Oleh
MAYA DUMA BR MANULANG
NIM: 7193144004
FAKULTAS EKONOMI
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL........................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN.................................................................................................... 71
DAFTAR TABEL
Lampiran 1 Silabus........................................................................................... 79
Lampiran 2 RPP................................................................................................82
Lampiran 3 PRE-TEST dan POST-TEST........................................................ 84
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 pasal 1
menyatakan bahwa:
atau tenaga pengajar, fasilitas, dan sumber belajar. Guru mempunyai peranan penting
Hal tersebut sejalan dengan pendapat (Buchari 2018:108) bahwa Guru harus mampu
bermanfaat bagi anak didiknya. Oleh karena itu, guru sebagai salah satu komponen
yang besar pengaruhnya dalam proses belajar- mengajar, dituntut memiliki berbagai
1
2
Kesadaran akan tugas yang sudah diemban oleh seorang guru akan membuat
guru tersebut akan terus memperbaiki kualitas dirinya dalam mengajar.Namun tidak
semua proses belajar dapat menciptakan hasil belajar yang di harapkan karena begitu
banyak kendala yang harus dihadapi ketika proses belajar itu dilakukan.Guru
peranan dari guru,pemerintah juga mempunyai peranan yang sangat penting untuk
didik .Komunikasi dua arah secara timbal balik sangat diharapkan dalam proses
belajar mengajar ,demi tercapainya interaksi belajar yang optimal,yang pada akhirnya
belajar tersebut maka guru harus mampu menciptakan situasi belajar yang melibatkan
mengutamakan keaktifan guru dan kurang melibatkan siswa secara keseluruhan serta
memahami materi yang di pelajari.Akibatnya hasil belajar yang diterima siswa tidak
berupa gambar dan video, sehingga terkadang peserta didik merasa kesulitan
memahami materi yang diberikan guru. Pendidik dituntut dapat mengemas materi
pembelajaran dalam bentuk media pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai
karakteristik dan ketentuan kurikulum yang berlaku, sehingga peserta didik tertarik
sebagian besar terletak pada guru. Faktor guru menitik beratkan bagaimana guru
dalam membuat rencana pembelajaran yang di dalamnya terkait dengan model dan
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
bertujuan dan bertahap (Tayeb, 2017: 48).Upaya yang dapat dilakukan adalah
dilakukan oleh peneliti,diperoleh data dari guru mata pelajaran korespondensi untuk
4
orang yang memiliki nilai di atas KKM hanya 10 orang atau 37,03 % dan OTKP 2
hanya 8 orang atau 32 % .Dimana kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran
korespondensi di sekolah tersebut adalah 70,yang dapat dilihat dari tabel nilai kelas X
Tabel 1.1 Rekapitulasi Nilai UAS Ganjil Siswa Kelas X OTKP SMKS
Rokita Sari 2 Bangun Purba T/A 2022/2023
harapan dan kenyataan yang terjadi dilapangan maka upaya-upaya yang dilakukan
terhadap edukasi di sekolah SMKS Rokita Sari 2 Bangun Purba dari pengajaran yang
5
hanya terpaku pada pendidik (teacher centered learning) ke arah pengajaran yang
hanya terpaku pada peserta yang dididik (student centered learning). Pandangan ini
minat belajar peserta yang dididik memungkinkan peserta yang dididik dapat
mempunyai peran penting dalam pembuatan surat menyurat yang baik dan
benar,surat menyurat adalah salah satu materi pelajaran yang dipelajari di sekolah
Correspondence (Belanda) yang berarti suatu kegiatan atau hubungan yang terjadi
antara pihak-pihak terkait yang dilakukan dengan saling berkiriman surat. Hubungan
pihak-pihak yang terkait dalam bisnis biasanya bersifat resmi dan dilakukan dengan
Pada umumnya surat menyurat di sekolah SMKS Rokita Sari 2 Bangun Purba
kurangnya perhatian dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, siswa kurang
aktif, proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered learning) yang
6
membuat siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini akan berdampak
Rokita Sari 2 Bangun Purba materi surat menyurat, upaya yang dapat dilakukan
menyampaikan materi kepada peserta didik. Sebagai pendidik guru perlu memilih
model yang tepat untuk menyampaikan sebuah konsep kepada anak didiknya, Oleh
karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh suatu model pembelajaran
(Problem Based Learning) dengan Peer Teaching Method terhadap hasil belajar
Learning (PBL) menekankan pada suatu proses masalah dengan salah satu
menuntut peserta didik aktif dalam penyelidikan dan proses pemecahan masalah
merupakan model pengajaran yang efektif untuk digunakan dalam pengajaran proses
peserta yang dididik untuk mencari dan memproses informasi yang sudah tertanam
penyelidikan yang dilakukan peserta yang dididik mengenai dunia sosial dan
lingkungan sekitarnya. Model PBL mengharuskan peserta yang dididik untuk bisa
hal yang mungkin tidak disadari oleh siswa, seperti kesulitan memahami bahasa guru
atau topik pelajaran, serta hambatan menjengkelkan lainnya dalam proses belajar
mengajar. Gaya mengajar teman sebaya melibatkan keterlibatan teman sekelas untuk
mendorong minat pada materi pelajaran dan rasa nyaman saat proses pembelajaran”.
untuk mendiskusikannya dengan guru, tetapi ketika mereka berada di antara teman
mereka untuk berbagi tugas belajar dengan teman sebayanya yang kurang mampu,
8
didik lebih percaya diri, menghargai pendapat orang lain serta saling menerima
peserta didik setiap kali pertemuan. Peserta didik dibagi atas beberapa kelompok
yang terdiri atas beberapa 4-5 peserta didik yang berasal dari berbagai macam yang
sehingga dapat memberikan penjelasan kepada peserta didik lainnya yang mengalami
Based Learning dengan Peer Teaching Method adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak untuk mencari pemecahan atau
jawabannya oleh siswa dan sesama teman di kelas yang menjadi tutor sejawat dalam
Method peran guru membimbing siswa melewati langkah demi langkah dalam
9
keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu masalah dan guru dapat
mengatur tutor sebaya yang tepat sesuai dengan kondisi setiap siswa agar terciptanya
suasana kelas yang fleksibel dan beriorientasi pada upaya penyelidikan siswa tersebut.
konvensional
3. Hasil belajar yang dikaji yaitu hasil belajar peserta didik pada mata
2022/2023?
2. Agar mengetahui model mana yang lebih signifikan dari penerapan model
1. Bagi Pendidik
Korespondensi
12
2. Bagi Peneliti
KAJIAN PUSTAKA
pada kerangka kerja teoretik konstruktivisme. Pada model Problem Based Learning
fokus pembelajaran nya ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja
memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi
berfikir kritis.
(Prasetyo 2018 : 85) menyatakan bahwa Model Problem Based Learning (PBL)
merupakan model pengajaran yang efektif untuk digunakan dalam pengajaran proses
13
14
peserta yang dididik untuk mencari dan memproses informasi yang sudah tertanam
penyelidikan yang dilakukan peserta yang dididik mengenai dunia sosial dan
lingkungan sekitarnya.
Model PBL mengharuskan peserta yang dididik untuk bisa melatih dan
memberikan situasi masalah autentik, peserta yang dididik akan mencapai suatu
makna dari bahan materi ajar yang disiapkan pendidik melalui proses studi dan
peserta yang dididik ketika akan melakukan suatu pengamatan dan penyelidikan.
dimana kegiatan belajar mengajar akan dititik beratkan pada keafektifan siswa. Proses
pembelajaran yang mengikut sertakan siswa secara aktif baik individu maupun
kelompok, akan lebih bermakna karena dalam proses pembelajaran siswa mempunyai
ingin tahu siswa serta menyiapkan siswa berpikir secara kritis dan analitis untuk
berikut:
learning yaitu :
permasalahannya berhubungan dengan dunia nyata siswa yang menuntut siswa untuk
masalah untuk menghasilkan suatu karya atau hasil yang diselesaikan dengan
dalam kelompok kecil maupun besar yang dapat melatih berfikir kritis siswa dan
17
1. Orientasi peserta didik kepada masalah. Dalam langkah ini mahasiswa diberi
suatu masalah sebagai titik awal untuk menemukan atau memahami suatu konsep.
dalam pembelajaran, serta memberikan dorongan bagi siswa untuk berperan aktif
guru berkaitan dengan masalahan tersbut. (memberikan tugas, topik, jadwal, dsb).
laporan hasil pemecahan masalah dan membantu siswa untuk membagi tugas
dengan rekannya.
5. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan informasi yang sesuai
6. Guru dapat menunjuk salah satu kelompok secara acak untuk menyajikan hasil
terebut.
sebagai berikut:
1. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang
baru.
1. Pembelajaran berbasis masalah (PBM) tidak dapat diterapkan untuk setiap materi
pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih
2. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman peserta didik yang tinggi
1. Problem Based Leraning dapat melatih siswa pada pembelajaran yang mandiri dan
yang ada baik itu dari perpustakaan,internet dan sumber belajar lainnya,karena
pembelajaran yang di terima karena melalui PBL siswa nya yang berperan penting
1. Tidak semua model pembelajaran PBL dapat digunakan pada semua pembelajaran.
membagi tugas masalah yang harus di selesaikan dan model pembelajaran PBL
sebaya adalah seseorang ataupun beberapa siswa yang telah menguasai materi dan
dipilih guru untuk membantu membimbing teman satu kelas untuk melaksanakan
program perbaikan. Dengan metode ini diharapkan dapat mampu membantu siswa
merupakan kegiatan belajar yang berpusat pada peserta didik sebab anggota
sendiri dan orang lain. Pramika (dalam Silberman dan Mulyatiningsih 2018:249)
menyatakan bahwa Metode peer tutoring merupakan salah satu pendekatan mengajar
yang menuntut seorang peserta didik mampu mengajar pada peserta didik lainnya.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Peer Teaching Method
merupakan pembelajaran tutor sebaya yang dimana peserta didik menjadi pusat
kelompok tersebut terdapat tutor yang dapat membantu teman sebaya atau
sekelompok belajar nya dalam memecahkan masalah dan hal ini membantu siswa
yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran dan lebih terbuka kepada
teman sebaya terhadap hal yang sulit dimengerti,karena ada siswa yang sulit terbuka
atau pendiam ketika guru yang menjelaskan materi dan disini lah tutor sebaya
Menurut Riadi (dalam Djamarah dan Zein:2019), untuk menjadi seorang tutor
1. Dapat diterima atau disetujui oleh siswa yang mendapat program perbaikan
sehingga sisa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya.
2. Dapat menerangkan bahan-bahan materi yang dibutuhkan siswa yang berkesulitan.
3. Tidak tinggi hati atau keras hati terhadap sesama teman.
4. Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan kepada
temannya.
Menurut Riadi(dalam Satriyaningsih 2019) menyatakan bahwa untuk menjadi
seorang tutor terdapat beberapa karakteristik Peer Teaching Method yaitu sebagai
berikut:
menjadi seorang tutor terdapat beberapa karakteristik Peer Teaching Method yaitu
sebagai berikut:
1. Guru membagi para siswa menjadi kelompok- kelompok kecil yang heterogen.
Siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya
(mentor). Pada tahap ini pemilihan tutor berdasarkan tes sederhana dan saran dari
2. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk mempelajari satu sub materi atau
kompetensi dasar. Pada tahap ini masing- masing kelompok mendiskusikan lembar
3. Memberi mereka waktu yang cukup untuk mendiskusikan dan menyelesaikan LKS
yang telah diberikan, waktu yang diberikan sekitar 60 menit. Pada tahap ini peneliti
sesuai dengan tugas yang telah diberikan, sedangkan guru bertindak sebagai
narasumber utama. Pada tahap ini siswa dituntut untuk menjelaskan hasil diskusi
25
LKS di depan kelas dan kelompok yang lain memperhatikan dan melakukan tanya
siswa yang perlu diluruskan. Pada tahap ini peneliti dan siswa menyimpulkan
1. Pendidik menentukan tim, tiap tim berjumlah 3 sampai 5 peserta didik yang
mempunyai keanekaragaman dalam hal kecakapan. Tiap tim akan ditunjuk sebagai
2. Guru menjelaskan tentang prosedur pengerjaan soal latihan dengan model belajar
4. Guru memberi tugas kelompok, bagi siswa yang belum bisa menyelesaikan soal
langkah selanjutnya.
mempunyai kecakapan yang lebih baik daripada temannya untuk dijadikan tutor
dibuat.
2. Pendidik menjelaskan wewenang, tanggung jawab tutor, tugas dan penilaian yang
akan dilaksanakan dan mendidik tutor mengenai bahan ajar yanag akan
3. Guru memaparkan bahan ajar dengan ringkas kepada seluruh mahasiswa serta
penjelasan bahan ajar yang tidak dimengerti oleh rekannya dalam kelompok.
pembelajaran selanjutnya.
Kelebihan Peer Teaching Method Yusup and Sari (dalam Sudjana 2020:4)
peserta didik.
Menurut Yusup and Sari (dalam Ahmadi dan Prastya 2020:10) menyatakan bahwa
yang kondusif sehingga tercipta suasana belajar aktif dan menyenangkan berdampak
positif pada proses pembelajaran, nilai, serta hasil akhir yang maksimal. Metode
didik di dalam kelas baik secara individual atau secara kelompok agar materi
pelajaran dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh peserta didik dengan baik.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan Peer
teman sebaya (tutor sebaya) yang dapat meningkatkan antusias siwa dalam
mengikuti pembelajaran
1. Siswa yang dibantu sering belajar kurang serius dan saling mengandalkan,
3. Tidak semua kelas dapat diterapkan metode pembelajaran tutor sebaya, hal ini
2. Kegiatan serta pembicaraan dalam proses belajar akan dikuasai oleh siswa
di tunjuk sebagai tutor sebaya (adanya sikap sepele kepada teman sebaya)
3. Tidak semua kelas dapat di terapkan tutor sebaya karena adanya kesenjangan
Method
ide-ide dan pendapat mereka dalam menemukan solusi atas sebuah masalah yang
sebagai tutor dalam membantu siswa lainnya yang mengalami kesulitan belajar dalam
memecahkan sebuah masalah, dan hal in akan lebih mudah dilakukan dengan adanya
bantuan seorang teman yang memiliki kemampuan lebih, yang disebut dengan tutor
teman sebaya. Hal in dapat diwujudkan melalui sebuah model pembelajaran yaitu
adalah sebuah model pembelajaran menghadapkan siswa dalam sebuah masalah yang
Tabel 2.1
kontekstual. Masalah
diperlukan untuk
menyelesaikan masalah.
penyelidikan.
32
dipresentasikan.
kesimpulan sesuai
1. Guru membuat program pembelajaran satu pokok bahasan yang dirancang dalam
orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai tutor sebaya. Kemudian mengadakan
latihan bagi para tutor. Dalam pelaksanaan tutorial, siswa yang menjadi tutor
2. Guru memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang materi yang diajarkan, siswa
secara bergantian akan hal-hal yang belum dimengerti. Jika ada masalah yang
tidak terselesaikan barulah tutor meminta bantuan guru, dan guru mengawasi
lainnya untuk memberikan bantuan jika ada masalah yang tidak dapat diselesaikan
dalam kelompok.
sebagai berikut:
5. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan informasi yang sesuai
7. Guru dapat menunjuk salah satu kelompok secara acak untuk menyajikan hasil
dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa di kelas.
kegiatan belajar anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai
diartikan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti
tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga
Menurut Zakky (dalam Nana Sudjana 2020) menyatakan bahwa hasil belajar
siswa pada hakikatnya ialah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Secara singkat, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
prestasi yang diperoleh dalam mempelajari konsep-konsep dan struktur yang terdapat
di dalam matematika.
kemampuan, tetapi juga memberikan umpan balik kepada siswa maupun guru. Bagi
siswa, umpan balik ini akan memberikan informasi untuk mengetahui apakah dirinya
telah berhasil ataupun gagal dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Adapun bagi guru, hasil belajar diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
suksesnya metode pembelajaran yang telah disampaikan. Hal ini sebagai masukan
bagi guru untuk mengetahui metode pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran
berikutnya.
37
Menurut Yusuf (dalam Arikunto 1990:169) hasil belajar adalah hasil akhir
setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat
diaamati, dan dapat diukur”. Artinya, hasil belajar merupakan hasil terakhir atau juga
disebut dengan hasil yang diterima oleh seorang siswa setelah dia melaksanakan
proses belajar, hasil belajar ini dapat digunakan sebagai tolak ukur atau barometer
belajarnya. Data hasil tes belajar dianalisis menggunakan statistik deskriptif yaitu
seperti umpan balik, model pembelajaran, motivasi diri, gaya belajar, interaksi, dan
penentu hasil belajar peserta didik yang memuaskan ialah model pembelajaran yang
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya
termasuk kognitif tingkat tinggi.Ranah afektif berkenaan dengan sika yang terdiri dari
lima aspek, yaitu pemahaman, jawaban atau reaksi, penialaian, organisasi, dan
internalisasi.
38
kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek, yaitu gerakan refleksi,
faktor intern dan faktor ekstern.Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam
diri seseorang sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu.
Kedua faktor tersebut dapat saja menjadi penghambat ataupun pendukung belajar
siswa. Penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor intern dan ekstern yang
mempengaruhi hasil belajar. Faktor intern yang peneliti bahas yaitu mengenai faktor
faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
metodemengajar merupakan cara menyajikan bahan pelajaran pada siswa agar tujuan
proses belajar.
39
Dari hasil uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
Ini berarti semakin baik proses belajar siswa maka akan semakin baik pula hasil yang
akan dicapai.
Korespondensi siswa harus mampu membuat suatu keputusan, mencari solusi untuk
jiwa kepemimpinan.
judul “Pengaruh Model Problem Based Learning ( PBL ) Terhadap Hasil Belajar,
Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Dan Minat Belajar Siswa Pada Materi
40
Fluida Statis Di SMAN 1 Lebong Sakti” bahwa hasil penelitian didapatkan Setelah
dilakukan pembelajaran dengan model PBL dengan pendekatan saintifik pada kelas
eksperimen, didapat bahwa rata-rata posttest siswa adalah 73,30. Rata-rata posttest
kelas control setelah mengikuti pembelajaran konvensional adalah 65,85. Setelah data
rata-rata posttest siswa dinyatakan normal dan homogen maka dilakukan uji beda
menggunakan uji t. Dari hasil perhitungan didapat bahwa thitung= 5,65 > ttabel = 1,68
dengan dk= 41 pada taraf signifikan (α=0,05), artinya terdapat perbedaan hasil belajar
kognitif yang meningkat antara siswa yang diajar menggunakan model PBL dengan
saintifik terhadap hasil belajar siswa kelas X IPA SMAN 1 Lebong Sakti.
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan Uji-t dua sampel independen, terdapat
perbedaan antara skor rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dimana
diperoleh skor rata–rata posttest hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan skor rata-rata posttest hasil belajar siswa kelas kontrol dengan
yang diajarkan dengan model PBL dengan pendekatan saintifik lebih tinggi
konvensional.
hasil penelitian didapatkan bahwa skor rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih
sedangkan kelas kontrol adalah 53.Tabel tersebut juga memberikan gambaran terjadi
peningkatan skor hasil belajar kelas eksperimen, pada saat pretest 50,45 sedangkan
pada saat posttest menjadi 73. Berikut disajikan distribusi frekuensi dan presentase
skor hasil belajar, pada saat pretest 100% siswa berada pada kategori
kurang.Kemudian pada saat posttest sebagian besar siswa kelas kontrol berada pada
kategori kurang yakni sebesar 85%. Pada kelas eksperimen terjadi peningkatan,
dimana pada saat pretest 85% siswa berada pada kategori kurang. Namun, pada saat
posttest 60% siswa berada pada kategori cukup, 25% berada pada kategori baik, data
hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol termasuk kategori
sedang, namun pada kelas eksperimen memiliki nilai sedang dari kelas kontrol
dengan selisih sebesar 0,18. Berdasarkan uji prasyarat, diperoleh bahwa data
berdistribusi normal dan kedua sampel homogen. Oleh karena itu, dapat dilakukan uji
hipotesis untuk menjawab hipotesis yang ada. Untuk mengetahui uji hipotesis yang
digunakan adalah uji Independent sample test, dengan taraf signifikansi 0,05 (5%).
Jika nilai Sig. (2- tailed) < 0,05 maka hipotesis diterima dan jika nilai Sig. (2-tailed) >
0,05 maka hipotesis ditolak. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan
model pembelajaran problem based learning dengan peserta didik yang diajar dengan
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang diperkuat pula dengan hasil
uji hipotesis.
Hasil Belajar Kognitif Siswa SMA Negeri 10 Kota Bengkulu” bahwa hasil penelitian
eksperimen pada kelas X IPA 2 lebih besar rata- ratanya dibandingkan kelas kontrol
pada kelas X IPA 4. Perbedaan ini terjadi karena pada kelas X IPA 2 menggunakan
selisih nilai kemampuan pemecahan masalah lebih tinggi dibandingkan selisih nilai
Permainan Bola Besar”dari hasil penelitian terlihat hasil perhitungan uji f diatas,
secara keseluruhan data memiliki p-value ≤ 0.005 maka artinya Ho ditolak, bisa
10% untuk sepak bola, 13.8% untuk basket dan 21.6% untuk bola voli. Dapat dilihat
peningkatan yang lebih baik secara keseluruhan baik dalam sepak bola, bola basket
Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata
mendapatkan nilai 61>70 berjumlah 1 orang, siswa yang mendapatkan nilai 71>80
berjumlah 4 orang, siswa yang mendapatkan nilai 81> 90 berjumlah 24 orang, dan
siswa yang mendapatkan nilai 91>100 berjumlah 7 orang. Data nilai siswa tersebut
memperoleh nilai 68,3 dan 2 orang memperoleh nilai 71. Journal of Mechanical
Engineering Education, Vol. 5, No. 2, Desember 2018 233 Uji regresi sederhana
memecahkan suatu masalah. Konstanta sebesar 69,4, apabila nilai pretest (X) nilainya
adalah nol. Hasil posttest variabel Y nilainya adalah 69,4. Koefisien regresi variabel
dengan nilai 0,5 artinya koefisien arah regresi linier tersebut bertanda positif. Hasil
perhitungan koefisien korelasi dengan harga hitung r=0,9. Penafsiran kriteria korelasi,
dapat diartikan bahwa derajat korelasi tersebut tergolong kategori korelasi sangat
pembelajaran tutor sebaya mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran
44
Teknologi Mekanik sebesar 82,7%. Hipotesis yang diajukan. yaitu terdapat pengaruh
yang signifikan antara metode pembelajaran tutor sebaya terhadap hasil belajar siswa
nilai g=0,9. Data tersebut termasuk pada kategori tinggi, dapat diartikan pengaruh
yang dihasilkan dari penggunaan metode pembelajaran tutor sebaya sangat tinggi.
Problem Based Learning Berbasis Tutor Teman Sebaya terhadap hasil belajar
dipengaruhi ole proses pembelajaran yang masih terlalu berpusat kepada guru, tanpa
melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar. Hal ini
tentunya dapat mengakibatkan kurangnya minat belajar siswa yang berdampak pada
proses pembelajaran berlangsung. Dari sekian banyak model pembelajaran yang ada,
model pembelajaran Problem Based Learning dengan Peer Teaching Method dapat
Kedua model ini merupakan model yang melibatkan siswa secara langsung
untuk dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran Problem
45
Based Learning menuntut siswa untuk tidak hanya menerima informasi dari guru,
dan pendapat mereka untuk memberikan solusi atas masalah yang diberikan.
langsung melalui adanya seorang tutor yang ditentukan ole guru untuk membantu
Jadi kedua model ini, merupakan model pembelajaran kooperatif yang berpusat
Learning kurang efektif dalam kondisi tertentu yaitu saat dimana siswa dalam
kepada mereka, yang pada akhirnyanya juga guru dituntut untuk menyelesaikan
masalah itu juga. Dalam model pembelajaran ini juga, siswa lebih ditekankan untuk
berpikir.
tutor teman sebaya, siswa tidak hanya dituntut untuk berpikir, memecahkan masalah,
namun juga melatih kepemimpinan siswa dalam sebuah kelompok melalui kegiatan
tutoring, dan lebih nyata melibatkan siswa di dalam kelas yaitu dengan
siswa lebih giat belajar dan menyiapkan diri agar dapat menjadi tutor.
Hal ini tentu lebih baik dan efektif jika hanya dibandingkan dengan
lebih efektif dapat member pengaruh yang positif terhadap hasil belajar
Korespondensi.
berbasis Tutor Teman Sebaya lebih tinggi dibandingkan hail belajar Korespondensi
dalam penelitian ini adalah hasil belajar Korespondensi yang diajarkan dengan
Method lebih tinggi secara signifikan dibandingkan hasil belajar Korespondensi yang
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.1Populasi
sejumlah karakteristik umum, yang terdiri dari bidang-bidang untuk di teliti. Atau,
barang yang diminati oleh peneliti untuk diteliti. Dengan demikian, populasi
merupakan seluruh kumpulan elemen yang dapat digunakan untuk membuat beberapa
kesimpulan.Nuha (Malhotra 2017: 67-68) Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas X OTKP 1 SMKS Rokita Sari 2 Bangun Purba Tahun Pembelajaran
3.2.2 Sampel
47
48
penarikan sampel apabila semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel. Hal ini
di lakukan apabila jumlah dari populasi kecil, kurang dari 30 0rang. Pada penelitian
ini maka sampel yang akan di ambil hanya 1 kelas yaitu seluruh jumlah populasi
kelas X OTKP 1 SMKS Rokita Sari 2 Bangun Purba Tahun Pembelajaran 2022/2023
korespondensi siswa.
memandirikan siswa.
yang memiliki prestasi yang lebih tinggi dan menguasai materi untuk
melihat atau mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada
subyek atau siswa. Dengan memberikan perlakuan pada kelompok sampel melalui
design. Didalam design ini, sebelum dimulai perlakuan, kelompok diberikan tes awal
Sesudah selesai perlakuan, kelompok diberikan tes sebagai postest. Rancangan ini
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian
(X OTKP 1) Q1 X Q2
Keterangan:
mencapai suatu tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Langkah-langkah yang akan
I. Tahap Persiapan
dilakukan.
korespondensi
5. Menyiapkan alat yang akan digunakan dalam pengumpulan data, yaitu soal-
1. Memberikan test awal (pre test) pada kelas eksperimen dan kontrol untuk
pembelajaran.
h. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan informasi yang sesuai
j. Guru dapat menunjuk salah satu kelompok secara acak untuk menyajikan
m. Guru memberikan Post test untuk melihat tingkat penguasaan siswa dan hasil
Based Learning dengan Peer Teaching Method pada kelas eksperimen dan
3.6.1 Observasi
mengenai situasi sebenarnya. Observasi yang digunakan pada penelitian ini dengan
observasi yang struktur. Observasi struktur adalah observasi yang sudah disusun
secara sistematis, tentang apa yang akan di amati, kapan dan di mana lokasinya.
Maka dari itu observasi struktur dilakukan apabila peneliti sudah mengetahui tentang
variabel apa saja yang akan diamati.Observasi dilakukan pada bulan Desember 2022.
54
Tabel 3.2
Kisi-kisi Observasi Proses Belajar Mengajar
diamati Ya Tidak
Perangkat 1. RPP
pembelajaran
2. Media Pembelajaran
3. Modul
3.6.2 Wawancara
langsung dengan salah satu guru pengampu mata pelajaran korespondensi untuk
mengumpulkan data tentang tentang hasil belajar siswa dan beberapa alasan mengapa
hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Wawancara juga dilakukan kepada
mengajar guru sangat monoton dalam menjelaskan dan siswa lebih sering mencatat.
55
Tabel 3.3
Kisi – kisi Instrumen Wawancara
3.6.3 Test
Tes yang digunakan untuk mengukur penguasaan materi sebelum dan
sesudah pembelajaran. Penelitian ini menggunakan tes hasil belajar sebagai alat
pengumpulan data. Tes yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu post-test
dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 25 soal. Setiap soal memiliki lima option (a,
b, c, d, dan e) dan salah satu option merupakan jawaban benar dan empat option
lainnya adalah sebagai distraktor. Setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 dan
jawaban yang salah diberi nilai 0. Skor tertinggi dari tes adalah 100 dan skor terendah
tes adalah 0.
56
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Tes Soal
Menjelaskan 3,
pengertian surat 2 1 12 5
dinas 15
Menyebutkan
fungsi dari surat 19 7 5,6 4 5
dinas
9,
Menguraikan
syarat-syarat 8, 25 20 10 5
Menjelaskan surat dinas
cara
1. membuat
surat dinas Mengidentifikasi 11,
13,
bagian-bagian 14 21, 6
18
surat 24
Mengklasifikasi
bentuk-bentuk 16 17 2
surat
Menguraikan
tata cara
22 23 2
pelaksanaan
surat dinas
Jumlah 25
Keterangan
Skor =
Dimana:
Keterangan :
N = Jumlah sampel
Untuk menafsirkan harga validitas tiap item dikonsultasikan ke dalam tabel product
moment dengen kriteria jika rhitung > rtabel maka korelasi valid atau sebaliknya.
Keterangan :
(Arikunto,2012 : 12)
berikut:
Untuk memanfaatkan harga dari soal maka harga tersebut dikonsultasikan ke tabel
harga kritik rtabel product moment dengan α = 0,05 maka rhitung > rtabel maka soal reliabel
dan sebaliknya.
Keterangan:
Dimana:
Analisis data bertujuan untuk mengolah data agar peneliti dapat dipertanggung
dilakukan uji prasyarat analisis data. Dalam hal ini dihitung uji normalitas dan
sebagai berikut:
= (Sudjana 2005:67)
Dimana:
X = Rata-rata skor
= Jumlah skor
61
N = Jumlah sampel
Dimana:
S = Simpangan baku
X1 = Nilai ke i
n = Ukuran sampel
Uji normalitas untuk mengetahui normal tidaknya data penelitian tiap variabel
peneliti, uji yang dipakai adalah uji Liliefors. Menurut Sudjana (2005:466). Langkah-
Dengan rumus Zi =
Dimana:
X = Rata-rata sampel
normal baku.
S(zi) =
5. Menentukan harga terbesar dari selisih harga mutlak F(zi) – S (zi) sebagai Lo.
dibandingkan nilai Lo dengan nilai kritis uji Liliefors dengan taraf signifikan
F (Sudjana 2005:249)
Dimana:
Jika Fhitung < Ftabel maka kedua sampel mempunyai varians yang sama
Jika Fhitung > Ftabel maka kedua sampel tidak mempunyai varians yang sama
63
Dalam penelitian ini data berasal dari populasi yang homogen maka untuk menguji
t= (Sudjana 2005:239)
S2 = (Sudjana 2005:239)
Dimana:
t = Harga thitung
Ha : µ1 > µ2 (hasil belajar yang diajar dengan model Problem Based Learning dengan
Dengan kata lain, jika thitung > ttabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan sebaliknya
jika
thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, pada tingkat kepercayaan 95% dan α
Ho : 1 = 2
Ha : 1 > 2
Dimana:
Ho = Hipotesis Nol
Ha = Hipotesis Alternatif
1 = Rata-rata hasil belajar yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based
Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar Kognitif Siswa SMA Negeri 10 Kota
Aziz, Muhammad Ivan Miftahul, and Jajat Darajat KN. “Pengaruh Model
problem-based-learning-pbl-dalam-proses-pembelajaran.
Herlinda. “Pengaruh Model Problem Based Learning ( PBL ) Terhadap Hasil Belajar,
Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Dan Minat Belajar Siswa Pada Materi
65
66
Istiqomah. “Meta Analisis Efektivitas Model Problem Based Learning Dan Problem
Krisnan. “Pengertian Metode Tutor Sebaya (Peer Teaching) Menurut Para Ahli.”
Belajar Pada Mata Pelajaran Teknik Listrik Dasar Otomotif. no. 2, 2017, pp.
156–62.
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika Pokok.” Jurnal
Nuha, A. “Populasi Dan Sampelر.” Pontificia Universidad Catolica Del Peru, vol. 8,
67
Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Dasar Dan Pengukuran Listrik
Prasetyo. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Dan
Rabudin. “Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli Dan Daftar Pustaka.”
hasil-belajar-menurut-ahli.html.
Engineering Education.
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik SMA Pada Materi Usaha Dan
Energi.” Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, vol. 6, no. 1, 2017, pp. 47–55,
https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v6i1.597.
https://www.kajianpustaka.com/2019/09/metode-pembelajaran-tutor-sebaya.html.
Thabroni, Gamal. “Populasi Dan Sampel Penelitian, Teknik Sampling & Langkah.”
sampling/.
Yusuf, Dedy. Jurnal SAP Vol . 1 No . 2 Desember 2016 ISSN : 2527-967X Jurnal SAP
Education.
belajar/.
69