Anda di halaman 1dari 28

CRITICAL BOOK REVIEW

“SISTEM ANALISA ADMINISTRASI”

OLEH : SEPTI INDAH SARI BR MANIK

NIM : 7191144001

DOSEN PENGAMPU: MUNAJAT, SE., M.Si

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FAKULTAS EKONOMI

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan tugas critical book ini dengan baik. Tugas ini
merupakan tugas mata kuliah sistem analisa administrasi

Critikal book ini berisi tentang rangkuman buku sistem analisa administrasi, yang
kembali di review agar penulis sekaligus pembaca dapat lebih memahami. Dalam makalah ini
kami menspesifikasikan dan membandingkan khusus bab yang sama dan topik yang sama
tercantum dalam identitas buku.

Kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bayak insan, demikian tugas ini
saya selesaikan sebagai kewajiban dalam menyelesaikan tugas Critikal Book matakuliah sistem
analisa administrasi Terimakasih.

Medan,April 2022

Maya duma manullang


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Metode Penelitian merupakan sebuah tahap awal yang harus dilakukanpeneliti baik
dilakukan untuk keperluan menulisis skripsi dan tesis. Programmelibatkan sejumlah
komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untukmencapai sebuah tujuan.
Guru/dosen, objek yang diteliti serta pokok permasalahanmerupakan komponen yang selalu ada
dalam sebuah Metode Penelitian TindakanKelas. Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan
Kelas seorang peneliti harusmenentukan permasalahan dan fokus penelitian. Permasalahan
bisa ditemukan darihasil observasi lapangan ataupun dari media massa. Setelah peneliti
menentukanfokus permasalahan maka ia harus menyusun sebuah kerangka pemikiran
yangnantinya akan berfungsi dalam menyusun kerangkan hipotesis. Serangkaian tahapyang
harus dilewati dalam penelitian tindakan kelas akan membawa sebuah hasil yangbisa
berdamapak pada kinerja pendidik, sekolah/perguruan tinggi dan pendidikan.

1.2 TUJUAN

Critical Book Report ini bertujuan :

1. Mengulas isi sebuah buku.

2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.

3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan olehsetiap bab dari
sebuah buku.

4. Membandingkan isi buku pada keadaan nyata dan lingkungan sekitar.

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah isi sebuah buku cukup bermanfaat bagi mahasiswa sebagai salah satusumber belajar?.

2.Apakah metode yang digunakan pengarang sesuai dengan kondisi dan lingkunganyang sedang
kita hadapi?.

3.Apakah isi buku sama dengan isi sebuah buku yang sejenis?
BAB II

IDENTITAS BUKU DAN RINGKASAN BUKU

A. IDENTITAS BUKU

1. Nama buku : ADMINISTRASI PENDIDIKAN KONTEMPORER

2. NO. ISBN : 978-979-8433-59-7

3. Pengarang : Prof. Dr. H. SYAIFUL SAGALA, MPd.

4. Penerbit : ALFABETA

5. Tahun Terbit : 2013

6. Edisi :7

7. Tebal Buku : Pdk-08 (xii + 268) 16 x 24 cm

8. Bahasa teks : Bahasa Indonesia

Buku ini ditulis oleh Prof. Dr. H. SYAIFUL SAGALA, MPd, yang berjudul ADMINISTRASI
PENDIDIKAN KONTEMPORER yang untuk memperkenalkan administrasi pendidikan
kepada para pelajar dan khalayak yang membaca buku ini. Buku ini diterbitkan oleh CV.
ALFABETA , edisi revisi 7, buku ini memiliki tebal 268 halaman dengan warna sampul merah
yang didesain oleh Amrin Salam.

Buku ini memiliki 7 Bab , adapun isi dari bab tersebut adalah sebagai berikut:

Bab 1 : KONSEP DASAR DAN SISTEM PENDIDIKAN

Bab 2 : KONSEP DAN TEORI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Bab 3 : KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Bab 4 : KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

Bab 5 : JABATAN PENDIDIKAN DAN GURU SEBAGAI PROFESI

Bab 6 : SUPERVISI PENDIDIKAN

Bab 7 : PENUTUP
BAB II

RINGKASAN BUKU

BAB I

KONSEP DASAR DAN SISTEM PENDIDIKAN

A. Konsep Dasar dan pemahaman Tujuan pendidikan

Istilah “education” dalam bahasa inggris yang berasal dari bahasa latin “educere” yang berarti
memasukkan sesuatu. Pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua
orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup,sikap hidup, atau
keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak.

1. Konsep Dasar Pendidikan

Menurut pandangan Piaget(1896)pendidikan didefenisikan sebagai penghubung dua sisi, disatu


sisi individu yang sedang tumbuh berkembang, dan disisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral
yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut. Secara prinsip
pernyataan filosofis harus memberi identitas pada pendidikan yang berbeda dengan yang lain
bersifat “cross culture” artinya bahwa kita melihat pendidikan itu dengan konsep yang lebih luas
dan lintas kultural yang memandang manusia sebagai bagian dari masyrakat sosial yang secara
akumulatif mempengaruhi proses pendidikan. Pendidikan mengandung pengertian yang lebih
luas dari pengajaran, karena sasaran pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan
intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik
secara menyeluruh. Pada dasarnya “mengajar” adalah membantu (mencoba)seseorang untuk
mempelajari sesuatu dan apa yang dibutuhkan dalam belajar itu tidak ada kontribusinya terhadap
pendidikan orang yang belajar. Misalnya : orang mengajari anjingnya untuk berjalan dengan
tumitnya, mengajari temannnya bermain gasing atau mengajari anaknya merangkai bunga
membentuk rantai tanpa memikirkan kontribusinya pada pendidikan mereka.

Pemahaman Akan Tujuan Pendidikan

Dalam perspektif organisasi tujuan adalah adanya kesepakatan umum mengenai misi dan
merupakan sumber legitimasi yang membenarkan setiap kegiatan organisasi, serta eksistensi
organisasi itu sendiri. Selain itu tujuan berfungsi sebagai patokan yang dapat digunakan anggota
organisasi maupun kalangan luar untuk menilai keberhasilan organisasi, misalnya mengenai
efektivitas maupun efesiensi. Tujuan organisasi juga berfungsi sebagai tolak ukur bagi para
ilmuwan bidang organisasi guna mengetahui seberapa jauh suatu organisasi-organisasi berjalan
secara baik. Sedangkan tujuan pendidikan itu menurut John Dewey (1958:3) adalah proses
pendidikan itu sendiri. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa,bertujuan untuk berekembangnya potensi didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif,mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serts bertanggung jawab ( Pasal 3
UUSPN No. 20 Tahun 2003).
Tujuan kurikuler adalah tujuan pendidikan yang akan dicapai melalui bidang studi tertentu, dan
tujuan intruksional adalah tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan pengajaran. Sedangkan
tujuan institusional adalah tujuan sekolah yang dicapai melalui kegiatan sekolah dankegiatan
pembelajaran mengacu pada kurikulum yang telah distandarisasi oleh pemerintah dan dielaborasi
oleh guru menjadi bahan ajar.

B. Sistem Dan Proses Pendidikan

1. Sistem Pendidikan

Sistem adalah keseluruhan himpunan bagian-bagian yang satu sama lain berinteraksi dan
bersama-sama melakukan kegiatan unutk mencapai suatu tujuan dalam suatu organisasi. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan adalah suatu keseluruhan yang terbentuk
dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam mengubah masukan menjadi
hasil yang diharapkan. Sedangkan pendekatan sistem adalah cara-cara berfikir dan bekerja yang
menggunakan konsep-konsep teori sistem yang relevan dalam memecahkan masalah. Sistem
pendidikan nasional adalah satu keseluruhan komponen pendidikan yang saling berkaitan secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Proses Pendidikan Dalam Sistem
Administrasi Pendidikan

Proses adalah sebarang sebarang perubahan dalam suatu objek atau organisme, khususnya suatu
perubahan tingkah laku atau perubahan psikologis. Kegiatan mengubah input menjadi output
adalah proses, yaitu dengan memproses siswa sebagai input yang diterima dalam suatu lembaga
atau satuan pendidikan, dan lulusan menjadi output pendidikan. Proses pendidikan berdampak
pada kualitas yang diperoleh dimana kualitas tersebut sulit diukur, bahwa mutu atas dasar standar
tertentu. Jika ditinjau dari psikologi sosial proses pendidikan menujukkan bahwa pendidik
berfungsi sebagai komunikator dan anak-anak didik sebagai komunikan yang menerima pesan-
peasan dari komunikator. Disamping itu juga pendidik berfungsi sebagai inovator
(pembaharu) sedangkan anak didik berada dalam proses pendidikan adalah pendidik sebagai
emansipator yang memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada anak didik untuk
mengembangkan bakat, minat danperhatiannya dalam proses belajar mengajar, sehingga ia
mampu melakukan penjelajahan terhadap lingkungan sekitarnyaIsu-isu Administrasi Pendidikan

Isu-isu utama administrasi pendidikan yang dapat dikemukan antara lain adalah sebagai berikut :
1) Revisi dan penyempurnaan UUSPN No 2 Tahun 1989 menjadi UUSPN No. 20 Tahun
2003.

2) Konsep dan prinsip otonomi pendidikan adalah memberikan ruang kreatifitas dan inovasi
yang proposional sebagai upaya memberdayakan pendidikan.

3) Konsep School Based Management telah dikembangkan sebagai wacana reformasi


manajemen sekolah yang mengelola sekolah berbasis manajemen dalam upaya peningkatan mutu
yang kompetitif yaitu suatu model manajemen sekolah yang memberdayakan potensi sumber
daya sekolah.

BAB II

KONSEP DAN TEORI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

A. Konsep dan Teori Administrasi

1. Teori Administrasi

Secara teoritik pengertian administrasi adalah melayani secara intensif, sedangkan secara
etimologis administrasi dalam bahasa inggris “administer” yaitu kombinasi dari kata latin yang
terdiri dari AD dan MINISTRARE yang berarti “to serve” melayani,membantu, dan memenuhi.
Lebih jelas lagi, kata AD artinya intensif sedangkan MINISTRATE berbentuk kata benda yang
berarti melayani, membantu, atau mengarahkan. Jadi secara etimologis administrasi adalah
melayani secar intensif. Kata “administratio” dan kata “administrativus”yang kemudian masuk
kedalam bahasa inggris menjadi “administration” dalam bahasa indonesia menjadi administrasi.
Jadi administrasi rangkaian kegiatan bersama sekelompok manusia secara sistematis untuk
menjalankan roda suatu usaha atau misi organisasi agar dapat terlaksana,suatu usaha dengan
suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Sedangkan manajemen adalah orang-orang yang
menggerakkan kegiatan administrasi tersebut, yaitu perbuatan yang menggerakkan orang-orang
dan menggerakkan segala fasilitas agar tujuan usaha kerjasama tercapai.

2. Kedudukan Ilmu Administrasi Pendidikan dalam Ilmu Pengetahuan

Pada dasarnya cabang-cabang ilmu berkembang dari dua cabang utama yaitu filsafat alam yang
berkembang menjadi rumpun ilmu ilmu alam dan filsafat moral yang kemudian berkembang
menjadi cabang ilmu-ilmu sosial. Ilmu-ilmu alam membagi diri kedalam dua kelompok yakni
ilmu alam dan ilmu hayat. Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta.
Dilihat dari ilmu pengetahuan pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu-ilmu sosial yakni
antropologi,psikologi,ekonomi,sosiologi dan ilmu politik. Ilmu-ilmu eksakta mempunyai
karakterisrik utama yaitu, bahwa keseluruhan prinsip-prinsip, rumus-rumus, dan dalil-dalil tidak
mengenal batas waktu dan tempat.

B. Konsep dan Teori Administrasi Pendidikan


1. Pengertian dan Dasar Administrasi Pendidikan

Administrasi pendidikan seringkali diartikan secara sempit sebagai semata-mata kegiatan


ketatausahaan seperti menyelenggarakan surat menyurat, mengatur dan mencatat penerimaan,
penyimopanan, mendokumentasikan kegiatan, mempersiapkan laporan, penggunaan dan
pengeluaran barang-barang, mengurus neraca keuangan dan sebagainya. Mendefinisikan
administrasi pendidikan tidak begitu mudah, karena menyangkut pengertian yang luas ditinjau
dari berbagai aspek yang melingkupinya. Bahwa administrasi pendidikan pada intinya adalah
segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu atau potensi dalam suatu aktivitas
kelembagaan, baik personal, spritual dan material, yang bersangkutan dengan pencapaian tujuan
pendidikan.

2. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan

Administrasi pendidikan merupakan terapan dari sosiologi, psikologi, dan juga antropologi. Dan
dapat ditegaskan bahwa ruang lingkup pembahasan administrasi pendidikan yang dilakukan oleh
pemerintah sebagai pelayanan kebutuhan sekolah disatu pihak, dan sekolah sebagai pelaksana
kegiatan pembelajaran dengan fokus utama pelayanan belajar dipihak lainnya. Untuk dapat
mengukur kualitas pendidikan perlu didukung oleh profesionalisme supervisi pengajaran baik
yang disediakan oleh sekolah maupun yang disediakan oleh pemerintah dilihat dari manajemen
pembelajaran, hal ini sebagai bagian yang terintegrasi.

3. Tujuan Mempelajari Administrasi Pendidikan

Tujuan mempelajari administrasi pendidikan adalah meyediakan dasar konseptual dengan


mendefiniskan administrasi dengan mengimplementasikannya dalam kegiatan pendidikan.
Melalui ilmu administrasi yang diterapkan dalam kegiatan pendidikan menggambarkan variabel
pemerintah sebagai pengambil kebijakan, sekolah sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar,
profesi kependidikan dan guru sebagai pihak yang bertanggungb jawab terhadap mutu layanan
belajar adalah menjadi jaminan bahwa pendidikan dalam suatu negara telah dilaksanakan dengan
baik sesuai keinginan masyrakat. Guru merupakan komponen yang sangat penting, sehingga
dapat memberikan sumbangan secara maksimal untuk mencapai tujuan sekolah.

4. Fungsi-fungsi Administrasi Pendidikan

Jadi, fungsi administrasi dilihat dari konsep dan teori administrasi, maka dapat ditegaskan bahwa
proses pengelolaan itu pada prinsipnya dimulai dari proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pemantauan, dan penilaian atau evaluasi terhadap semua program kerja yang
memerlukan pengaturan yang baik oleh para profesional untuk mengeliminasi pemborosan dan
memaksimalkan tingkat pencapaian potensi sumber daya yang tersedia.
A. Fungsi Perencanaan
Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan
dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Oleh karena
itu perencanaan merupakan proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang
diharapkan dapat menunjang kegiatan dan upaya yang akan dilaksanakan secara efesien dan
efektif dalam mencapai tujuan. Dengan demikian perencanaan adalah sasaran untuk bergerak
dari keadaan masa kini ke suatu keadaan dimasa yang akan datang sebagai suatu proses yang
menggambarkan kerjasama untuk mengembangkan upaya peningkatan organisasi secara
menyeluruh.

B. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas pada orang yang terlibat dalam
kerjasama pendidikan. Salah satu prinsip pengorganisasian adalah terbaginya semua tugas dalam
berbagai unsur organisasi secara proposional, dengan kata lain pengorganisasian yang efektif
adalah membagi habis dan menstrukturkan tugas-tugas kedalam sub-sub atau komponen-
komponen organisasi. Pengorganisasian diartikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih
orang-orang serta mengalokasikan sarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang itu
dalam organisasi.

C. Fungsi Penggerakan
Menggerakkan adalah tugas pemimpin, dan kepemimpinan. Jadi pemimpin menggerakkan
dengan penuh semangat, dan pengikut juga bekerja dengan penuh semangat. Pemimpin yang
efektif menurut Hoy dan Miskel(1987) cenderung mempunyai hubungan dengan bawahan yang
sifatnya mendukung dan meningkatkan rasa percaya diri menggunakan kelompok pembuat
keputusan. Keefektifan kepemimpinan menunjukkan pencapaian tugas pada rata-rata kemajuan,
keputusan kerja, moral kerja, dan kontribusi wujud kerja.

D. Fungsi Pengkoordinasian
Pengkordinasian dalam satuan pendidikan adalah “mempersatukan rangkaian aktivitas
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran dengan menghubungkan, menyatu paduan dan
meyelaraskan orang-orang dan pekerjaanya sehingga semuanya berlangsung secara tertib ke arah
tercapainya maksud yang telah ditetapkan. Dan koordinasi harus menghasilkan penyatuan dari
tiap-tiap bagian maupun personel dalam keseluruhan agar ada sinkronisasi yang baik, segala
sesuatu berjalan menurut rencana pada waktu yang tepat.

E. .Fungsi Pengarahan
Pengarahan dilakukan agar kegiatan yang dilakukan bersama tetap melalui jalur yang telah
ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan terjadinya pemborosan. Istilah
directing sebagai fungsi terpenting dalam menggerakkan bawahan. Secara operasional
pengarahan dapat dipahami sebagai pemberian petunjuk bagaimana tugas-tugas harus
dilaksanakan, memberikan bimbingan selanjutnya dalam rangka perbaikan cara-cara bekerja.
F. Fungsi Pengawasan
Secara umum pengawasan dikaitkan dengan upaya untuk mengendalikan, membina dan
penelusuran sebagai upaya pengendalian mutu dalam arti luas. Artinya pengawasan sebagai
kendali penforman petugas, proses, dan output sesuai dengan rencana. Karena itu, pengawasan
dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan untuk mengetahui realisasi perilaku personel dalam
organisasi pendidikan tingkat pencapaian tujuan pendidikan sesuai dengan yang dikehendaki.

C. Birokrasi dalam Administrasi Pendidikan

1. Elemen-elemen Birokrasi dan Kecenderungannya di Sekolah

Biroksasi adalah kekuasaan, pengaruh dari para kepala dan staf biro pemerintahan, sejalan
dengan itu ditegaskan Albrow (1989) biroksasi adalah suatu badan admnistratif tentang pejabat
yang diangkat sesuai prosedur administrasi, aspek institusional dan asosiasional yang mampu
membedakan hal-hal sepele tetapi penting karena akan menjadi dasar analisis pemikiran
sosiologis untuk melakukan tindakan dan analisis kebijaksanaan. Esensi biroksasi
menurut Sagala (2003:257) adalah pekerjaan menjalankan pemerintahan oleh orang-orang yang
memerintah secara profesional. Analisis mengenai birokrasi pendidikan bertitik tolak pada
pembahasan konsep struktur organisasi tata kerja (SOTK) khususnya pada biroksasi Dinas
Pendidikan provinsi dan kabupaten/kota, partisipasi aparat manajemen pendidikan, dan alternatif
model-model struktur organisasi pelayanan pendidikan.

2. Hubungan antar Manusia dalam Administrasi Pendidikan

Hubungan antar manusia dalam sistem administrasi di indonesia secara umum terikat pada
budaya organisasi yang feodalistik. Dimana budaya feodal ini menanamkan sikap rukun antar
sesama bawahan, dan sikap hormat bawahan pada atasan meskipun atasan melakukan
kekeliruan. Sedangkan posisi bawahan adalah menerima apa saja yang menjadi keputusan
atasan. Tidak ada instrumen yang memungkinkan para bawahan itu menunjukkan kebenarannya.

D. Administrasi Sekolah dalam Sistem Administrasi Pendidikan

1. Manajemen Berbasis Sekolah

Model MBS ini adalah suatu ide dimana kekuasaan pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan pendidikan diletakkan pada tempat yang paling dekat dengan proses belajar mengajar.
Penerapan model MBS ini pada hakekatnya adalah pemberian otonomi yang lebih luas kepada
sekolah dngan tujuan akhir meningkatkan mutu hasil penyelenggaraan pendidikan melalui
peningkatan kinerja dan partisipasi semua stakeholdernya.

2. Administrasi Sekolah dalam Lingkungan Fisik dan Sosio Emosional


Tujuan dan fungsi keseluruhan sekolah bentuk dan strukturnya beriorentasi profesional, bukan
kegiatan teknis yang bersifat rutin. Fungsi ini mampu mengamodasikan keunikan karakteristik
teknologi pembelajaran dan teknologi organisasi pendidikan disekolah maupun di kelas

BAB III

KEBIJAKAN PENDIDIKAN

A. Karakteristik Masalah Kebijakan dan Kebijaksanaan

Secara faktual kebijakan pendidikan ada pada dua tahapan yaitu : (1) pemerintah yang berfungsi
memberikan pelayanan kebutuhan satuan pendidikan pada semua jenjang dan jenis; dan (2)
satuan pendidikan yang melaksanakan pelayanan belajar melalui kegiatan pembelajaran. Dengan
demikian kebijakan pendidikan dalam pembangunan nasional harus dapat menumbuhkan dan
memperdalam rasa cinta tanah air, mempertebal semangat kebangsaan, dan rasa kesetiakawanan
sosial yang tinggi.

1. Konsep Kebijakan dan Kebijaksanaan

a. Arti dan Makna Kebijakan

Kebijakan adalah terjemahan dari kata “wisdom” yaitu suatu ketentuan dari pimpinan yang
berbeda dengan aturan yang ada, yang dikenakan pada seseorang atau kelompok orang tersebut
tidak dapat dan tidak mungkin memenuhi aturan yang umum tadi, dengan kata lain ia dapat
perkecualian (Imron, 1996:17). Artinya wisdom atau kebijakan adalah suatu kearifan pimpinan
kepada bawahan atau masyrakatnya.

b. Arti dan Makna Kebijaksanaan

Kebijaksanaan adalah kepandaian para pengambil keputusan dengan akal budinya(pengalaman


dan pengetahuan) kecakapan bertindak, melaksanakan program untuk mencapai tujuan pada
prakteknya terikat akan nilai-nilai yang oleh para pelakunya memecahkan masalah.

c. Pendekatan Kebijakan dalam Pendidikan

A. Pendekatan Empiris

Pendekatan empiris ditekankan terutama pada penjelasan berbagai sebab dan akibat dari suatu
kebijakan tertentu dalam bidang pendidikan bersifat faktual atau fakta dan macam informasi
yang dihasilkan bersifat deskriptif dan prediktif.

B. Pendekatan Evaluatif
Pendekatan evaluatif ini terutama pada penentuan bobot dan manfaatnya (nilai) beberapa
kebijakan menghasilkan informasi yang bersifat evaluatif. Evaluasi kebijakan adalah suatu
aktivitas yang didesain untuk menilai hasil-hasil program yang berbeda secara khusus dalam hal
objeknya, teknik-teknik pengukuran, dan metode analsisnya untuk mengetahui seberapa jauh
suatu kegiatan dapat dilaksanakan ataukah tidak berhasil sesuai diharapkan atau tidak.

d. Model-model Kebijakan dalam Pendidikan

Ada enam tipe model kebijakan dalam pendidikan sebagai berikut :

A.ModelDeskriptif
Model deskriptif dapat menerangkan apakah fasilitas pembelajaran sudah memadai, kualifikasi
pendidikan guru memenuhi persyaratan, anggaran untuk pembelajaran, dan sebagainya. Model
deskriptif adalah pendekatan positif yang diwujudkan dalam bentuk upaya ilmu penegetahuan
menyajikan suatu “state of the art” atau keadaan apa adanya dari suatu gejala yang sedang diteliti
dan perlu diketahui oleh para pemakai.

B.ModelNormatif
Pendekatan Normatif menurut Suryadi dean Tilaar (1943:47) disebut juga pendekatan preskriptif
yang merupakan upaya ilmu penegetahuan menawarkan suatu norma, kaidah, atau resep yang
dapat digunakan oleh pemakai untuk memecahkan suatu masalah.

C.ModelVerbal
Keterbatasan Model verbal adalah masalah-masalah yang dipakai untuk memberikan prediksi
dan rekomendasi bersifat implisit atau tersembunyi, sehingga sulit untuk memahami dan
memeriksa secara kritis argumen-argumen sebagai keseluruhan, karena tidak didukung informasi
atau fakta yang mendasarinya.

D.ModelSimbolis
Model ini sulit untuk dikomunikasikan diantara orang awam, termasuk para pembuat kebijakan,
dan bahkan diantara para ahli pembuat model sering terjadi kesalah pemahaman tentang elemen-
elemen dasar dari model tersebut.

E.ModelProsedural
Model prosedural adalah mensimulasikan hubungan antara variabel tersebut. Model prosedural
dapat ditulis dalam bahasa nonteknis yang terpahami, sehingga memperlancar komunikasi antara
orang-orang awam. Kelebihannya memungkinkan simulasi dan penelitian yangn kreatif,
kelemahannya sering mengalami kesulitan mencari data atau argumen yang dapat memeperkuat
asumsi-asumsinya, dan biaya model prosedural ini relatif tinggi dibanding model verbal dan
simbolis.

F.Model Sebagai Pengganti dan Perspektif


Pendekatan Perspektif menurut Suryadi dan Tilaar (1943:47) merupakan upaya ilmu
pengetahuan menawarkan suatu norma, kaidah, atau resep yang dapat digunakan oleh pemakai
memecahkan suatu masalah khususnya masalah kebijakan.

C. Analisis Kebijakan dalam Pendidikan

Analisis kebijakan sebagian bersifat deskriptif diambil dari displin tradisional seperti ilmu politik
yang mencari pengetahuan tentang sebab dan akibat dari kebijakan-kebijakn publik. Salah satu
kebijakan pendidikan yang terpenting pernah dilaksanakan di Indonesia adalah wajib belajar 9
tahun yaitu wajib belajar pada tingkat SD dan SLTP.

1. Kebijakan Pemerintah Mengenai Otonomi Pendidikan

a. Arah Kebijakan Pendidikan Nasional

Kebijakan pendidikan dapat dihimpun atau dikelompokkan pada empat kelompok yaitu :
Pertama, kebijakan yang berkenaan dengan fungsi esensial lembaga pendidikan. Kedua,
Kebijakan mengenai lembaga yang didalamnya ada faktor-faktor individual dan keseluruhan
sistem kependidikan. Ketiga,kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan dan penarikan tenaga
kerja,promosi,pengawasan, dan penggantian keselureuhan staf. Keempat, kebijakan yang
berkaitan dengan pengalokasian sumber finansial,gedung, dan perlengkapan sebagai pendukung
utama.

b. Reinventing Organisasi Pendidikan

Ada sepuluh prinsip sederhana reinveting dalam pemerintahan wirausaha yang digambarkan
Osborne dan Gaeblar yaitu: (1) mengarahkan ketimbang mengayuh; (2) memberi wewenang
ketimbang melayani; (3) menyuntikkan persaingan kedalam pemberian pelayanan; (4)
pemerintah yang digerakkan oleh misi; (5) pemerintahan yang beriorentasi hasil; (6) memenuhi
kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi; (7) menghasilkan ketimbang membelanjakan; (8)
pemerintahan yang antisipatif; (9) pemerintahan desentralisasi; dan (10) mendongkrak
perubahan melalui pasar.

c. Program Sinkronisasi dan Koordinasi Pembangunan Pendidikan Nasional

Program sinkronisasi dan koordinasi pembangunan pendiidkan nasional ini bertujuan untuk
meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, pelaksanaan,pengendalian, dan
pengawasan program-program pendidikan mulai dari Dapartemen Pendidikan Nasional,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan satuan pendidikan antar jenjang.

2. Kebijakan Pembiayaan Pendidikan

Pembiayaan pendidikan bertitik tolak pada prinsip-prinsip ekonomi, sehingga sebagian besar
analisis ekonomi baik mikro maupun makro dapat digunakan untuk menganalisis masalah-
masalah pendidikan.
a.Kebutuhan Operasional Sekolah

Fungsi produksi adalah yang menjalankan manajemen dan pembiayaan, dan fungsi
produksi pendidikan adalah mengukur input, proses, dan output. Sekolah terdiri dari dari sumber
human dan fisik, setiap bagian merupakan kesatuan yang kompleks.

b.Kebutuhan siswa

Hal yang perlu disediakan sekolah untuk memenuhi kebutuhan siswa disekolah antara
lain adalah buku pelajaran, alat-alat olahraga, ruangan belajar yang bersih dan sehat,
perpustakaan yang memadai laboratorium yang fungsional, sarana bermain yang memadai, alat
kesenian sesuia kebutuhan, tempat beribadah yang bersih, jamban yang bersih dan sehat, tempat
parkir yang teratur dan sehat dan semacamnya.

c.Pendayagunaan Sumber Pembiyaan

Jika pembiayaan pendidikan tidak terpenuhi paling tidak sesuai kebutuhan minimal maka
secara nasional akan ditemukan dampak berupa terjadinya erosi kualitas sehingga kontribusinya
terhadap pembangunan rendah.

d.Prioritas Pembiayaan

Setiap sekolah memiliki prioritas yang berbeda antara satu dengan lainnya, mungkin ada
yang memprioritaskan pengadaan buku teks sedangkan yang lainnya penyediaan alat peraga atau
media pengajaran dan sebagainya. Kepala sekolah sebagai pimpinan pendidikan akan
menggunakan daya kreasi dan inovasi yang optimal untuk memenuhi kebutuhan sekolah dari
waktu kewaktu.

BAB IV

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

A. Arti dan Makna Kepemimpinan dalam Pendidikan

1. Konsep Kepemimpinan

Pimpinan yang efektif adalah pemimpin yang anggotanya dapat merasakan bahwa kebutuhan
mereka terpenuhi, baik kebutuhan bekerja,motivasi,rekreasi,kesehatan,sandang, pangan, tempat
tinggal, maupun kebutuhan lainnya yang pantas didapatkannya. Kepemimpinan adalah suatu
pokok dari keinginan manusia yang besar untuk menggerakkan potensi organisasi,
kepemimpinan juga salah satu penjelas yang paling populer untuk keberhasilan atau kegagalan
dari suatu organisasi.

2. Ciri-ciri Kepemimpinan Pendidikan


Sharplin (1985:149-150) menyebutkan kepemimpinan yang baik dicirikan oleh sifat-sifat: (1)
manusiawi; (2) memandang jauh ke depan (visioner); (3)inspiratif (kaya akan gagasan); dan (4)
percaya diri. Pemimpin yang tidak punya visi sekaligus tidak percaya diri, dipastikan lembaga
yang dipimpinnya tidak akan kompetitif dengan sekolah lainnya, sekolah yang dipimpinnya
hanya bergerak dalam kegiatan yang bersifat rutin.

3. Gaya Kepemimpinan dalam Pendidikan

Gaya kepemimpinan pendidikan disesuaikan dengan kriteria penilaian yang menggambarkan


apakah semua instrumen manajemen menunjukkan kualitas yang diharapkan, jika tidak maka
gaya yang diterapkan itu perlu dirubah sesuia tuntutan kriteria tersebut. Tradisi penelitian
mengenai gaya kepemimpinan dalam setting pendidikan dan non kependidikan menurut
Sergiovanni dan Starrat(198382) telah mengidentifikasi dua dimensi kunci kepemimpinan yakni:
(1) gaya kepemimpinan yang beriorentasi padapelaksanaan pekerjaan atau tugas; dan (2) gaya
kepemimpinan yang beriorentasi terhadap kebutuhan atau perasaan manusia dan hubungan
diantara mereka. Gaya relasi,integrasi,separasi,dan dedikasi hanya merupakan empat gaya dasar,
dan kefektifan masing-masing gaya itu tergantung situasi dimana gatya itu digunakan.

4. Kepemimpinan yang Efektif dalam Penentuan Kebijakan

Keefektifan kepemimpinan pendidikan merupakan suatu konsep yang luas, dalam pendidikan
hampir semua orang pada suatu saat akantiba saatnya untuk dipercaya memegang tampuk posisi
kepemimpina, demikian pula halnya dengan guru merupakan pemimpin pembelajaran bagi
murid-murid nya. Kepemimpinan yang efektif memberikan dasar dan menempatkan tujuan pada
posisi penting untuk merubah norma-norma dalam program pembelajaran, meningkatkan
produktivitas, dan mengembangkan pendekatan-pendekatan kreatif unutk mencapai hasil yang
maksimal dari program institusi pendidikan.

5. Ketepatan Pemimpin dalam Pengambilan Keputusan

Dalam pengambilan keputusan oleh pemimpin pendidikan proses komunikasi itu terkandung
nilai-nilai manusiawi yang secara psikologis dan pedagogis, dapat membawa pada kehidupan
sosial yang tentram dan damai denga rasa solidaritas sosial yang semakin kokoh. Sistematika
pengambilan keputusan perlu didasarkan (1) Kemampuan organisasi dalam arti tersedianya
sumber-sumber material yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan keputusan yang diambil;
(2) personel yang tersedia serta kualitasnya untuk melaksanakan keputusan tesebut; (3) filsafat
yang dianut oleh organisasi; dan (4) situasi lingkungan intern dan ekstern yang menurut
perhitungan akan mempengaruhi roda administrasi dan manajemen dalm organisasi.

6. Kepedulian Pemimpin Pendidikan Terhadap Pembaruan

Kepedulian merupakan gambaran tentang sikap, motivasi,persepsi, dan perasaan yang dialami
seseorang sehubungan dengan suatu pembaruan. Sikap kesiapan bereaksi dan motivasi adalah
dorongan yang kuat melakukan aktivitas dengan rasa tanggung jawab, dengan reaksi cepat dan
perhitungan yang cermat. Pemimpin yang peduli dalam pengelolaan pendidikan memahami betul
bahwa manajemen pendidikan tidak terlepas dari pembaruan, yaitu tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan merupakan bagian dari dinamika pendidikan

7. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan

Kepala sekolah berusaha menghubungkan tujuan sekolah dengan sekolah dan memaksimalkan
kreativitas. Setiap kepala sekolah membawa pngaruh besar terhadap pengajaran untuk kebaikan
atau keburukan. Kepala sekolah memerlukan instrumen yang mampu menjelaskan berbagai
aspek lingkungan sekolah dan kinerjanya dalam memantau perjalanan kearah masa depan yang
menjajikan. Kepala sekolah harus mengenal kebutuhan para guru dan profesional pendidikan
lainnya dalam melaksanakan tugas profesionalnya, kemudian setelah mengenal dengan baik,
maka kepala sekolah menyediakan kebutuhan tersebut untuk menyesuaiakan perilaku yang
beriorentasi pada tujuan.

B. Kepemimpinan Wirausaha Kepala Sekolah

1. Arti dan Makna Wirausaha

Entrepreneur (wirausaha) adalah sebagai orang yang melihat adanya peluang kemudian
mengorganisir dan mensinerjikan peluang itu dengan semua sumber-sumber daya usaha untuk
mendirikan usaha(business) baru disemua bidang kehidupannya baik melalui mendirikan
sendiri,membeli usaha orang lain atau membeli franchise maupun melalui bergabung dengan
bisnis orang lain. Kepemimpinan wirausaha kepala sekolah adalah seorang pemimpin sekolah
yang di samping mampu tampil sebagai manajer yang handal juga berwatak merdeka lahir batin,
jujur, berbudi luhur, menghargai hak-hak asasi manusia, dan bertanggung jawab.

2. Proses Kewirausahaan Kepemimpinan Sekolah

Dilihat dari proses, maka dapat didefenisikan sebagai proses wirausaha mentransformasi,
mengorganisir dan mensinerjikan sumber-sumber usaha untuk mendirikan usaha atau program-
program baru memajukan sekolah dalam hal kualitas. Agar kepala sekolah sebagai pemimpin
yang berjiwa wirausaha dapat meraih sukses yang memadai dalam mendirikan dan
mengembangkan usaha pelayanan belajar atau program baru dalam manajemen berbasis
sekolah .

3. Pendidikan Kewirausahaan

a. Apakah Kewirausahaan Dapat di Didik?


Kewirausahaan dapat di didik orang awam dapat di didik menjadi wirausaha. Kewirausahaan
dewasa ini sudah menjadi cabang ilmu yang mandiri dan diajarkan di sekolah-sekolah bergengsi.
Wirausaha yang sukses tapi tidak pernah sekolah bisnis ini mengharapkan alimninya tidak hanya
bekerja sebgai karyawan tapi didorong untuk menjadi wirausaha.

b. Tujuan Pendidikan Kewirausahaan

1. Untuk memahami karakteristik kewirausahaan dalam memimpin sekolah dan menguasai


tehnik bagaimana mengubah mentalis, sikap, dan perilaku diri orang agar memiliki karakterisstik
tersebut

2. Untuk memahami pengertian kreativitas dan inovasi dan bagaimana menjadi orang yang
kreatif dan inovatif

3. Untuk memahami peran sekolah terutama bagi kemampuan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat dan kehidupan terdidik.

BAB V

JABATAN KEPENDIDIKAN DAN GURU SEBAGAI PROFESI

A. Pentingnya Jabatan Profesi kependidikan dan Guru

Pada prinsipnya profesi adalah suatu lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya
memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi yang tiggi dalam menyikapi
pekerjaan serta berorientasi pada pelayanan yang baik. Artinya bahwa dalam konteks ii profesi
guru dapat dikategorikan suatu pekerjaan ideal memberikan pelayanan pendidikan kepada
masyarakat yang membutuhkannya dan memberi taulada yang baik.

1. Permasalahan Profesi Guru

Adapun permasalahan profesi guru antara lain:

a.Persoalan masa depan yang harus dipikirkan dan dirumuskan secara baik pada masa sekarang
adalah pendidikan, karena tugas guru tetap dibutuhkan sekarang dan masa datang yang perlu
pengolahan yang baik agar menjadi profesi yang memiliki penghargaan (reward) dari
masyarakat.

b.Pada guru dibebankan untuk memantapkan nilai-nilai pada masyarakat yang sesungguhnya
belum mantap.

c.Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi menuntutu profesi guru yang memiliki
kemampuan dan cepat pula dalam mengimbanginya.

d.Peningkatan ekonomi pada masyarakat menumbuhkan harapan (expectation) perbaikan


layanan pendidikan dari guru.
e.Memfungsikan organisasi profesi sebgai lembaga kontrol terhadap kemampuan serta sebagai
kekuatan sosial dalam memperjuangkan profesi.

f.Guru sebagai kelompok profesional sebaiknya memiliki falsafah hidup yang jelas sebagai pola
panutan anak didik.

2. Tujuan Pembahasan Profesi Guru

Pembahasan jabatan profesi kependidikan ini bertujuan mengungkapkan apa yang di maksud
dengan profesi, profesionalitas, profesional, profesionalisme, mengajar sebagai profesi, dan
otonomi profesi kependidikan. Kemudian pembahasan ini juga bertujuan untuk menjelaskan dan
mendiskusikan kepada halayak pembaca bahwa betapa pentingnya peran manusia khususnya
guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam profesi kependidikan.

3. Alasan dan Batasan

Profesi pendidikan mempunyai ciri yang unik karena berkaitan dengan anak didik dan proses
pembelajaran, artinya berbeda dengan profesi dokter, pengacara, akuntan, dan semacamnya yang
mempunyai klien ditangani kasus perkasus. Keunikan profesi kependidikan inilah yang menjadi
alasan kuat bagi penulis untuk membahas apa itu profesi kependidikan. Agar penulisan ini tidak
melebar pembahasannya maka dibatasi hanya berkisar pada profesi, profesionalisasi, profesional,
dan profesionalisme.

B. Arti dan Makna Profesi Kependidikan

1.Pengertian Profesi Profesi adalah suatu lapangan pekerjaan dalam melakukan tugasnya
memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi tinggi menyikapi pekerjaan serta
berorientasi pada pelayanan.

2. Pengertian Mengenai Profesionalisasi

Profesionalisasi adalh proses usaha menuju kearah terpenuhinya persyaratan suatu model
pekerjaan ideal berkemampuan, mendapat perlindungan, memiliki kode etik profesionalisasi,
serta upaya perubahan struktur jabatan sehingga dapat direflesikan model profsional sebagai
jabatan elite.

3. Pengertian Profesional dan Jabatan Profesional

Profesional adalah seorang yang melakukan suatu tugas profesi atau jabatan profesional
bertindak sebagai pelaku untuk kepentingan profesinya dan juga seorang ahli (expert) apabila dia
secara spesifik memperoleh keahliannya dari belajar di perguruan tinggi.
4. Profesionalisme

Freidson (1970) menjelaskan bahwa profesionalisme adalah sebagi komitmen untuk ide-ide
profesional atau karir. Profesionalisme tidak dapat dilakukan atas dasar perasaan, kemauan,
pendapat, atau semacamnya tetapi benar-benar dilandasi oleh pengetahuan secara akademik.

5. Profesi Pendidikan

Ditinjau secara akademik profesi pendidikan biasanya merefleksikan definisi intragenerasi


pendidikan dan persyaratan sebagai calon profesi pendidika lebih dulu harus melalui pendidikan
profesional kependidikan.

C. Mengajar Sebagai Profesi

Mengajar sebagai profesi menjadikan tugas guru secara langsung menyentuh manusia
menyangkut kepentingan dan kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang ke arah kedewsaan
dan kemandirian melalui proses pembelajaran.

1. Apakah Pengajaran Suatu Profesi

Dilihat dari kriteria lainnya, bahwa tugas mengajar sebelumnya harus melalui pendidikan tinggi
atau profesional, maka dari pandangan ini dimungkinkan tgas mengajar adalah sebagai profesi
yang sedang tumbuh. Karena tugas mengajar harus dilakukan secara profesional yaitu
menggunakan tenik-teknik yang berlandasakan suatu ilmu pengetahuan seperti psikologi,
sosiologi, pedagogi, antropologi, komunikasi dan sebaginya, maka guru termasuk suatu jabatan
profesi, tetapi sebagi profesi yang sedang tumbuh.

2. Profesi Keguruan

Status profesi kependidikan dan guru pada dasarnya baru memperoleh pengakuan sebagai jenis
profesi yang sedang tumbuh, dilihat dari persyaratan pendidikan guru termasuk profesi, tetapi
dilihat dari otoritasnya memberikan pelayanan belajar memang masih perlu mendudukkan secara
benar sehingga memenuhi persyaratan otoritas profesi. Profesi guru memperoleh bayaran oleh
instansi yang mengangkatnya yaitu pemerintah atau lembaga yayasan atau organisasi yang
memerlukannya, belum seperti profesi dokter atau pengacar mereka mendapat bayaran oleh
masyarakat sesuai jasa pelayanan otoritas profesi yang diberikannnya.

3. Otonomi Profesi Jabatan Kependidikan dan Guru

Profesi merupakan bidang kajian dari ilmu telah memiliki suatu pengakuan kekuasaan (power)
akibat dari keahliannya, namun banyak diantara profesi yang tidak diakui atau diregister oleh
para praktisi karena diantaranya banyak juga profesi yang tidak memiliki standard atau kode etik.

4. Kompetensi Guru

Spesialisasi dan profesionalisasi dalam pengajaran untuk mengembangkan kompetensi sejalan


dengan sepuluh kemampuan dasar guru yaitu : (1) menguasai landasan-landasan pendidikan; (2)
menguasai bahan pelajaran; (3) kemampuan mengelola program belajar mengajar; (4)
kemampuan mengelola kelas; (5) kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar; (6) menilai
hasil nelajar siswa; (7) kemampuan mengenal dan menterjemahkan kurikulum; (8) mengenal
fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan; (9) memahami prinsip-prinsip dan hasil
pengajaran; (10) mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan.

D. Kode Etik Sebagai Suatu Sistem

1. Prinsip Dasar Kode Profesi

Langford, Glenn (1978) mengemukakan bahwa semua kode profesi sebaiknya terbuka untuk
dikritik sebagai modal untuk mengevaluasi diri dan berusaha berkembang selanjutnya. Kritik-
kritik sosial pada dasarnya sifat realita sosial yang dapat dipandang sebagi kontrol dalam
melaksanakn tugas profesi atau aturan-aturan yang universal tidak bersifat memihak.

2. Isi dari Kode Profesi

Rumusan kode etik guru Indonesia setelah disempurnakan dalam kongres PGRI tahun 1989 di
Jakarta, menjadi berikut ini:

a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
yang berjiwa pancasila.

b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.


c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.

d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berasilnya proses


belajar mengajar.

e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

f. Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat dan profesinya.

g. Guru memelihara hubungan profesional, semangat kekeluargaan dan kesetiakwanan sosial.

h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian.

i. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

3. Membuat Suatu Sistem Aturan

a. Skop dan Isi

Ruang lingkup sabagai skop isi dari kode etik profesi memuat komitmen kepada perbaikan
profesional secra kontinu sehingga jasa pelayanan profesional kependidikan senantiasa
bermanfaat bagi masyarakat dan selalu dibutuhkan.

b. Pelaksanaan Kode Profesi

Pelaksanaan kode profesi merupakan wujud dari semua kesepakatan dan bagaimana polanya
sangat terkait dengan aturan atau pernyataan yang disepakati sehingga bagi yang melaksanakan
dan tidak melaksanakan dapat diperlakukan menurut komitmen yang ada.

c. Tujuan profesional

Tujuan profesi sebagaimana dikatakan Langford, Glenn (1978) sebelumnya tergantung pada
modal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, dengan itulah seorang anggota profesi
memberi layanan pada masyarakat sebagai tujuan umumnya.

d. Ciri-ciri Profesionalisasi Guru


Robert W. Rihe (1974) mengemukakan ada 7 ciri-ciri profesionalisasi jabatan gru yaitu:

1) Guru bekerja semata-mata hanya memberi pelayanan kemanusiaan bukan usaha untuk
kepentingan pribadi.

2) Guru secara hukum dituntut memenuhi berbagai persyaratan untuk mendapatkan lisensi
mengajar serta persyaratan yang ketat untuk menjadi anggota profesi keguruan.

3) Guru dituntut memiliki pemahaman serta keterampilan ynag tinggi.

4) Guru dalam organisasi profesional memiliki publikasi dapat melayani para guru sehingga
tidak ketinggalan bahkan selalu mengikuti perkembangan yang terjadi.

5) Guru selalu diusahakan mengikuti krsus-kursus, workshop, seminar, konvensi, dan terlibat
secara luas dalam berbagai kegiatan in service.

6) Guru diakui sepenuhnya sebagai suatu karir hidup (a live carier).

7) Guru memilki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional maupun secara lokal.

E. Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru

1. Pembinaan Melalui Asosiasi Kependidikan

Sebagai suatu asosiasi perlu melaksanakan training profesi untuk meningkatkan kualitas anggota
dan pengakuan masyarakat maupun pemerintah. Training profesi sebagai upaya memfasilitasi
peningkatan kualitas. Oleh karna itu diperlukan asosiasi yang memiliki program yang ketat dan
disiplin, serta melaksanakan sertifikasi profesi. Pelaksanaan training dapat dilaksanakan oleh
pemerintah yaitu Dapartemen terkait untuk meningkatkan kemampuan dan kinerja, tetapi juga
oleh asosiasi profesi untuk pertumbuhan jabatan dan efektivitas profesi dan organisasi. Asosiasi
guru dan kependidikan harus kuat dan berwibawa, asosiasi tersebut harus memiliki program
yang jelas khususnya berkaitan denga berbagai jenis training untuk semua tingkatan guru dan
bidang keahliannya, dengan demikian dimungkinkan untuk meningkatkan kualitas guru melalui
program asosiasi kependidikan.

2. Pembinaan Melalui Program Pre Service dan In Service

Loretta dan Stein (1989) mengemukakan kategori pendidikan profesional pre service teacher
education adalah: (1) suatu studi yang diwajibkan untuk menjadi guru, yang secara historis
terbentuk dari sejumlah mata pelajaran yang diambil pada perguruan tinggi dengan memberikan
pengalaman lapangan supervisi yang didesain untuk menerima tamatan SLTA memasuki profesi
mengajar, (2) penataran guru untuk memenuhi kebutuhan pejabat dan pegawai dalam daerah
tertentu, (3) continiung education suatu program pelajaran berkelanjutan yang ditentukan secara
individual atau mata pelajaran yang dipilih untuk memenuhi minat atau kebutuhan menuju
pencapaian tujuan spesifik atau gelar, dan (4) pengembangan kedudukan staf suatu program
pengalaman yang didesain untuk memperbaiki kedudukan seluruh anggota staf baik secra pribadi
maupun kelompok.

Dalam pengembangan kemampuan profesional melalui kegiatan ini service (penataran atau
pelatihan) terkesan bahwa selama ini pelaksanaannya kurang sistematis. Dalam pelaksanaan in
service education diperlukan kontrol agar semua program terarah mencapai tujuan, adapaun yang
berhak mengontrol aktivitas in service education adalah sekolah, direktur atau pimpinan kantor
pusat pengembangan, pusat pendidikan guru, dan departemen pendidikan.

F. Profil Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

PGRI adalah organisasi perjuangan, profesi dan ketenagakerjaan berskala nasional yang bersifat
unitaristik, independen, dan non politik atau oraktis. Organisasi ini bertujuan untuk mewujudkan
cita-cita proklamasi kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan mempertahankan, mengamankan
serta mengamalkan Pancasila dan UUD 1945, berperan aktif mencapai tujuan nasional dan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya, berperan serta
mengembangkan sistem dan pelaksanaan pendidikan nasional, mempertinggi kesadaran dan citra
guru, meningkatkan mutu dan kemampuan profesi guru dan tenaga kependidiakn lainnya, dan
menjaga harkat dan martabat guru melalui peningkatan kesejahteraan anggota serta
kesetiakawanan organisasi

Kelemahan

-Terdapat kesalahan dalam penulisan kata seperti pada halaman 210 di poin ke-4 kompetensi
guru.

-Ada pengulangan pernyataan yang menyebabkan ketidak efisiennan, terjadi dihalaman 223 pada
Program In-Service Education dalam Pertumbuhan Jabatan.

BAB VI

SUPERVISI PENDIDIKAN

A. Arti dan Makna Supervisi Pendidikan

1. Konsep Supervisi
Supervisi adalah ilmu dan seni memuat langkah-langkah yang ditunjukkan kepada perubahan
situasi yang ada dalam situasi yang diharapkan. Secara umum supervisi berarti upaya bantuan
yang diberika kepada guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya, agar guru mampu
membantu para siswa dalam belajar untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Supervisi
mempunyai fungsi penilaian dengan jalan penelitian dan merupakan usaha perbaikan. Sedangkan
peranan supervisi pendidikan adalah korektif, preventif, konstruktif, dan kreatif degan sasaran
memperbaiki situasi belajar mengajar dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

2. Permasalahan Supervisi Pendidikan

Karena beberapa alasan peran supervisi dalam organisasi persekolahan menjadi lemah, kurang
efisien dan efektif sesuai tujuannya. Pekerjaan supervisi harus dilakukan orang orang yang
“profesional dan kompoten” serta mempunyai visi lebih luas dengan konsep kepemimpinan
memperbaiki pengajaran. Supervisi memfokuskan perhatiannya pada hal-hal yang menjadi pusat
perhatian serta kebutuhan guru dikelas dan bertindak sebagai agen pembaruan.

3. Tujuan Supervisi Pendidikan

Tujuan supervisi pendidikan antara lain, membantu guru-guru dalam mengembangkan proses
belajar mengajar, membantu guru mentejemahkan kurikulum kedalam bahasa belajar mengajar,
dan membantu guru-guru mengembangkan staf sekolah. Secara umum tujuan supervisi
pendidikan membantu guru-guru meliha tujuan pendidikan, membimbing pengalaman belajar
mengajar, menggunakan sumber belajar, menggunakan sumber belajar, menggunakan metode
mengajar, memenuhi kebutuhan belajar murid, menilai kemajuan belajar murid, membina moral
kerja, menyesuaikan diri dengan masyarakat dan membina sekolah.

4. Prinsip Supervisi Pendidikan

Prinsip supervisi pendidikan antara lain adalah: ilmiah yang berarti sistematis dilaksanakan
secara tersusun, kontiniu, teratur, objektif, demokratis, kooperatif, menggunakan alat, konstruktif
dan kreatif.

5. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan

1) Kunjungan kelas.

2) Diskusi kelompok
3) Demonstrasi mengajar

4) Kunjungan kelas antar guru

5) Pengembangan kurikulum

6) Buletin supervisi

7) Perpustakaan profesional

8) Lokakarya

9) Survei sekolah masyarakat

B. Supervisi Memantapkan Profesionalisasi Jabatan Guru

1. Pengembangan dan Pembinaan Guru

Pengembangan staf dan in-service education supervisor adalah pemimpin dalam program
pengembangan guru. Pengadaan staff dan pendidikan in-service sangat erat kaitannya.
Pelaksanaan pelatihan (penataran) merupakan salah satu pemecahan masalah dengan
memodifikasi perilaku anggota staf. Standar objektif tentang mengajar adalah penting agar
supervisi yang dilakukan tidak menjadi sia-sia. Sekolah adalah organisasi kemanusiaan, oleh
karena itu perbaikan kemampuan guru-guru melalui supervisi lebih sulit daripada memberikan
latihan pengembangan keterampilan yang sederhana.

2. Tugas Supervisi Pengajaran

Ben. M. Haris (1985) mengemukakan 10 bidang tugas supervisi yaitu: mengembangkan


kurikulum, pengorganisasian pengajaran, pengadaan staf, menyediakan fasilitas, penyediaan
bahan-bahan yang digunakan dan diimplementasikan untuk pengajaran, penyusunan penataran
pendidikan, pemberian orientasi anggota-anggota staf, pelayanan murid, hubungan masyarakat,
dan penilaian pengajara terhadap perencanaan pengajaran.

3. Supervisi Klinis

Supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan bertujuan membantu pengembangan profesional
guru atau calon guru, dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi dan analisis data secara
teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku tersebut.

4. Karakteristik Supervisi Klinis


Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut: perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru
mempelajari keterampilan intelaktual, fungsi utama supervisor adalah mengajarkan berbagai
keterampilan kepada guru dan calon guru, fokus supervisi klinis dalah perbaikan cara guru
melaksanakan mengajar, fokus supervisi klinis dalam perencanaan adan analisis merupakan
pegangan dalam pembuatan dan pengujian hipotesis mengajar, fokus supervisi klinis adalah pada
masalah mengajar dalam jumlah keterampilan yang tidak terlalu banyak, fokus supervisi klinis
adalah analisi konstruktif dan memberi penguatan, fokus supervisi klinis didasarkan atas bukti
pengamatan, siklus dalam merencanakan, mengajar dan menganalisis merupakan suatu
komunitas dan dibangun atas dasar pengalaman masa lampau, supervisis klinis merupakan suatu
proses memberi dan menerima yang dinamis, proses supervisi klinis terutama berpusat pada
interaksi verbal, tiap guru mempunyai kebebasan maupun tanggungjawab, dan supervisi
mempunyai kebebasan dan tanggung jawab.

5. Tujuan Supervisi Klinis

Tujuan umum dari supervisi klinis adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan
mengajar guru dikelas. Sedangkan untuk tujuan khususnya adalah sebagai berikut: menyediakan
guru suatu balikan yang objektif dari kegiatan mereka, mendiagnosa dan memecahkan masalah
mengajar, membantu guru mengembangkan keterampilan, sebagai dasar untuk menilai guru,
membantu guru mengembangkan sikap positif, dan perhatian utama pada kebutuhan guru.

6. Teknis Fungsional (Jabatan Fungsional)

Jabatan fungsional yang tertera dalam STOK Dinas Pendidika kabupaten/kota adalh pengawas
sekolah melaksanakan tugasnya atas koordinasi Korwas dan melaporkan hasilnya kepada Kepala
Dinas. Analisi hasil kepengawasan dilakukan masing-masing pengawas, sedangkan aparat Dinas
Pendidikan mengadministrasikan dan mendokumentasiakan, belum tampak dijadikan
pertimbangan penentuan kebijakan pada tingkat pemerintah daerah untuk perbaikan
pembelajaran disekolah.

Kelemahan

Pada halaman 251 terdapat kekurangan kata dalam menulis pernyataan “ pedahuluan terdiri
kriteria serta teknik.......”. Seharusnya seteah kata terdiri ditambahakan kata “dari”
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Implementasi teori pendidikan dalam administrasi dan supervisi pendidikan banyak


didiskusikan oleh pakar pendidikan maupun ahli ilmu-ilmu sosial. Hal ini menggambarkan
bahwa, pendidikan memiliki aspek nilai, yaitu nilai sosial dan nilai kultural. Hal ini mendasar
dalam kajian administrasi pendidikan adalah memahami betul kebutuhan sumber daya manusia
dan sumber daya material menempatkannya dengan benar menggunakan teknik rasional.
Administrasi pemdidikan dapat diartikan secara sempit maupun secara luas. Jika secara sempit
diartikan sebagai kegiatan teknis administrasi, tapi dalam arti luas mencakup semua kegiatan.
Dalam kajian administrasi pendidikan mengkondisikan pengakuan terhadap profesi guru adalah
penting dan bermanfaat, meskipun selama ini dirasakan penghargaan dan penghormatan yang
diberikan terhadap profesi ini agak terkebiri. Kala guru menerima keadaan sekarang sebgaai
sebuah tantangan yang berkaitan dengan hidup matinya bangsa, maka tantangan harus diterima.
Tantangan yang dihadapakan kepada guru pada dasarnya adlah kepercayaan yang diberikan oleh
masyarakat kepada guru. Penilaian yang diberikan bahwa pendidikan dan pengajaran tidak dapat
dipahami sepanjang mereka tidak memahami fenomena sosial dan menghubungkannya dengan
konteks sosial.

Walaupun agak sulit menggambarkannya tapi kenyataanya profesi guru telah menjadi
fenomena sosial, sebab profesi itu tertuju pada orang-orang dengan perilakunya atau
hubungannya sesama mereka, kelompok yang mereka bentuk, aktivitas termasuk aktivitas
profesi dimana mereka berpartisipasi atau lembaga dimana mereka bergelut atau malah bahasa
yang mereka gunukan dan observasi yang dilakukan menjadi kenyataan hidup mereka sehari-
hari. Sejauh ini profesi adalah suatu tipe ideal dan tiddak ada persetujuan yang mendasar untuk
menyatakan bahawa profesi merupakan occupation. Peran pendidik adalah pemimpin seluruh
masyarakat. Dalam rangka penyempurnaan ini diperlukan paradigma yang sama bagi kalangan
profesional pendidikan maupu kalangan birokrasi yang mempunyai kewenangan mengambil
kebijakan pendidikan, baik pada tingkat pemerintah, provinsi, maupun kabupaten/kota. Tentu
implementasinya disesuaikan dengan semangat desentralisasi dan pemberdayaan dengan cara-
cara yang manusiawi dan demokratis.

B. KELEBIHAN

1. Menurut saya buku ini sangat bagus sekali karena materi-materi yang dibahas dibuatnya
dengan sangat lengkap dan disertai juga dengan gambar.

2. Isi buku ini sudah lengkap, karena ia mengupastuntas semuanya dan juga membahasnya
semua satu persatu sehingga pembaca dapat memilah-milah satu per satu dari materi tersebut.
3. Buku ini bisa menjadi buku pedoman yang baik bagi pembacanya terutama mahasisiwa
pendidikan.

4. Dan juga terdapat penebalan kata pada kalimat yang penting

C. KELEMAHAN

1. Tidak adanya rangkuman di setiap pembahasan.

2. Buku ini memang bagus namun penjelaannya kurang baik karena penjelasannya kurang
mendetail.

3. Ada beberapa bab sering di jumpai antara kalimat yang tidak berhubungan.

4. Ada beberapa paragraph masih dijumpai kalimat yang bahasanya masih belum sesuai dengan
EYD

Anda mungkin juga menyukai