Anda di halaman 1dari 97

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

OPERASI HITUNG BILANGAN CACAH MELALUI


MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN
KARTU SOAL SISWA KELAS III SDN BANYUDONO
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Oleh
ARIFAH
857742662

LAPORAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN
PROFESIONAL (PKP) PDGK 4501

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UPBJJ – UNIVERSITAS TERBUKA SEMARANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat mengajukan dan
menyampaikan laporan hasil perbaikan pembelajaran pada muatan pelajaran
Matematika dengan judul ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Operasi Hitung
Bilangan Cacah Melalui Model Problem Based Learning Berbantuan Kartu Soal
Siswa Kelas III SDN Banyudono Tahun Pelajaran 2022/2023”. Laporan ini
penulis susun dalam rangka Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
Pemantapan Kemampuan Profesional PDGK 4501 Program S1 Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Terbuka tahun 2022. Sekaligus sebagai salah satu
sumbangsih untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dan berharap dapat
mendorong para guru untuk selalu meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan
keterampilan, serta kreativitasnya sebagai bekal melaksanakan pembelajaran yang
lebih bermakna dan berkualitas tentunya.
Berbagai upaya yang optimal demi terselesainya laporan ini telah penulis
lakukan, namun tentu saja masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu
saran dan masukan demi penyempurnaan penelitian ini akan penulis terima
dengan tangan terbuka. Tak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih atas
segala bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, khususnya kepada.
1. Nyamat, M.Pd. selaku tutor sekaligus dosen mata kuliah yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan banyak ilmu kepada penulis.
2. Ibu Kepala Sekolah dan Guru serta siswa kelas III SDN Banyudono yang
banyak memberikan bantuan dan motivasi tiada henti.
3. Suami, orang tua dan keluarga tercinta, yang selalu memberi kasih sayang,
dukungan, inspirasi, motivasi, dan kekuatan saya menyelesaikan tugas akhir
ini.
4. Teman-teman S1 PGSD 2B Pokjar Cempaka yang senantiasa memberikan
dukungan moral dan bantuannya kepada penulis.
5. Tak lupa untuk seluruh orang yang teribat dalam penyusunan laporan
Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) ini.

ii
Demikian ucapan kata pengantar yang dapat kami sampaikan, semoga
laporan PKP ini memberikan banyak manfaat dan sumbangsih bagi khasanah ilmu
pendidikan khususnya di Sekolah Dasar. Tentunya laporan perbaikan ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
konstruktif sangat kami harapkan dan terima kasih.

Pati, November 2022


Penulis

ARIFAH
NIM 857732536

iii
LEMBAR PENGESAHAN

“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Operasi Hitung Bilangan Cacah Melalui


Model Problem Based Learning Berbantuan Kartu Soal Siswa Kelas III
SDN Banyudono Tahun Pelajaran 2022/2023”

Nama : ARIFAH
NIM : 857742662
Program : S1 PGSD
Tempat Mengajar : SDN Banyudono
Jumlah Siklus Pembelajaran : 2 Siklus
Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Siklus 1, 25 Oktober 2022
Siklus 2, 12 November 2022

Masalah yang merupakan focus perbaikan.


1. Metode yang digunakan menarik dan monoton
2. Guru kurang memotivasi siswa, sehingga perhatian siswa terhadap materi
kurang
3. Guru kurang menguasai kelas dalam proses pembelajaran sehingga ada
siswa yang aktif dan masih banyak yang pasif dalam mengikuti proses
pembelajaran

Mengetahui Pati, November 2022


Supervisor 1 Mahasiswa

NYAMAT, M.Pd ARIFAH


NIP. 19680915 199412 1 002 NIM 857742662

iv
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………. iv
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT……………………. v
DAFTAR ISI………………………………………………………… vi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL…………………………………………………… viii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………1
B. Perumusan Masalah…………………………………………. 4
C. Tujuan Penelitian……………………………………………...4
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Pembelajaran Matematika…………………………... 6
B. Model Problem Based Learning……………………………. 11
C. Media Kartu Soal……………………………………………. 14
D. Hasil Belajar…………………………………………………. 17
E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar……………………………19
F. Kerangka Berpikir…………………………………………… 20
BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Subjek Penelitian …………………………………………… 22
B. Deskripsi Per Siklus…………………………………………. 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Siklus…………………………………………… 31
B. Pembahasan dari Setiap Siklus………………………………. 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………... 40
B. Saran…………………………………………………………. 40
DAFTAR PUSTAKA

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir dengan Model Problem Based

Learning………………………………………………… 21

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ……………………………………. 29

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Problem Based Learning……………. 13

Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan perbaikan …………………………. 22

Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan ……………………………………… 30

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Ketuntasan Klasikal Siklus 1……… 32

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Ketuntasan Klasikal Siklus 2……… 35

Tabel 4.3 Peningkatan Hasil Belajar ………………………………. 37

viii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Rancangan satu siklus (RIS) untuk siklus 1 dan siklus 2


2. RPPH/ RPP Hari pertama siklus 1 dan hari terakhir siklus 2
3. Skenario perbaikan pembelajaran hari pertama siklus 1 dan hari terakhir
siklus 2
4. Lembar refleksi hari pertama siklus 1 dan hari terakhir siklus 2
5. Jurnal pembimbing PKP (sejak awal mengikuti PKP hingga laporan
diunggah ke dalam aplikasi)
6. Dokumen-dokumen lain yang mendukung (nilai siswa, hasil karya siswa,
foto-foto simulasi perbaikan pembelajaran

ix
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan
pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Liansari dan
Untari, 2020:2). Sehingga pembelajaran dapat dimaknai bantuan yang
diberikan penduduk agar dapat terjasinya proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta pendidik agar dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi kreativitas
pengajar, pembelajaran yang memiliki motivasi tinggi, ditunjang dengan
mengajar yang mampu memfasilitasi sehingga tercapai target belajar. Target
belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan peserta pendidik
melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang
memadai, ditambah dengan kreativitas pendidik akan membuat peserta didik
lebih mudah mencapai target belajar.
Ardiyanti dan Endang (2021) berpendapat bahwa pembelajaran
merupakan korelasi antara pendidik, peserta didik, dan sumber belajar dalam
suatu lingkungan belajar. Sedangkan Hotimah (2020) menyebutkan bahwa
pembelajaran merupakan proses yang diberikan pendidik untuk membantu
peserta didik dalam memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan dan
pembentukan karakter pada suatu lingkungan belajar. Seorang pendidik dapat
dikatakan berhasil jika tujuan dari pembelajaran tersebut telah tercapai. Suatu
sarana diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga dapat
mengatur terjadinya proses pembelajaran sehingga dapat terlaksana dengan
baik, terarah, dan menyenangkan. Salah satu sarana yang dapat digunakan
untuk mengatur jalannya suatu proses pembelajaran yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran.
2

Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah


adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata
sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan
keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan.
(Dutch, dikutip dalam Sofyan, dkk. 2017)

Pembelajaran Berbasis Masalah adalah proses pembelajaran yang titik


awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari
masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior
knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk Pengethuan dan
pengalaman baru.
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki
keuntungan : (1) menjanjikan ingatan tentang penguasaan materi lebih besar,
(2) mengembangkan keterampilan belajar dalam memadukan antara informasi,
pengetahuan, dan ruang belajar (penalaran), (3) mengembangkan keterampilan
belajar seumur hidup meliputi cara mengatasi masalah dan berkomunikasi
dalam kelompok yang heterogen, (4) menciptakan lingkungan belajar yang
aktif, kooperatif, berpusat pada siswa dengan efektitas tinggi, (5)
meningkatkan motivasi dan kepuasan siswa, interaksi siswa-siswa, dan
interaksi siswa-guru. Dengan demikian diharapkan kekurangan yang terdapat
pada masa observasi tadi dapat ditangani dengan menggunakan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Permainan kartu soal merupakan salah satu variasi media dalam
pembelajaran yang dibuat agar menumbuhkan minat belajar siswa, hal ini
dilakukan menurut hasil penelitian longitudinal Rita Dunn dalam Suwarsi
(2018), berpendapat bahwa setiap orang mempunyai gaya belajar yang
berbeda-beda, dan gaya belajar yang melibatkan visualisasi objek akan lebih
memudahkan siswa dalam belajar. Pembelajaran matematika dengan
menggunakan media kartu soal menerapkan proses belajar kelompok dalam
bentuk kegiatan mencatat konsep materi matematika untuk meningkatkan
pemahaman siswa. Belajar kelompok dengan media kartu soal bertumpu pada
dua hal yaitu sebagai berikut: a. mengoptimalkan interaksi antara semua
3

elemen pembelajaran yaitu guru, siswa, dan media, b. mengoptimalkan


keikutsertaan seluruh sense siswa yaitu pancaindra, rasa dan karsa. Dengan
demikian penggunaan kartu soal dalam pembelajaran matematika bertujuan
untuk memudahkan siswa berinteraksi dalam belajar.
Permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran matematika pada
materi pengurangan bilangan ribuan di kelas III SDN Banyudono berdasarkan
refleksi diri dari peneliti dapat diidentifikasi sebagai berikut: pembelajaran
kurang diawali dengan masalah nyata dan siswa kurang diarahkan untuk
memecahkan soal melalui penyelidikan, pada saat penyampaian materi
penggunaan media sangat minim dan kurang menarik, sehingga siswa sama
sekali tidak tertarik dan sibuk sendiri dengan kegiatan lainnya. Pada kegiatan
inti, belum digunakan kerja secara kelompok, sehingga suswa kebingungan
saat membuat kelompok dan membuat suasana menjadi gaduh, ini
menunjukkan pengelolaan kelas masih kurang. Saat mengerjakan tugas, siswa
hanya sebagian saja yang mengerjakan dan lainnya bermain sendiri karena
siswa merasa bingung dengan cara menyelesaikan masalah yang dimunculkan
pada soal. Pada saat pembelajaran, pembahasan dan menyimpulkan kendali ada
pada guru, sehingga siswa minim partisipasi, selain itu pemberian motivasi dari
furu kepada siswa juga masih minim. Begitulah gambaran pembelajaran
matematika secara umum di kelas III SDN Banyudono
Berdasarkan hal-hal yang tersebut diatas, maka ditarik kesimpulan
bahwa masalah-masalah tersebut yang membuat hasil pembelajaran
matematika kurang di kelas III khususnya pada materi operasi hitung bilangan
cacah. Hal ini dibuktikan pada kegiatan ulangan formatif prasiklus, dari 28
siswa, 17 diantaranya (61%) mengalami ketidaktuntasan belajar dengan nilai
KKM yaitu 60. Dan hanya 11 siswa (39%) yang mengalami ketuntasan belajar
dengan nilai diatas KKm. Nilai terendah adalah 10 dan nilai tertinggi adalah
90 dengan rata-rata 48,2.
4

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penelitian ini
difokuskan pada permasalahanpokok sebagai berikut.
1. Bagaimana penerapan model problem based learning berbantuan kartu soal
dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pengurangan bilangan
ribuan pada siswa kelas III SDN Banyudono tahun pelajaran 2022/2023?
2. Bagaimana cara meningkatkan keaktifan siswa pada materi pengurangan
bilangan ribuan siswa kelas III SDN Banyudono tahun pelajaran
2022/2023?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini, sebagai berikut.
1. Mengetahui penerapan model problem based learning berbantuan kartu
soal dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pengurangan
bilangan ribuan pada siswa kelas III SDN Banyudono tahun pelajaran
2022/2023.
2. Mengetahui cara meningkatkan keaktifan siswa pada materi pengurangan
bilangan ribuan siswa kelas III SDN Banyudono tahun pelajaran
2022/2023.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan di SDN Banyudono Kecamatan Kaliori
Kabupaten Rembang ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
beberapa pihak sebagai berikut.
1. Manfaat bagi Siswa
a. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa
tentang materi pengurangan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dan mendorong siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b. Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah yang dihadapi siswa
pada materi pengurangan bilangan ribuan.
5

c. Memberikan pengalaman belajar mengasyikkan dengan media


pembelajaran kartu soal.
2. Manfaat bagi Guru
a. Penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran
sehingga mencapai KKM yang diharapkan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat berperan aktif dalam mengembangkan
pengetahuan, keterampilan meneliti dan meningkatkan profesionalitas
guru dengan memanfaatkan media yang sudah ditemukan dikelas
maupun disekitar.
3. Manfaat bagi Sekolah
a. Penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki pembelajaran di kelas,
mengembangkan potensi sekolah untuk lebih maju, memberi variasi
baru dalam pembelajaran matematika dan mendorong terjadinya
inovasi pendidikan.
b. Meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dengan meningkatnya
kualitas guru dalam mengajar dan membantu meningkatkan mutu
lulusan sekolah.
6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Landasan teori atau konsep yang akan dipaparkan pada bab II ini diantaranya
adalah hakikat pembelajaran matematika, model problem based learning, media
kartu soal, hasil belajar, karakteristik siswa SD, dan kerangka berpikir.

A. Hakikat Pembelajaran Matematika


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan matematika sebagai
ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan. Dalam
perkembangannnya, bilangan tersebut diaplikasikan ke bidang ilmu-ilmu lain
sesuai dengan penggunaannya. Ruseffendi dalam Fahrurrozi (2017)
mengemukakan bahwa, matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan
dengan penelaahan bentuk-bentuk dan struktur-struktur yang abstrak dan
hubungan diantara hal-hal itu. Untuk memahaminya diperlukan pemahaman
tentang suatu konsep-konsep yang ada didalam matematika itusendiri.
Matematika adalah ilmu terstruktur yang sistematis urutannya. Hal ini terjadi
karena matematika ini dimulai dari unsur yang tidak terdefinisikan, lanjut ke
unsur yang terdefinisikan, kemudian ke aksioma atau postulatdan yang terakhir
ke dalil atau teorema. Sebagai sebuah ilmu, matematika memiliki karakteristik.
Menurut Susanah (2019), karakteristik tersebut antara lain memiliki objek
kajian abstrak bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki
symbol kosong dari arti, memperhatikan semsta pembicaraan, dan konsisten
dalam sistemnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat matematika
merupakan sebuah ilmu pengetahuan eksak yang terorganisir secara sistematik
dan memiliki tujuan yang abstrak, bertumpu pada kesepakatan serta pola pikir
yang deduktif.
7

1. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD


Didalam Kurikulum 2013, pembelajaran matematika di sekolah juga
mempunyai tujuan, yaitu agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.
a. Memahami konsep mate atika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.

2. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di SD


Sesuai dengan papadan dalam Standar Isi bahwa pembelajaran
matematika di sekolah dasar diarahkan pada pencapaian kompetensi inti
oleh siswa. Kegiatan pembelajaran matematika, tidak berorientasi pada
penguasaan materi matematika semata, tetapi materi diposisikan sebagai
alat dan sarana siswa untuk mencapai kompetensi. Sehingga ruang lingkup
matematika yang dipelajari di sekolah disesuaikan dengan kompetensi
yang harus dicapai oleh siswa. Kompetensi inti matematika merupakan
seperangkat kompetensi matematika yang dibakukan dan harus
ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil belajar. Standar ini dirinci dalam
kompetensi dasar, indicator, dan materi pokok untuk setiap aspeknya.
Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada aspek tersebut
8

didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak dicapai.


Berdasarkan pada kompetensi inti dan kompetensi dasar, maka ruang
lingkup matematika adalah bilangan, geometri dan pengukuran serta
pengolahan data.

3. Pembelajaran Matematika di SD
Matematika sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-bagian dari
matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi pada perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Hal tersebut menunjukkan
bahwa matematika sekolah tidaklah sepenuhnya sama dengan matematika
sebagai ilmu karena memiliki perbedaan antara lain dalam hal: a.
penyajiannya, b. pola pikirnya, c. keterbatasan semstanya, d. tingkat
keabstrakannya (Susanah, 2019).
Berdasarkan uraian diatas, dikatakan bahwa matematika yang
mempunyai ciri akstrak perlu disajikan menurut tingkat tumbuh kembang
siswa agar penyampaiannya mudah dan anak tidak kesulitan menerimanya.
Jean Piaget dalam Fahrurrozo (2017) berpendapat bahwa setiap individu
pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan sebagai berikut.
a. Tahap sensorimotor (0-2 tahun) yaitu terbentuknya konsep
kepermanenan objek dan kemajuan global dari perilaku reflektif ke
perilaku yang mengarah kepada tujuan.
b. Tahap praoperasional (2-7 tahun) yaitu perkembangan kemampuan
menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan objek-objek dunia.
c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun) yaitu perbaikan dalam
kemampuan untuk berpikir logis.
d. Tahap perasi formal (11 tahun - dewasa) yaitu pemiliran abstrak dan
murn I simbolis mungkin dilakukan.
Berdasarkan hal tersebut, maka anak usia sekolah dasar ada pada fase
operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah
kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah
9

logika, meskipun masih terikat dengan objek yang masih bersifat konkret.
Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek
konkret yang dapat ditangkap panca indra. Dalam pembelajaran matematika
yang abstrak, siswa perlu alat bantu atau media dan alat peraga yang akan
membantu memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru.
Lebih lanjut Brunner dalam Fahrurriozi (2017) menguraikan tahap
intelektual pada anak sebagai berikut.
a. Tahap Enaktif
Pada tahap ini penyajian dilakukan melalui tindakan anak yang
secara langsung dalam memanipulasi objek. Pada tahap ini anak belajar
suatu pengetahuan dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif
menggunakan benda-benda konkrit maupun situasi nyata tanpa
menggunakan imajinasi atau kata-kata.
b. Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada
pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian
gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, yang berhubungan
dengan gambar dari objek yang dimanipulasi.
c. Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik. Anak memanipulasi
simbol-simbol atau lambing-lambang objek tertentu. Saat tahap ini anak
sudah mampu menggunakan notasi tanpa harus menggunakan objek riil
dam pembelajaran disajikan dalam bentuk abstrak.
Menurut Bruner, dalam pembelajaran matematika siswa harus
menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. Sesuai
dengan uraian diatas, pembelajaran matematika diharuskan untuk melihat
berbagai contoh penggunaan matematika sebagai alat untuk memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan hal tersebut,
pembelajaran matematika yang akan dilakukan dengan problem based
learning akan mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan
masalah, sehingga siswa akan membangun pengetahuannya sendiri,
10

menemukan sendiri, dan diharapkan pembelajaran lebih membekas dan


bermakna bagi siswa.

4. Masalah dan Strategi Pemecahan Masalah Matematika di SD


Dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa menemukan suatu
konsep pengetahuan melalui serangkaian keterampilan proses. Melalui
proses tersebut, siswa akan didorong untuk terlibat secara langsung dan
aktif dalam mempelajari suatu konsep materi pembelajaran. Pembelajaran
dengan pendekatan ini juga akan mengasah keterampilan proses siswa.
Seperti yang sudah diketahui bahwa keterampilan proses merupakan bekal
yang bisa digunakan untuk menemukan suatu konsep atau pengetahuan
(Aspini, 2020).
Untuk memecahkan masalah matematika tersebut perlu adanya
suatu strategi pemecahan ,asalah. Reys dalam Wahyudi (2017) menyatakan
ada sebelas strategi pemecahan sebagai berikut.
a. Beraksi (Act It Out)
Menuntut kita melihat apa yang ada dalam masalah dan membuat
hubungan antar komponen dalam masalah menjadi jelas melalui
serangkaian aksi fisik atau manipulasi objek.
b. Membuat Gambar atau Diagram
Digunakan untuk menyederhanakan masalah dan memperjelas
hubungan yang ada.
c. Mencari Pola
Digunakan untuk memudahkan memahami permasalahan, siswa
seringkali diminta untuk membuat tabel dan kemudian
menggunakannya untuk menemukan pola yang relevan dengan
permasalahan yang ada. Tetapi tidak selamanya melalui penggunaan
tabel.
d. Membuat Tabel
Digunakan untuk membantu mempermudah siswa melihat pola
dan memperjelas informasi.
11

e. Menghitung Semua Kemungkinan secara Sistematis


Digunakan bersamaan dengan strategi mencari pola dan
membuat tabel, karena kadangkala tidak mungkin bagi kita untuk
mengidentifikasi seluruh kemungkinan himpunan penyelesaian.
f. Menebak dan Menguji
Didasarkan pada aspek-aspek yang relevan dengan
permasalahan yang ada, ditambah pengetahuan dari pengalaman yang
ada.
g. Bekerja Mundur
Cocok digunakan untuk menjawab masalah yang menyajikan
kondisi atau hasil dan menanyakan sesuatu yang terjadi sebelumnya.
h. Mengidentifikasi Informasi yang Diinginkan, Diberikan, dan
Diperlukan.
Strategi ini membantu kita menyortir informasi dan memberi
mereka pengalaman dalam merumuskan pertanyaan. Dalam hal ini
kita perlu menentukan permasalahan yang akan dijawab, menyortir
informasi-informasi penting untuk menjawabnya, dan memilih
langkah-langkah penyelesaian yang sesuai dengan soal.
i. Menyelesaikan Masalah yang Lebih Sederhana atau Serupa
Suatu masalah yang rumit dapat diselesaikan dengan cara
menyelesaikan masalah seruap tetapi lebih sederhana.

B. Model Problem Based Learning


Salah satu tujuan muatan pelajaran matematika adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan memecahkan masalah. Sesuai dengan tujuan tersebut,
hendaknya pembelajaran matematika dikembangkan atau diajarkan
berdasarkan pada model pemecahan masalah. Problem Based Learning (PBL)
atau pembelajaran berbasis masalah adah metode pengajaran yang bercirikan
adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar
berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh
12

pengetahuan (Dutch dikutip dalam Herminanto Sofyan, dkk. 2018). Terdapat


riga ciri utama dari pembelajaran berbasis masalah.
Pertama, pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas
pembelajatan, artinta dalam pembelajaran implementasi berbasis
masalah ada sejumlaj kegiatan yang harus dilakukan siswa. Pembelajaran
berbasis masalah tidak hanya mengharapkan siswa sekedar
mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan
tetapi melalui pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah. Pembelajaran berbasis masalah menempatkan
masalah sebagai kunci dari proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan
masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir
ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentui, sedangkan empiris
artinya proses pemecahan masalah didasarkan pada data dan fakta yang
jelas. (Herminanto Soyan, dkk. 2018)

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat didefinisikan bahwa


problem based learning adalah seperangkat model pembelajaran yang berpusat
pada siswa dan menggunakan masalah sehari-hari disekitar siswa untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan memecahkan
masalah, menganalisis materi dan kemampuan berkomunikasi. Secara garis
besar PBL terdiri dari kegiatan menyajikan suatu situasi masalah yang nyata
dan bermakna kepada siswa serta memfasilitasi mereka untuk melakukan
penyelidikan dan inkuiri.
Menurut Syamsidah (2018) problem based learning mempunyai
karakteristik sebagai berikut.
a. Pembelajaran Berfokus pada Pemecahan Masalah
Barrow dalam Syamsidah (2018) mengatakan bahwa kegiatan
problem based learning bermula dari satu masalah dan memecahkannya
adalah focus pembejarannya. Langkah awal dari pembelajaran berdasar
masalah adalah mengajukan masalah selanjutnya berdasarkan masalah
ditemukan konsep, prinsip, serta aturan-aturan. Masalah yang diajukan
secara autentik ditujukan dengan mengacu pada kehidupan riil.
b. Tanggungjawab untuk Memecahkan Masalah Bertumpu pada Siswa
13

Problem based learning dilaksanakan dalam kelompok kecil sehingga


siswa terlibat dalam proses tersebut. Dengan membuat siswa terlibat dalam
proses dan tanggung jawab dalam pembelajaran mereka sendiri,
keuntungan yang mereka dapat lebih luas cakupannya dan mereka bisa
menyalurkan serta menambah kemampuannya seperti kemampuan
berkomunikasi, kerja tim serta memecahkan masalah.
c. Guru Mendukung Proses saat Siswa Mengerjakan Masalah
Sanjaya dalam Syamsidah (2018) mengemukakan pendapat bahwa
peran guru dlaam menuntun siswa sangat penting. Hal ini dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan dan memberi dukungan pengajaran lain saat siswa
berusaha memecahkan masalah. Jika guru tidak memberikan cukup
bimbingan dan dukungan, siswa akan gagal, membuang waktu dan
mungkin memunculkan pemikiran yang salah. Tetapi jika berlebihan,
siswa tidak akan mendapat banyak pengalaman dalam pemecahan masalah.
Beberapa keuntungan dari pembelajaran problem based learning menurut
Jonson & Johnson dalam Sofyan, dkk (2017) adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. PBL menekankan peserta
didik terlibat dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya
pembelajaran khusus bagaimana menemukan dan memecahkan masalah.
PBK ini membuat peserta didik lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang kompleks.
b. Men ingkatkan kecakapan kolaboratif. Pembelajaran PBL mendukung
peserta didik dalam kerja tim sehingga mereka dapat menemukan
keterampilan merencanakan, mengorganisasi, negosiasi dan membuat
consensus isu tugas, penugasan masing-masing tim, pengumpulan
informasi dan penyajian
c. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. PBL memberikan peserta
didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, alokasi
waktu dan susmber-sumber lain untuk menyelesaikan tugas.
Langkah-langkah pembelajaran dlaam penelitian ini nantinya akan
menggabungkan langkah-langkah PBL menurut (Soyan, dkk. 2017).
14

Tabel 2.1 Langkah-langkah Problem Based Learning


Tahapan Perilaku Guru
Tahap 1  Menjelaskan tujuan pembelajaran.
Mengorientasikan peserta  Menjelaskan bahan yang diperlukan.
didik terhadap masalah.  Memotivasi peserta didik untuk terlibat
aktif dalam pemecahan masalah yang
dipilih.
Tahap 2  Membantu peserta didik mendefinisikan
Mengorganisasi peserta dan mengorganisasikan tugas belajar yang
didik untuk belajar. berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3  Mendorong peserta didik untuk
Membimbing mengumpulkan informasi yang sesuai
penyelidikan individu  Melaksanakan eksperimen untuk
maupun kelompok. mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
Tahap 4  Membantu peserta didik dalam
Mengembangkan dan merencanakan dan menyiapkan karya yang
menyajikan hasil karya sesuai seperti laporan model dan berbagi
tugas dengan teman.
Tahap 5  Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Menganalisis dan yang telah dipelajari/ meminta kelompom
mengevaluasi proses presentasi hasil kerja.
pemecahan masalah

C. Media Kartu Soal


Media pembelajaran secara umum merupakan alat bantu proses belajar
mengajar. Media pembelajaran dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
dapat dipergunakan untuk merancang pikiran, perasaan, perhatian dan
15

kemampuan atau keterampilan pembelajaran sehingga dapat mendorong


terjadinya proses belajar yang terjadi.
Media pembelajaran matematika merupakan alat yang sangat dibutuhkan
oleh guru untuk membantu siswa dalam memahami suatu konsep saat belajar
matematika, terutama media yang dapat dioperasionalkan sendiri oleh siswa.
Media ini merupakan alat bantu pembelajaran yang dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep matematika yang sedang dipelajari. Media
pembelajaran memiliki peran penting untuk keberhasilan proses belajar.
Ketut dalam Salsabila (2022) mengatakan bahwa media pembelajaran
memiliki peranan penting saat proses belajar mengajar di ruang kelas
terutama bagi para siswa sekolah dasar. Karena pertama siswa usia
sekolah dasar cenderung masih berpikir kongkrit sehingga materi
pelajaran yang bersifat abstrak perlu divisualisasikan agar dapat menjadi
lebih nyata. Kedua penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat
membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa mengurangi atau
menghindari terjadinya verbalisme, membangkitkan nalar yang teratur,
sistematis, dan untuk menumbuhkan pengertian dan mengembangkan
nilai-nilai pada diri siswa. Ketiga, pembelajaran dengan menggunakan
media dapat pula memberikan pengalaman bermakna bagi siswa, dengan
penggunaan media siswa dapat menyaksikan secara langsung apa saja
yang terjadi di sekelilingnya.

Berliana dan Salsabila (2022) mengemukakan bahwa media kartu soal


adalah sarana agar siswa dapat belajar secara aktif terlibat dalam kegiatan
belajar, berpikir aktif dan kritis dalam belajar dan secara inovatif dapat
menemukan cara atau pembuktian teori matematika. Pembelajaran matematika
untuk meningkatkan pemahaman siswa. Belajar kelompok dengan media kartu
soal bertumpu pada dua hal sebagai berikut.
1. Mengoptimalkan interaksi antara semua elemen pembelajaran yaitu guru,
siswa, dan media.
2. Mengoptimalkan keikutsertaan seluruh sense siswa yaitu panca indra, rasa
dan karsa. Dengan demikian, penggunaan kartu soal dalam pembelajaran
matematika bertujuan untuk memudahkan siswa berinteraksi dalam belajar.
Interaksi antara siswa dan guru adalah proses komunikasi yang dilakukan
secara timbal balik dalam menyampaikan pesan kepada siswa (Yasmin dikutip
dari Salsabila. 2022). Guru dalam hal ini adalah sebagai penyampaian pesan
16

dan siswa sebagai penerima pesan. Pesan yang dimaksud adalah bahan atau
materi pembelajaran. Untuk itu, penyampaian materi pelajaran tentunya
membutuhkan sarana penunjang yang tepat agar siswa dapat menyerap materi
dengan baik. Sarana tersebut berupa media pembelajaran. Berdasarkan
pemikiran tersebut media kartu soal digunakan untuk meningkatkan interaksi
belajar dan pemahaman konsep materi pembelajaran matematika. Media kartu
soal dapat dibuat menggunakan kertas manila atau sejenisnya dengan ukuran
10 cm x 15 cm.
Mengingat media ini berorientasi untuk mengaktifkan kelompok maka
dalam proses pembelajarannya tidak terlepas dari kegitan diskusi antar siswa
dengan bimbingan dan arahan guru. Guru menjelaskan inti materi yang sesuai
dengan bahan ajar yang diberikan. Setelah guru menerangkan, siswa dan
kelompoknya diberi kartu soal yang masing-masing berisi soal yang telah
dibuat. Pada akhir pembelajaran kelompok diharapkan dapat
mempresentasikan hasil dari diskusi di depan kelas sehingga hasil dari setiap
kelompok dapat dibandingkan tingkat pemahamannya.
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan media kartu soal menurut
Sudarmono dikutip dalam Salsabila (2022) adalah sebagai berikut.
1. Setiap siswa diberi kartu soal berupa kertas manila berukuran 10 cm x 15
cm untuk menuliskan soal cerita sesuai materi yang dibahas.
2. Kartu yang telah berisi soal yang ditulis oleh siswa dikumpulkan kembali
pada guru.
3. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas 3-4
orang siswa.
4. Salah seorang siswa diminta untuk mengocok kartu soal yang telah berisi
pertanyaan kemuadian membagikannya secara acak kepada teman-
temannya.
5. Setiap kelompok memecahkan soal yang telah diterima secara bersama-
sama.
6. Koreksi jawaban atas tugas kelompok.
17

7. Pembahasan bersama terutama soal-soal yang tidak dapat dikerjakan


dengan benar.
8. Siswa bertanya tentang hal-hal nyang belum dipahami.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan tentang hal yang
baru dipelajari.

D. Hasil Belajar
Hasil belajar pada Kurikulum 2013 dibagi menjadi tiga aspek penilaian
yaitu penilaian aspek sikap (spiritual dan social), aspek penilaian pengetahun,
dan aspek penilaian keterampilan. Dilansir dari Panduan Penilaian untuk
Sekolah Dasar yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (2018), ketiga aspek penilaian tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Penilaian Sikap
Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku
peserta didik dalam proses pembelajaran yang meliputi sikap spiritual dan
social. Karakteristik dan teknik penilaian sikap berbeda dengan penilaian
pengetahuan dan keterampilan. Penilaian sikap lebih ditujukan untuk
membina perilaku dalam rangka pembentukan karakter peserta didik.
a. Sikap Spiritual
Kompetensi sikap spiritual (KI 1) yang akan diamati adalah
menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
b. Sikap Sosial
Kompetensi sikap social (KI 2) yang akan diamati mencakup
perilaku anatara lain: jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga,
dan masyarakat.
2. Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan (KI 3) dilakukan dengan cara mengukur
penguasaan peserta didik yang mencakup dimensi pengetahuan factual,
konseptual, procedural, dan metakognisi dalam berbagai tingkatan proses
18

berpikir. Teknik penilaian pengetahuan menggunakan tes tertulis, tes lisan


dan penugasan.
a. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawabannya secara tertulis,
antara lain berupa pilihan ganda, isian singkat, benar-salah,
menjodohkan, dan uraian.
b. Tes Lisan
Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan, perintah, kuis yang
diberikan pendidik secara lisan dan peserta didik merespon pertanyaan
tersebut secara lisan.
c. Penugasan
Penugasan adalah memberi tugas kepada peserta didik untuk mengukur
pengetahuan dan memfasilitasi peserta didik memperoleh atau
meningkatkan pengetahuan. Tugaas dapat dikerjakan secara kelompok
atau individu tergantung karakteristik tugas.
3. Penilaian Keterampilan
Penialain keterampilan (KI 4) dilakukan dengan teknik penilaian
kinerja, penilaian proyek dan portofolio.
a. Penilaian Kinerja
Penilaian yang menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan
dan mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam berbagai macam
konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Penekanan
penilaiannya dapat dilakukan pada penilaian produk atau penilaian
praktik.
b. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu
tugas yang harus diselesaikan dalam periode/ waktu tertentu. Tugas
tersebut berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengolahan data, dan pelaporan.
c. Penilaian Portofolio
19

Portofolio merupakan kumpulan dokumen hasil penilain,


penghargaan, dan karya peserta didik dalam bidang tertentu yang
mencerminkan perkembangan dalam kurun waktu pertentu. Bentuk
portofolio dapat berupa file folder, album, dan stopmap.

E. Karakteristik Siswa SD
Dalam memberikan pengajaran kepada siswa, satu hal yang perlu
dipertimbangkan guru adalah minat dan potensi siswa. Namun sebelum sampai
ke minat dan potensi masing-masing siswa yang berbeda, guru perlu melihat
karakteristik siswa di sekolah dasar secara utuh.
Menurut Jean Piaget dalam Fahrurrozi (2017), tahap-tahap perkembangan
kognitif anak didasarkan pada 4 (empat) tahapan, yaitu.
1. Tahap sensorimotor (0-2 tahun), ketika indera dan gerak adalah dua hal
utama yang digunakan bayi dalam tahap ini untuk membangun pemahaman
mereka tentang dunia.
2. Tahap praoperasional (2-7 tahun), ketika pengetahuan tentang objek,
hubungan kausalitas, ruang dan waktu dibangun melalui media atau
representasi mental.
3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun), ketika penggunaan logika sudah
semakin baik sehingga nak mampu berpikir konservasi dan dapat
menyelesaikan operasi matematika sederhana.
4. Rahap operasional formal (11-15 tahun), ketika anak mulai mampu
memikirkan konsep abstrak, berpikir logis, dan menarik kesimpulan,
mereka juga mampu membuat prediksi tentang kemungkinan yang dapat
terjadi dari sebuah isu.
Dari keempat tahapan tersebut, siswa yang berapa di sekolah dasar pada
umumnya berusia 6 sampai 12 tahun sehingga masuk dalam tahap operasional
konkret. Sementara itu, dasi sisi tahap perkembangan emosi, anak direntang
usia 6 sampai 12 tahun berada pada tahap complex emotions. Anak sudah
memiliki rasa malu, gugup, self-touching, enggan, sombong, merasa bersalah,
20

dan lain-lain. Pada tahap ini, anak sudah dapat mengungkapkan emosinya
sendiri tanpa bantuan (Fahrurrozi, 2017).

F. Kerangka Berpikir
Prestasi belajar siswa kelas III SDN Banyudono semester I tahun
pelajaran 2022/2023 pada muatan pelajaran matematika khususnya dibidang
pengurangan bilangan ribuan, masih dibawah kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Hal ini terjadi karena pada pembelajaran, guru tidak menggunakan
media pembelajaran sehingga kemampuan siswa dalam berhitung rendah,
siswa cepat bosan, dan pembelajaran tidak menyenangkan.
Berdasarkan teori belajar dan pembelajaran, maka untuk mengatasi
masalah pembelajaran tersebut guru melakukan tindakan yang berupa
penggunaan model Problem Based Learning berbantu media pembelajaran
kartu soal. Siswa belajar pengurangan dengan media pembelajaran kartu soal
dalam menyelesaikan masalah yang terkandung dalam soal. Pada pembelajaran
yang menggunakan model Problem Based Learning berbantu kartu soal
diharapkan kemampuan siswa dalam pengurangan bilangan cacah ribuan dapat
meningkat, siswa tidak bosan belajar dikelas, dan pembelajaran menjadi
menyenangkan.
21

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir dengan model Problem Based Learning
22

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subjek Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di SDN Banyudono yang terletak di
Desa Banyudono Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang. Siswa yang
terlibat dalam penelitian adalah siswa kelas III yang berjumlah 27 siswa,
dengan 17 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Muatan pelajaran
yang diajarkan adalah Matematika dengan materi pengurangan bilangan
ribuan pada semester I tahun pelajaran 2022/2023.
2. Waktu Pelaksanaan
Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Pelaksanaan siklus I adalah
pada tanggal 25 Oktober 2022. Sementara pelaksanaan siklus II adalah
pada tanggal 12 November 2022. Kedua siklus dilaksanakan pada hari
Sabtu, pukul 07.00 – 08.10.

Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran matematika

No Hari/ Tangggal Kelas Materi Siklus Waktu


1 Rabu, III Pengurangan Siklus 1 07.00-
29 Oktober 2022 bilangan 08.10
ribuan
2 Sabtu, III Pengurangan Siklus 2 07.00-
12 November 2022 bilangan 08.10
ribuan

B. Deskripsi Per Siklus


1. Siklus 1
a. Perencanaan
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan peneliti sebagai
pengajar. Dalam penelitian, kegiatan ini diawali dengan ide atau
23

gagasan yang merupakan temuan dan analisis data. Penelitian


Perbaikan Pembelajaran ini akan dilaksanakan dalam dua siklus,
sesuai dengan tingkat keberhasilan penelitian, dimana tiap siklus
penelitian terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan/observasi dan refleksi.
Pada siklus 1 ini mengambil Kompetensi Dasar “menjelaskan
sifat-sifat operasi hitung pada bilangan cacah” dengan indikator
memahami cara menentukan hasil pengurangan dengan teknik
tanpa meminjam dengan benar. Adapun pihak-pihak yang terlibat
pada pembelajaran ini adalah siswa, guru, dan lembaga pendidikan
SD Negeri Banyudono Kecamatan Kaliori. Langkah-langkah
perbaikannya sebagai berikut.
Peneliti sebagai pengajar bersama dengan guru teman
sejawat sebagai kolaborasi mendiskusikan tujuan penelitian,
mengkaji materi matematika kelas III yang berkaitan pengurangan
dengan langkah-langkah perbaikan yaitu identifikasi masalah,
rencana perbaikan pembelajaran dengan model Problem Based
Learning, mempersiapkan media kartu soal, membuat soal- soal test
uji kompetensi, membuat lembar kerja siswa (LKS), rencana
pembentukan kelompok diskusi.
b. Pelaksanaan
Penelitian dimulai dengan kegiatan refleksi yang terdiri dari
kegiatan identifikasi masalah dan pembelajaran yang dilakukan
guru/pra siklus. Masalah yang teridentifikasi kemudian dianalisa
dan ditelusuri penyebab timbulnya masalah pembelajaran.
Tujuannya adalah agar kita paham inti permasalahan yang kita
hadapi. Setelah melakukan analisis terhadap masalah yang
teridentifikasi kemudian merumuskan masalah. Rumusan masalah
dalam bentuk tanda tanya.
Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan perbaikan
pembelajaran. Rencana perbaikan pembelajaran dilakukan di kelas
24

tempat peneliti mengajar. Untuk membantu mengumpulkan data,


mahasiswa dibantu oleh kepala sekolah sebagai supervisor 2. Data
yang telah diperoleh dianalisis. Langkah yang terakhir adalah
Peneliti merefleksikan hasil interprestasi data yang diperoleh dari
perbaikan pembelajaran yang sudah dilakukan
c. Pengamatan
Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh kepala
sekolah selaku supervisor 2 yang selalu mendampingi dan membantu
peneliti mulai perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pelaporan
PKP. Kepala sekolah selaku supervisor 2 membimbing mahasiswa
di sekolah tempat mengajar terkait dengan tugas PKP yang harus
dikerjakan, memberikan masukan terhadap RPP perbaikan,
mengamati mahasiswa saat melakukan praktek perbaikan
pembelajaran, memberikan masukan terhadap kinerja guru pada saat
praktik perbaikan pembelajaran, membantu mahasiswa melakukan
refleksi, membuat jurnal/laporan kegiatan bersama mahasiswa.
Langkah- langkah pelaksanaan tindakan mengenai Kompetensi
Dasar “menjelaskan sifat-sifat operasi hitung pada bilangan cacah”
dengan indikator memahami cara menentukan hasil pengurangan
dengan teknik tanpa meminjam dengan benar. Langkah-langkah yang
akan ditempuh seperti berikut.
1) Guru mengadakan apersepsi dengan memberikan pertanyaan
”Hari ini kalian diberi uang jajan berapa? Kira-kira mau dibelikan
apa saja?”
2) Guru memberitahu siswa tentang materi yang akan dipelajari
bersama
3) Guru memberitahu siswa tujuan yang akan dicapai dari materi
tersebut.
4) Guru menerangkan tentang pengurangan bilangan cacah dengan
menggunakan model Problem Based Learning berbantuan kartu soal.
5) Guru membagi siswa menjadi empat kelompok.
25

6) Siswa mendiskusikan LKS berupa kartu soal tentang pengurangan


bilangan cacah ribuan.
7) Siswa mengerjakan soal pada kartu soal dengan diskusi
8) Siswa memaparkan hasil diskusinya berupa jawaban masalah
9) Guru memberikan umpan balik terkait hasil diskusi siswa
10) Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dan
memberikan motivasi pada siswa untuk belajar.
Dalam pelaksanaan perbaikan siklus I ini peneliti bersama teman
sejawat sebagai pengamat mengoreksi hasil pekerjaan siswa dan
mengelompokkan siswa yang belum mampu dalam menyelesaikan tes
formatif kemudian memikirkan bagaiman cara mengatasinya.
Pengamatan dilaksanakan selama proses berlangsung oleh
peneliti, yaitu guru kelas III SD Negeri Banyudono. Hal yang
diamati yaitu aktifitas guru selama mengajar dan sikap siswa selama
jalannya proses pembelajaran dengan metode demonstrasi serta
mengamati terhadap perubahan-perubahan sekaligus mengumpulkan
data mengenai keaktifan siswa dalam kelas selama mengikut i
pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan lembar
observasi
d. Refleksi
Dari pengamatan yang dilakukan terdapat kekurangan dan
kelebihan dalam pelaksanaan siklus 1. Kekurangan pada Siklus 1
adalah guru kurang memaksimalkan penggunaan media
pembelajaran, pengelolaan kelas masih kurang maksimal, masih
ada siswa yang bermain sendiri saat pembelajaran, siswa belum
memahami konsep penaksiran, dalam melaksanakan diskusi masih
ada beberapa siswa yang kurang aktif.
Kelebihan pada Siklus 1 adalah guru tidak mendominasi dengan
metode ceramah, guru sudah mampu membangkitkan keaktifan
siswa, guru sudah mampu membangkitkan motivasi siswa pada
saat awal pembelajaran, melatih siswa untuk berfikir tingkat tinggi.
26

2. Siklus 2
Pada siklus 2 ini mengambil kompetensi dasar “menjelaskan sifat-sifat
operasi hitung pada bilangan cacah” dengan indicator memahami cara
menentukan hasil pengurangan dengan teknik tanpa meminjam dengan
benar.
a. Perencanaan
Dalam tindakan siklus 2 materi yang akan diajarkan oleh
peneliti sebagai pengajar adalah materi pengurangan bilangan ribuan.
Perencanaan tersebut meliputi rencana perbaikan pembelajaran,
mempersiapkan media kartu soal, membuat lembar kerja siswa
(LKS2), rencana pembentukan kelompok diskusi, mempersiapkan
lembar penilaian dan merencanakan dan menyusun tes uji kompetensi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan siklus 2, peneliti mengawali dengan.
1) Apersepsi
2) Melaksanakn pembelajaran tentang “menentukan hasil
pengurangan dengan teknik meminjam dengan benar”.
3) Menggunakan kartu soal untuk mengerjakan permasalahan uang
diberikan.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti dan
berkolaborasi dengan teman sejawat dalam pelaksanaan siklus 2
adalah.
1) Guru mengadakan apersepsi dengan mengajak siswa
mengeluarkan uang saku dan mengajak siswa melakukan
percobaan bersama.
2) Guru memberitahu siswa tujuan yang akan dipelajari bersama.
3) Guru memberitahu siswa tujuan yang akan dicapai materi tersebut.
4) Guru membagi kelas kedalam 5 kelompok. Guru menerangkan
tentang penguranan bilangan cacah dengan menggunakan model
problem based learning berbantuan kartu soal.
27

5) Siswa mendiskusikan LKPD berupa kartu soal tentang


pengurangan bilangan ribuan.
6) Siswa memaparkan hasil diskusinya berupa jawaban masalah.
7) Guru memberikan umpan balik terhadap hasil diskusi siswa.
8) Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dan
memberikan motivasi pada siswa untuk belajar.
9) Guru membagikan lembar soal evaluasi secara indivisu.
10) Siswa mengerjakan soal evaluasi
11) Guru mengoreksi pekerjaan siswa dan menganalisi nilai siswa.
12) Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
Pada akhir pembelajaran siklus 2 ini guru melaksankaan tes
untuk mengevaluasi hasil pembelajaran. Dari hasil pekerjaan siswa
dikoreksi, sehingga peneliti sebagai guru pengajar segera mengerti
materi yang belum dipahami anak, kemudian mencari solusi bagi
siswa yang belum tuntas.
c. Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan selama proses berlangsung oleh
kepala sekolah SDN Banyudono. Hal yang diamati yaitu aktifitas
guru selama mengajar dan sikap siswa selama jalannya proses
pembelajaran dengan media kartu soal.
d. Refleksi
Dari semua data yang diperoleh dari kepala sekolah akan
didiskusikan dengan peneliti baik data hasil evaluasi maupun hasil
observasi. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut maka guru
mengadakan refleksi. Dari refleksi peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa kurang berhasilnya pembelajaran yang dilakukan
guru sekaligus peneliti adalah kurang menarik dalam menyampaikan
materi selama proses pembelajaran materi penjumlahan dan
pengurangan.
Berdasarkan dari hasil refleksi, maka peneliti merancang
kembali tindakan yang sesuai dengan hasil yang akan diulang pada
28

tindakan berikutnya melalui perbaikan pembelajaran. Hasil


pengamatan maupun data hasil pembelajaran yang telah dianalisis
sampai menemukan refleksi tindakan terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan sampai mencapai hasil sesuai dengan target tujuan
peneliti. Kelebihan pada siklus 2 adalah siswa mampu
menyelesaikan soal cerita pengurangan.

3. Teknik Analisis Data


Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ada dua jenis data
yang dapat dikumpulkan peneliti yakni data kuantitatif dan kualitat if
pada penelitian ini. Peneliti menggunakan data kuantitatif untuk
mengukur peningkatan hasil belajar dan data kualitatif yaitu data yang
berupa informasi berbentuk kalimat, berupa penilaian sikap yaitu
psikomotorik dan afektif untuk mengukur ketertarikan siswa.

4. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan (action
research) penelitian bersiklus yang dilakukan oleh guru berdasar
permasalahan nyata yang ditemui di kelasnya dengan langkah-langkah:
merancang, melaksanakan, observasi dan merefleksi. Siklus dalam
PTK diawali dengan perencanaan tindakan, penerapan tindakan,
mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan dan yang
terakhir melakukan refleksi dan seterusnya sampai peningkatan yang
diharapkan.
29

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian


Data kuantitatif diwujudkan dengan hasil belajar matematika yang
diperoleh melalui tes tertulis yang dilaksanakan setiap akhir pertemuan
pada tindakan siklus 1 dan 2. Selanjutnya data kuantitatif dianalisis
menggunakan teknik analisis deskriptif. Dalam penelitian ini digunakan
pendekatan penilaian acuan patokan (PAP) dengan membandingkan skor-
skor hasil tes peserta didik terhadap kriteria atau patokan yang telah
ditetapkan oleh guru. Metode PAP yang digunakan peneliti menggunakan
sistem penilaian dengan skala 0-100. Menurut Prabandari (2017) skala
100 berangkat dari persentase yang mengartikan skor prestasi sebagai
proporsi penguasaan peserta didik pada suatu perangkat tes dengan batas
minimal angka 0 sampai 100 persen (%). Adapun langkah-langkah PAP
sebagai berikut.
a. Menentukan skor berdasarkan proporsi
𝐵
Skor = 𝑆𝑡 × 100 (Prabandari, 2017)

Keterangan:
B : banyaknya butir yang dijawab benar (dalam bentuk pilihan
ganda) atau jumlah skor jawaban benar pada setiap butir/item soal
(pada tes bentuk menguraikan)
St : Skor teoritis
b. Menentukan batas minimal ketuntasan
Nilai ketuntasan adalah nilai yang menggambarkan proporsi
dan kualifikasi penguasaan peserta didik terhadap kompotensi yang
30

telah dikontrakkan dalam pembelajaran. Prabandari (2017:12)


mengemukakan “prinsip penilaian mengacu pada kriteria
merupakan salah satu karakteristik dari penerapan kurikulum
berbasis kompetensi”. Kriteria adalah ukuran-ukuran yang akan
digunakan untuk menilai evaluan (obyek yang akan
dinilai/dievaluasi). Kriteria yang disepakati harus dapat
dipertanggungjawabkan. Kriteria digunakan sebagai pertimbangan
dan merupakan pangkal dalam pembuatan keputusan yang berupa
hasil penilaia dimana kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing
indikator program normatif dan adaptif adalah 75%. Dalam
penelitian ini batas ketuntasan dikelompokkan menjadi dua
kategori, yaitu tuntas dan tidak tuntas berdasarkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran matematika kelas III
SDN Banyudono.
Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan
Kriteria Ketuntasan Kualifikasi
Individu Klasikal
≥ 63 ≥ 80 % Tuntas
< 63 < 80 % Tidak Tuntas

c. Menentukan Ketuntasan Klasikal


Ketuntasan klasikal disajikan dalam bentuk presentase dengan
rumus:
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟
𝑥= ∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
× 100% (Prabandari, 2017)

d. Rata-Rata Hasil Belajar


∑𝑋
𝑥̅ = ∑ 𝑁 (Prabandari.2017)

Keterangan :
𝑥̅ = Nilai rata-rata
∑ 𝑋 = Jumlah semua nilai siswa
∑ 𝑁 = Jumlah siswa
31

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Siklus
1. Deskripsi Siklus 1
Pelaksanaan tindakan di kelas III SDN Banyudono pada siklus 1
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 25 Oktober 2022 meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
a. Perencanaan
Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus 1 adalah sebagai berikut.
1) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran dengan langkah-langkah
problem based learning.
2) Menyiapkan lembar kerja kelompok dan media kartu soal yang akan
digunakan dalam pembelajaran.
3) Menyiapkan evaluasi berupa tes tertulis.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan Awal
1) Guru menyampaikan apersepsi dengan bertanya kepada siswa
“Berapa uang sakumu hari ini?Sudah dibuat jajan apa belum? Kalau
sudah berpa yang dibuat jajan? Dan berapa sisanya?”
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran “hari ini kita akan
mempelajari tentang pengurangan bilangan ribuan dengan
menerapkannya dalam memecahkan masalah sehari-hari.”
3) Guru mempersiapkan siswa untuk melaksanakan diskusi kelompok.
Kegiatan Inti
1) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang.
2) Siswa diberi permasalahan berupa kartu soal terkait materi
pengurangan.
3) Siswa diminta untuk melakukan diskusi untuk memecahkan masalah
yang diberikan.
32

4) Siswa nyampaikan hasil diskusinya didepan kelas secara bergantian.


5) Guru memberikan umpan balik berupa penguatan terhadap hasil
diskusi siswa terkait materi pengurangan.
Kegiatan Penutup
1) Guru dan siswa mengadakan refleksi atau evaluasi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
2) Guru memberikan soal evaluasi berkaitan dengan materi pengurangan
yang telah dipelajari.
3) Guru menutup pembelajaran
c. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus 1
Berdasarkan data hasil penelitian pada siklus 1 mengenai hasil
belajar matematika melalui problem based learning berbantuan kartu soal
diperoleh data seperti tabel berikut.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Siklus 1
Persentase
Interval Nilai Frekuensi Kategori Kualifikasi
Frekuensi
82≤ 4 14 % Sangat Baik Tuntas
72-81 9 32 % Baik Tuntas
62-71 0 0% Cukup Tuntas
52-61 3 11 % Kurang Tidak Tuntas
≤ 51 12 43 % Sangat Kurang Tidak Tuntas
Jumlah 28 100 %
Rata-rata 60,71
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 20
Persentase
46 %
ketuntasan
33

Tabel distribusi frekuensi letuntasan klasikal hasil belajar ranah


kognitif siklus 1 menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kognitif siswa
adalah 60,71 dengan nilai terendah 20 dan nilai tertinggi 100. Ketuntasan
klasikal yang dicapai adalah 46 % (13 siswa dari 28 siswa) berhasil
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).
d. Refleksi
Refleksi bertujuan sebagai pedoman perbaikan bagi pelaksanaan
tindakan selanjutnya. Refleksi pembelajaran matematika melalui problem
based learning berbantuan kartu soal pada siklus 1 lebih difokuskan pada
permasalahan dan keberhasilan dalam pembelajaran. Adapun hasil
refleksi tersebut adalah sebagai berikut.
1) Pada kegiatan apersepsi guru lupa memberikan pertanyaan terkait
pengurangan bilangan ribuan.
2) Ketika membimbing diskusi kelompok, guru memusatkan perhatian
siswa pada tujuan dan topik diskusi. Guru juga masih belum berhasil
menyebarkan partisipasi siswa sehingga tidak semua anggota
kelompok ikut menyelesaikan permasalahan. Hal ini dikarenakan
banyak siswa yang harus ditangani, walaupun guru telah meminta
siswa untuk menyelesaikan permasalahan bersama teman-temannya,
tetapi tetap saja ada siswa yang belum mematuhi perintah guru.
3) Dalam penyampaian diskusi siswa juga masih belum tertib, karena
pada saat waktu habis ada kelompok yang belum mengumpulkan
pekerjaannya, dan saat menyampaikan cukup memakan waktu karena
dilakukan dengan bercanda.
4) Suasana pembelajaran menjadi tidak tegang karena siswa aktif dalam
penyelidikan bersama teman-teman sekelompoknya. Apalagi dengan
penggunaan kartu soal yang menarik.
5) Guru telah memberikan penguatan dengan segera ketika siswa
melaksanakan suatu tindakan, dan memberikan tepuk tangan setelah
siswa selesai melakukan tugas ataupun menyajikan hasil kerja
kelompok, dan sudah menyebutkan nama siswa dengan jelas.
34

6) Ketuntasan klasikal siswa masih diangka 46 % dimana pencapaian


ketuntasan tersebut belum mencapai indicator keberhasilan yang
ditetapkan yaitu 75 %.

2. Deskripsi Siklus 2
Pelaksanaan tindakan di kelas III SDN Banyudono pada siklus 2
dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 12 November 2022 meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
a. Perencanaan
Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus 2 adalah sebagai berikut.
1) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran siklus 2 dengan langkah-
langkah problem based learning.
2) Menyiapkan lembar kerja kelompok dan media kartu soal yang akan
digunakan dalam pembelajaran.
3) Menyiapkan evaluasi berupa tes tertulis.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan Awal
1) Guru menyampaikan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “Apa
ada yang masih ingat tentang pengurangan ribuan?
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran “hari ini kita akan
mempelajari tentang pengurangan bilangan ribuan dengan
menerapkannya dalam memecahkan masalah sehari-hari.”
3) Guru mempersiapkan siswa untuk melaksanakan diskusi kelompok.
Kegiatan Inti
1) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang.
2) Siswa diberi permasalahan berupa kartu soal terkait materi
pengurangan.
3) Siswa diminta untuk melakukan diskusi untuk memecahkan masalah
yang diberikan.
4) Siswa nyampaikan hasil diskusinya didepan kelas secara bergantian.
35

5) Guru memberikan umpan balik berupa penguatan terhadap hasil


diskusi siswa terkait materi pengurangan.
Kegiatan Penutup
1) Guru dan siswa mengadakan refleksi atau evaluasi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
2) Guru memberikan soal evaluasi berkaitan dengan materi pengurangan
yang telah dipelajari.
3) Guru menutup pembelajaran
c. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus 2
Berdasarkan data hasil penelitian pada siklus 2 mengenai hasil
belajar matematika melalui problem based learning berbantuan kartu soal
diperoleh data seperti tabel berikut.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Siklus 2
Persentase
Interval Nilai Frekuensi Kategori Kualifikasi
Frekuensi
82≤ 17 60 % Sangat Baik Tuntas
72-81 10 36 % Baik Tuntas
62-71 0 0% Cukup Tuntas
52-61 1 4% Kurang Tidak Tuntas
≤ 51 0 0% Sangat Kurang Tidak Tuntas
Jumlah 28 100 %
Rata-rata 91,42
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 60
Persentase
96 %
ketuntasan
36

Tabel distribusi frekuensi letuntasan klasikal hasil belajar ranah


kognitif siklus 2 menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kognitif siswa
adalah 91,42 dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 100. Ketuntasan
klasikal yang dicapai adalah 96 % (27 siswa dari 28 siswa) berhasil
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).
d. Refleksi
Berdasarkan deskripsi dan hasil observasi pada siklus 2, dalam
pembelajaran ditemukan bahwa.
1) Pada saat membimbing siswa menyelesaikan masalah dan ada siswa
yang sibuk sendiri atau bermain sendiri guru memberikan teguran dan
meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok.
2) Pada saat menutup pelajaran guru telah merangkum dan membuat
simpulan persoalan yang telah diselesaikan. Guru juga telah berpesan
untuk lebih peka terhadap permasalahan pengurangan di sekitas
kehidupan siswa.
3) Siswa sudah tidak lagi kesulitan dalam melaksanakan kegiatan diskusi
untuk menyelesaikan masalah karena sudah hafal dengan langkah
pembelajaran yang dilakukan.
4) Siswa sudah tidak malu lagi dalam menyajikan laporan serta
mengajukan pertanyaan dan komentar terhadap penyajian kelompok
lain.
5) Ketuntasan klasikal siswa mencapai angka 96%. Pencapaian
ketuntasan tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yang
ditetapkan yaitu 75%.

B. Pembahasan dari Setiap Siklus


Pembahasan difokuskan pada hasil belajar siswa pada pembelajaran
problem based learning berbantuan kartu soal pada setiap siklusnya.
37

Tabel 4.3
Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Muaatan Pelajaran Matematika
melalui PBL berbantuan Kartu Soal
No Keterangan Siklus 1 Siklus 2
1. Nilai Rata-rata Kelas 60,71 91,42
2. Nilai Tertinggi 100 100
3. Nilai Terendah 20 60
4. Siswa Tuntas Belajar 13 27
5. Siswa Tidak Tuntas Belajar 15 1
6. Persentase Ketuntasan Belajar 46% 96%

Berdasarkan Tbel 4.3 diatas, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan


hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran matematika melalui penerapan
model problem based learning berbantuan kartu soal. Hasil belajar kognitif
pada siklus 1 nilai rata-rata 60,71 dengan nilai terendah 20 dan nilai tertinggi
100. Pada siklus 2 nilai rata-rata 91,42 dengan nilai terendah 60 dan nilai
tertinggi 100. Terlihat adanya peningkatan katena siswa dapat menguasai
materi pada siklus 2. Persentase ketuntasan klasikat meningkat dari siklus 1
sebesar 46 % menjadi 96 % pada siklus 2. Selain itu siswa juga sudh terlihat
aktif berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk memecahkan masalah
yang telah diberikan guru.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan selama penelitian,
meningkatnya hasil belajar dari siklus 1 ke siklus 2 disebabkan faktor
keterampilan guru, aktivitas siswa, media pembelajarn yang digunakan, serta
adanya perbaikan dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1, dalam membuka
pelajaran, guru memberikan apersepsi dengan mengaitkan pengetahuan yang
dimiliki siswa dengan topik yang akan dipelajari. Akan tetapi apersepsi yang
diberikan belum mengarah kepada pengetahuan yang dimiliki siswa. Selain
itu guru juga belum menginformasikan materi yang akan dipelajari. Jadi
siswa masih terlihat bingung. Guru juga masih belum berhasil menyebarkan
partisipasi siswa, sehingga tidak semua anggota kelompok ikut
38

menyelesaikan permasalahan. Hal ini dikarenakan banyaknya siswa yang


harus ditangani. Siswa terlihat kurang dalam mengingat permasalahan,
menganalisis, memecahkan permasalahan, merumuskan serta menguji solusi
karena banyak dari mereka tidak mencatat permasalahan yang diberikan guru.
Dalam penyampaian diskusi siswa juga masih belum tertib karena pada saat
waktu habis ada kelompok yang belum mengumpulkan pekerjaannya, dan
saat menyampaikan cukup memakan waktu karena dilakukan dengan
bercanda.
Pada saat menyajikan laporan hasil kerja kelompok siswa ada telah aktif
memberikan komentar dan bertanya kepada kelompok lain, tetapi masih ada
siswa yang kurang percaya diri untuk menyampaikan. Hal ini berdampak
pada kondisi kelas yang kurang kondusif sehingga hasil belajar siswa masih
kurang dari kriteria ketuntasan belajar klasikal yang telah ditentukan. Selain
itu, soal evaluasi yang dibuat oleh guru belum memberikan kesempatan
terhadap siswa untuk berpikir tingkat tinggi. Hal ini terjadi karena guru
kurang teliti dan cermat dalam membuat instrumen dalam soal evaluasi
maupun penskoran sehingga berdampak juga pada hasil belajar siswa pada
ranah kognitif.
Setelah melaksanakan kegiatan pada siklus 1, dilakukan refleksi dan
revisi berupa perbaikan kegiatan pembelajaran untuk dilaksanakan pada
siklus 2. Pada siklus guru telah mengkondisikan siswa dan kelas sebelum
memulai pembelajaran serta memberikan motivasi kepada siswa sehingga
siswa lebih senang dan bersemangat selama mengikuti kegiatan
pembelajaran. Guru juga mengajukan permasalahan media kartu soal telah
digunakan secara maksimal. Dalam kegiatan diskusi, guru membimbing
siswa baik dalam pelaksanaan diskusi kelompok maupun dalam penyajian
hasil diskusi. Guru memperjelas pendapat siswa pada kegiatan diskusi ini.
Suasana belajar menjadi lebih kondusif dan bermakna.
Untuk menentukan batas minimal siswa dikatakan tuntas menguasai
kompetensi yang dikontrakkan misalnya 75% (Prabandari, 2017).
Penghitungan persentase dengan menggunakan rumus sesuai dengan kriteria
39

keberhasilan yang akan dicapai dalam pembelajaran matematika untuk


kriteria ketuntasan klasikal yaitu 75%. Untuk penelitian ini peneliti
mengambil jalan tengah yaitu mengambil batas ketuntasan minimal diantara
75%. Berarti yang telah mencapai lebih dari atau sama dengan KKM yang
telah ditentukan yaitu 63. Hasil belajar siswa pada akhir siklus 1
menunjukkan bahwa pada akhir siklus 1 persentase ketuntasan belajar
klasikal sebesar 46 % dan belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar
klasikal yang telah ditentukan, maka penelitian dilanjukan ke siklus 2. Setelah
pelaksanaan siklus 2, menunjukkan bahwa persentase ketuntasan belajar
klasikal pada akhir siklus 2 mencapai 96 % dengan jumlah siswa yang tuntas
sebanyak 27 siswa, dan ada 1 orang yang belum tuntas. Karena pada siklus 2
telah mencapai KKM, maka penelitian tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.
40

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai peningkatan hasil belajar operasi
hitung bilangan cacah melalui model problem based learning (PBL) berbantuan
kartu soal pada siswa kelas III SDN Banyudono, dapat ditarik kesimpulan bahwa
hasil belajar Matematika siswa kelas III telah meningkat secara signifikan.
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata 60,71 dengan
ketuntasan belajar 46 %. Pada siklus II rata-rata 91,42 dengan ketuntasan belajar
96%.
Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa
melalui model problem based learning (PBL) berbantuan kartu soal dapat
meningkatkan hasil belajar pembelajaran operasi hitung bilangan cacah pada siswa
kelas III SDN Banyudono. Dengan demikian perumusan masalah untuk penelitian
ini yaitu melalui penerapan model problem based learning (PBL) berbantuan kartu
soal dapat meningkatkan hasil belajar materi operasi hitung bilangan cacah pada
siswa kelas III SDN Banyudono terbukti kebenarannya.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian perbaikan pembelajaran matematika kelas III
SDN Banyudono, peneliti memberikan saran sebagai berikut.
1. Dalam mengembangkan pembelajaran matematika sebaiknya guru memulai
dengan memberikan permasalahan terlebih dahulu serta guru harus lebih aktif
untuk memancing terjadinya diskusi antar siswa dengan saling mengomentari
hasil pekerjaan setiap kelompok.
2. Guru harus lebih aktif untuk memancing terjadinya diskusi antar siswa
dengan saling mengomentari hasil pekerjaan setiap kelompok.
3. Guru harus dapat mengkondisikan suasana belajar yang kondusif agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
41

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanti, R.E.S., dan Endang, S. (2021). Problem Based Lerning Apa dan
Bagaimana. Jurnal Pendidikan, 3(1), hal. 31-34.
Fahrurrozi, Muh. Mohammad Ropii. (2017). Evaluasi Hasil Belajar. Lombok timur:
Universitas Hamzanwadi Press
Fahrurrozi. Sukrul Hamdi. (2017). Metode Pembelajaran Matematika. Lombok Timur:
Universitas Hamzanwadi Press
Hendracita, Nana. (2021). Model-Model Pembelajaran SD. Bandung: Tofani
Multikreasi.
Hotimah, H. (2020). Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning
dalam Meningkatkan Kemampuan Bercerita pada Siswa Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan, VII (3), hal. 5-11.
Kemendikbud. (2018). Permendikbud No. 4 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Satuan Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Kementerian
Republik dan Kebudayaan.
Kemendikbud. (2013). Permendikbud No. 54 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementerian Republik dan
Kebudayaan.
Liansari, V. dan Untari, R.S. (2020). Strategi Pembelajaran. Sidoarjo: Umsida Press
Prabandari, Endang. (2017). Pemanfaatan Hasil Penilaian. Jakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Salsabila, J.S. dan Indrawati, D. (2022). Pengembangan Kartu Soal Berbasis
Augmented Reality Materi Ciri-Ciri Bangun Ruang Kelas V Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan, 10(1), hal. 3630-3640.
Sofyan, H. dkk. (2017). Problem Based Learning dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta Press
Susanah. (2019). Matematika dan Pendidikan Matematika. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya Press
Suwarsi. (2018). Meningkatkan Keterampilan HOTS Siswa melalui Permainan
Kartu Soal dalam Pembelajaran PBL. Jurnal Pendididikan, I, hal. 248-255
42

Syamsidah. Hamidah Suryani. (2018). Buku Model Problem Based Learning (PBL)
Mata Kuliah Pengetahuan Bahan Makanan. Yogyakarta: Deepublish CV Budi
Utama
Wahyudi. (2017). Strategi Pemecahan Masalah Matematika. Salatiga: Satya
Wacana University Press
43

LAMPIRAN 1
RANCANGAN SATU SIKLUS

Siklus : 1 (satu)
Tema : Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup
Tanggal : 25 Oktober 2022

Tujuan Perbaikan : Meningkatkan hasil belajar siswa melalui model problem


based learning dalam mempelajari pengurangan operasi
bilangan cacah ribuan dengan berbantuan kartu soal.
Identifikasi Masalah :
1. Guru banyak menggunakan metode ceramah ketika
proses pembelajaran sehingga tidak ada tanya jawab
yang membuat siswa pasif.
2. Sebagian siswa belum dalam memahami materi yang
diajarkan mengenai pengurangan bilangan ribuan.
3. Hasil belajar siswa banyak yang dibawah KKM.
Analisis Masalah :
1. Guru terlalu teoritis dalam menjelaskan materi
pelajaran dan metode yang digunakan kurang
bervariasi.
2. Guru belum menggunakan media pembelajaran yang
variatif sehingka kurang menarik perhatian siswa.
3. Guru kurang menguasai kelas dalam proses
pembelajaran sehingga ada siswa yang aktif dan masih
banyak yang pasif ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung.
4. Minimnya pemahaman siswa terhadap materi
berdampak pada hasil belajar yang belum tuntas.
44

Perumusan Masalah :
Bagaimana penerapan model problem based learning
berbantuan kartu soal dapat meningkatkan hasil belajar
matematika materi pengurangan bilangan ribuan pada
siswa kelas III SDN Banyudono tahun pelajaran
2022/2023?
Rencana Kegiatan :
RKH ke- Pembuka Inti Penutup
Membaca doa dan Pemaparan materi Soal evaluasi
I menyanyikan lagu disertai dengan tanya individu.
nasional jawab dan pembahasan.
Tanya jawab terkait Diskusi kelompok tiap Pengumpulan
materi kelompok terdiri dari 4- tugas kelompok
II
5 orang siswa secara
acak.
Penyampaian tujuan Presentasi hasil diskusi Doa dan salam
III
pembelajaran tiap kelompok
45

RANCANGAN SATU SIKLUS

Siklus : 2 (dua)
Tema : Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup
Tanggal : 12 November 2022

Tujuan Perbaikan : Meningkatkan hasil belajar siswa melalui model problem


based learning dalam mempelajari pengurangan operasi
bilangan cacah ribuan dengan berbantuan kartu soal.
Identifikasi Masalah :
1. Guru banyak menggunakan metode ceramah ketika
proses pembelajaran sehingga tidak ada tanya jawab
yang membuat siswa pasif.
2. Sebagian siswa belum dalam memahami materi yang
diajarkan mengenai pengurangan bilangan ribuan.
3. Hasil belajar siswa banyak yang dibawah KKM.
Analisis Masalah :
1. Guru terlalu teoritis dalam menjelaskan materi
pelajaran dan metode yang digunakan kurang
bervariasi.
2. Guru belum menggunakan media pembelajaran yang
variatif sehingka kurang menarik perhatian siswa.
3. Guru kurang menguasai kelas dalam proses
pembelajaran sehingga ada siswa yang aktif dan masih
banyak yang pasif ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung.
4. Minimnya pemahaman siswa terhadap materi
berdampak pada hasil belajar yang belum tuntas.

Perumusan Masalah :
46

Bagaimana penerapan model problem based learning


berbantuan kartu soal dapat meningkatkan hasil belajar
matematika materi pengurangan bilangan ribuan pada
siswa kelas III SDN Banyudono tahun pelajaran
2022/2023?
Rencana Kegiatan :
RKH ke- Pembuka Inti Penutup
Membaca doa dan Pemaparan materi Soal evaluasi
I menyanyikan lagu disertai dengan tanya individu.
nasional jawab dan pembahasan.
Tanya jawab terkait Diskusi kelompok tiap Pengumpulan
materi kelompok terdiri dari 4- tugas kelompok
II
5 orang siswa secara
acak.
Penyampaian tujuan Presentasi hasil diskusi Doa dan salam
III
pembelajaran tiap kelompok
47

LAMPIRAN 2
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65

Lampiran 2

Materi
Aturan pengurangan bilangan ribuan dengan cara bersusun.

1. Bilangan yang akan dikurangkan disusun dengan memperhatikan nilai tempat


setiap angkanya.
2. Pengurangan dengan cara bersusun dapat dilakukan tanpa teknik meminjam
dan dengan teknik meminjam.

Contoh:

4.758
3.425
—— –
1.333
Jadi, 4.758 – 3.425 = 1.333

4.385
1.420
—— –
2.965
Jadi, 4.385 – 1.420 = 2.965
66

Lampiran 3

LKPD (Kartu Soal Pemecahan Masalah Pengurangan)


67
68
69

Kunci jawaban LKPD

1870 2400 1000


1567 - 1275 - 992 -
303 1125 8

3678 7885
2459 - 5647 -
1219 2218
70

Lampiran 4

Soal Evaluasi
71

Kunci jawaban soal evaluasi

4. 4 7 4 2. 4 1 3

1. 2 0 7

2. 2 8 8 1. 3 4 8
72

ANALISIS HASIL EVALUASI

Muatan Pelajaran : Matematika


Materi Pokok : Pengurangan Bilangan Cacah Ribuan
KKM : 63
Data Nilai Siklus 1
Data Nilai Siklus 2
No Nama
Nilai Keterangan Nilai Keterangan
1 A1 100 Tuntas 100 Tuntas
2 A2 80 Tuntas 100 Tuntas
3 A3 100 Tuntas 100 Tuntas
4 A4 40 Tidak Tuntas 100 Tuntas
5 A5 60 Tidak Tuntas 80 Tuntas
6 A6 40 Tidak Tuntas 80 Tuntas
7 A7 80 Tuntas 100 Tuntas
8 A8 80 Tuntas 100 Tuntas
9 A9 80 Tuntas 100 Tuntas
10 A10 80 Tuntas 100 Tuntas
11 A11 20 Tidak Tuntas 80 Tuntas
12 A12 40 Tidak Tuntas 80 Tuntas
13 A13 20 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas
14 A14 100 Tuntas 100 Tuntas
15 A15 80 Tuntas 100 Tuntas
16 A16 100 Tuntas 100 Tuntas
17 A17 40 Tidak Tuntas 100 Tuntas
18 A18 60 Tidak Tuntas 80 Tuntas
19 A19 40 Tidak Tuntas 80 Tuntas
20 A20 80 Tuntas 100 Tuntas
21 A21 80 Tuntas 100 Tuntas
22 A22 80 Tuntas 100 Tuntas
23 A23 20 Tidak Tuntas 80 Tuntas
24 A24 40 Tidak Tuntas 100 Tuntas
25 A25 20 Tidak Tuntas 80 Tuntas
26 A26 40 Tidak Tuntas 100 Tuntas
27 A27 60 Tidak Tuntas 80 Tuntas
28 A28 40 Tidak Tuntas 80 Tuntas
Jumlah 1700 2560
Rata-Rata 60,71429 91,42857
KKM 60 70
73

Nilai Tertinggi 100 100


Nilai Terendah 20 60
Tuntas 16 27
Belum Tuntas 12 1
74

LAMPIRAN 3
Skenario Perbaikan Pembelajaran
Hari Pertama Siklus 1 dan Hari Terakhir Siklus 2

1. Sebagian siswa yang masih belum paham


pengurangan ribuan
2. Siswa cenderung pasif selama pembelajaran
Fakta / data
pembelajaran yang 3. Sebagian siswa kurang mampu bekerja sama dalam
ada di kelas diskusi kelompok
4. Sebagian siswa memiliki hasil belajar yang rendah
dan cenderung di bawah KKM
1. Guru banyak menggunakan metode ceramah ketika
proses pembelajaran sehingga tidak ada tanya
jawab yang membuat siswa pasif.
Identifikasi 2. Sebagian siswa belum dalam memahami materi
Masalah
yang diajarkan mengenai pengurangan bilangan
ribuan.
3. Hasil belajar siswa banyak yang dibawah KKM.
1. Guru terlalu teoritis dalam menjelaskan materi
pelajaran dan metode yang digunakan kurang
bervariasi.
2. Guru belum menggunakan media pembelajaran
yang variatif sehingka kurang menarik perhatian
siswa.
Analisis Masalah
3. Guru kurang menguasai kelas dalam proses
pembelajaran sehingga ada siswa yang aktif dan
masih banyak yang pasif ketika kegiatan
pembelajaran berlangsung.
4. Minimnya pemahaman siswa terhadap materi
berdampak pada hasil belajar yang belum tuntas.
75
76

LAMPIRAN 4

LEMBAR REFLEKSI
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I

Nama Mahasiswa : Arifah


NIM : 857742882
Tempat Mengajar : SDN Banyudono
Kelas : III (Tiga)
Mata Pelajaran/Tema : Matematika
Waktu ( Jam ) : 2 x 35 menit
Hari, Tanggal : Selasa, 25 Oktober 2022
UPBJJ-UT : 42 Semarang

Aspek yang Kemunculan Komentar


No
diobservasi Ya Tidak

A. GURU

1 Menyiapkan sarana Guru sudah menyiapkan sarana



pembelajaran penunjang pembelajaran
2 Mengadakan apersepsi Guru melakukan apersepsi
√ dengan menanyakan
pengalaman pagi ini.
3 Membuka pelajaran Guru membuka pelajaran
√ dengan membuka salam,
berdo’a, dan mengabsen siswa
4 Penggunaan alat peraga Guru menggunakan media

sesuai gambar dengan kartu soal
5 Membentuk kelompok Guru membentuk kelompok dan
diskusi memberikan LKPD

menggunakan Kartu Soal

6 Memberi penjelasan Guru menjelaskan materi


materi logis dan √ dengan logis dan kongkrit
sistematis
7 Menjelaskan langkah- Guru menggunakan metode

langkah dalam diskusi diskusi
77

8 Memberi umpan balik Guru memberi pertanyaan pada


pada pendapat siswa √ sisiwa sehingga siswa
menjawab pertanyaan itu
9 Membimbing dalam Guru melaksanakan bimbingan

diskusi diskusi
10 Memberi tugas siswa Guru tidak memberikan tugas

siswa berupa PR
11 Memotivasi siswa untuk Guru memotivasi siswa agar

belajar semangat dalam belajar
12 Memberi evaluasi Guru memberikan evaluasi

berupa soal untuk dikerjakan
13 Melaksanakan tindak Guru memberikan tindak lanjut
lanjut √ berupa PR supaya siswa
menjadi paham materi yang
dibahas

B. SISWA

1 Menjawab apersepsi Siswa antusias menjawab



apersepsi dari guru
2 Memperhatikan Siswa memperhatikan apa yang

penjelasan guru dijelaskan guru
3 Berkumpul sesuai Siswa tertib arahan dari guru

kelompok
4 Aktif dalam Siswa aktif dalam pelajaran
pembelajaran ditunjukan dengan siswa

bertanya dan menjawab
pertanyaan dari guru
5 Aktif bekerja dalam Guru menggunakan metode
kelompok √ bekerja dalam kelompok/
diskusi
6 Dapat melaksanakan Siswa dapat melaksanakan
tugas √ tugas dengan sikap siswa
mengerjakan evaluasi
7 Dapat membuat Siswa dapat menyimpulkan

kesimpulan materi yang diajarkan guru
8 Dapat mengerjakan Siswa dapat mengerjakan
evaluasi evaluasi dengan ditunjukan

siswa mengumpulkan evaluasi
tepat waktu
9 Melaksanakan tindak Siswa melaksanakan tindak
lanjut lanjut dengan belajar

pengurangan secara mandiri
dirumah
78

C. KBM

1 Interaksi guru dan siswa Interaksi guru dan siswa


kondusif kondusif ditunjukan adanya

umpan balik yang dilakukan
guru dengan siswa
2 Materi dapat dipahami Materi dapat dipahami
ditunjukan siswa antusias

bertanya dan menjawab
pertanyaan dari guru
3 Waktu sesuai rencana Waktu sesuai rencana
ditunjukan dengan guru selesai

tepat waktu sesuai rancangan
perbaikan pembelajaran
4 Suasana kelas Suasana menyenangkan
menyenangkan ditunjukan adanya siswa yang

aktif bertnya dan menjawab
pertanyaan guru
6 Tujuan pembelajaran Tujuan tercapai ditunjukan
tercapai √ dengan ketuntasan nilai dari
evaluasi

Mahasiswa,

Arifah
NIM 857742662

Link youtube siklus I  https://youtu.be/LEO4dBaXIgc


79

LEMBAR REFLEKSI
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 2

Nama Mahasiswa : Arifah


NIM : 857742882
Tempat Mengajar : SDN Banyudono
Kelas : III (Tiga)
Mata Pelajaran/Tema : Matematika
Waktu ( Jam ) : 2 x 35 menit
Hari, Tanggal : Sabtu, 12 November 2022
UPBJJ-UT : 42 Semarang

Kemunculan Komentar
No Aspek yang diobservasi
Ya Tidak

A. GURU

1 Menyiapkan sarana Guru sudah menyiapkan sarana



pembelajaran penunjang pembelajaran
2 Mengadakan apersepsi Guru melakukan apersepsi
√ dengan menanyakan
pengalaman pagi ini.
3 Membuka pelajaran Guru membuka pelajaran
√ dengan membuka salam,
berdo’a, dan mengabsen siswa
4 Penggunaan alat peraga Guru menggunakan media

sesuai gambar dengan kartu soal
5 Membentuk kelompok Guru membentuk kelompok dan
diskusi memberikan LKPD

menggunakan Kartu Soal

6 Memberi penjelasan Guru menjelaskan materi


materi logis dan √ dengan logis dan kongkrit
sistematis
7 Menjelaskan langkah- Guru menggunakan metode

langkah dalam diskusi diskusi
80

8 Memberi umpan balik Guru memberi pertanyaan pada


pada pendapat siswa √ sisiwa sehingga siswa
menjawab pertanyaan itu
9 Membimbing dalam Guru melaksanakan bimbingan

diskusi diskusi
10 Memberi tugas siswa Guru tidak memberikan tugas

siswa berupa PR
11 Memotivasi siswa untuk Guru memotivasi siswa agar

belajar semangat dalam belajar
12 Memberi evaluasi Guru memberikan evaluasi

berupa soal untuk dikerjakan
13 Melaksanakan tindak Guru memberikan tindak lanjut
lanjut √ berupa PR supaya siswa
menjadi paham materi yang
dibahas

B. SISWA

1 Menjawab apersepsi Siswa antusias menjawab



apersepsi dari guru
2 Memperhatikan Siswa memperhatikan apa yang

penjelasan guru dijelaskan guru
3 Berkumpul sesuai Siswa tertib arahan dari guru

kelompok
4 Aktif dalam Siswa aktif dalam pelajaran
pembelajaran ditunjukan dengan siswa

bertanya dan menjawab
pertanyaan dari guru
5 Aktif bekerja dalam Guru menggunakan metode
kelompok √ bekerja dalam kelompok/
diskusi
6 Dapat melaksanakan Siswa dapat melaksanakan
tugas √ tugas dengan sikap siswa
mengerjakan evaluasi
7 Dapat membuat Siswa dapat menyimpulkan

kesimpulan materi yang diajarkan guru
8 Dapat mengerjakan Siswa dapat mengerjakan
evaluasi evaluasi dengan ditunjukan

siswa mengumpulkan evaluasi
tepat waktu
9 Melaksanakan tindak Siswa melaksanakan tindak
lanjut lanjut dengan belajar

pengurangan secara mandiri
dirumah
81

C. KBM

1 Interaksi guru dan siswa Interaksi guru dan siswa


kondusif kondusif ditunjukan adanya

umpan balik yang dilakukan
guru dengan siswa
2 Materi dapat dipahami Materi dapat dipahami
ditunjukan siswa antusias

bertanya dan menjawab
pertanyaan dari guru
3 Waktu sesuai rencana Waktu sesuai rencana
ditunjukan dengan guru selesai

tepat waktu sesuai rancangan
perbaikan pembelajaran
4 Suasana kelas Suasana menyenangkan
menyenangkan ditunjukan adanya siswa yang

aktif bertnya dan menjawab
pertanyaan guru
6 Tujuan pembelajaran Tujuan tercapai ditunjukan
tercapai √ dengan ketuntasan nilai dari
evaluasi

Mahasiswa,

Arifah
NIM 857742662

Link youtube siklus 2  https://youtu.be/a_eQvDxrObs


82

LAMPIRAN 5
Jurnal Pembimbing PKP

NIM/ Nama Mahasiswa : 857742662/ ARIFAH


Mengajar Kelas : III (tiga)
Sekolah : SDN Banyudono
Judul Laporan PKP : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Operasi Hitung
Bilangan Cacah Melalui Model Problem Based
Learning Berbantuan Kartu Soal Siswa Kelas III SDN
Banyudono Tahun Pelajaran 2022/2023

Hari/ Hasil/ Tindak Paraf


No Kegiatan
Tanggal Komentar Lanjut Mahasiswa Tutor
1 Minggu, Mendiskusikan
16 Judul PKP
Oktober
2022
2 Minggu, Mendiskusikan
23 Bab 1-3
Oktober
2022
3 Senin, 24 Mendiskusikan
Oktober RPP Perbaikan
2022 Siklus 1
4 Selasa, 25 Mengamati
Oktober pelaksanaan
2022 perbaikan
pembelajaran
siklus 1
5 Minggu, Mendiskusikan
30 RPP Perbaikan
Oktober Siklus 2
2022
6 Sabtu, 12 Mengamati
November pelaksanaan
2022 perbaikan
pembelajaran
siklus 2
83

7 Minggu, Mendiskusikan
20 laporan akhir
November PKP
2022

Pati, 30 November 2022

Mengetahui
Ka. UPBJJ-UT Tutor PKP

Drs. Moh. Muzzamil, M.M Nyamat, M.Pd


NIP. 19610917 198703 1 002 NIP. 19680915 199312 1 002
No HP 081325952104
84

LAMPIRAN 6

Dokumen-dokumen Lain yang Mendukung

Nilai Diskusi Siswa


85
86

Nilai Evaluasi Siswa


87

Foto-foto Simulasi Perbaikan Pembelajaran


Siklus 1
88

Siklus 2

Anda mungkin juga menyukai