PEDOMAN
PEMBELAJARAN TUNTAS
(Mastery Learning)
B. Mengajar
Joyce, Weil & Showers (1992) menyatakan bahwa mengajar (teaching)
pada hakikatnya adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide,
keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan
cara-cara belajar bagaimana belajar. Hasil akhir atau hasil jangka panjang
dari proses mengajar adalah kemampuan siswa yang tinggi untuk dapat
belajar dengan mudah dan efektif di masa mendatang. Tujuan utama dari
kegiatan mengajar adalah pada siswa yang belajar. Dengan demikian hakikat
mengajar adalah memfasilitasi siswa agar mereka mendapatkan kemudahan
dalam belajar
Pembelajaran Konvensional
normal normal
---------------------------------- ----------------------------------
bakat prestasi
normal condong
----------------------------------- -------------------------------
bakat prestasi
Pembelajaran
Langkah Aspek Pembeda Pembelajaran Tuntas
Konvensional
1. Metode Pembelajaran
Pembelajaran tuntas dilakukan dengan pendekatan diagnostik/ preskriptif.
Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan individual,
dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok siswa
(kelas), tetapi juga mengakui dan memberikan layanan sesuai dengan
perbedaan-perbedaan individual siswa sedemikian rupa, sehingga
pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa
secara optimal.
Adapun langkah-langkah besarnya adalah :
a. mengidentifikasi prasarat (prerequisit),
b. membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian
kompetensi,
c. mengukur pencapaian kompetensi siswa
2. Peran Guru
Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran atau tanggung
jawab guru dalam mendorong keberhasilan siswa secara individual.
Pendekatan yang digunakan mendekati model Personalized System of
Instruction (PSI) seperti dikembangkan oleh Keller, yang lebih menekankan
pada interaksi antara siswa dengan materi/objek belajar.
Peran guru harus intensif dalan hal-hal berikut:
a. Menjabarkan/memecah KD (Kompetensi Dasar) ke dalam satuan-
satuan (unit-unit) yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan
prasyaratnya.
b. Menata indikator berdasarkan cakupan serta urutan unit
c. Menyajikan materi dalam bentuk yang bervariasi
d. Memonitor seluruh pekerjaan siswa
e. Menilai perkembangan siswa dalam pencapaian kompetensi (kognitif,
psikomotor, dan afektif)
f. Menggunakan teknik diagnostik
g. Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi siswa yang
mengalami kesulitan
4. Evaluasi
Penting untuk dicatat bahwa ketuntasan belajar dalam KBK ditetapkan
dengan penilaian acuan patokan (criterion referenced) pada setiap
kompetensi dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma (norm
referenced). Dalam hal ini batas ketuntasan belajar harus ditetapkan oleg
guru, misalnya apakah siswa harus mencapai nilai 75, 65, 55, atau sampai
nilai berapa seseorang siswa dinyatakatan mencapai ketuntasan dalam
belajar.
Asumsi dasarnya adalah:
a. bahwa semua orang bisa belajar apa saja, hanya waktu
yang diperlukan berbeda,
b. standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi
tersebut adalah lulus dan tidak lulus. (Gentile & Lalley: 2003)
Sedangkan sistem evaluasinya menggunakan ujian berkelanjutan, yang
ciri-cirinya adalah:
a. Ujian dengan sistem blok (kesatuan KD)
b. Tiap blok terdiri dari satu atau lebih Kompetensi Dasar (KD)
c. Hasil ujian dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial,
program pengayaan, dan program percepatan.
d. Ujian mencakup aspek kognitif dan psikomotor
e. Aspek afektif diukur melalui kegiatan inventori afektif seperti:
pengamatan, kuesioner, dsb.
Apabila KBK ini sudah dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan
konsepnya, maka masing-masing siswa akan berpacu atau berkompetisi
dalam menyelesaikan kompetensi-kompetensi dasar yang ada menurut
kecepatan masing-masing secara alami. Mengingat kecepatan tiap-tiap siswa
dalam pencapaian KD mungkin saja tidak sama, maka dalam pembelajaran,
mungkin sekali terjadi perbedaan kecepatan belajar antara siswa yang sangat
pandai dan pandai, dengan yang kurang pandai dalam pencapaian
kompetensi. Sementara itu KBK mengharuskan pencapaian ketuntasan
dalam pencapaian kompetensi untuk seluruh kompetensi dasar secara
perorangan. Dengan kata lain, KBK harus menerapkan prinsip ketuntasan
belajar. Implikasi dari prinsip tersebut adalah bahwa dalam KBK juga
mengharuskan dilaksanakannya program-program remedial, pengayaan dan
percepatan sebagai bagian tak terpisahkan dari penerapan sistem
pembelajaran tuntas.
>85 Percepatan
Mencapai
Ketuntasan
Block, James H. (1971) Mastery learning : Theory and practice. New York : Holt,
Rinehart and Winston, Inc.
Gentile, J.Ronald & James P. Lalley (2003). Standard and mastery learning.
Thousand Oaks, California: Corwin Press, Inc.
Joyce, Bruce, Marsha Weil, and Beverly Showers (1992). Models of teaching.
Boston: Allyn and Bacon