Anda di halaman 1dari 36

Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning pada Materi Pencemaran

Lingkungan dalam Meningkatkan High Order Thinking Skills pada Peserta Didik
SMA kelas X MIPA

1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 7
1.3 Ruang Lingkup Masalah................................................................................................. 8
1.4 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 8
1.5 Batasan Masalah ........................................................................................................... 8
1.6 Tujuan Penelitian........................................................................................................... 9
1.7 Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................... 10
2.1 Kerangka Teoritis......................................................................................................... 10
2.2 Model Pembelajaran Project Based Learning (PBL) .................................................... 11
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran ........................................................................ 11
2.2.2 Pengertian model pembelajaran Project Based Learning (PBL).......................... 12
2.2.3 Tujuan Model Pembelajaran Project Based Learning (PBL) ................................ 12
2.2.4 Karakteristik Model Project Based Learning (PBL) .............................................. 13
2.2.5 Model Pembelajaran Project Based Learning (PBL) ............................................ 13
2.2.6 Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning .......... 14
2.3 Pendekatan ................................................................................................................. 15
2.3.1 Pengertian Pendekatan ....................................................................................... 15
2.3.2 Pengertian Pendekatan HOTS ............................................................................. 15
2.3.3 Perencanaan Pembelajaran dan Penilaian HOTS ................................................ 17
2.3.4 Pembelajaran HOTS............................................................................................. 18
2.4 Materi Pencemaran Lingkungan ................................................................................. 19
2.4.1 Definisi Pencemaran Lingkungan ........................................................................ 19
2.4.2 Macam-macam Pencemaran Lingkungan ........................................................... 19
2.4.3 Jenis-jenis limbah ................................................................................................ 23
2.5 Kerangka Berpikir ........................................................................................................ 24
2.6 Hipotesis Penelitian ..................................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................................. 26
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................................... 26
3.2 Populasi dan Sample ................................................................................................... 26
3.3 Variable Penelitian ...................................................................................................... 26

2
3.4 Rancangan Penelitian .................................................................................................. 27
3.5 Prosedur Penelitian ..................................................................................................... 27
3.6 Instrumen Penelitian ................................................................................................... 28
3.6.1 Test ...................................................................................................................... 28
3.6.2 Lembar Observasi ................................................................................................ 28
3.6.3 Validitas Instrumen ............................................................................................. 28
3.7 Tehnik Pengumpulan Data .......................................................................................... 29
3.8 Teknik Analisis Data..................................................................................................... 30
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………………………………..…31

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang - Undang nomor 20 tahun 2003 mengenai pendidikan yang
diartikan sebagai peningkatan sekaligus perkembangan keahlian yang dimiliki peserta
didik. Pendidikan merupakan pintu bagi setiap manusia untuk menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi itu yang menyebabkan arus
informasi menjadi cepat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad 21
ini merupakan era globalisasi yang menuntut setiap orang untuk menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Untuk menguasai IPTEK dibutuhkan sumberdaya
manusia berkualitas yang dapat bertindak secara cepat, tepat, kreatif, dan inovatif. Oleh
karena itu, pendidikan memiliki peranan penting untuk menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas tersebut. Pembelajaran yang berkualitas dapat terjadi jika
peserta didik dapat menghubungkan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya.

Pembelajaran IPA menuntut peserta didik memiliki kemampuan abad ke-21.


Pendidikan pada abad 21 menuntut pembelajaran yang lebih mengembangkan
keterampilan berpikir kreatif (creative thinking) dan berpikir kritis (high order of
thinking). Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu hal yang sangat penting
harus dilatih pada peserta didik agar peserta didik dapat menyelesaikan persoalan-
persoalan konsep IPA yang dihadapinya. Berpikir kritis dalam pembelajaran bertujuan
untuk mengarahkan peserta didik untuk memiliki cara berpikir yang terstruktur dan
cerdas dalam mengorganisasikan antar konsep dalam memecahkan masalah. Sedangkan
tujuan pendidikan yaitu mengembangkan kemampuan berpikir, bersikap rasional dan
dinamis, berpandangan luas, agar peserta didik memiliki motivasi bahwa pendidikan
yang diberikan berkaitan dengan peranan dan kedudukan mereka sebagai individu dan
bersedia dalam mewujudkannya.

Pendidikan Abad 21 memiliki tujuan yaitu mengembangkan keterampilan


berpikir peserta didik. Keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills) dapat
dikatakan sebagai sebuah keterampilan mendasar dan fundamental untuk memecahkan

4
masalah. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki oleh setiap peserta didik untuk
menemukan sumber masalah, bagaimana mencari dan menanggapi suatu permasalahan,
tanggapan yang diberikan dipaparkan dalam bentuk alasan yang mendasar dan logis
sehingga dapat digunakan untuk menarik suatu kesimpulan. Kemampuan berpikir kritis
yang dimiliki seseorang tidak dapat dimiliki secara langsung melainkan diperoleh
melalui latihan.

Pendidikan tidak terlepas dari komponen-komponen pendidikan seperti


pendidik, peserta didik, serta sarana dan prasarana pendidikan. Saat ini proses
pembelajaran masih berpusat pada pendidik (teacher centered)22, sehingga aktivitas
belajar masih monoton dan terfokus pada apa yang diinstruksikan seorang pendidik.
Akibatnya peserta didik tidak dapat menguasai keterampilan abad ke 21 secara optimal.
Hal tersebut mengakibatkan peserta didik menjadi pasif serta minat belajarnya pun
rendah.

Untuk meningkatkan minat belajar peserta didik diperlukan keterampilan


berpikir kritis, agar peserta didik mampu berpikir logis dan dapat mengambil keputusan
secara rasional. Berpikir kritis dapat dikatakan sebagai bentuk kegiatan mental atau
pikiran manusia yang aktif. Sebagai pendidik, seorang guru harus mampu menciptakan
pembelajaran yang mampu melatih kemampuan berpikir kritis peserta didik untuk
menemukan informasi belajar secara mandiri dan aktif. Maka dari itu pendidik harus
mampu mendesain sistem pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik terutama dalam pembelajaran sains.

Hal tersebut membuktikan bahwa berpikir kritis sangat diperlukan dalam


pembelajaran biologi. Berpikir kritis diterapkan kepada peserta didik agar dapat
memecahkan masalah secara sistematis dan mampu berpendapat secara terorganisir.
Adapun upaya pensyaratan dalam pembentukan kemampuan berpikir kritis dengan
adanya kelas yang interaktif, peserta didik dipandang sebagai pemikir dan pendidik
berperan sebagai mediator, fasilitator, dan motivator yang membantu peserta didik
dalam belajar. Pendidik sebagai fasilitator dituntut untuk menguasai skill dan mampu
menggunakan media pembelajaran, menggunakan model dan isntrumen yang akan
digunakan untuk evaluasi setelah pembelajaran. Bila seorang pendidik lebih senang
menggunakan model pembelajaran satu arah (ceramah), akan menurunkan minat gairah

5
atau semangat belajar peserta didik dan membekukan penalarannya. Model
pembelajaran seperti ini hanya mengkondisikan anak menerima dan kurang aktif dalam
mencari atau menemukan informasi baru untuk memecahkan masalah.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru bidang studi biologi
kelas SMA kelas X MIPA. Pendidik mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran
masih menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan metode ceramah
dimana pendidik menjadi pusat dalam pembelajaran dan peserta didik hanya menyimak
dan mengingat teori yang diberikan, tanpa memahami konsep-konsep sains yang
berkaitan dengan kehidupan nyata. Akibatnya, peserta didik menjadi kurang aktif dan
merasa jenuh terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Tentunya kondisi ini
menjadi suatu keprihatinan, seharusnya setiap pendidik melakukan inovasi dalam proses
pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Oleh karena itu
diperlukan adanya suatu model atau metode pembelajaran yang dapat melibatkan
peserta didik pada saat kegiatan pembelajaran secara aktif dan peserta didik dapat
memahami materi sesuai dengan tujuan pembelajaran, dapat mengaplikasikan materi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari, serta tanggap terhadap permasalahan-
permasalahan yang ada dilingkungan sekitar dalam upaya meningkatkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik.

Guna mengatasi permasalahan pada pembelajaran biologi di SMA 1 kelas X


MIPA, dibutuhkan model pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik pada saat
kegiatan pembelajaran secara aktif sehinggga peserta didik dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis. Adapun model pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik (student centered learning) yang sangat tepat dan efektif untuk diaplikasikan
dalam pembelajaran biologi dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik. Salah satunya yaitu model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merancang sendiri aktivitas
belajar mereka, membuat projek yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan sehari-
hari dan kegiatan akhir pembelajaran dapat mempresentasikan produk tersebut kepada
orang lain. Model pembelajaran project based learning (PjBL) memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan pembelajaran sendiri, lebih realistik dan
menghasilkan produk. Metode pengajaran ini menggunakan persoalan masalah agar

6
peserta didik dapat mudah memahami serta menyerap teori yang diberikan. Model PjBL
ini salah satu model yang disarankan pada kurikulum 2013 karena dapat meningkatkan
keaktifan serta kekreatifitas peserta didik. Pada pelaksanaan pembelajaran PjBL dapat
diintegrasikan dengan pendekatan Higher Order Thinking Skill (recall, restate, and
recite).

Pencemaran lingkungan merupakan kajian yang paling sering ditemui dalam


kehidupan sehari-hari karena kehidupan manusia tidak lepas dari lingkungan sekitarnya.
Materi ini membahas tentang penyebab, dampak, dan usaha manusia dalam mengatasi
masalah pencemaran lingkungan yang terjadi. Penelitian Noma, dkk (2016)
menunjukkan bahwa pembelajaran Biologi yang menerapkan model PBL pada materi
pencemaran lingkungan mampu meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
peserta didik SMA 1 kelas X MIPA. Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Magsino
(2014) yang menyatakan bahwa model PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi pada peserta didik.

Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
“Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning pada Materi Pencemaran
Lingkungan dalam Meningkatkan High Order Thinking Skills pada Peserta Didik SMA
kelas X MIPA”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
model problem based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah materi
pencemaran lingkungan siswa SMA kelas X MIPA.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kemampuan kritis peserta didik siswa SMA kelas X MIPA dengan
proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) yaitu
menggunakan metode ceramah?
2. Bagaimanakah kreativitas siswa kelas siswa SMA kelas X MIPA melalui
penerapan Model Project Based learning (PjBl) terhadap materi pencemaran
lingkungan dalam Meningkatkan High Order Thinking Skills?

7
3. Bagaimanakah hasil belajar siswa SMA kelas X MIPA melalui penerapan Model
Project Based learning (PjBl) terhadap materi pencemaran lingkungan dalam
Meningkatkan High Order Thinking Skills?

1.3 Ruang Lingkup Masalah


a) Penelitian bertujuan untuk membentuk desain pembelajaran pengembangan
model pbl pada materi pencemaran lingkungan dalam Meningkatkan High Order
Thinking Skills.
b) Penelitian ini menggunakan studi kasus siswa SMA kelas X MIPA.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat dirumuskan yaitu:
Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
berbasis HOTS untuk meningkatkan High Order Thinking Skills pada Peserta
Didik SMA kelas X MIPA?

1.5 Batasan Masalah


Berdasarkan identifikasi latar belakang, terdapat beberapa permasalahan yang
harus dibatasi sebagai berikut :
a) Model pembelajaran yang di gunakan adalah model Project Based Learning
(PjBL) dari model PjBL ini yaitu menentukan projek, perencanaan penyelesaian
proyek, penyusunan jadwal pelaksanaan projek, penyesuaian projek dengan
fasilitas dan monitoring pendidik, penyusunan laporan dan presentasi hasil
projek dan evaluasi projek dan hasil projek.
b) Pendekatan yang diterapkan adalah pendekatan Higher Order Thinking Skill
(HOTS). Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan kemampuan berpikir
yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau
merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Contohnya bagaimana cara
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta pembelajaran.
c) Berpikir kritis merupakan suatu kegiatan melalui cara berpikir tentang ide atau
gagasan yang berhubungan dengan konsep yang di berikan atau masalah yang di
paparkan, agar dapat menganalisis suatu masalah, mengatur strategi pemecahan
masalah, mampu mengevaluasi dan memberikan argumen yang logis terhadap
suatu pernyataan, dan dapat menarik kesimpulan.

8
1.6 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan
penelitian yaitu:

Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)


berbasis HOTS untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik
materi pencemaran lingkungan dalam Meningkatkan High Order Thinking Skills
pada siswa SMA kelas X MIPA.

1.7 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Pendidik
Memberikan alternatif model pembelajaran yang sesuai dengan materi,
situasi dan kondisi lingkungan sekolah.
2. Bagi Peserta Didik
Memberikan peserta didik pengalaman belajar yang berbeda dengan
menggunakan model pembelajaran Project Based Learning dengan
pendekatan HOTS.
3. Bagi Sekolah
Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas pengolahan
kegiatan proses pembelajaran di sekolah, terutama untuk mata pelajaran
Biologi di SMA kelas X MIPA.
4. Bagi Peneliti Lain
Di harapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai model pembelajaran Project Based Learning dengan
pendekatan HOTS terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis


Adapun kerangka berpikir pada penelitian ini adalah: Pendidikan di abad-21
mengharuskan peserta didik memiliki kompetensi yang mampu bersaing dalam abad 21.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki yaitu kemampuan Higher Order Thinking
Skill. Namun berdasarkan hasil pra penelitian, kemampuan Higher Order Thinking Skill
peserta didik masih rendah dan memerlukan peningkatan. Hal ini dikarenakan dalam
proses pembelajaran berlangsung pendidik cenderung menggunakan model
pembelajaran yang teacher center.

Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning berbasis HOTS karena Problem Based Learning
adalah suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menggali pengalaman yang autentik sehingga mendorong peserta didik untuk
aktif belajar dan mengkontruksikan pengetahuan dalam konteks belajar di sekolah.

Pendekatan HOTS merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan peserta


didik memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai suatu materi karena pendekatan
ini mampu mengembangkan suatu materi dengan menghubungakan materi kedalam
unsur HOTS yaitu recall, restate, and recite. Dengan begitu model Problem Based
Learning berbasis HOTS bila diterapkan harapannya mampu meningkatkan kreativitas
siswa. Selama proses pembelajaran menggunakan pendekatan tersebut peneliti banyak
melakukan stimulus pertanyaan untuk mendorong memunculkan pikiran-pikiran orisinil
dan kreativitas siswa.

Model pembelajaran berbasis proyek merupakan bentuk pembelajaran yang


berpusat pada siswa, bertujuan untuk mengembangkan kemandirian lebih pada diri
siswa. Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Belajar mandiri bukan merupakan
usaha untuk mengasingkan siswa dari teman belajarnya dan dari guru. Hal terpenting
dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa
dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa tidak
tergantung pada guru atau teman atau orang lain dalam belajar. Kalau mendapat

10
kesulitan barulah siswa akan bertanya atau mendiskusikannya dengan teman, guru atau
orang lain. Siswa yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang
dibutuhkannya.

Pendidikan Abad 21

Kompetensi yang
harus dimiliki Materi Lingkungan

Rendahnya kemampuan

Higher Order Thinking Skill

Aplikasi Model Problem Based

Learning berbasis HOTS

Kemampuan Higher OrderThinking Skill


meningkat

Bagan Kerangka Teoritis

2.2 Model Pembelajaran Project Based Learning (PBL)

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah cara yang digunakan pendidik dalam mengadakan
hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya pembelajaran. Pembelajaran
meliputi tujuan, sintaks, lingkungan dan sistem pengolahannya. Model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran (Jeani,2020 hal.7). Model pembelajaran yaitu cara yang digunakan oleh
pendidik pada saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan metode adalah cara-cara
menyajikan materi pelajaran agar tujuan proses pembelajaran tercapai (Fivia,2021
hal.58-59).

11
Model pembelajaran merupakan perencanaan turorial pembelajaran yang
tersusun secara sistematis sebagai pedoman pendidik dalam merencanakan
pembelajaran di kelas. Dalam memilih model pembelajaran harus mempertimbangkan
tiga aspek yaitu hasil, isi materi dan proses pembelajaran itu sendiri. Model
pembelajaran yang paling sering diterapkan oleh pendidik adalah metode ceramah atau
metode konvensional namun seiring perkembangan zaman model pembelajaran menjadi
lebih kreatif dan inovatif. Pada hakikatnya pembelajaran merupakan interaksi dua arah
dari seorang pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
(Anggraini,2021 hal.294) .

2.2.2 Pengertian model pembelajaran Project Based Learning (PBL)


Project Based Learning (PBL) adalah salah satu model pembelajaran tematik
terpadu. Model pembelajaran ini berbasis projek, projek yang dimaksud adalah suatu
rancangan berupa ilmu pengetahuan, teknologi, masyarakat dan matematika. Project
based learning merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada peserta didik
dengan menempatkan pendidik sebagai fasilitator dan motivator (Eliza,2021 hal.59).

Project Based Learning adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah


nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar dan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, mampu memberikan solusi dalam menyelesaikan
permasalahan dengan menciptakan suatu ide atau produk dengan memanfaatkan
lingkungan yang ada. Sehingga dapat melibatkan peserta didik aktif dalam proses
pembelajarannya (Vina,2020 hal.526).

2.2.3 Tujuan Model Pembelajaran Project Based Learning (PBL)


Tujuan dari model pembelajaran Project Based Learning (menurut
Eliza,2021hal.59) seperti berikut ini:

1. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah.


2. Membuat peserta didik menjadi aktif dalam memecahkan masalah
projek dengan hasil produk nyata.
3. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran.
4. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam
mengolah bahan atau alat untuk menyelesaikan projek.
5. Meningkatkan kolaborasi peserta didik yang bersifat kelompok

12
2.2.4 Karakteristik Model Project Based Learning (PBL)
Penggunaan model pembelajaran ini melibatkan kerja proyek dimana peserta
didik akan menghasilkan produk nyata. Karakteristik model pembelajaran berbasis
projek sebagai berikut :
a) Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.
b) Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan perserta didik. Peserta didik
mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan yang ada.
c) Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk memecahkan
permasalahan.
d) Proses evaluasi dijalankan secara kontinue.
e) Produk akhir belajar akan dievaluasi secara kualitatif.
f) Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

2.2.5 Model Pembelajaran Project Based Learning (PBL)


Langkah-langkah model pembelajaran project based learning sebagai berikut:

No Sintaks Kegiatan
1 Penyampaian topik dalam teori oleh
Penentuan projek pendidik kemudian disusul dengan
kegiatanpertanyaan tentang
pemecahan masalah.
2 Perencanaan langkah- Pendidik melakukan
langkah penyelesaian pengelompokkan terhadap peserta
projek didik sesuai dengan
prosedur pembuatan projek.
3 Melakukan penetapan
Penyusunan jadwal langkah-langkah serta jadwal antara
pelaksanaan projek pendidik dan peserta didik dalam
penyelesaian
projek tersebut.
4 Penyelesaian projek dengan Pemantauan yang dilakukan oleh
fasilitas dan monitoring pendidik mengenai

13
keaktifan peserta didik ketika
menyelesaikan projek

5 Penyusunan laporan dan Pendidik melakukan discuss dalam


presentasi hasil projek pemantauan realisasi yang dilakukan
pada peserta didik. Pembahasan yang
dilakukan dijadikan laporan untuk
pemaparan terhadap
orang lain.
6 Pendidik melakukan
pengarahan pada proses
Evaluasi projek dan hasil pemaparan dari peserta didik,
projek pendidik melakukan refleksi
serta menyimpulkan secara
garis besar apa yang telah
diperoleh peserta didik
68
melalui pengamatan .

2.2.6 Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning


Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan, adapun kelebihan yang di miliki
model pembelajaran project based learning sebagai berikut :

1. Menumbuhkan stimulus belajar peserta didik.


2. membangun dan menerapkan kemampuan komunikasi
3. Menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam mengolah bahan
pembelajaran dalam mengolah peserta didik mampu mengimplementasi dalam
mengkontruksi projek.
4. Peserta didik dapat menjadikan lingkungan belajar yang mengasyikkan,
sehingga pendidik serta peserta didik dapat menikmati proses pembelajaran.

Selain kelebihan yang dimiliki model pembelajaran project based learning model
tersebut juga memiliki kekurangan, antara lain sebagai berikut :

14
1. Sikap aktif peserta didik dapat menimbilkan suasana kelas yang kurang
kondusif. Oleh karena itu, pendidik memberikan peluang beberapa menit
untuk membebaskan peserta didik berdiskusi, jika waktu diskusi sudah cukup
maka proses pembelajaran dapat dilakukan dengan tenang.

2. Penerapan alokasi waktu untuk peserta didik telah diterapkan namun tetap
membuat situasi pengajaran tidak kondusif, maka pendidik berhak memberikan
waktu tambahan secara bergantian pada tiap kelompoknya.

2.3 Pendekatan

2.3.1 Pengertian Pendekatan


Bentuk pengelolaan pembelajaran adalah dengan pendekatan pembelajaran.
Pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik. Inovasi pembelajaran saat ini sangat dibutuhkan oleh sekolah dalam
meningkatkan keterampilan belajar (Jimmi,2020 hal.1285). Salah satu kendala
kurangnya kemampuan belajar peserta didik adalah strategi pembelajarannya yang
kurang inovatif. Seharusnya pendidik harus kreatif dan inovatif dalam menerapkan
pembelajaran agar peserta didik mampu menggunakan kemampuan berpikir tingkat
tinggi.

Pendekatan pembelajaran adalah wawasan yang dilandasi pada prinsip


pembelajaran dan teori pembelajaran, cara pandang dalam memilih kegiatan
pembelajaran dimana setiap pendekatan memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda.
Maka, dalam memilih sebuah pendekatan, pendidik harus dapat menyesuaikan kondisi
dan tujuan yang harus di capai. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat
memenuhi tuntutan pembelajaran abad 21 adalah pendekatan Higher Order Thinking
Skill (HOTS) merupakan kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall),
menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite).
Sesuai tuntutan keterampilan abad ke 21 yaitu keterampilan berpikir kritis, kreaktifan
dan dapat memecahkan masalah.

2.3.2 Pengertian Pendekatan HOTS


HOTS (Higher Order Thingking Skill) atau yang sering disebut sebagai
kemampuan keterampilan atau konsep berpikir tingkat tinggi merupakan suatu konsep
reformasi pendidikan berdasarkan pada taksonomi bloom yang dimulai pada awal abad

15
ke-21 (Flatya,2017 hal.724). Konsep ini dimaksukan ke dalam pendidikan bertujuan
untuk menyiapkan sumber daya manusia dalam menghadapi revolusi industri. Pada
abad 21 ini sumber daya manusia diharapkan tidak hanya menjadi pekerja yang
mengikuti pemerintah, tetapi memiliki keterampilan abad ke 21. HOTS bukan mata
pelajaran, bukan juga soal ujian. Menurut Abduhzen. HOTS adalah tujuan akhir yang
dicapai melalui pendekatan, proses dan metode pembelajaran.

Keterampilan HOTS (Higher Order Thingking Skills) atau biasa disebut dengan
keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir yang mengaharuskan murid
untuk mengembangkan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian
dan implikasi baru. Limpan menggambarkan berpikir tingkat tinggi melibatkan berpikir
kritis dan kreatif yang dipandu oleh ide-ide kebenaran yang masing-masing mempunyai
makna. Berpikir kritis dan kreatif saling ketergantungan, seperti juga kriteria dan nilai-
nilai, nalar dan emosi.

Dari beberapa penelitian yang dilakukan terkait keterampilan berpikir,


ditemukan berupa karakteristik berpikir yang dibedakan menjadi dua tingkatan yaitu
keterampilan berpikir tingkat rendah ( Lower Order Thigking Skills) dan keterampilan
berpikir tingkang tinggi (HOTS) antara lain:

Tabel Deskripsi Keterampilan LOTS dan HOTS

Lower Order Thigkig Skills Hiegher Order Thingking Skills


(LOTS) (HOTS)
Strategi kognitif Berpikir kreatif
Pemahaman Berpikir kritis
Klasifikasi konsep Meneyelsaikan masalah (problem
Membedakan solving)
Menggunakan aturan rutin Membuat kepetusan
Analisis sederhana Mengevaluasi
Aplikasi sederhana Berpikir logis
Berpikir metakognitif
Berpikir reflektif
Sintesis
Analisis kompleks

16
Analisis sintem

2.3.3 Perencanaan Pembelajaran dan Penilaian HOTS


Perencanaan pembelajaran menurut degeng “ merupakan upaya guru untuk
menyampai tujuan pembelajaran yang akan dilakukan dengan cara memilih,
menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran yang akan digunakan”. Dan
dalam merumuskan perencanaan atau yang dikenal dengan RPP (Rencana Proses
Pembelajaran) (Flatya,2017 hal.724).

Dalam pengembangan program pengajaran merupakan rumusan-rumusan


tentang langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. dimana
langkah-langkah yang digunakan untuk mencampai tujuan pembelajaran. hal ini
menujukkan bahwa guru harus mempersiapkan pembelajaran untuk mempermudah
dalam merencanakan program pembelajaran. Hidayat mengemukakan bahwa
perangakat yang harus disiapkan dalam perencanaan pembelajaran antara lain:

a. Memahami kurikulu.

b. Menguasai bahan ajar.

c. Menyusun program peengajaran

d. Melaksanakan program pengajaran.

e. Menilai program pengajarandan hasil proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Dalam mengembangkan HOTS diperlukan kemampuan guru untuk


merencanakan dan mengola pembelajaran yang efektif dalam mebelajarkan peserta
didik baik dalam berfikir secara logis, sikap, maupun keterampilan.Guru yang efektif
adalah guru yang mempunyai persiapan dan pelaksanaan pembelajaran yang
sistematis.persiapan tersebut dapat dirancang dan disusun dalam perangkat
pembelajaran. Secara teoritis perangkat pembalajaran merupakan bahan utama dalam
mencapai kesuksesan pembelajaran dan menciptakan pembelajaran yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, efesien, memotifasi peserta didik un tuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas, dan
kemandirian fisik serta psikologis peserta didik.

17
2.3.4 Pembelajaran HOTS
HOTS dalam pembelajaran bukan berperan sebagai sebuah metode
pembelajaran tetapi HOTS disini dimaksudkan pembelajaran yang mampu menyiptakan
peserta didik untuk berpikir HOTS seperti kemampuan memahai, menganalisis,
mengevaluasi, menciptakan, mengidentifikasi suatu pelajaran atau soal-soal dalam
pembelajaran (F.R.Mau’izhah,2021 hal.186). Sebelum melaksanakan pembelajaran
yang berbasis HOTS disini guru juga harus menguasai dan faham tentang pembelajaran
HOTS itu seperti apa. Guru juga harus mendesain dan mempunyai gambaran metode
yang cocok untuk mengembangkan pembelajaran HOTS sesuai dengan peserta didik
yang akan dihadapi sehingga pembelajaran dapat berjalan secara optimal dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran. dengan begini peserta didik akan terbiasa berfikir HOTS.
Semua peserta didik harus aktif berpikir dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan
diharapka peran peserta didik lebih dominan daripada guru. Guru hanya sebagai
fasilitator untuk mempermudah dan mengarahkan jalannya proses pembelajaran dengan
begini peserta didik lebih mudah dalam mengembangakan keterampilan berpikir kreatif,
inovatif, aktif sesuai dengan pembelajaran yang diarahkan oleh guru. Dan guru lebih
banyak memberikan kesempatan peserta didik untuk mencari, merumuskan dan
menemukan sendiri apa saja yang akan dipelajarinya. Sebelumnya guru juga harus
menyiapkan tugas- ugas atau soal permasalahan yang dapat mengasah keterampilan
peserta didik dalam berpikir kreatif, kritis, dan menyelesaikan masalah.

Pembelajaran HOTS biasanya berkarakteristik dengan pembelajaran abad 21


karena di era globalisasi atau era informasi telah adanya proses perubahan antar negara,
antar bangsa, antar budaya, tanpa mengenal batas. Selo Sumardjan (2019) menyebutkan
bahwa budaya yang kuat dan agresif adalah budaya yang bersifat progresif dengan ciri-
ciri: cara berpikir yang rasional dan realistik, kebiasaan membaca yang tinggi,
kemampuan mengembangkan dan menyerap ilmu pengetahuan, terbuka untuk inovasi,
pandangan hidup ynag berdimensi lokal, nasional, dan universal, mampu memprediksi
dan merencanakan masa depan, dan teknologi yang senantiasa berkembang dan
digunakan.

18
2.4 Materi Pencemaran Lingkungan

2.4.1 Definisi Pencemaran Lingkungan


Pencemaran Lingkungan didefinisikan masuknya atau di masukkannya makhluk
hidup, zat energi, atau komponen-komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya
tatanan lingkungan yang di akibatkan oleh kegiatan manusia sehingga kualitas
lingkungan turun dan berkurang serta fungsi yang di miliknyasampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang dan tidak dapat berfungsi lagi sesuai
peruntukannya (Safitri,2020 hal.54).

Segala sesuatu yang dapat menimbulkan pencemaran disebut dengan polutan


atau bahan pencemar. Syarat-syarat suatu zat dapat di sebut polutan adalah jika
keberadaannya dapat merugikan makhluk hidup karena jumlahnya melebihi batas
normal. Bahan pencemaran yang umumnya merusak lingkungan berupa limbah. Limbah
adalah bahan buangan yang di hasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun
domestik (rumah tangga) yang kehadirannya dapat berdampak negatif bagi lingkungan.
Berdasarkan sifat bahan pencemar dapat di kategorikan kedalam dua macam, yaitu
bahan pencemar yang dapat terdegradasi (biodegradab el) atau terurai dan bahan
pencemar yang tidak dapat terdegradasi (non biodegradab el). Biodegradab el adalah
limbah yang dapat diuraikan atau didekomposisi, baik secara ilmiah yang dilakukan
oleh decomposer (bakteri dan jamur) ataupun yang di sengaja oleh manusia, contohnya
limbah rumah tangga, kotoran hewan daun dan ranting. Sedangkan non biodegradab el
adalah limbah yang tidak dapat diuraikan secara alamiah oleh dekomposer. Keberadaan
limbah jenis ini di alam sangat membahayakan contohnya adalah timbal (Pb), merkuri,
dan plastik. Untuk menanggulangi menumpuknya sampah tersebut maka diperlukan
upaya untuk dapat menanggulangi hal tersebut seperti proses daur ulang menjadi produk
tertentu yang bermanfaat. Berdasarkan tempat terjadinya pencemaran dibedakan
menjadi: 3 jenis pencemaran.

2.4.2 Macam-macam Pencemaran Lingkungan


a. Pencemaran air

Pencemaran air merupakan merupakan kondisi air yang menyimpang dari ciri-
ciri air normal yang di karenakan masuknya organisme atau zat tertentu yang
menyebabkan menurunnya kualitas air tersebut. Kualitas air menentukan kehidupan

19
yang ada di perairan tersebut. Apabila perairan tersebut tercemar, maka keseimbangan
ekosistem yang ada di dalam perairan tersebut ikut tercemar juga. Danau, sungai, lautan
dan tanah adalah bagian penting dalam kehidupan makhluk hidup. Selain mengalirkan
air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan,
dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran
pembuangan air hujan, sebagai air limbah dan sebagai objek wisata. Untuk dapat di
konsumsi oleh manusia dan makhluk hidup lainnya air harus memenuhi syarat fisik,
kimia, maupun biologis. Akan tetapi, apabila air tersebut tidak baik dan tidak layak
untuk di konsumsi, maka air tersebut bisa dikatakan tercemar.
1. Penyebab pencemaran air diantaranya:
a) Pembuangan limbah industri ke perairan (sungai, danau, lautan).
b) Pembuangan limbah rumah tangga (domestik) ke sungai, seperti air cucian, air
kamar mandi.
c) Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan.
d) Terjadinya erosi yang membawa partikel tanah ke perairan.
e) Penggunaan racun dan bahan peledak dalam mengkap ikan.
f) Tumpahan minyak karena kebocoran tanker atau ledakan sumur minyak lepas
pantai.

2. Dampak pencemaran air


a) Penurunan kualitas lingkungan
Pembuangan bahan tercemar secara langsung ke dalam perairan dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran pada perairan tersebut.

b) Gangguan kesehatan
Air limbah yang tidak di kelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
penyakit karena air limbah tersebut mengandung virus dan bakteri yang
menyebabkan penyakit.
c) Menggangu pemandangan
Air limbah yang tercemar akan mengganggu kesehatan dan ekosistem perairan
tersebut apalagi menimbulkan bau, perubahan warna air maka akan sangat
mengganggu pemandangan mata.

20
d) Mempercepat proses kerusakan benda
Ada sebagian air limbah mengandung zat yang dapat diubah oleh bakteri
anaerob menjadi gas yang dapat merusak seperti H2S. gas ini dapat
mempercepat proses perkaratan pada besi. Agar terhindar dari hal-hal ini
sebagikanya sebelum meembuang air limbah harus di olah terlebih dahulu dan
memenuhi ketentuan Baku Mutu Air Limbah.

b. Pencemaran Udara
Pencemaran udara yaitu tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir
yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan. Udara mengandung
senyawa-senyawa dalam bentuk gas, diantaranya mengandung gas yang amat penting
bagi makhluk hidup, seperti oksigen. Dalam atmosfir bumi terkandung sekitar 20%
oksigen yang dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup yang ada di dalamnya. Oksigen
berperan sebagai pembakaran senyawa karbohidrat di dalam tubuh organisme melalui
pernapasan. Reaksi pembakaran tidak hanya terjadi di dalam tubuh, namun kita pun
sering melakukannya, seperti pembaka ran sampah dan lainnya. Udara dikatakan normal
apabila komposisinya terdiri dari sekitar 78% Nitrogen, 20% Oksigen, 0,93% Argon,
0,03% Krbondioksida, dan sisanya terdiri dari Neon (Ne), Helium (He), Metan (CH4),
dan Hodrogen (H2). Adapun beberapa jenis bahan yang dapat mencemari udara yakni
Karbonmonoksida.
Pencemaran udara didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana udara
mengandung senyawa-senyawa kimia atau subtansi fisik maupun biologi dalam jumlah
yang memberikan dampak buruk bagi kesehatan makhluk hidup.

c. Macam-macam Pencemaran Udara


1. Pencemaran Udara Primer
a. Pencemaran udara ini disebabkan langsung dari sumber pencemaran
Contohnya peningkatan kadar karbondioksida yang disebabkan oleh aktivitas
pembakaran oleh manusia diantaranya kendaraan bermotor, aktifitas mesin
pembakaran pada pabrik penghasil sulfur monoksida dan karbon monoksida
akibat proses pembakaran yang tidak lengkap.
2. Pencemaran Udara Sekunder

21
a. Pencemaran udara sekunder disebabkan oleh reaksi pencemar-pencemar
primer di atmosfer. Tindak balas antara pencemar primer dengan gas terampai di
atmosfer akan menghasilkan perksid asetil nitrat (PAN). Contoh Sulfur dioksida,
Sulfur monoksida dan uap air akan menghasilkan asam sulfurik.
b. Beberapa kegiatan yang dapat menimbulkann polusi udara diantaranya:
1) Asap dari cerobong pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran, atau kebakaran
hutan, asap rokok, yang membebaskan CO dan CO2 Ke udara.
2) Asap vulkanik dari aktivitas gunung berapi dan asap letusan gunung berapi
yang menebarkan partikel-paertikel debu ke udara. Bahan dan partikel-
partikel radioaktif dari bom atom atau percobaan nuklir yang membebaskan
partikel-partikel debu radioaktif ke udara. Asap dari pembakaran batu bara
pada pembangkit listrik atau pabrik yang membebaskan partikel, nitrogen
oksida, dan oksida sulfur.
3) Chloro Fluoro Carbon (CFC) yang berasal dari kebocoran mesin pendingin
ruangan, kulkas, AC mobil.

d. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah semua keadaan dimana polutan masuk ke dalam
lingkungan tanah sehingga menurunkan kualitas tanah. Dimana polutan bisa berupa zat-
zat bahan pencemar baik berupa zat kimia, debu, panas, suara, radiasi, dan
mikroorganisme. Perkembangan teknologi dan industri sangat pesat berkembang dan
sampah serta limbah yang dibuang bukan hanya sampah organik, melainkan sampah
anorganik juga. Sampah anorganik sangat sulit untuk diurai oleh mikroorganisme,
sehingga memerlukan waktu yang lama untuk hancur dah menyatu kembali dengan
alam. Contoh sampah anorganik yaitu plastik yang dapat terurai dalam waktu 240 tahun,
sedangkan sampah kaleng yang terbuat dari alumunium memerlukan waktu 500 tahun
agar dapat diuraikan.
Menurut sumbernya, penyebab pencemaran tanah dibagi menjadi 3 golongan
diantaranya:
a) Limbah domestik yaitu limbah yang berasal dari pemukiman penduduk,
pedagang, pasar, tempat usaha hotel dan lain-lain. Kebanyakan sampah domestik
merupakan sampah basah yang mudah terurai.

22
b) Limbah industri yaitu limbah padat hasil buangan industri berupa padatan
lumpur, bubur yang berasal dari prose pengolahan. Misalnya sisa pegolahan
pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah dan lain-lain.
c) Limbah pertanian seperti pestisida yang sering digunakan petani untuk
memberantas hama tanaman juga dapat berakibat buruk terhadap tanaman dan
organisme lainnya.

2.4.3 Jenis-jenis limbah


Berdasarkan sifatnya limbah digolongkan menjadi 5, yaitu:

a) Limbah cair yaitu mengacu kepada minyak, lumpur, air pencuci, lmbah
deterjen dan air kotor yang telah dibuang. Mereka berbahaya dan beracun bagi
lingkungan banyak di temukan pada industri maupun rumah tangga. Air limbah
adalah segala limbah yang berbentuk cair.

b) Limbah padat yaitu semua sisa sampah padat, lumpur, dan ada juga yang di
temukan di rumah tangga dan lokasi industri serta komersial. Lima jenis sampah
padat adalah :

• Kaca dan keramik adalah bahan kaca dan keramik yang diproduksi oleh
perusahaan untuk kebutuhan sehari-hari. Cara mengolahnya yang benar
limbah di buang dengan benar supaya bisa di daur ulang.
• Sampah plastik adalah segala wadah, botol, dan lain- lain. Plastik tidak
dapat terurai secara hayati, dan sebagian tidak dapat di daur ulang. Cara
menanggulangi limbah ini yaitu dengan cara membatasi pemakaian
plastik.
• Sampah kertas seperti surat kabar, bahan kemasan, kardus, dan produk
bekas kertas lainnya. Kertas dapat di daur ulang.
• Logam dan kaleng, sebagian besar logam dapat di daur ulang dan dapat
digunakan lagi.

c) Limbah organik yaitu mengacu pada limbah sayuran, kebun, makanan daging
busuk dan lainnya. Jenis sampah ini sering di temukan di rumah tangga. Limbah
ini dapat terurai dan berubah menjadi kotoran oleh mikroorganisme.

23
d) Limbah daur ulang yaitu semua barang yang dibuang seperti logam, furnitur,
sampah organik yang dapat di daur ulang.

e) Limbah berbahaya yaitu mengacu pada bahan yang mudah terbakar, korosif,
beracun dan reaktif. Jenis limbah berbahaya khusus meliputi :

• E-waste adalah limbah dari peralatan listrik dan elektronik seperti komputer,
telfon, dan peralatan rumah tangga. Limbah elektronik umumnya di
golongkan berbahaya karena mengandung komponen beracun, misalnya PCB
dan berbagai logam.

f) Limbah medis berasal dari sistem perawatan kesehatan manusia dan hewan
dan biasanya terdiri dari obat-obatan, bahan kimia, farmasi, perban, peralatan
medis bekas, dan lain- lain. Peralatan medis dapat menular, beracun dan
mengandung bakteri dan mikrooganisme berbahaya seperti patogen.

g) Limbah radioaktif yaitu yang mengandung bahan radioaktif. Pengelolaan


limbah ini berbeda secara signifikan dari limbah lainnya.

2.5 Kerangka Berpikir


Pembelajaran biologi yang ideal diantaranya melibatkan peran aktif peserta
didik untuk berpikir kritis yang mampu menghasilkan kegiatan dan produk baru
sehingga peserta didik akan menemukan kebermaknaan dalam pembelajarannya.
Pembelajaran produk ini yang bisa membantu mengatasi permasalahan tersebut yaitu
pendekatan pembelajaran HOTS yang mengaitkan 3 bidang ilmu yaitu kemampuan
berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau
merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite).

Jadi, penelitian memberi solusi dalam proses pembelajaran biologi dapat


diterapkan melalui model Project Based Learning (PBL) berbasis HOTS terhadap
kemampuan berpikir kritis pada peserta didik untuk dapat menghubungkan pengetahuan
dengan kehidupan nyata dengan tujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik. penjelasan secara jelas kerangka berpikir disajikan melalui bagan sebagai
berikut:

24
Permasalahan
Kemampuan Berpikir kritis peserta didik
kelas X MIPA termasuk dalam katergori
rendah

Solusi
Model Pembelajaran yang student center
untuk memfokuskan peserta didik dalam
menerapkan kemampuan berpikir kritis

Model PBL berbasis HOTS

Hasil
Dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik

Gambar Bagan Kerangka Berpikir

2.6 Hipotesis Penelitian


Hipotesis digunakan untuk memprediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu
penelitian agar penelitian dapat terarah maka di rumuskan pendugaan terlebih dahulu
terhadap penyebab terjadinya masalah yang mana kita ketahui bahwa hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap penelitian kebenarannya yang masih di uji.
Dan ada atau tidaknya pengaruh dari judul ― Pengaruh Model Pembelajaran
Project Based Learning pada Materi Pencemaran Lingkungan dalam Meningkatkan
High Order Thinking Skills pada Peserta Didik SMA kelas X MIPA.

25
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2 Populasi dan Sample


a) Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi adalah seluruh data yang
menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan (M.
Burhan,2005.hal122).

Peneliti mempelajari dan menyimpulkan kesimpulan tentang karakteristik umum


populasi. Populasi terdiri dari Peserta Didik SMA kelas X MIPA.

b) Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mempunyai karakteristik yang relatif
sama dan dianggap dapat mewakili populasi (Margono,2003 hal.118). Metode yang
digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik nonprobability sampling yaitu
teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Sampel dalam penelitian ini adalah Peserta Didik SMA kelas X MIPA untuk
menentukan berapa ukuran sampel minimal yang harus diambil menggunakan metode
pembelajaran PLB sebanyak 40 siswa.

3.3 Variable Penelitian


Menurut Margono (2010:133) variabel juga dapat diartikan sebagai
pengelompokan yang logis dari dua atau lebih. Variabel dependent adalah variabel yang
menjadi obyek pertama dalam penelitian. Dalam variasi dependent dipengaruhi oleh
perubahan yang terjadi pada variabel independent. Variabel independent merupakan
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependent (terikat). Menurut Sugiono (2010:70) secara sistematis variabel idependent

26
diberi symbol X dan variabeldependent diberi symbol Y. Pada penelitian ini, terdapat
dua variabel yang digunakan yaitu :

1. Variabel Bebas (independent)


Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah kecerdasan atau kemampuan
visual-spasial.
2. Variabel Terikat (dependent)
Terdapat satu variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah terhadap High
Order Thinking Skills Peserta Didik SMA kelas X MIPA

3.4 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan desain
rancangan penelitian seperti di bawah ini, untuk kelas SMA kelas X MIPA
menggunakan model Model Pembelajaran Project Based Learning pada Materi
Pencemaran Lingkungan dalam Meningkatkan High Order Thinking Skills pada Peserta
Didik SMA kelas X MIPA.

3.5 Prosedur Penelitian


Secara umum,prosedur penelitian ini terdiri atas:

1) Tahap persiapan

Tahap persiapan terdiri atas: (1) konsultasi dengan dosen pembimbing


skripsi; (2) Mengadakan observasi dan konsultasi dengan kepala sekolah
dan guru ditempat penelitian; (3) Menyusun proposal penelitian; (4)
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model
pembelajaran Pembelajaran Project Based Learning ; (5) Menyusun
instrumen penelitian ; (6) Memvalidkan instrumen ; (7) menyusun surat
izin penelitian

2) Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan terdiri atas : (1) Mengadakan Pretes pada kelas


Pembelajaran Project Based Learning (GI); (2) Melaksanakan
pembelajaran dengan Pembelajaran Project Based Learning (GI); (3)

27
memberi postes pada kelas Pembelajaran Project Based Learning (GI);
(4) Mengolah data; (5) Menarik kesimpulan (Gambar 3.1)

3.6 Instrumen Penelitian

3.6.1 Test
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal tes, terdiri
dari tes awal dan tes akhir dalam bentuk pilihan ganda dengan 20 butir soal. Sebelum
melakukan perlakuan menggunakan metode Problem Based Learning berbantu jurnal
belajar, terlabih dahulu peneliti melakukan pre test untuk mengetahui kemampuan awal
peserta didik, setelah di lakukan tindakan perlakuan kemudian dilakukan post tes untuk
mengetahui hasil belajar peserta didik setelah perlakuan.

3.6.2 Lembar Observasi


Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran digunakan lembar
observasi aktivitas siswa. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah jenis
observasi sistematis, yaitu yang digunakan oleh pengamat (observer) yang diajar dengan
pedoman sebagai instrumen pengamatan (Arikunto, 2011).

Dalam hal ini pengamatan dilakukan oleh observer pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Aktivitas yang diamati pada penelitian ini adalah (1) aktivitas
visual, 2) aktivitas berbicara, (3) aktivitas mendengarkan, dan (4) aktivitas menulis.

3.6.3 Validitas Instrumen


a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam
penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas internal, validitas yang
dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen secara
keseluruhan (Sugiyono,2000).

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikatordari variabel atau konstruk. Suatu koesioner dikatakan reliabel atau

28
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dengan cara one shot atau
pengukuran sekali saja. Di sini pengukuran hasil hanya sekali dan kemudian
hasilnya dibandingkan dengan pernyataan pernyataan lain atau mengukur
korelasi antar jawaban peryataan.

3.7 Tehnik Pengumpulan Data


Metode analisis data yang dipakai dalam penelitia ini adalah metode analisis
kuantitatif. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan
variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dan seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan.

1. Observasi

Metode observasi adalah merupakan tehnik pengumpulan data dengan penelitian


langsung, dengan menggunakan mata tanpa ada alat bantuan untuk keperluan
tersebut dengan perencanaan yang sistematik.

2. Kuesioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara


memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan panduan
kuesioner. Kuesioner adalah alat pengumpulan data yang berupa daftar
pertanyaan tertulis untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden.
Pertanyaan diperoleh dari masing-masing indikator variabel, baik variabel
dependen atau independen. Kuesioner diberikan langsung kepada responden
agar lebih efektif, serta mudah untuk memberikan penjelasan yang berkaitan
dengan pengisian kuesioner tersebut.

3. Studi Pustaka

Studi Pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi


penelaah terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-
laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Teknik ini
digunakan untuk memperoleh dasar-dasar dan pendapat secara tertulis yang

29
dilakukan dengan cara mempelajari berbagai literatur yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti. Hal ini juga dilakukan untuk mendapatkan data sekunder
yang akan digunakan sebagai landasan perbandingan antara teori dengan praktik
di lapangan. Data sekunder melalui metode ini diperoleh dengan browsing di
internet, membaca berbagai literature hasil kajian dari peneliti terdahulu, catatan
perkuliahan, serta sumber-sumber lain yang relevan.

3.8 Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil kuesioner, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih nama yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain.

Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas,
yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah
dirumuskan dalam proposal. Karena datanya kuantitatif, maka teknik analisis data
menggunakan metode statistik yang sudah tersedia, seperti:

1. Uji Keabsahan Data/Uji Instrument

Uji keabsahan data kuantitatif menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas,
yang digunakan untuk menguji daftar pertanyaan untuk melihat pertanyaan
dalam kuesioner yang diisi responden sudah layak atau belum yang digunakan
untuk mengambil data. Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya
ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas.

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam
penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas internal, validitas yang
dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen secara
keseluruhan.

30
b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikatordari variabel atau konstruk. Suatu koesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dengan cara one shot atau
pengukuran sekali saja. Di sini pengukuran hasil hanya sekali dan kemudian
hasilnya dibandingkan dengan pernyataan lain atau mengukur korelasi antar
jawaban peryataan.

2. Uji Statistik Deskriptif

Menurut Sugiyono, statistik deskriptif hanya digunakan untuk mendiskripsikan


data sampel, dan tidak untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi
dimana sampel tersebut diambil.

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah pengujian pada variabel penelitian dengan model
regresi, apakah dalam variabel dan model regresinya terjadi kesalahan atau
penyakit. Agar mendapatkan regresi yang baik harus memenuhi asumsi asumsi
yang disyaratkan untuk memenuhi uji asumsi normalitas, bebas dari
multikolinieritas dan uji autokorelasi serta heterokedastisitas. Berikut ini
macam-macam Uji asumsi klasik :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi


normal atau tidak. Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Dasar pengambilan keputusan memenuhi normalitas atau
tidak, sebagai berikut :

31
1) Pengujian Normalitas Secara Grafik

Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Pengujian Normalitas Secara Statistik

Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti ada hubungan linear yang sempurna atau pasti antar
beberapa atau semua variabel bebas dalam model regresi. Konsekuensi adanya
multikolinearitas adalah koefisien regresi variabel tidak tentu dan kesalahan
menjadi tidak terhingga. Pengujian mulitikolinearitas dapat dilakukan dengan
nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Kedua ukuran ini
menunjukkan variabel bebas mana saja yang bisa dijelaskan oleh variabel bebas
lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas terpilih yang tidak dapat
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Bila nilai tolerance ≥ 0,1 dan VIF ≤ 10
maka dikatakan tidak terjadi kolinearitas yang berarti.

b. Uji Heterokedasitas

Heterokedastisitas adalah kondisi dimana varians dan nilai sisa adalah tidak
sama (unequal) antara satu pengamatan dengan pengamatan lainnya. Jika varian
dan nilai sisa sama (equal) antara satu pengamatan dengan pengamatan lainnya,
maka kondisi ini disebut dengan kondisi homokedastisitas. Regresi yang baik
adalah regresi yang berada dalam posisi homokedastisitas dan bukan kondisi
heterokedastisitas. Variabel dinyatakan dalam posisi homokedastisitas, jika
penyebaran titik-titik pengamatan di atas dan atau di bawah angka nol pada
sumbu Y, tidak mengarah kepada satu pola yang jelas.

32
1. Uji Hipotesis

Hipotesis adalah “jawaban sementara yang kebenarannya masih harus diuji, atau
rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka. Untuk
mengetahui pengaruh Pemberian Tugas terhdap Kemampuan Visual-Spasial
maka penulis melakukan pengujian dengan menggunakan:

a. Uji t (uji

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X)


berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Signifikan berarti
pengaruh yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan)
dengan Kriteria :

1) Jika t hitung > t tabel dengan nilai sig < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa
terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial.

2) Jika t hitung < t tabel dengan nilai sig > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa
tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara
parsial.

b. Uji f (uji simultan)

Pengujian hipotesis ini dimaksud untuk mengetahui sebuah tafsiran parameter


secara bersama-sama, yang artinya seberapa besar pengaruh dari variabel-
variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Hasil uji
F dilihat dalam tabel Anova dalam kolom F dan sig. dengan kriteria:

1) Jika F hitung > F tabel dengan nilai sig < 0,05, maka dapat dikatakan
terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas
terhadap variabel terikat.

2) Jika F hitung < F tabel dengan nilai sig > 0,05, maka tidak terdapat
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap
variabel terikat.

33
DAFTAR PUSTAKA

Jeani Alfirahmadita and Samsul Maarif, ―Penerapan Model Pembelajaran Diskusi


Kelas Dengan Pemecahan Masalah Konstektual Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa,‖ Jurnal Pendidikan Matematika 8, no. 3
(2020): hal.17.
Fivia Eliza, Suriyadi Suriyadi, and Doni Tri Putra Yanto, ―Peningkatan Kompetensi
Psikomotor Siswa Melalui Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Di SMKN 5 Padang,‖ INVOTEK: Jurnal Inovasi Vokasional Dan Teknologi 19,
no. 2 (2019): ilmu pendidikan indonesia,vol.9,no.1,2021 hal.58-59.
Anggraini and Wulandari, ―Analisis Penggunaan Model Pembelajaran Project
Based Learning Dalam Peningkatan Keaktifan Siswa,‖ jurnal administrasi
perkantoran,vol.9,n0.2,2021 hal.294.
Eliza, Suriyadi, and Yanto, ―Peningkatan Kompetensi Psikomotor Siswa Melalui
Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Di SMKN 5 Padang,‖ ilmu
pendidikan indonesia,vol.9,no.1,2021 hal.59.
Vina Melinda and Melva Zainil, ―Penerapan Model Project Based Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Studi
Literatur),‖ Jurnal Pendidikan Tambusai 4, no. 2 (2020): hal.1526.
Jimmi Andrew Mamahit et al., ―Efektivitas Model Project-Based Learning
Terintegrasi STEM (PjBL-STEM) Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif
Siswa Kelas X,‖ Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan 5, no.
9 (2020): hal. 1285.
Flatya Indah Anggraini and Siti Huzaifah, ―Implementation of STEM Learning in
Secondary Schools,‖ Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya 4, no. 1 (2017): hal.724.
F R Mau’izhah, T Rahman, and ..., ―Dasar Pengembangan Media Sailboats a Track
Model Pembelajaran Stem Untuk Kelompok B Sub Tema Benda-Benda Alam,‖
Jurnal Paud Agapedia 5, no. 2 (2021): hal.186.
Selo, Sumarja and Wahyudi, ―Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Berbantukan Buku Siswa Berbasis Pendekatan Terpadu Stem
Terhadap Hasil Belajar,‖ jurnal pendidikan fisika,vol.7,no.1,2019 hal.18.
Safitri and Prasi, ―Analisis Hubungan Motivasi Belajar Terhadap Keterampilan
Berpikir Kritis Mahasiswa Pada Pokok Bahasan Dinamika Partikel,‖ jurnal
kependidikan betara,vol.1,no.2,2020 hal.54.
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Prenada Kencana Group,
2005, hal. 122.
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003,
hal.118.

34
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, Cet. Ke 8, (Bandung: Alfabeta,
2009), hal.137
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, Cet. Ke 8, (Bandung: Alfabeta,
2009), hal. 58.
Sugiyono, statistika untuk penelitian, Bandung : CV. Alfabeta, 2000, hal. 142.

Jurnal Internasional
Barron et al. (1998). Doing With Understanding:Lessons From Research on Problem
and Project-Based Learning. The journal of the learning sciences, 7 (3&4), 271-
311.
Baran, M. & Maskan, A. (2010). The Effect of Project-Based Learning On PreService
Physics Teachers’ Electrostatic Achievements. Cypriot Journal of Educational
Sciences, Vol 5, hal. 243-257.
Baker, E., Breanna T., Patricia O., Margaret., Lynne F. (2011). Project-based Learning
Model, Relevant Learning for the 21st Century.Washington: Pacific Education
Institute
Asan, A & Haliloglu, Z. (2005). Implementing Project Based Learning In Computer
Classroom. The Turkish Online Journal of Educational Technology-TOJET,
(online), 4(2): 1-12
Sung, H. Y., Hwang, G. J., & Chen, S. F. (2019). Effects of embedding a problem-
posing-based learning guiding strategy into interactive e-books on students’
learning performance and higher order thinking tendency. Interactive
Learning Environments, 27(3), 389–401

Jurnal Nasional
Astawa, I. M., dkk. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap
Sikap Ilmiah dan Konsep Diri Siswa SMP. e-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 5, hal. 1-11
Agustianingsi, R. & Rahdiyanta, D. (2019). Implementation Of An Authentic
Assessment Model To Improve The Quality Of Learning Assessment. Jurnal
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume. 25, No. 1, 103- 115
Alhafidz, M. & Haryono, A. (2018). Pengembangan Mobile Learning Berbasis Android
Sebagai Media Pembelajaran Ekonomi. Jurnal Pendidikan Ekonomi, volume 11,
nomer 2, hlm 118-124.
Jagantara, I. M. W., Adnyana, P. B., & Widiyanti, N. L. P. M. (2014). "Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Terhadap Hasil Belajar
Biologi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMA. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran IPA Indonesia, 4(1)

35
Nurfirtiyanti, M. (2016). "Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika". Jurnal Ilmiah Pendidikan
MIPA, 22(3), 197–2

36

Anda mungkin juga menyukai