Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN 1

ANALISIS MATERI BERBASIS MASALAH

PERAN GURU PENGGERAK DALAM MENGANALISIS DAN


MEMECAHKAN MASALAH PEMBELAJARAN SISWA DI KELAS

FITRIANA AIDA, S.Pd


NIM. 1210223154
ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
KOTA GORONTALO
JUNI 2023
KATA PENGANTAR

Bismillah, Alhamdulillah, Shollallohu’ala Sayyidina Muhammad SAW.


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga tugas laporan
ini dapat tersusun dengan baik. Sholawat beserta Salam tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam
yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Saya mengucapkan terima kasih juga atas bantuan dosen pembimbing PPG
Guru Penggerak rombel IPA-04 Dr. Mangara Sihaloho, M.Si, panitia PPG LPTK
Universitas Negeri Gorontalo (UNG) selaku penyelenggara dan rekan-rekan PPG
dalam jabatan Universitas Negeri Gorontalo (UNG) tahun 2023 yang telah banyak
memberikan dukungan dan semangat.
Harapan saya semoga Tugas Laporan ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca tentang mekanisme pelaksanaan PPG Daljab di
Universitas Negeri Gorontalo (UNG).
Akhir kata, sebagai penyusun tugas laporan ini, saya ucapkan banyak
terima kasih kepada Ibu Luluk Ayunning Dyah selaku Fasilitator dan juga kepada
Bapak Hadi Purwandi sebagai Pengajar Praktik, yang selalu bersabar dan ikhlas
untuk memberikan bimbingan dan arahan selama 9 bulan mendampingi dalam
Program Pendidikan Guru Penggerak. Tidak lupa juga kepada Pengawas, Kepala
Sekolah, Komite Sekolah dan rekan Guru di SDN 1 Landasan Ulin Tengah yang
tiada hentinya selalu mendukung saya serta seluruh warga sekolah.
Semoga tugas laporan ini membawa keberkahan dan memberikan
informasi yang bermanfaat kepada semua insan pendidikan khususnya dan
masyarakat luas pada umumnya. Aamiin.

Banjarbaru, 03 Juni 2023

Penyusun

Fitriana Aida

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... iv
RINGKASAN ................................................................................................................... v
BAB I ................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ............................................................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................................................1
B. Tujuan Kegiatan ......................................................................................................2
C. Manfaat Kegiatan.....................................................................................................2
BAB II ...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN ...............................................................................................................3
A. Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara...............................3
B. Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak ...................................................................4
C. Visi Guru Penggerak................................................................................................6
D. Budaya Positif ...........................................................................................................8
BAB III ...........................................................................................................................11
PENUTUP ......................................................................................................................11
Refleksi............................................................................................................................11
Tindak lanjut ..................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................13
LAMPIRAN ...................................................................................................................14

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Analisis pemecahan masalah menggunakan tahapan BAGJA untuk
menumbuhkan minat baca dan kemampuan berpikir kritis siswa.
…………………………………………………………………….…..7
Tabel 2.2 Tahap Segitiga Restitusi ………………………………………………10

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hasil produk siswa menggunakan aplikasi smartphone ……………4


Gambar 2.2 Hasil kesepakatan kelas ……………………………………………..9

iv
RINGKASAN
Program Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan
kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini
meliputi Pelatihan Daring, Lokakarya, Konferensi, dan Pendampingan Individu
selama 9 bulan bagi calon Guru Penggerak. Selama program, Guru Penggerak tetap
menjalankan tugas mengajarnya sebagai guru. Pertimbangan dan penetapan
Kemendikbudristek mengenai Program Guru Penggerak sudah tertuang dalam
Peraturan Mendikbudristek Republik Indonesia Nomor:26 tahun 2022.
Pendidikan Guru Penggerak bertujuan untuk menghasilkan Profil Guru
Penggerak, sebagaimana dimaksud merupakan Guru yang memiliki kemampuan
untuk (1) merencanakan, melaksanakan, menilai, dan merefleksikan pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan murid saat ini dan dimasa depan berbasis data, (2)
berkolaborasi dengan orang tua, rekan sejawat, dan komunitas praktisi untuk
mengembangkan visi, misi, dan program satuan pendidikan, (3) mengembangkan
kompetensi secara mandiri dan berkelanjutan berdasarkan hasil refleksi terhadap
praktik pembelajaran, dan (4) menumbuh kembangkan ekosistem pembelajaran
melalui olah rasa, olah karsa, olah raga dan olah pikir bersama dengan rekan sejawat
dan komunitas praktisi secara sukarela.
Guru Penggerak memiliki lima nilai, yaitu (1) mandiri, (2) refleksi, (3)
kolaboratif, (4) inovatif, (5) berpihak pada murid. Guru Penggerak harus mampu
melaksanakan peran Guru Penggerak, meliputi (1) pemimpin pembelajaran, (2)
menggerakkan komunitas praktisi, (3) menjadi coach bagi guru lain, (4) medorong
kolaborasi antar guru, dan (5) mewujudkan kepemimpinan murid.
Guru harus memiliki visi yang mengarah kepada perubahan, baik
perubahan di kelas atau perubahan di sekolah. Usaha mencapai perubahan tersebut
guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan. Manajemen, pendekatan
perubahan sering disebut sebagai Inkuiri Apresiasi (IA). Salah satu cara yang
dilakukan guru dalam membantu murid tumbuh maksimal mempunyai karakter
Profil Pelajar Pancasila adalah dengan membangun budaya positif yang berpihak
pada murid. Membangun keyakinan atau visi sekolah yang menumbuhkan dan
mengembangkan budaya positif.

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru Penggerak merupakan episode kelima dari rangkaian kebijakan
Merdeka Belajar yang diluncurkan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi (kemendikbudristek) dan dijalankan melalui Direktorat Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK). Program Guru Penggerak ini bertujuan
untuk menyiapkan para pemimpin pendidikan Indonesia masa depan, yang mampu
mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif, dan proaktif dalam
mengembangkan guru disekitarnya untuk mengimplementasikan pembelajaran
yang berpusat pada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem
pendidikan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. (Direktorat Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan, 2021:1).
Struktur program Pendidikan Guru Penggerak pada modul 1 tentang filosofi
Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, nilai-nilai dan peran Guru Penggerak,
visi Guru Penggerak, dan Budaya Positif. Disetiap akhir sub modul guru penggerak
diminta untuk melaksanakan aksi nyata di dalam kelas.
Program PPG dalam jabatan bertujuan menghasilkan guru sebagai pendidik
professional yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
berilmu, adaptif, kreatif, inovatif, dan kompetitif dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik. (Perdirjen tentang petunjuk teknis Program Profesi Guru dalam Jabatan
2021).
Guru Penggerak membuat laporan yang berkaitan dengan materi mata
kuliah yang pertama Pendidikan Profesi Guru (PPG) yaitu analisis pembelajaran
materi berbasis masalah, literasi, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi (High
Order Thinking Skills). Guru penggerak akan mengaitkan ilmu pengetahuan dan
aksi nyata yang sudah dilaksanakan pada saat mengikuti Pendidikan Guru
Penggerak dengan materi mata kuliah Pendidikan Profesi Guru (PPG).

1
Guru Penggerak dapat mengaitkan materi pada modul 1 ketika menganalisis
masalah dan memecahkan masalah dalam pembelajaran di kelas agar apa yang telah
dipelajari dapat menjadi aksi nyata di kelas.

B. Tujuan Kegiatan
1. Memahami pemikiran filosofi pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara dan
melakukan refleksi-kritis atas korelasi pemikiran-pemikiran tersebut dengan
konteks pendidikan ideal dan nasional pada saat ini.
2. Mengambil pembelajaran dari pemikiran filososfi Ki Hadjar Dewantara
untuk diterapkan sebagai pemimpin pembelajaran yang mengupayakan
terwujudnya sekolah sebagai pusat pengembangan karakter.
3. Mengartikulasikan nilai-nilai dan peran dari Guru Penggerak dalam upaya
mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.
4. Mengembangkan visi yang lebih jelas mengenai murid yang memiliki Profil
Pelajar pnacasila dan pentingnya memetakan kekuatan yang dimiliki Guru
Penggerak demi mewujudkan visi pendidikan yang berpihak pada murid.
5. Menerapkan srategi disiplin positif yang memerdekakan murid untuk
menciptakan ekosistem sekolah aman dan berpihak pada murid.

C. Manfaat Kegiatan
1. Peserta didik, yakni menjadi siswa yang berkarakter Profil Pelajar Pancasila
di lingkungan positif, aman, dan nyaman dan dapat menghasilkan siswa-
siswa yang lebih mandiri, merdeka, dan bertanggungjawab.
2. Guru Penggerak, yakni meningkatnya kompetensi pedagogik dalam
menuntun peserta didik sesuai filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara,
menyadari nilai dan peran Guru Penggerak, memiliki visi yang berpihak
pada peserta didik serta menjalankan budaya positif.
3. Rekan guru, melalui komunitas praktisi sebagai tempat diskusi berbagai
permasalahan yang dihadapi juga untuk saling berkolaborasi dalam mencari
solusi dan mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada peserta didik.
4. Sekolah, yakni terwujudnya lingkungan fisik dan budaya pada satuan
pendidikan yang nyaman dan menyenangkan bagi semua warga sekolah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara


Teori belajar Konstruktivistik memahami belajar sebagai proses
pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh peserta didik itu sendiri. Pengetahuan
ada di dalam diri seseorang yang sedang mengetahui (Schunk, 1986).
Berdasarkan filosofi Ki Hadjar Dewantara pendidikan adalah tempat
persemaian benih – benih kebudayaan dalam masyarakat. Tujuan pendidikan yaitu
“menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia
maupun sebagai anggota masyarakat”.
Musyafa dalam Wiryopronoto, dkk (2017:34) mengemukakan bahwa
perilaku guru dalam mendidik murid atau anak bangsa menjadi pengajar dan moda
utama, sehingga Ki Hadjar Dewantara menciptakan istilah “ing ngarso sung tulada”
(dimuka memberi contoh), “ing madya mangun karso” (ditengah membangun cita-
cita), “tut wuri handayani” (mengikuti dan mendukungnya).
Guru tidak hanya sekedar mentransfer ilmu kepada siswa tetapi lebih dari
itu guru berperan sebagai pamong dengan sistem “among” yang menuntun siswa
untuk menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Jika guru tidak bisa optimal
mengambil peran sebagai guru pamong, berdasarkan pengalaman penulis dan
wawancara dengan beberapa guru akan ditemui permasalahan dalam pembelajaran
seperti:
1. Kurangnya pemanfaatan teknologi/inovasi pembelajaran;
2. Jarang menggunakan model – model pembelajaran inovatif;
3. Kesulitan belajar siswa;
4. Rendahnya motivasi belajar siswa;
5. Disiplin positif yang tidak optimal;
6. Rendahnya literasi siswa;

Aksi nyata yang pernah penulis lakukan adalah ketika menghadapi salah
satu permasalahan di kelas siswa terkadang kurang termotivasi dalam pembelajaran

3
di kelas karena model pembelajaran yang monoton, pengerjaan tugas yang selalu
berupa tulisan di buku. Penulis mencoba untuk memberikan tugas dengan produk
yang tidak berupa tulisan di atas kertas tetapi membimbing siswa untuk membuat
tugas menggunakan aplikasi video di smartphone mereka, dimana siswa mengedit
gambar, tulisan, dan audio menjadi sebuah video. Disini penulis memberi
kebebasan kepada siswa untuk memilih sendiri aplikasi video yang mereka
gunakan.
Siswa sangat senang saat mengerjakan tugas karena menggunakan cara
baru dalam pengumpulan tugas. Mereka juga mengatakan pembelajaran menjadi
sangat menyenangkan karena menggunakan teknologi sesuai dengan
perkembangan jaman saat ini.
Gambar 2.1 Hasil produk siswa menggunakan aplikasi smartphone

B. Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak


Nilai itu sendiri, menurut Rokeach (dalam Hari, Abdul H, 2015),
merupakan keyakinan sebagai standar yang mengarahkan perbuatan dan standar

4
yang mengarahkan terhadap objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik.
Kehadiran nilai dalam diri seseorang dapat berfungsi sebagai standar bagi
seseorang dalam mengambil posisi khusus dalam suatu masalah, sebagai bahan
evaluasi dalam membuat keputusan, bahkan hingga berfungsi sebagai motivasi
dalam mengarahkan tingkah laku individu dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai guru penggerak yaitu: mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif,
dan berpihak pada murid.
Terdapat 5 butir peran dari seorang guru penggerak
1. Menjadi pemimpin pembelajaran
2. Menggerakkan komunitas praktisi
3. Menjadi coach bagi guru lain
4. Mendorong kolaborasi antar guru
5. Mewujudkan kepemimpinan murid
Jigna dalam jurnal CS Canada (2012) menekankan bahwa untuk
menghasilkan pembelajaran yang baik, guru harus memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berkembang secara bebas.
Pembelajaran inovatif menekankan pada pembelajaran menarik,
menyenagkan, dan dapat memfasilitsi perkembangan peserta didik di sekolah.
(Munawar, Prasetyo, dan Pusari, 2013).
Menurut Yanasari (2016), peran guru dalam membantu peserta didik yang
dikemukakan oleh Roger, sebagai berikut: (1) guru membantu menciptakan iklim
kelas yang kondusif agar peserta didik bersikap positif terhadap belajar, (2) guru
membantu peserta didik untuk memperjelas tujuan belajar dan memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk belajar, (3) guru membantu peserta didik
dalam memanfaatkan impian dan cita-citanya sebagai salah satu kekuatan untuk
mendorong peserta didik dalam belajar, (4) guru menyediakan berbagai sumber
belajar kepada peserta didik, dan (5) guru menerima pertanyaan dan pendapat
peserta didik dalam memahami suatu masalah pada proses belajar.
Aksi nyata yang pernah penulis lakukan adalah menyusun jadwal siswa
untuk memimpin barisan, doa sebelum belajar, doa pulang, imam sholat dhuha
secara bergantian sehingga setiap siswa berkesempatan menjadi pemimpin di dalam

5
kelas. Ini penulis lakukan agar siswa terbiasa untuk memimpin teman-teman dan
berani tampil di depan kelas. Sebagaimana salah satu peran guru pengerak yaitu
mewujudkan kepemimpinan murid. Setelah dilakukan mereka sangat bersemangat
bahkan datang lebih awal ketika hari itu adalah gilirannya menjadi pemimpin.

C. Visi Guru Penggerak


Inkuiri Apresiatif (IA), menurut Cooperider & Whitney (2005), adalah
suatu landasan berpikir yang berfokus pada usaha kolaboratif untuk menemukan
hal positif dalam diri seseorang, dalam suatu kelas dan dunia di sekitarnya baik di
masa lalu, masa kini maupun masa yang akan datang.
Menurut Lewis (2016) bahwa Inkuiri Apresiatif memungkinkan anggota
komunitas kelas melakukan ko-kreasi langkah maju bersama yang berangkat dari
kedalaman pemahaman akan makna/inti kesuksesan dan sumber daya mereka
sendiri sehingga visi yang ditetapkan dapat tercapai.
Menurut Drucker, kepemimpinan dan manajemen adalah keabadian. Oleh
sebab itu, seorang pemimpin bertugas menyeleraskan kekuatan yang dimiliki
organisasi. Caranya adalah dengan mengupayakan agar kelemahan suatu system
dalam organisasi tidak menjadi penghalang, karena semua aspek dalam organisasi
fokus pada penyelarasan kekuatan.
Inkuiri Apresiatif sebagai salah satu model manajemen perubahan
dilingkungan pembelajaran, baik itu di kelas maupun sekolah. Tahapan dalam
Inquiry Apresiatif yang di dalam Bahasa Indonesia disebut dengan BAGJA (Buat
Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi).
Aksi nyata yang pernah penulis lakukan adalah ketika menghadapi permasalahan
rendahnya literasi siswa di kelas. Dimana sebagian siswa masih belum memahami
unsur-unsur intrinsik dalam sebuah cerita. Penulis mencoba memecahkan masalah
dengan menggunakan tahapan dalam Inquiry Apresiatif yaitu BAGJA.

6
Tabel 2.1 : Analisis pemecahan masalah menggunakan tahapan BAGJA untuk
menumbuhkan minat baca dan kemampuan berpikir kritis siswa.

Tahapan Pertanyaan Daftar tindakan yang perlu


dilakukan untuk menjawab
pertanyaan
Buat 1. Bagaimana menumbuhkan Secara kolaboratif bersama
Pertanyaan minat baca siswa? siswa dan tanya jawab secara
2. Bagaimana menumbuhkan klasikal. Siswa diminta
kemampuan berpikir kritis menuliskan jawaban pada
pada siswa? kertas sticky note dan
menempelkan pada papan
tulis.
Ambil Hal positif apa saja yang ada 1. Program membaca 15
Pelajaran pada diri dan lingkungan siswa menit sebelum pelajaran
(keluarga, teman, guru) untuk dimulai setiap seminggu
menumbuhkan minat baca dan sekali sudah dilaksanakan.
kemampuan berpikir kritis 2. Buku bacaan yang tersedia
siswa. pada pojok baca di kelas.
Gali Mimpi Hal positif apa saja yang akan 1. Siswa menjadikan
terjadi di masa depan dengan kegiatan membaca adalah
memiliki minat baca dan suatu kebutuhan
kemampuan berpikir kritis 2. Siswa mampu
siswa. menghasilkan karya nyata
dari literasi
3. Siswa dapat berpikir kritis
dalam memecahkan
permasalahan yang
dihadapi
Jabarkan 1. Apa langkah-langkah yang 1. Disosialisasikan kepada
Rencana perlu dilakukan siswa untuk murid

7
menumbuhkan minat baca 2. Siswa diminta membaca
dan kemampuan berpikir buku pada jam literasi
kritis siswa? yang diadakan setiap hari
2. Kapan upaya Jumat
menumbuhkan minat baca 3. Siswa menjawab
dan kemampuan berpikir pertanyaan 5W 1H sesuai
kritis siswa mulai dengan yang mereka baca
dilakukan?
Atur Siapa yang membantu siswa Penanggungjawab : Kepala
Eksekusi menumbuhkan minat baca dan Sekolah
kemampuan berpikir kritis Pengarah Kegiatan : Wali
siswa? Kelas
Pelaksana kegiatan : Siswa

D. Budaya Positif
Pendekatan Bruner terhadap belajar (Dahar, 2008) ialah perolehan
pengetahuan merupakan suatu proses interkatif. Bruner percaya bahwa orang
belajar berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi
pada lingkungan, tetapi juga dalam orang itu sendiri.
Ki Hadjar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam
konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat
utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah
disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi
internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendipsiplinkan kita atau
motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri.
Diana Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001.
Diane menyatakan bahwa arti dari kata displin berasal dari Bahasa latin,
‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’. Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata
yang sama dengan ‘disciple’ atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid,
atau pengikut, seseorang harus paham betul alasan mengapa mereka mengikuti

8
suatu aliran atau ajaran tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi
intrinsik, bukan ektrinsik.
Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang
dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan
bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti
serangkaian peraturan. Murid-murid pun demikian, mereka perlu mendengarkan
dan mendalami tentang suatu keyakinan, daripada hanya mendengarkan peraturan-
peraturan yang mengatur mereka harus berlaku begini atau begitu.
Budaya positif lebih membentuk karakter siswa sesuai dengan Profil
Pelajar Pancasila dibandingkan dengan hukuman. Dimana hukuman selama ini
lebih kepada penyiksaan fisik siswa dan mempermalukan siswa sehingga tidak
muncul kesadaran dalam diri siswa. Budaya positif lebih mengarahkan siswa untuk
menyadari kesalahan yang diperbuat dan mencari sendiri konsekuensi apa yang
pantas untuk mereka lakukan.
Aksi nyata budaya positif yang dilakukan penulis salah satunya adalah
membuat kesepakatan kelas bersama-sama siswa agar menciptakan lingkungan
belajar yang menyenangkan di dalam kelas. Kesepakatan kelas tidak dibuat sendiri
oleh guru tetapi siswa ikut andil mengemukakan pendapatnya. Mereka menentukan
kesepakatan kelas dan konskuensi jika melanggarnya.
Gambar 2.2 Hasil kesepakatan kelas

9
Ketika penulis menemukan permasalahan siswa yaitu salah satunya ada
beberapa siswa di kelas yang sering terdengar oleh temannya mengucapkan kata
kasar dan tidak pantas. Penulis mencoba untuk melakukan pemecahan masalah
dengan segitiga restitusi salah satu bagian dari budaya postif dimana siswa yang
bersangkutan dipanggil untuk berbicara secara empat mata. Guru menerapakan
langkah-langkah segitiga restitusi. Perlu waktu untuk siswa tersebut berubah
sepenuhnya. Tetapi terlihat usaha mereka untuk menahan agar tidak terulang lagi
disinilah peran guru untuk selalu membimbing siswa untuk melakukan perubahan
meskipun tidak secepat yang kita harapkan setidaknya terlihat perubahan dari
dalam diri siswa itu sendiri sedikit demi sedikit.
Tabel 2.2 Tahap Segitiga Restitusi
No. Langkah Segitiga Restitusi
1. Menstabilkan identitas Kita semua akan melakukan yang terbaik
yang bisa kita lakukan
2. Validasi tindakan yang salah Semua perilaku memiliki alasan
3. Menanyakan keyakinan Kita semua memiliki motivasi internal

Budaya postif dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan siswa di


kelas berupa tingkah laku yang melanggar aturan. Menerapkan budaya postif di
kelas lebih ramah anak karena dapat menciptakan lingkungan positif, aman, dan
nyaman dan dapat menghasilkan siswa-siswa yang lebih mandiri, merdeka, dan
bertanggungjawab.

10
BAB III

PENUTUP

Refleksi
Materi dalam modul 1 Guru Penggerak memiliki kaitan dengan modul 1 yang ada
dalam PPG. Teori-teori yang ada dalam modul 1 PPG sesuai dengan apa yang
dibahas di modul 1 Guru Penggerak. Dimana permasalahan dalam pembelajaran di
kelas dapat dianalisis dan dicari pemecahan masalahnya dengan materi yang ada di
modul 1 Guru Penggerak dan Modul 1 PPG.

Materi pada modul 1 Guru Penggerak membahas:

1. Refleksi filosofi pendidikan nasional Ki Hadjar dewantara.


Penulis mempelajari dimana peran guru sebagai guru pamong yang apabila
tidak maksimal maka akan menimbulkan permasalahan-permasalahan
dalam pembelajaran di kelas.
2. Nilai-nilai dan peran guru penggerak
Penulis mempelajari pentingnya peran guru dalam memecahkan
permasalahan di dalam kelas.
3. Visi guru penggerak
Penulis mempelajari dalam menganalisis permasalahan di dalam kelas dapat
dicari akar permasalahannya dengan Inkuiri Apresiatif (IA) melalui tahapan
BAGJA
4. Budaya postif
Penulis mempelajari pentingnya budaya positif diterapkan di dalam kelas
untuk menganalisis permasalahan tingkah laku siswa dan mencari solusinya
bersama-sama dengan siswa.

Tindak lanjut
Beberapa tindak lanjut yang akan penulis lakukan kedepan adalah:

1. Melakukan refleksi dan evaluasi secara rutin terhadap kompetensi diri dan
kegiatan yang belum berkembang/berjalan dengan baik, kemudian dikaji
faktor penghambat serta mencari upaya perbaikannya.

11
2. Mengambil pelajaran dari setiap praktik baik/aksi nyata dari paket modul 1
yang telah berhasil dijalankan, sebagai kekuatan positif untuk
pengembangan diri menjadi lebih baik.
3. Aktif berkolaborasi bersama rekan sejawat untuk mendiskusikan berbagai
permasalahan di kelas yang ada kemudian dicari solusinya, serta membuat
berbagai prubahan positif di lingkungan kelas.
4. Terus meningkatkan kapasitas diri menjadi pendidik yang memiliki
paradigma dan visi sebagai seorang guru penggerak, dengan mengikuti
berbagai seminar maupun diklat.

12
DAFTAR PUSTAKA
Cooperrider. D.L., & Whitney, D.K (2005). Appreciative inquiry:A Positive
revolution in change. Berrett-Koehler Publishers.
Dahar, R.W. Hayati, Y.S (Ed). 2006. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran.
Bandung: Penerbit Erlangga.
Dewantara, K.H. (2013). Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima.
Cooperrider. D.L., & Whitney, D.K (2005). Appreciative inquiry:A Positive
revolution in change. Berrett-Koehler Publishers.
Gossen, D.C. (1998). Restitution-Restructuring School Discipline, Revised Edition.
Chopel Hill. North Carilina : New View Publications.
Hari, Abdul H. 2015. Peran Nilai-Nilai Personal (Personal Values) Terhadap Sikap
Konsumen. Magistra, No. 92, 35-44. Retrieved February 22, 2021 from
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=604240&vol=6
820&title=PERAN%20NILAI-
NILAI%20PERSONAL%20PERSONAL%20VALUES%20TERHADAP
%20SIKAP%20KONSUMEN.
Http://ppg.kemdikbud.go.id/ppg-dalam-jabatan.
Munawar, M., Prasetyo, A., dan Pusari, R.W. (2013). Pengembangan Model
Pembelajaran Inovatif melalui pendekatan in House Training Berbasis
Kearifan Budaya Lokal. PAUDIA, 2 (1).
Lewis, S. (2016). Positive psychology and change: How leadership, collaboration
and appreciative inquiry drive transformational result. Wiley Blackwell.
Schunk, Dale. H. 2012. Learning Theories an Educational Perspective. Edisi
keenam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Wiryopranoto, S, dkk. 2017. Ki Hadjar Dewantara Pemikiran dan Perjuangannya.
Jakarta: Museum Kebnagkitan Nasional.
Yanasari, P. (2012). The Humanistic Approach to change and the Development of
Behaviour in the Realm of Education, Nuansa, 9 (2).

13
LAMPIRAN

A. Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

B. Nilai dan Peran Guru Penggerak

14
C. Visi Guru Penggerak

15
D. BUDAYA POSITIF

16
17

Anda mungkin juga menyukai