Anda di halaman 1dari 17

ASUMSI PROGRAMATIK PENDIDIKAN

Penulis :
NAMA: NIM.
I Gusti Made Suartawan (2224131053)

PROGRAM PASCA SARJANA S2


PROGRAM MAGISTER DHARMA ACARYA
UNIVERSITAS HINDU NEGERI
I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

i
“Om Swastyastu”,

Pujisyukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang HyangWidhiWasa, atas asung

kerta waranugraha-Nya Makalah dengan Judul Asumsi Programatik Pendidikan

dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun penulisan makalah ini merupakan

salah satu bentuk pemenuhan kewajiban seorang karya siswa terhadap mata

perkuliahan yang diberikan.

Karya ilmiah ini disadari sangatlah jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan

karena keterbatasan sumber dan kemampuan penulis Untuk itu bantuan para

narasumber, yang mengetahui dan memahami tentang judul penelitian ini sangatlah

diharapkan, demi kesempurnaan hasil penelitian ini.

Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat

Om Santih, Santih, Santih, Om.

Denpasar, November 2022

Penulis.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 1

1.3. Tujuan Penulisan .............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

2.1. Pengertian Asusmsi Programatik Pendidikan ................................. 3

2.2. Unsur- Unsur Pendidikan ................................................................ 4

2.3. Hakikat Kinerja Guru dalam Pendidikan ....................................... 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11

3.1. Kesimpulan ...................................................................................... 11

3.2. Saran ................................................................................................ 11

DAFTAR FUSTAKA ...................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia yang menjadi
wahana dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang tercantum
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003. Pendidikan
yang berkualitas akan membawa perubahan yang besar dalam pola kehidupan
manusia, mulai dari segi pembentukan watak, karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat. Oleh karena itu pendidikan sangat berperan dalam mempersiapkan
setiap orang untuk berperilaku penuh keadaban.
Pendidikan adalah suatu metode untuk mengembangkan keterampilan,
kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih
baik. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Pendidikan adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara dan mengubah dari
yang tidak tahu menjadi tahu. Demikian pada hakikatnya pendidikan merupakan
upaya memanusiakan manusia, dan membudayakan manusia, sehingga mampu
mencipta, berkarya, berbudi baik bagi diri dan kehidupan disekitarnya.
Dalam setiap proses pendidikan, tidak mungkin berjalan begitu saja tanpa ada
unsur-unsur yang mendukung di dalamnya. Unsur-unsur pendidikan merupakan
semua unsur yang harus ada di dalam proses pendidikan, yang kesemuanya
merupakan kesatuan integrasi yang saling mengisi. Agar proses pendidikan dapat
berjalan dengan baik dan terarah sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan,
adapun unsur-unsur pendidikan yang dimaksud diantaranya tujuan pendidikan,
peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, isi pendidikan dan lingkungan
pendidikan, dimana semu unsur tersebut sangat berkaitan erat dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lain.
Programatik pendidikan disiapkan untuk prospektif berwawasan ke masa
depan. Pendidikan berwawasan masa depan dapat dimaknai sebagai pendidikan
yang menjawab tantangan masa depan, yaitu suatu proses yang dapat melahirkan
individu-individu yang berbekal pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang
diperlukan untuk hidup dan berkiprah dalam era globalisasi.

1
Melihat pentingnya dan beragamnya programatik pendidikan dalam upaya
pengembangan pendidikan di negara kita maka penulis akan membahas terkait hal
tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:
1.2.1. Apa Pengertian Asusmsi Programatik Pendidikan?
1.2.2. Apa Saja Unsur- Unsur Pendidikan?
1.2.3. Apa Saja Hakikat Kinerja Guru dalam Pendidikan?

1.3.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam
terkait dengan programatik pendidikan dan betapa pentingnya pendidikan dalam
meningkatkan harkat dan martabat suatu bangsa.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Asumsi Programatik Pendidikan
Asumsi programatik pendidikan merupakan asumsi-asumsi yang dijadikan
dasar ataupun pedoman dalam mengembangkan program pendidikan sebagai
seorang guru. Asumsi-asumsi ini memberikan dampak dalam pengembangan
proses keterlaksanaan pendidikan yang dilaksanakan ke arah yang lebih baik, maju
dan optimal guna menyiapkan diri dan proses pendidikan yang dapat bersaing
dalam era revolusi 4.0.
Strategisnya peranan guru dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan dapat
dipahami dari hakikat guru yang selama ini dijadikan sebagai asumsi programatik
pendidikan guru. Asumsi-asumsi tersebut adalah bahwa guru merupakan agen
pembaharuan, berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan terciptanya kondisi
yang baik bagi subyek didik untuk belajar, bertanggung jawab atas terciptanya hasil
belajar subyek didik, dituntut menjadi contoh subyek didik, bertanggung jawab
secara profesional meningkatkan kemampuannya dan menjunjung tinggi kode etik
profesionalnya.
Berbagai predikat yang inklud ke dalam diri guru, semakin kompleks
dengan diterapkannya manajemen berbasis sekolah (MBS) di lingkungan
sekolahan/madrasah. Manajemen berbasis sekolah/madrasah menuntut
sekolahan/madrasah melakukan berbagai terobosan agar sekolah/
madrasah mandiri dan mampu menyerap aspirasi stakeholders pendidikan.
Sebagai orang yang berhadapan langsung dengan anak didik, tugas
guru semakin berat dan penuh tantangan. Guru harus memiliki komitmen
yang jelas dengan tugasnya karena MBS mensyaratkan adanya pemuasan
dan pemenuhan keinginan stakeholders pendidikan tersebut.
Kedudukan guru dalam konteks manajemen berbasis sekolah (MBS),
sebagai bagian dari implementasi desentralisasi pendidikan, menjadi
krusial agar stakeholders pendidikan merasakan arti dari kepercayaan
dan keyakinannya dalam memilih sebuah sekolah/madrasah. MBS
menuntut guru untuk dapat memahami kurikulum secara konsisten

3
sehingga target pembelajaran tercapai, peranan guru dalam implementasi
kurikulum, antara lain :
1. Menentukan topik apa yang akan diajarkan kepada peserta didik,
2. Kepada siapa materi tersebut diajarkan,
3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengajarkan materi
tersebut, dan
4. Bagaimana hasil belajar yang dicapai (Fattah, 2000:71).
Peran guru yang strategis dan penting dalam pembelajaran menyebabkan
guru harus memahami kurikulum setiap materi pelajaran yang akan
disampaikannya. Kurikulum yang berhasil diimplementasikan ke dalam
pembelajaran dimana guru sebagai instrumennya, dan peserta didik
menguasai ilmu, pengetahuan dan teknologi yang sudah didesin sedemikian
rupa, akan menempatkan guru sebagai event organizer dalam persiapan
hidup dan kehidupan peserta didik di kemudian hari.

2.2. Unsur- Unsur Pendidikan

Dalam setiap proses pendidikan, tidak mungkin berjalan begitu saja tanpa ada
unsur-unsur yang mendukung di dalamnya. Unsur-unsur pendidikan merupakan
semua unsur yang harus ada di dalam proses pendidikan, yang kesemuanya
merupakan kesatuan integral yang saling mengisi. Agar proses pendidikan dapat
berjalan dengan baik dan terarah sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan,
perlu kita ketahui apa saja yang termasuk unsur-unsur pendidikan. Adapun unsur-
unsur pendidikan yaitu sebagai berikut :
a. Tujuan Pendidikan
Dalam sistem pendidikan nasional, tujuan utama pendidikan adalah membentuk
manusia Indonesia yang bisa mandiri dalam kehidupan pribadinya, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta kehidupan yang beragama. Pendidikan memiliki dua
fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan
sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Setiap kegiatan apa pun bentuk dan jenisnya selalu dihadapkan pada tujuan yang
ingin dicapai. Dengan demikian, tujuan pendidikan merupakan factor yang sangat
penting dalam setiap kegiatan kependidikan.
Dengan demikian menurut Kohnstamm tujuan pendidikan ialah manusia dewasa
yang telah memiliki pengetahuan yang akan menjadi sumber tingkah laku
perbuatannya yang bernilai kesusialaan dan yang akan dipertanggung jawabkan

4
sendiri. Sedangkan menurut Langeveld tujuan pendidikan dibedakan menjadi enam
tujuan pendidikan, yaitu :
1) Tujuan umum
Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai di akhir proses pendidikan, yaitu
tercapainya kedewasaan jasmani dan rohani anak didik. Maksud kedewasaan
jasmani adalah jika pertumbuhan jasmani sudah mencapai batas pertumbuhan
maksimal, maka pertumbuhan jasmani tidak akan berlangsung lagi. Kedewasaan
rohani adalah peserta didik sudah mampu menolong dirinya sendiri, mampu berdiri
sendiri, dan mampu bertanggung jawab atas semua perbuatannya.
2) Tujuan khusus
Tujuan khusus adalah tujuan tertentu yang hendak dicapai berdasar usia, jenis
kelamin, sifat, bakat, intelegasi, lingkungan sosial budaya, tahap-tahap
perkembangan, tuntutan syarat pekerjaan dan sebagainya.
3) Tujuan tidak lengkap
Tujuan tidak lengkap adalah tujuan yang menyangkut sebagian aspek manusia,
misalnya tujuan khusus pembentukan kecerdasan saja, tanpa memperhatikan yang
lainnya.Jadi tujuan tidak lengkap ini bagian dari tujuan umum yang melengkapi
perkembangan seluruh aspek kepribadian.
4) Tujuan sementara
Proses untuk mencapai tujuan umum tidak dapat dicapai secara seka. Ligus,
karenanya perlu ditempuh setinggi demi setingkat.Tingkatan demi tingkatan
diupayakan untuk mencapai untuk mencapai tujuan akhir itulah yang dimaksud
tujuan sementara contohnya anak menyelesaikan pendidikan dijenjang pendidikan
dasar merupakan tujuan sementara untuk selanjutnya melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi sperti sekolah menengah dan perguruan tinggi
5) Tujuan intermedier
Tujuan intermedier adalah tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang pokok.
Misalnya, anak dibiaskan untuk menyapu halaman, maksudmya agar ia kelak
mempunyai rasa tangguang jawab.
6) Tujuan incidental
Tujuan incidental adalah tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu yang sifatnya
seketika dan spontan.Misalnya, orangtua menegur anaknya agar berbicara sopan.
b. Peserta Didik.
Peserta didik adalah anggota masyarakat laki-laki dan perempuan yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dasar hakiki diperlukannya pendidikan bagi
peserta didik adalah karena manusia adalah makhluk susila yang dapat dibina dan

5
diarahkan untuk mencapai derajat kesusilaan. Peserta didik menurut sifatnya dapat
dididik, karena mereka mempunyai bakat dan diposisi-posisi yang memungkinkan
untuk diberi pendidikann, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Tubuh anak sebagai peserta didik selalu berkembang, sehingga semakin lama
semakin dapat menjadi alat untuk menyatakan kepribadiannya.
2. Anak dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya. Keadaan ini menyebakan dia
terikat kepada pertolongan orang dewasa yang bertanggung jawab.
3. Anak membutuhkan pertolongan, perlindungan, serta pendidikan.
4. Anak mempunyai daya eksplorasi. Anak mempunyai kekuatan untuk
menemukan hal-hal yang baru didalam lingkungannya dan menuntut kepada
pendidik untuk diberi kesempatan.
Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program
pembelajaran, latihan dan masyarakat.
c. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Secara umum tugas
pendidik adalah mendidik. Disamping itu pendidik juga bertugas sebagai motivator
dan fasilitator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi peserta
didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis. Yang dimaksud pendidik adalah
tenaga professional yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, tutor, instruktur dan sebutan lainnya sesuai dengan kekhususannya serta
secara langsung berpartisipasi dalam suatu kegiatan pembelajaran pada satuan
pendidikan.
Sedangkan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, walaupun secara tidak
langsung terlibat dalam proses pendidikan. Tenaga kependidikan bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, penembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Orang yang berkualifikasi di dalam tenaga kependidikan adalah kepala sekolah,
wakil-wakil/kepala urusan, staf tata usaha serta staf-staf yang lain.
d. Isi Pendidikan
1. Materi dan Metode Pendidikan
Metode pendidikan adalah cara untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan dengan
jalan yang sudah ditentukan, dalam metode pendidikan dapat diartikan sebagai cara
untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai kurikulum yang ditentukan. Macam-

6
macam metode pendidikan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu metode dari sisi internal
materi dan metode dari sisi eksternal materi, yaitu :
a) Metode Internal Materi
Disini yang dimaksud adalah cara penyampaian bahan materi pelajaran yang efektif
agar cepat dipahami oleh peserta didik. Jadi titik tekan metode ini adalah
pemahaman materi pendidikan yang meliputi teks ataupun non-teks. Di antara
metode-metode tersebut adalah :
1) Metode Induktif
Metode ini bertujuan untuk membimbing peserta didik untuk mengetahui fakta-
fakta dan hukum-hukum umum melalui jalan pengambilan kesimpulan atau
induksi. Dalam melaksanakan metode ini pendidik hendaknya memulai dari
bagian-bagian yang kecil untuk sampai pada undang-undang umum, pendidik
memberi contoh detail yang kecil, kemudian mencoba memandingkan dan
menentukan sifat-sifat kesamaan untuk mengambil kesimpulan dan membuat dasar
umum yang berlaku terhadap bagian-bagian dan contoh-contoh yang sudah
diberikan maupun yang belum diberikan.
2) Metode Deduktif
Metode ini merupakan kebalikan dari metode induktif, dimana perpindahan
menurut metode ini dari yang umum kepada yang khusus, jadi metode ini sangat
cocok bila digunakan pada pengajaran sains, dan pelajaran yang mengandung
perinsip-perinsip, hukum-hukum, dan fakta-fakta umum yang dibawahnya
mengandung masalah-masalah cabang.
3) Metode Dialog (Diskusi)
Metode ini biasanya dikemas dalam tanya jawab, hal ini dimaksudkan agar peserta
didik dapat memahami materi secara lebih mendalam.
b) Metode Eksternal Materi
1) Metode Teladan
Keteladanan merupakan bahan utama dalam pendidikan, karena mendidik bukan
sebatas penyampaian materi saja, melainkan membangun karakter dalam setiap
jiwa peserta didik, oleh karena itu pendidik mempunyai tanggung jawab yang tinggi
terhadap peserta didik mengenai tingkah laku dan perbuatannya yang dapat dibuat
contoh dan di ikutinya.
2) Metode Cerita
Metode cerita atau kisah dianggap efektif dan mempunyai daya tarik yang kuat
sesuai dengan sifat alamiah manusia yang menyenangi cerita.

7
Disamping macam-macam metode diatas, metode pendidikan juga dapat
digolongkan menjadi 2 macam dilihat dari sudut pandang kewajiban dan
kegunaannya bagi pendidik, yaitu:
1) Metode umum
Metode ini mencakup latihan dan meniru, yaitu, melatih anak didik menguasai
tujuan tertentu dengan disertai peniruan. Dalam metode ini pendidik sudah
menguasi materi yang akan disampaikan pada peserta didik dan sudah dipraktekkan
sendiri. Metode ini digunakan dalam pendidikan di keluarga, lingkungan tetangga,
dan juga disekolah dalam rangka pembentukan kebiasaan, pola tingkah laku,
keterampilan, sikap, dan keyakinan.
2) Metode yang secara khusus
Pendidik harus mempunyai kematangan dalam metode-metode seperti ceramah,
diskusi, bermain peran dan sebagainya.
2. Alat pendidikan.
Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk
tercapainya suatu tujuan pendidikan yang tertentu. Alat pendidikan merupakan
faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan
pendidikan yang diinginkan. Selain dari pada itu alat pendidikan juga bisa diartikan
segala perlengkapan yang dipakai dalam usaha pendidikan. Dalam praktek
pendidikan, istilah alat pendidikan sering diindentikkan dengan media pendidikan,
walaupun sebenarnya pengertian alat lebih luas dari pada media. Namun yang
dimaksud disini adalah alat pendidikan bukan media pendidikan. Alat pendidikan
adalah langkah-langkah yang diambil demi kelancaran proses pelaksanaan
pendidikan . Jadi, alat pendidikan itu berupa usaha dan perbuatan yang secara
konkrit dan tegas dilaksanakan, guna menjaga agar proses pendidikan bisa berjalan
dengan lancar dan berhasil.
Adapun pembagian alat pendidikan menurut Suwarno ada beberapa katagori, yaitu
sebagai berikut :
a) Alat pendidikan positif dan negative
Alat pendidikan positif yang dimaksudkan sebagai alat yang ditunjukkan agar anak
mengerjakan sesuatu yang baik, misalnya, pujian agar anak mengulang pekerjaan
yang menurut ukuran adalah baik. Alat pendidikan negative dimaksudkan agar anak
tidak mengerjakan sesuatu yang buruk, misalnya larangan atau hukuman agar anak
tidak mengulangi perbuatan yang menurut aukuran norma adalah buruk.
b) Alat pendidikan preventif dan korektif
Alat pendidikan preventif merupakan alat untuk mencegah anak mengerjakan
sesuatu yang tidak baik, misalnya, peringatan atau larangan. Alat pendidikan
korektif adalah alat untuk memperbaiki kesalahan atau kekeliruan yang telah
dilakukan peserta didik, misalnya, hukman.

8
c) Alat pendidikan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan
Alat pendidikan yang menyenangkan merupakan alat yang digunakan agar peerta
didik menjadi senang. Misalnya, dengan hadiah atau ganjaran. Alat pendidikan
yang tidak menyenangkan dimaksudkan sebagai alat yang dapat membuat peserta
didik menjadi tidak senang dan tidak nyaman melakukan sesuatu karena
aktivitasnya tidak produktif. Dalam proses pendidikan, contoh alat pendididkan
tidak menyenangkan adalah hukuman dan celaan.
e. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan merupakan tempat dimana peristiwa bimbingan atau
pendidikan berlangsung. Secara umum lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga,
yang disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga sekolah dan masyarakat.
1. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga
memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan kepribadian anak
karena sebagian besar kehidupan anak berada di tengah-tengah keluarganya.
Suasana edukasi yang dimaksud adalah orang tua yang mampu menciptakan pola
hidup dan tata pergaulan dalam keluarga dengan baik sejak anak dalam kandungan.
Begitu penting pengaruh pendidikan dalam keluarga, sehingga orang tua harus
menyadari tanggungjawab terhadap anaknya. Tanggung jawab yang harus
dilakukan orang tua adalah sebagai berikut:
· Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini merupakan dorongan
alami yang harus dilakukan karena anak memerlukan makanan, minuman dan
perawatan agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.
· Melindungi dan menjamin kesehatannya, orang tua bertanggung jawab
terhadap perlindungan anak, termasuk menjamin kesehatan anak, baik secara
jasmani ataupun rohani dari berbagai penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat
membahayakan dirinya.
· Mendidik dengan berbagai ilmu, orang tua memili tanggung jawab besar
terhadap pendidikan anak. Orang tua perlu membekali anaknya dengan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi kehidupan anaknya kelak,
sehingga pada masa dewasanya mampu mandiri dan bermanfaat bagi kehidupan
sosial, bangsa, dan agamanya.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja, dan terarah. Mulai dari tingkat
kanak-kanak sampai dengan pendidikan tinggi didasarkan pada kepercayaan yang
diberikan oleh keluarga dan masyarakat kondisi itu muncul karena keluarga dan
masyarakat memiliki keterbatasan dalam melaksanakan pendidikan. Tetapi
tanggung jawab pendidikan anak seutuhnya menjadi tanggung jawab orangtua.

9
Sekolah hanya meneruskan dan mengembangkan pendidikan yang telah diperoleh
di lingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan informal yang telah dikenal
anak sebelumnya. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal mempunyai
tanggung jawab yang besar terhadap berlangsungnya proses pendidikan, yang
dibagi dalam tiga kategori berikut:
· Tanggung jawab formal. Sesuai dengan fungsinya, lembaga pendidikan
bertugas untuk mencapai tujuan pendidikan berdasarkan undang-undang yang
berlaku.
· Tanggung jawab keilmuan. Berdasarkan bentuk, isi, dan tujuan serta jenjang
pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat.
· Tanggung jawab fungsional. Tanggung jawab yang diterima sebagai
pengelola fungsional dalam melaksanakan pendidikan oleh para pendidik yang
pelaksanaanya berdasarkan kurikulum.
3. Lingkungan Masyarakat
Secara umum masyarakat adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal
dalam satu kawasan dan saling berinteraksi dengan sesama untuk mencapai tujuan.
Dalam konsep pendidikan, masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang dengan
berbagai ragam kualitas diri dari yang tidak berpendidikan sampai yang
berpendidikan tinggi. Baik buruknya kualitas masyarakat ditentukan oleh kualitas
pendidikan anggotanya, sehingga semakin baik pendidikan anggotannya, semakin
baik pula kualitas masyarakat secara keseluruhan.
Ditinjau dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut sebagai lingkungan
pendidikan nonformal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana
kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak sistematis. Pendidik di masyarakat adalah
orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap pendewasaan warga lainnya
melalui sosialisasi lanjutan. Dasar pendidikan diberikan oleh keluarga dan sekolah.
Selanjutnya, masyarakat memberikan pendidikan dalam lingkup yang lebih luas,
termasuk di dalamnya pemahaman terhadap etika dan dan norma masyarakat.

2.3. Hakikat Kinerja Guru


Istilah kinerja berasal dari kata job performance (prestasi kerja).
(Mangkunegoro, 2000:67) mengartikan kinerja adalah “hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Secara umum, kinerja
didasarkan pada apa yang menjadi harapan dan permintaan kelompok atau
organisasi dimana seseorang itu bekerja. Harapan dan permintaan itu mengacu pada
tujuan kelompok atau organisasi itu sendiri. Dengan demikian, seseorang yang

10
menjadi anggota kelompok atau organisasi tersebut diharapkan mampu menguasai
apa yang menjadi peran dan tanggung jawabnya di kelompok tersebut serta
memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja secara profesional.
Di dalam daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3), hasilnya
merupakan bahan pertimbangan yang obyektif dalam pembinaan Pegawai Negeri
Sipil berdasarkan system karier dan system prestasi kerja. Unsur-unsur yang dinilai
dalam DP3 meliputi : kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran,
kerjasama, dan kepemimpinan. Menurut Hasibuan (2005:87), penilaian kinerja
adalah “menilai rasio hasil kerja nyata dari standar kualitas maupun kuantitas yang
dihasilkan setiap karyawan”. Menurut Sikula (dalam Hasibuan, 2005), penilaian
kinerja adalah “evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan
oleh karyawan dan ditunjukkan untuk pengembangan”.(Yoder dalam Hasibuan,
2005), penilaian kinerja sebagai “prosedur yang formal dilakukan di dalam
organisasi untuk mengevaluasi pegawai dan sumbangan serta kepentingan bagi
pegawai”.
Kinerja guru dapat direfleksikan dalam tugasnya sebagai pengajar dan pelaksana
administrasi kegiatan mengajarnya. Kinerja guru adalah gambaran dari seorang
guru dalam melaksanakan tugas kesehariannya yang salah satunya adalah
melaksanakan kegiatan tatap muka dengan peserta didik dalam kurun waktu yang
telah ditentukan dan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Kinerja guru
merupakan salah satu tanggung jawab yang mesti diembannya dalam rangka
melaksanakan amanat undang-undang (Hasibuan 2005:67). Kinerja dapat
dikatakan baik apabila indikator-indikator yang dijadikan tujuan perencanaan dapat
dicapai dalam kurun waktu yang telah ditetapkan (Mangkunegara, 2000:16).
Kinerja guru adalah kepatuhan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru
yang berkaitan dengan menyusun perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi hasil
yang telah dilakukan

11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Keberhasilan Pendidikan dapat dilihat apabila kriteria-kriteria yang ada telah
mencapai secara keseluruhan. Jika kriteria telah tercapai berarti pekerjaan
seseorang telah dianggap memiliki kualitas kerja yang baik. Strategisnya peranan
guru dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan dapat dipahami dari hakikat guru
yang selama ini dijadikan sebagai asumsi programatik pendidikan guru.
Dalam setiap proses pendidikan, tidak mungkin berjalan begitu saja tanpa
ada unsur-unsur yang mendukung di dalamnya. Unsur-unsur pendidikan
merupakan semua unsur yang harus ada di dalam proses pendidikan, yang
kesemuanya merupakan kesatuan integral yang saling mengisi.
Kemampuan yang harus dimiliki guru telah disebutkan dalam Peraturan
Permerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal
28 ayat 3 yang berbunyi “Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi
Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional,
Kompetensi Sosial”.

3.2. Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan dalam makalah Asumsi
Pragmatik Pendidikan ini diantaranya:
1. Strategisnya peranan guru dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan dapat
dipahami dari hakikat guru yang selama ini dijadikan sebagai asumsi
programatik pendidikan guru.
2. Sebagai Guru hendaknya mengetahui Unsur-unsur pendidikan merupakan
semua unsur yang harus ada di dalam proses pendidikan, yang kesemuanya
merupakan kesatuan integral yang saling mengisi.
3. Melihat banyaknya kinerja guru yang harus dilaksanakan dan dipenuhi
hendaknya lembaga terkait dapat menyederhanakan proses administrasi yang
digunakan sebagai bukti kinerja dan juga syarat sebuah penilaian, agar guru

12
dapat lebih banyak waktu untuk fokus dalam mentransformasikan pengetahuan
kepada siswa.

13
DAFTAR FUSTAKA

http://gitawidyarahayu.blogspot.com/2018/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html
https://kupdf.net/download/kelompok-3-lima-asumsi-programatik-pendidikan-
dan-analisis-sistem-pendidikan-wawasan-
kependidikan_63200759e2b6f51c7c821aec_pdf
Undang- Undang Republic Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan
Dosen
Biku 2 Revisi PK Guru Kemendikbud

14

Anda mungkin juga menyukai