus memperhatikan tema, dan tema tersebut sesuai

dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Mendesain rencana pembelajaran

sesuai yang akan guru terapkan yang akan menciptakan peserta didik menjadi

aktif dalam pembelajaran.

3. Perangkat Pembelajaran Tematik

Pada pelaksanaan pembelajaran di sekolah memerlukan perangkat

pembelajaran yang berlangsung sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.


14

Seorang guru dituntut untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran dengan

sebaik-baiknya sebelum mengajar. Perangkat pembelajaran sebagai berikut :

a. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menurut Majid (2014) adalah

“rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran

untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan

telah dijabarkan dalam silabus” (h.125). Selain pendapat Majid juga dikemukakan

oleh Akbar (2016) “RPP dibuat untuk memudahkan guru dalam melakukan

kegiatan pembelajaran sehingga dapat membantu peserta didik mencapai

kompetensi yang diharapkan melalui kegiatan pembelajaran yang bermakna”.

(h.39)

Berdasarkan hal di atas, maka RPP adalah rencana pembelajaran yang di

kembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang

mengacu pada silabus. Penyusunan rencana pembelajaran ini sangat diperlukan,

sebab RPP menjadi acuan untuk melaksanakan kegaiatan pembelajaran.

1) Komponen-Komponen RPP
Penyusunan RPP diperlukan komponen-komponen agar pelaksanan dalam

pembelajaran dapat dilakukan dengan baik. Adapun komponen-komponen rencana

pembelajaran yaitu :

a)Tema yang akan dipelajari dalam pembelajaran,b) Identitas mata


pelajaran ( nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan
waktu/baanyaknya jam pertemuan yang dialokasikan,c) Kompetensi dasar
dan indikator yang hendak dicapai, d) Materi pokok beserta uraiannya
yang perlu dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai kompetensi
dasar dan indikator,e)strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara
konkret yang harus dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan
materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi
dasar dan indikator, f) alat dan media yang digunakan untuk memperlancar
15

pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakam dalam


kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus
dikuasai, g) Penilaian dan tidak lanjut (prosedur dan instrument yang akan
digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak
lanjut hasil penilaian. (Rusman, 2017, p. 162)
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa dalam penyusunan RPP perlu

diperhatikan komponen-komponen penyusunannya agar guru lebih mudah dalam

mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran karena memang kebutuhan

seorang guru itulah yang membuat RPP itu penting.

2) Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP

Pengembangan RPP tentu memiliki prinsip-prinsip dalam penyusunan RPP

Menurut Majid (2014) adapun prinsip-prinsipnya yaitu memperhatikan perbedaan

individu peserta didik, mendorong peserta didik untuk aktif, membiasakan

membaca dan menulis, memberikan umpan balik, keterkaitan dan keterpaduan,

menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

Berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan RPP bahwa dengan

memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual,

minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi dan gaya

belajar. Proses pembelajaran yang dirancang dengan berpusat pada peserta didik

untuk mendorong motivasi, minat, kretivitas dan semangat belajar peserta didik

agar memberikan umpan balik yang positif, penguatan, pengayaan dan remedial.

Dalam keterkaitan dan keterpaduan disusun untuk memperhatikan keterkaitan dan

keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

indikator pencapaian kompetensi, peniliaan, dan sumber belajar dalam satu

keutuhan pengalaman belajar.

3) Langkah-Langkah Pengembangan RPP


16

a) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan meliputi orientasi yang mumusatkan perhatian

peserta didik pada materi yang akan dibelajarkan, dengan cara menunjukkan

benda yang menarik, memberikan ilustrasi, menampilkan slide animasi (jika

memungkinkan), fenomena alam, fenomena sosial atau lainnya. Memberikan

Apersepsi atau pemahaman awal kepada peserta didik tentang tema dan materi

yang akan dipelajari. Guru memberikan motivasi gambaran manfaat mempelajari

tema yang akan diajarkan untuk membuat peserta didik tertarik belajar.

Memberikan acuan yang berkaitan dengan tema atau acuan yang dapat berupa

penjelasan tema dan materi dari beberapa mata pelajaran.

b) Kegiatan Inti

(1) Pengertian Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan yang dikemukakan oleh Rusman (2016) “kegiatan

dalam rangka pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu yang menekankan pada

proses pembentukan pengalaman belajar peserta didik (learning experience)”

(h.164). Jadi dapat disimpulkan pengalaman belajar bisa dalam bentuk kegiatan

pembelajaran di kelas maupun di luar kelas, baik dalam bentuk tatap muka ataupun

nontatap muka. Pengalaman belajar tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan

pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi

langsung antara guru dengan peserta didik, sedangkan pengalaman belajar non-

tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan belajar lain yang bukan kegiatan

interaksi guru peserta didik.


17

Kompetensi inti merupakan kompetensi yang mengikat berbagai

kompetensi dasar ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata

pelajaran. Dalam kompetensi inti mencakup tiga ranah, yaitu ranah kompetensi

sikap, ranah kompetensi keterampilan, dan ranah kompetensi pengetahuan.

Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada

kelas tertentu. Berikut rumusan kompetensi inti meggunakan notasi Menurut

Rusman, (2016, p.108)

(1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual


(2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial
(3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan
(4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan

Kompetensi inti di sekolah dasar terbagi menjadi empat macam, yaitu KI 1

(sikap spiritual) KI 2 (sikap sosial), KI 3 (pengatahuan), dan KI 4 (keterampilan).

Untuk KI 1 dan KI 2 sesungguhnya merupakan penjabaran atau oprasionalisasi

dari kompetensi sikap. Jadi, subtansi KI untuk sekolah dasar meliputi tiga ranah

yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan, atau istilah lainnya yaitu ranah

efektif, ranah kognitif, dan ranah psikomotor.

Kegiatan inti yaitu kegiatan dalam rangka pelaksanaan pembelajaran

tematik yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta

didik. Dalam membahas dan menyajikan materi pembelajaran tematik harus

diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik. Penyajian bahan

pembelajaran harus dilakukan secara terpadu melalui penguhubungan konsep-

konsep dari mata pelajaran satu dengan konsep-konsep dari mata pelajaran lainnya.

(2) Pengertian Kompetensi Dasar


18

Kompetensi dasar yaitu kemampuan untuk mencapai kompetensi yang

harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran. Menurut Abdul Majid

(Prastowo 2015, h.175) “bahwa kompetensi dasar merupakan kompetensi setiap

mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari kompetensi inti”. Jadi suatu

kompetensi dasar itu suatu konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus

dikuasai peserta didik. Menurut Prastowo (2015) terdapat tiga domain kompetensi

dasar pada kurikulum 2013, “yaitu ranah pengetahuan (kognitif), ranah

keterampilan (psikomotor), ranah sikap (afektif)” (h.134).

Berdasarkan tiga domain kempetensi di atas bahwa kompetensi dasar pada

ranah pengetahuan atau kognitif meliputi enam jenjang proses berpikir yaitu,

kemampuan mengahafal, kemapuan memahami, kemampuan menerapkan,

kemampuan menganilisis, kemampuan mengevaluasi dan Sintetis. Dalam ranah

psikomotor terdapat 7 jenjang yaitu persepsi, kesiapan, respon, mekanisme,

respon tampak yang kompleks, penyesuian, dan penciptaan. Ranah afektif

meliputi enam jenjang seperti menerima/memperhatikan, merespon/menanggapi,

menilai/menghargai. Mengorganisasi/mengelola, dan berkarakter. Kompetensi

kognitif ini menjadi dasar dan pondasi bagi kompetensi sikap.

(3) Mengembangkan Indikator

Indikator itu merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh

perubahan perilaku peserta didik yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan,

dan keterampilan. “Indikator merupakan ukuran tercapai tidaknya suatu tujuan


19

pembelajaran yang tersurat maupun tersirat dalam kompetensi dasar” (Prastowo,

2015, h.162). Dalam indikator harus mengandung unsur-unsur yang dapat

memberikan petunjuk kepada penyusunan tes agar dapat mengembangkan tes

yang benar-benar dapat mengukur perilaku yang terdapat di dalamnya. Unsur-

unsur tersebut menurut Prastowo (2015) itu di kenal “dengan “ABCD” yang

berasal dari A (audience), B (behavioral), C (condition), dan D (degree)”. (h.169)

Berdasarkan unsur-unsur di atas, bahwa dalam mengembangkan indikator

dijelaskan A=Audience adalah peserta didik yang akan belajar. B=Behavioral

yaitu perilaku yang dimunculkan oleh peserta didik setelah selesai proses

belajarnya dalam pelajaran tersebut. C=Condition yaitu kondisi yang berarti

batasan yang dikenakan kepada peserta didik atau alat yang digunakan peserta

didik pada saat tes. D=Degree adalah tingkat keberhasilan peserta didik dalam

mencapai suatu perilaku.

(4) Menyusun Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah penguasaan kompetensi yang bersifat

operasional yang ditargetkan atau dicapai oleh peserta didik dalam RPP. Tujuan

pembelajaran akan mendorong komitmen guru untuk menciptakan pengalaman

belajar yang menarik, efektif, dan efisien dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan

pendekatan pembejaran yang bervariasi dan berpusat kepada peserta didik.

Penyusunan rumusan tujuan pembelajaran dalam RPP tematik yaitu dilihat

dari pengembangan indikator, jika sudah paham akan penyusunan indikator maka

sudah pasti bisa menyusun rumusan tujuan pembelajaran. Karena tujuan


20

pembelajaran ditarik dari rumusan indikator. Dalam penyusunan rumusan tujuan

pembelajaran ini ada penambahan sebuah kalimat pengantar yang menunjukkan

tentang pengalaman belajar yang akan diberikan kepada peserta didik untuk bisa

menguasai kompetensi pembelajaran tersebut.

Rumusan tujuan pembelajaran dalam RPP tematik sama dengan rumusan

indikator. Hanya saja, pada bagian awal ditambahkan suatu statement atau

pernyataan yang menjelaskan tentang pengalaman belajar yang akan diberikan

oleh guru dalam proses pembelajaran supaya peserta didik dapat menguasai

kompetensi.

c) Kegiatan Penutup

Kegiatan akhir dalam pembelajaran tematik tidak hanya diartikan sebagai

kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegaiatan penilaian hasil

belajar peserta didik dan kegaiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus

ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil belajar peserta didik. Waktu yang

tersedia untuk kegaiatan ini relatif singkat. Oleh karena itu, guru perlu mengatur

dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Kegiatan penutup dan tindak lanjut

dalam pembelajaran tematik diantaranya :

a)Guru bersama dengan peserta didik refleksi dan menyimpulkan kegiatan


pembelajaran,b) melaksanakan ulangan harian atau penilaian formatif, atau
menilai aktivitas proses dan karya peserta didik, c) melaksanakan tindak
lanjut pembelajaran melalui kegiatan pemberian tugas/latihan atau proyek
yang harus dikerjakan dirumah,4) memberikan penguatan terhadap bahan
pelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik, 5) menginformasikan
tema/sub tema/pembelajaran selanjutnya yang akan dibahas pada pertemuan
berikutnya dan 6) menutup kegaiatan pembelajaran. (Rusman, 2016, p.165)
Berdasarkan hal tersebut bahwa kegiatan akhir atau penutup dapat

diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran
21

dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah

dipelajari peserta didik serta keterkaitannya dengan pengalaman peserta didik

sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses

pembelajaran. Cara yang dapat dipakai guru dalam menutup pembelajaran adalah

meninjau kembali dan mengadakan evaluasi pada akhir pembelajaran. Dalam

kegiatan penutup meninjau kembali dapat dilakukan dengan merangkum inti

pelajaran atau membuat ringkasan.

b. Bahan Ajar

1) Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar memiliki posisi penting dalam pembelajaran, yaitu sebagai

representasi dari penjelasan guru. Keterangan-keterangan guru, uraian-uraian yang

harus disampaikan guru, dan informasi yang harus disajikan guru dihimpun di

dalam bahan ajar. Menurut Akbar (2016) bahan ajar merupakan seperangkat

materi atau subtansi pelajaran yang disusun secara sistematis serta menampilkan

sosok utuh dari kompotensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan

pembelajaran .(h.29). Menurut Dikmenjur disebutkan bahwa bahan ajar adalah

seperangkat materi pembelajaran yang disusun secara runtut dan sistematis yang

berisi kompetensi yang akan dicapai oleh siswa. (Akbar 2016, h.29).

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa bahan ajar merupakan suatu

bahan/materi yang disusun secara sistematis yang akan digunakan guru dan siswa

dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Bahan ajar

itu disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta

suatu lingkungan atau Suasana yang memungkinkan siswa belajar.


22

2) Karakteristik Bahan Ajar

Memilah bahan ajar dimulai dengan memahami karakteristik bahan ajar

yang akan diberikan. Ada beberapa hal yang perlu dipahami mengenai

karakteristik bahan ajar. Yang dikemukakan oleh Hajrianto (Akbar 2016, h. 30)

yaitu tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus pembelajaran, petunjuk khusus

penggunaan buku ajar, uraian isi pelajaran yang disusun secara sistematis,

gambar/ilustrasi untuk memperjelas isi pelajaran, rangkuman, evaluasi formatif

dan tindak lanjut untuk kegiatan belajar, daftar bacaan, kunci jawaban

Karakteristik-karakteristik tersebut diperlukan dalam mengembangkan

bahan ajar yang berkualitas. Sebuah bahan ajar yang didesain secara lengkap,

bisa berperan sebagai bahan belajar mandiri. Bahan ajar yang disampaikan dan

diuraikan secara lengkap untuk memberikan wawasan penuh bagi siswa. Bahan

ajar sebagai pembawa informasi bagi siswa dan memberikan kontribusi besar

dalam proses pembelajaran.

c. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Tematik

1) Pengertian LKPD

Lembar kerja peserta didik yang disingkat dengan LKPD yaitu salah satu

dari perangkat pembelajaran. Menurut Ozmen dan Yildirim (2011) “LKPD suatu

lembaran yang berisi pekerjaan atau bahan-bahan yang memuat peserta didik lebih

aktif dari mengambil makna dari proses pembelajaran” (Khotimah 2017, h.18).

Waristo (2012) juga mengungkapkan bahwa LKPD merupakan “sumber belajar

penunjang dalam pembelajaran yang berisi ringkasan materi, latihan soal, disertai
23

pertanyaan untuk dijawab, dan isian untuk diisi atau diagram untuk dilengkapi”.

(Khotimah 2017, h.18).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, bahwa LKPD sangat membantu

dalam kegiatan pembelajaran peserta didik yang tidak hanya dengan

mendengarkan guru tetapi juga dapat menuntun peserta didik dalam melakukan

kegiatan seperti melakukan pengamatan, percobaan, mengidentifikasi, membuat

tabel, serta mencatat hasil penelitiannya pada LKPD.

2) Langkah-Langkah Menyusun LKPD Tematik

Proses penyusunan LKPD harus berkesesuaian dengan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Suyanto (Khotimah

2017, h.20) yang menyatakan bahwa dalam penyusunan LKPD harus

memperhatikan langkah sebagai berikut :

1) melakukan analisis kurikulum, standar kompetensi, kompetensi dasar,


indikator dan materi pembelajaran, serta alokasi waktu. 2) Menganalisis
silabus dan memilih alternatif kegiatan belajar yang paling sesuai dengan
hasil analisis SK, KD, dan indikator. 3) Menganalisis RPP dan menentukan
langkah-langkah kegiatan belajar. 4) Menyusun LKPD sesuai dengan
kegiatan eksplorasi dalam RPP.

Selain yang dikemukakan oleh Suyanto, juga dikembangkan oleh Rusdi (2008),

langkah-langkah dalam persiapan LKPD dapat dikelompokkan dalam empat tahap

sebagai berikut:

1) Analisis kurikulum. Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan


materi pokok, pengalaman belajar peserta didik, dan kompetensi yang
harus dicapai peserta didik. 2) Menyusun peta kebutuhan LKPD. Peta
kebutuhan LKPD berguna untuk mengetahui jumlah kebutuhan LKPD dan
urutan LKPD. 3) Menentukan judul-judul LKPD. Judul LKPD harus sesuai
dengan KD, 23 materi pokok dan pengalaman belajar. 4) Penulisan LKPD.
(Khotimah, 2017, p. 23).
24

Penjelasan di atas membimbing dalam penyusunan LKPD secara sempurna

sehingga menjadi bahan ajar yang berkualitas dalam proses pembelajaran, seperti

yang kualitas cetak yang baik, isi materi yang sesuai, jenis kegiatan yang tepat dan

latihan soal/pertanyaan yang produktif. Hal ini menjadi bahan perhatian guna

menyusun LKPD. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan

secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku atau referensi lain yang terkait

dengan materi tugasnya

d. Media Pembelajaran

Anak usia sekolah dasar masih berpikir operasional konkret, artinya

pembelajaran yang dilakukan guru harus konkret dan sederhana sehingga mudah

untuk dipahami oleh peserta didik, untuk itu penggunaan media dan sumber belajar

merupakan suatu keniscayaan atau keharusan jika ingin mendapatkan hasil belajar

yang optimal. Oleh karena itu, dalam kegaiatan pembelajaran tematik harus

diperhatikan mengenai optimalisasi penggunaan media pembelajaran yang

bervariasi. Tanpa media yang bervariasi maka pelaksanaan kegaiatan pembelajaran

tematik tidak akan berjaalan secara dengan efektif.

Penggunaan media dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dapat

divariasikan ke dalam penggunaan media visual, media audio dan media audio-

visual. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat. Media visual ini

biasanya paling sering digunakan oleh guru sekolah dasar untuk membantu

menyampaikan isi tema pembelajaran yang sedang dipelajari. Contohnya gambar-

gambar yang disajikan secara fotografik ( seperti grafik, bagan, diagram, poster,

kartun dan komik.


25

Penggunaan media audio yaitu media yang mengandung pesan dalam

bentuk auditif ( hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan kemauan peserta didik untuk mempelajari isi tema. Menurut Rusman

(2016, h. 67) ”Penggunaan media audio dalam pembelajaran tematik di sekolah

dasar pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan

aspek-aspek keterampilan mendengarkan”.

Berdasarkan jenis media yang telah dikemukakan di atas, tampaknya yang

lebih sempurna ialah penggunaan media audio-visual. Media audio-visual

merupakan kombinasi dari media audio dan media visual atau biasa disebut dengan

media pandang-dengar. Dengan menggunakan media audio-visual ini maka

penyajian isi tema akan semakin lengkap. Selain itu media ini dalam batas-batas

tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru.

E. Penilaian Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 kegiatan penilaian pembelajaran di SD telah bergeser ke era

model penilaian baru yang lebih representatif dan mampu menggambarkan

kemampuan yang senyatanya yang berhasil dikuasai oleh peserta didik, atau biasa

disebut penilaian autentik. Dalam Permendikbud RI No. 66 Tahun 2013

disebutkan bahwa penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara

komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran

(output)

Menurut Kunandar (Prastowo, 2015) “menjelaskan ketiga jenis penilaian

input, proses, output” (h. 374). Penilaian input adalah penilaian yang dilakukan

sebelum pembelajaran dilakukan agar mengetahui kemampuan awal peserta didik.


26

Penilaian proses merupakan yang dilakukan selama proses pembelajaran

berlangsung untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik, proses

penilaian biasanya dilakukan dengan memberikan PR, memberikan soal latihan,

dan pengamatan waktu diskusi. Sedangkan penilaian output adalah penilaian yang

dilakukan setelah selesai pembelajaran, penilaian output biasanya dilakukan

dengan ulangan harian, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester. Teknik

penilaian yang digunakan dalam penilaian dalam penilaian autentik. Untuk

menilai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dijelaskan dalam

Permendikbud RI No. 66 Tahun 2013 :

1) Penilaian kompetensi sikap

Guru melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian

diri, penilaian teman sejawat (peer evalution) oleh peserta didik dan jurnal.

Menurut Permendikbud RI No. 66 Tahun 2013 ada tiga jenis instrumen yang

dapat dilakukan sebagai berikut :

a) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara

berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun

tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi

sejumlah indikator perilaku yang diamati .

b) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik

untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks

pencapaian kompetensi . Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian

antarpeserta didik.
27

c) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta

peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi,

instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik

d) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi

informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik

yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

2) Penilaian kompetensi pengetahuan

Guru menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

Menurut Permendikbud RI No. 66 Tahun 2013 ada tiga jenis penilaian

kompetensi pengetahuan sebagai berikut :

a) Instrumen tes tulis berupa soal latihan pilihan ganda, isian, jawaban singkat,

benar-salah, menjodohkan, dan uraian, instrumen uraian dilengkapi pedoman

penskoran

b) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan

c) Instrumen penugasan berupa penjelasan berupa pekerjaan rumah atau proyek

yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik

tugas

3) Penilaian Kompetensi Keterampilan

Guru menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu

penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi

tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio. Yang

dijelaskan dalam Permendikbud RI No. 66 Tahun 2013 sebagai berikut :


28

a) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respons berupa keterampilan

melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi

b) Proyek adalah tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan

perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam

waktu tertentu.

c) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai

kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang yang bersifat reflektif-

integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan kreativitas

peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk

tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap

lingkungannya.

Guru menilai kompetensi keterampilan peserta didik dengan cara tes praktik

misalnya berpidato dan membaca puisi. Penilaian proyek berupa karya yang

dibuat oleh peserta didik penilaiannya dapat dilakukan dengan menggunakan

daftar cek. Penilaian portofolio dengan cara menilai kumpulan seluruh karya

peserta didik, penilaian portofolio merupakan kumpulan karya peserta didik yang

digunakan salah satu data penulisan deksripsi pencapaian keterampilan.

Berdasarkan kelima perangkat pembelajaran di atas, dalam merancang

sebuah pembelajaran tematik maka yang menjadi fokus permasalahan hanya pada

merancang penyusunan RPP, bahan ajar, dan LKPD.

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran tematik dilaksanakan di sekolah dasar karena pada dasarnya

peserta didik masih belum bisa berpikir secara parsial atau terpisah-pisah, tetapi
29

mereka berpikir secara holistik dengan subjek yang konkret, maka Pembelajaran

tematik di SD lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses

belajar atau mengarahkan peserta didik secara aktif terlibat dalam proses

pembelajaran.

Konsep pembelajaran tematik yaitu memadukan beberapa kompetensi

dasar dalam sebuah tema dan menjelasan kompetensi dasar tertentu dengan

memadukan materi dari pelajaran lain. Yang menjadi kesulitan bagi guru dalam

merancang pembelajaran tematik di SD yaitu kesulitan dalam merancang RPP,

kesulitan dalam merancang bahan ajar, dan kesulitan dalam penyusunan LKPD.

Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori, penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis kesulitan guru dakan merancang pembelajaran

tematik di kelas tinggi. Diperoleh informasi bahwa bahwa dari kelima

perencanaan pembelajaran tematik yang menjadi sulit bagi guru yaitu masih

kebingungan dalam merancang sebuah RPP di kelas tinggi karena cakupan

materinya yang lebih kompleks sehingga sulit untuk memadukan materi pelajaran

menjadi sebuah tema dan kadang memberikan pembelajaran tematik tetapi lebih

sering menggunakan pembelajaran terpisah, guru kesulitan dalam merancang

bahan ajar, dan guru terhambat dalam merancang penyusunan LKPD.

Kesulitan guru dalam merancang


pembelajaran Tematik di SD

Kesulitan Guru Konsep Pembelajaran


Tematik
30

 Memadukan beberapa
 Kesulitan guru dalam kompetensi dasar dalam
merancang RPP sebuah tema
 Kesulitan dalam  Menjelaskan
merancang bahan ajar kompetensi dasar
 Kesulitan dalam tertentu dengan
merancang penyusunan memadukan materi dari
LKPD pelajaran lain

Analisis Kesulitan Guru dalam Merancang


Pembelajaran Tematik di Kelas Tinggi SDN 71
Maccini Kecamatan Liliriaja Kabupaten Soppeng

Gambar 1 : Kerangka Pikir Analisis Kesulitan Guru dalam Merancang


Pembelajaran Tematik di Kelas tinggi
31

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deksriptif kualitatif. Penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat,

kepercayaan orang yang akan diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan

angka.

Sugiyono (2018, p. 9 ) Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang


berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawanannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dolakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deksriptif kualitatif. Penelitian

jenis deksriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk

menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini

atau saat lampau. Sukmadinata 2011 Pendekatan kualitatif dengan jenis deksriptif

diharapkan dapat membantu untuk menghasilkan gambaran yang mendalam serta


32

terperinci mengenai kesulitan guru dalam merancang pembelajaran tematik di

sekolah dasar.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan mulai Bulan Maret sampai dengan Bulan Mei

2021. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 71 Maccini Kecamatan Liliriaja

Kabupaten Soppeng, calon peneliti memilih lokasi penelitian ini karena lebih

dekat dari rumah dan lokasi penelitian ini sesuai dengan masalah yang didapatkan

yaitu kesulitan guru dalam merancang pembelajaran tematik khususnya di kelas

tinggi.

C. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian adalah informan yang diamati sebagai sasaran

penelitian, serta memberikan informasi/data dalam penelitian. Informan sering

disebut dengan responden, artinya seseorang yang merespon atau menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh calon peneliti, baik secara lisan

maupun tertulis. Responden dalam penelitian ini diajak berwawancara, diminta

untuk memberikan data, pendapat, hambatan dan kesulitan dalam merancang

pembelajaran tematik. Subjek penelitian menjadi komponen utama yang dijadikan

sebagai sumber informasi yaitu guru kelas IV, V, VI.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini meliputi tiga

tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap mengolah data. Masing-

masing tahap diuraikan sebagai berikut :


33

1. Tahap persiapan

Persiapan merupakan tahap awal dalam penelitian untuk memperoleh data,

dengan merencanakan semua kegiatan yang akan menunjang penelitian, adapun

kegiatan tersebut antara lain:

a. Mengurus surat izin penelitian

b. Menyusun instrumen/pedoman wawancara

c. Menyusun kisi-kisi angket

2. Tahap Pelakasanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi yakni melakukan

wawancara dan membagikan kuesioner kepada guru kelas tinggi terkait kesulitan

guru dalam merancang pembelajaran tematik

3. Tahap Mengolah Data

Penyusunan penelitian merupakan tahap mengolah data yang diperoleh

dari pelaksanaan penelitian, adapun kegiatannya sebagai berikut :

a. Mengolah data yang diperoleh saat melakukan penelitian

b. Menganalisis data yang diperoleh saat melakukan penelitian

c. Menarik kesimpulan dari data penelitian yang telah diolah

d. Menyusun laporan hasil penelitian

E. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam sebuah penelitian,

sebab harus teliti agar data yang diproleh itu data valid. Teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Wawancara
34

Wawancara digunakan dalam proses pengumpulan data atau informasi

melalui tatap muka antara pihak penanya dengan pihak yang ditanya atau

penjawab. Menurut Satori (2011) wawancara merupakan suatu pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.(h.130)

Tujuan wawancara adalah mendapatkan data, diperoleh tidaknya data

tergantung pada pendekatan yang dilakukan pewawancara. Oleh karena itu

pewawancara harus mempersiapkan diri secara utuh dari sisi kesiapan instrument

dan dari sisi penampilan.(Satori 2011, h.142). Data yang akan diambil dari

wawancara yaitu kesulitan dalam merancang RPP, bahan ajar, dan LKPD.

2. Kuesioner

Menurut Sugiyono (2017) “ Kuesioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya”(h.142). Angket yang disajikan

bersifat tertutup yaitu jawaban atas pertanyaan telah ditentukan oleh peneliti

sehingga responden hanya diberikan kesempatan untuk memilih alternatif jawaban

yang telah disediakan. Dalam penelitian ini menggunakan empat alternatif jawaban

yaitu tidak sulit, cukup sulit, sulit, dan sangat sulit. Angket yang digunakan dalam

penelitian ini disusun oleh calon peneliti berdasarkan kisi-kisi dengan mengacu

paada indikator analisis kesulitan guru dalam merancang pembelajaran tematik.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendapat gambaran atau informasi yang jelas

tentang kondisi di lapangan. Penggunaan teknik dokumentasi dalam penelitian ini


35

hanya sebagai pelengkap penelitian. Berupa profil guru, foto-foto guru pada saat

KKG, RPP guru, LKPD guru, dan bahan ajar guru

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah alat bantu yang digunakan dalam metode

pengambilan data oleh peneliti untuk menganalisis hasil penelitian yang dilakukan

pada langkah penelitian selanjutnya. Instrumen utama dalam penelitian adalah

calon peneliti, demi kecukupan referensial, calon peneliti dapat menggunakan

catatan, kamera (foto dan video), catatan lapangan, hasil wawancara serta

perekam suara. Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah

pedoman wawancara dan kuesioner, akan tetapi kuesioner hanya sebagai

pendukung.

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data merupakan salah satu langkah awal

kebenaran dalam analisis data. Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian

kualitatif ini peneliti menggunakan teknik triangulasi. Menurut Sidiq (2019)

“Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data

dari berbagai sumber dengan cara, dan berbagai waktu”. Oleh karena itu, ada tiga

macam triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi

waktu. Menurut (Sugiyono 2017, h.273) sebagai berikut :

a. Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kradibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Sumber data yang dalam penelitian ini terdiri atas guru wali kelas IV. V, VI

SDN 71 Maccini Kecamatan Liliriaja Kabupaten Soppeng. Data yang


36

diperoleh kemudian dianalisis, dideskripsikan dan diolah dari data yang sama

hingga data yang berbeda. Kemudian, data yang diperoleh akan menghasilkan

kesimpulan.

b. Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kreadibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda,

Calon peneliti memperoleh data, kemudian mengecek kesesuaian data dari

hasil wawancara dengan angket dan dokumentasi.

c. Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi kreadibilitas data apakah

berjalannya waktu data dari responden berubah atau tetap. Pengumpulan data

dalam penelitian ini dilakukan di waktu pagi atau siang hari, melalui hal

tersebut, akan dapat diketahui apakah narasumber memberikan data yang sama

atau data yang berbeda.

H. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis

data kualitatif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman mengatakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualittatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun teknik

analisis datanya sebagai berikut :

1. Data reduction (reduksi data) merupakan proses merangkum, memilih hal-


hal pokok, menentukan fokus dan menyederhanakan data yang diperoleh
mulai dari pengumpulan hingga penyusunan laporan penelitian.
2. Data Dsiplay (penyajian data) adalah suatu proses analisis data dari
sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi sehingga
data reduksi lebih bermakna sehingga memungkinkan untuk menrik
kesimpulan serta pengambilan tindakan secara naratif.
3. Conclution drawing/verivication (penarikan kesimpulan) merupakan
penarikan kesimpulan sementara dari gambaran data yang diperoleh oleh
peneliti, kemudian data tersebut diolah oleh calon peneliti dan disajikan
37

secara sistematis sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan. (Sugiyono


2017, h. 246)
Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu reduksi data

yang akan dirangkum semua dari hasil wawancara, kemudia dilakukan penyajian

data dari hasil reduksi kemudian dilakukan penarikan kesimpulan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 71 Maccini Kecamatan Liliriaja

Kabupaten Soppeng tentang kesulitan guru dalam merancang pembelajaran

temattik di kelas tinggi. Yang terlibat dalam penelitian ini selain dari peneliti

sendiri adalah Wali Kelas IV, V dan VI. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 17

Mei sampai dengan 28 Mei 202. Data hasil penelitian diperoleh dari guru SDN 71

Maccini sebanyak tiga guru yaitu guru kelas IV sebagai subjek pertama atas nama

Sukmawati, S.Pd usia 45 tahun tempat tanggal lahir Maccini 29 Agustus 1976
38

betempat tinggal di Anrangae telah menempuh pendidikan di penyataraan UNM

dan menempuh pendidikan S1 di Universitas Terbuka telah mengajar di SDN 71

Maccini sealama masa bakti 21 Tahun. Kemudian guru kelas V sebagai subjek

kedua atas nama A.Kasma, S.Pd usia 52 Tahun tempat tanggal lahir Dabbare 27

Juni 1969 bertempat tinggal Jalan Datu Nillang telah menempuh pendidikan di

Penyataran di UNM dan menempih S1 di Universitas Terbuka saat ini mengajar di

SDN 71 Maccini selama masa bakti 28 Tahun. Kemudian Guru kelas VI sebagai

subjek ketiga usia 34 Tahun tempat tanggal lahir Maccini 09 April 1987

bertempat tinggal di jalan lawara telah menempuh pendidikan S1 di UNM saat ini

mengajar di SDN 71 Maccini dengan masa bakti selama 15 Tahun.

Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan wawancara langsung dengan

mengajukan pertanyaan yang berjumlah 17 pertanyaan dan angket berjumlah 17

pernyataan. Adapun wawancara subjek pertama dilakukan diruang guru pada

tanggal 18 Mei 2020 dan pembagian angket dilaksanakan pada tanggal itu juga.

Wawancara subjek kedua dilakukan diruang guru pada tanggal 19 Mei 2020 dan

pembagian angket dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2020. Wawancara Subjek

ketiga dilakukan di ruang guru pada tanggal 24 Mei 2020 dan pembagian abket

dilakukan pada tanggal 25 Mei 2020.

Hasil Wawancara

a. Kesulitan yang dialami guru pada RPP

1) Kesulitan dalam menggabungkan tema

Kesulitan yang dialami guru dalam merancang RPP dari segi meggabungkan

tema. Pada subjek pertama mengatakan bahwa ;


39

“Ya dalam merancang sebuah RPP saya kesulitan dalam menggabungkan

tema, karena cakupan materi yang ada di kelas tinggi sudah cukup luas, tidak

sama halnya di kelas rendah”(Subjek Pertama 18 Mei 2021)

Sejalan dengan pendapat subjek kedua dalam wawancara kesulitan dalam

menggabungkan tema. Subjek dua mengemukakan hal yang sama dengan subjek

pertama bahwa:

“Ya disitulah kendala saya sulit memadukan mata pelajaran agar menjadi

sebuah tema” (Subjek Kedua 19 Mei 2021)

Hal yang sama yang diungkapkan subjek ketiga dalam wawancara kesulitan

guru dalam menggabungkan tema. Subjek ketiga mengemukakan yang sama

dengan subjek pertama dan kedua bahwa :

“Sebenarnya dalam menggabungkan sebuah tema tergantung dari materi

pelajarannya yang akan digabungkan, ada memang materi yang sulit untuk

digabungkan menjadi tema tetapi ada juga materi yang mudah untuk

digabungkan menjadi tema” (Subjek ketiga 24 Mei 2021)

2) Kesulitan dalam merancang indikator pembelajaran

Kesulitan yang dialami guru dalam merancang RPP dari segi merancang indikator

pembelajaran. Pada Subjek Pertama mengatakan bahwa :

“Tidak begitu sulit merancang pada bagian indikator” (Subjek Pertama

18 Mei 2021)

Sejalan dengan pendapat subjek kedua dalam wawancara kesulitan dalam

merancang indikator. Subjek dua mengemukakan hal yang sama dengan subjek

pertama bahwa:
40

“Bagi saya dalam bagian indikator tidak sulit karena kita melihat pada

KD kemudian diturunkan menjadi indikator” (Subjek Kedua 19 Mei 2021)

Sedangkan subjek ketiga pada wawancara juga mengatakan bahwa pada bagian

merancang indikator tidak menemukan banyak kesulitan kita hanya

memperhatikan KD. Subjek ketiga mengemukakan bahwa

“Pada bagian indikator saya tidak begitu sulit dalam

merancangnya,dalam indikator kuncinya harus memperhatikan pada KD”

(Subjek ketiga 24 Mei 2021)

3) Kesulitan dalam merancang tujuan pembelajaran

Pada bagian indikator ketiga subjek tidak menemukan kesulitan. Subjek pertama

mengakatakan bahwa :

“Tidak sulit karena tujuan pembelajaran itu bagian dari indikator”

( Subjek pertama 18 Mei 2021)

Pada subjek kedua pada wawancara juga mengakatakan tidak mengalami

kesulitan dalam merancang tujuan pembelajaran. Subjek Kedua mengatakan

bahwa :

“Tidak sulit kalau dibagian merancang tujuan pembelajaran” (Subjek kedua 19

Mei 2020)

Sedangkan pada wawancara subjek ketiga mengemukakan hal yang sama dengan

subjek pertama dan kedua. Subjek Ketiga mengatakan bahwa :

“Tidak, karena tujuan pembelajaran kelanjutan atau penjabaran dari indikator”

(Subjek ketiga 24 Mei 2021)

4) Kesulitan dalam merancang model pembelajaran

Kesulitan yang dialami guru dalam merancang RPP dari segi merancang model

pembelajaran. Pada Subjek Pertama mengatakan bahwa :


41

“Ya dalam merancang sebuah RPP yang menjadi sangat sulit bagi saya di

merancang model pembelajaran,karena dalam merancang model pembelajaran

itu harus yang menarik dan guru juga harus akitf, akan tetapi saya hanya sering

melakukan model ceramah saja jika mengajar,itu yang menajdi sulit bagi saya”

( Subjek pertama 18 Mei 2021)

Pada wawancara subjek kedua juga mengatakan sangat sulit merancang model

pembelajaran. Subjek kedua mengemukakan bahwa :

“ Iya saya sulit, apalagi di Kurikulum 2013 guru dituntu untuk membuat

model pembelajaran yang menarik, tetapi saya terkendala karena umur saya juga

sudah tua jadi susah untuk menciptakan model pembelajaran yang menarik”

(Subjek kedua 19 Mei 2021)

Hal yang sama diungkapkan oleh subjek ketiga dengan subjek sebelumnya

mengenai kesulitan dalam merancang model pembelajaran. Subjek ketiga

mengatakan bahwa :

“Kalau merancang model pembelajaran menurut saya sulit dalam

pemilihan model pembelajaran karena apalagi jika mau menyesuaikan dengan

karakter peserta didik” ( Subjek ketiga 24 Mei 2022)

b. Kesulitan yang dialami guru pada LKPD


42

IV. Jadwal Penelitian

Adapun rencana penelitian yang akan calon peneliti uraikan secara rinci jenis

kegiatannya dalam tabel di bawah ini:

Minggu Ke
N Jenis Kegiatan 1 2 3 4 Bulan Tahun
o.
1. Persiapan
a. mengadakan pengamatan √ 1
b.Perencanaan pembuatan proposal √ 1
c. Melakukan pembuatan proposal √ 2 2021
d. Melakukan seminar proposal √ 3
e. Merevisi proposal hasil seminar √ 4
f. Mengurus surat izin √ 4
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Menyusun Pedoman Wawancara √ 4
b. Melakukan Wawancara √ 4 2021
c. Melakukan Analisis Data √ 5
d.Pemeriksaan Keabsahan Data √ 5
3. Penyusunan Skripsi
a. Menyusun draf skripsi √ 6
b. Seminar Hasil √ 6 2021
c. Ujian Tutup √ 6
43

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. 2014. Pengembangan & Model Pembelajaran Tematik Integratif.


Jakarta: Prestasi Pustaka.

Ain, N. 2016. Analisis Kesulitan Guru Dalam Pembelajaran Tematik Pada Kelas
Tinggi. Jurnal Inspirasi Pendidikan, 3.

Akbar, S. 2016. Impelmentasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar. Bandung:


Pt Remaja Rosdakarya.

Anitah, S. 2018. Implementation of Thematic Instructional Model in Elementary


School. Education Research Review, 23–31.

Daryanto, H. S. 2013. Siap Menyongsong urikulum 2013. Yokgakarta: Gava


Media.

Goleman et al., 2019. Kompetensi Pedagogik Mahasiswa Dalam Mengelola


Pembelajaran Tematik Integratif Kurikulum 2013 Pada Pengajaran Micro Di
Pgsd Uad Yogyakarta. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699.

Ismail, H. 2014. Identifikasi Hambatan Guru pada Pelaksanaan Pembelajaran


Tematik di SDN Wonosari IV Gunung Kidul. Skripsi Fakultas Ilmu
Pendidikan: Universitas Negeri Yogyakarta.

Khotimah, K. 2017. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Tematik


Berbasis Learning Cycle 5 E Tema IV Kelas IV di SD. Lampung: Universitas
Lampung.

Majid, A. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Pt Remaja


Rosdakarya.

Nisyatul, T. 2017. Hambatan Guru Pada Pembelajaran Tematik dalam


44

Kurikulum2013 di MI SE Kecematan Gemuh Kabupaten Kendal. Skripsi


Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan: Insitut Agama Islam Negeri.

Permendikbud RI No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan

Prastowo, A. 2015. Menyusun Renacana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Tematik Terpadu. Jakarta: Kencana.

------ . 2019. Analisis Pembelajaran Tematik Terpadu (1st ed.). Jakarta: Kencana.

Raden, I. 2015. Pembelajaran tematik integratif di sekolah dasar. 2, 34–49.

Rasidi et al. 2015. Faktor-Faktor Kesulitan Guru Pada Pembelajaran Tematik


Integratif Di Sd Kota Mataram. Jurnal Prima Edukasia, 3(2), 155

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. In RajaGrafindo Persada. Jakarta:


RajaGrafindo Persada.

------ 2016. pembelajaran tematik terpadu. Jurnal Pustaka Ilmiah, 3(2), 164.

------ 2016. Pembelajaran Tematik Terpadu Teori Praktik dan Peniliaan. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.

Rusman, A. 2017. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Refika Aditama.

Satori, D. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sidiq,U 2019. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan. Ponorogo: CV.


Nata Karya.

Sudirman. 2014. Lesson Study: Problem Solving for Integrited Thematic


Instruction (ITI) in Indonesia. Japanese: Paper Nagoya University.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pt Remaja


Rosdakarya.

Tim Penyusun. 2019. Pedoman Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa. Makassar:


Universitas Negeri Makassar

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional

Unga U, 2015. Di Sekolah Dasar Dalam Mengahadapi Masyarakat Ekonomi


Asean (Mea). Jurnal Mudariuna, 2(3), 39–44.
45

Vanni, H. . Y. dan H. 2015. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Kurikulum


2013. Yogyakarta: Deepublish.

Wuryani, M. T., & Yamtinah, S. 2018. Textbooks Thematic Based Character


Education on Thematic Learning Primary School : An Influence. 4(2), 75–
81.

LAMPIRAN
46

Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama Guru :
Guru Kelas :
Tanggal Wawancara :
B. Pertanyaan

1. Sudah berapa lama Ibu mengajar di kelas tinggi SDN 71 Maccini?

2. Apakah Ibu sulit dalam merancang RPP tematik?

3. Apa kendala Ibu dalam merancang RPP tematik?

4. Bagaimana cara Ibu menggabungkan beberapa mata pelajaran menjadi

sebuah tema?

5. Apa saja kesulitan yang Ibu alami dalam merumuskan indikator

pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013?

6. Apa kesulitan Ibu dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang sesuai

dengan Kurikulum 2013?

7. Apa saja kesulitan Ibu dalam merancang kegiatan pendahuluan?

8. Apa saja kesulitan Ibu dalam merancang kegiatan inti?

9. Apa kesulitan yang Ibu alami dalam merancang kegiatan penutup?


47

10. Apa kesulitan Ibu dalam merancang bahan ajar?

11. Bagaimana cara Ibu merancang bahan ajar?

12. Apa kendala Ibu dalam merancang penyusunan LKPD?

13. Bagaimana cara Ibu menyusun LKPD?

KISI-KISI ANGKET ANALISIS KESULITAN GURU DALAM


MERANCANG PEMBELAJARAN TEMATIK

Variabel Sub Indikator Nomor Pernyataan Jumlah


Butir
Merancang 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
Menyusun 8
Analisis Kesulitan RPP
Guru dalam
Merancang 12,13, 14, 15 4
Merancang
bahan Ajar
Pembelajaran
Tematik Merancang 9, 10, 11, 3
penyusunan
LKD
KUESIONER PENELITIAN
Nama :
Guru kelas :
Sekolah :

A. Petunjuk:

1. Bacalah pernyataan di bawah ini dengan cermat dan pilihlah jawaban yang
benar-benar cocok dengan pilihan anda
2. Pertimbangkan setiap pernyataan dan tentukan kebenarannya.
3. Catat respon anda pada lembar jawaban yang tersedia dengan tanda
centang (√)

Keterangan pilihan jawaban:


1 = TIDAK SULIT
2 = CUKUP SULIT
3 = SULIT
4 = SANGAT SULIT
48

INDIKATOR NO PERNYATAAN 1 2 3 4

Saya merasa kesulitan dalam


1
menyusun RPP pembelajaran tematik

Saya mengalami kesulitan dalam


2
menggabungkan tema

Saya terkendala dalam membuat


3 tujuan pembelajaran tematik yang
sesuai dengan Kurikulum 2013

Saya mengalami kesulitan dalam


4
menyusun indicator

Sulit menentukan metode belajar yang


5
sesuai dengan pembelajaran tematik
Saya sulit untuk merancang dalam
6
penyusunan kegiatan awal
Saya terkendala dalam merancang
Merancang 7 kegiatan inti
pembelajaran
tematik Saya sulit dalam merancang kegiatan
8
penutup dalam pembelajaran
Saya sulit meracang penyusunan
9
LKPD
Saya sulit merancang gambar yang
10 menarik dalam merancang penyusunan
LKPD
Saya sulit merancang judul LKPD
11
yang sesuai dengan KD
Saya merasa kesulitan dalam
12
merancang bahan ajar
Saya merasa kesulitan dalam
13 memasukkan materi ke dalam bahan
ajar
Saya terkendala dalam menentukan
14
dalam bahan ajar
Saya sulit jenis bahan ajar yang cocok
15
untuk kompetensi
49

Anda mungkin juga menyukai