Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN 2

DESAIN PEMBELAJARAN INOVATIF

Oleh :

NAMA : FIRMAN KARISMA, S.Pd


NIM : 201699517532
BIDANG STUDI PPG : PENDIDIKAN IPA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
OKTOBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehairat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan
rahmatnya kepada penulis dalam menyelesaikan laporan 2 Desain Pembelajaran
Inovatif ini dengan baik. Sholawat dan salam yang tak terhingga terhadap junjungan
Nabi Muhammad SAW yang selalu memberikan teladan bagi kita semua.

Ucapan terimakasih yang tak terhingga untuk Panitia PPG LPTK


Universitas Sebelas Maret (UNS) selaku penyelenggara, Ibu Nurma Yunita
Indriyanti, M.Si,. M.Sc selaku Ketua Prodi S1 Pendidikan IPA sekaligus dosen
pengampu yang telah memberikan arahan penyusunan laporan ini, serta rekan –
rekan kelas 001 program studi Pendidikan IPA yang telah banyak memberikan
informasi dalam penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari pembuatan laporan ini masih jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Untuk itu, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan untuk pengembangan dan perbaikan
pembuatan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan bisa
menjadi referensi pengembangan kemajuan ilmu di bidang Pendidikan Indonesia.

Bengkayang, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

RINGKASAN ........................................................................................................ iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

1. Latar Belakang ............................................................................................. 1

2. Tujuan Kegiatan ........................................................................................... 2

3. Manfaat Kegiatan ......................................................................................... 3

BAB II ..................................................................................................................... 4

1. Pembelajaran Berdiferensiasi ....................................................................... 4

a. Diferensiasi Konten (input) ...................................................................... 4

b. Diferensiasi Proses ................................................................................... 4

c. Diferensiasi Produk (output) .................................................................... 5

2. Pembelajaran Sosial Emosional ................................................................... 5

3. Coaching ...................................................................................................... 7

4. Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran ......................... 8

5. Pemimpin Dalam Pengembangan Sumber Daya ........................................ 9

BAB III.................................................................................................................. 11

1. REFLEKSI ................................................................................................. 11

2. TINDAK LANJUT .................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

LAMPIRAN .......................................................................................................... 15

ii
RINGKASAN

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah suatu strategi maupun usaha guru


untuk mengakomodir semua kebutuhan belajar murid dengan melakukan
penyesuaian proses pembelajaran di kelas. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam
kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru
melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.
Seorang anak dapat mencapai potensi belajarnya dengan maksimal ketika
kebutuhan fisiknya terpenuhi dan merasa aman serta nyaman dari segi psikologis.
Pembelajaran sosial dan emosional (PSE) adalah metode pembelajaran yang
dilaksanakan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Melalu proses
kolaboratif ini, anggota sekolah, termasuk siswa dan orang dewasa, memiliki
kesempatan untuk memperoleh dan pengaplikasikan pengetahuan, keterampilan,
serta sikap positif terkait dengan aspek sosial dan emosional.
Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus
pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi
peningkatan atas perform kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan
pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003)
mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk
memaksimalkan kinerjanya.

Sebagai sebuah institusi moral, Sekolah merupakan sebuah replika dari


dunia yang berkontribusi pada pembentukan budaya, nilai – nilai, dan moralitas
dalam diri setiap siswa. Perilaku anggota komunitas sekolah dalam menerapkan
nilai – nilai yang dianut dan dianggap penting oleh sekolah adalah sebagai contoh
bagi siswa. Peran Kepala Sekolah sangat signifikan dalam menciptakan sekolah
sebagai lembaga yang mendorong moralitas. Dalam pengambilan keputusan, sering
kali kita berhadapan dengan prinsip – prinsip etika.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembelajaran merujuk pada proses interaksi yang terjadi antara peserta


didik, pendidik, dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Tujuan
dari pembelajaran adalah memberikan bantuan kepada peserta didik sehingga
mereka mendapatkan ilmu pengetahuan, penguasaan keterampilan,
pembentukan kebiasaan serta pembentukan sikap dan keyakinan yang positif.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah suatu rangkaian proses yang dirancang
untuk mendukung peserta didik dalam mencapai hasil belajar yang optimal.

Setiap murid yang duduk di kelas adalah individu – individu yang


berbeda dan unik, dalam hal ini dapat menjadi dasar dari praktik – praktik
pembelajaran yang kita lakukan di sekolah serta menjadi kerangka acuan saat
mengevaluasi praktik – praktik pembelajaran. Dengan adanya pembelajaran
berdiferensiasi, diharapkan bahwa setiap aspek dari pembelajaran dapat
memenuhi kebutuhan belajar murid – murid secara optimal, sehingga
memungkinkan murid – murid untuk mencapai tingkat kebahagiaan yang
setinggi – tingginya baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.

Pembelajaran sosial emosional berupaya untuk mencipakan lingkungan


dan pengalaman belajar yang menumbuhkembangkan lima kompetensi sosial
dan emosional antara lain kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial,
keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Pembelajaran lima KSE tersebut diharapkan dapat menciptakan murid – murid
yang memiliki karakter baik, kedisiplinan yang tinggi, berprilaku santun, jujur,
peduli, responsif, proaktif dan merangsang minat siswa untuk lebih menggali
pengetahuan dalam berbagai aspek, termasuk ilmu pengetahuan, sosial dan
budaya.

Selain menyiapkan sebagai pemimpin pembelajaran, program


pendidikan guru penggerak juga mempersiapkan guru untuk berperan sebagai

1
Kepala Sekolah. Dalam kapasitas sebagai Kepala Sekolah, supervisi akademik
adalah sebuah tanggung jawab yang tak terhindarkan. Sepervisi akademik ini
dilakukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pembelajaran selaras dengan
standar proses yang dijelaskan dalam Standar Nasional Pendidikan Pasal 12.
Standar ini mengamanatkan bahwa pelaksanaan pembelajaran, sebagaimana
yang tercantum dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b, yaitu : (1) Bersifat interaktif,
(2) Memberikan inspirasi, (3) Menjadikan pembelajaran sebagai pengalaman
yang menyenangkan, (4) Mengajak peserta didik untuk berpartisipasi secara
aktif, (5) mendorong motivasi peserta didik, (6) memberikan ruang yang
memadai bagi inisiatif, kreativitas, serta perkembangan pribadi yang sesuai
dengan potensi, minat, serta perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.

2. Tujuan Kegiatan

a. Proses pelayanan pembelajaran yang berdasarkan untuk memenuhi


kebutuhan belajar setiap murid, sehingga menciptakan kesetaraan belajar
dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki sesuai dengan kodratnya
b. Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) dapat meningkatkan pengetahuan
serta keterampilan yang bersikap positif bagi murid dan tenaga pendidikan
yang ada di sekolah.
c. Kegiatan coaching membantu murid, rekan sejawat, kepala sekolah dan
orang tua untuk menemukan solusi dari potensi dirinya terhadap
permasalahan yang dihadapi.
d. Tindakan pengambilan keputusan hendaknya memerdekakan murid-
muridnya, sehingga keputusan yang diambil didasarkan atas 4 paradigma, 3
prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan.
e. Kepemimpinan dalam pengembangan sumber daya untuk menggali potensi
yang dimiliki oleh sekolah dalam memanfaatkan sebaik-baiknya untuk
mengembangkan potensi setiap murid.

2
3. Manfaat Kegiatan

a. Pembelajatran berdiferensiasi dapat menjembatani kesenjangan belajar antara


murid yang berprestasi dengan yang tidak berprestasi, sehingga dapat
memaksimalkan potensi yang dimiliki.
b. Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) dapat membangun hubungan yang
baik dengan kepala sekolah, rekan sejawat, murid, dan orang tua murid serta
menanamkan rasa empati yang tinggi kepada murid.
c. Kegiatan coaching dapat membantu murid, rekan sejawat, kepala sekolah dan
orang tua untuk menemukan solusi dari potensi yang dimilikinya terhadap
permasalahan yang di hadapi.
d. Hasil dari pengambilan keputusan diharapkan dapat memerdekakan murid
bukan untuk kepentingan pribadi.
e. Pengembangan sumber daya yang dimiliki sekolah dapat menjadi penunjang
dalam mengembangkan sekolah sehingga menjadi karakteristik yang khas di
sekolah tersebut.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah suatu strategi maupun usaha guru


untuk mengakomodir semua kebutuhan belajar murid dengan melakukan
penyesuaian proses pembelajaran di kelas. Menurut Tomlinson (1999:14)
dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang
guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar
murid.
Pembelajaran berdiferensiasi mempunyai karakter yang unik, yaitu
pendekatan pembelajaran yang menitikberatkan pada kebutuhan individu
siswa, sementara peran pendidik adalah sebagai fasilitator yang memandu
peserta didik dalam proses belajar. Siswa memiliki variasi kemampuan yang
berbeda satu sama lain, sedangkan salah satu aspek penting dalam
pembelajaran diferensiasi adalah menghargai perbedaan dalam kemampuan
yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, pendidik
harus memperhatikan tiga elemen kunci selama proses pembelajaran di kelas (
Kusuma & Lutfah:2020) :

a. Diferensiasi Konten (input)


Diferensiasi konten melibatkan penyiapan materi pembelajaran yang sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa, mempertimbangkan kesiapan belajar
mereka, minat yang dimiliki, serta profil belajar individu siswa yang
mencakup kombinasi tiga aspek tersebut.

b. Diferensiasi Proses
Diferensiasi proses mencakup serangkaian kegiatan dalam proses
pembelajaran di kelas. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara
individu maupun dalam kelompok. Sebagai contoh, dalam konteks melukis
secara bebas, siswa dapat menjalankan tugasnya secara mandiri dengan

4
memberikan kebebasan dalam memilih objek dan warna sesuai preferensi
mereka. Dalam tugas individu ini, pendidik dapat menilai kemajuan siswa
secara individual. Selain itu, proses pembelajaranjuga dapat berlangsung
dalam konteks kelompok, seperti dalam permainan peran yang melibatkan
dialog dan interaksi antara peserta didik.

c. Diferensiasi Produk (output)


Diferensiasi produk merujuk pada penilaian hasil belajar yang diukur
melalui produk yang dihasilkan oleh peserta didik sebagai indikator
pencapaian mereka dalam pembelajaran.

Implementasi pembelajaran berdiferensiasi yang penulis lakukan di


sekolah yaitu mengadakan asesmen diagnostik yang melibatkan psikolog untuk
berkolaborasi dalam melakukan pemetaan terkait kemampuan, minat serta
gaya belajar siswa. Setelah itu merancang pembelajaran mulai dari modul ajar,
media ajar, LKPD hingga lembar refleksi siswa. Pada saat implementasi
pembelajaran berdiferensiasi, penulis menerapkan ketiga elemen yang pertama
yaitu diferensiasi Konten, dimana penulis menampilkan video pembelajaran
untuk memenuhi gaya belajar audio dan visual, selain itu penulis juga
menyiapkan media permainan untuk membantu murid – murid yang memiliki
gaya belajar kinestetik. Kedua, penulis menerapkan diferensiasi proses dimana
penulis membebaskan siswa untuk memilih cara melajar yang mereka ingini
untuk memahami materi tersebut. Ketiga, produk yang dihasilkan peserta didik
sesuai kemampuan serta minat maupun bakat yang mereka miliki masing –
masing.

2. Pembelajaran Sosial Emosional

Seorang anak dapat mencapai potensi belajarnya dengan maksimal ketika


kebutuhan fisiknya terpenuhi dan merasa aman serta nyaman dari segi
psikologis. Pembelajaran sosial dan emosional (PSE) adalah metode
pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas
sekolah. Melalu proses kolaboratif ini, anggota sekolah, termasuk siswa dan

5
orang dewasa, memiliki kesempatan untuk memperoleh dan pengaplikasikan
pengetahuan, keterampilan, serta sikap positif terkait dengan aspek sosial dan
emosional. Hal ini bertujuan untuk :

a. Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)


b. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (Pengelolaan diri)
c. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
d. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan
berelasi)
e. Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan
yang bertanggung jawab)

Ada 5 kompetensi sosial emosional yaitu (Caesilia, dkk;2020) :

a. Kemampuan kesadaran diri mencakup kapasitas individu untuk


mengidentifikasi dan memahami perasaan, emosi, serta nilai – nilai pribadi
mereka, serta bagaimana faktor – faktor tersebut mempengaruhi prilaku
individu dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.
b. Kemampuan manajemen diri merujuk pada kapabilitas individu dalam
mengelola emosi, pemikiran dan perilaku mereka secara efektif dalam
berbagai situasi, dengan tujuan mencapai sasaran dan aspirasi yang telah
ditetapkan.
c. Kemampuan kesadaran sosial adalah kemampuan individu untuk
memahami sudut pandang orang lain dan memiliki kemampuan untuk
berempati terhadap individu lain, termasuk mereka yang berasal dari latar
belakang, budaya dan konteks yang berbeda
d. Kemampuan berhubungan melibatkan kapasitas untuk membangun serta
menjaga hubungan interpersonal yang sehat dan mendukung.
e. Kemampuan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab mengacu
pada kapabilitas individu dalam membuat pilihan yang mendukung
perkembangan positif, berdasarkan pertimbangan etika, keamanan, serta
kemampuan untuk mengevaluasi konsekuensi dari berbagai tindakan dan

6
perilaku, baik untuk kesejahteraan diri sendiri, masyarakat, maupun
kelompok.

Dalam pembelajaran sosial emosional penulis menerapkan “moodku hari


ini” dimana setiap awal pembelajaran, penulis meminta peserta didik untuk
menggambarkan suasana hati mereka pada hari tersebut serta menuangkan ke
dalam gambar berupa emoticon serta menuliskan kalimat tentang perasaan
mereka. Setelah itu penulis menerapkan teknik STOP dengan mengajak murid
murid menarik nafas serta relaksasi agar murid merasa tenang dan nyaman
untuk mengikuti pembelajaran.

3. Coaching

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus


pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi
peningkatan atas perform kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan
pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003)
mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk
memaksimalkan kinerjanya.

Menurut Ki Hadjar Dewantara tujuan pendidikan adalah untuk


membimbing dan menuntun proses pertumbuhan serta perkembangan alamiah
setiap individu. Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk menguasai
keterampilan dalam membimbing. Dengan demikian potensi individu dapat di
tuntun untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya
baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Proses bimbingan ini
melibatkan interaksi pembelajaran antara pendidik dan peserta didik, dimana
peserta didik diberikan kebebasan untuk menemukan serta mengembangkan
potensi mereka. Pendidik berfungsi sebagai fasilitator yang memberikan
arahan dan dorongan agar potensi tersebut dapat ditingkatkan (Wijayanti,dkk;
2020).

Sebagai Pendidik, tentu akan banyak masalah – masalah yang dihadapi


di Sekolah, baik itu masalah antar siswa maupun guru. Dalam usaha

7
memberikan solusi yang tepa adalah dengan proses coaching di mana caochee
di tuntun untuk mandiri untuk identifikasi masalah serta mencari solusi dari
masalah tersebut. Pada implementasinya penulis membantu rekan sejawat
dalam menyelesaikan salah satu masalah yang dihadapi terkait pembelajaran
di kelas. Dengan memanfaatkan waktu kosong dan tidak terjadwal pada jam
istirahat untuk melakukan diskusi bersama hingga mencari penyelesaiannya.

4. Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Sebagai sebuah institusi moral, Sekolah merupakan sebuah replika dari


dunia yang berkontribusi pada pembentukan budaya, nilai – nilai, dan moralitas
dalam diri setiap siswa. Perilaku anggota komunitas sekolah dalam
menerapkan nilai – nilai yang dianut dan dianggap penting oleh sekolah adalah
sebagai contoh bagi siswa. Peran Kepala Sekolah sangat signifikan dalam
menciptakan sekolah sebagai lembaga yang mendorong moralitas. Dalam
pengambilan keputusan, sering kali kita berhadapan dengan prinsip – prinsip
etika. Etika bukanlan masalah preferensi pribadi, melainkan suatu konsep yang
berlaku secara universal. Seseorang yang befikir rasional seharusnya
menghargai prinsip – prinsip etika yang bersifat mutlak. Prinsip – prinsip etika
tersebut berlandaskan pada nilai – nilai kebajikan yang diakui secara universal,
tanpa memandang latar belakang sosial, bahasa, budaya atau agama individu.

Etika sendiri tentunya bersifat relatif, dan bergantung pada kondisi dan
situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip
yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan
digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga prinsip ini yang seringkali
membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang
harus dihadapi pada dunia saat ini. Ketiga prinsip tersebut adalah
(Nurcahyani ; 2020):

➢ Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)


➢ Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
➢ Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

8
5. Pemimpin Dalam Pengembangan Sumber Daya

Apabila digambarkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah


bentuk interaksi yang terjadi antara faktor biotik dan abiotik. Kedua unsur ini
saling berinteraksi satu sama lain sehingga mampu menciptakan hubungan
yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor – faktor biotik
akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lain.
Faktor – faktor biotik yang hadir dalam ekosistem melibatkan (Suharsih &
Widiastuti ; 2020) :

• Murid
• Kepala Sekolah
• Guru
• Staf/Tenaga Kependidikan
• Pengawas Sekolah
• Orang Tua
• Masyarakat sekitar sekolah
• Dinas terkait
• Pemerintah Daerah

Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor


abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses
pembelajaran di antaranya adalah:

• Keuangan
• Sarana dan prasarana
• Lingkungan alam

9
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul
sebagai respon terhadap pendekatan konvensional atau tradisional yang fokus
pada permasalahan, kebutuhan dan kekurangan yang ada dalam komunitas.
Pendekatan tradisional tersebut menggambarkan komunitas sebagai penerima
bantuan, yang mengakibatkan anggota komunitas merasa kurang berdaya,
pasif dan selalu bergantung pada pihak lain

10
BAB III

PENUTUP
1. REFLEKSI

Pendidikan Guru Penggerak telah membawa perubahan yang signifikan


dalam pemahaman saya. Melalui pembelajaran berdiferensiasi, saya
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang kebutuhan individu
siswa di dalam kelas. Modul pembelajaran berdiferensiasi telah memberikan
wawasan tentang bagaimana mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan
belajar siswa, termasuk memahami profil belajar mereka, minat serta potensi
atau bakat yang dimiliki oleh setiap siswa. Konsep pemenuhan kebutuhan
belajar siswa dalam pembelajaran berdiferensiasi terbagi menjadi tiga
komponen yaitu konten, proses dan produk. Dengan merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran berdasarkan pemahaman mendalam tentang
kebutuhan belajar siswa, diharapkan proses pembelajaran dapat membimbing
pertumbuhan dan perkembangan siswa menuju kebahagiaan dan kontribusi
yang positif dalam bermasyarakat.
Dalam modul KSE ( Kompetensi Sosial Emosional), saya memahami
pentingnya peran seorang guru dalam aspek sosialisasi dan pengendalian
emosi. Seorang guru adalah teladan dan contoh bagi murid – muridnya,
sehingga setiap tindakan, ucapan dan perilaku guru menjadi perhatian bagi
murid.
Dalam konteks pengembangan potensi siswa, penulis saya belajar
tentang pentingnya pendekatan coaching. Melalui coaching, seorang guru
dapat membangun hubungan kemitraan dengan siswa dan rekan sejawat
dengan tujuan membantu mereka mengatasi masalah dan mencapai potensi
terbaik mereka. Dengan pendekatan coaching, diharapkan coach dapat
menggali potensi yang ada dalam diri siswa dan rekan sejawat, sehingga setiap
keputusan yang diambil sudah sesuai dengan keinginan dan kondisi mereka.
Seorang pendidik memiliki peran kepemimpinan dalam proses
pembelajaran dan kualitas dari pelaksanaan pembelajaran tergantung pada cara

11
pendidik merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di dalam ruang kelas.
Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran, penting bagi seorang pendidik
untuk memiliki pemahaman yang baik tentang sumber daya yang tersedia di
sekolah sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan secara efektif dan
sesuai dengan situasi serta kondisi para siswa saat itu.

2. TINDAK LANJUT

Pembuatan Rencana Tindak Lanjut (RTL) selalu menjadi langkah yang


diambil setelah menyelesaikan setiap program, karena RTL adalah salah satu
faktor yang menjamin keberlangsungan dan berkelanjutan dari program
tersebut. Dengan adanya RTL, pelaksanaan program yang akan datang akan
menjadi lebih terencana. Berikut ini Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang
dilaksanakan setelah mengikuti Pendidikan Guru Penggerak :
a. Melakukan refleksi diri setelah mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami dengan baik
terkait kemampuan/kekuatan yang ada pada diri, kekuatan di lingkungan
sekitar (aset) serta kekuatan yang dapat saya tumbuhkan untuk
meningkatkan mutu pembelajaran dan pengajaran yang saya berikan di
sekolah dengan cara meminta umpan balik Kepala Sekolah, Rekan Sejawat
serta siswa.
b. Melakukan pengimbasan di Sekolah terkait materi pendidikan guru
penggerak agar apa yang saya pelajari dapat bermanfaat bagi sekolah
terutama rekan sejawat.
c. Merancang pembelajaran berdiferensiasi yang terintegrasi dengan
kompetensi sosial emosional, guna memenuhi kebutuhan belajar peserta
didik.
d. Melakukan pengembangan diri dengan mengikuti pelatihan peningkatan
kompetensi guru
e. Melakukan pemetaan aset serta memanfaatkan aset sekolah dalam proses
pembelajaran

12
f. Menerapkan teknik coaching kepada rekan sejawat demi memecahkan
masalah dalam pembelajaran melalui komunitas belajar di sekolah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Nurcahyani, Andri dan Sasiati, Diah. Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai
Pemimpin Pembelajaran. 2020. Jakarta: Direktorat Jendral Guru dan Tenaga
Kependidikan
Caesilia, Ika W ,dkk. Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional. 2020. Jakarta:
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan
Wijayanti, Murti Ayu, dkk. Modul 2.3 Coaching. 2020. Jakarta: Direktorat Jendral
Guru dan Tenaga Kependidikan
Suharsih, Siti dan Widiastuti, Yuni. Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan
Sumber Daya. 2020. Jakarta: Direktorat Jendral Guru dan Tenaga
Kependidikan
Kusuma, Oscarina Ika dan Luthfah, Siti. Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar
Murid Melalui pembelajaran Diferensiasi. 2020. Jakarta: Direktorat Jendral
Guru dan Tenaga Kependidikan

14
LAMPIRAN

1. Pembelajaran Berdiferensiasi
Diferensiasi Konten

Diferensiasi Proses

15
Diferensiasi Produk

16
2. Pembelajaran KSE

Siswa mengungkapkan perasaannya hari ini melalui sticky note dan


menempelkan di depan kelas

17
3. Coaching

Mempraktekkan coaching kepada rekan sejawat

18

Anda mungkin juga menyukai