Di susun oleh:
SEMI, S.Pd
NIM : 9233410474
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
limpahan kasih sayang dan hidayah-Nya, sehingga tugas laporan 3 pada
Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan tahun 2023 dengan judul “Praktik
Pembelajaran Inovatif”.
Pada hakikatnya Pembelajaran yang berpihak kepada murid berarti harus
menekankan desain pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid. Kebutuhan ini
juga mencakup minat, profil belajar, dan gaya belajar murid. Sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal.
Laporan 3 ini ditulis untuk mengetahui betapa pentingnya pelaksanaan
pembelajaran inovatif di dalam kelas serta praktik-praktik pembelajaran yang
berpihak pada murid. Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarkanya kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dalam penyusunan
Laporan 3 ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan Laporan 3 ini masih banyak
kekurangan yang harus diperbaiki, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan
saran dan umpan balik yang positif. Akhirnya penulis berharap Semoga Laporan 3
ini bermanfaat bagi pembaca dalam mengembangkan pembelajaran di kelasnya.
Semi
i
DAFTAR ISI
ii
RINGKASAN
1
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Sebagai mana yang termuat dalam
dasar filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa maksud pengajaran dan
pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama adalah memerdekakan
manusia sebagai anggota persatuan (rakyat). Bedasarkan landasan tersebut maka
sudah sewajarnya jika sekolah melakukan pengelolaan program pendidikannya
yang dapat memberikan dampak positif bagi seluruh murid-murid yang ada di
sekolah.
2
BAB I.
PENDAHULUAN
3
penerapan aksi nyata setiap tahapan modul. CGP juga melakukan refleksi
bersama pengajar praktik terhadap tahapan proses pelatihan. Dalam
pendampingan kelompok (lokakarya) umpan balik tidak hanya berasal dari
pengajar praktik dan fasilitator namun juga rekan sejawat CGP.
Didalam modul 3.3 PPGP, CGP menyusun pembelajaran yang
berpihak pada murid. Pembelajaran berpihak pada murid ini didasarkan pada 4
komponen yang kemudian dirancang menggunakan pendekatan BAGJA.
Program ini muncul dari sebuah fakta atau permasalahan yang terjadi di
sekolah, khususnya SDN 28 Pasir Tuntung. Situasi pandemi berdampak besar
terhadap motivasi murid dan pengelolaan orang tua kepada anak-anaknya. Hal
ini di dasarkan dari angka partisipasi dan keaktifan murid selama pembelajaran
di sekolah yang belum 100%. Begitu juga dengan panduan bagi orang tua
dalam mengelola anaknya di rumah, sekaligus membagi waktu dengan
pekerjaannya.
Dari paparan di atas dapat dirumuskan permasalahan terkait dengan
pendampingan individu, kelompok serta program berdampak pada murid,
yaitu:
1. Bagaimana pendampingan individu dan kelompok dapat memberikan
dampak positif bagi pembelajaran di dalam kelas?
2. Bagaimana memaksimalkan peran orang tua di rumah dengan adanya
parenting dari sekolah?
B. Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan 3 ini berdasar rumusan
permasalahan yang ditemukan adalah:
1. Memaksimalkan program inovasi pembelajaran dengan kegiatan
pendampingan individu bagi Calon Guru Penggerak
2. Membuat program untuk memaksimalkan murid dalam kemampuan
literasi.
4
C. Manfaat Kegiatan
Manfaat penyusunan laporan 3 ini berdasarkan tujuan kegiatan yang
ditemukan adalah:
1. Pendampingan individu dan kelompok (lokakarya) dapat memberikan
masukan bagi pengembangan kompetensi Calon Guru Penggerak serta
program yang berdampak pada murid.
2. Program yang berdampak pada murid dapat memberikan dampak positif
sehingga dapat mendorong ekosistem belajar yang baik dan
menyenangkan bagi murid.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendampingan Individu
Pada pengembangan dan inovasi yang dilakukan di dalam kelas
tentunya guru penggerak melakukan kolaborasi bersama dengan Pendamping
Praktik Mengajar. Peran dari Pendamping Praktik adalah melakukan diskusi,
pendampingan, dan memberikan saran serta masukan terhadap program yang
diimplementasikan di dalam kelas. Menurut Hapsari (2021) inovasi-inovasi
dalam pembelajaran perlu dilakukan untuk mewujudkan pendidikan yang
berkualitas.
Pada tahap aksi nyata calon guru penggerak melakukan pendampingan
individu dengan pendamping praktik. Pendampingan individu dilakukan
untuk membantu individu mengimplementasikan pengetahuan dan
pemahaman konsep yang diperoleh secara daring dan lokakarya sehingga
CGP mampu merefleksi, berbagi dan berkolaborasi. Membantu CGP
mencapai kematangan moral, emosional dan spiritual sehingga dapat
berprilaku sesuai kode etik. selain itu, membantu CGP juga untuk
merencanakan, melaksanakan dan melakukan refleksi pembelajaran yang
berpihak murid serta melibatkan orang tua. Refleksi yang dilakukan oleh guru
menjadi salah satu kegiatan yang dapat dijadikan dasar dalam melakukan
evaluasi pada proses pembelajaran yang dilakukan. Menurut Seco (2022)
refleksi pribadi guru dapat membantu guru dalam menjalankan perannya
sebagai fasilitator pembelajaran.
Dalam Pelaksanaan pendampingan individu pengajar praktik
meyiapkan bahan yang berbeda-beda disesuaikan tema dari pendampingan
tersebut. Ada kesamaan yang dilakukan di setiap individu yaitu langkah-
langkah pelaksanaan setiap pendampingan sama meliputi: 1) bagian awal
pendampingan; 2) Bagian inti pendampingan; 3) Bagian akhir pendampingan
dan 4) Penilaian dan Pelaporan.
Dalam lokakarya Calon Guru Penggerak, pengajar praktik melakukan
6
pendampingan terkait apa yang akan dilakukan dari lokakarya 0 sampai 6
yang meliputi guru penggerak masa depan, mengembangkan komunitas
belajar, Visi dan misi sekolah berpihak pada murid, guru yang berpihak pada
murid, guru pemimpin pembelajaran, pengelolaan program dalam
pengembangan sekolah, festival hasil kerja, rencana kerja, dan rencana
keberlanjutan.
B. Pendampingan Kelompok
Pada pendampingan kelompok dialokasikan dalam bentuk kegiatan
lokakarya. Lokakarya diselenggarakan dengan penguatan materi tentang
bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantoro diterapkan dalam proses pengelolaan
peserta didik di kelas masing-masing. Pada lokakarya 1 tujuan yang ingin
didapat dari kegiatan ini adalah Calon Guru Penggerak mampu memahami
pentingnya mengembangkan diri, menjelaskan penerapan kompetensi guru
penggerak dalam menjalankan peran sebagai pemimpin pembelajaran,
mengidentifikasi posisi berdasarkan kompetensi guru penggerak, menjelaskan
rencana pengembangan diri.
Pada lokakarya 2 beberapa kegiatan yang dilakukan adalah pemetaan
aplikasi komunitas praktisi di sekolah masing-masing (manfaat, tantangan,
peluang, dan caranya), pemetaan kelebihan dan kelemahan diri dalam
menjalankan perannya sebagai guru penggerak untuk membuat komunitas
praktisi, rencana menggerakan komunitas praktisi tahap merintis di sekolah
masing-masing. Adapun tujuan belajar dari lokakarya 2 ini yaitu Calon Guru
Penggerak dapat menjelaskan manfaat berbagi dari diskusi komunitas
praktisi, mengidentifikasi manfaat komunitas praktisi bagi sekolah masing-
masing, mengidentifikasi tantangan dan peluang membuat komunitas praktisi,
menjelaskan peranan guru penggerak dalam membuat komunitas praktisi,
menganalisa diri dalam menjalankan perannya sebagai guru penggerak untuk
membuat komunitas praktisi, menjelaskan tahapan menggerakan komunitas
praktisi.
Pada lokakarya 3 pokok bahasan tentang program berdampak pada
7
murid, salah satunya adalah pembelajaran yang mengacu teknik coaching.
Dilanjutkan pada lokakarya 4 tentang pembelajaran berdiferensiasi. Guru
harus menciptakan kegiatan pembelajaran yang berdiferensiasi untuk
memenuhi karakteristik murid di kelas yang beragam. Sedangkan lokakarya 5
dan 6 terkait dengan refleksi guru penggerak serta program yang berdampak
pada murid. Kemudian lokakarya yang ke 7 berupa pameran pendidikan.
Pameran ini menampilkan program-program unggulan para Calon Guru
Penggerak dalam bentuk pameran.
8
praktik yang selama ini dijalankan di sekolah. Kemampuan merancang dan
mengelola program dibekali dengan pengetahuan tentang manajemen
resiko sehingga guru mampu melakukan monitoring dan evaluasi
program yang sudah dirancang. Proses tersebut dapat memberikan
pengalaman baru dan membuka cakrawala berpikir yang lebih luas lagi,
dan lebih mengedepankan perencanaan program yang berdampak pada
murid.
Dalam menentukan program Penulis menerapkan tahapan BAGJA
dimana B (buat pertanyaan) merupakan tahapan membuat pertanyaan
yang mengarahkan kepada penelusuran hal-hal yang akan dilakukan.
Selanjutnya A (Ambil Pelajaran) sebagai langkah untuk menceritakan atau
menuliskan pengalaman/kegiatan baik, prestasi yang pernah terjadi yang
berhubungan dengan topik bahasan (kepemimpinan siswa (murid) di
sekolah). Berikutnya, G (Gali mimpi) merupakan langkah dalam membuat
gambaran rinci kondisi ideal atau mimpi kita terkait topik bahasan. J
(Jabarkan Rencana) yaitu langkah membuat cara/strategi mencapai
mimpi-mimpi yang sudah kita tuliskan, langkah terakhir adalah A (atur
eksekusi) sebagai langkah dalam menentukan tim inti program (siapa
berperan menjadi apa).
Melalui tahapan BAGJA tersebut di atas maka Penulis
menentukan sebuah program pembisaan budaya Literasi melalui proses
pembelajaran inovatif dengan menerapkan beberapa kegiatan positif yang
berdampak pada murid. Pembisaan budaya literasi pada pengelolaan program
literasi sekolah melalui kegiatan literasi 30 menit sebelum pembelajaran,
dimana murid diberikan kebebasan untuk memilih bahan bacaan yang
relefan sesuai dengan minat murid, baik bacaan tercetak maupun bacaan
yang dicari dari sumber online, dalam jaringan yang fasilitasnya disiapkan
oleh guru. Selain kegiatan literasi yang berdampak juga dilakukan kegiatan
sabtu tari, jum’at ibadah, dan gotong royong membersihkan lingkungan
sekolah.
Diharapkan dengan menerapkan tahapan BAGJA maka program yang
9
dijalankan akan berdampak pada murid. Salah satu strategi yang digunakan
dalam Pengelolaan Program adalah strategi MELR (Monitoring, Evaluation,
Learning and Reporting)
Monitoring
Monitoring merupakan kegiatan rutin yang dilakukan untuk
mengumpulkan data dan mengukur kemajuan atau objektifitas kegiatan yang
dilakukan, proses pemamtauan perubahan yang berorientasi pada proses dan
out put. Proses ini dilakukan perhitungan akan kegiatan yang akan dilakukan
dan melihat secara langsung pelaksaan program, apakah sudah sesuai dengan
rencana atau belum.
Evaluation
Evaluasi merupakan proses yang dilakukan untuk menilai kefektifan
suatu program dan perubahan signifikan dari suatu program, kebutuhan
perbaikan, rencana tindak lanjut dan rekomendasi.
Tujuan Evaluasi
1. Untuk mengetahui ketercapaian tujuan dan sasaran program
2. Mengetahui estimasi dana yang dikeluarkan dan manfaat program tersebut.
3. Mengukur kualitas out put dari program.
4. melihat dampak positif dan negative dari suatu program
5. mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang muncul setelah
membandingkan antara tujuan dan ketercapaian target.
6. Sebagai masukan untuk memperbaiki bagi proses program selanjutnya.
Indikator Evaluasi
Indikator evaluasi meliputi: Efektivitas, Kecukupan, Pemerataan,
Responsivitas, dan Ketepatan.
Metode untuk monitoring dan Evaluasi:
1. Metode dokumentasi
2. Metode survey
3. Metode observasi lapangan
4. Metode wawancara
10
5. Metode FGD:
Learning
Menurut Dr Roger Greenaway seorang ahli pelatihan guru fasilitator terdapat
4 tingkatan model kerangka kerja learning yang sering disebut dengan 4F
yaitu:
1. Fact (Fakta ) catatan-catatan terkait kejadian.
2. Feeling (Perasaan): berhubungan dengan rasa yang muncul dari situasi
yang terjadi.
3. Finding (Temuan): Kebermaknaan dari pembelajaran yang telah
dilakukan yang dapat diaplikasikan secara real.
4. Future (Masa Depan): penyusunan pembelajaran untuk
diimplementasikan di masa yang akan datang.
Reporting
Reporting atau Laporan adalah media bagi pemimpin untuk memberikan
infromasi atau masukan atas keputusan yang diambilnya. Laporan haruslah
valid, objektif, dapat dipertanggungjawabkan dan lengkap. Laporan ini
merupakan out put akhir dari suatu kegiatan dalam bentuk dokumen.
Manajemen Resiko
Manajemen resiko mempunyan peran penting dalam menghindari resiko yang
bakal muncul dalam sebuah program. Resiko menjadi konotasi negative dan
akibat yang kurang menyenangkan dari suatu tindakan.
Dalam dunia pendidikan ada beberapa tipe resiko.
1. Resiko Strategis, resiko ini akan mepengaruhi terhadap pencapaian tujuan
yang telah ditentukan.
2. Resiko Keuangan, resiko yang berhubungan dengan keterbatasan finansial.
3. Resiko operasional, resiko terkait mengganggu terhadap keberlangsungan
proses menejemen.
4. Resiko pemenuhan, resiko yang mempengaruhi terhadap pemenuhan
aturan dan hukum yang dianut dalam melakukan proses dan prosuderal
internal.
5. Resiko Reputasi, resiko yang berpengaruh terhadap nama baik dan citra 11
lembaga.
Dalam melaksanakan manajemen resiko ada beberapa tahapan yang
dilalui sebagai berikut:
1. identifikasi jenis resiko,
2. pengukuran resiko,
3. melakukan strategi dalam pengendalian resiko
4. melakukan evaluasi terus-menerus, maju dan berkelanjutan
Pemetaan sekolah sangat penting dilakukan untuk mendapatkan data
terkait asset atau kekuatan yang dimiliki sekolah. Kekuatan yang dimiliki
sekolah dijadikan sebagai modal dalam membantu sekolah menjalankan
program-program yang berdampak pada murid. Proses pemetaan yang
dilakukan sebagai salah satu upaya sekolah dalam menerapkan inkuiri
apresiatif tahapan BAGJA.
12
BAB III
PENUTUP
A. Refleksi
Program pendampingan sangat membantu para CGP dalam
mengoptimalkan peran dan nilainya sebagai Guru Penggerak. Oleh karena itu
kegiatan diskusi dan refleksi harus terus dikembangkan sehingga
menghasilkan praktik baik yang dikemas dalam pengelolaan program yang
berdampak pada murid yaitu program Literasi Sekolah dengan menerapkan
model pembelajaran inovatif Blended Learning, yang bermanfaat bagi
kemajuan pendidikan generasi bangsa yang kita idam-idamkan. Pembiasaan
budaya literasi pada pengelolaan program literasi sekolah melalui kegiatan
literasi 30 menit sebelum pembelajaran, dan pelakasanaan jum’at ibadah,
gotong royong dan sabtu tari terbukti mampu menciptakan lingkungan
belajar yang menyenangkan bagi murid, menanamkan karakter-karakter
baik seperti karakter imtaq, jujur, disiplin, tanggung jawab, kerjasama, sikap
sopan santun, serta sikap saling menghargai dan menghormati orang lain,
tentunya dengan penerapan metode keteladanan yang dicontohkan oleh guru.
Selain hal-hal positif di atas terdapat beberapa kendala, antara lain:
a) Pelaksanaan pendampingan individu kurang optimal, disebabkan karena
kepala sekolah jarang berada di sekolah sering mengikuti kegiatan rapat
dinas.
b) Pelaksanaan pendampingan kelompok pada salah satu (lokakarya)
yang seharusnya melibatkan kepala sekolah dan pengawas sebagai
mitra guru penggerak, namun karena berbagai kendala maka kepala
sekolah dan pengawas tidak dapat menghadiri kegiatan Lokakarya
tersebut.
c) Sarana dan prasarana penunjang program Literasi sekolah (Pojok baca)
relatif kurang, pengadaan rak pojok literasi dan buku bacaan terbatas.
d) Jumlah buku yang tersedia tidak memadai.
B. Tindak Lanjut 13
Tindak lanjut memiliki tujan untuk melihat sejauh mana keberlanjutan
sebuah program yang telah dibuat dan dilaksanakan oleh guru tersebut
sebelumnya. Sebagai bentuk tindak lanjut, Penulis berupaya menganalisis
hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan, dengan mengidentifikasi
hal-hal yang telah berhasil dan belum maksimal dilaksanakan.
Mempertahankan dan mengembangkan hal-hal yang telah berhasil. Langkah
nyatanya menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi murid,
pembiasan budaya literasi karakter dan literasi digital dalam proses
pembelajaran.
Khusus pada kegiatan literasi, penulis mengoptimalkan fasilitas
yang telah disiapkan di sekolah berupa 30 menit waktu sebelum
pembelajaran untuk menampilkan segala bakat dari kegiatan literais yang
telah dilakukan. Pembiasan karakter-karakter baik pada diri murid seperti
(imtaq, jujur, disiplin, tanggung jawab, kerjasama, sikap sopan santun,
serta sikap saling menghargai dan menghormati orang lain), serta
pelaksanaan program taman Literasi bagi murid sekolah SDN 28 Pasir
Tuntung.
Kendala dan masalah yang dihadapi dilakukan identifikasi,
eksplorasi penyebab dan akar penyebab masalahnya sehingga Penulis
melakukan bentuk kegiatan tindak lanjut:
1) Agar pelaksanaan kegiatan pendampingan berhasil maksimal maka
dilakukan penyesuaian jadwal kegiatan dengan memperhatikan
keluangan waktu kepala sekolah, sehingga pada saat Pengajar praktik
melakukan pendampingan kepala sekolah berada di sekolah.
2) Harus ada pendelegasian tugas jika kepala sekolah dan pengawas
sekolah jika tidak dapat hadir pada kegiatan Lokakarya, perlu adanya
koordinasi, komunikasi yang baik antara guru penggerak dengan kepala
sekolah dan pengawas.
3) Untuk mengantisipasi keterbatasan sarana pojok literasi maka
penulis mengantisipasi dengan membuat rak buku dari kardus
bekas untuk dimodifikasi menjadi rak buku yang menarik.
4) Membuat buku kendali untuk mengantisipasi berkurangnya jumlah
buku yang tersedia, agar penanggung jawab kegiatan Literasi dapat
memantau ketersediaan jumlah buku yang ada.
5) Mencari donatur untuk menyumbangkan bahan bacaaan buku cerita
anak pada rekan-rekan guru, orang tua murid.
6) Melakukan pengenalan dan pembiasaan model pembelajaran
berdiferensiasi dan pembimbingan terhadap murid dalam mengakses
bahan bacaan online melalui internet.
15
DAFTAR PUSTAKA
Aditya Dharma, S.Si.M.B.A. Modul 1.4 Budaya Positif. 2022. Jakarta: Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan
Hapsari, I. I., & Fatimah, M. (2021, June). Inovasi Pembelajaran sebagai Strategi
Peningkatan Kualitas Guru di SDN 2 Setu Kulon. In Prosiding dan Web
Seminar (Webinar) Cirebon (Vol. 28, pp. 187-194).
Permendikbudristek No. 26 Tahun 2022 Pendidikan Guru Penggerak Tahun 2022
tentang Pendidikan Guru Penggerak 2022. Jakarta:Kemendikbudristek
Satriawan, W., Santika, I. D., & Naim, A. (2021). Guru Penggerak Dan
Transformasi Sekolah Dalam Kerangka Inkuiri Apresiatif. Al-Idarah: Jurnal
Kependidikan Islam, 11(1), 1-12.
Seco, V. Y. R., & Cendana, W. (2022). Penerapan Refleksi Pribadi Untuk
Membantu Guru Menjalankan Peran Sebagai Fasilitator Pada Pembelajaran
Daring. Padma Sari: Jurnal Ilmu Pendidikan, 1(02), 103-116.
2016
LAMPIRAN
21
17
3. Dokumentasi Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid (Jum’at
Ibadah, Sabtu tari, Literasi, Gotong Royong)
22
18
4. Lampiran Link Video PGP
https://youtu.be/xyvOxpK1JsM
https://youtu.be/ey25vZcmB04
https://youtu.be/romAttu_GlI
23
19