Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN 2

DESAIN PEMBELAJARAN INOVATIF


PROGRAM ONE-MINUTE SPEECH UNTUK MENGEMBANGKAN
KEPEMIMPINAN MURID DALAM PEMBELAJARAN

Ardhiyan Nugrahanto
2300103922157040
Bahasa Inggris

Program Studi Pendidikan Profesi Guru


Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Surabaya
Kota Surabaya
September, 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karuia-Nya sehingga
tugas laporan ini dapat tersusun dengan baik. Saya mengucapkan terima kasih atas
bimbingan dan panduan dari panitia PPG LPTK Universitas Negeri Surabaya
(UNESA) selaku penyelenggara dan rekan-rekan Angkatan II Kategori Guru
Penggerak PPG Dalam Jabatan Universitas Negeri Surabaya tahun 2023 yang
telah banyak memberikan dukungan semangat dan motivasi.
Saya berharap semoga tugas Laporan 2 ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca tentang mekanisme pelaksanaan PPG Dalam
Jabatan Universitas Negeri Surabaya (UNESA).
Akhir kata, sebagai penyusun tugas laporan ini, saya mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Henny Riandari selaku Fasilitator dan juga kepada Bapak Milwahyudi
Rosid sebagai Pengajar Praktik, yang senantiasa selalu sabar mendampingi dalam
Program Guru Penggerak, serta kepada rekan kelas 06.039 yang selalu
berkolaborasi dan berdinamika bersama dalam menyelesaikan portofolio ini.
Tidak lupa juga kepada Pengawas, Kepala Sekolah, Komite Sekolah dan rekan
Guru serta seluruh warga di Sekolah Nasional Tiga Bahasa SD Bhakti Tunas
Harapan Kota Magelang yang tiada henti selalu mendukung saya dalam
melaksanakan PPG Dalam Jabatan ini.
Semoga tugas laporan ini membawa keberkahan dan memberikan informasi yang
bermanfaat kepada seluruh insan pendidikan khususnya dan masyarakkat luas
pada umumnya. Sekali mengikuti Program Guru Penggerak dan PPG selamanya
menginspirasi.
Salam dan bahagia.

Magelang, November 2023


Penyusun

Ardhiyan Nugrahanto
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................


DAFTAR ISI .............................................................................................................
RINGKASAN............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................................
B. Tujuan Kegiatan ......................................................................................
C. Manfaat mengikuti Program Guru Penggerak ........................................

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................


A. Pembelajaran Berdiferensiasi ................................................................
B. Pembelajaran Sosial dan Emosional ......................................................
C. Coaching ...............................................................................................
D. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran ....................
E. Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya .............................

BAB III PENUTUP ..................................................................................................


A. Refleksi ..................................................................................................
B. Tindak Lanjut ..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................


LAMPIRAN ..............................................................................................................
RINGKASAN

Pendidikan Guru Penggerak (PGP) merupakan Program Pendidikan


kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang di
selenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Lulusan dari PGP mendapatkan gelar Guru Penggerak (GP) yang mampu menjadi
Pemimpin pembelajran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistic,
aktif, dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk
mengimplementasikan pembelajran yang berpusat kepada murid, serta menjadi
teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan Profil
Pelajar Pancasila.
Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) menekankan pada
kompetensi kepemimpinan pembelajaran yang meliputi menggerakkan komunitas
praktisi, pembelajaran sosial dan emosional, pembelajaran diferensiasi, dan
kompetensi lain yang bertujuan untuk mengembangkan diri dan potensi sekolah
. Pembelajaran Inovatif adalah rancangan pembelajaran baru tidak seperti
biasanya dari seorang guru sebagai wujud fasilitas pembelajaran dengan tujuan
perubahan hasil belajar siswa meningkat. Dalam pelaksanaan pembelajaran
inovatif seorang guru harus memperhatikan karakteristik, kesiapan belajar dan
gaya belajar siswa karena setiap anak unik (berbeda). Melalui pembelajaran
inovatif diharapkan siswa mampu mendapatkan kesempatan belajar yang sama
dengan cara terbaik dan sesuai kebutuhan mereka. Pembelajaran inovatif dapat
dilakukan melalui pembelajaran diferensiasi, guru melakukan pemetaan kesiapan
belajar, kebutuhan dan gaya belajar siswa selanjutnya dilakukan penyesuaian
dengan media belajar sehingga dalam pembelajaran siswa merasa nyaman dan
mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan. Dalam pembelajaran
diferensiasi siswa dapat mengembangkan potensi diri serta akan menemukan nilai
nilai kehidupan. Nilai nilai kehidupan yang ditemukan siswa diantara lain nilai
indahnya perbedaan, menghargai, berbagi, merdeka belajar, kesempatan yang
setara dan nilai nilai kehidupan lainnya.
Dalam perancangan pembelajaran diferensiasi seorang guru harus
memperhatikan kebutuhan siswa dan 6 aspek penilaian seperti kemampuan sosial
dan emosional siswa. Dalam PGP kami belajar Pendidikan Sosial dan emosional
yang mengajarkan seorang guru mengelola emosi diri saat bersama murid dan
emosi siswa saat dikelas atau dikenal dengan mindfullnes. Tujuan dari
Pembelajaran sosial dan emosional bagi siswa adalah untuk mengembalikan
kesadaran penuh saat belajar.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kegiatan

Pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengembangkan potensi


siswa. Dalam proses tersebut seorang guru haruslah memiliki perencanaan
pembelajaran yang akan dilakukan di dalam kegiatan belajar mengajar. Salah
satu perencanaan pembelajaran adalah menyusun perangkat pembelajaran.
Hal tersebut termasuk dalam salah satu kompetensi pedagogik.
Menurut Munawaroh (2019: 11) Kompetensi pedagogik adalah
kemampuan pemahaman terhadap murid, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan murid untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Materi pedagogik
yang di berikan pada Pendidikan Guru Penggerak (PGP) berupa Praktik
Pembelajaran yang berpihak pada murid.
Menurut Kusuma dan Luthfah (2022) fakta bahwa murid-murid kita
memiliki karakteristik yang beragam, dengan keunikan, kekuatan dan
kebutuhan belajar yang berbeda, tentunya perlu direspon dengan tepat. Salah
satu langkah untuk merespon karakteristik murid yang berbeda dengan
menerapkan Pembelajaran Diferensiasi. Pembelajaran Diferensiasi
mengedepankan minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh murid,
Kompetensi pedagogikpun sangat diperlukan dalam penerapannya terkait
pembelajaran yang inovatif.
Materi pedagogik kedua yang didapatkan GP adalah belajar untuk
menciptakan pengalaman dan lingkungan belajar yang memperhatikan sosial
dan emosional murid. Menurut Rusiati dan Kaunang (2022) Pembelajaran
Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara
kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Sedangkan Kaitan dengan
Standar Nasional Pendidikan Pembelajaran Sosial dan Emosional berupaya
menciptakan lingkungan dan pengalaman belajar yang menumbuhkan 5
kompetensi sosial dan emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri,
kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab. Dengan demikian Pembelajaran Sosial Emosional dapat
menciptakan murid yang jujur, percaya diri, berani, menghargai,
santun,berkarakter, proaktif, responsive dan mendorong anak untuk memiliki
rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial, budaya dan humaniora.
Selanjutnya, salah satu peran GP adalah menggerakkan komunitas praktisi
maka diperlukan kemampuan untuk berkomunikasi secara empatik dan
memberdayakan dengan menggunakan teknik Coaching. Menurut Witemore
dalam Irayati dkk (2022) coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang
untuk memaksimalkan kinerjanya. Dengan demikian teknik coaching mampu
membantu GP dalam mengembangkan diri teman sejawat secara
berkelanjutan dan terarah.
Pada PGP seorang GP belajar tentang modul 3.1 tentang Pengambilan
Keputusan berdasarkan Nila-nilai Kebajikan sebagai seorang Pemimpin,
menurut Nurcahyan dan Rajasa (2022) modul ini selaras dan sesuai dengan
prinsip-prinsip Standar Nasional Pendidikan, khususnya pada standar
pengelolaan. Seorang pemimpin hendaknya memahami nilai-nilai kebajikan
yang tertuang dalam visi dan misi sekolah, berkepribadian serta berkinerja
baik dalam melaksanakan tugas kepemimpinan, khususnya dalam mengambil
suatu keputusan, hendaknya setiap keputusan yang diambil tersebut selaras
dengan nilai-nilai kebajikan yang dijunjung tinggi oleh suatu institusi
tersebut, yaitu bertanggung jawab dan berpihak pada murid
Menurut Suharsih dan Widiastuti (2022) Sekolah yang memandang semua
sumber daya yang dimiliki sebagai suatu kekuatan dan aset, maka sekolah ini
tidak akan berfokus pada kekurangan tapi berupaya pada pemanfaatan
kekuatan dan aset yang dimiliki. Di PGP seorang GP di latih untuk memiliki
paradigma berfikir terkait pemanfaatan aset untuk menciptakan lingkungan
belajar yang merangsang pertumbuhan dan pertumbuhan murid yang
memiliki Profil Pelajar Pancasila.
Implementasi kegiatan yang telah dilakukan dari lima konsep diatas yaitu
penulis telah menyusun rencana pembelajaran berdiferensiasi dan
pembelajaran sosial emosional (PSE) yang telah diterapkan di kelas.
Selanjutnya yaitu melaksanakan coaching terhadap murid maupun rekan
sejawat. Melaksanakan sosialisasi tentang pengambilan keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran.
Berangkat dari hal tersebut, maka dalam rangka menumbuhkembangkan
jiwa kepemimpinan dari murid dengan mengedepanakan kecakapan
berbahasa maka penulis membuat program dengan nama ONE-MINUTE
SPEECH. Dimana program ini mengajak siswa berlatih untuk berani
berbicara di depan umum hanya dalam waktu satu menit setiap sesi dengan
menyampaikan ide atau gagasan secara terencana maupun spontan dengan
menggunakan Bahasa Inggris. Sehingga dengan program ini, murid akan
mendapatkan banyak pembelajaran yang sangat bermanfaat. Program ini
selain mengasah kemampuan murid untuk terampil berbahasa atau berbicara
di depan umum juga berlatih menjadi percaya diri tampil sebagai seorang
pemimpin. Sepert yang kita tahu bahwa menjadi seorang pemimpin harus
memiliki kecakapan salah satunya yaitu public speaking. Melalui program
ONE-MINUTE SPEECH ini penulis percaya akan memberikan penguatan
dalam usaha mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

1.2 Tujuan Kegiatan

Adapun tujuan kegiatan pada modul 2 dan 3 Pendidikan Guru Penggerak ini
adalah;
1. Menciptakan Pemimpin Pembelajaran yang mampu mendesain
pembelajaran yang inovatif dengan merespon kebutuhan murid untuk
mencapai tujuan belajar yang ingin dicapai,
2. Menciptakan Pemimpin Pembelajaran yang mampu menciptakan
pengalaman dan lingkungan belajar yang memperhatikan sosial dan
emosional murid ,
3. Meningkatkan kemampuan Guru Penggerak dalam menggerakkan
komunitas praktisi melalui metode Coaching,.
4. Melatih Pemimpin Pembelajaran dalam pengambilan keputusan yang
berpihak pada murid,
5. Menanamkan paradigma berpikir berbasis aset pada CGP untuk
menciptakan lingkungan belajar yang merangsang pertumbuhan murid
yang memiliki Profil Pelajar Pancasila.

1.3 Manfaat Kegiatan

Adapun manfaat yang didapat dari kegiatan PGP pada Modul 2 dan 3 adalah
1. Guru Penggerak yang mampu merancang pembelajaran inovatif dan
berpihak pada siswa, berkolaborasi, menggerakkan komunitas praktisi
dan berpikir berbasis aset,
2. Siswa lebih berani dalam menyampaikan pendapat, percaya diri dan
bangga dengan karya yang dibuat, menghormati dan menghargai karya
orang lain, mampu bekerjasama dan saling tolong menolong,
3. Guru atau taman sejawat dapat mengembangkan potensi yang dimiliki,
4. Lingkungan sekolah yang kondusif.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi


Ki Hajar Dewantara telah menyampaikan bahwa maksud dari pendidikan
adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka
sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Dengan demikian kita dapat menyadari bahwa setiap anak unik dan
memiliki kodrat yang berbeda, tugas kita sebagai seorang guru dalam menghadapi
kondisi yang seperti ini adalah menyediakan fasilitas pembelajaran yang mampu
memenuhi kebutuhan dan kesiapan belajar anak. Proses tersebut dapat dilakukan
dengan menerapkan pembelajaran diferensiasi.
Menurut Tomlinson dalam Kusuma dan Luthfah (2022:8) Pembelajaran
Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di
kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Kusuma dan
Luthfah (2022:9) Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan
masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada
kebutuhan murid.
Maka dari itu penerapan Pembelajaran Diferensiasi merupakan
pembelajaran yang terarah dan terintegrasi dengan tujuan pembelajaran,
penyesuaian rencana belajar dengan kebutuhan murid, lingkungan belajar yang
berpihak pada murid, manajemen kelas yang efektif, dan penilain yang
berkelanjutan. Penulis dalam menerapkan Pembelajaran Diferensiasi di kelas
diawali dengan melakukan asesmen diagnostic untuk mengetahui profil belajar,
kesiapan, dan minat siswa. Selanjutnya menentukan jenis diferensiasi yang akan
di gunakan (produk, konten atau proses) dan dituangkan dalam Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran.
2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional
Menurut Rusiati dan Kaunang (2022: 5) tugas pendidik sebagai pemimpin
pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi mereka untuk dapat membangun
perhatian yang berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman belajar
yang mengundang dan bermakna.
Melalui hasil penelitian, manfaat dari penerapan Pembelajaran Sosial dan
Emosional mampu memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses
dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan
psikologis (well-being) secara optimal. Menurut Rusiati dan Kaunang (2022: 7)
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan
secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini
memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah
memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif
mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:
1. Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)
2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran
sosial)
4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan
berelasi)
5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan
yang bertanggung jawab).
Dasar penguatan 5 Kompetensi Sosial dan Emosional dapat dilakukan
dengan kesadaran penuh (Mindfullness). Menurut Rusiati dan Kaunang (2022: 16)
Kesadaran penuh itu sendiri dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika
seseorang memberikan perhatian secara sengaja/sadar pada kondisi saat sekarang.
Kesadaran Penuh merupakan praktik yang membantu guru dalam menyikapi,
memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi
saat ini bukan pada kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun
penyesalan akan masa yang telah berlalu. Aksi nyata Pembelajaran Sosial dan
Emosional untuk melatih 5 KSE yang dilakukan penulis disekolah SD Bhakti
Tunas Harapan adalah memberikan kesempatan siswa untuk bercerita di depan
kelas (Kesadaran Diri), pelaksanaan kerja proyek yang membutuhkan kerja sama
(Kemampuan berelasi, Pengelolaan diri dan kesadaran sosial), Pembelajaran
diferensiasi Produk (Kemampuan pengambilan Keputusan yang bertanggung
jawab).

2.3 Coaching
Menurut Whitemore dalam dalam Irayati dkk (2022: 9) coaching adalah
kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching
lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Seorang
Coachee mampu mengenali potensi diri dan menentukan langkah pemecahan
masalah yang dihadapi secara mandiri dan bertanggung jawab.
Tugas seorang coach adalah menstimulus dan mengeksplor pemikiran
kreatif coachee. TIRTA merupakan model Coaching yang di berikan pada
Pendidikan Guru Penggerak, TIRTA merupakan kepanjangan dari Tujuan,
Identifikasi masalah, Rencana aksi dan TAnggung jawab. Teknik coaching
merupakah salah satu wujud merdeka belajar karena seorang guru membantu
siswa dalam menemukan potensi diri yang dimiliki dan memaksimalkannya untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki.
Hal tersebut sesuai dengan prinsip pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara terkait arti pendidikan adalah menuntun. Paradigma berpikir coaching
yaitu Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangka, bersikap terbuka dan
ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, dan mampu melihat peluang baru
dan masa depan. Sedangkan prinsip yang digunakan adalah kemitraan, proses
kreatif, dan memaksimalkan potensi. 8 Kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang coach adalah kehadiran penuh (presence), mendengarkan aktif, mampu
mengajukan pertanyaan yang berbobot. Aksi nyata yang dilakukan oleh Penulis
dalam aktivitas belajar modul 2.3 coaching pada Pendidikan Guru Penggerak
angkatan 6 yaitu coaching dengan teman sejawat.
2.4 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
Seorang Pemimpin Pembelajaran pasti dihadapkan dengan permasalahan
yang beraneka ragam dan dengan segera mengambil keputusan untuk
menyelesaikan. Dalam pengambilan keputusan seorang Pemimpin Pembelajaran
dihadapkan dengan empat dilema etika yaitu
1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Hal ini disebaban oleh karsa, karsa tidak bisa terpisahkan dari perilaku
manusia. Karsa ini juga berhubungan dengan nilai dan prinsip yang di anut oleh
seseorang, sehingga seorang Pemimpin Pembelajaran perlu memiliki paradigma
berpikir sebagai berikut:
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Adapun konsep pengambilan dan pengujian keputusan seorang Pemimpin
Pembelajaran haruslah menggunakan 9 langkah yaitu
1. Mengenali nilai nilai yang saling bertentangan
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut
3. Mengumpulkan fakta fakta yang terdapat pada peristiwa tersebut
4. Melakukan pengujian benar atau salah Meliputi uji regulasi, kelegalan,
intuisi, halam depan Koran, panutan,
5. Melakukan pengujian paradigma benar lawan benar
6. Melakukan prinsip resolusi
7. Menginvestigasi opsi trilema
8. Membuat keputusan
9. Melihat lagi keputusan dan merefleksikannya
Pada kegiatan belajar kali ini aksi nyata yang dilakukan penulis adalah
melaporkan aktivitas pengambilan keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
disekolah ketika menghadapi penurunan standar tingkat pencapaian
perkembangan anak pada usai 5-6 Tahun pasca kegiatan belajar daring pandemi
Covid.

2.5 Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya


Pada pembahasan materi Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber
Daya, kami Guru Penggerak belajar untuk memiliki paradigma berpikir berbasis
aset atau melihat kelebihan yang dimiliki oleh sekolah dalam proses
pengembangannya. Pada materi ini kami di sadarkan bahwa sekolah merupakan
sebuah Ekosistem menurut Suharsih dan Widiastuti (2022: 9)
Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk
interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak
hidup), Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu
menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.
Faktor Biotik yang terdapat disekolah adalah siswa, guru, kepala sekolah,
tenaga kependidikan, orangtua siswa, masyarakat sekitar sekolah dan pengawas
sekolah. Sedangkan Faktor Abiotik sekolah adalah keuangan dan sarana prasarana
sekolah. Menurut Dr. Kathryn Cramer dalam Suharsih dan Widiastuti (2022: 10)
Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) merupakan cara praktis
menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan
menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan
perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan
ataupun potensi yang positif. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada
kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh 10
komunitas.
Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari
kesehatan dan kesejahteraan. menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat
memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari
menciptakan ekosistem yang damai dan warga yang produktif. Dalam proses
pembelajaran modul ini kami Guru Penggerak mulai menganalisa aset yang
dimiliki oleh sekolah dengan membuat Pemetaan Aset sekolah, selanjutnya kami
diminta untuk melakukan perubahan kecil dilingkup kelas dengan menggunakan
panduan kerangka berpikir model BAGJA yang sudah kami terima di modul 1.3.
Adapun perubahan kecil yang penulis lakukan dikelas adalah Penerapan
Pembelajaran seSTEAM pada Kelompok B di TK Al Islam Yaspai. Kegiatan ini
dilakukan pada hari Senin dan Selasa dikarenakan sebagai media belajar yang
belum terpenuhi dan proses adaptasi terhadap hal baru.
BAB III
PENUTUP

3.1 Refleksi

Menjadi bagian dari Pendidikan Guru Penggerak merupakan sebuah


keberuntungan bagi saya yang hanya seorang guru dari sekolah swasta dengan
jenjang pendidikan pengajaran paling rendah yaitu Guru TK. Selama 9 bulan saya
mendapatkan materi yang belum pernah saya terima bangku sekolah atau
perguruan tinggi sebelumnya. Materi yang diberikan mampu memberikan
kesadaran pada diri terkait makna pendidikan yaitu menuntun, dan melatih diri
untuk memiliki paradigm berpikir yang positif yaitu berbasis aset untuk
memberdayakan potensi ekosistem sekolah demi terwujudnya lingkungan yang
damai. Dalam Pendidikan Guru Penggerak ini kami selalu di ajak untuk
melakukan refleksi diri sebelum dan sesudah mengikuti Pendidikan Guru
Penggerak, adapun refleksi yang saya dapati setelah mengikuti Pendidikan Guru
Penggerak adalah:
1. Menurut Filosofi KHD Pendidikan adalah menuntun anak berdasarkan
kodrat alam dan zaman untuk mencapai hidup yang bahagia dan selamat di
masyarakat, berdasarkan filosofi tersebut Pembelajaran Diferensiasi dan
Sosial Emosional merupakan model pembelajaran yang sesuai untuk
mewujudkan merdeka belajar. Seorang guru melakukan pemetaan kesiapan
belajar siswa untuk mencapai kompetensi yang di inginkan, serta
menghargai siswa sehingga siswa merasa di manusiakan dan tidak terbebani
2. Paradigma berpikir positif dan berbasis aset mampu menciptakan
lingkungan yang kondusif, karena selama ini Penulis menyadari sering
sekali menggunakan pradigma berpikir berbasis masalah sehingga
lingkungan sekolah tidak kondusif.
3. Memberdayakan warga sekolah mampu menggali potensi diri warga
sehingga tercipta warga sekolah yang produktif hal ini sesuai dengan 12
konsep regenarasi dan ketidakkekalan manusia di bumi. Hal ini sesuai
dengan prinsip Penulis.
4. Teknik coaching merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan seorang
Pemimpin Pembelajaran untuk menggali potensi warga (Coachee) dan
menentukan pemecahan masalah secara mandiri dan tanggung jawab
5. Sebagai Pemimpin Pembelajaran dalam mengambil keputusan hendaknya
menggunakan 9 langkah berpikir sehingga dihasilkan keputusan yang
berpihak pada siswa
6. Dalam merancang sebuah perubahan, seorang Pemimpin Pembelajaran
hendaknya menggunakan paradigma berpikir berbasis aset/ kelebihan dan di
jabarkan dalam kerangka berpikir BAGJA untuk membantu seorang
Pemimpin Pembelajaran dalam melaksanakan aksi.

3.2 Tindak Lanjut


Rencana tindak lanjut merupakan rutinitas Guru Penggerak lakukan
selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak, kami selalu melakukan Rencana
Tindak Lanjut (RTL) di akhir modul sebagai wujud aksi nyata dalam memahami
materi dalam modul. Pada modul 2 kami melakukan aksi nyata penerapan
pembelajaran diferensiasi dan PSE (Pembelajaran Sosaial dan Emosional ) di
kelas Penulis serta menerapkan teknik Coaching dengan teman sejawat saat
melakukan refleksi pembelajaran di akhir kegiatan belajar setiap harinya.
Selanjutnya pada modul 3 kami melakukan aksi nyata dalam mengambil
keputusan yang berpihak pada siswa, permasalahan yang kami ambil adalah
peristiwa di sekolah. Dalam pengambilan keputusan kami menggunakan 9
langkah pengambilan keputusan. Aksi nyata berikutnya yaitu menciptakan
program yang berpihak pada siswa dengan memperhatikan aset yang dimiliki oleh
sekolah atau berbasis aset sehingga terwujudknya warga sekolah yang produktif.
RTL yang akan di lakukan oleh Penulis setelah mengikuti PGP adalah
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma D. O., Luthfah S. 2022. Modul 2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi


Kebutuhan Belajar Murid.Jakarta. KEMENDIKBUDRISTEK

Irawati, dkk. 2022. Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik. Jakarta.
KEMENDIKBUDRISTEK

Nurcahyani, Andri. Rajasa, D.S. 2022. Modul 3.1 Pengambilan Keputusan


Berbasis Nilai Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin. Jakarta.
KEMENDIKBUDRISTEK

Munawaroh,isniatun. 2019. Modul 1 Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta.


PPG

Yo, Rusiati. Kaunang P.J. 2022. Modul 2.2 Pembelajaran sosial dan emosional.
Jakarta. KEMENDIKBUDRISTEK

Suharsih, Siti. Widiastuti, Yuni. 2022. Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan
Sumber Daya. Jakarta. KEMENDIKBUDRISTEK

Undang Undang Republik Indonesia. 2005. Guru dan Dosen. Jakarta. Undang
Undang Republik Indonesia
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai