Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN 1

ANALISIS MATERI BERBASIS MASALAH

Ardhiyan Nugrahanto
2300103922157040
Bahasa Inggris

Program Studi Pendidikan Profesi Guru


Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Surabaya
Kota Surabaya
September, 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karuia-Nya sehingga
tugas laporan ini dapat tersusun dengan baik. Saya mengucapkan terima kasih atas
bimbingan dan panduan dari panitia PPG LPTK Universitas Negeri Surabaya
(UNESA) selaku penyelenggara dan rekan-rekan Angkatan II Kategori Guru
Penggerak PPG Dalam Jabatan Universitas Negeri Surabaya tahun 2023 yang
telah banyak memberikan dukungan semangat dan motivasi.
Saya berharap semoga tugas Laporan 1 ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca tentang mekanisme pelaksanaan PPG Dalam
Jabatan Universitas Negeri Surabaya (UNESA).
Akhir kata, sebagai penyusun tugas laporan ini, saya mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Henny Riandari selaku Fasilitator dan juga kepada Bapak Milwahyudi
Rosid sebagai Pengajar Praktik, yang senantiasa selalu sabar mendampingi dalam
Program Guru Penggerak, serta kepada rekan kelas 06.039 yang selalu
berkolaborasi dan berdinamika bersama dalam menyelesaikan portofolio ini.
Tidak lupa juga kepada Pengawas, Kepala Sekolah, Komite Sekolah dan rekan
Guru serta seluruh warga di Sekolah Nasional Tiga Bahasa SD Bhakti Tunas
Harapan Kota Magelang yang tiada henti selalu mendukung saya dalam
melaksanakan PPG Dalam Jabatan ini.
Semoga tugas laporan ini membawa keberkahan dan memberikan informasi yang
bermanfaat kepada seluruh insan pendidikan khususnya dan masyarakkat luas
pada umumnya. Sekali mengikuti Program Guru Penggerak dan PPG selamanya
menginspirasi.
Salam dan bahagia.

Magelang, 21 September 2023


Penyusun

Ardhiyan Nugrahanto
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................


DAFTAR ISI .............................................................................................................
RINGKASAN............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................................
B. Tujuan Kegiatan ......................................................................................
C. Manfaat mengikuti Program Guru Penggerak ........................................

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................


A. Kebijakan Kemendikbudristek tentang PGP ...........................................
B. Program Pendidikan Guru Penggerak ....................................................
C. Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara ................
D. Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak ...................................................
E. Visi Guru Penggerak ...............................................................................
F. Budaya Positif .........................................................................................

BAB III PENUTUP ..................................................................................................


A. Refleksi ..................................................................................................
B. Tindak Lanjut ..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................


LAMPIRAN ..............................................................................................................
RINGKASAN

Program Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan


kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini
meliputi Pelatihan Daring, Lokakarya, Konferensi, dan Pendampingan Individu
selama 9 bulan bagi calon Guru Penggerak. Selama program, CGP tetap
mnjalankan tugas mengajarnya sebagai guru. Pertimbangan dan penetapan
Kemendikbudrisek mengenai Program Guru Penggerak sudah tertuang dalam
Peraturan Mendikbudristek Repubik Indonesia Nomor : 26 Tahun 2022.
Pendidikan Guru Penggerak bertujuan untuk menghasilkan profil Guru
Penggerak, sebagaimana dimaksud merupakan Guru yang memiliki kemampuan
untuk (1) merencanakan, melaksanakan, menilai, dan merefleksikan pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan murid saat ini dan dimasa depan dengan herbasis
data. (2) berkolaborasi dengan orang tua, rekan sejawat, dan komunitas praktisi
untuk mengembangkan visi, misi, dan program satuan pendidikan. (3)
mengembangkan kompeteni secara mandiri dan berkelanjutan berdasarkan hasil
refleksi terhadap praktik pembelajaran. dan (4) menumbuhkembangkan ekosistem
pembelajaran melalui olah rasa, olah karsa, olah raga, dan olah pikir bersama
dengan rekan sejawat dan komunitas praktisi secara sukarela.
Guru penggerak memiliki lima nilai, yaitu (1) mandiri, (2) refleksi,(3)
kolaboratif,(4) inovatif, serta (5) berpihak pada murid. Guru penggerak harus
mampu melaksanakan peran guru penggerak, meliputi (1) pemimpin
pembelajaran, (2) menggerakkan komunitas praktisi, (3) menjadi coach bagi guru
lain, (4) mendorong kolaborasi antar guru, dan (5) mewujudkan kepemimpinan
murid.
Guru harus memiliki visi yang mengarah kepada perubuhan, baik
perubahan di kelas atau perubahan di sekolah. Usaha mencapai perubahan tersebut
guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan. Manajemen pendekatan
perubahan sering disebut sebagai Inkuiri Apresiatif (LA). Salah satu cara yang
dilakukan guru dalam memhantu murid tumbuh maksimal mempunyai karakter
Profil Pelajar Pancasila adalah dengan membangun budaya positif yang berpihak
pada murid. Membangun keyakinan atau visi sekolah yang menumbuhkan dan
mengembangkan budaya positif.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kegiatan

Guru Penggerak merupakan agen perubahan dalam transformasi


pendidikan di Indonesia. Seorang pemimpin pembelajaran yang mampu
mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif untuk
mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid dan berkarakteristik
Profil Pelajar Pancasila.
Selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak kami mempelajari 3
modul. Adapun beberapa materi yang diberikan pada program Pendidikan
Guru Penggerak ini meliputi: Paket Modul 1 Paradigma dan Visi Guru
Penggerak, 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara
1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak, 1.3 Visi Guru Penggerak, 1.4 Budaya
Positif.
Sebagai seorang Guru Penggerak diharapkan mampu menciptakan
lingkungan belajar yang nyaman, aman dan berpihak pada murid, mengajar
dengan kreatif, berprinsip kuat, mengembangkan diri secara aktif,
mewujudkan ekosistem belajar yang berkualitas.
Dalam pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru dalam jabatan tahun 2023
proses pembelajaran bagi mahasiswa PPG lulusan Pendidikan Guru
Penggerak berbeda degan mahasiswa PPG regular, hal ini tertuang dalam
surat edaran KEMENDIKBUDRISTEK melalui Dirgen GTK nomor:
1847/B2/GT.00.08/2022 tanggal 11 Agutus tahun 2022.
Berdasarkan uraian di atas, maka Penulis sebagai mahasiswa lulusan
Pendidikan Guru Penggerak akan membuat laporan pertama terkait materi
Pendidikan Profesi Guru yaitu Analisis Materi Berbasis Masalah. Dalam
penyusunan laporan, penulis akan mengaitkan materi dan aksi nyata dalam
Pendidikan Guru Penggerak dengan lembar kerja mata kuliah PPG tentang
analisis materi berbasis masalah.
1.2 Tujuan Kegiatan

Pendidikan Guru Penggerak bertujuan menghasilkan Profil Guru Penggerak


yang memiliki kemampuan :
a. Merencanakan, melaksanakan, menilai, dan merefleksikan pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik saat ini dan di masa depan
dengan berbasis data;
b. Berkolaborasi dengan orang tua, rekan sejawat, dan komunitas untuk
mengembangkan visi, misi, dan program satuan pendidikan;
c. Mengembangkan kompetensi secara mandiri dan berkelanjutan
berdasarkan hasil refleksi terhadap praktik pembelajaran; dan
d. Menumbuh kembangkan ekosistem pembelajar melalui olah rasa, olah
karsa, olah raga, dan olah pikir bersama dengan rekan sejawat dan
komunitas secara sukarela.

1.3 Manfaat Kegiatan

Manfaat yang kami dapatkan selama mengikuti pendidikan guru penggerak


adalah
a. Pengalaman Belajar
Pendidik atau guru mendapatkan pengalaman belajar mandiri dan
kelompok yang terbimbing, terstruktur, dan menyenangkan. Dengan
adanya program ini maka para tenaga pendidik bisa mendapatkan ilmu
secara sistematis. Selain itu, juga akan mendapatkan pengalaman berjalan
bersama dengan rekan guru lain dari berbagai daerah. Pengalaman lain
yang akan didapatkan yaitu mendapatkan bimbingan dari pengajar praktik/
pendamping program ini.
b. Meningkatkan kompetensi sebagai Pemimpin Pembelajaran yang berpusat
pada murid.
Guru bisa meningkatkan performa diri dalam menjadi guru yang
sesungguhnya yang berpusat pada peserta didik. Pendidik bisa menjadi
teladan dan mampu memberikan motivasi bagi peserta didik. Di masa
mendatang, guru akan mampu mengatasi peserta didik yang memiliki
karakter beragam
c. Mengembangkan kompetensi dalam Lokakarya
Bersama Program yang berlangsung selama 9 bulan ini meliputi pelatihan
daring, lokakarya, konferensi, dan pendampingan selama 9 bulan bagi
calon guru penggerak secara gratis. Selama program berlangsung maka
guru tetap menjalankan tugas mengajarnya sebagaimana mestinya. Calon
guru akan dipantau terkait capaian perkembangannya. Tidak hanya itu,
namun juga akan melaksanakan evaluasi hingga tahap pelatihan selesai
dilaksanakan.Pendalaman materi bersama fasilitator dan instruktur
d. Penguatan materi bersama pengajar praktik
e. Pengalaman belajar bersama rekan sejawat lintas jenjang
f. Pengalaman belajar mandiri,berkelompok, berstruktur dan menyenangkan
g. Perubahan paradigma berpikir terkait pembelajaran yang berpihak pada
murid
h. Peningkatan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional-Ki Hajar Dewantara

Pada paket modul 1.1 materi di Pendidikan Guru Penggerak adalah


Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional oleh Ki Hajar Dewantara, pada alur Mulai
diri kami Calon Guru Penggerak di ajak untuk merefleksikan sejauh mana
pemahaman diri terkait pemikiran Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan.
Selanjutnya pada alur eksplorasi konsep kami akan mengamati beberapa
video tentang kondisi pendidikan pada zaman kolonial dan perjalanan pemikiran
Ki Hadjar Dewantara sejak pembentukan Perguruan Taman Siswa hingga
pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan. Pada alur ini kami
mendapatkan pemahaman terkait kerangka berpikir Ki Hajar Dewantara dalam
Rafael (2022) yaitu pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan
persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup
bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya.
Ki Hajar Dewantara meyakini bahwa melalui pendidikan sebagai tempat
berlatih dan tumbuhnya nilai nilai kemanusiaan yang dapat di wariskan.
Pendidikan dan pengajaran yang di harapkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah
pendidikan yang memerdekakan, merdeka secara lahir dan batin. Manusia yang
merdeka adalah manusia yang mandiri tidak tergantung pada orang lain melainkan
tergantung pada kekuatan yang dimiliki (Potensi).
Ki Hadjar Dewantara juga menjelaskan bahwa pendidikan adalah
menuntun manusia menuju kodrat yang di miliki secara utuh agar mereka menjadi
manusia yang selamat dan bahagia baik sebagai diri sendiri dan anggota
masyarakat. sebagai seorang guru harus memiliki pemahaman bahwa murid
memiliki kodrat yang berbeda (unik) dan mampu memberikan layanan yang
sesuai dengan karakteristik siswa. Sebagai aksi nyata pada modul ini saya
membuat kegiatan belajar yang menyenangkan dengan melakukan variasi
kegiatan sehingga anak senang dan tidak bosan. Dalam pelaksanaannya, kami
sebagai guru merefleksikan apakah kami selama ini sudah sesuai KHD atau
belum.
2.2 Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak
Nilai nilai dan Peran Guru Penggerak merupakan materi modul 1.2 pada
pendidikan guru penggerak, pada modul ini kami belajar tentang nilai nilai yang
harus dimiliki oleh Guru Penggerak yaitu berpihak pada murid, mandiri, reflektif,
kolaboratif, dan inovatif. Sedangkan Peran Guru Penggerak adalah menjadi
pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi,
mewujudkan kepemimpinan murid, dan menggerakkan komunitas praktisi.
Nilai dan Peran Guru Penggerak yang sudah saya miliki adalah mandiri
dalam mencari referensi kegiatan untuk pembelajaran anak usia dini, saya
memanfaatkan media sosial seperti facebook dan instagram. Selain itu saya juga
sudah melakukan kolaborasi dengan teman sejawat dalam kegiatan belajar,
kebetulan sekali sekolah saya masih menggunakan model kelompok dalam
pembelajaran sehingga dalam satu kelas terdapat 2 guru yaitu guru inti dan
pendamping.
Pada setiap akhir kegiatan kami melakukan refleksi kegiatan dalam sehari
dan merencanakan kegiatan esok hari sehingga pembelajaran dapat berjalan
dengan baik. Saya pun mampu menjadi coach bagi guru lain dalam hal pengerjaan
data keuangan sekolah yang dikenal dengan ARKAS, pada tahun 2021 saya
mengajukan pengunduran diri sebagai operator sekolah dikarenakan regenerasi
sehingga selama proses pengunduran diri ini saya menyampaikan kepada kepala
sekolah bahwa tugas operator sekolah ini bisa di alihkan keapda guru lain dengan
alasan regenerasi dan pemanfaatan aset sekolah berupa Tenaga Pendidik yang
masih muda. Selama proses pengunduran diri, saya mendampingi Operator baru
untuk menyelesaikan tugas agar beliau mampu menyelesaikan dengan mandiri.
Hasil dari pendampingan yang saya lakukan, tugas operator ARKAS sudah resmi
di alihkan kepada operator baru karena kepala sekolah merasa beliau sudah
mampu. Selain itu saya juga aktif mengimbaskan beberapa materi dari guru
penggerak kepada rekan guru guru lain, agar kami sama-sama belajar dan
menciptakan budaya positif di sekolah. Dengan begitu maka tanggungjawab guru
penggerak sebagai agen perubahan dapat terwujud.
2.3 Visi Guru Penggerak
Selanjutnya pada materi Visi Guru Penggerak kami belajar bagaimana cara
membuat visi diri untuk menciptakan lingkungan belajar yang berpihak pada
murid dengan memanfaatkan aset sekolah, pada modul ini kami dikenalkan
dengan Inkuiri Apresiatif yang merupakan paradigma berpikir yang menggunakan
pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan yang
dikenal dengan BAGJA.
BAGJA merupakan akronim dari Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali
mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi. Sebelum kami membuat BAGJA
kami di ajarkan untuk membuat gambar mental prakarsa perubahan yang dikenal
dengan ATAP. Pada saat pembuatan ATAP (Aset, Tantangan, Aksi,
Pembelajaran) kami di ajarkan untuk mengidentifikasi Aset sekolah, Tantangan
yang di hadapi saat disekolah, Aksi untuk membantu penyelesaian masalah dan
Pembelajaran yang akan di dapatkan dari kegiatan aksi tersebut. Dengan
menggunakan paradigma berpikir inkuiri apresiatif seorang Guru Penggerak
mampu membuat visi sekolah impian dengan memanfaatkan aset sekolah
sehingga pendidikan yang memanusiakan manusia dapat terwujud,berikut ini hasil
pemetaan yang saya lakukan ketika mengikuti PGP.
Setelah melakukan pemetaan aset sekolah, aksi nyata yang saya lakukan
terkait program yang berpihak pada murid adalah Program 1 MINUTE SPEECH
merupakan program pengembangan yang berfokus pada pengembangan bahasa
terutama public speaking siswa SD. Dengan program tersebut saya berharap siswa
dapat memperkuat dirinya sebagai profil pelajar pancasila yang kreatif, bernalar
kritis, cakap berbahasa serta menumbuhkan rasa percaya diri dan berani pada diri
siswa.

2.4 BudayaPositif
Seorang guru memiliki peran untuk membangun atau mewujudkan budaya
positif di sekolah. Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau
keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Budaya positif diawali dengan
perubahan paradigma tentang teori kontrol. Selama ini barangkali kita sebagai
guru merasa berkewajiban mengontrol perilaku siswa agar memiliki perilaku
sesuai yang guru harapkan.
Budaya positif adalah suatu pembiasaan yang bernilai positif, Di dalamnya
mengandung sejumlah kegiatan yang mampu menumbuhkan karakter murid.
Budaya positif perlu dibangun dalam suatu kelas. Untuk mewujudkan budaya
positif harus dilakukan sejak dini mengingat dalam prosesnya membutuhkan
waktu yang lama dan konsisten dari setiap stakeholder yang ada. Sebagai calon
guru penggerak, tentu memiliki peran yang besar dalam mewujudkan disiplin
positif, baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Di lingkungan
sekolah, guru dapat menerapkan budaya positif seperti bekerja sama dengan rekan
sejawat, berinteraksi secara akrab dengan peserta didik, menerapkan sikap disiplin
dan bertanggung jawab serta menjadi teladan bagi peserta didik. Sedangkan di
lingkungan kelas, salah satu langkah yang guru dapat lakukan adalah membangun
budaya positif melalui komunikasi serta adanya keyakinan yang diyakini baik dan
positif.
Pembentukan keyakinan kelas memiliki dampak yang besar terhadap
keberhasilan pembelajaran. Apabila guru dan murid membuat keyakinan kelas
dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran, maka akan berpengaruh pada
perubahan tingkah laku peserta didik. Perubahan tingkah laku ini juga akan
berujung pada terbentuknya budaya positif di kelas. Untuk itu, keyakinan yang
baik tidak hanya digunakan dalam pembelajaran saja, namun perlu juga
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, salah satu tanggung jawab seorang guru adalah
bagaimana menciptakan suatu lingkungan positif yang terdiri dari warga sekolah
yang saling mendukung, saling belajar, saling bekerja sama sehingga tercipta
kebiasaan-kebiasaan baik; dari kebiasaan-kebiasaan baik akan tumbuh menjadi
karakter-karakter baik warga sekolah, dan pada akhirnya karakter-karakter dari
kebiasaan-kebiasaan baik akan membentuk sebuah budaya positif. Sebuah cara
menanamkan disiplin positif pada murid yaitu dengan Restitusi.
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok
mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga adalah
proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah,
dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan,
dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan
memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada
bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari
ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-
nilai kebajikan yang mereka percayai. Sebelumnya di modul 1.2, kita telah belajar
tentang teori kontrol bahwa pada dasarnya, kita memiliki motivasi intrinsik. Ada
peluang luar biasa bagi murid untuk bertumbuh karakternya, ketika mereka
melakukan kesalahan, karena pada hakikatnya begitulah cara kita belajar.
Murid perlu bertanggung jawab atas perilaku yang mereka pilih, namun
mereka juga dapat belajar dari pengalaman untuk membuat pilihan yang lebih
baik di waktu yang akan datang. Ketika guru memecahkan masalah perilaku
mereka, murid akan kehilangan kesempatan untuk mempelajari keterampilan yang
berharga untuk hidup mereka.
BAB III
PENUTUP

3.1 Refleksi

Setelah mempelajari modul 1.1, 1.2, 1.3, dan 1.4, tentunya saat ini saya
sudah memahami bahwa sebagai pendidik, kita diibaratkan sebagai seorang petani
yang memiliki peranan penting untuk menjadikan tanamannya tumbuh subur. kita
akan memastikan bahwa tanah tempat tumbuhnya tanaman adalah tanah yang
cocok untuk ditanami. Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa,
“…kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup tumbuh-tumbuhan
seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik)
yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat
memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air,
membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan
lain sebagainya.” (Lampiran 1. Dasar-Dasar Pendidikan. Keluarga, Th. I
No.1,2,3,4., Nov, Des 1936., Jan, Febr. 1937)
Dari uraian tersebut, kita dapat memahami bahwa sekolah diibaratkan
sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan sekolah
jadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi murid dari halhal
yang tidak baik. Dengan demikian, karakter murid tumbuh dengan baik. Sebagai
contoh, murid yang tadinya malas menjadi semangat, bukan kebalikannya. Murid
akan mampu menerima dan menyerap suatu pembelajaran bila lingkungan di
sekelilingnya terasa aman dan nyaman. Selama seseorang merasakan tekanan-
tekanan dari lingkungannya, maka proses pembelajaran akan sulit terjadi.
Pada Modul 1.1 saya mendapatkan beberapa pemahaman. Pertama, bahwa
murid adalah tujuan utama dari Pendidikan, seperti yang disampaikan oleh Bapak
Ditjen Irwan Syahril bahwa tujuan Pendidikan ada tiga yaitu murid, murid dan
murid. Hal tersebut menunjukkan murid adalah segalanya dalam proses
Pendidikan. Input output Pendidikan juga terlihat nyata pada diri murid. Kedua,
murid telah memiliki kodrat yang ada pada diri masing-masing, guru layaknya
petani yang menyiapkan lahan penyemaian terbaik baik benih (baca:murid), tugas
guru hanya menuntun agar kodrat yang ada pada murid dapat diarahkan menuju
kebaikan. Ketiga, kebijaksanaan sebagai titik utama dari tujuan Pendidikan, budi
pekerti yang diharapkan dapat membuahkan kebijaksanaan diri murid. Sedangkan,
modul 1.4 tentang budaya positif mengajarkan pada guru untuk memainkan posisi
sebagai manager dalam menghadapi murid, melaksanakan segitiga restitusi,
menelisik kebutuhan dasar yang berusaha dipenuhi siswa dalam perilakunya di
sekolah. Kesepakatan kelas menjadi hal yang menarik yang saya lakukan saat
mempelajari modul 1.4, murid di kelas berusaha ditanamkan kesepakatan-
kesepakatan kelas yang diyakini.
Aksinyata yang saya lakukan dengan mengemas pembelajaran semanarik
mungkin menggunakan media belajar, media alam, dan membuat bahan ajar yang
menarik. Selain itu dalam pembelajaran juga saya menciptakan project yang
dihasilkan siswa berupa hasta karya yang berhubungan dengan materi pelajaran.
Refleksi saya terhadap pembelajaran pada modul 1 ini adalah ada banyak
hal (kekuatan) yang bisa digali, baik dari diri, murid, rekan sejawat maupun
lingkungan sekolah. Selain itu, guru juga harus pandai dalam merancang
pembelajaran agar murid dapat mengembangkan kodratnya menuju kebaikan.

3.2 Tindak Lanjut


Rencana tindak lanjut saya kedepan adalah melaksanakan aksi nyata
secara terus-menerus, merancang kerjasama lebih lanjut dengan lingkungan
sekitar sekolah, pihak ketiga untuk pengembangan sekolah dan berusaha untuk
menjalankan visi saya sebagai guru penggerak yaitu menciptakan pembelajaran
yang menarik dan menyenangkan bagi murid saya. Rencana tindak lanjut saya
berikutnya yaitu mengembangkan sosialisasi program pendidikan guru penggerak
bagi komunitas praktisi di dalam dan sekitar sekolah. Selain itu, untuk
menyebarluaskan pemahaman dan pengetahuan lainnya terkait pembelajaran
berpusat pada murid.
DAFTAR PUSTAKA

Dharma, A. (2022). Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak. Jakarta:
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga kependidikan.

Dharma, A. (2022). Modul 1.3 Visi Guru Penggerak. Jakarta: Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga kependidikan.

Gossen, D. (2004). It's All About We: Rethinking Discipline Using Restitution.
Diakses dari https://www.summiteducation.ca/five-positions-of-control/

Nurcahyani, A. (2022). Modul 1.4 Budaya Positif. Jakarta: Direktorat Jenderal


Guru dan Tenaga kependidikan.

Rafael, S. P. (2022). Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional. Jakarta:


Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga kependidikan.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai