Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN II

DESAIN PEMBELAJARAN INOVATIF

OLEH

Nama : I Made Surada, S.Pd


NIM : 1210223134
Bidang Studi : Ilmu Pengetahuan Alam

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
KOTA GORONTALO
JUNI 2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Syaloom
Salam Sejahtera
Namo Budaya
Salam Kebajikan
Om Suastyastu
Om Awignamastu Nama Sidham, Om Sidhirastu Tad Astu Swaha
(Om Sanghyang Widhi Wasa, semoga atas perkenan-Mu, tiada suatu
halangan bagi hamba memulai pekerjaan ini dan semoga berhasil baik)
Pertama mari kita panjatkan puji syukur kehadapan ida Sanghyang widhi
wasa (Tuhan Yang Maha Esa) atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga saya
bisa menyelesaikan laporan ini dan dapat tersusun dengan baik
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih atas bantuan panitia PPG LPTK
Universitas Negeri Gorontalo (UNG) tahun 2023 yang telah banyak memberikan
dukungan dan semangat, sehingga laporan saya ini dapat menambah pengalaman
bagi saya dan pembaca tentang mekanisme penulisan laporan 2 PPG dalam
jabatan di Universitas Negeri Gorontalo (UNG) khususnya mahamurid lulusan
guru pengerak
Akhir kata sebagai penyusun tugas laporan ini, saya menyadari bahwa
susunan laporan saya in masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran
yang bersifat membangun saya harapkan demi perbaikan di masa yang akan
dating
Semoga tugas laporan ini membawa berkah dan informasi yang
bermanfaat kepada pembaca sekalian
Om Santih, Santih, Santih Om (Semoga damai dihati, damai di dunia,
damai selamanya)
Paraili, 23 Juni 2023
Penyusun

I Made Surada, S.Pd

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
RINGKASAN ................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kegiatan ...................................................................... 1
B. Tujuan Kegiatan ................................................................................... 1
C. Manfaat Kegiatan ................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Desain Pembelajaran Inovatif .............................................................. 4
B. Pembelajaran inovatif........................................................................... 4
C. Pembelajaran Berdeferensiasi ............................................................. 5
D. Sosial Emosional .................................................................................. 8
E. Coaching .............................................................................................. 9
F. Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran…………. 10
G. Kepemimpinan Dalam Pengembangan Sumber Daya ......................... 14

BAB III PENUTUP


A. Refleksi ................................................................................................ 17
B. Tindak Lanjut ....................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
( Lampiran Dokumen Kegiatan )

iii
RINGKASAN
Laporan 2 desain pembelajaran inovatif merupakan rencana dan aksi yang
akan dilakukan sebagai solusi alternative terhadap hasil analisis permasalahan
yang sering terjadi di sekolah, permasalahan yang dipilih pada inkuiri apresiatif
(IA) melalui metode BAGJA sebagai upaya meningkatkan kompotensi guru
dalam mengakomodir proses pembelajaran sesuai kebutuhan murid sehingga
laporan ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Merancang perubahan pembelajaran yang berpihak pada murid melalui
peningkatan kompotensi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) berdiferensiasi dan pembelajaran social emosional
2. Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di SMP Negeri 3 Topoyo
dalam pembelajaran di kelas
3. Melatih guru dalam kegiata coaching dengan metode TIRTAdalam
usaha pembelajaran yang berpihak pada murid
Dalam laporan 2 desain pembelajaran inovatif yang dilakukan merupakan
portopolio dari pendidikan guru penggerak yang penulis ikuti yaitu program yang
yang bertujuan untuk penerapan merdeka belajar dalam upaya meningkatkan
kompotensi guru di SMP Negeri 3 Topoyo, kabupaten mamuju tengah, sebagai
tolok ukur kegiatan tercermin pada perubahan pembelajaran yang berpihak pada
murid melalui meningkatkan kompotensi guru dalam menyusun RPP
berdiferensiasi dan social emosional serta pelatihan coaching dilakukan dengan
cara:
1. Adanya kesepakatan dengan pihak sekolah, kepala sekolah, guru mata
pelajaran dalam melakukan perubahan yang akan berdampakpada
murid melalui pembelajaran berdeferensiasi dan social emosional
2. Terwujudnya pembelajaran yang kreatif inovatif, dan menyenangkan,
berbobot yang berpihak pada murid dengan berbagai keberagamannya
3. Terwujudnya pembelajaran murid yang mengakomodir kebutuhan
murid , kesiapan belajar, minat, bakat dan gaya belajar murid sehingga
akan dapat meningkatkan hasil belajar murid

iv
4. Penerapan pembelajaran berdeferensiasi dan social emosional dapat
meningkatkan kompotensi guru serta kreatifitas, inovasi dan
modifikasi pembelajaran
5. Dengan coaching guru dapat mendiagnosa kebutuhan murid dalam
proses pembelajaran
6. Tersusunnya rencana pelaksanaan pembelajaran berdeferensiasi pada
semua mata pelajaran
Desain pembelajaran adalah suatu prosedur sistematis yang terdiri dari
beberapa komponen menjadi satu kesatuan yang saling terkait dan mempengaruhi
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu secara konsisten dan teruji.
Desain pembelajaran inovatif adalah merupakan sebuah persiapan
pelaksanaan pembelajaran yang mana dituangkan dalam sebuah perencanaan dan
menerapkan unsur unsur pembelajaran abad 21. Selain itu desain pembelajaran
inovatif dalam hal ini di maknai sebagai aktivitas persiapan pelaksanaan
pembelajaran
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal
(common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan
murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut terkait dengan kurikulum yang
memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan dengan jelas
Pembelajaran social emosional (PSE) adalah pembelajaran yang berisisi
keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk bertahan dalam masalah
sekaligus memiliki kemampuan memecahkanna, juga untuk mengajarkan mereka
menjadi anak yang berkarakter baik
ICF mendefinisikan coaching, sebagai suatu bentuk kemitraan antara
seorang pendamping (coach) bersama dengan klien (coachee) untuk mengali dan
memaksimalkan potensi pribadi yang dimiliki melalui proses yang menstimulasi
dan mengekplorasi pemikiran dan proses kreati.
Guru adalah seorang pemimpin pembelajaran, pamong yang diibaratkan
seorang petani yang menyemai benih. Agar benih tersebut bias tumbuh subur
diperlukan perawatan yang baik, demikian juga murid. Guru bertanggungjawab
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki murid. Sebagaimana seorang petani

v
yang menyemai benih untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga setiap
keputusan guru akan berpengaruh pada masa depan murid.
Guru sebagai pengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran
seyogyanya kita dapat memaksimalkan pemanfaatan sumber daya dalam
ekosistem sekolah dalam mewujudkan visi dan misi sekolah. Dalam
Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya (aset) dengan pendekatan berbasis
kekurangan/masalah dan pendekatan berbasis aset kekuatan dengan cara:
1. Pengambilan keputusan adalah suatu kompotensi atau skill yang harus
dimiliki oleh guru dan harus berlandaskan pada filosofi KHD yang
dikaitkan dengan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran
2. Pengambilan keputusan berdasarkan budaya positif dan menggunakan alur
BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan positif, kondusif, aman
dan nyaman (wellbeing)
3. Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus
memiliki kesadaran penuh (mindfullnes) untuk mengantarkan muridnya
menuju profil pelajar pancasil

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menjadi guru di abad 21 tidaklah mudah, Guru dituntut untuk
senantiasa berinovasi. Hal ini untuk melakukan adaptasi dalam
mendampingi peserta didik, untuk perkembangan yang optimal. Oleh
karena itu pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan adalah melakukan
proses pembelajaran berdeferensiasi. Hal ini dilakukan dengan harapan
mampu melayani pembelajaran tanpa melihat perbedaan yang ada pada
setiap murid atau sesuai karakteristik murid pada kelas yang diampu.
Langkah yang kami ambil pada proses selanjutnya adalah dengan
menerapkan teknik pembelajaran social emosional (PSE). Ini dilakukan
berdasar pada saat proses pembelajaran berlangsung ada beberapa murid
cenderung tidak focus pada saat pembelajaran, tehknik yang dipakai untuk
menghadapi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan pendekatan
kesadaran penuh (mindfullness) serta pembelajaran social emosional yang
berdasarkan kerangka CASEL (Colaboratif for academic, social, and
emotional learning)
B. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan dari pembelajaran berdeferensiasi adalah:
a. Menjalin hubungan yang harmonis antar guru dan murid
b. Membantu murid menjadi pelajar yang mandiri
c. Membantu semua murid dalam belajar
d. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar murid
e. Meningkatkan kepuasan guru
2. Tujuan dari pembelajaran social emosional adalah: Melatih
kompotensi social emosional murid sehingga akan tercapai
keseimbangan antara kompotensi akademik dan social emosional yang
akan mengantarkan mereka menjadi individu-individu yang selamat
dan bahagai dimasa depan
3. Tujuan dari coaching adalah: Upaya untuk mewujudkan visi misi
pendidikan Indonesia dalam upaya mewujudkan Indonesia maju yang
berdaulat.
4. Secara umum profil kompotensi guru pengerak yang ingin dicapai dari
modul ini adalah:
a. Mampu melakukan pengambilan keputusan berdasarkan prinsip
pemimpin pembelajaran
b. Mampu menyadari dan menggunakan prinsip moral dalam
pengambilan keputusan
c. Mampu menerapkan strategi untuk menghindari adanya isu kode
etik kepemimpinan sekolah dan konflik kepentingan
d. Mampu melakukan prktik keputusan yang berdasarkan pemimpin
pembelajaran
e. Mampu mengidentifikasi jenis-jenis paradigm dilemma etika yang
dihadapi sendiri atau orang lain
f. Memilih dan memahami 3 prinsip yang dapat dilakukan untuk
membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan
g. Menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan
yang diambil dalam dilemma pengambilan keputusan
5. Sebagai pemimpin pembelajaran yang mampu memetakan 7 aset yang
dimiliki oleh sekolah dalam setiap kegiatan baik dikelas, lingkungan
sekolah maupun di lingkungan masyarakat. sebagai pemimpin
pembelajaran seorang guru harus mampu memberdayakan kekuatan
asset yang dimiliki dengan membangun lingkungan belajar yang
berpusat pada murid , merencanakan dan melaksanakan proses belajar,
memimpin refleksi dan perbaikan kualitas proses belajar serta
melibatkan orang ta sebagai pendamping dan sumber beljar lainnya.
Tindakan ini akan menjadi budaya positif sekolah, sehingga mampu
menuntun bertumbuhnya karakter murid yang positif, yaitupeserta
didik yang mandiri, focus pada masa depan yang akan dicapai dengan

2
menggunakan segala kekuatan positif yang dimilikinya sehingga dapat
menentukan keputusan yang tepat dan dapat dipertangungjawabkan
C. MANFAAT
Sekolah dan guru pengerak berkolaborasi dalam aksi nyata yang
direncanakan, kegiatan aksi nyata yang dilaksanakan berdampak pada
murid, melalui pembiasaan sehari-hari demi mewujudkan komunikasi
yang baik dengan orang tua murid
Pada saat pembelajaran, guru mampu megembalikan murid pada
marwah yang sebenarnya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
diharapkan, meskipun harus dilakukan secara berulang. Hakikat
pembelajaran dapat tercapai dengan melaksanakan pembelajaran yang
inovatif, dimana guru harus berinovasi dalam pembelajaran tanpa
mengurangi atau menghilangkankemampuan guru dalam mengajar dengan
menggunakan media atau desain pembelajaran, tanpa mengurangi
kebermaknaan pembelajaran itu sendiri. Adapun manfaat adalah sebagai
berikut:
1. Menggerakan komunitas sekolah
2. Menjadi pengajar praktik bagi guru lain
3. Mendorong guru melakukan coaching dengan rekan sejawat
maupun murid
4. Membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antara guru
5. Mengambil kepuusan dalam pembelajaran
6. Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong ekosistem
pendidikan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. DESAIN PEMBELAJARAN
Menurut Smith & Ragan (1999), rancangan atau desain pembelajaran
adalah proses sistematis dalam mengartikan prinsip belajar dan
pembelajaran ke dalam pedoman untuk bahan dan aktivitas pembelajaran
Kemudian menurut Gagne, Briggs, dan Wager (1992) desain
pembelajaran adalah penyiapan kondisi eksternal peserta didik secara
sistematis yang menggunakan pendekatan sistem guna meningkatkan mutu
kinerjanya.
Sejalan dengan itu, Reiser (2002) mengatakan bahwa desain
pembelajaran berbentuk rangkaian prosedur sebagai suatu sistem untuk
pengembangan program pendidikan dan pelatihan secara konsisten dan
teruji.
Dick & Carey (2005) menegaskan desain pembelajaran mencakup
seluruh proses yang di laksanakan dengan pendekatan sistem. Pendekatan
sistem itu sendiri meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi,
dan evaluasi.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa desain
pembelajaran adalah suatu prosedur sistematis yang terdiri dari beberapa
komponen menjadi satu kesatuan yang saling terkait dan mempengaruhi
untuk mencapai tujuan pembelajaran secara konsisten dan teruji.
B. PEMBELAJARAN INOVATIF
Pembelajaran inovatif adalah program pembelajaran yang langsung
memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh kelas berdasarkan
kondisi kelas. Sehingga, program pembelajaran inovatif akan mampu
meningkatkan mutu pemebelajaran, sekolah, dan pendidikan di Indonesia.
Desain pembelajaran inovatif adalah merupakan sebuah persiapan
pelaksanaan pembelajaran yang mana dituangkan dalam sebuah
perencanaan dan menerapkan unsur unsur pembelajaran abad 21. Selain

4
itu desain pembelajaran inovatif dalam hal ini di maknai sebagai aktivitas
persiapan pelaksanaan pembelajaran
Dalam desain pembelajaran inovatif ada beberapa unsur yang menjadi
acuan kita sebagai guru yang inovatif yaitu:
1. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
2. Adanya kolaborasi antara guru dengan peserta didik
3. Kompetensi Abad 21 atau 4C (Comunication, Collaboration, Critical
Thinking, Creativity)
4. Berorientasi pada High Order Thingking Skill (HOTS)
5. TPACK (Technology Pedagogical and Content Knowledge).
6. Berbasis pada STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and
Mathematics)
7. Kemampuan Literasi
C. PEMBELAJARAN BERDEFERENSISASI
Sebagai guru penggerak yang sudah memperoleh pengetahuan tentang
pembelajaran diferensiasi maka hal pertama yang saya lakukan adalah
bincang ringan rekan sejawat tentang hal-hal yang harus dipersiapkan
sebelum melakukan pembelajaran berdiferensiasi. Saya juga melakukan
konsultasi dengan kepala sekolah, untuk mendapatkan atau memperoleh
petunjuk. Melaksanakan tes diagnostik awal dan menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi. Saya menyusun instrumen tes diagnosis
awal yang terdiri atas instrumen tes diagnostik kognitif dan tes diagnostik
non kognitif untuk tes diagnostik kognitif berupa soal yang berkaitan
dengan topik materi yang akan diajarkan.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang
mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai
dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Dalam
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan
yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran
berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan

5
atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran
yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar.
Ciri-ciri atau kerekteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain;
lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar, kurikulum memiliki
tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian
berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid,
dan manajemen kelas efektif.
Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, hal yang harus
dilakukan oleh guru adalah:
1. Melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek,
yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid (bisa
dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survey
menggunakan angket, dll)
2. Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil
pemetaan (memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi,
maupun cara belajar)
3. Mengevaluasi dan erefleksi pembelajaran yang sudah berlangsung.
Pemetaan kebutuhan belajar merupakan kunci pokok kita untuk dapat
menentukan langkah selanjutnya. Jika hasil pemetaan kita tidak akurat
maka rencana pembelajaran dan tindakan yang kita buat dan lakukan akan
menjadi kurang tepat. Untuk memetakan kebutuhan belajar murid kita juga
memerlukan data yang akurat baik dari murid, orang tua/wali, maupun dari
lingkungannya. Dukungan dari orang tua dan murid untuk memberikan
data yang lengkap dan benar sesuai kenyataan yang ada. Tidak ditambahi
dan juga tidak dikurangi. Orang tua dan murid harus jujur ketika guru
melakukan pemetaan kebutuhan belajar, baik melalui wawancara, angket,
survey. Terdapat tiga strategi diferensiasi diantaranya:
1. Diferensisasi Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid.
Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadapa kesiapan,
minat, dan profil belajar murid maupun kombinasi dari ketiganya.

6
2. Diferensiasi Proses mengacu pada bagaimana murid akan
memahami atau memaknai apa yang dipelajari. Diferensiasi proses
dapat dilakukan dengan cara:
a. Menggunakan kegiatan berjenjang
b. Meyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan yang perlu
diselesaikan di sudut-sudut minat,
c. Membuat agenda individual untuk murid Mengembangkan
kegiatan bervariasi
3. Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus
ditunjukkan murid kepada kita (karangan, pidato, rekaman,
diagram) atau sesuatu yang ada wujudnya. Produk yang diberikan
meliputi 2 hal:
a. Memberikan tantangan dan keragaman atau variasi,
b. Memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat
mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan.
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi akan memberikan dampak
bagi sekolah, kelas, dan terutama kepada murid. Setiap murid memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, tidak semua murid bisa kita beri
perlakuan yang sama. Jika kita tidak memberikan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan murid maka hal tersebut dapat menghambat murid untuk bisa
maju dan berkembang belajarnya. Dampak dari kelas yang menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi antara lain; setiap orang merasa disambut
dengan baik, murid dengan berbagai karakteristik merasa dihargai, merasa
aman, ada harapan bagi pertumbuhan, guru mengajar untuk mencapai
kesuksesan, ada keadilan dalam bentuk nyata, guru dan murid
berkolaborasi, kebutuhan belajar murid terfasilitasi dan terlayani dengan
baik. Dari beberapa dampak tersebut diharapkan akan tercapai hasil belajar
yang optimal.
Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi tentunya kita akan
mengalami berbagai tantangan dan hambatan. Guru harus tetap dapat

7
bersikap positif, Untuk tetap dapat bersikap positif meskipun banyak
tantangan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi adalah:
1. Terus belajar dan berbagi pengalaman dengan teman sejawat lainnya
yang mempunyai masalah yang sama dengan kita (membentuk
Learning Community)
2. Saling mendukung dan memberi semangat dengan sesama teman
sejawat.
3. Menerapkan apa yang sudah kita peroleh dan bisa kita terapkan
meskipun belum maksimal.
4. Terus berusaha untuk mengevaluasi dan memperbaiki proses
pembelajaran yang sudah diterapkan
C. PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
Pembelajaran sosial emosional adalah proses pembelajaran yang
dimulai dengan pembentukan kesadaran dan kontrol diri serta kemampuan
dalam berkomunikasi. Hal ini penting diberikan kepada anak didik agar
mereka mampu bertahan dan sekaligus dapat mengatasi setiap
permasalahan sosial emosional yang dialaminya.
Pembelajaran ini dapat dilakukan dengan cara latihan berkesadaran
penuh (mindfulness). Salah satu latihan diri yang dapat digunakan adalah
dengan teknik STOP, yaitu: S: Stop (berhenti sejenak), T: Take a deep
break (menarik nafas dalam), O: Observe (Mengamati apa yang terjadi
pada tubuh, pikiran dan perasaan). P: Proceed (Lanjutkan).
Dalam menumbuhkan dan mengembangkan pembelajaran sosial
emosional tersebut, ada lima kompetensi dasar yang dapat dikembangkan,
yaitu: 1. Kesadaran diri; 2. Pengelolaan diri; 3. Kesadaran sosial (Empati);
4. Keterampilan sosial (Resiliensi) dan 5. Pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab.
Sedangkan ruang lingkup pembelajaran sosial emosional yang dapat
diterapkan dalam ekosistem pendidikan di sekolah adalah: 1. Kegiatan
Rutin (di luar waktu belajar akademik, misalnya: kegiatan ekskul,
perayaan hari besar, kegiatan sekolah, apel pagi, kerja bakti, senam

8
bersama, membaca bersama, pelatihan, dsb); 2. Terintegrasi dalam mata
pelajaran (Diskusi, penugasan, kerja kelompok); 3. Protokol (Menjadi
budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan
diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekolah untuk
merespon situasi atau kejadian tertentu.
Dampak penerapan KSE (Kompetensi Sosial Emosional) tersebut,
tidak hanya pada kesuksesan diri seseorang dalam akademik yang lebih
baik, namun juga memberikan pondasi yang kuat bagi seseorang untuk
dapat sukses dalam berbagai dimensi kehidupan mereka di luar akademik
(CASEL ORG). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
sosial emosional dapat dilatih dan ditumbuhkembangkan di luar
pembelajaran, terintegrasi dalam pembelajaran dan menjadi budaya atau
aturan sekolah sehingga dapat menciptakan well-being dalam ekosistem
pendidikan yang sejalan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara.
Melalui latihan kesadaran penuh secara konsisten dapat
menumbuhkan kesadaran diri, penghargaan terhadap perbedaan dan
empati, pemahaman diri dan orang lain, serta kemampuan dalam
menghadapi berbagai tantangan dengan karakteristik yang berbeda-beda.
Jika melihat hal di atas, maka dapat dikatakan pembelajaran sosial dan
emosional merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif
oleh seluruh komunitas sekolah, yang memungkinkan anak dan orang
dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.
D. COACHING
Coaching adalah sebuah praktik dimana seorang coach membantu
individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dan potensi maksimal
mereka. Sebagai sebuah profesi, coaching telah berkembang pesat dalam
beberapa tahun terakhir dan menjadi semakin populer di sektor
pendidikan.
Coaching dalam pendidikan merupakan praktik dimana seorang coach
membantu seorang guru atau murid untuk mencapai tujuannya dalam

9
pendidikan. Coaching dalam pendidikan juga dapat membantu murid
dalam mengatasi masalah atau hambatan dalam belajar dan meningkatkan
performa akademik mereka.
Coaching memiliki perbedaan dari beberapa penerapan bimbingan
seperti mentoring dan konseling. Perbedaannya tampak dari cara
penerapan seperti pada mentoring yang identik pada pelaksanaan dengan
tujuan yang berbeda yakni membagikan pengalamannya untuk membantu
mentee. Sedangkan dalam konseling, seorang ahli (konselor) membantu
langsung konseli. Implementasi coaching tidakah membantu secara
langsung akan tetapi mengarahkan coachee untuk menyelesaikan
masalahnya sendiri dan memaksimalkan potensinya.

Tahapan TIRTA yang terdiri dari menentukan Tujuan, Identifikasi


masalah, Rencana aksi, serta penerapan hidup dengan Tanggungjawab atas
rencana aksi yang sudah dikemukakan sebelumnya adalah metode
yang sering digunakan dalam coaching. Metode ini dikembangkan dari
model coaching sangat terkenal yaitu GROW yang merupakan singkatan
dari Goal (tujuan), Reality (kenyataan), Option (pilihan) dan Will
(keinginan).

E. PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN


PEMBELAJARAN
Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru dalam mengambil
sebuah keputusan hendaknya sebijak mungkin dengan memperhatikan
segala aspek, serta merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh
sekolah, sehingga bisa dijadikan rujukan atau teladan bagi seluruh warga
sekolah. Hal ini sejalan dengan semboyan patrap triloka Ing Ngarso sung
tulodho.
Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru dalam mengambil
keputusan juga membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk
menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil,
karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh
kepentingan para pemangku kepentingan. Hal ini akan memberi semangat
serta motivasi guru untuk selalu berkarya dan berinovasi (Ing Madyo
Mangun Karso) memberikan yang terbaik bagi pendidikan yang secara

10
tidak langsung memberi semangat juga bagi warga sekolah terutama
peserta didiknya.
Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dengan
segala kompetensi kesadaran diri (selfawareness), pengelolaan diri
(selfmanagement), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan
berhubungan sosial (relationship skills) akan mewujudkan Tut wuri
handayani dengan memberikan dorongan secara moril maupun materiil
bagi semua warga sekolah tak terkecuali murid-muridnya.
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita berpengaruh kepada prinsip-
prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Nilai-nilai
yang tertanam dalam diri kita secara kodrati sebagai makhluk tuhan bahwa
segala perilaku dan perbuatan kita sekecil apapun akan
dipertanggungjawabkan kelak diakhirat. Kaitannya sebagai seorang
pendidik, nilai kejujuran, integritas, bisa diajarkan melalui pengamalan
dan keteladan pada murid-murid kita. Selain itu, pengamalan ajaran-ajaran
dari Tuhan akan membawa kebaikan bagi kita dan orang lain yang sejalan
dengan nilai-nilai kebajikan universal.
Dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pendidik, guru juga harus
memiliki keterampilan coaching. Keterampilan ini sangat membantu
dalam menguji pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah
keputusan-keputusan yang kita ambil berbasis etika, sesuai visi misi
sekolah yang berpihak pada murid, budaya positif, serta nilai-nilai yang
dianggap penting dalam sebuah institusi, sehingga prinsip-prinsip dasar
yang menjadi acuan juga akan lebih jelas. Keterampilan coaching juga
dibutuhkan guru untuk mengoptimalkan potensi serta bakat dari setiap
anak didiknya.
Dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang
tepat yaitu pengambilan keputusan berbasis etika, sesuai visi misi,
berpihak pada murid, budaya positif serta nilai-nilai penting dalam sebuah
institusi, sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan jelas
dalam mewujudkan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman

11
sehingga tercipta profil pelajar pancasila. Dengan memetakan 4 paradigma
dilema etika yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan,
kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang.
Pengambilan keputusan juga berpegang pada 3 prinsip pengambilan
keputusan yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan,
dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dipadukan dengan 9 langkah
pengambilan keputusan: Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan,
Menentukan siapa saja yang terlibat, Mengumpulkan fakta-fakta yang
relevan, Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji
regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola,
Pengujian paradigma benar lawan benar, Prinsip Pengambilan Keputusan,
Investigasi Opsi Trilemma, Buat Keputusan, Tinjau lagi keputusan Anda
dan refleksikan
Dalam pengambilan keputusan yang melibatkan dilema etika dan
bujukan moral mengalami kesulitan. Kesulitan dalam pengambilan
keputusan terkait dilema etika diantaranya disebabkan oleh nilai-nilai dan
budaya masyarakat yang terkadang terasa kabur ketika dihadapkan pada
nilai dan budaya yang lain. Paradigma berpikir dari semua warga sekolah
serta masyarakat lingkungan sekolah yang terkadang terpengaruh kodrat
zaman. Terlebih lagi ditengah arus globalisasi di segala bidang terutama
teknologi yang sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat sekarang ini.
Sebagai seorang pendidik, guru harus memiliki keterampilan
pengambilan keputusan yang baik. Kaitannya dalam lingkup sekolah
terutama sebagai pemimpin pembelajaran baik di kelas maupun di luar
kelas, guru dalam mengambil keputusan hendaknya memerdekakan murid-
muridnya. Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang
tepat yaitu pengambilan keputusan berbasis etika, sesuai visi misi berpihak
pada murid, budaya positif serta nilai-nilai yang dianggap penting dalam
sebuah institusi sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan
jelas yang mewujudkan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan

12
nyaman sehingga bakat dan potensi dalam diri siswa bisa tercapai secara
optimal hingga tercipta profil pelajar pancasila.
Pengambilan keputusan yang tepat dan bijak sebagai pemimpin
pembelajaran akan sangat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya. Seorang guru ketika mengambil sebuah keputusan akan
menjadi pembelajaran bagi setiap muridnya. Keputusan-keputusan itu
akan menjadi teladan serta memotivasi dan mendukung potensi murid.
Dan pada akhirnya membawa pengalaman yang sedikit banyak
mempengaruhi cara berfikir mereka kelak. Setiap keputusan yang dibuat
seorang guru dalam pembelajaran akan memaksimalkan potensi setiap
anak atau sebaliknya. Sehingga keberhasilan seorang guru bukan hanya
mengajarkan kecerdasan kognitif melainkan kecerdasan social- emosional
serta spiritual secara menyeluruh. Hal ini sesuai dengan filososi Ki Hajar
Dewantara bahwasanya maksud pendidikan itu adalah menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia, maupun anggota masyarakat. (Ki Hadjar Dewantara, 1936,
Dasar-dasar Pendidikan, hal. 1, Paragraf 4)
Menurut Ki Hadjar Dewantara, hakikat pendidikan adalah sebagai
usaha untuk menginternalisasikan nilai-nilai budaya ke dalam diri anak,
sehingga anak menjadi manusia yang utuh baik jiwa dan rohaninya. Untuk
mencapai kebebasan berpikir dengan merdeka belajar, guru senantiasa
selalu berinovasi dalam menyajikan pembelajaran dengan mandiri, berani
dan percaya diri sesuai nilai dan peran guru penggerak agar pembelajaran
berpusat pada anak. Sehingga anak secara aktif menemukan dan
mengembangkan potensinya. Mampu berpikir secara luas dan bebas
dipadukan dengan esensialisme yang memegang teguh budaya namun
guru tetap memberi keteladan sesuai nilai dan peran guru penggerak (Ing
Ngarso Sung Tuladha), ditengah selalu memberi semangat dan motivasi
serta berkarya dan berinovasi (Ing Madyo Mangun
Karso) dibelakang memberi dorongan (Tut wuri handayani).

13
Dalam menyajikan pembelajaran berdiferensiasi terintegrasi social-
emosional, guru juga harus memiliki keterampilan coaching. Keterampilan
coaching ini membekali guru dalam proses pengambilan keputusan. Dalam
proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan
kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self
management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan
berhubungan sosial (relationship skills). Sehingga proses pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan
berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. kompetensi self awarness, self
management, sosial awarness dan relationship skills akan membantu guru
mengambil sebuah keputusan terkait permasalahan dilema etika maupun
bujukan moral dengan sebuah keputusan yang bijak melalui pemetaan 4
paradigma dilema etika dan pengambilan keputusan dengan 3 prinsip serta
menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran sehingga keputusan-keputusan yang diambil berbasis etika,
sesuai visi misi sekolah yang berpihak pada murid, budaya positif, serta
nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi, sehingga prinsip-
prinsip dasar yang menjadi acuan juga akan lebih jelas. Pada akhirnya
akan membentuk generasi dengan profil pelajar pancasila

F. KEPEMIMPINAN DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA


Dalam melaksanan perannya sebagai pemimpin pembelajaran saya
berusaha mengali potensi, memetakan aset dan memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki dengan maksimal. Nilai Sekolah sebagai sebuah
ekosistem merupakan bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang
hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling
berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan
yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik
akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama
lainnya seperti pengawas, kepala sekolah, guru, staf tenaga kependidikan,
murid, orang tua dan masyarakat sekitar.Selain itu, faktor-faktor abiotik

14
yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses
pembelajaran diantaranya keuangan dan sarana/prasarana.
Seorang guru harus mampu melakukan pemetaan (mapping) sumber
daya yang dimiliki oleh suatu sekolah untuk meningkatan kualitas
pembelajaran yang berpihak kepada murid. Melalui pemetaan itu, guru
dapat mengidentifikasi dan memanfaatkan segala sumber
daya/kekuatan/potensi yang ada secara efektif dan efisien. Secara umum
ada dua pendekatan dalam pengembangan sebuah komunitas, yaitu
pendekatan berbasis masalah/kekurangan (deficit-based thinking) dan
pendekatan berbasis aset/kekuatan (asset-based thinking) yang
dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer.
Dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya sebaiknya sekolah
sebagai sebuah komunitas lebih menekankan pada Pendekatan Komunitas
Berbasis Aset (PKBA). Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset
building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku
ini disebut sebagai modal utama, yaittu modal manusia, modal social,
modal fisik, modal lingkungan alam, modal finansial, modal politik serta
modal agama dan budaya.
Dalam implementasi modul pemimpin dalam pengelolaan sumber
daya sekolah, seorang pemimpin pembelajaran harus mampu bersinergi
dengan semua pihak yang ada di sekolah baik dewan guru, staff, siswa,
orang tua, dan masyarakat sekitar sekolah untuk dapat secara bersama-
sama menginventarisasi segala sumber daya (aset) yang dimiliki sekolah
dan menjadikannya sebagai kekuatan yang dimiliki oleh sekolah untuk
dikelola dan dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah.
Berkaitan dengan dengan nilai guru penggerak, seorang pemimpin
pembelajaran harus mampu menerapkan nilai-nilai guru penggerak seperti
mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid dalam
mengelola sumberdaya untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak
kepada murid sehingga tercipta murid yang memiliki profil pelajar

15
Pancasila yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kebhinekaan global, bergotong
royong, serta kreatif.
Pemimpin harus mampu menyusun visi dan misi yang jelas, terarah
dan tentunya berpijak pada sumber daya sekolah serta berpihak kepada
murid. Melalui penerapan Inkuiri Apresiatif dengan tahapan BAGJA (Buat
pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi bersama, Jabarkan
rencana dan Atur eksekusi), seorang pemimpin akan dapat melakukan
perubahan sekolah berbasis sumber daya yang akan menggerakkan warga
sekolah untuk melakukan perubahan positif. Perubahan positif yang
dilakukan secara konsisten akan melahirkan budaya positif (positive
cultures) yang pada hakekatnya adalah pembiasaan karakter baik di
sekolah.
Potensi-potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh siswa dapat kita
kembangkan lebih jauh lagi dengan memperhatikan aspek sosial emosional
siswa. Sebagai seorang pemimpin kita harus memahami sisi sosial
emosional siswa, sehingga ketika ada siswa kita yang mengalami
permasalahan maka kita akan dapat memberikan layanan berupa coaching
untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan
menggali potensi-potensi yang dimiliki siswa untuk dapat dikembangkan.
Dengan demikian siswa akan dapat berkembang secara maksimal.
Dalam pengelolaan sumber daya dibutuhkan kemampuan seorang
pemimpin yang memegang aturan, dan tetap mempertimbangkan
kepedulian dan hasil. Untuk itu perlu diperhatikan apa yang menjadi
prinsip pemikiran, paradigma pengambilan dan keputusan itu diuji melalui
9 langkah sebagaimana dibahas modul sebelumnya. Pengambilan
keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada lingkungan yang nyaman,
aman, positif, dan kondusif.

16
BAB III
PENUTUP
A. REFLEKSI
Setelah proses pembelajaran yang dilakukan saya melakukan refleksi
Refleksi bertujuan untuk mengetahui keberhasilan program yang
dilaksanakan yaitu program yang berdampak pada murid dilingkungan
sekolah, khususnya SMP Negeri 3 Topoyo, kecamatan topoyo kabupaten
mamuju tengah, provinsi Sulawesi barat adapun refleksi yang dilakukan
meliputi:
1. Adanya umpan balik dalam pelaksaanaan program dari kepala
sekolah, rekan sejawat, murid, dan orang tua dengan tujuan untuk
mendapatkan respon , masukan, saran, kritik, demi kebaikan
program berikutnya
2. Memahami pentingnya social emosional, dalam menghadapi
berbagai perbedaan karakter murid, guru dan warga di lingkungan
sekolah
3. Melaksanakan social emosional dalam keadaan apapun, karena
setiap manusia memang tidak pernah lepas dari masalah,
pengendalian social emosional secara personal, hal iu akan sangat
berarti jika rasa social dan emosional diutamakan
4. Dengan pengendalian emosional dalam upaya untuk memecahkan
masalah dalam berbagai kegiatan di sekolah
5. Praktik coaching dapat menumbuh kembangkan kemampuan atau
memunculkan kelebihan seseorang yang selama ii terpendam yang
belum disadari terutama oleh murid dalam kegiatan pembelajaran
6. Ikut berperan dalam penanganan masalah yang dihadapi pada
sebuah analisa kebutuhan pelayanan pendidikan untuk ditindak
lanjuti pada komunitas pendidikan secara khusus dan masyarakat
secara umum

17
7. Memiliki ketrampilan dalam pembelajaran yaitu membangun
dasar proses coaching, keteramplian memfasilitasi pembelajaran,
semua perlu diolah dan diasah lebih lanjut
8. Belum semua guru menerapkan proses coaching, yang secara
keilmuan itu benar, selama ini proses coaching yang dilakukan
sekedar atas dasar empati dan kepedulian serta benar secara
subyektif
9. Belum ada ruang, waktu dan kesempatan untuk menggali lebih
dalam meningkatkan keterampilan dasar seorang coach. Dan
sangat jarang ditemukan apalagi di dunia pendidikan sangat jarang
mengadakan pelatihan
10. Perbedaan yang paling besar adalah ketika melakukan analisis 9
langkah pengambilan keputusan. Dengan menggunakan langkah
pengambilan keputusan, hasil dari keputusan tersebut dapat
diminimalisir yang bisa berdampak kerugian yang lebih besar.
B. TINDAK LANJUT
Setiap program yang telah selesai dilaksanakan akan dilakukan refleksi,
refleksi dilakukan guna menghitung atau menganalisa hasil program,
apakah tujuannya sudah tercapai, apa hambatannya, apa kekuatannya,
setelah dilakukan refleksi maka akan dilakukan proses rencana tindak
lanjut(RTL). Hal ini dilakukan karena RTL merupakan salah satu
jaminan keberlangsungan dan keberlanjutan program. Dengan adanya
RTL akan lebih memudahkan implementasi program kedepannya. Bukan
saja terkait bentuk-bentuk program lanjutan melainkan juga bentuk-
bentuk intervensi pihak lain untuk menyelengarakan program sejenis.
Membutuhkan perencanaan yang matang untuk bisa menyusun RTL
yang baik sesuai program berdasarkan potensi dan kekuatan yang
dimiliki. Selain itu membutuhkan juga pertimbangan aset yang telah
dimiliki dan yang akan dikembangkan. Termasuk didalamnya adalah
sumber daya manusia sebagai aset utama untuk koordinasi dan

18
kolaborasi. Berdasarkan hal tersebut diatas berikut beberapa RTL yang
akan dilaksanak setelah mengikuti guru pengerak
1. Melakukan refleksi akhir program pendidikan guru penggerak.
Tujuan kegiatan ini adalah untukmengetahui kekuatan dan kelemahan
yang harus diperbaiki baik secara pribadi maupun secara kelompok
selama mengikuti program, kegiatan dilakukan melalui umpan balik
dari kepala sekaloh, rekan sejawat, murid, orang tua/wali murid,
selain itu juga diisi dengan diskusi-diskusi informal dengan rekan
sejawat dalam komunita praktisi
2. Melakukan sosialisasi program pendidikan guru penggerak bagi
komunitas praktisi didaalam dan diluar sekolah, untuk bersama-sama
tergerak, bergerak dan menggerakan. Sosialisasi yang dilakukan
menyangkut garis besar pengalaman dan praktik baik selama
mengikuti kegiatan pendidikan guru penggerak angkatan 5 kabupaten
mamuju tengah, menyebarluaskan pemahaman dan pengetahuan
lainnya terkait pembelajaran berpusat pada murid
3. Meningkatkan kompotensi pendidik dan tenaga kependidikan dalam
komunitas praktisi sekolah melalui pelatihan terkait IT (Ms office,
google sites, blog, video pembelajaran, canva for education)
bertujuan untuk mempersiapkan sekolah dalam menghadapi era
digital yang pada akhirnya berdampak pada murid, program
dilaksanakan dalam bentuk pelatihanMengelola program yang
berdampak pada murid di tingkat sekolah, terutama terkait literasi
berdiferensiasi, yang bertujuan untuk meningkatkan kepemimpinan
murid dalam literasi berdeferensiasi di kelas dan di sekolah. Kegiatan
ini didahului dengan penguatan kepada wali kelas dalam
implementasi literasi berdeferensiasi
4. Menyelengrakan pelatihan computer bagi murid tujuannya
mempersiapkan murid dalam pemanfaatan computer sebagai
persiapan mengikuti asesmen nasional berbasis computer(ANBK)
dan meningkatkan kompotensi kecakapan siswa pada alat-alat digital

19
5. Mensosialisasikan pembelajaran berdeferensisasi dan social
emosional. Tujuannya adalah terselenggaranya pembelajaran
berdeferensiasi dan social emosinal di sekolah kegiatan dilaksanakan
dalam bentuk pelatihan pembuatan rpp berdiferensiasi dan social
emosional
6. Mengembangkan budaya positif literasi dalam bentuk kesepakatan
kelas di sekolah. Tujuannya adalah untuk agar budaya positif
kesepakatan kelas dapat dilaksanakan disemua kelas yang ada
disekolah. Dilaksanakan penguatan terhadap wali kelas
7. Mengembangkan pengelolaan kelas yang menyenangkan bagi murid
dalam proses pembelajaran. Tujuan meningkatkan kualitas
pembelajaran yang berpusat pada murid, kegiatan dilakukan dalam
bentuk penguatan wali kelas dan guru mata pelajaran dalam
menciptakan kelas yang menyenangkan.
8. Mengembangkan kegiatan coaching di tingkat kelas, MGMP mini,
MGMP, komunitas praktisi, tujuannya untuk menumbuhkan mindset
anggota kelas, MGMP Mini, MGMP, dan komunitas praktisi melalui
penyusunan program kerja disekolah. Kegiatan yang dilaksanakan
dalam bentuk rencana kerja tahunan komunitas praktisi disekolah.
9. Pertemuan dengan komunitas praktisi sekolah dan sekitarnya guna
membahas program-program lain yang berdampak pada murid
sekolah. Tujuan untuk memetakan bentuk program berdampak pada
murid yang dapat dilaksanakan di sekolah. Kegiatan dilaksanakan
dalam bentuk diskusi secara intensif dan ritin dengan komunitas
praktisi sekolah
10. Melakukan sosialisasi kiprah sekolah kepada komunitas luar sekolah
masyarakat, dan orang tua murid, tujuannya untuk menyebarluaskan
kemajuan yang dialami sekolah kepada masyarakat luas, kegiatan
dilaksanakan dalam bentuk pembuatan brosur sekolah atau secara
daring melalui media social

20
Demikian RTL, yang akan dilaksanakan ke depan, RTL yang disusun
bersifat jangka panjang dan berkelanjutan. Pelaksanaan masing-masing
program disesuaikan dengan situasi dan kondisi disekolah. Sebelum
implementasi RTL. Terlebih diperlukan koordinasi dengan kepala
sekolah dan kolaborasi dengan rekan sejawat. Tujuan agar semua
program tindak lanjut dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk
mengantisipasi kemungkinan munculnya resiko dalam pelaksanaan RTL.
Perlu menyusun manajemen resiko

21
DAFTAR PUSTAKA

1. https://lms24-gp.simpkb.id/mod/page/view.php?id=255803
2. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian,
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Tahun 2022. Paket Modul 1
Paradigma dan Visi Guru Penggerak.
3. Imrantululi.net/berita/detail/menjadi-guru-penggerak-dan-modul-guru-
penggerak-edisi-terbaru-2022
4. Sekolah penggerak kemdikbud.go.id. pendidikan guru pengerak, diakses
pada 22 Juni 2023,
https://sekolah.pengerak.kemdikbud.go.id/gurupenggerak/
5. Estu miyarso, 2019 Modul 4. Perancangan pembelajaran inovatif
6. Sagala, Syaiful. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
7. Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasikan
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
8. Pribadi, Benny A. 2011 model desain system pembelajaran. Jakarta: dian
rakyat
9. Blog https://wijayalabs.com

22
LAMPIRAN
https://drive.google.com/file/d/1NoVeUJgB5YHm1LE9jeyzxT8ka1rUfRrR/view?
usp=drive_link (coaching)
https://drive.google.com/file/d/1tGvDSru7AuSc42-
Yo1voVStoM7_RS6_M/view?usp=sharing
https://lms24-gp.simpkb.id/mod/page/view.php?id=255803
https://docs.google.com/document/d/1wckv6OIyU1qSxp1CC6SYeOoRI13bUUN
c/edit?usp=sharing&ouid=113470556623818048647&rtpof=true&sd=true
https://drive.google.com/file/d/1KJ7OEOTAikzlXA6YX0FxS93_FLJvY8UD/vie
w?usp=sharing
https://docs.google.com/presentation/d/1cLva8-
Nq_J9o_WaDjUf7YW0v9csGBRjX/edit?usp=sharing&ouid=1134705566238180
48647&rtpof=true&sd=true
https://drive.google.com/file/d/1z_32zTVdp2c_8h4FXtexIaKdA25sLjnP/view?us
p=sharing
https://drive.google.com/file/d/1sISziNMSoRLEWPC1XbkGgHSQK8SwTBAe/v
iew?usp=sharing
https://docs.google.com/document/d/1oYCcAR0Ws8rPwPKADw5Kx2ByuXi8Q
PEP/edit?usp=sharing&ouid=113470556623818048647&rtpof=true&sd=true
(RPP Berdiferensiasi)

23

Anda mungkin juga menyukai