Lingkungan dalam Meningkatkan High Order Thinking Skills pada Peserta Didik
SMA kelas X MIPA
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 7
1.3 Ruang Lingkup Masalah................................................................................................. 8
1.4 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 8
1.5 Batasan Masalah ........................................................................................................... 8
1.6 Tujuan Penelitian........................................................................................................... 9
1.7 Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................... 10
2.1 Kerangka Teoritis......................................................................................................... 10
2.2 Model Pembelajaran Project Based Learning (PBL) .................................................... 11
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran ........................................................................ 11
2.2.2 Pengertian model pembelajaran Project Based Learning (PBL).......................... 12
2.2.3 Tujuan Model Pembelajaran Project Based Learning (PBL) ................................ 12
2.2.4 Karakteristik Model Project Based Learning (PBL) .............................................. 13
2.2.5 Model Pembelajaran Project Based Learning (PBL) ............................................ 13
2.2.6 Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning .......... 14
2.3 Pendekatan ................................................................................................................. 15
2.3.1 Pengertian Pendekatan ....................................................................................... 15
2.3.2 Pengertian Pendekatan HOTS ............................................................................. 15
2.3.3 Perencanaan Pembelajaran dan Penilaian HOTS ................................................ 17
2.3.4 Pembelajaran HOTS............................................................................................. 18
2.4 Materi Pencemaran Lingkungan ................................................................................. 19
2.4.1 Definisi Pencemaran Lingkungan ........................................................................ 19
2.4.2 Macam-macam Pencemaran Lingkungan ........................................................... 19
2.4.3 Jenis-jenis limbah ................................................................................................ 23
2.5 Kerangka Berpikir ........................................................................................................ 24
2.6 Hipotesis Penelitian ..................................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................................. 26
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................................... 26
3.2 Populasi dan Sample ................................................................................................... 26
3.3 Variable Penelitian ...................................................................................................... 26
2
3.4 Rancangan Penelitian .................................................................................................. 27
3.5 Prosedur Penelitian ..................................................................................................... 27
3.6 Instrumen Penelitian ................................................................................................... 28
3.6.1 Test ...................................................................................................................... 28
3.6.2 Lembar Observasi ................................................................................................ 28
3.6.3 Validitas Instrumen ............................................................................................. 28
3.7 Tehnik Pengumpulan Data .......................................................................................... 29
3.8 Teknik Analisis Data..................................................................................................... 30
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………………………………..…31
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
masalah. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki oleh setiap peserta didik untuk
menemukan sumber masalah, bagaimana mencari dan menanggapi suatu permasalahan,
tanggapan yang diberikan dipaparkan dalam bentuk alasan yang mendasar dan logis
sehingga dapat digunakan untuk menarik suatu kesimpulan. Kemampuan berpikir kritis
yang dimiliki seseorang tidak dapat dimiliki secara langsung melainkan diperoleh
melalui latihan.
5
atau semangat belajar peserta didik dan membekukan penalarannya. Model
pembelajaran seperti ini hanya mengkondisikan anak menerima dan kurang aktif dalam
mencari atau menemukan informasi baru untuk memecahkan masalah.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru bidang studi biologi
kelas SMA kelas X MIPA. Pendidik mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran
masih menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan metode ceramah
dimana pendidik menjadi pusat dalam pembelajaran dan peserta didik hanya menyimak
dan mengingat teori yang diberikan, tanpa memahami konsep-konsep sains yang
berkaitan dengan kehidupan nyata. Akibatnya, peserta didik menjadi kurang aktif dan
merasa jenuh terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Tentunya kondisi ini
menjadi suatu keprihatinan, seharusnya setiap pendidik melakukan inovasi dalam proses
pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Oleh karena itu
diperlukan adanya suatu model atau metode pembelajaran yang dapat melibatkan
peserta didik pada saat kegiatan pembelajaran secara aktif dan peserta didik dapat
memahami materi sesuai dengan tujuan pembelajaran, dapat mengaplikasikan materi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari, serta tanggap terhadap permasalahan-
permasalahan yang ada dilingkungan sekitar dalam upaya meningkatkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik.
6
peserta didik dapat mudah memahami serta menyerap teori yang diberikan. Model PjBL
ini salah satu model yang disarankan pada kurikulum 2013 karena dapat meningkatkan
keaktifan serta kekreatifitas peserta didik. Pada pelaksanaan pembelajaran PjBL dapat
diintegrasikan dengan pendekatan Higher Order Thinking Skill (recall, restate, and
recite).
Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
“Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning pada Materi Pencemaran
Lingkungan dalam Meningkatkan High Order Thinking Skills pada Peserta Didik SMA
kelas X MIPA”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
model problem based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah materi
pencemaran lingkungan siswa SMA kelas X MIPA.
1. Bagaimana kemampuan kritis peserta didik siswa SMA kelas X MIPA dengan
proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) yaitu
menggunakan metode ceramah?
2. Bagaimanakah kreativitas siswa kelas siswa SMA kelas X MIPA melalui
penerapan Model Project Based learning (PjBl) terhadap materi pencemaran
lingkungan dalam Meningkatkan High Order Thinking Skills?
7
3. Bagaimanakah hasil belajar siswa SMA kelas X MIPA melalui penerapan Model
Project Based learning (PjBl) terhadap materi pencemaran lingkungan dalam
Meningkatkan High Order Thinking Skills?
8
1.6 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan
penelitian yaitu:
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning berbasis HOTS karena Problem Based Learning
adalah suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menggali pengalaman yang autentik sehingga mendorong peserta didik untuk
aktif belajar dan mengkontruksikan pengetahuan dalam konteks belajar di sekolah.
10
kesulitan barulah siswa akan bertanya atau mendiskusikannya dengan teman, guru atau
orang lain. Siswa yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang
dibutuhkannya.
Pendidikan Abad 21
Kompetensi yang
harus dimiliki Materi Lingkungan
Rendahnya kemampuan
11
Model pembelajaran merupakan perencanaan turorial pembelajaran yang
tersusun secara sistematis sebagai pedoman pendidik dalam merencanakan
pembelajaran di kelas. Dalam memilih model pembelajaran harus mempertimbangkan
tiga aspek yaitu hasil, isi materi dan proses pembelajaran itu sendiri. Model
pembelajaran yang paling sering diterapkan oleh pendidik adalah metode ceramah atau
metode konvensional namun seiring perkembangan zaman model pembelajaran menjadi
lebih kreatif dan inovatif. Pada hakikatnya pembelajaran merupakan interaksi dua arah
dari seorang pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
(Anggraini,2021 hal.294) .
12
2.2.4 Karakteristik Model Project Based Learning (PBL)
Penggunaan model pembelajaran ini melibatkan kerja proyek dimana peserta
didik akan menghasilkan produk nyata. Karakteristik model pembelajaran berbasis
projek sebagai berikut :
a) Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.
b) Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan perserta didik. Peserta didik
mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan yang ada.
c) Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk memecahkan
permasalahan.
d) Proses evaluasi dijalankan secara kontinue.
e) Produk akhir belajar akan dievaluasi secara kualitatif.
f) Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
No Sintaks Kegiatan
1 Penyampaian topik dalam teori oleh
Penentuan projek pendidik kemudian disusul dengan
kegiatanpertanyaan tentang
pemecahan masalah.
2 Perencanaan langkah- Pendidik melakukan
langkah penyelesaian pengelompokkan terhadap peserta
projek didik sesuai dengan
prosedur pembuatan projek.
3 Melakukan penetapan
Penyusunan jadwal langkah-langkah serta jadwal antara
pelaksanaan projek pendidik dan peserta didik dalam
penyelesaian
projek tersebut.
4 Penyelesaian projek dengan Pemantauan yang dilakukan oleh
fasilitas dan monitoring pendidik mengenai
13
keaktifan peserta didik ketika
menyelesaikan projek
Selain kelebihan yang dimiliki model pembelajaran project based learning model
tersebut juga memiliki kekurangan, antara lain sebagai berikut :
14
1. Sikap aktif peserta didik dapat menimbilkan suasana kelas yang kurang
kondusif. Oleh karena itu, pendidik memberikan peluang beberapa menit
untuk membebaskan peserta didik berdiskusi, jika waktu diskusi sudah cukup
maka proses pembelajaran dapat dilakukan dengan tenang.
2. Penerapan alokasi waktu untuk peserta didik telah diterapkan namun tetap
membuat situasi pengajaran tidak kondusif, maka pendidik berhak memberikan
waktu tambahan secara bergantian pada tiap kelompoknya.
2.3 Pendekatan
15
ke-21 (Flatya,2017 hal.724). Konsep ini dimaksukan ke dalam pendidikan bertujuan
untuk menyiapkan sumber daya manusia dalam menghadapi revolusi industri. Pada
abad 21 ini sumber daya manusia diharapkan tidak hanya menjadi pekerja yang
mengikuti pemerintah, tetapi memiliki keterampilan abad ke 21. HOTS bukan mata
pelajaran, bukan juga soal ujian. Menurut Abduhzen. HOTS adalah tujuan akhir yang
dicapai melalui pendekatan, proses dan metode pembelajaran.
Keterampilan HOTS (Higher Order Thingking Skills) atau biasa disebut dengan
keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir yang mengaharuskan murid
untuk mengembangkan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian
dan implikasi baru. Limpan menggambarkan berpikir tingkat tinggi melibatkan berpikir
kritis dan kreatif yang dipandu oleh ide-ide kebenaran yang masing-masing mempunyai
makna. Berpikir kritis dan kreatif saling ketergantungan, seperti juga kriteria dan nilai-
nilai, nalar dan emosi.
16
Analisis sintem
a. Memahami kurikulu.
17
2.3.4 Pembelajaran HOTS
HOTS dalam pembelajaran bukan berperan sebagai sebuah metode
pembelajaran tetapi HOTS disini dimaksudkan pembelajaran yang mampu menyiptakan
peserta didik untuk berpikir HOTS seperti kemampuan memahai, menganalisis,
mengevaluasi, menciptakan, mengidentifikasi suatu pelajaran atau soal-soal dalam
pembelajaran (F.R.Mau’izhah,2021 hal.186). Sebelum melaksanakan pembelajaran
yang berbasis HOTS disini guru juga harus menguasai dan faham tentang pembelajaran
HOTS itu seperti apa. Guru juga harus mendesain dan mempunyai gambaran metode
yang cocok untuk mengembangkan pembelajaran HOTS sesuai dengan peserta didik
yang akan dihadapi sehingga pembelajaran dapat berjalan secara optimal dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran. dengan begini peserta didik akan terbiasa berfikir HOTS.
Semua peserta didik harus aktif berpikir dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan
diharapka peran peserta didik lebih dominan daripada guru. Guru hanya sebagai
fasilitator untuk mempermudah dan mengarahkan jalannya proses pembelajaran dengan
begini peserta didik lebih mudah dalam mengembangakan keterampilan berpikir kreatif,
inovatif, aktif sesuai dengan pembelajaran yang diarahkan oleh guru. Dan guru lebih
banyak memberikan kesempatan peserta didik untuk mencari, merumuskan dan
menemukan sendiri apa saja yang akan dipelajarinya. Sebelumnya guru juga harus
menyiapkan tugas- ugas atau soal permasalahan yang dapat mengasah keterampilan
peserta didik dalam berpikir kreatif, kritis, dan menyelesaikan masalah.
18
2.4 Materi Pencemaran Lingkungan
Pencemaran air merupakan merupakan kondisi air yang menyimpang dari ciri-
ciri air normal yang di karenakan masuknya organisme atau zat tertentu yang
menyebabkan menurunnya kualitas air tersebut. Kualitas air menentukan kehidupan
19
yang ada di perairan tersebut. Apabila perairan tersebut tercemar, maka keseimbangan
ekosistem yang ada di dalam perairan tersebut ikut tercemar juga. Danau, sungai, lautan
dan tanah adalah bagian penting dalam kehidupan makhluk hidup. Selain mengalirkan
air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan,
dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran
pembuangan air hujan, sebagai air limbah dan sebagai objek wisata. Untuk dapat di
konsumsi oleh manusia dan makhluk hidup lainnya air harus memenuhi syarat fisik,
kimia, maupun biologis. Akan tetapi, apabila air tersebut tidak baik dan tidak layak
untuk di konsumsi, maka air tersebut bisa dikatakan tercemar.
1. Penyebab pencemaran air diantaranya:
a) Pembuangan limbah industri ke perairan (sungai, danau, lautan).
b) Pembuangan limbah rumah tangga (domestik) ke sungai, seperti air cucian, air
kamar mandi.
c) Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan.
d) Terjadinya erosi yang membawa partikel tanah ke perairan.
e) Penggunaan racun dan bahan peledak dalam mengkap ikan.
f) Tumpahan minyak karena kebocoran tanker atau ledakan sumur minyak lepas
pantai.
b) Gangguan kesehatan
Air limbah yang tidak di kelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
penyakit karena air limbah tersebut mengandung virus dan bakteri yang
menyebabkan penyakit.
c) Menggangu pemandangan
Air limbah yang tercemar akan mengganggu kesehatan dan ekosistem perairan
tersebut apalagi menimbulkan bau, perubahan warna air maka akan sangat
mengganggu pemandangan mata.
20
d) Mempercepat proses kerusakan benda
Ada sebagian air limbah mengandung zat yang dapat diubah oleh bakteri
anaerob menjadi gas yang dapat merusak seperti H2S. gas ini dapat
mempercepat proses perkaratan pada besi. Agar terhindar dari hal-hal ini
sebagikanya sebelum meembuang air limbah harus di olah terlebih dahulu dan
memenuhi ketentuan Baku Mutu Air Limbah.
b. Pencemaran Udara
Pencemaran udara yaitu tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir
yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan. Udara mengandung
senyawa-senyawa dalam bentuk gas, diantaranya mengandung gas yang amat penting
bagi makhluk hidup, seperti oksigen. Dalam atmosfir bumi terkandung sekitar 20%
oksigen yang dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup yang ada di dalamnya. Oksigen
berperan sebagai pembakaran senyawa karbohidrat di dalam tubuh organisme melalui
pernapasan. Reaksi pembakaran tidak hanya terjadi di dalam tubuh, namun kita pun
sering melakukannya, seperti pembaka ran sampah dan lainnya. Udara dikatakan normal
apabila komposisinya terdiri dari sekitar 78% Nitrogen, 20% Oksigen, 0,93% Argon,
0,03% Krbondioksida, dan sisanya terdiri dari Neon (Ne), Helium (He), Metan (CH4),
dan Hodrogen (H2). Adapun beberapa jenis bahan yang dapat mencemari udara yakni
Karbonmonoksida.
Pencemaran udara didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana udara
mengandung senyawa-senyawa kimia atau subtansi fisik maupun biologi dalam jumlah
yang memberikan dampak buruk bagi kesehatan makhluk hidup.
21
a. Pencemaran udara sekunder disebabkan oleh reaksi pencemar-pencemar
primer di atmosfer. Tindak balas antara pencemar primer dengan gas terampai di
atmosfer akan menghasilkan perksid asetil nitrat (PAN). Contoh Sulfur dioksida,
Sulfur monoksida dan uap air akan menghasilkan asam sulfurik.
b. Beberapa kegiatan yang dapat menimbulkann polusi udara diantaranya:
1) Asap dari cerobong pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran, atau kebakaran
hutan, asap rokok, yang membebaskan CO dan CO2 Ke udara.
2) Asap vulkanik dari aktivitas gunung berapi dan asap letusan gunung berapi
yang menebarkan partikel-paertikel debu ke udara. Bahan dan partikel-
partikel radioaktif dari bom atom atau percobaan nuklir yang membebaskan
partikel-partikel debu radioaktif ke udara. Asap dari pembakaran batu bara
pada pembangkit listrik atau pabrik yang membebaskan partikel, nitrogen
oksida, dan oksida sulfur.
3) Chloro Fluoro Carbon (CFC) yang berasal dari kebocoran mesin pendingin
ruangan, kulkas, AC mobil.
d. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah semua keadaan dimana polutan masuk ke dalam
lingkungan tanah sehingga menurunkan kualitas tanah. Dimana polutan bisa berupa zat-
zat bahan pencemar baik berupa zat kimia, debu, panas, suara, radiasi, dan
mikroorganisme. Perkembangan teknologi dan industri sangat pesat berkembang dan
sampah serta limbah yang dibuang bukan hanya sampah organik, melainkan sampah
anorganik juga. Sampah anorganik sangat sulit untuk diurai oleh mikroorganisme,
sehingga memerlukan waktu yang lama untuk hancur dah menyatu kembali dengan
alam. Contoh sampah anorganik yaitu plastik yang dapat terurai dalam waktu 240 tahun,
sedangkan sampah kaleng yang terbuat dari alumunium memerlukan waktu 500 tahun
agar dapat diuraikan.
Menurut sumbernya, penyebab pencemaran tanah dibagi menjadi 3 golongan
diantaranya:
a) Limbah domestik yaitu limbah yang berasal dari pemukiman penduduk,
pedagang, pasar, tempat usaha hotel dan lain-lain. Kebanyakan sampah domestik
merupakan sampah basah yang mudah terurai.
22
b) Limbah industri yaitu limbah padat hasil buangan industri berupa padatan
lumpur, bubur yang berasal dari prose pengolahan. Misalnya sisa pegolahan
pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah dan lain-lain.
c) Limbah pertanian seperti pestisida yang sering digunakan petani untuk
memberantas hama tanaman juga dapat berakibat buruk terhadap tanaman dan
organisme lainnya.
a) Limbah cair yaitu mengacu kepada minyak, lumpur, air pencuci, lmbah
deterjen dan air kotor yang telah dibuang. Mereka berbahaya dan beracun bagi
lingkungan banyak di temukan pada industri maupun rumah tangga. Air limbah
adalah segala limbah yang berbentuk cair.
b) Limbah padat yaitu semua sisa sampah padat, lumpur, dan ada juga yang di
temukan di rumah tangga dan lokasi industri serta komersial. Lima jenis sampah
padat adalah :
• Kaca dan keramik adalah bahan kaca dan keramik yang diproduksi oleh
perusahaan untuk kebutuhan sehari-hari. Cara mengolahnya yang benar
limbah di buang dengan benar supaya bisa di daur ulang.
• Sampah plastik adalah segala wadah, botol, dan lain- lain. Plastik tidak
dapat terurai secara hayati, dan sebagian tidak dapat di daur ulang. Cara
menanggulangi limbah ini yaitu dengan cara membatasi pemakaian
plastik.
• Sampah kertas seperti surat kabar, bahan kemasan, kardus, dan produk
bekas kertas lainnya. Kertas dapat di daur ulang.
• Logam dan kaleng, sebagian besar logam dapat di daur ulang dan dapat
digunakan lagi.
c) Limbah organik yaitu mengacu pada limbah sayuran, kebun, makanan daging
busuk dan lainnya. Jenis sampah ini sering di temukan di rumah tangga. Limbah
ini dapat terurai dan berubah menjadi kotoran oleh mikroorganisme.
23
d) Limbah daur ulang yaitu semua barang yang dibuang seperti logam, furnitur,
sampah organik yang dapat di daur ulang.
e) Limbah berbahaya yaitu mengacu pada bahan yang mudah terbakar, korosif,
beracun dan reaktif. Jenis limbah berbahaya khusus meliputi :
• E-waste adalah limbah dari peralatan listrik dan elektronik seperti komputer,
telfon, dan peralatan rumah tangga. Limbah elektronik umumnya di
golongkan berbahaya karena mengandung komponen beracun, misalnya PCB
dan berbagai logam.
f) Limbah medis berasal dari sistem perawatan kesehatan manusia dan hewan
dan biasanya terdiri dari obat-obatan, bahan kimia, farmasi, perban, peralatan
medis bekas, dan lain- lain. Peralatan medis dapat menular, beracun dan
mengandung bakteri dan mikrooganisme berbahaya seperti patogen.
24
Permasalahan
Kemampuan Berpikir kritis peserta didik
kelas X MIPA termasuk dalam katergori
rendah
Solusi
Model Pembelajaran yang student center
untuk memfokuskan peserta didik dalam
menerapkan kemampuan berpikir kritis
Hasil
Dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi adalah seluruh data yang
menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan (M.
Burhan,2005.hal122).
b) Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mempunyai karakteristik yang relatif
sama dan dianggap dapat mewakili populasi (Margono,2003 hal.118). Metode yang
digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik nonprobability sampling yaitu
teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Sampel dalam penelitian ini adalah Peserta Didik SMA kelas X MIPA untuk
menentukan berapa ukuran sampel minimal yang harus diambil menggunakan metode
pembelajaran PLB sebanyak 40 siswa.
26
diberi symbol X dan variabeldependent diberi symbol Y. Pada penelitian ini, terdapat
dua variabel yang digunakan yaitu :
1) Tahap persiapan
2) Tahap Pelaksanaan
27
memberi postes pada kelas Pembelajaran Project Based Learning (GI);
(4) Mengolah data; (5) Menarik kesimpulan (Gambar 3.1)
3.6.1 Test
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal tes, terdiri
dari tes awal dan tes akhir dalam bentuk pilihan ganda dengan 20 butir soal. Sebelum
melakukan perlakuan menggunakan metode Problem Based Learning berbantu jurnal
belajar, terlabih dahulu peneliti melakukan pre test untuk mengetahui kemampuan awal
peserta didik, setelah di lakukan tindakan perlakuan kemudian dilakukan post tes untuk
mengetahui hasil belajar peserta didik setelah perlakuan.
Dalam hal ini pengamatan dilakukan oleh observer pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Aktivitas yang diamati pada penelitian ini adalah (1) aktivitas
visual, 2) aktivitas berbicara, (3) aktivitas mendengarkan, dan (4) aktivitas menulis.
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam
penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas internal, validitas yang
dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen secara
keseluruhan (Sugiyono,2000).
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikatordari variabel atau konstruk. Suatu koesioner dikatakan reliabel atau
28
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dengan cara one shot atau
pengukuran sekali saja. Di sini pengukuran hasil hanya sekali dan kemudian
hasilnya dibandingkan dengan pernyataan pernyataan lain atau mengukur
korelasi antar jawaban peryataan.
1. Observasi
2. Kuesioner
3. Studi Pustaka
29
dilakukan dengan cara mempelajari berbagai literatur yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti. Hal ini juga dilakukan untuk mendapatkan data sekunder
yang akan digunakan sebagai landasan perbandingan antara teori dengan praktik
di lapangan. Data sekunder melalui metode ini diperoleh dengan browsing di
internet, membaca berbagai literature hasil kajian dari peneliti terdahulu, catatan
perkuliahan, serta sumber-sumber lain yang relevan.
Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas,
yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah
dirumuskan dalam proposal. Karena datanya kuantitatif, maka teknik analisis data
menggunakan metode statistik yang sudah tersedia, seperti:
Uji keabsahan data kuantitatif menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas,
yang digunakan untuk menguji daftar pertanyaan untuk melihat pertanyaan
dalam kuesioner yang diisi responden sudah layak atau belum yang digunakan
untuk mengambil data. Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya
ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam
penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas internal, validitas yang
dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen secara
keseluruhan.
30
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikatordari variabel atau konstruk. Suatu koesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dengan cara one shot atau
pengukuran sekali saja. Di sini pengukuran hasil hanya sekali dan kemudian
hasilnya dibandingkan dengan pernyataan lain atau mengukur korelasi antar
jawaban peryataan.
Uji asumsi klasik adalah pengujian pada variabel penelitian dengan model
regresi, apakah dalam variabel dan model regresinya terjadi kesalahan atau
penyakit. Agar mendapatkan regresi yang baik harus memenuhi asumsi asumsi
yang disyaratkan untuk memenuhi uji asumsi normalitas, bebas dari
multikolinieritas dan uji autokorelasi serta heterokedastisitas. Berikut ini
macam-macam Uji asumsi klasik :
a. Uji Normalitas
31
1) Pengujian Normalitas Secara Grafik
Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
a. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti ada hubungan linear yang sempurna atau pasti antar
beberapa atau semua variabel bebas dalam model regresi. Konsekuensi adanya
multikolinearitas adalah koefisien regresi variabel tidak tentu dan kesalahan
menjadi tidak terhingga. Pengujian mulitikolinearitas dapat dilakukan dengan
nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Kedua ukuran ini
menunjukkan variabel bebas mana saja yang bisa dijelaskan oleh variabel bebas
lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas terpilih yang tidak dapat
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Bila nilai tolerance ≥ 0,1 dan VIF ≤ 10
maka dikatakan tidak terjadi kolinearitas yang berarti.
b. Uji Heterokedasitas
Heterokedastisitas adalah kondisi dimana varians dan nilai sisa adalah tidak
sama (unequal) antara satu pengamatan dengan pengamatan lainnya. Jika varian
dan nilai sisa sama (equal) antara satu pengamatan dengan pengamatan lainnya,
maka kondisi ini disebut dengan kondisi homokedastisitas. Regresi yang baik
adalah regresi yang berada dalam posisi homokedastisitas dan bukan kondisi
heterokedastisitas. Variabel dinyatakan dalam posisi homokedastisitas, jika
penyebaran titik-titik pengamatan di atas dan atau di bawah angka nol pada
sumbu Y, tidak mengarah kepada satu pola yang jelas.
32
1. Uji Hipotesis
Hipotesis adalah “jawaban sementara yang kebenarannya masih harus diuji, atau
rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka. Untuk
mengetahui pengaruh Pemberian Tugas terhdap Kemampuan Visual-Spasial
maka penulis melakukan pengujian dengan menggunakan:
a. Uji t (uji
1) Jika t hitung > t tabel dengan nilai sig < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa
terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial.
2) Jika t hitung < t tabel dengan nilai sig > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa
tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara
parsial.
1) Jika F hitung > F tabel dengan nilai sig < 0,05, maka dapat dikatakan
terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas
terhadap variabel terikat.
2) Jika F hitung < F tabel dengan nilai sig > 0,05, maka tidak terdapat
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap
variabel terikat.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, Cet. Ke 8, (Bandung: Alfabeta,
2009), hal.137
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, Cet. Ke 8, (Bandung: Alfabeta,
2009), hal. 58.
Sugiyono, statistika untuk penelitian, Bandung : CV. Alfabeta, 2000, hal. 142.
Jurnal Internasional
Barron et al. (1998). Doing With Understanding:Lessons From Research on Problem
and Project-Based Learning. The journal of the learning sciences, 7 (3&4), 271-
311.
Baran, M. & Maskan, A. (2010). The Effect of Project-Based Learning On PreService
Physics Teachers’ Electrostatic Achievements. Cypriot Journal of Educational
Sciences, Vol 5, hal. 243-257.
Baker, E., Breanna T., Patricia O., Margaret., Lynne F. (2011). Project-based Learning
Model, Relevant Learning for the 21st Century.Washington: Pacific Education
Institute
Asan, A & Haliloglu, Z. (2005). Implementing Project Based Learning In Computer
Classroom. The Turkish Online Journal of Educational Technology-TOJET,
(online), 4(2): 1-12
Sung, H. Y., Hwang, G. J., & Chen, S. F. (2019). Effects of embedding a problem-
posing-based learning guiding strategy into interactive e-books on students’
learning performance and higher order thinking tendency. Interactive
Learning Environments, 27(3), 389–401
Jurnal Nasional
Astawa, I. M., dkk. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap
Sikap Ilmiah dan Konsep Diri Siswa SMP. e-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 5, hal. 1-11
Agustianingsi, R. & Rahdiyanta, D. (2019). Implementation Of An Authentic
Assessment Model To Improve The Quality Of Learning Assessment. Jurnal
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume. 25, No. 1, 103- 115
Alhafidz, M. & Haryono, A. (2018). Pengembangan Mobile Learning Berbasis Android
Sebagai Media Pembelajaran Ekonomi. Jurnal Pendidikan Ekonomi, volume 11,
nomer 2, hlm 118-124.
Jagantara, I. M. W., Adnyana, P. B., & Widiyanti, N. L. P. M. (2014). "Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Terhadap Hasil Belajar
Biologi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMA. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran IPA Indonesia, 4(1)
35
Nurfirtiyanti, M. (2016). "Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika". Jurnal Ilmiah Pendidikan
MIPA, 22(3), 197–2
36