Anda di halaman 1dari 25

Laporan 1

ANALISIS MATERI BERBASIS MASALAH

Nama : Stevenly Mbola


NIM : 229038495024
Bidang Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

1
AGUSTUS TAHUN 2022

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
RINGKASAN..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................6
1. Latar belakang..............................................................................................6
2. Tujuan kegiatan............................................................................................8
3. Manfaat kegiatan..........................................................................................8
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................9
1. Program Pendidikan Guru Penggerak..........................................................9
2. Refleksi Pendidikan Guru Penggerak..........................................................9
3. Merancang Aksi Perubahan.........................................................................11
4. Analisis Masalah Berbasis Kekuatan...........................................................14
BAB III PENUTUP.................................................................................................17
1. Refleksi .......................................................................................................17
2. Tindak lanjut................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................19
LAMPIRAN ............................................................................................................20

2
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah Swt. Laporan 1 Analisis
Berbasis Masalah pada Pendidikan Profesi Guru (PPG) telah selesai disusun sesuai
dengan pengalaman selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak (PGP).
Laporan 1 Analisis Berbasis Masalah secara substansi dan relevansinya dengan
pengalaman yang Penulis alami selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerakselama
9 (sembilan) bulan dengan 3 paket modul, khususnya pada paket modul 1 Paradigma
dan Visi Guru Penggerak dan paket modul 2 Praktek Pembelajaran yang Berpihak
Kepada Siswa.
Substansi dan Relevansi dari laporan 1 Analisis Berbasis Masalah dengan
pengalaman PGP yaitu pada tahapan identifikasi masalah dalam melakukan
perubahan melalui pendekatan inkuiri apresiatif yang merupakan pendekatan
manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan melalui metode
BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur
Eksekusi).
Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, perlu dilakukan perbaikan dan
pengembangan, Penulis berharap kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
memberikan saran, masukan dan koreksi untuk penyempurnaannya. Semoga laporan
1 Analisis Berbasis Masalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Lamo, 28 Agustus 2022

Penulis

Stevenly Mbola
NIM. 229038495024

3
RINGKASAN

Laporan 1 tentang Analisis Materi Berbasis Masalah adalah untuk


mengidentifikasi permasalahan yang sering terjadi di sekolah, menganalisis faktor
penyebab dari permasalahan tersebut sehingga laporan ini bertujuan untuk
mengetahui: (1) Akar permasalahan, (2) Memilih permasalahan yang akan
diselesaikan (3) Mencari alternatif solusi yang akan dilakukan dalam menyelesaikan
akar permasalahan.Dalam laporan analisis materi berbasis masalah yang dilakukan
sesuai pengalaman mengikuti pendidikan guru penggerak dengan melakukan
pemetaan kekuatan yang dimiliki yang ada di SMP Negeri 6 Batui Kabupaten
Banggai.
Laporan ini merupakan pengembangan dari hasil Pendidikan Guru Penggerak
(PGP) yang pernah penulis laksanakan, dengan substansi materi direlevansikan
dengan Pendidikan profesi Guru (PPG) yang penulis ikuti saat ini. Pendekatan yang
dilakukan dalam mengidentifikasi masalah melalui pendekatan Inkuiri Apresiatif
merupakan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan
melalui metode BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan
rencana, dan Atur Eksekusi).
Berdasarkan hasil pemetaan kekuatan yang diperoleh untuk menyelesaikan
permasalahan, ditemukan kekuatan: (1)Peserta didik mempunyai semangat belajar,
mempunyai kemampuan akademik dan non akademik yang beragam(2) pendidik
mempunyai sikap terbuka terhadap hal baru, Sikap kemandirian dalam meningkatkan
kompetensi diri, Semangat berbagi pengalaman, kemampuan bekerjasama dalam
melakukan dan mendukung kegiatan yang dilaksanakan. (3) jaringan internal;
komite/orangtua mendukung program sekolah dan aktif memberikan pertimbangan

4
terhadap perencanaan dan pelaksanaan program sekolah, Komunitas praktisi aktif
dalam meningkatkan kompetensi guru (4) Sarana Prasarana; Sarana mendukung dan
memadai dalam proses pembelajaran, Prasarana seperti kelas, lab, kantin,
perpustakaan, menunjang proses pembelajaran.
Dari hasil pemetaan kekuatan selanjutnya dilakukan prioritas yang akan
dilaksanakan Inkuiri apresiatif melalui metode BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil
pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi).

5
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kementerian Pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi pada tahun 2020
mengeluarkan kebijakan terkait Merdeka Belajar sebagai langkah Transformasi
pendidikan di Indonesia. Untuk transformasi pendidikan di Indonesia dengan
menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menggerakkan ekosistem
pendidikan yang lebih baik melalui Program Guru Penggerak.
Arah program Guru Penggerak berfokus pada pedagogik, professional,
kepribadian dan sosial serta berpusat pada siswa dan pengembangan holistik,
pelatihan yang menekankan pada kepemimpinan instruksional melalui on-the-job
coaching, pendekatan formatif dan berbasis pengembangan, serta kolaboratif dengan
pendekatan sekolah secara holistik.
Materi yang diberikan dalam Pendidikan guru penggerak meliputi 3 paket modul
yaitu paket modul 1 Paradigma dan visi guru penggerak, Paket Modul 2 Praktik
pembelajaran yang berpihak pada siswa, Paket modul 3 Kepemimpinan pembelajaran
dalam pengembangan sekolah.
Esensi dari peran guru sebagai pemimpin pembelajaran adalah menuntun dan
memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran, siswa diberikan ruang lebih untuk
dapat berdiskusi dengan guru, pembelajaran tidak hanya pada mendengarkan
penjelasan guru tapi lebih pada pembentukan karakter siswa yang beriman, bertaqwa
kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia,mandiri, bernalar kritis, kreatif,
berkebhinekaan global, dan gotong royong. Keenam elemen tadi yang kita kenal
sebagai Profil Pelajar Pancasila.
Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mempunyai kemampuan dalam
mengembangkan dirinya dengan memiliki nilaikemandirian, reflektif, kolaboratif,

6
inovatif dan keberpihakan kepada siswa sebagai pemimpin pembelajaran. Selain
mengembangkan diri sendiri, guru dituntut untuk mengembangkan orang lain, dalam
hal ini Guru harus mempunyai peranan dalam mengembangkan orang lain, sebagai
pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach,
kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan siswa.  Selain nilai dan peran guru harus
mempunyai visi yang berdampak pada siswa, dan berupaya membangun budaya
positif dilingkungan Sekolah sebagai usaha pembentukan karakter siswa.
Sekolah merupakan ekosistem pendidikan harus memenuhi tuntutan arus
kebutuhan akan link and match dengan kondisi zaman, dan untuk menyiapkan siswa
yang mampu berkompetitif.  Sekolah pun dituntut untuk merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran yang berpihak kepada siswa dan juga program
sekolah yang berdampak pada siswa, supaya siswa dapat meraih capaian
pembelajaran baik aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan secara optimal serta
mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.
Untuk itu, perlu mengimplementasikan hasil pendidikan guru penggerak (PGP)
di sekolah dalam semangat tergerak dengan nilai kemandirian guru dalam
meningkatkan kompetensi dirinya dan orang lain, bergerak memulai merancang
sebuah aksi dalam perannya sebagai pemimpin pembelajaran, berkolaborasi dalam
pengembangan sekolah, dan menggerakkan seluruh stokeholder yang ada di dalam
sekolah maupun di luar sekolah dengan berbasis sumber daya/potensi yang dimiliki
sekolah.
Bentuk implementasi hasil PGP dengan semangat tergerak, bergerak dan
menggerakkan melalui mentransfer dan menerapkan PGP di sekolahdengan
menganalisis permasalahan di sekolah khususnya pada pembelajaran yang berpihak
kepada siswa dengan berkoordinasi dengan kepala sekolah dan berkolaborasi dengan
rekan sejawat untuk proses perubahan dengan menggunakan pendekatan atau
paradigma. Pendekatan yang digunakan adalah Inkuiri Apresiatif (IA) merupakan
pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan.

7
Implementasi IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang
telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki satuan pendidikan, sebelum satuan
pendidikan menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan
perubahan. Langkah IA yang dilakukan dengan Metode BAGJA (Buat pertanyaan,
Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi)
2. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan laporan analisis materi berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Guru sebagai pemimpin pembelajaran mempunyai kemampuan dalam
menganalisis proses perubahan berbasis potensi untuk menjawab
permasalahan di satuan pendidikan melalui pendekatan Inkuiri Apresiatif
dengan menggunakan metode BAGJA
b. Sebagai upaya mewujudkan transformasi pendidikan sesuai dengan Visi
satuan pendidikan.
3. Manfaat Kegiatan
Manfaat kegiatan laporan analisis materi berbasis masalah adalah sebagai
berikut:
a. Menumbuhkan kesadaran guru dengan nilai dan perannya dalam melakukan
perubahan melalui analisis permasalahan berkolaborasi dengan stokeholder
baik di dalam dan di luar sekolah untuk menyelesaikan permasalahan dengan
memanfaatkan potensi yang dimiliki.
b. Tercapainya Visi dan upaya transformasi pendidikan di satuan pendidikan
melalui proses pembelajaran yang berpihak kepada siswa.

8
BAB II
PEMBAHASAN

1. Program Pendidikan Guru Penggerak


Program Guru Penggerak (PGP) berbentuk pelatihan bagi guru, pelatih, kepala
sekolah, dan pengawas sekolah, yang bertujuan untuk menghasilkan bibit-bibit
unggul pemimpin Indonesia di masa yang akan datang. Generasi calon pemimpin
Indonesia diharapkan dapat terwujud dengan memiliki tujuh karakteristik Profil
Pelajar Pancasila, yakni mandiri, beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, kreatif, gotong royong, berkebinekaan global, dan bernalar kritis.
Pelaksanaan PGP dilakukan dengan pendekatan andragogi, yaitu dengan
melibatkan peserta didik ke dalam suatu struktur pengalaman belajar dan berbasis
pengalaman yang mana nantinya terdapat beberapa proses. Adapun proses penilaian
berbasis dampak dan bukti.
Materi yang akan diberikan selama mengikuti pendidikan guru penggerak terdiri
dari empat paket modul yakni Modul 1 tentang Paradigma Dan Visi Guru Penggerak ,
Modul 2 tentang Praktik Pembelajaran Yang Berpihak Pada Siswa, Modul 3 tentang
Pemimpin Pembelajaran Dalam Pengembangan Sekolah, Modul 4 tentang Selebrasi,
Refleksi, Kolaborasi dan Aksi
2. Refleksi Pendidikan Guru Penggerak
Sekarang ini banyak kita temukan permasalahan di dunia pendidikan,
permasalahan tersebut dapat kita ketahui dan rasakan oleh guru secara langsung dan
masyarakat secara tidak langsung. Pertama masalah kesempatan memperoleh
Pendidikan seperti di Pedesaan tempat saya mengajar, masyarakat masih banyak yang
berpikir bahwa pendidikan hanya menghabiskan biaya dan waktu saja, sehingga tidak

9
sedikit anak yang putus sekolah dan lebih memilih untuk tidak melanjutkan
Sekolahnya.
Kedua kurang efektif dan efisien proses pembelajaran di Sekolah seperti masalah
yang berkaitan dengan kurikulum, pendekatan dalam proses pembelajaran,
pemanfaatan metode pembelajaran seperti pelaksanaan pembelajaran yang kurang
kreatif dalam memanfaatkan strategi, model, metode pembelajaran dan juga
pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran contohnya adalah pendekatan
pembelajaran yang digunakan guru dikelas umumnya adalah pendekatan berupa
materi. Siswa diberikan sebanyak-banyak materi sehingga tidak diberi kebebasan
siswa untuk menentukan pilihannya dalam pembelajaran, setiap hari siswa dicekoki
berbagai Mata pelajaran sehingga siswa seperti robot yang sudah di setting
sedemikian rupa. Tidak sedikit kita menerima keluhan dan ketidaknyaman siswa
dalam mengikuti pembelajaran dikelas, ketidaknyaman berakibat siswa tidak
mempunyai kemerdekaan dalam berpikir. Kenapa itu terjadi? Itu terjadi banyak
faktor yang menjadi penyebabnya diantaranya kurang memahami profesinya sebagai
guru yang mempunyai tugas “menuntun, memfasilitasi” siswa dalam pembelajaran
selain itu rendahnya kompetensi yang dimilik guru dalam menjalankan tugasnya.
Solusi dalam menghadapi permasalahan tersebut adalah guru harus memahami
filosofi pendidikan sehingga menumbuhkan kesadaran diri terhadap profesinya
sebagai guru. Guru adalah pemain inti dalam kurikulum apapun kurikulumnya, guru
profesionallah yang akan membuat kurikulum itu mencapai tujuannya. Guru tangguh
berhati cahaya yang mampu menuntun peserta didiknya ke pintu kesuksesan di dunia
dan akhirat.
Karakter seorang guru akan menjadi panutan bagi para peserta didiknya. Suka
atau tidak, segala perilaku kita akan mendapatkan sorotan dari peserta didik dan
lingkungan sekitar. Guru yang memiliki karakter baik akan mampu menjadi teladan
yang baik pula bagi rekan dan peserta didiknya. Lumpkin (2008), menyatakan
bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan siswa mereka tentang bagaimana
keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Guru memiliki tanggung

10
jawab moral untuk mengarahkan karakter anak menjadi baik. Tidak lupa pula, guru
perlu memahami kodrat anak dan kodrat zaman di dalam mendidik peserta
didiknya. Tugas kita sebagai seorang pendidik selanjutnya adalah memahami benar
nilai-nilai yang diperlukan untuk menyiapkan karakter peserta didik di era
globalisasi ini.
Nilai dan peran guru adalah kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru
professional, Terdapat lima nilai yang harus terpatri dalam jiwa seorang Guru
Penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada
siswa.Selain nilai, seorang Guru penggerak harus mampu melaksanakan perannya
sebagai pendidik, peran tersebut meliputi pemimpin pembelajaran, menggerakkan
komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru,
dan mewujudkan kepemimpinan siswa
Dalam menumbuhkan nilai-nilai dan melaksanakan peran guru penggerak,
terdapat beberapa pihak yang harus terlibat dalam proses pembelajaran diantaranya
adalah:
 Orang tua atau wali siswa. Guru dapat meminta informasi dari orang tua atau
wali siswa terkait dengan bakat minat anak, kebiasaan di rumah, gaya belajar,
dsb.
 Dukungan kepala sekolah, diharapkan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah
berpihak kepada anak.
 Rekan sejawat. Semua guru melaksanakan proses pembelajaran yang berpihak
kepada anak, maka anak akan belajar dengan nyaman dan bahagia.
 Rekan seprofesi juga perlu dilibatkan dalam melaksanakan proses pembelajaran
yang berpihak kepada anak.
 Masyarakat sekitar adalah pihak yang juga harus dilibatkan dalam proses
pembelajaran karena anak bertempat tinggal di lingkungan masyarakat tersebut.
 Pemerintah dari tingkat desa hingga pusat merupakan pemangku kepentingan
 Pelaku industri untuk lebih memahami apa yang diperlukan anak dalam dunia
usaha/ industri

11
3. Merancang Aksi Perubahan
Sejak kurang dari satu dekade lalu, dunia mengalami perubahan yang ekstrim
karena perubahannya begitu cepat dan mampu mempengaruhi berbagai sendi
kehidupan baik perilaku individu, struktur sosial maupun praktek
berorganisasi.Dalam melihat dunia yang kian radikal ini, kita perlu belajar melihat
dengan jernih apa yang sungguh-sungguh bermakna buat kita sekarang dan dimasa
depan.
Derasnya perubahan saat ini membuat kita lupa akan makna, atau apa yangdunia
harapkan pada kita. Kita kadang melihat kembali makna hidup kita,harapan kita.
Padahal, harapan itu bagaikan bahan bakar untuk tetapberputarnya dunia seorang
manusia. Manusia yang memumpuk harapan berpeluang mencapai lebih optimal
dibandingkan dengan yang tidak mempunyai harapan.
Dari kenyataan empirik tersebut kemudian munculah pertanyaanmengenai
bagaimana kita sebagai Guru dapat mendesain lingkungan belajaryang
memungkinkan tumbuhnya siswa merdeka yang memiliki kemandirian danmotivasi
intrinsik yang tinggi? Maka atas pertanyaan itulah, guru perlu terus berlatih
meningkatkan kapasitas dirinya dalam memvisualisasikan harapan, menggandeng
sesama dan mentransformasikannya menjadi harapan bersama.
Dari sana, baru kemudian dilanjutkan dengan segala upaya gotong-royongyang
diperlukan demi pencapaian harapan bersama tersebut. Harapan kita adalah Visi kita.
Visi kita sebagai Guru adalah masa depan siswa kita. Masa depan siswa kita adalah
masa depan bangsa kita, Indonesia.
Sebagai Guru, kita memerlukan sebuah visi yang jelas menggambarkan seperti
apa layanan dan lingkungan pembelajaran yang perlu kita berikan pada murid kita.
Keyakinan kita atas visi itulah yang akan terus membuat kita terpacu untuk
melakukan peningkatan kualitas diri serta menguatkan kolaborasi di lingkungan
sekolah sehingga menjadi upaya perbaikan yang berkesinambungan.

12
Guru harus memiliki visi yang mengarah kepada perubahan, baik perubahan di
kelas atau perubahan di sekolah. Untuk mencapai perubahan tersebut guru perlu
mengenal pendekatan manajemen perubahan. Manajemen pendekatan perubahan
sering disebut sebagai Inkuiri Apresiatif (IA). IA menggunakan prinsip-prinsip utama
psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang
memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif
ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam
implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang
telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak
pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.  Strategi dalam
Implementasi pendekatan IA melalui metode BAGJA (Buat  pertanyaan, Ambil
pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi).Terdapat 5 (lima) tahap
dalam menjalankan Metode BAGJA yaitu:
1) Buat pertanyaan sebagai penentu arah atau tujuan perubahan yang akan kita
inginkan yang berkaitan dengan:
 Bagaimana meningkatkan kompetensi pedagogik guru, literasi dan numerasi
siswa?
 Bagaimana meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa?
 Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa dengan pembelajaran yang
berpihak kepada siswa?
 Bagaimana meningkatkan peran orang tua dalam pembelajaran?
2) Ambil pelajaran ini, dilakukan setelah pertanyaan utama disepakati. Bagian ini
akan menuntun mengambil pelajaran dari pengalaman individu atau kelompok
baik dalam unsur yang berbeda maupun sama
3) Gali mimpi bersama, dalam tahapan ini komunitas sekolah akan menggali mimpi
sebagai keadaan ideal yang diinginkan dengan digambarkan secara rinci melalui
sebuah narasi dan diperlukan pertanyaan-pertanyaan pemandu seperti:
 Bagaimana kompetensi ideal yang harus dimiliki guru dalam proses
pembelajaran?

13
 Sumber daya apa yang akan disediakan dalam menunjang kegiatan literasi
dan numerasi?
 Apakah keberagaman siswa menjadi masalah atau tantangan dalam
pembelajaran?
4) Jabarkan rencana untuk mencapai gambaran yang diinginkan. Tahapan ini akan
mengidentifikasi tindakan yang diperlukan dan mengambil keputusan-keputusan.
Ketika perencanaan awal kita perlu membuat pertanyaan-pertanyaan untuk
membantu penyusunan rencana agar lebih konkret, seperti:
 Siapa yang akan melakukan apa, bagaimana, dan kapan?
 Bagaimana mengukur kemajuan dan melanjutkan langkah?
 Bagaimana agar setiap orang dalam komunitas sekolah dapat secara informal
melakukan improvisasi dan kontribusi membantu terwujudnya perubahan?
 Apa langkah-langkah kecil yang diperlukan?
 Apa langkah besar (inovatif, terobosan, berani) untuk memperbesar
terwujudnya perubahan?
5) Atur Eksekusi, tahapan ini membantu transformasi rencana menjadi nyata.
Diperlukan pertanyaan yang dapat membantu memutuskan peran
dan kesepakatan – kesepakatanpelaksanaan seperti:
 Siapa yang akan terlibat mewujudkan rencana-rencana?
 Bagaimana mereka mengomunikasikan dan melaporkan kemajuan?
Kepada siapa?
 Siapa yang akan bertanggungjawab, siapa yang akan
menindaklanjuti/memberikan umpan balik suatu laporan?
 Siapa yang akan memonitor batas waktu?
4. Analisis masalah berbasis kekuatan
Langkah awal dalam melakukan analisis masalah berbasis kekuatan yaitu
mengidentifikasi kekuatan dari dalam diri dan luar yang dapat mendukung
penyelesaian permasalahan di satuan Pendidikan. Identifikasi kekuatan dengan

14
melakukan pemetaan kekuatan untuk dapat mengakomodir keterlibatan dari berbagai
faktor di satuan pendidikan.
Berdasarkan pendekatan inkuiri apresiatif, aset atau sumber kekuatan yang dapat
dimanfaatkan untuk mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan permasalahan.
Oleh karena itu, penting untuk membuat pemetaan kekuatan untuk (1) mendistorsikan
kelemahan/masalah, (2) Daya dukung mencapai Visi, (3) Refleksi hasil yang sudah
dicapai, (4) Alat perencana pengembangan/Tindak lanjut. Komponen yang diperlukan
dalam melakukan pemetaan kekuatan adalah (1) Peserta didik, (2) tenaga
pendidik/kependidikan, (3) sarana prasarana, (4) Jaringan Internal.

15
BAB III
PENUTUP

1. Refleksi
Program Pendidikan guru penggerak sangat bermanfaat untuk guru sebagai
pemimpin pembelajaran dalam merancang merdeka belajar sehingga dapat
melakukan perubahan terhadap proses pembelajaran yang berpihak pada siswa dan
meningkatkan kualitas Pendidikan di SMP Negeri 6 Batui selain itu pula Pendidikan
Guru Penggerak dapat meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin
pembelajaran.
Menambah pengetahuan dan pemahaman pemimpin pembelajaran tentang
pengembangan sekolah yang berbasis asset serta proses pembelajaran dan
peningkatan kompetensi pendidik. Karena guru yang bermutu dapat menghasilkan
peserta didik yang berprestasi.
Implementasi pendidikan guru penggerak dalammerencanakan praktik baik yang
dilakukan penulis banyak sekali manfaat dan pengalaman serta tantangan yang
dihadapi. Tantangan yang dihadapi adalah saat berkoordinasi dengan kepala sekolah,
dan rekan kerja yang belum optimal karena masih memiliki persepsi dalam
menyelesaikan masalah berbasis masalah bukan berbasis kekuatan yang dimiliki
untuk mendistorsikan permasalahan, sehingga perlu dilakukan secaraintensif dan
memberikan keyakinan untuk menyelesaikan permasalahan berbasis kekuatan yang di
miliki sekolah.
Pemetaan kekuatan dapat bermanfaat sebagi upaya meningkatkan pencapaian
kualitas dan kuantitas kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan guru. Profesi
guru harus memiliki dan menguasai perencanaan, pelaksanaan proses pembelajaran
dan melakukan penilaian proses pembelajaran baik penilaian diagnostik, formatif dan
sumatif. Kompetensi guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai
merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selain komponen

16
guru, komponen lain seperti peserta didik, jaringan internal dan sarana prasarana
sangat menentukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
Hasil dari kegiatan analisis materi berbasis masalah pada pendidikan Pendidikan
Profesi Guru (PPG) yang relevan dengan pendidikan guru penggerak secara substansi
dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Pada hakekatnya guru memiliki potensi besar dalam menjalankan tugasnya
“menuntun” siswa melalui kegiatan pengembangan kompetensi guru
b. Dalam pendekatan inkuiri apresiatif (IA) analisis permasalahan berbasis
kekuatan yang dimiliki sekolah dengan mengakomodir keterlibatan berbagai
faktor di sekolah
c. Pemetaan kekuatan sangat penting dalam mendistorsikan permasalahan, daya
dukung untuk mencapai tujuan, merefleksikan hasil yang sudah dicapai, dan
menjadi alat dalam melakukan pengembangan atau tindak lanjut
d. Komponen yang dibutuhkan dalam melakukan pemetaan kekuatan seperti peserta
didik, pendidik/tenaga kependidikan, kepala sekolah, jaringan internal seperti
komite/orang tua, komunitas praktisi dan sarana prasarana
e. Hasil dari identifikasi pemetaan kekuatan dapat dimanfaatkan untuk melakukan
kegiatan perencanaan pengembangan/tindak lanjut
2. Tindak Lanjut
Dari hasil refleksi sebagai upaya umpan balik maka perlu dilakukan perencanaan
pengembangan/tindak lanjut secara berkesinambungan, upaya perencanaan
pengembangan/tindak lanjut yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil kegiatan identifikas/pemetaan kekuatan untuk menyelesaikan
masalah maka rencana kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan
inkuiri apresiatif (IA) melalui Metode BAGJA secara kolaboratif dengan
stokeholder untuk menentukan rencana aksi dalam menyelesaikan permasalahan
terkait dengan kompetensi, literasi dan numerasi dari kekuatan yang di miliki
sekolah

17
b. Rencana aksi yang dipilih direncanakan melalui metode inkuiri apresiatif (IA)
sebagai metode perubahan berbasis kolaboratif dalam menyusun/merancang
perencanaan proses pembelajaran yang berpihak kepada siswa dan program
sekolah yang berdampak pada siswa.

18
DAFTAR PUSTAKA

- https://sites.google.com/guru.sma.belajar.id/adetaufikkurahman/home
- https://sites.google.com/guru.sma.belajar.id/portofoliotakur/home
- https://sites.google.com/guru.sma.belajar.id/website-taufik76/home
- https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/09/indonesia-resmi-miliki-guru-
penggerak-kini-pemimpin-pembelajaran-semakin-merdeka
- https://lms20-gp.simpkb.id/course/view.php?id=178&sectionid=10352
- https://wordpress.com/home/adetaufikkurahman.wordpress.com

19
LAMPIRAN

Gambar 1. Hasil Kesepakatan Kelas

20
Gambar 2. Essay Kesepakatan Kelas

21
Gambar 3. Membangun Budaya Positif di Sekolah

22
Gambar 4. Pemetaan Kekuatan

23
Gambar 5. Mengenali Dan Menumbuhkan Potensi Para Murid

24
Gambar 6. Infografis Pemikiran KHD

25

Anda mungkin juga menyukai