Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

BIMBINGAN KONSELING PAI


“LAYANAN BIMBINGAN TERHADAP RENDAHNYA SEMANGAT
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN
KEWIRAUSAHAAN DI SMK PGRI 2 MALANG”

DISUSUN OLEH :
Aida Syafitri (202221001)

Dosen Pengampu :
Russy Ranggayoni, S.Psi.,M.Psi

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LHOKSEUMAWE
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan yang berjudul “Layanan Bimbingan Terhadap Rendahnya Semangat
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di SMK PGRI 2
Malang” dengan tepat sesuai waktu yang telah ditentukan.

Penulis juga berterimakasih kepada Ibu Russy Ranggayoni, S.Psi.,M.Psi


selaku dosen pada mata kuliah Bimbingan Konseling PAI yang telah memberikan
kepercayaannya kepada penulis dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan laporan
selanjutnya.

Semoga apa yang ada di dalam laporan ini dapat bermanfaat bagi teman
sekalian. Akhir kata, penulis memohon maaf apabila ada kata-kata yang tidak
berkenan. Terima kasih.

Lhokseumawe, 27 November 2023

Aida Syafitri
202221001

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Pengertian Layanan Bimbingan ............................................................... 3

1.3 Tujuan Layanan Bimbingan Bagi Siswa ................................................. 4

1.4 Pentingnya Layanan Bimbingan Bagi Siswa ........................................... 5

1.5 Sasaran Studi Kasus ................................................................................. 8

1.6 Metode dan Alat Pengumpulan Data ........................................................ 8

1.7 Konfidesialitas/Kerahasian ..................................................................... 10

BAB II LAYANAN BIMBINGAN .......................................................................11

2.1 Identifikasi Masalah ..............................................................................11

2.2 Diagnosa ............................................................................................... 17

2.3 Prognosa ............................................................................................... 19

2.4 Pemberian bantuan (Treatment) ............................................................ 20

2.5 Follow Up (Tindak Lanjut) ................................................................... 23

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 24

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 24

3.2 Saran ..................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Layanan bimbingan dalam proses pembelajaran mata pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan adalah hak siswa dan sangat diperlukan dalam mencapai tujuan
pendidikan yang optimal. Selain itu, ketentuan yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
secara khusus mencantumkan hal-hal sebagai berikut:
a. Mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan harus termasuk dalam
kurikulum sekolah yang dijalankan oleh sekolah/madrasah negeri;
b. Seluruh peserta didik (termasuk siswa berkebutuhan khusus) harus
mendapatkan layanan bimbingan yang khusus, mengalir secara efektif, dan
dibangun dalam waktu yang sangat dekat dengan waktu kelas yang
seharusnya dilaksanakan;
c. Kebutuhan siswa yang berkebutuhan khusus harus dipenuhi melalui sarana
dan prasarana yang menjamin aksesibilitas dan keterlibatan aktif;
d. Tenaga pengajar harus mengikuti pendidikan formal dan mengikuti
kualifikasi serta standar profesi pendidik yang ditetapkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Layanan bimbingan dapat diberikan kepada siswa yang mengalami
rendahnya semangat belajar. Motivasi belajar sangat penting bagi siswa karena
akan berpengaruh pada hasil belajarnya. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan
mempunyai banyak energi untuk belajar, sedangkan siswa yang tidak memiliki
motivasi akan merasa cepat bosan dan tidak memiliki semangat untuk belajar.
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah memiliki peranan untuk mengatasi
masalah rendahnya motivasi belajar siswa.

Bimbingan dan konseling yang diberikan bisa dengan melalui layanan


orientasi oleh guru bimbingan konseling dan wakasek kesiswaan di sekolah
tersebut, dengan harapan sebelum siswa belajar lebih lanjut di sekolah yang baru

1
dan tingkatan yang baru dapat membentuk karakter siswa dalam rangka
memahami potensi dan minat bakat siswa, memberikan kesan kepada siswa
tentang kesan positif dan menyenangkan terhadap lingkungan pendidikan barunya
agar siswa merasa nyaman sehingga mempengaruhi rasa ingin belajar yang tinggi,
memotivasi siswa baru agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Selain itu,
guru harus menciptakan iklim belajar yang kondusif dan menyenangkan, sehingga
dapat menimbulkan motivasi belajar dan tidak menimbulkan perasaan jenuh
ketika belajar.

Pendidikan adalah bantuan yang diberikan orang dewasa kepada anak-anak


untuk tumbuh dewasa. Pendampingan membantu siswa belajar hal-hal yang
positif dan membantu perkembangan mereka. Pendidikan dapat diperoleh melalui
keluarga (pendidikan informal) atau sekolah. Namun, kedua lingkungan
pendidikan berusaha untuk mengarahkan perkembangan siswa dengan
memastikan pertumbuhan kejasmanian dan mengatur pengalaman belajar untuk
mendukung perkembangan mental dan pikiran. Peran peserta didik sendiri dalam
proses pendidikan pasti akan berubah secara bertahap, meningkatkan tahap.
Perkembangan peran ditentukan oleh keperanan sendiri, meskipun didampingi.

Sekolah adalah tempat pendidikan formal. Di sekolah terlaksana sejumlah


kegiatan yang telah direncanakan dan diatur dengan baik, termasuk kegiatan yang
berkaitan dengan proses belajar-mengajar di kelas. Ini disebut sebagai formal.
Sejauh peserta didik dapat mencapai berbagai perubahan melalui belajar, kegiatan
ini bertujuan untuk menghasilkan perubahan yang bermanfaat bagi mereka saat
mereka menuju kedewasaan. Dengan belajar yang dipandu dan terarah, siswa
memperoleh pengetahuan, pemahaman, sikap, dan nilai yang membawa mereka
ke kedewasaan. Jadi, menetapkan tujuan pendidikan nasional menentukan hasil
belajar afektif, kognitif, dan belajar motorik. Hasil-hasil ini harus mencakup
semua jenjang dan jenis pendidikan, serta yang khusus untuk jenjang dan jenis
pendidikan tertentu (Wadong, 2016)

Di sekolah, siswa tidak hanya melakukan tugas akademik mereka, tetapi


juga berinteraksi dengan orang-orang di sekolah, seperti pendidik dan sesama

2
siswa. pegawai sekolah, staf, dan lainnya. Setiap sekolah pasti memiliki siswa
yang menghadapi masalah. Ini termasuk masalah penyesuaian diri dengan
lingkungan sekolah, masalah dalam belajar, dan masalah lain. Bahkan lingkungan
keluarga dan masyarakat juga menjadi masalah bagi siswa di sekolah. Kesulitan-
kesulitan ini dapat menjadi penghalang bagi siswa untuk mencapai prestasi terbaik
mereka.

1.2 Pengertian Layanan Bimbingan


Bimbingan dan konseling adalah upaya untuk membantu peserta didik
dengan menciptakan lingkungan perkembangan yang baik. Ini dilakukan secara
teratur dan berkesinambungan untuk membantu peserta didik memahami diri
mereka, menjadi mampu mengarahkan diri, dan bertindak sesuai dengan tugas
perkembangan. (Syarqawi, 2018).

Layanan bimbingan memainkan peran penting bagi perkembangan siswa


dalam memecahkan masalah. Di antara definisi bimbingan yang diberikan oleh
para profesional adalah :

a. Menurut Tohirin (2009:20), bimbingan merupakan bantuan yang


diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu dibimbing
mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui
interaksi, dan pemberian nasehat serta gagasan dalam suasana asuhan dan
berdasarkan norma-norma yang berlaku;
b. Menurut Jones dan Sutirna (2013:3), bimbingan merupakan bantuan
kepada individu dalam membuat suatu pilihan yang cerdas atau tepat
dalam penyesuain kehidupan mereka. Selanjutnya pula dikatakan bahwa
kemampuan itu bukan merupakan suatu factor bawaan, tetapi harus
dikembangkan;
c. Menurut smith dan prayitno dan Amti (2004:94), bimbingan sebagai
proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu
mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang
diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan baik;

3
d. Menurut Natawidjaja dan Mulyadi (2016:53), bimbingan dapat diartikan
sebagai suatu proses bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya
sendiri, sehingga sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak secara
wajar sesuai dengan peraturan dan keadaan sekolah, keluarga dan
masyarakat.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulankan bahwa bimbingan merupakan


bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli baik secara individu maupun
secara kelompok untuk mencapai perkembangan secara optmal sebagai makhluk
sosial (Maros & Juniar, 2016).

Dalam UPT PPL (2003:13) mengatakan bahwa layanan bimbingan siswa


adalah upaya untuk mengenal, memahami, dan menetapkan siswa yang
mengalami kesulitan belajar melalui kegiatan identifikasi, diagnosis, prognosis,
dan pemberian pertimbangan pemecahan masalah. Studi kasus adalah metode
yang mempelajari konseli secara menyeluruh untuk membantu mereka
memecahkan masalah.
Jadi, studi kasus adalah cara untuk mengamati, menyelidiki, dan
mengevaluasi tingkah laku dan kehidupan sosial seseorang saat membuat program
bimbingan.
Menurut Djumhur (1957:25), layanan bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan terus menerus kepada siswa atau individu sehingga mereka
dapat memahami diri mereka sendiri dan dapat bertindak sesuai dengan tuntutan
dan keadaan di sekolah, keluarga, dan masyarakat, sehingga memberikan
kontribusi yang signifikan bagi kehidupan masyarakat pada umumnya.

1.3 Tujuan Layanan Bimbingan Bagi Siswa


a. Tujuan Umum

1. Membantu siswa mencapai perkembangan yang optimal, sehingga


tidak menghambat perkembangan siswa;

4
2. Membantu siswa menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, seperti
hambatan dan kesulitan dalam studi, serta penyesuaian dengan
lingkungan penidikan maupun masyarakat;
3. Mengembangkan potensi dan kekuatan peserta didik;
4. Mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan orang-orang
yang mereka senangi.
b. Tujuan Khusus:
1. Membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangan sebagai
makhluk Tuhan, sosial, dan pribadi;
2. Membantu siswa mencapai kebahagiaan individu maupun makhluk
sosial dengan membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi;
3. Membantu siswa memahami dirinya sendiri;
4. Membantu siswa meningkatkan nilai;
5. Membantu siswa mengembangkan keterampilan atau teknik belajar
secara efektif;
6. Membantu siswa mengembangkan motif yang tinggi untuk belajar
sepanjang hayat;
7. Membantu siswa memiliki keterampilan dan pengetahuan, kesehatan
jasmani dan rohani, serta rasa tanggung jawab ke masyarakat dan
kebangsaan;

1.4 Pentingnya Layanan Bimbingan Bagi Siswa


Layanan bimbingan konseling bagi siswa sangat penting karena dapat
membantu siswa dalam mengembangkan potensi secara optimal, menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
pendidikan dan masyarakat Selain itu, layanan bimbingan konseling juga dapat
membantu siswa memahami dirinya sendiri, meningkatkan nilai, mengembangkan
keterampilan belajar secara efektif, dan memiliki motivasi untuk belajar sepanjang
hayat.
Layanan bimbingan konseling juga dapat membantu siswa dalam memilih
kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, serta memantapkan

5
penguasaan karier yang sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat Dengan
adanya layanan bimbingan konseling, siswa dapat memperoleh bantuan yang
integral dari pendidikan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki dan
mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Layanan bimbingan ini sangat
penting bagi pihak-pihak antara lain sebagai berikut :
a. Siswa yang bersangkutan
Layanan bimbingan mahasiswa berperan penting sebagai sumber
informasi alternatif untuk membantu Anda mengatasi tantangan. Selain itu,
bimbingan akademik juga berfungsi sebagai pedoman eksplorasi dan
pemahaman diri, termasuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan,
sehingga peserta didik dapat memperoleh nilai yang memuaskan. Adanya
layanan konseling siswa juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengambil keputusan secara mandiri dalam menghadapi berbagai
permasalahan di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.
b. Wali kelas
Layanan bimbingan siswa dapat berfungsi sebagai sarana untuk
mendapatkan pemahaman tentang perkembangan siswa, sehingga memberikan
arahan kepada mereka yang menghadapi kesulitan dalam proses belajar
c. Guru BK
Bagi guru Bimbingan Konseling (BK), layanan bimbingan siswa
memudahkan pengawasan terhadap siswa dan memungkinkan pemberian
solusi secara cepat. Selain itu, layanan ini dapat dijadikan sebagai sumber
informasi penting mengenai perkembangan siswa, yang dapat digunakan
untuk menindaklanjuti masalah dan memberikan solusi terbaik bagi mereka
d. Kepala Sekolah
Kepala sekolah memiliki peran penting dalam memberikan bimbingan
kepada siswa. Sebagai pemimpin, kepala sekolah dapat memberikan
dorongan, arahan, dan motivasi kepada para guru, staf, dan siswa untuk
mencapai kemajuan dalam belajar dan mencapai tujuan sekolah. Selain itu,
kepala sekolah juga bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan

6
pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan, dan
pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.
Dalam konteks pelayanan bimbingan dan konseling, kepala sekolah
diharapkan memahami dan berperan penuh dalam perencanaan layanan,
mengorganisasi sumber daya manusia, serta memberikan dukungan terhadap
program bimbingan dan konseling di sekolah.
Dengan demikian, kepala sekolah memiliki peran yang signifikan dalam
memberikan bimbingan kepada siswa melalui pengarahan, motivasi, dan
dukungan terhadap program bimbingan dan konseling di sekolah.
Tugas kepala sekolah dalam program bimbingan dan konseling sebagai
berikut:
 Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi
kegiatan pengajaran, pelatihan, dan bimbingan;
 Menyediakan dana dan melengkapi sarana-prasarana pelaksanaan
bimbingan dan konseling;
 Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan
konseling;
 Mengadakan kegiatan dan pembinaan pengawasan terhadap
pelaksanaan bimbingan dan konseling;
 Menetapkan koordinator guru pembimbing yang bertanggung jawab
atas koordinasi pelaksanaan bimbingan dan konseling berdasarkan
kesepakatan bersama guru pembimbing;
 Membuat surat tugas guru dalam proses bimbingan dan konseling
pada setiap awal catur wulan/ semester;
 Menyiapkan surat pernyataan melakukan kegiatan bimbingan dan
konseling sebagai bahan usulan angka kredit bagi guru pembimbing.
Surat pernyataan ini dilampiri bukti fisik pelaksanaan tugas;
 Mengadakan kerjasama dengan instansi atau pihak lain di luar
sekolah demi terlaksananya program bimbingan dan konseling;

7
 Melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap 40 orang siswa
bagi Kepala Sekolah yang berlatar belakang pendidikan bimbingan
dan konseling (Adeniran et al., 2010)

1.5 Sasaran Studi Kasus


Sasaran studi kasus ini ditujukan kepada siswa siswi SMK PGRI 2 Malang.

1.6 Metode dan Alat Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang diperlukan, langkah-langkah yang terstruktur
diperlukan dalam proses pengumpulan data. Hal ini bertujuan agar bukti-bukti dan
fakta-fakta yang diperoleh dapat berfungsi sebagai data objektif, dan mencegah
terjadinya penyimpangan dari keadaan yang sebenarnya. Dalam menggali data
dari sumber yang telah ditetapkan, diperlukan alat kerja yang disebut sebagai
teknik atau metode pengumpulan data. Beberapa metode yang diperlukan
termasuk:

1. Angket/Kuisioner

Dalam bimbingan siswa, terdapat beberapa metode pengambilan data


melalui angket yang dapat digunakan. Berikut adalah beberapa metode
pengambilan data melalui angket dalam bimbingan siswa:

 Angket Tertulis : Alat ini memuat sejumlah item atau pertanyaan yang
harus dijawab oleh siswa secara tertulis;
 Wawancara Informasi : Wawancara digunakan untuk menggali
informasi, pemikiran, gagasan, dan sikap siswa;
 Skala Penilaian (Rating Scale) : Skala penilaian merupakan sebuah
daftar yang menyajikan sejumlah sifat atau sikap yang dijabarkan
dalam bentuk skala. Teknik ini sangat tepat apabila digunakan untuk
mengobservasi situasi tertentu secara kualitatif;
 Sosiometri: Sosiometri merupakan alat untuk mengumpulkan data
tentang susunan antar siswa, struktur hubungan siswa, dan arah
hubungan sosial.

8
2. Observasi

Observasi adalah salah satu metode pengambilan data dalam bimbingan


siswa yang dapat dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat perilaku,
interaksi, dan lingkungan siswa secara langsung. Observasi dapat dilakukan
dengan menggunakan daftar periksa atau lembar observasi yang telah
disiapkan sebelumnya. Observasi dapat dilakukan di kelas, di lingkungan
sekolah, atau di luar sekolah, tergantung pada tujuan pengamatan.
Observasi dapat membantu konselor untuk memahami karakteristik siswa,
perilaku, dan interaksi mereka dengan lingkungan sekitar. Selain itu,
observasi juga dapat membantu konselor untuk mengidentifikasi masalah
yang dihadapi siswa dan memberikan layanan bimbingan yang sesuai.
3. Studi dokumenter

Studi dokumenter merupakan salah satu metode pengumpulan data dalam


bimbingan siswa yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi dari
dokumen tertulis atau gambar yang berkaitan dengan data siswa, program
bimbingan dan konseling, serta faktor pendukung bimbingan dan konseling
Teknik ini digunakan untuk mengetahui sesuatu dengan melihat catatan, arsip,
dan dokumen bimbingan dan konseling serta data siswa dan sekolah yang
berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.

4. Wawancara

Metode pengambilan data melalui wawancara dalam bimbingan siswa


merupakan teknik pengumpulan data yang melibatkan interaksi langsung
antara peneliti atau konselor dengan siswa atau orang tua siswa. Wawancara
dapat dilakukan secara terstruktur, semi-terstruktur, atau tak terstruktur.
Melalui wawancara, konselor dapat mendapatkan informasi yang mendalam
mengenai kebutuhan, masalah, dan harapan siswa, serta memahami konteks
individu siswa secara lebih baik wawancara juga memungkinkan siswa untuk
menyampaikan pengalaman dan perasaan mereka secara langsung, sehingga
dapat membantu konselor dalam memberikan layanan bimbingan yang sesuai

9
Dengan demikian, teknik pengambilan data diatas merupakan metode yang
efektif dalam mengumpulkan data yang relevan untuk bimbingan siswa.

1.7 Konfidesialitas/Kerahasian
Semua informasi yang diperoleh dari layanan bimbingan siswa atau studi
kasus ini bersifat rahasia dan tidak boleh digunakan untuk tujuan lain tanpa izin
dari klien kasus. Prinsip kerahasiaan ini sesuai dengan kode etik konselor. Catatan
mengenai klien, seperti hasil wawancara, tes, surat-menyurat, perekaman, dan
data lainnya, merupakan informasi yang bersifat pribadi dan hanya boleh
digunakan untuk kepentingan klien. Penggunaan data atau informasi untuk
keperluan riset atau pendidikan konselor yang sedang belajar dimungkinkan
asalkan identitas klien tetap dirahasiakan.

Dengan demikian, dalam laporan layanan bimbingan siswa ini, data pribadi
siswa disamarkan atau dibuat fiktif untuk menjaga kerahasiaan. Namun, informasi
terkait masalah yang dihadapi siswa atau data lain yang digunakan dalam studi
kasus tetap dijaga keotentikannya. Penyamaran nama, alamat, dan elemen-elemen
lain dalam laporan ini bersifat fiktif dan tidak mengacu pada individu yang
sebenarnya.

10
BAB II
LAYANAN BIMBINGAN
Pelayanan bimbingan siswa atau studi kasus adalah suatu inisiatif untuk
mengidentifikasi, memahami, dan menilai siswa yang menghadapi tantangan atau
kesulitan dalam proses belajar. Dalam upaya membantu siswa mengatasi
permasalahan mereka, praktisi menggunakan beberapa langkah atau kegiatan
bimbingan untuk memberikan dukungan kepada siswa sehingga masalah yang
dihadapi tidak menghambat proses pembelajaran.

Beberapa langkah atau fase dalam kegiatan pelayanan bimbingan meliputi:

2.1 Identifikasi Masalah


Proses identifikasi masalah merupakan metode untuk menemukan,
menetapkan, dan mengidentifikasi siswa yang menghadapi kesulitan dalam proses
belajar. Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi siswa mana yang sedang
mengalami kesulitan belajar, dan memerlukan adanya kriteria atau norma tertentu
sebagai acuan. Dengan demikian, siswa yang dianggap mengalami kesulitan
belajar adalah mereka yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Beberapa kriteria yang digunakan sebagai ukuran apakah seorang siswa
mengalami kesulitan belajar atau tidak meliputi:

1. Jika siswa secara faktual tidak berhasil mencapai target yang telah
ditetapkan sebelumnya, termasuk tujuan formal seperti tujuan kurikuler,
tujuan pembelajaran umum, dan tujuan pembelajaran khusus, dapat
diidentifikasi bahwa siswa menghadapi kesulitan belajar.
2. Tujuan pembelajaran khusus mencakup pencapaian yang diharapkan pada
akhir setiap pelajaran, yang dinilai melalui post test yang dilakukan oleh
siswa, baik secara lisan maupun tertulis. Ini memungkinkan untuk
menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, khususnya jika skor
atau nilai mereka berada di bawah rata-rata, baik pada tes formatif maupun
tes sumatif.

11
3. Selain itu, ketidakmampuan siswa untuk memenuhi harapan-harapan
tertentu, terutama yang terkait dengan sikap dan perilaku, seperti
integritas, kedisiplinan, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap orang
lain, juga merupakan indikator kesulitan belajar.

Fase analisis data mencakup proses pengumpulan dan pengorganisasian data


secara efektif, yang mencakup informasi baik mengenai data pribadi maupun data
terkait lingkungan sekitarnya secara komprehensif. Semua data yang terkumpul
diperoleh melalui penerapan metode observasi, penggunaan angket melalui daftar
cek masalah, dan melalui proses wawancara.

Berikut ini adalah rincian data tentang diri siswa yang mengalami kesulitan
belajar dalam mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan:

1) Observasi
Observasi ini dilaksanakan dengan maksud untuk memahami kegiatan
siswa dan dilakukan tanpa pengetahuan mereka. Tingkah laku siswa yang
menjadi objek observasi adalah tingkah laku asli dan bukan hasil
penciptaan buatan. Data yang diperoleh dari observasi tersebut mencakup
informasi sebagai berikut:
a. Konseli termasuk siswa yang cenderung pendiam dan sering terlihat
memasuki dunia lamunannya selama proses belajar mengajar;
b. Konseli melakukan pekerjaan tugas sendirian tanpa berdiskusi dengan
teman-teman dekatnya di sekitarnya;
c. Kondisi ini juga terlihat ketika konseli ditempatkan di bagian
belakang kelas, khususnya di sudut ruangan;
d. Konseli menunjukkan kurangnya semangat dan cenderung merasa
ngantuk serta lelah ketika mendengarkan penjelasan guru di depan
kelas;
e. Kesulitan fokus atau berkonsentrasi tampak sering terjadi selama
kegiatan pembelajaran;
f. Nilai konseli berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM);

12
g. mereka menunjukkan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran
yang diajarkan oleh guru, tanpa menunjukkan inisiatif untuk bertanya
atau mencari bantuan.
2) Hasil Angket
a. Identitas Klien

Nama Lengkap : Mizanna Ulvan (Fiktif)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Simp. Ulim, 20 November 2004

Kewarganegaraan : Indonesia

Anak Ke : 5/Lima

Alamat : Simp. Ulim

Tinggi badan : 175

Berat badan : 70

Warna Kulit : Sawo matang

Agama : Islam

Tinggal bersama : Kakek

Kelas : XII Multimedia

Jumlah saudara : 5 (lima)

Status dalam keluarga: Anak kandung

b. Identitas Wali

Nama Lengkap : Erman (Fiktif)

Umur : 55 Tahun

Agama : Islam

13
Pekerjaan : Swasta

Pendidikan terakhir : Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Penghasilan perbulan : Rp. 500.00 – Rp. 1.000.000

Alamat : Simp. Ulim (Fiktif)

c. Daftar cek Masalah


1. Kesehatan
 Jantung saya sering berdebar dan berkeringat
dingin
 Kurang olahraga
 Mata saya rabun jauh, Min 6
2. Keadaan Rumah dan keluarga
 Saudara saya banyak
 Orang tua saya tidak memberikan kebebasan
(menekan)
 Sanak keluarga saya tinggal bersama kami
3. Agama dan moral
 Saya mudah merasa iba dengan penderitan orang
lain
 Tidak dapat melupakan kesalahan yang telah saya
buat
 Terganggu dengan perbuatan buruk orang lain
 Tidak mampu menghilangkan kebiasaan jelek
4. Hubungan Sosial/pergaulan
 Saya sering bermain dirumah teman
 Mudah sekali merasa malu
 Pemalu
 Dikatakan orang saya sombong

5. Keadaan kehidupan/ekonomi

14
 Perlu belajar menabung uang
 Saya sering terlambat membayar uang SPP
6. Kebiasaan belajar
 Saya belajar jika ada ulangan saja
 Tidak dapat menerapkan cara belajar dengan baik
 Sering malas belajar
 Khawatir mempunyai nilai jelek
 Cemas menghadapi ujian
 Saya sering mengerjakan PR disekolah
7. Penggunaan waktu luang
 Waktu luang saya, saya gunakan untuk
mengembangkan hobi
 Saya sering nonton film
 Saya sering mempergunakan waktu saya untuk
bermain bersama teman/rekreasi
 Waktu saya habiskan untuk nonton TV
 Kesenangan membaca majalah/komik sering
menghabiskan waktu belajar
 Saya tidak dapat mempergunakan waktu luang saya
dengan baik
8. Penyesuaian terhadap sekolah
 Sewaktu ulangan sering mencontek
 Sering melamun dikelas
 Saya sering membolos
 Saya sering meninggalkan kelas saat pelajaran yang
tidak saya senangi
 Sering tidak dapat memusatkan perhatian
9. Masalah pribadi
 Sering merasa malu dengan lawan jenis
 Mudah iba terhadap orang lain
10. Muda mudi dan asrama

15
 Punya keiginan untuk pacara tetapi tidak berani
untuk mengungkapkan
 Saya pernah patah
11. Masalah kurikulum
 Saya takut terhadap ulangan
 Saya sering mendapat angka terendah
 Saya selalu khawatir kalua mendapat giliran ke
depan
 Sekolah sangat berarti bagi saya
12. Masa depan yang berhubungan dengan jabatan
 Khawatir nantinya tidak dapat berdiri sendiri
 Saya sangat optimis terhadap masa depan
d. Wawancara

Melalui hasil wawancara dengan klien, konselor


mendapatkan informasi bahwa selama ini klien tinggal bersama
kakek yang berprofesi sebagai pedagang. Kondisi ini menyebabkan
klien terlibat dalam membantu kakeknya setiap hari dalam kegiatan
berdagang. Keputusan untuk tinggal bersama kakek didasari oleh
instruksi dari orang tua, dan klien merupakan anak bungsu dari
lima bersaudara.

Dalam konteks sosial dan hubungan pertemanan, klien


memiliki banyak teman dan mudah beradaptasi dengan orang baru
yang dikenalnya. Klien juga memiliki kemampuan berinteraksi
yang baik dengan teman sekelasnya. Sebelumnya, klien adalah
siswa di SMK PGRI 6 Malang dengan jurusan Pemasaran (PMS),
namun memutuskan pindah ke SMK PGRI 2 karena merasa tidak
cocok dengan jurusan dan tidak nyaman dengan teman sekelas dan
sekolah sebelumnya. Keputusan untuk pindah ke SMK PGRI 2
diambil setelah mendapatkan tawaran dari teman SMP.

16
Sejak bersekolah di SMK PGRI 2, klien merasa nyaman
dengan lingkungan teman sekelas dan sekolah saat ini. Klien
juga merasa sesuai dengan jurusan yang sekarang akan dia
pelajari. Namun, klien memiliki kebiasaan buruk, seperti sering
berisik dan berbicara sendiri di kelas, juga kecenderungan
untuk bolos dan kehilangan semangat, yang pada akhirnya
mempengaruhi konsentrasi klien dalam proses belajar
mengajar.
Untuk kendala klien dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar didalam kelas adalah sebagai berikut :
 Gaya mengajar guru yang membosankan
 Ada beberapa mata pelajaran yang tidak disukai oleh
klien sehingga klien sering bolos
 Klien tidak bias focus pada setiap pelajaran karena
sering tidak merasa bersemangat
 Klien sering mengerjakan pekerjaan rumah yang
diberikan oleh guru disekolah dan menyontek ke teman-
teman klien
 Klien sering merasa ragu ragu dan takut apabila di
panggil oleh guru untuk mengerjakan tugas
e. Dokumentasi
Terdapat beberapa dokumentasi hasil pengambilan data yang
relevan

2.2 Diagnosa
Diagnosa adalah usaha untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab atau
pemicu masalah yang dihadapi oleh peserta didik. Dalam konteks pembelajaran,
faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan peserta didik untuk belajar dapat
dianalisis dari perspektif input, proses, atau output pembelajaran. Dua factor yang
menyebabkan kesulitan belajar kegagalan siswa yaitu :

17
 Factor internal, factor yang bersumber peserta didik dalam dirinya sendiri
seperti kondisi fisik dan kesehatan, kecerdasan, bakat, emosi, sikap dan
lainnya psikologis kondisi.
 Factor eksternal, seperti lingkungan rumah, lingkungan sosial dan
jenisnya.

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka kesimpulan diagnose adalah


sebagai berikut :

1) Letak masalah
Letak permasalahan klien terletak pada ketidakharmonisan
hubungan antara klien dan orang tua. Sepanjang masa sekolah, klien
mendapatkan dukungan finansial dari kakek dan juga tinggal di rumah
kakek. Orang tua klien sering kali memilih kasih terhadap saudara-saudara
klien, yang menyebabkan klien merasa tertekan. Hal ini tercermin dari
aktivitas harian klien yang sering menonton televisi dan menghabiskan
waktu di rumah teman-temannya. Klien tidak merasa nyaman ketika
berada di rumah bersama orang tua dan lebih memilih untuk berada di
rumah kakek karena merasa suasana lebih menyenangkan dan nyaman.
2) Jenis masalah
Dari berbagai metode pengumpulan data, dapat disimpulkan bahwa klien
memiliki beberapa jenis masalah yang paling dominan yaitu :
 Adanya masalah dalam keluarga
 Adanya masalah dalam belajar
3) Latar belakang masalah
a. Masalah keluarga
Permasalahan sentral dalam keluarga klien terjadi karena
klien merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Dua kakak
klien sudah menikah, dan keduanya sedang mengejar studi di
perguruan tinggi. Sayangnya, perhatian orang tua klien lebih
terfokus pada keempat saudara lainnya, sehingga klien jarang
mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari mereka. Situasi ini

18
membuat klien lebih memilih untuk sering berada di rumah kakek
daripada tinggal di rumah orang tua.
b. Masalah belajar

Klien tidak pernah menjalani kegiatan belajar dengan keteraturan


karena setelah pulang dari sekolah, klien seringkali langsung membantu
neneknya yang sedang berdagang. Waktu senggang klien lebih sering
digunakan untuk bermain di rumah teman atau menonton televisi daripada
mengalokasikan waktu untuk belajar. Klien juga sering merasa kelelahan
dan kurang bersemangat ketika dihadapkan pada kegiatan belajar. Klien
hanya memilih untuk belajar ketika akan menghadapi ujian, bahkan pun
ketika itu, klien hanya melakukan sesi belajar singkat.

2.3 Prognosa
Langkah ini dilakukan untuk mengevaluasi apakah masalah yang dihadapi
peserta didik masih memiliki peluang untuk diselesaikan dan untuk menemukan
berbagai opsi solusi. Langkah ini melibatkan integrasi dan interpretasi hasil dari
langkah-langkah sebelumnya. Proses pengambilan keputusan pada tahap ini
memerlukan konferensi kasus pertama, di mana pihak-pihak yang terlibat dalam
masalah yang dihadapi siswa diajak untuk bekerja sama dalam menemukan solusi
yang dapat membantu menangani kasus-kasus tersebut.

1. Kemungkinan yang terjadi jika klien tidak segera mendapatkan bantun


a. Masalah keluarga
Klien tidak akan pernah bersedia kembali ke rumah orang tua karena
merasa tidak nyaman dan terganggu oleh situasi yang dihadapi di sana.
Klien merasa lebih senang jika tinggal dengan kakeknya karena lebih
diberi kebebasan dalam beraktivitas dan memiliki rasa leluasa dalam
melakukan sesuatu.
b. Masalah belajar
 Klien selalu mendapatkan nilai dibawah KKM dibandingkan
dengan teman-teman kelasnya.

19
 Klien merasa bingung dalam menentukan masa depannya,
sehingga mulai berkurang minatnya dalam belajar.
2. Kemungkinan yang terjadi jika klien segera mendapatkan bantun
a. Masalah keluarga
 Klien bisa merasa nyaman tinggal dengan orang tua, sehingga
hubungan antara orang tua dan anak menjadi lebih akrab dan tidak
merasa tertekan untuk tinggal.
 ketika berada di rumah, klien lebih memiliki waktu luang untuk
belajar dan meningkatkan potensi diri klien.
b. Masalah belajar
 Klien bisa menentukan arah masa depan yang diinginkan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga klien memiliki minat
belajar kembali.
 Klien mulai belajar dengan sungguh-sungguh tanpa merasa menjadi
beban.
 Klien mampu mencapai nilai yang telah ditetapkan.

2.4 Pemberian bantuan (Treatment)


Langkah ini merupakan usaha untuk melakukan perbaikan atau
penyembuhan terhadap masalah yang dihadapi klien, sesuai dengan keputusan
yang diambil pada tahap prognosa. Jika sifat, jenis, dan akar masalah masih terkait
dengan sistem pembelajaran dan berada dalam kemampuan guru pembimbing atau
konselor, bantuan konseling dapat diberikan oleh guru atau konselor itu sendiri
(melalui intervensi langsung), dengan memanfaatkan berbagai layanan dan
pendekatan yang tersedia.

Memberikan bantuan merupakan tindak lanjut yang bertujuan untuk


memberikan opsi solusi kepada klien, sehingga dapat mengatasi kesulitan atau
masalah yang dihadapi. Hal ini diharapkan dapat membawa kesuksesan dalam
proses pembelajaran.

20
Ada beberapa saran untuk memecahkan masalah sebagai bantuan kepada
klien adalah antara lain :

1. bantuan yang direncanakan


a. Masalah keluarga
 Langkah awal yang harus dipertimbangkan adalah berupaya
menjalin hubungan sebagai sahabat curhat bagi klien, agar klien
merasa lebih nyaman dalam berbicara mengenai masalahnya.
 Memastikan klien bahwa setiap masalah yang dihadapinya akan
menemukan solusi, sambil memberikan arahan pada klien tentang
cara menghadapi kemungkinan munculnya masalah mendadak.
 Memberikan perhatian secara tulus, bersama dengan tingkat
empati yang tinggi dan kesabaran penuh, dengan tujuan
membantu menangani masalah yang dihadapi klien.
b. Masalah belajar
 Menggunakan berbagai metode pembelajaran yang beragam dan
efektif selama proses belajar mengajar.
 Jika memungkinkan, memberikan kesempatan kepada klien untuk
mendapatkan waktu ekstra guna menyelenggarakan sesi
pembelajaran tambahan di luar jam sekolah.
2. Bantuan yang dilaksanakan
a. Masalah keluarga
 Memberikan panduan langsung dengan turut membantu
menyelesaikan masalah yang muncul.
 Memberikan saran kepada klien agar lebih mendekatkan
diri kepada ketiga saudaranya dan orang tua, dengan
harapan dapat menciptakan keterbukaan di antara anggota
keluarga.
 Memberikan saran kepada klien untuk menyisihkan
waktu sedikit demi sedikit guna tinggal bersama
keluarga.

21
 Mengimbau klien agar selalu berbagi mengenai masalah
yang dihadapi kepada kedua orang tua, sehingga masalah
tersebut tidak tertahan dalam diri klien.
 Fokus pada tindakan konselor dan memberikan arahan
kepada mereka untuk mengevaluasi apakah perilaku
mereka menunjukkan tanggung jawab dan dapat menjadi
indikator keberhasilan. Klien diajak untuk merenung
mengapa ia selalu merasa tidak diperhatikan oleh orang
tuanya, terutama ayahnya. Setelah itu, memberikan
wawasan dan contoh konkret mengenai dampak negatif
yang dapat timbul dari sikap tersebut.
 Meyakinkan klien bahwa dia memiliki kemampuan untuk
mengubah pemikirannya, belajar memahami orang
tuanya, dan bersedia memaafkan serta mematuhi
keinginan orang tua.
b. Masalah belajar
 Memberikan petunjuk mengenai cara efektif mengelola
waktu belajar.
 Menekankan pentingnya melakukan latihan soal yang
bersifat teoritis dan merumuskan kesimpulan setelah
setiap sesi pembelajaran.
 Merancang jadwal belajar yang dapat diimplementasikan
di rumah.
 Menyarankan untuk menjalani sesi belajar teratur
setidaknya selama 1 jam setiap harinya, dengan fokus
mengulang pelajaran yang telah dipelajari di sekolah.
 Mengajarkan cara mempersiapkan pelajaran untuk
keesokan harinya.
 Memberikan panduan untuk mengatasi rasa lelah dan
kurang semangat saat belajar.

22
 Menyediakan informasi tentang cara mengatasi kesulitan
belajar.

2.5 Follow Up (Tindak Lanjut)


Untuk mencapai hasil optimal dari upaya bantuan melalui pelimpahan dan
tindak lanjut, penting untuk memahami dan mengikuti perkembangan kemajuan
konseli. Terkait dengan keterbatasan waktu yang dihadapi penulis dalam
menjalankan tugas studi kasus ini, maka partisipasi yang lebih intensif dan
berkesinambungan dari konselor dan orang tua siswa diharapkan dalam kegiatan
ini untuk memberikan perhatian yang maksimal kepada konseli. Tindak lanjut
dilakukan dengan cara :

 Melakukan observasi terhadap nilai ulangan harian siswa;


 Memantau rekapitulasi absensi siswa;
 Mengamati aktivitas belajar siswa di dalam kelas;
 Melakukan wawancara kembali dengan siswa, teman dekat siswa,
Guru (wali kelas), dan guru BK.

Dari hasil tindak lanjut yang telah saya lakukan, dapat diperhatikan bahwa
perubahan yang terjadi pada klien tidak begitu signifikan. Oleh karena itu, saya
tidak dapat secara efektif memantau perkembangan masalah yang dihadapi oleh
klien. Sebagai solusi, rencana tindak lanjut yang telah disusun, namun belum
dilaksanakan, akan dialihkan kepada guru BK, wali kelas, atau guru bidang studi
prakarya dan kewirausahaan. Hal ini bertujuan agar siswa tetap dapat dimonitor
dan menerima layanan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhannya.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan menjadi tanggung jawab utama seorang guru ketika mengajar
di kelas, namun disamping itu, guru juga diharapkan untuk berkontribusi dalam
mengembangkan pribadi siswa menuju perbaikan sesuai dengan potensi yang
dimiliki oleh masing-masing siswa.

Dengan merinci langkah-langkah yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat


diambil kesimpulan bahwa layanan bimbingan siswa memiliki peran yang sangat
vital bagi perkembangan pribadi siswa. Layanan ini menjadi krusial terutama
dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, memungkinkan mereka
untuk mengatasi tantangan mereka sendiri dengan meningkatkan kemampuan
serta meraih prestasi belajar yang optimal.

Dari layanan bimbingan yang telah kami lakukan, dapat diambil kesimpulan
bahwa:

 Siswa mengalami kesulitan dalam mempertahankan konsentrasi karena


merasakan kantuk, kelelahan, dan kurangnya motivasi, sehingga hal ini
menyebabkan kehilangan fokus dan kurangnya semangat pada siswa, yang
pada gilirannya berdampak pada penurunan prestasi belajar.
 Pola hidup siswa yang terus terpendam dapat menciptakan pola pikir yang
cenderung negatif, membuatnya sulit untuk mempercayai orang lain,
bersikap penuh prasangka, dan merasa takut untuk berbicara mengenai
masalah yang dihadapi.

3.2 Saran
Dari hasil layanan bimbingan siswa yang telah dilakukan, disarankan agar
klien dapat mengubah cara berinteraksi dengan teman dan keluarga, selalu terbuka
dan berkomunikasi dengan teman dan guru. Klien juga diharapkan dapat
mengembangkan motivasi diri untuk meningkatkan kualitas, interaksi sosial, dan

24
tindakan positif. Para guru diharapkan memberikan perhatian yang merata kepada
seluruh siswa di kelas, terutama kepada siswa yang menghadapi masalah.

Guru diharapkan menjadi mitra dalam layanan Bimbingan dan Konseling


dengan memberikan bantuan arahan terkait cara belajar yang efektif serta
menekankan pentingnya pendidikan untuk masa depan siswa. Guru BK
diharapkan senantiasa menjalin komunikasi dengan siswa untuk memantau
perkembangan mereka setelah mendapatkan bantuan. Secara umum, guru BK
diharapkan dapat menjadi penghubung antara siswa, guru, dan orang tua sehingga
masalah yang dihadapi siswa dapat segera diketahui dan diselesaikan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Maros, H., & Juniar, S. (2016). Hakikat Program Bimbingan dan Konseling. 1–23.
Syarqawi, A. (2018). Bimbingan Konseling sebagai Upaya dan Bagian Pendidikan. Jurnal
Pendidikan Dan Keislaman, 1(1), 169–181.
Wadong, H. (2016). LAYANAN BIMBINGAN TERHADAP RENDAHNYA SEMANGAT
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN
DI SMK PGRI 2 MALANG Oleh. 1–23.

Anda mungkin juga menyukai