Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN 2

DESAIN PEMBELAJARAN INOVATIF

PERAN GURU PENGGERAK DALAM MENDESAIN PEMBELAJARAN


INOVATIF MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
YANG MEMUAT KOMPETENSI SOSIAL DAN EMOSIONAL

FITRIANA AIDA, S.Pd


NIM. 1210223154
ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
KOTA GORONTALO
JUNI 2023
KATA PENGANTAR

Bismillah, Alhamdulillah, Shollallohu’ala Sayyidina Muhammad SAW.


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga tugas laporan
ini dapat tersusun dengan baik. Sholawat beserta Salam tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam
yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Saya mengucapkan terima kasih juga atas bantuan dosen pembimbing PPG
Guru Penggerak rombel IPA-04 Dr. Ritin Uloli, M.Pd, panitia PPG LPTK
Universitas Negeri Gorontalo (UNG) selaku penyelenggara dan rekan-rekan PPG
dalam jabatan Universitas Negeri Gorontalo (UNG) tahun 2023 yang telah banyak
memberikan dukungan dan semangat.
Harapan saya semoga Tugas Laporan ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca tentang mekanisme pelaksanaan PPG Daljab di
Universitas Negeri Gorontalo (UNG).
Akhir kata, sebagai penyusun tugas laporan ini, saya ucapkan banyak
terima kasih kepada Ibu Luluk Ayunning Dyah selaku Fasilitator dan juga kepada
Bapak Hadi Purwandi sebagai Pengajar Praktik, yang selalu bersabar dan ikhlas
untuk memberikan bimbingan dan arahan selama 9 bulan mendampingi dalam
Program Pendidikan Guru Penggerak. Tidak lupa juga kepada Pengawas, Kepala
Sekolah, Komite Sekolah dan rekan Guru di SDN 1 Landasan Ulin Tengah yang
tiada hentinya selalu mendukung saya serta seluruh warga sekolah.
Semoga tugas laporan ini membawa keberkahan dan memberikan
informasi yang bermanfaat kepada semua insan pendidikan khususnya dan
masyarakat luas pada umumnya. Aamiin.

Banjarbaru, 27 Juni 2023

Penyusun

Fitriana Aida

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................1


DAFTAR ISI ....................................................................................................................2
DAFTAR TABEL ............................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................4
RINGKASAN ...................................................................................................................5
BAB I ................................................................................................................................7
PENDAHULUAN ............................................................................................................7
A. Latar Belakang .........................................................................................................7
B. Tujuan Kegiatan ......................................................................................................8
C. Manfaat Kegiatan.....................................................................................................8
BAB II ...............................................................................................................................9
PEMBAHASAN ...............................................................................................................9
A. Pembelajaran Berdiferensiasi .................................................................................9
B. Pembelajaran Sosial dan Emosional .....................................................................10
C. Coaching .................................................................................................................12
D. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran ................................13
E. Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya .........................................14
BAB III ...........................................................................................................................16
PENUTUP ......................................................................................................................16
Refleksi............................................................................................................................16
Tindak lanjut ..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................18
LAMPIRAN ...................................................................................................................18

2
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan anatara Coaching, Mentoring dan Konseling……………….12
Tabel 2.2 Perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan
berbasis aset …………………………..…………………………………………14

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pembelajaran Sosial dan Emosional Berbasis Kesadaran Penuh.......10


Gambar 2.2 Hubungan Mindfulness dan Kompetensi Sosial Emosional (Hawkins,
2011)……..............................................................................................................11

4
RINGKASAN
Program Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan
kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini
meliputi Pelatihan Daring, Lokakarya, Konferensi, dan Pendampingan Individu
selama 9 bulan bagi calon Guru Penggerak. Selama program, Guru Penggerak tetap
menjalankan tugas mengajarnya sebagai guru. Pertimbangan dan penetapan
Kemendikbudristek mengenai Program Guru Penggerak sudah tertuang dalam
Peraturan Mendikbudristek Republik Indonesia Nomor:26 tahun 2022.
Pendidikan Guru Penggerak bertujuan untuk menghasilkan Profil Guru
Penggerak, sebagaimana dimaksud merupakan Guru yang memiliki kemampuan
untuk (1) merencanakan, melaksanakan, menilai, dan merefleksikan pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan murid saat ini dan dimasa depan berbasis data, (2)
berkolaborasi dengan orang tua, rekan sejawat, dan komunitas praktisi untuk
mengembangkan visi, misi, dan program satuan pendidikan, (3) mengembangkan
kompetensi secara mandiri dan berkelanjutan berdasarkan hasil refleksi terhadap
praktik pembelajaran, dan (4) menumbuh kembangkan ekosistem pembelajaran
melalui olah rasa, olah karsa, olah raga dan olah pikir bersama dengan rekan sejawat
dan komunitas praktisi secara sukarela.
Pembelajaran berdiferensiasi berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar
murid dan guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Murid akan menunjukkan
kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan
dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Jika tugas-
tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat),
dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara
yang mereka sukai (profil belajar).
Pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh adalah upaya
untuk menciptakan ekosistem sekolah yang mendorong bertumbuhnya budi pekerti,
selain aspek intelektual. Lewat pembelajaran sosial dan emosional murid diajak
untuk menyadari, melihat, mendengarkan, merasakan, mengalami berbagai
pengalaman belajar yang dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

5
Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu
‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat
memperbaiki lakunya. Keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk
menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan
kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dalam proses
coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam
memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak
kehilangan arah dan membahagiakan dirinya.
Keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemban salah satu tugas
tersulit, yaitu mengambil suatu keputusan yang efektif. Keputuan-keputusan ini
secara langsung atau tidak langsung bisa menentukan arah dan tujuan institusi atau
lembaga yang dipimpin, yang tentunya berdampak kepada mutu pendidikan yang
didapatkan murid-murid.
Sekolah wajib membangun ekosistem yang dapat merangsang kreativitas
untuk menunjang keberhasilan tujuan pendidikan. Keberhasilan sebuah proses
pembelajaran sangat tergantung pada cara pandang sekolah melihat ekosistemnya:
apakah sebagai kekuatan atau sebagai kekurangan.

6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru Penggerak merupakan episode kelima dari rangkaian kebijakan
Merdeka Belajar yang diluncurkan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi (kemendikbudristek) dan dijalankan melalui Direktorat Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK). Program Guru Penggerak ini bertujuan
untuk menyiapkan para pemimpin pendidikan Indonesia masa depan, yang mampu
mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif, dan proaktif dalam
mengembangkan guru disekitarnya untuk mengimplementasikan pembelajaran
yang berpusat pada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem
pendidikan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. (Direktorat Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan, 2021:1).
Struktur program Pendidikan Guru Penggerak pada modul 2 tentang
pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial dan emosional, coaching,
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, dan kepemimpinan dalam
pengembangan sumber daya. Disetiap akhir sub modul guru penggerak diminta
untuk melaksanakan aksi nyata di dalam kelas.
Program PPG dalam jabatan bertujuan menghasilkan guru sebagai pendidik
professional yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
berilmu, adaptif, kreatif, inovatif, dan kompetitif dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik. (Perdirjen tentang petunjuk teknis Program Profesi Guru dalam Jabatan
2021).
Guru Penggerak membuat laporan yang berkaitan dengan materi mata
kuliah yang kedua Pendidikan Profesi Guru (PPG) yaitu desain pembelajaran
inovatif. Guru penggerak akan mengaitkan ilmu pengetahuan dan aksi nyata yang
sudah dilaksanakan pada saat mengikuti Pendidikan Guru Penggerak dengan materi
mata kuliah Pendidikan Profesi Guru (PPG).

7
Guru Penggerak dapat mengaitkan materi pada modul 2 ketika menganalisis
masalah dan memecahkan masalah dalam pembelajaran di kelas agar apa yang telah
dipelajari dapat menjadi aksi nyata di kelas.

B. Tujuan Kegiatan
1. Mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodasi
kebutuhan belajar murid yang berbeda.
2. Menerapkan pembelajaran sosial dan emosional dalam lingkup kelas,
lingkungan sekolah, dan komunitas.
3. Mampu melakukan praktik komunikasi memberdayakan sebagai
keterampilan dasar seorang pendidik yang menerapkan pendekatan
coaching.
4. Mampu melakukan pengambilan keputusan berdasarkan prinsip pemimpin
pembelajaran.
5. Menggunakan sumber daya sekolah secara efektif untuk meningkatkan
kualitas belajar.
C. Manfaat Kegiatan
1. Peserta didik, pembelajaran menjadi bermakna dengan pembelajaran
berdiferensiasi yang memuat kompetensi social emosional sehingga tercipta
murid yang berkarakter Profil Pelajar Pancasila.
2. Guru Penggerak, menjadi teladan dalam melakukan praktik-praktik reflektif
dalam pembelajaran bagi komunitas pendidik di lingkungan sekitarnya.
3. Rekan guru, berkolaborasi dalam memecahkan permasalahan dalam
pembelajaran di kelas dengan menerapkan materi coaching.
4. Sekolah, memetakan kekuatan atau aset yang dimiliki satuan pendidikan
dapat memajukan mutu pendidikan di sekolah.

8
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Berdiferensiasi
Menurut Thomlinson (2001:45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah
usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi
kebutuhan belajar individu setiap murid.
George (dalam Ajeng Gelora Mastuti, 2022) berpendapat bahwa
pengajaran yang beragam dan ruang kelas yang heterogen membantu peserta didik
mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk situasi kehidupan nyata, baik sekarang
maupun di masa yang akan datang, menciptakan peran dan hubungan baru, dan
menghasilkan pembelajaran yang signifikan yang bermakna secara pribadi, dapat
ditransfer dan tahan lama.
Menurut Marlina (2020), pembelajaran berdiferensiasi pada dasarnya
terdiri dari dua tahap: menilai tingkat kesulitan dan kesesuaian rencana pelaksanaan
pembelajaran yang dilaksanakan dan memodifikasi, mengadaptasi, atau membuat
desain pembelajaran baru sebagai respon terhadap kebutuhan, minat, dan preferensi
belajar peserta didik.
Pembelajaran berdiferensiasi dirancang oleh guru dengan melihat
kebutuhan belajar murid di kelas. Guru dapat menetapkan kebutuhan belajar murid
dengan observasi, kuisioner ataupun wawancara. Sehingga guru mempunyai data
kebutuhan belajar murid sebelum merancang pembelajaran berdiferensiasi.
Aksi nyata yang penulis lakukan adalah merancang RPP berdiferensiasi
dengan sebelumnya mengumpulkan data kebutuhan belajar murid terlebih dahulu.
Berdiferensiasi yang saya lakukan bertahap dimulai dari diferensiasi produk
terlebih dahulu. Barulah kemudian dalam satu RPP memuat diferensiasi konten,
proses, dan produk. Dengan pembelajaran berdiferensiasi kebutuhan belajar murid
dapat terpenuhi.

9
B. Pembelajaran Sosial dan Emosional
Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan
secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini
memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.
(Daniel Goleman).
Menurut Mcgrath & Noble, 2011, murid yang memiliki tingkat well-being
yang optimum memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi
akademik yang lebih tinggi, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki
ketangguhan (daya lenting/resiliensi) dalam menghadapi stress dan terlibat dalam
perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab.

Gambar 2.1 Pembelajaran Sosial dan Emosional Berbasis Kesadaran Penuh


Menurut Hawkins (2017), latihan kesadaran penuh (mindfulness) dapat
membangun keterhubungan diri sendiri (self-awareness) dengan berbagai
kompetensi emosi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari.

10
Gambar 2.2 Hubungan Mindfulness dan Kompetensi Sosial Emosional (Hawkins,
2011)
Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk:
1. Memberikan pemahaman, penghayatan, dan kemampuan untuk mengelola
emosi (kesadaran diri).
2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan
membangun relasi)
5. Membangun keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab).

Aksi nyata yang penulis lakukan adalah mengajak siswa untuk berdoa
sebelum dan sesudah belajar untuk kompetensi sosial emosional kesadaran diri-
pengenalan emosi, meminta siswa untuk mendengarkan dan menghargai temannya
yang maju ke depan kelas untuk kompetensi sosial emosional kesadaran sosial-
keterampilan berempati, meminta siswa mengidentifikasi masalah yang diberikan
guru kemudian siswa menentukan apakah kasus yang diberikan tersebut benar/salah
untuk kompetensi sosial emosional pengambilan keputusan yang bertanggung
jawab, meminta siswa menuliskan perasaan yang dialami setelah melakukan
pembelajaran untuk kompetensi sosial emosional pengelolaan diri-mengelola
emosi.

11
C. Coaching
Sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada
hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atau performa kerja,
pengalaman hidup, pembelajaran hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan
pribadi dari coachee (Grant, 1999).
Kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya.
Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya
(Whitmore, 2003).
International Coach Federation (ICF) “… bentuk kemitraan bersama
klien (coachee) untuk mmaksimalkan potensi pribadi dan professional yang
dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan
proses kreatif.”
Tabel 2.1 Perbedaan anatara Coaching, Mentoring dan Konseling
No. Aspek Coachinh Mentoring Konseling
1. Tujuan Mengarahkan Membagikan Membantu konseli
coachee untuk pengetahuannya memecahkan
menyelesaikan untuk membantu masalahnya
masalahnya mentee
sendiri dan mengembangkan
memaksimalkan dirinya
potensinya
2. Hubungan Kemitraan yang Hubungan antara Hubungan antara
setara dan seseorang yang seorang ahli dan
coachee sendiri berpengalaman seseorang yang
yang mengambil dan yang kurang membutuhkan
keputusan. Coach berpengalaman. bantuannya.
hanya Mentor langsung Koselor bisa saja
mengarahkan memberikan tips langsung memberi
saja. Coachee lah bagaimana suatu solusi

12
yang membuat masalah atau
keputusan sendiri. mencapai sesuatu.
3. Keahlian Coach bisa saja Mentor adalah Konselor adalah
seseorang yang seseorang yang seseorang yang ahli
ahli, guru, teman berpengalaman dalam bidangnya,
atau rekan dalam bidangnya
sejawat.

Keterampilan coaching sebagai bentuk pendekatan komunikasi sebagai


seorang pendidik sehingga murid menjadi lebih terarah dan dapat menemukan
solusinya secara mandiri yang pada akhirnya dapat meningkatkan potensi mereka.
Aksi nyata yang penulis lakukan adalah memberikan coaching pada siswa yang
memiliki permasalahan dengan pembelajaran di kelas sehingga mereka
menemukan sendiri solusi dari permasalahan yang dihadapinya.

D. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran


Diane Gossen (1998) berpendapat bahwa bila kita ingin menumbuhkan
motivasi intrinsik dari dalam diri seseorang maka tumbuhkan pemahaman terhadap
nilai-nilai kebajikan universal.
Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi
dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain,
namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan.
Ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan
yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kiddler, 2009, hal
144) Ketiga prinsip tersebut adalah:
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir
2. Berpikir Berbasis Peraturan
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli
Smedes (1995), apabila kita ingin menganalisis apakah pilihan (keputusan)
kita benar adalah dengan cara mempertimbangkan apa yang akan terjadi

13
sesudahnya. Jika menurut pertimbangan bahwa sesuatu akan membuahkan hasil
yang baik, maka pilihan (keputusan) dapat dijalankan.
Aksi nyata yang dilakukan penulis adalah menerapkan 9 langkah
pengambilan keputusan dan pengujian keputusan ketika menghadapi situasi dilema
etika yang dihadapi. Melakukan pengimbasan materi pengambilan keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran kepada rekan sejawat.

E. Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya


Pendekatan berbasis aset (Aset-Based Thinking) adalah sebuah konsep
yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang
menekuni kegiatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini
merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal positif dalam
kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak
untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang
menjadi kekuatan ataupun potensi positif.
Tabel 2.2 perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan
pendekatan berbasis aset.
Berbasis pada
Berbasis pada aset
kekurangan/masalah/hambatan
Fokus pada masalah dan isu Fokus pada aset dan kekuatan
Berkutat pada masalah utama Membayangkan masa depan
Mengidentifikasi kebutuhan dan Berpikir tentang kesuksesan yang telah
kekurangan-selalu bertanya apa yang diraih dan kekuatan untuk mencapai
kurang? kesuksesan tersebut
Fokus mencari bantuan dari sponsor Mengorganisasikan kompetensi dan
atau instusi lain sumber daya (aset dan kekuatan)
Merancang program atau proyek untuk Merancang sebuah rencana
menyelesaikan masalah berdasarkan visi dan kekuatan
Mengatur kelompok yang dapat Melaksanakan rencana aksi yang sudah
melaksanakan proyek diprogramkan

14
Asset-Based Community Development (ABCD) yang disebut dengan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja
yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, dimana keduanya
adalah pendiri ABCD Institute di Nothwestern University. ABCD dibangun dari
kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota
komunitas, kekuatan perkumpulan local, dan dukungan positif dari lembaga lokal
untuk menciptakan kehidupan komunitas berkelanjutan (Kretzmann, 2010).
Menurut Green dan Haines (2002) dalam Aset Building and community
development, ada 7 aset utama atau modal utama yaitu: modal manusia, modal
sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, dan
modal agama serta budaya.
Aksi nyata yang penulis lakukan adalah emetakan sumber daya yang ada
di sekolah menggunakan tujuh aset/sumber daya berdasarkan pendekatan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (Aset-Based Community Development).

15
BAB III

PENUTUP

Refleksi
Materi dalam modul 2 Guru Penggerak memiliki kaitan dengan modul 2 yang ada
dalam PPG. Teori-teori yang ada dalam modul 2 PPG sesuai dengan apa yang
dibahas di modul 2 Guru Penggerak. Dimana permasalahan dalam pembelajaran di
kelas dapat dianalisis dan dicari pemecahan masalahnya dengan materi yang ada di
modul 2 Guru Penggerak dan Modul 1 PPG.

Materi pada modul 2 Guru Penggerak membahas:

1. Pembelajaran Berdiferensiasi
Penulis mempelajari bahwa dalam merancang pembelajaran berdiferensiasi
di kelas dengan memperhatikan ketiga aspek kebutuhan belajar murid yaitu
kesiapan belajar, minat murid, dan profil belajar murid agar pembelajaran
lebih bermakna.
2. Pembelajaran Sosial dan Emosional
Penulis mempelajari pembelajaran di sekolah harus dapat mendorong
tumbuh kembang murid secara holistik, baik aspek kognitif, fisik, sosial,
dan emosional
3. Coaching
Penulis mempelajari keterampilan coaching bisa mengoptimalkan sumber
daya yang ada. Proses Coaching yang berhasil akan memotivasi para murid
untuk menjadi lebih baik karena mereka merasakan potensi mereka tergali
dan berkembang seiring dengan proses dan hal dari coaching yang telah
dilakukan.
4. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
Penulis mempelajari keputusan-keputusan yang diambil di sekolah akan
merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah dan akan
menajdi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah.
5. Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya

16
Penulis mempelajari bahwa sekolah yang memandang semua yang dimiliki
adalah suatu kekuatan, tidak akan berfokus pada kekurangan juga
berpegang pada pemanfaatan aset yang dimilikinya,

Tindak lanjut
Beberapa tindak lanjut yang akan penulis lakukan kedepan adalah:

1. Melakukan refleksi dan evaluasi secara rutin terhadap kompetensi diri dan
kegiatan yang belum berkembang/berjalan dengan baik, kemudian dikaji
faktor penghambat serta mencari upaya perbaikannya.
2. Mengambil pelajaran dari setiap praktik baik/aksi nyata dari paket modul 2
yang telah berhasil dijalankan, sebagai kekuatan positif untuk
pengembangan diri menjadi lebih baik.
3. Aktif berkolaborasi bersama rekan sejawat untuk mendiskusikan berbagai
permasalahan di kelas yang ada kemudian dicari solusinya, serta membuat
berbagai prubahan positif di lingkungan kelas.
4. Terus meningkatkan kapasitas diri menjadi pendidik yang memiliki
paradigma dan visi sebagai seorang guru penggerak, dengan mengikuti
berbagai seminar maupun diklat.

17
DAFTAR PUSTAKA
Gossen, D. C. (2001). Restitution: Restructuring School Discipline. North Carolina:
Chapel Hill.
Grant, A.M. (1999). Enhancing performance through coaching: The promise of
CBT. Paper presented at the first State Conference of the Australian
Association of Cognitive Behaviour Therapy (NSW).
Hawkins, K. (2017). Mindful Teacher, Mindful school. Lonon:Sage Publication.
Kidder, R. M. (1995). How Good People Make Tough Choices Resolving the
Dilemmas of Ethical Living, USA: HarperCollins Publishers.
Kretzmann, J. P. (2010). Asset-based strategies for building resilient communities.
In. J. W. Reich, A. Zautra & J. S. Hall (Eds), Handbook of adult resilience.
New York: Guilford Press.
Marlina 2020, Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah Inklusif, Afifa
Utama, Padang.
Mastuti, AG, Abdillah, & Rumodar, M 2022, ‘Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Guru Melalui Workshop dan Pendampingan Pembelajaran Berdiferensiasi’,
Jurnal Masyarakat Mandiri, vol. 6, no. 5, hh. 3415-3425.
Tomlinson, C.A. (2001). How to Differentite instruction in mixed-ability classroom
2nd Ed. Alexandria, VA: ASCD.
Whitmore, L.J. (2002). The role of teacher as mentor. New Directions for Adult and
Continuing Education, 93.

18
LAMPIRAN

A. Pembelajaran Berdiferensiasi

B. Pembelajaran Sosial dan Emosional

19
C. Coaching

D. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

20
E. Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya

21

Anda mungkin juga menyukai