Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH SOAL BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILLS


(HOTS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA KELAS V SD NEGERI 22 JEPPE’E

THE INFLUENCE OF HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)-


BASED QUESTIONS ON THE CRITICAL THINKING SKILLS OF
GRADE V STUDENTS SD NEGERI 22 JEPPE’E

MUH. SYAHRIR AMIN


1747242023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI

SAMPUL PROPOSALP................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 7
A. Kajian Teori............................................................................................ 7
B. Kerangka Pikir........................................................................................ 21
C. Hipotesis Penelitian................................................................................. 24
III.METODE PENELITIAN........................................................................... 25
A. Jenis Penelitian........................................................................................ 25
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................................. 25
C. Desain Penelitian..................................................................................... 25
D. Populasi dan Sampel............................................................................... 26
E. Definisi Operasional Variabel................................................................. 28
F. Prosedur Penelitian.................................................................................. 29
G. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 29
H. Instrumen Penelitian................................................................................ 30
I. Teknik Analisis Data............................................................................... 31
JADWAL RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN............................. 36
RENCANA BIAYA PENELITIAN................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 38
LAMPIRAN....................................................................................................... 40

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal


1 Indikator Berpikir Kritis............................................................ 17
2 Jumlah Siswa Kelas V SD Negeri 22 Jeppe’e Kabupaten 27
Bone…………………………………………………………….
3 Format Skala Likert……………………………………………... 31
4 Konversi 33
Keberhasilan……………………………………………...
5 Interpretasi Koefisien Korelasi………………………………….. 36

DAFTAR GAMBAR

iv
Gamba Judul Hal

r
1 Kerangka Pikir Pengaruh Soal Berbasis Higher Order Thinking 23
Skills (HOTS) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
V SD Negeri 22 Jeppe’e Kabupaten Bone
………………………………………...
2 Desain Penelitian………………………………………………… 26

DAFTAR LAMPIRAN

v
Lampiran Judul Hal
1 Kisi-kisi Instrumen Tes Kedua Variabel 40
……………………………………………………………...
2 Instrumen Tes Variabel ..........................................……. 42

vi
1

Judul : Pengaruh Soal Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS)


terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri 22
Jeppe’e

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan

manusia. Perubahan ke era globalisasi seperti sekarang, membuat pendidikan

menjadi suatu kebutuhan pada diri manusia sebagai makhluk yang berpikir dalam

mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Menurut (Amran, 2019, h.1)

“Pendidikan sebagai salah satu sector pembangunan nasional dalam upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan sebagai pranata sosial yang kuat dan

berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia”. Hal tersebut

sejalan dengan fungsi pendidikan nasional menurut Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 pada pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

mengemukakan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.(Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1, 2003)

Pendidikan sekolah dasar pada kurikulum terbaru yang dipedomani para

guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah Kurikulum 2013. Kurikulum

tersebut memuat materi yang ditematikkan secara terpadu. Kurikulum 2013 saat
2

ini tertuju pada keterampilan abad 21 yang menuntun peserta didik menjadi lebih

kreatif dan berpikir kritis.

Berpikir kritis menuntut agar peserta didik berpikir secara logis dan

rasional. Menurut Ennis (Karim, 2011) berpikir kritis merupakan suatu proses

berpikir pada seseorang yang bertujuan untuk membuat keputusan-keputusan yang

masuk akal mengenai sesuatu yang diyakini kebenarannya dan akan dilakukan

nanti. Berpikir kritis dalam bidang pendidikan dapat membantu siswa dalam

meningkatkan pemahaman materi yang dipelajari dengan mengevaluasi secara

kritis argumen pada buku teks, jurnal, teman diskusi, termasuk argumentasi guru

dalam kegiatan pembelajaran. Berpikir yang ditampilkan dalam berpikir kritis

sangat tertib dan sistematis.

Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi

atau Higher Order Thinking Skill (HOTS) yang dapat digunakan dalam

pembentukan system konseptual peserta didik. Komponen untuk mengukur

keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran salah satunya yaitu dengan

menggunakan asesmen dalam bentuk soal tes berbasis HOTS. Peserta didik

dibiasakan belajar berpikir tingkat tinggi. Guru harus menjadi mentor mengajak

peserta didik berpikir mengingat sampai memahami serta memecahkan

permasalahan yang rumit. Kemampuan berpikir kompleks akan menjadikan

peserta didik terbiasa menghadapi sesuatu yang sulit dan menghadapi sesuatu

yang sulit membutuhkan HOTS.

Higher Order Thinking Skills (HOTS) memiliki peranan penting dalam

pengembangan kognitif peserta didik. Menurut (Dinni, 2018, h.171) High Order
3

Thinking Skills merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam tingkat

pengetahuan yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan

metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving,

taksonomi bloom, dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, serta penilaian.

Berdasarkan pendapat tersebut HOTS diartikan sebagai proses berpikir kritis yang

menuntut peserta didik untuk menyelesaikan suatu permasalahan secara

sistematis.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (Lukma et al., 2013) bahwa

ada pengaruh pemberian pertanyaan Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam

model pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis

berdasar dari aspek interpretation, analysis, evaluate, inference, explanation, self-

regulation serta ada pengaruh pemberian pertanyaan HOTS terhadap aspek-aspek

kemampuan berpikir kritis yang tertinggi hingga terendah. Penelitian yang sama

juga dilakukan (Islamiyati et al., 2020) bahwa ada pengaruh yang signifikan

antara kedua variable yakni pemberian soal berbasis Higher Order Thinking Skills

(HOTS) dan kemampuan berpikir kritis. Hal ini ditunjukkan dengan t tabel = 2.02

dan t hitung = 3.17 maka t hitung > t tabel. Maka angka koefisien

penentu/desterminasi sebesar 33%. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh

pemberian soal berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa di MAN 2 Palembang. Sedangkan sisanya 67%

kemampuan berpikir krirtis siswa di MAN 2 Palembang dipengaruhi oleh faktor

lain.
4

Berdasarkan prapenelitian yang telah dilakukan calon peneliti selama 1

bulan serta berdasarkan informasi dari salah satu tenaga pendidik bahwa ada

beberapa siswa mengalami kesulitan ketika mendapatkan soal yang memerlukan

analisis tingkat berpikir tinggi dalam menyelesaikan soal, khususnya soal-soal

berbasis HOTS. Aktivitas pembelajaran di kelas yang selama ini kita jumpai,

dilakukan oleh guru tidak lain adalah menyampaikan informasi (metode sekolah)

dengan lebih mengaktifkan guru, sedangkan peserta didik pasif mendengarkan

dan menyalin, sesekali bertanya sesekali pula siswa menjawab, guru memberi

contoh soal dilanjutkan memberi soal yang sifatnya rutin dan kurang melatih daya

pikir siswa, kemudian guru memberikan penilaian.

Calon peneliti mengharapkan peserta didik mampu menyelesaikan

berbagai jenis soal berbasis HOTS di sekolah dasar untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis. Maka dari itu peneliti ingin menerapkan soal berbasis

HOTS di Sekolah Dasar, agar siswa mampu mengembangkan kemampuan

berpikir kritis. Disamping itu pembelajaran yang digunakan pun harus mendukung

siswa untuk berpikir kritis.

Berdasarkan uraian di atas, maka calon peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Soal Berbasis Higher Order Thinking Skills

(HOTS) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri 22

Jeppe’e.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :


5

1. Bagaimana gambaran kemampuan menyelesaikan soal Higher Order Thinking

Skills (HOTS) siswa kelas V SD Negeri 22 Jeppe’e?

2. Bagaimana gambaran kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri 22

Jeppe’e?

3. Apakah ada Pengaruh Soal Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS)

terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri 22 Jeppe’e?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk memperoleh bagaimana gambaran kemampuan menyelesaikan soal

Higher Order Thinking Skills (HOTS )siswa kelas V SD Negeri 22 Jeppe’e.

2. Untuk memperoleh bagaimana gambaran kemampuan berpikir kritis siswa

kelas V SD Negeri 22 Jeppe’e.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Soal Berbasis Higher Order

Thinking Skills (HOTS) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V

SD Negeri 22 Jeppe’e.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memperluas pengetahuan guru tentang kemampuan kemampuan membaca

pemahaman dan soal HOTS.

b. Menambah wawasan, pengetahuan, dan sebagai bahan perbandingan untuk

mengembangkan penelitian lebih lanjut.


6

2. Manfaat Praktis

a. Memberi pengetahuan baru untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan

soal HOTS melalui kemampuan membaca pemahaman.

b. Menjadi masukan yang bermanfaat dan menjadi acuan guru untuk

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa agar lebih mudah

menyelesaikan soal HOTS

c. Menjadi pedoman dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar

khususnya pada kemampuan siswa menyelesaikan soal HOTS.


7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Sehubungan dengan masalah yang akan diteliti, maka tinjauan pustaka

dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Higher Order Thinking Skills (HOTS)

a. Pengertian Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Perkembangan zaman saat ini menuntut adanya suatu pembelajaran yang

dapat mengembangkan kemampuan peserta didik utamanya dalam tingkat berpikir

yang dimiliki. HOTS atau Higher Order Thinking Skills yang jika diartikan dalam

bahasa Indonesia adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi yang melibatkan

pemahaman mendalam untuk menyelesaikan sebuah masalah.

Higher Order Thinking Skills (HOTS) diartikan sebagai salah satu alat

untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah.

Berdasarkan pendapat (Dinni, 2018) bahwa “Higher Order Thingking Skill

(HOTS) merupakan kemampuan untuk menghubungkan, memanipulasi, dan

mengubah pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki secara kritis dan

kreatif dalam menentukan keputusan untuk menyelesaikan masalah pada situasi

yang baru”. Milton Keyness mengemukakan bahwa Higher Order Thinking Skills

(HOTS) sama dengan keterampilan berpikir kritis yang memungkinkan siswa

belajar secara efektif dalam membaca maupun menulis (Zakiah & Lestari, 2019).
8

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa HOTS adalah

kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan untuk membuat

keputusan mengenai pemecahan masalah dalam pembelajaran.

b. Pengertian Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Soal yang dapat memicu keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher

Order Thinking Skills (HOTS) adalah soal bentuk komplek yang tidak

diselesaikan dengan ingatan sederhana, namun membutuhkan penerapan strategi

dan proses tertentu. Soal berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) dapat

membantu siswa meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampaun

yang dimaksud terkait dengan kemampuan berpikir kritis, reflektif, metakognitif,

dan kreatif.

Soal berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan alat

pengukur yang digunakan dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat

tinggi yaitu kemampuan berpikir kritis, reflektif, metakognitif, dan kreatif.

Menurut (Sani, 2019), bahwa Higher Order Thinking Skills berkaitan dengan

kemampuan seseorang dalam menyelesaikan permasalahan melalui proses

berpikir, yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif. Artinya dengan adanya soal

berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis peserta didik.

Berikut peran soal HOTS dalam meningkatkan mutu penilaian menurut

Kemendikbud 2017 (Maria Vanny Febiana, 2019) :

1) Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21

2) Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah


9

3) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik

4) Meningkatkan mutu pendidikan

Kemampuan berpikir tingkat tinggi memiliki beberapa indikator. Sesuai

dengan yang dinyatakan Krathwohl (Maria Vanny Febiana, 2019) bahwa indikator

untuk mengukur kemampuan berpikir kritis meliputi menganalisis, mengevaluasi,

dan mencipta.

1) Menganalisis

a) Menganalisis informasi yang masuk dan menstrukturkan informasi ke

dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali hubungannya.

b) Mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari

sebuah skenario rumit

c) Mengindentifikasi/merumuskan pertanyaan

2) Mengevaluasi

a) Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi

dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk

memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya

b) Membuat hipotesis, mengkritik, dan melakukan pengujian

c) Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan

3) Mencipta

a) Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu

b) Merancang suatu ara untuk menyelesaikan masalah


10

c) Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi struktur

baru yang belum pernah ada sebelumnya

Berdasarkan urain di atas dapat disimpulkan bahwa soal berbasis Higher

Order Thinking Skills (HOTS) merupakan salah satu instrument pengukuran

keterampilan tingkat tinggi. Pemberian tes berbasis HOTS mampu mengukur

sejauh mana kemampuan berpikir yang dimiliki siswa.

c. Karakteristik Higher Order Thinking Skills(HOTS)

Higher Order Thinking Skills (HOTS) memiliki beberapa karakteristik

yang menjadi pemicu proses berpikir. Menurut (Conklin, 2011)menyatakan

bahwa “characteristics of higher-order thinking skills: higher-order thinking

skills encompass both critical thinking and creative thinking”.Artinya,

karakteristik keterampilan berpikirtingkat tinggi mencakup berpikir kritis dan

berpikirkreatif.

Karakteristik Higher Order Thinking Skills (HOTS) juga dikemukakan

oleh (Ariyana dkk., 2018) yang membagi HOTS dalam tiga karakeristik yaitu

HOTS sebagai Transfer of Knowledge, HOTS sebagai Critical and Creative

Thinking, dan HOTS sebagai Problem Solving. Adapun penjelasannya sebagai

berikut:

1) Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai Transfer of Knowledge

Keterampilan berpikir tingkat tinggi berarti keterampilan berpikir yang

sesuai dengan ranah kognitif yang memungkinkan terjadinya proses teransfer

pengetahuan. Ranah kognitif meliputi kemampuan peserta didik dalam

menyatakan kembali konsep yang telah didapatkan dan dipelajari dalam proses
11

pembelajaran. Proses ini berkenaan dengan kemampuan dalam berpikir,

kompetensi dalam mengembangkan pengetahuan, pengenalan, pemahaman,

konseptualisasi, penentuan dan penalaran.

2) Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai Critical and Creative Thinking

Berpikir kritis merupakan proses dimana segala pengetahuan dan

keterampilan dikerahkan dalam pemecahan permasalahan, mengambil keputusan,

menganalisis argumen, dan melakukan penelitian berdasarkan data dan informasi

yang telah didapat sehingga menghasilkan informasi atau simpulan yang

diinginkan. Berpikir kreatif merupakan kemampuan berpikir yang berkaitan

dengan pengetahuan yang relevan dengan ide atau upaya kreatif yang

diajukan.Keterampilan berpikir kritis dan kreatif berperan penting dalam

mempersiapkan peserta didik agar menjadi pemecah masalah yang baik dan

mampu membuat keputusan maupun kesimpulan yang matang dan mampu

dipertanggungjawabkan secara akademis.

3) Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai Problem Solving

Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai problem solving diperlukan

dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran yang dirancang dengan

pendekatan pembelajaran berorientasi pada keterampilan tingkat tinggi tidak dapat

dipisahkan dari kombinasi keterampilan berpikir dan keterampilan kreativitas

untuk pemecahan masalah. Keterampilan pemecahan masalah merupakan

keterampilan para ahli yang memiliki keinginan kuat untuk dapat memecahkan

masalah yang muncul pada kehidupan sehari-hari. Siswa secara individu akan

memiliki keterampilan pemecahan masalah yang berbeda.


12

Berdasarkan uraian di atas, berpikir kritis dan kreatif merupakan dua

kemampuan manusia yang sangat mendasar karena keduanya dapat mendorong

seseorang untuk senantiasa memandang setiap permasalahan yang dihadapi secara

kritis serta mencoba mencari jawabannya secara kreatif sehingga diperoleh suatu

hal baru yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupannya.

d. Bentuk-Bentuk Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes (soal-soal

HOTS), bertujuan agar dapat memberikan informasi yang lebih rinci dan

menyeluruh tentang kemampuan peserta didik.Soal Higher Order Thinking Skills

(HOTS) tidak hanya terfokus pada bagaimana peserta didik mengingat kembali

informasi yang telah diterima akan tetapi lebih memfokuskan peserta didik untuk

menalar. Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) menguji peserta didik tentang

kemampuan mereka menelaah ide dan informasi secara kritis, transfer satu konsep

ke konsep lainnya, dan penyelesaian masalah.

Menurut (Setiawati dkk., 2019)terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat

digunakan untuk menulis butir soal HOTS (yang sudah digunakan pada model

pengujian Programmer International Student Assessment (PISA) sebagai berikut:

1) Pilihan ganda biasa

Pada umumnya soal HOTS menggunakan stimulus yang berasal dari

situasi nyata.Soal pilihan ganda terdiri atas pokok soal (stem) dan pilihan jawaban

(option).Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh

(distractor).Kunci jawaban ialah jawaban yang benar atau paling benar.Pengecoh

merupakan jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan seseorang terkecoh


13

untuk memilihnya apabila tidak menguasai bahannya/materi pelajarannya dengan

baik.Siswa diminta untuk menemukan jawaban soal yang terkait dengan

stimulus/bacaan menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki serta

menggunakan logika/penalaran.Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan

jawaban yang salah diberikan skor 0.

2) Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)

Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman

siswa terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara pernyataan

satu dengan yang lainnya. Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS

yang berbentuk pilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang bersumber

pada situasi kontekstual.Siswa diberikan beberapa pernyataan yang terkait dengan

stilmulus/bacaan, lalu siswa diminta memilih benar/salah atau

ya/tidak.Pernyataan-pernyataan yang diberikan tersebut terkait antara satu dengan

yang lainnya.Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah agar diacak secara

random, tidak sistematis mengikuti pola tertentu. Susunan yang terpola sistematis

dapat memberi petunjuk kepada jawaban yang benar.Apabila siswa menjawab

benar pada semua pernyataan yang diberikan diberikan skor 1 atau apabila

terdapat kesalahan pada salah satu pernyataan maka diberi skor 0.

3) Uraian

Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa

untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan

cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan

kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis. Dalam menulis soal bentuk uraian,
14

penulis soal harus mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang

ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan, kedalaman dan panjang

jawaban, atau rincian jawaban yang mungkin diberikan oleh siswa. Dengan kata

lain, ruang lingkup ini menunjukkan kriteria luas atau sempitnya masalah yang

ditanyakan.

Ruang lingkup tersebut harus tegas dan jelas tergambar dalam rumusan

soalnya. Adanya batasan sebagai ruang lingkup soal, kemungkinan terjadinya

ketidakjelasan soal dapat dihindari. Ruang lingkup tersebut juga akan membantu

mempermudah pembuatan kriteria atau pedoman penskoran. Pada tahap

penskoran, penulis soal dapat menggunakan rubrik atau pedoman

penskoran.Setiap langkah atau kata kunci yang dijawab benar oleh siswa diberi

skor 1 dan yang salah diberi skor 0. Pada sebuah soal kemungkinan banyaknya

kata kunci atau langkah-langkah penyelesaian soal lebih daripada satu sehingga

skor untuk sebuah soal bentuk uraian dapat dilakukan dengan menjumlahkan skor

tiap langkah atau kata kunci yang dijawab benar oleh siswa.

2. Kemampuan Berpikir Kritis

a. Pengertian Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir merupakan salah satu modal yang harus dimiliki

peserta didik sebagai bekal dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi pada masa sekarang ini. Kemampuan seseorang untuk dapat

berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh kemampuan berpikirnya,

terutama dalam memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya. Menurut


15

Ennis “critical thinking is reasonable and reflective thinking focused on deciding

what to believe or do, yang artinya berpikir kritis adalah suatu proses berpikir

reflektif yang berfokus pada memutuskan apa yang diyakini atau dilakukan”.

(Zakiah & Lestari, 2019). Sedangkan menurut (Zubaidah, 2010) berpikir kritis

dapat diartikan sebagai proses dalam memahami konsep, menerapkan,

mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang didapat atau informasi yang

dihasilkan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan kemampuan berpikir

kritis adalah proses yang harus dilakukan seseorang untuk mencapai hasil atau

keputusan yang tepat dan rasional. Berpikir kritis dapat dilakukan dengan cara

melaksanakan proses berpikir secara matang dalam memecahkan masalah dan

mengevaluasi segala hal yang telah dibaca, didengar, dan ditulisnya. Masalah-

masalah tersebut biasanya berupa fakta, informasi, dan pengetahuan yang

dibutuhkan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.

b. Unsur-unsur Kemampuan Berpikir Kritis

Kompetensi dalam berpikir kritis direpresentasikan dengan kecakapan-

kecakapan atau unsur-unsur tertentu yang mendasari berpikir kritis. Kecakapan

yang dimaksud antara lain :

1) Inference, yaitu kecakapan untuk membedakan antara tingkattingkat


kebenaran dan kepalsuan. Inference merupakan kesimpulan yang
dihasilkan oleh seorang observasi sesuai fakta tertentu;
2) Pengenalan asumsi-asumsi, yaitu kecakapan untuk mengenal asumsi
yang merupakan sesuatu yang dianggap benar;
3) Deduksi yaitu kecakapan untuk menentukan kesimpulan-kesimpulan
tertentu, perlu mengikuti informasi di dalam pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan;
16

4) Interpretasi, yaitu kecakapan menimbang fakta-fakta dan


menghasilkan kesimpulan-kesimpulan pada data yag diberikan.
Interpretasi adalah kecakapan untuk menilai apakah kesimpulan secara
logis berdasarkan informasi yang diberikan; dan
5) Evaluasi, yaitu kecakapan membedakan antar argumen yang kuat dan
relevan dan argumen yang lemah atau tidak relevan (Haryani, 2011).

Unsur-unsur berpikir kritis juga dikemukakan Widiantari (2014, h.3)

bahwa unsur-unsur berpkir kritis terdiri atas “(1) Kemampuan menganalisis

pertanyaan, (2) Kemampuan memfokuskan pertanyaan, (3) Kemampuan

mengidentifikasi asumsi, (4) Kemampua menulis jawaban atau solusi dari

permasalahan soal, (5) Kemampuan menarik kesimpulan dari solusi permasalahan

yang telah diperoleh, dan (6) Kemampuan menentukan alternatif cara lain dalam

menyelesaikan masalah”.

Berdasarkan uraian tersebut, kemampuan berpikir kritis didasari oleh

beberapa unsur penting dalam prosesnya.Berpikir kritis tidak hanya berupa pikiran

yang biasa tetapi merupakan pikiran yang didasari oleh kemampuan-kemampuan

tertentu secara sistematis.

c. Indikator Berpikir Kritis

Pentingnya kemampuan berpikir kritis didasarkan pada 6 indikator utama

keterampilan berpikir kritis yang dikemukakan oleh (Facione, 2011) sebagai

berikut :

Tabel 1. Indikator Berpikir Kritis oleh Facione


Keterampilan Deskripsi Sub Keterampilan
Interpretation Untuk memahami dan Menggolongkan
(interpretasi) mengutarakan arti dari
bermacam pengalaman, Menguraikan arti
situasi, data, peristiwa, Mengklarifikasi maksud
pendapat, konvensi,
17

kepercayaan, peraturan,
prosedur atau kriteria.
Analysis (analisis) Untuk mengidentifikasi Menguji ide
maksud dan hubungan
infrensial susungguhnya Mengidentifikasi
antara pernyataan, argumen
pertanyaan, konsep, Mengindentifikasi
deksripsi, atau bentuk alasan dan tuntutan
lainnya dari representasi
maksud untuk
mengekspresikan
keyakinan, penilaian,
pengalaman, alasan,
infirmasi, atau opini.
Inference Untuk mengidentifkkasi Meragukan bukti
(menyimpulkan) dan mendapatan elemen
yang dibutuhkan dalam Memperkirakan
membuat kesimpulan alternatif
yang wajar, membuat Menarik kesimpulan
dugaan dan hipotesis,
mempertimbangkan Menggunakan alasan
informasi yang relevan infuktif atau deduktif
memutuskan konsekuensi
yang mengalir dari data,
laporan, prinsip, bukti,
penilaian, keyakinan,
opini, konsep, deskripsi,
pertanyaan, atau bentuk
lain dari representasi.
Evaluation (evaluasi) Untuk menilai Menilai kredibilitas
kerdebilitas pernyataan tuntutan
atau repserentasi lain
yang mnyebabkan atau Menilai kualitas
mendeksripsikan persepsi argumen yang dibuat
seseorang, pengalaman, menggunakan alasan
situasi, keyakinan, atau induktif atau deduktif
pendapat; dan untuk
menilai kekuatan logis
sebenarnya atau maksud
hubungan inferensial
antara pernyataan,
deksripsi, pertanyaan,
atau bentuk lain dari
representasi.
18

Explanation Untuk menyatakan dan Menyatakan hasil


(menjelaskan) membenarkan alasan
dalam hal pembuktian, Membenarkan prosedur
konseptual, metodologis, Memberikan argumen
kriteria logis, dan
pertimbangan kontekstual
dimana hasil seseorang
didasarkan; dan untuk
menyajikan penalaran
seseorang dalam bentuk
argumen yang
meyakinkan.
Self-regulation Kesadaran diri untuk Memantau diri
(pengaturan diri) memntau salah satu
aktivitas kognitif, unsur- Mengoreksi diri
unsur yang digunakan
dalam aktivitas tersebut,
dan memutuskan hasil,
terutama dengan
menerapkan keterampilan
dalam analisis, dan
evaluasi terhadap
penilaian inferensial diri
sendiri dengan
memandang pertnyaan,
mengkomfirmaikan,
memvalidasi, atau
mengoreksi baik
penalaran atau hasil
seseorang.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ennis yang merumuskan 13

indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu “(1) Mencari pertanyaan jelas dari teori

dan pertanyaan, (2) Mencari alasan, (3) Mencoba menjadi yng teraktual, (4)

Menggunakan sumber-sumber yang dapat dipercaya dan menyatakannya, (5)

Menjelaskan keseluruhan situasi, (6) Mencoba tetap relevan dengan ide utama, (7)

Menjaga ide dasar dan orisinil didalam pikiran, (8) Mencari alternative, (9)

Berpikiran terbuka, (10) Mengambil posisi ketika bukti-bukti dan alasan-alasan


19

memungkinkan untuk melakukannya, (11) Mencari dokumen-dokumen dengan

penuh ketelitian, (12) Sepakat dalam suatu cara yang teratur dengan bagian-bagian

dari keseluruhan kompleks, (13) Peka terhadap perasaan, pengetahuan, dan

kecerdasan orang lain”. (Zubaidah, 2010)

Pentingnya berpikir kritis didasarkan pada beberapa indikator kemampuan

berpikir kritis. Berpikir kritis sangatlah penting bagi setiap orang yang hidup di

abad 21 dan tentunya pada era revolusi industri 4.0 yang nantinya bisa kita

terapkan dalam dunia pendidikan utamanya pada proses pembelajaran. Berpikir

kritis juga mampu memungkinkan seseorang dalam menilai setiap bukti terhadap

suatu permasalahan sehingga dapat mengidentifikasi penalaran tersebut logis atau

tidak.

3. Pengaruh Soal Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Soal berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan salah satu

alat untuk mengukur kemampuan berpikir peserta didik. Soal berbasis Higher

Order Thinking Skills (HOTS) menuntut bagaimana peserta didik berpikir, salah

satunya adalah berpikir kritis. Bentuk-bentuk soal yang diberikan kepada peserta

didik memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, soal yang cenderung lebih sulit

sangat berpengaruh pada kemampuan berpikir kritis yang dimiliki peserta didik.

Peserta didik yang mampu menyelesaikan soal sulit dengan baik berarti mereka

memiliki kemampuan berpikir kritis dalam ranah kognitif yang tinggi.


20

Penelitian yang telah dilakukan (Islamiyati dkk., 2020) bahwa ada pengaruh

yang signifikan antara pemberian soal berbasis HOTS dengan kemampuan

berpikir kritis. Hal ini ditunjukkan dengan t tabel = 2.02 dan t hitung = 3.17 maka

t hitung > t tabel. Maka angka koefisien penentu/desterminasi sebesar 33%. Hal

ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian soal berbasis Higher Order

Thinking Skills (HOTS) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa di MAN 2

Palembang. Sedangkan sisanya 67% kemampuan berpikir krirtis siswa di MAN 2

Palembang dipengaruhi oleh faktor lain.

B. Kerangka Pikir

Higher Order Thinking Skills (HOTS) sangat penting dalam membantu

siswa dalam membaca dan menulis dan memungkinkan siswa belajar efektif

sebagai pembelajar yang mandiri. Sehingga siswa dapat membedakan ide atau

gagasan secara jelas, berargumen dengan baik dan memecahkan masalah.Oleh

karna itu adanya soal berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) dapat

memicu peserta didik berpikir lebih kreatif dalam hal ini adalah kemampuan

berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis dan Higher Order Thinking Skills

(HOTS) adalah suatu hal yang tidak bias terpisahkan. Menerapkan berpikir kritis

juga menerapkan Higher Order Thinking Skills (HOTS)dikarenaan keduanya

memiliki karakter yang sama.

Berdasarkan hal tersebut, maka soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)

diharapkan dapat menunjang peserta didik dalam evaluasi pembelajaran. Evaluasi

pembelajaran dilakukan dengan menyediakan soal-soal berbasis Higher Order


21

Thinking Skills (HOTS) yang akan diselesaikan oleh peserta didik. Pada penelitian

ini soal yang akan diselesaikan oleh peserta didik adalah soal berbasis Higher

Order Thinking Skills (HOTS). Sedangkan untuk mengukur Kemampuan Berpikir

Kritis digunakan kuesioner terkait indikator berpikir kritis.

Prapenelitian yang telah dilakukan oleh calon peneliti menemukan bahwa

masih terdapat guru yang membuat hasil tes belajar tanpa memperhatikan

prosedur pembuatan tes yang telah ditentukan. Kemampuan siswa untuk

menghubungkan pembelajaran dengan elemen lain di luar yang guru ajarkan

untuk diasosiasikan dengannya dipahami sebagai Higher Order Thinking Skills

(HOTS) yang merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur

kemampuan berpikir peserta didik. Pada penelitian ini bentuk soal Higher Order

Thinking Skills (HOTS) yang digunakan adalah soal uraian dengan tingkatan soal

C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta).

Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan meningkatkan kemampuan

berpikir kritis peserta didik akan dianalisis sehingga akan ditemukan ada atau

tidak ada pengaruh antara kedua variabel tersebut pada siswa kelas V SD Negeri

22 Jeppe’e Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone. Berdasarkan

uraian kerangka pikir yang telah dipaparkan, maka untuk lebih jelasnya dapat

digambarkan sebagai berikut:

Guru seringkali memberikan soal yang berlevel mudah dan


cenderung memberikan soal yang bertipe sama sehingga
peserta didik merasa kurang tertantang belajar

Potensi kemampuan berpikir kritis kurang tergali


22

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah dipaparkan

sebelumnya, hipotesis dalam penelitian ini merupakan jawaban sementara

terhadap hasil yang diharapkan yaitu ada pengaruhSoal Berbais Higher Order

Thinking Skills (HOTS) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD

Negeri 22 Jeppe’e Kabupaten Bone. Rumusan hipotesis yang diajukan oleh calon

peneliti adalah :

1. Hipotesis Verbal

H1 : Tidak terdapat Pengaruh Soal Berbasis Higher Order Thinking Skills

(HOTS) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri 22

Jeppe’e

H1 : Ada pengaruh Soal Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS)

terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri 22 Jeppe’e

2. Hipotesis Statistik

b. H0 : ρ = 0 (tidak ada pengaruh)

c. H1 : ρ ≠ 0 (ada pengaruh)
23

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

korelasi. Penelitian korelasi mempelajari hubungan antara dua variabel atau lebih,

yaitu sejauh mana hubungan variasi dalam satu variabel dengan variasi dalam

variabel lain. Menurut (Sugiyono, 2019) metode survei digunakan untuk

mengumpulkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan) tetapi

peneliti melakukan tindakan dalam pengumpulan data misalnya dengan

mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai April 2021- Mei 2021 tahun ajaran

2020/2021. Bertempat di SD Negeri 22 Jeppe’e Kecamatan Tanete Riattang Barat

Kabupaten Bone.

C. Desain Penelitian

Untuk mempermudah calon peneliti dalam mengetahui pengaruh Soal

Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) terhadap Kemampuan Berpikir

Kritis dalam penelitian ini, digambarkan variabel bebas dan variabel terikat

sebagai berikut.
24

X Y

Gambar 2. Desain Penelitian Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel


Terikat

Keterangan :

X = Soal Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Y = Kemampuan Berpikir Kritis

= Garis Pengaruh Variabel X – Y

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah semua subjek atau objek yang berada dalam satu wilayah

yang akan diteliti. Kata populasi sangat diperlukan dalam penelitian untuk

menyebutkan suatu objek. Menurut Sugiyono (2018, h. 80) “Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas V SD Negeri 22 Jeppe’e Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten

Bone yang berjumlah 42 Siswa.


25

Tabel 2. Jumlah Siswa Kelas V SD Negeri 22 Jeppe’e Kecamatan


Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone
No. Tingkatan Kelas Jumlah Siswa
1. Kelas VA 22 Siswa
2. Kelas VB 20 Siswa
Jumlah Keseluruhan 42 Siswa

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi subjek penelitian.

Menurut (Sugiyono, 2019) “Jika hasil penelitian akan digeneralisasikan

(kesimpulan data sampel yang dapat diberlakukan untuk populasi) maka sampel

yang digunakan sebagai sumber data harus representatif dapat dilakukan dengan

cara mengambil sampel dari populasi secara random sampai jumlah tertentu”

(h.381).

Pada penelitian ini, objek yang akan diteliti yaitu siswa kelas V SD

Negeri 22 Jeppe’e Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone. Adapun

teknik pengambilan sampel yang akan digunakan calon peneliti adalah teknik

sampel jenuh, dimana keseluruhan anggota populasi dijadikan objek penelitian.

Menurut (Suryani Hendryadi, 2015) sampel jenuh adalah “Sampel yang mewakili

jumlah populasi. Biasanya dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari

100”. Sampel ini biasanya dikatakan total sampling, apabila subjeknya kurang

dari 100 lebih baik diambil semua. Oleh karena itu, dalam penelitian ini

menggunakan sampel jenuh yaitu keseluruhan siswa kelas V SD Negeri 22

Jeppe’e Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone dengan jumlah 42

siswa (kurang dari 100).


26

E. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini merupakan batasan-

batasan yang digunakan untuk menghindari perbedaan interpretasi terhadap

variabel yang diteliti. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas

dan variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud yaitu Soal Berbasis Higher

Order Thinking Skills (HOTS), sedangkan variabel terikatnya yaitu kemampuan

berpikir kritis. Untuk memperjalas masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini

maka perlu diberikan penegasan secara operasional mengenai variabel yang akan

diteliti yaitu sebagai berikut :

1. Soal Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Higher Order Thingking Skill (HOTS) merupakan kemampuan untuk

menghubungkan, memanipulasi, dan mengubah pengetahuan serta pengalaman

yang sudah dimiliki secara kritis dan kreatif dalam menentukan keputusan untuk

menyelesaikan masalah pada situasi yang baru. Tes HOTS yang dibentuk adalah

soal-soal yang terdiri atas tiga ketentuan taksonomi bloom yaitu C4 yang berarti

menganalisis, C5 berarti mengevaluasi, dan C6 yang berarti mencipta.

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir reflektif yang berfokus pada

memutuskan apa yang diyakini atau dilakukan. Berpikir kritis sangat diperlukan

agar siswa tidak hanya asal bertindak, tetapi didasarkan pada pemikiran yang logis

dan peningkatan analisis argumen. Kemampuan berpikir kritis siswa dapat diukur

dengan memperhatikan indikator berpikir kritis, yaitu interpretasi, evaluasi,

analisis, dan inferensi.


27

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh

seorang peneliti harus secara teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan-tujuan

penelitian. Adapun prosedur dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Melakukan pertemuan awal dengan pihak sekolah

2. Pengurusan surat izin penelitian

3. Melaksanakan penelitian

4. Mengumpulkan data

5. Menganalisis data

6. Temuan atau hasil penelitian

G. Teknik Pengumpulan Data

Menurut (Sugiyono, 2019, h.296) , “Teknik pengumpulan data merupakan

langkah utama dalam pelaksanaan penelitian, karena tujuan utama dalam

penelitian adalah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi

standar data yang ditetapkan”. Pada penelitian ini data diperoleh menggunakan

alat pengumpul data yaitu sebagai berikut:

1. Tes

Data Soal Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) diperoleh

dengan menggunakan tes. Tes merupakan alat atau prosedur yang dipergunakan
28

dalam rangka pengukuran dan penilaian. Dalam penelitian ini, tes digunakan

sebagai alat untuk mengukur penggunaan soal berbasis HOTS sehingga dapat

diperoleh kesimpulan bersdasarkan teknik pengumpulan data yang telah

ditentukan.

2. Angket

Data kemampuan berpikir kritis diperoleh dengan menggunakan angket.

Menurut (Sugiyono, 2019, h.199) “Angket merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan angket tertutup dimana alternatif jawaban sudah ditentukan terlebih

dahulu.

H. Instrumen Penelitian

1. Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal-soal uraian

yang terdiri dari 15 soal materi bangun ruang. Pada penelitian ini bentuk soal

Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang digunakan adalah soal uraian dengan

tingkatan soal C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta).

2. Angket

Instrumen dalam penelitian ini yaitu angket tertutup dengan bentuk skala

likert, berdasarkan pendapat Sugiyono (2015) bahwa skala likert merupakan

penyusunan angket berdasarkan indikator variabel yang telah ditentukan dengan 4

pilihan alternatif. Pilihan alternatif yang dimaksud diantaranya yaitu SS (Sangat


29

Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Keempat

alternatif tersebut digunakan agar responden tidak bersikap ragu dan bahkan tetap

memiliki jawaban yang jelas.

Tabel 3 Format Skala Likert

Skor
Alternatif Jawaban
Positif (+) Negatif (-)

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 1

Sumber: Sugiyono (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D

I. Teknik Analisis Data

Tekhnik analisis data adalah tekhnik yang digunakan untuk membuktikan

hipotesis. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif dan analisis inferensial. Kedua analisis tersebut dijelaskan sebagai

berikut

1. Analisis Statistik Deksriptif

Analisis statistik deksriptif digunakan untuk melihat gambaran

kemampuan menyelesaikan soal berbasis HOTS dan kemampuan berpikir kritis

peserta didik. Sugiyono (2018) menjelaskan pengertian statistik dekriptif sebagai

berikut:
30

Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis


data dengan cara mendeksripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi (h.147).

Analisis deksriptif digunakan untuk menghitung data dengan

menggunakan perhitungan rata-rata dan perhitungan persentase. Rumus dari

kedua jenis perhitungan tersebut dapat di uraikan sebagai berikut

a. Analisis rata-rata

Analisis rata-rata digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata tes

kemampuan menyelesaikan soal berbasis HOTS dan hasil angket kemampuan

berpikir kritis. Rumus yang digunakan adalah rumus yang dikemukakan oleh

Sudijono (2015,h.85) sebagai berikut:

∑ fx
X́ =
n
Keterangan :
X́ = Nilai rata-rata
X = Nilai (skor)
F = Frekuensi data
N = Jumlah kejadian dalam populasi

b. Analisis Presentase

Analisis presentase bertujuan untuk mendeskripsikan kedua variabel

dengan menggunakan daftar distribusi frekuensi. Rumus yang digunakan adalah

rumus yang dikemukakan oleh Sudijono (2015,h.43) sebagai berikut:

n
P = N x 100%

Keterangan :
P = Presentase
n = Nilai yang diperoleh
N = Nilai yang diharapkan
31

Setelah menganalisis data, maka untuk menarik kesimpulan deksriptif

nilai presentase yang telah diperoleh dikonveksi pada pedoman konveksi yang

dikemukakan oleh Sulaeman (2012,h.46) sebagai berikut:

Tabel 4. Konversi Keberhasilan Siswa

Tingkat Pencapaian Kategori


80 % - 100 % A (SangatBaik)
66 % - 79 % B (Baik)
56 % - 65 % C (Sedang)
41 % - 55 % D (Kurang)
0 % - 40 % E (Sangat Kurang)
Sumber: Nurkancana dalam Sulaeman (2012, h.46)

2. Analisis Statistik Inferensial

Menurut Sugiyono, (2017, h.148) menyatakan bahwa “Statistik


inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data
sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi”. Statistik inferensial juga
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang mencari tahu pengaruh
variabel X terhadap variabel Y. Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:

a. Regresi linear sederhana

Regresi linear sederhana memperkirakan satu variabel terikat berdasarkan


satu variabel bebas. Variabel terikat diberi notasi Y dan variabel bebas diberi
notasi X, sehingga bentuk yang dicari adalah regresi Y atas X.

Dengan menggunakan persamaan:

Y = a + bX

Ket:

Y = Nilai yang diprediksikan

a = Koefisien regresi x
32

b = koefisien regresi y

X = nilai variable independen

Untuk koefisien – koefisien regresi a dan b dapat dihitung dengan rumus:

a=( ∑ Y ) ¿ ¿ ¿

n ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
b=
n XY 2 ∑−( ∑ X )

Keterangan:

n = jumlah populasi

X = nilai variabel independen

Y = nilai variabel dependen

b. Uji Signifikan (Uji-t)

Uji-t ini digunakan untuk menguji dan mengetahui ada tidaknya pengaruh
soal berbasis HOTS terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD
Negeri 22 Jeppe’e. Sebelum dilanjutkan dengan penguji hipotesis yang telah
ditentukan maka terlebih dahulu dicari kesalahan baku regresi dan kesalahan
baku koefisien b (penduga b) sebagai berikut, untuk regresi kesalahan bakunya
dirumuskan:

Se= √ ∑ Y 2 −( a ∑Y )−b ∑ YX ¿ ¿
n−2

c. Penguji hipotesis

1) Menentukan formulasi hipotesis

H0 : β = → β0 = 0

H ı : β ≠ β0

2) Menentukan taraf nyata (α) dan nilai ttabel α = 5% = 0,05 → a/2 = 0,025
33

b = n-2 k

t=0,05;n

d, Menghitung nilai r dengan rumus Product Moment Corelation:

∑ xy
rxy¿ 2 2
√( ∑ x ) (∑ y )
Ket:

rxy : koefisien korelasi

∑ xy : jumlah hasil kali skor X dengan skor Y yang berpasangan

∑ x2 : jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

∑y2 : jumlah skor yang di kaudratkan dalam sebaran Y

Rencana Pelaksanaan Penelitian


34

Minggu ke- Bulan Tahun


No Jenis Kegiatan
1 2 3 4
1 Persiapan
Mengadakan/prapenelitian √ 1 2021
Perencanaan Pembuatan √ 2
Proposal
Penyusunan Instrumen √ 3
Melaksanakan Seminar √ 4
Proposal
Merevisi Proposal Seminar √ 4
Mengurus Izin Penelitian √ 4
2 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan Angket √ 5 2021
Analisis Hasil Data √ 5
Penelitian
3 Penyusunan Draf Skripsi
Penyusunan Draf Skripsi √ 5 2021
Seminar Hasil √ 6
Ujian Tutup √ 6

Rencana Biaya Penelitian

No. Jenis Pengeluaran Biaya yang


35

Diusulkan (Rp)
1. Transportasi 500.000
Pembelian bahan habis pakai
- Kertas 3 rim @45.000 135.000
2. - Map 10 lembar @ 2.000 20.000
- Amplop 1 dos 20.000
- Tinta Print Epson Hitam 80 ml 3 buah @45.000 135.000
- Tinta Print Epson berwarna 80 ml 45.000
Peralatan
3.
- Pulpen 2 buah @ 3.500 7.000
- Penjepit kertas 10 buah @ 2.000 20.000
4. Pulsa telepon dan kuota data 200.000
Jumlah 1.082.000

Daftar Pustaka

Ali, Gunawan, M. 2015. Statistik Penelitian Bidang Pendidikan, Psikologi, dan


36

Sosial. Prama Publishing.


Amran, M. (2019). No Title. Pembelajaran Aktif Pada Mata Kuliah Konsep
Dasar IPA 1 DI Kelas 27 Mahasiswa PGSD BONE FIP UNM, 2.
Ariyana, Y., Bestary, R., & Mohandas, R. (2018). Buku pegangan pembelajaran
berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Direktorat Jenderal
Guru Dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Hak.
Conklin, W. (2011). Higher-order thinking skills to develop 21st century learners.
Teacher Created Materials.
Dinni, H. N. (2018). HOTS ( High Order Thinking Skills ) dan Kaitannya dengan
Kemampuan Literasi Matematika. Prisma, 1, 170–176.
Facione, P. A. (2011). Critical thinking: What it is and why it counts. Insight
assessment, 2007(1), 1–23.
Haryani, D. (2011). Pembelajaran matematika dengan pemecahan masalah untuk
menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Prosiding Seminar
Nasional Penelitian, Pendidikan Dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA,
Universitas Negeri Yogyakarta, 14.
Indonesia, (2003).Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Islamiyati, I., Karoma, Mardeli, & Sukirman. (2020). Pengaruh Pemberian Soal
Berbasis Higher Order Thinking Skills (Hots) Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Di Man 2
Palembang. PAI Raden Fatah, 2, 397–413.
Karim, A. (2011). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Dalam
Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar, 1, 21–32.
Lukma, R., Putri, A., Dwiastuti, S., & Karyanto, P. (2013). Pengaruh Pemberian
Pertanyaan Higher Order Thinking Skills dalam Model Pembelajaran
Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa The
Effect of Higher Order Thinking Skills Question in Problem Based Learning
Model toward Student ’ s Crit. 15, 324–328.
Riduwan. 2016. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Sani, R. A. (2019). Pembelajaran berbasis hots edisi revisi: higher order thinking
skills (Vol. 1). Tira Smart.
Setiawati, W., Asmira, O., Ariyana, Y., Bestary, R., & Ari Pudjiastuti. (2019).
Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills. Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudijono, A. (2018). Pengantar Statistik Pendidikan. Raja Grafindo Persada.
37

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2019). METODE PENELITIAN KUANTITATIF , KUALITATIF, dan


R&D (2 ed.). ALFABETA.

Sulaeman, K. 2012. Hubungan Antara Kemampuan Mengarang dengan Prestasi


Belajar Bahasa Indonesia. Skripsi. Bone: Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas negeri makassar.
Zakiah, L., & Lestari, I. (2019). Berpikir Kritis dalam Konteks Pembelajaran.
Bogor: Erzatama Karya Abadi.
Zubaidah, S. (2010). Berfikir Kritis : Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Yang
dapat Dikembangkan Melalui Pembelajaran Sains. Seminar Nasional Sains
2010 Dengan Tema “Optimalisasi Sains Untuk Memberdayakan
Manusia,”January 2010, 11.
Zubaidah, S. (2010). Berfikir Kritis : Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Yang
dapat Dikembangkan Melalui Pembelajaran Sains. Seminar Nasional Sains
2010 Dengan Tema “Optimalisasi Sains Untuk Memberdayakan Manusia,”
January 2010, 11.
38

LAMPIRAN

Lampiran 1
Kisi-kisi Soal HOTS
39

No.
Ranah
Soal
No SK KD Materi Indikator
C4 C5 C6

1. Menghitung Menyelesai Luas Menilai dari dua 1


luas bangun kan masalah bangun rumus segitiga dan
datar yang datar layang-layang
sederhana berkaitan trapesium akankah menghasilkan
dan dengan luas dan hitungan yang sama
mengguna- bangun layang- atau tidak dalam √

kannya datar layang penyelesaian masalah


dalam
pemecahan
masalah

Menunjukkan bagian- √ 2,5,6


bagian mana yang ,dan
paling penting dan 9
relevan
Menentukan manakah √ 15
informasi yang lebih
relevan untuk
memecahkan suatu
masalah
Membuat rencana √ 8
untuk menentukan
ukuran suatu bangun
yang ingin dibuat
2. Menghitung Menyelesai Volume merumuskan apakah √ 3
volume kan masalah bangun suatu bagan kubus
kubus dan yang ruang bisa diisi lagi dengan
balok dan berkaitan balok dan bangun kubus dengan
menggunak dengan kubus kriteria tertentu
annya volume
dalam kubus dan
pemecahan balok.
masalah.
Menentukan apakah √ 4
suatu bangun kubus
bisa diisi bangun
ruang lainnya dengan
40

kriteria yang telah


diberikan
Memilih bagian √ 10
relevan dari sebuah
informasi

Lampiran 2
Soal Uji Coba HOTS
41

NAMA :
NO. ABSEN :

Bacalah soal dengan teliti sebelum mengerjakan soal berikut ini! Cantumkan
rumus dan langkah ataupun alasan yang digunakan untuk menjawab secara
jelas!

1. Sandi mempunyai sebuah layang-layang. Saat melihat kerangka layangan


tersebut ia bingung karena bentuknya seperti 2 buah segitiga besar CAD dan
CAB. Karena ia bingung dan ingin tahu, Sandi akhirnya mencoba untuk
menghitung luas kerangka menggunakan rumus segitiga dan rumus layang-
layang : O
A

8cm
D B
5cm 12cm

C
Apakah Sandi memperoleh hasil yang sama bila menggunakan rumus segitiga
(CAD dan CAB) dan rumus layang-layang? Jelaskan!

2. Ical mempunyai sebuah karton sis berbentuk trapesium siku-siku dengan


ukuran sisi-sisi sejajarnya adalah 18cm dan 12cm dan ukuran sisi miringnya
24,7cm. Luas dari karton sisa yang Ical punya yaitu 360cm 2. Bagian manakah
dari karton itu yang belum diketahui dan tentukanlah ukurannya!

3. Nisa mempunyai kotak mainan besar berbentuk bola kubus. Kotak tersebut
akan diisi dengan kotak mainan yang lebih kecil berbentuk kubus juga.
Panjang sisi kotak mainan yang besar adalam 18cm dan panjang sisi kotak
mainan kecil adalah 6cm. Kotak mainan besar akan diisi dengan kotak
mainan kecil sebanyak 27 buah. Apakah bisa kotak mainan besar itu diisi
dengan kotak mainan kecil yang jumlahnya 27 buah? Jelaskan!

4. Ainun mempunyai sebuah kotak kado berbentuk kubus. Kotak kado itu
mempunyai panjang sisi 21cm. Dan Ainun mempunyai 21 buah balok kayu
kecil yang semua ukurannya sama besar. Balok kayu itu mempunyai panjang
9cm, lebar 7cm, dan tinggi 7cm. Ainun ingin membandingkan volume dari
kotak kado dan volume dari 21 buah balok kayu yang sudah dijumlahkan.
42

Apakah volume kotak kado sama dengan jumlah volume 21 Blok kayu kecil
milik Ainun? Jelaskan!

5. Rumah Ajeng mempunyai atap yang tampak dari depan dan belakang seperti
bentuk bangun datar trapesium samakaki. Sisi depan atap rumah Ajeng
mempunyai ukuran panjang sisi sejajar masing-masing 30m dan 24m. Jumlah
luas kedua sisi atap rumah adalah 864m2. Bagian manakah dari atap rumah
Ajeng yang belum diketahui dan tentukanlah berapak ukurannya!

6. Jika diketahui :
A B
FO = 32cm
FE = 10cm
DO = 13cm O
CO = 14cm C
F E
BC = 16cm

D
Tentukan apa saja yang perlu diketahui untuk menghoitung luas dan
kemudian hitunglah luasnya!

7. Linda mempunyai kertas berbentuk persegi panjang berukuran 80cm x 70cm.


Kertas itu akan digunkan untuk membuat 3 buah layang-layang. Salah satu
diagonalnya berukuran 25cm. Satu buah layang-layang berkuruan luas
250cm2. Tentukanlah ukuran diagonal yang lain dan ukuran keseluruhan
kertas yang sudah menjadi layang-layang!

8. Bu Sela ingin membuat rumah-rumahan dibuku gambar dengan kertas lipat


sebagai atap rumah. Pada gambar di bawah atap rumah terlihat seperti bangun
datar trapesium samakaki. Bagaimana jika luas atap tersebut 198cm2. Lalu
berapakah ukuran tinggi atap tersebut?

10cm 15cm
12cm

9. Resa mempunyai keranjang berbentuk balok. Volume keranjang itu 1500cc


dengan ukuran tinggi 15cm dan sisi lain 10cm. Keranjang itu akan diisi
43

dengan cokelat besar yang nantinya akan dihadiahkan untuk temannya yaitu
Sari. Namun, Resa memiliki 3 buah cokelat yang berbeda ukuran. Cokelat
manakah yang bisa dimasukkan ke dalam keranjang? Dan mengapa memilih
cokelat itu?

No Panjang Lebar Tinggi Harga


.
1. 11cm 12cm 16cm Rp. 95.000,00

2. 15cm 11cm 10cm Rp. 80.000,00


3. 9cm 8cm 15cm Rp. 75.000,00

10. ibu meminta Nurul memotong kain yang digunakn untuk hiasan pada taplak
meja berbentuk trapesium. Ibu meminta jika kainnya memiliki tinggi 18cm
dan luasnya 450cm2. Manakah dari kedua ukuran berikutyang akan
digunakan? a) 27cm dan 22cm b) 28cm dan 22cm.

KUESIONER KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS


44

Petunjuk :
Bacalah setiap pernyataan berikut dan tunjukkan bagaimana anda berpikir dan
merasa secara umum dalam pembelajaran. Tidak ada jawaban benar atau salah,
karena itu jangan membuang waktu terlalu lama.
Pilihlah angka secara jujur paling menggambarkan kondisi berpikir dan perasaan
anda. Keterangan penilain/skor: 1) S= Setuju, 2) SS= Sangat Setuju, 3) TS=
Tidak Setuju, 4) STS= Sangat Tidak Setuju

No Pertanyaan S SS TS STS
1 Saya menentukan cara bagaimana menyelesaikan
sebuah tugas sebelum mengerjakanya
2 Saya memikirkan secara mendalam materi
pembelajaran yang diberikan.
3 Saya berkerja keras untuk melakukan tugas dengan
baik meski saya tidak menyukainya
4 Saya berpikir dengan cara lain untuk
menyelesaikan tugas.
5 Saya mengarahkan segenap usaha terbaik saya
dalam meyelesaikan tugas
6 Saya merasa yakin bahwa saya dapat memahami
materi-materi- sulit pada mata pelajaran ini.
7 Saya mencoba memahami tugas-tugas lebih
dahulu sebelum mempersiapkan langkah-langkah
penyelesainnya.
8 Saya menyelesaikan sebuah tugas dengan
mencoba lebih dari dari satu cara untuk
melakukannya.
9 Saya memeriksa pekerjaan sambil terus
mengerjakannya.
10 Saya berkerja sebaik mungking pada setiap tugas.
11 Saya terlebih dahulu memahami tugas-tugas
sebelum saya menjawabnya.
12 Saya percaya bahwa saya dapat memahami materi
lebih mudah yang diberikan guru.
13 Saya menilai kebenaran dari tugas yang saya
45

lakukan.
14 Saya berkosentrasi sungguh-sungguh saat
menyelesainlkan sebuah tugas.
15 Saya percaya bahwa saya dapat memberikan kerja
terbaik pada tugas dan ujian pelajaran ini.
16 Saya berusaha mencari ide-ide barun unutuk
menyelesaikan sebuah tugas.
17 Saya memulai tugas dengan hal-hal yang
sederhana atau mudah lebih dahulu.
18 Saya meluangkan banyak waktu untuk mecoba
memahami tugas-tugas sulit.
19 Suatu tugas berguna untuk menguji pengetahuan
saya.
20 Saya merasa yakin dapat menguasai keterampilan
yang diajarkan mata pelajaran ini.

Anda mungkin juga menyukai