Anda di halaman 1dari 45

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN THINK


PAIR SHARE (TPS) BERBANTUAN MOODLE TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN
KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 8 MEDAN TP 2022/2023

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Kajian Mandiri

Oleh:

Khairunnisah Al Adawiyah
NIM 4193341001
Program Studi Pendidikan Biologi

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
MEDAN
NOVEMBER 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ................................................................................. 3
1.3. Ruang Lingkup ......................................................................................... 4
1.4. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.5. Batasan Masalah ....................................................................................... 4
1.6. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.7. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1.8. Definisi Operasional ................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7
2.1. Kerangka Teoritis ..................................................................................... 7
2.1.1. Pengertian Belajar ............................................................................. 7
2.1.2. Pengertian Hasil Belajar .................................................................... 7
2.2. Pembelajaran Kooperatif .......................................................................... 8
2.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif................................................. 8
2.2.2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ................................. 8
2.2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ........ 9
2.2.4. Sintaks Pembelajaran Think Pair Share (TPS) ............................... 10
2.2.5. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Think Pair Share
(TPS) ............................................................................................... 10
2.3. Platform Moodle..................................................................................... 11
2.3.1. Pengertian Moodle .......................................................................... 11
2.3.2. Desain Moodle ................................................................................ 11
2.4. Materi Pembelajaran ............................................................................... 12
2.4.1. Sistem Pencernaan Makanan Pada Manusia ................................... 12

i
2.4.2. Saluran Pencernaan ......................................................................... 13
2.4.3. Kelenjar Pencernaan........................................................................ 16
2.5. Kerangka Berpikir .................................................................................. 18
2.6. Hipotesis ................................................................................................. 18
2.6.1. Hipotesis Nihil (Ho) ........................................................................ 18
2.6.2. Hipotesis Alternatif (Ha) ................................................................. 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 19
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 19
3.2. Populasi dan Sampel .............................................................................. 19
3.3. Jenis Penelitian ....................................................................................... 19
3.4. Desain dan Variabel Penelitian .............................................................. 20
3.4.1. Desain Penelitian ............................................................................. 20
3.4.2. Variabel Penelitian .......................................................................... 20
3.5. Instrumen Penelitian ............................................................................... 20
3.6. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 21
3.6.1. Uji Validitas .................................................................................... 22
3.6.2. Uji Reliabilitas ................................................................................ 23
3.6.3. Uji Tingkat Kesukaran Tes ............................................................. 24
3.6.4. Daya Pembeda Soal ........................................................................ 24
3.7. Prosedur Penelitian ................................................................................. 25
3.8. Analisis Data .......................................................................................... 28
3.8.1. Uji Normalitas ................................................................................. 28
3.8.2. Uji Homogenitas ............................................................................. 28
3.8.3. Uji Hipotesis ................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang berpengaruh besar


terhadap dunia. Maka untuk meningkatkan kualitas pendidikan, dibutuhkan peran
seorang guru sebagai pengpencernaan dalam dunia pendidikan. Apabila seorang
guru berhasil memainkan perannya di dalam kelas sebagai pengpencernaan, maka
pendidikan tersebut akan berkualitas (Sahfitri, 2022).

Selain peran guru, peserta didik juga memegang peranan penting di dalam
dunia pendidikan. Karena peserta didik merupakan salah satu unsur yang
menunjang keberhasilan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, guru harus
mampu menjadi pembimbing dan pengpencernaan dalam proses pembelajaran
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal (Afrikani et al,. 2018).

Salah satu cara dalam mencapai tujuan pembelajaran adalah guru dituntut
untuk mampu menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan
semangat dan hasil belajar siswa. Seperti dengan menerapkan berbagai model
pembelajaran yang variatif. Dimana selama proses penerapan model pembelajaran
tersebut dapat melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam memperhatikan
pembelajaran. Sehingga ketika guru menerapkan model pembelajaran yang
variatif, secara tidak langsung akan menimbulkan stimulus atau rangsangan
kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya (Lestari & Hani, 2020).

Salah satu bentuk pembelajaran yang dapat diterapkan selama proses


pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Dimana model pembelajaran
kooperatif akan memberikan waktu dan ruang untuk siswa bekerja sama dengan
siswa yang lainnya dalam mengerjakan tugas. Selain itu model pembelajaran

1
2

kooperatif juga menekankan pada pembentukan kelompok yang terdiri dari


berbagai jenis kemampuan siswa bahkan juga terdiri dari budaya, agama, dan
jenis kelamin yang berbeda pula. Dengan demikian, siswa akan dilatih untuk
dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya, karena
prinsip dari pembelajaran kooperatif adalah membuat setiap siswa saling belajar
dan membantu agar dapat mencapai tujuan pembelajaran (Hasanah, 2021).

Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan di kelas
adalah model Think Pair and Share (TPS), yaitu model pembelajaran yang
berpusat pada berpikir, berpasangan, dan berbagi. Model TPS ini mengarahkan
siswa untuk menyelesaikan masalah secara individu, kemudian hasil atau ide yang
didapat akan didiskusikan dengan teman sebaya yang dijadikan pasangan
kelompoknya. Sehingga pada akhirnya akan memunculkan berbagai ide
penyelesaian masalah yang lebih banyak. Setelah itu ide-ide yang dimunculkan
akan disebarluaskan ke seluruh teman sekelas (Latifah & Irena, 2020).

Selain menerapkan model pembelajaran, diperlukan juga penggunaan sistem


pembelajaran yang diperkirakan dapat membantu jalannya pembelajaran secara
lebih maksimal lagi. Sistem pembelajaran tidak hanya digunakan pada saat
pembelajaran dalam jaringan saja, melainkan juga dapat digunakan pada
pembelajaran di luar jaringan. Sistem pembelajaran yang dimaksud adalah
Learning Management System (LMS). Dimana LMS merupakan sistem yang
dikembangkan secara khusus dengan tujuan untuk mengelola, mendistribusikan
materi, menimbulkan kolaboratif antar siswa dan guru, hingga pengembangan
hasil pembelajaran (Mahmudi et al., 2022).

Salah satu platform LMS yang dapat diterapkan di kelas adalah Moodle.
Dimana Wahyuaji & Taram (2018) mengatakan bahwa moodle merupakan
singkatan dari Modular Object Orientes Dynamic Learning Environment. Moodle
juga diciptkan dengan dinamis, dan dapat dikembangkan menggunakan banyak
tema dan plugin.
3

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2019) menunjukkan


bahwa dengan penerapan pendekatan metode kooperatif learning tipe Think Pair
and Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem organ
manusia. Nilai rata-rata awal siswa adalah 70,5 dengan ketuntasan belajar
mencapai 86,66% sebanyak 26 siswa yang lulus. Namun setelah penerapan
metode kooperatif Think Pair and Share (TPS) terjadi peningkatan hasil belajar
siswa yaitu dengan hasil rata-rata nilai 81,66 dengan ketuntasan belajar 96,66%
sebanyak 29 siswa yang lulus.

Berdasarkan observasi dan wawancara salah satu guru biologi kelas 11 IPA di
SMA Negeri 8 Medan, bahwasanya model pembelajaran TPS sudah pernah
diterapkan, namun jauh sebelum era covid-19. Selain itu model pembelajaran TPS
ini juga belum maksimal diterapkan dikarenakan kurang mampunya seorang guru
tersebut mengorganisasikannya di kelas. Tidak hanya itu, sumber belajar yang
dipakai hanyalah berasal dari buku pegangan siswa saja. Sehingga peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan mengkombinasikan model pembelajaran TPS
dengan bantuan teknologi agar memaksimalkan proses pembelajaran di kelas.

Berdasarkan hal tersebut, maka akan dilakukan penelitian dengan judul


“Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Berbantuan Moodle
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan Kelas XI IPA
di SMA Negeri 8 Medan Tahun Pembelajaran 2022/2023”.

1.2. Identifikasi Masalah


Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Guru cenderung menggunakan metode pembelajaran yang konvensional
atau masih menggunakan metode ceramah dan diskusi, sehingga suasana
kelas masih berpusat pada guru.
2. Gaya belajar siswa yang masih individual dan menyebabkan siswa kurang
aktif di kelas.
4

3. Kurangnya media penunjang pembelajaran yang dapat meningkatkan


hasil pembelajaran.
1.3.Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) berbantuan Moodle terhadap hasil belajar siswa pada materi
sistem pencernaan kelas XI IPA di SMA Negeri 8 Medan tahun pembelajaran
2022/2023.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka yang menjadi


rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh dari model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) berbantuan Moodle terhadap hasil belajar
siswa pada materi sistem pencernaan kelas XI IPA di SMA Negeri 8 Medan tahun
pembelajaran 2022/2023?”.

1.5.Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan baik dan terarah, maka penulis
membatasi masalah yang hendak diteliti. Adapun penelitian ini hanya dibatasi
pada :

1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)


terhadap hasil belajar siswa
2. Hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar kognitif siswa menggunakan
soal berupa pretest dan posttest dengan bentuk pilihan ganda
3. LMS yang digunakan adalah platform Moodle.

1.6.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah
“Untuk mengetahui pengaruh dari model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
berbantuan Moodle terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem pencernaan
kelas XI IPA di SMA Negeri 8 Medan tahun pembelajaran 2022/2023”.
5

1.7.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah sebagi
berikut:
a. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan ilmu
pengetahuan mengenai pengaruh penggunaan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) berbantuan Moodle terhadap hasil belajar siswa pada
materi sistem pencernaan kelas XI IPA di SMA Negeri 8 Medan tahun
pembelajaran 2022/2023.
b. Secara praktis
1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan peneliti dalam penerapan dan
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
sebagai bekal pengalaman sebelum peneliti terjun ke lapangan sebagai
seorang guru nantinya.
2. Bagi guru, sebagai bahan masukan untuk menambah keterampilan guru
dalam menentukan dan menerapkan model pembelajaran kooperatif agar
dapat memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas .
3. Bagi sekolah, dapat membantu lebih dalam lagi agar guru biologi mampu
meningkatkan keterampilannya guna meningkatkan mutu pendidikan
sekolah.
4. Bagi siswa, untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara
menerapkan model pembelajaran kooperatif yang berpusat pada diskusi
kelompok agar siswa lebih interaktif di kelas, sehingga siswa diharapkan
mampu menggali dan mengembangkan informasi, pengetahuan, dan
keterampilan dengan teman sebaya.

1.8.Definisi Operasional
1. Model pembelajaran merupakan serangkaian kerangka konseptual yang
sistematis dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
sudah ditentukan. Serta berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam
menyusun dan melaksanakan pembelajaran di kelas.
6

2. Model pembelajaran kooperatif adalah metode atau strategi pembelajaran


yang menekankan pada keaktifan siswa dalam berdiskusi. Dengan kata
lain model pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membuat sejumlah
kelompok yang bertujuan untuk saling memotivasi dan membantu
sesama anggota kelompok agar tujuan pembelajaran terwujud secara
maksimal.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) merupakan
model pembelajaran berbasis kelompok kecil, dimana anggota kelompok
diberi kesempatan yang sama untuk berpikir secara individu,
berpasangan dan berkelompok untuk memecahkan suatu masalah. Tahap
think yaitu masing-masing anggota kelompok mencari solusi secara
individu, kemudian pair yaitu membagikan ide individu kepada
pasangan, hingga ke tahap share dimana individu yang mewakili
kelompok maju ke depan kelas untuk melaporkan hasil diskusinya. Pada
tahap ini seluruh peserta didik akan saling mendengarkan dan
mendapatkan berbagai informasi mengenai konsep yang sama namun
caranya berbeda.
4. Moodle adalah salah satu platform yang digunakan dalam pembelajaran
baik secara daring maupun luring. Moodle merupakan bentuk
pengaplikasian dari LMS yang sudah disetting secara dinamis, memiliki
banyak tema dan plugin sehingga lebih mudah dalam
mengembangkannya.
5. Hasil belajar merupakan prestasi akhir yang dicapai peserta didik dari
proses belajar mengajar dalam mempelajari suatu materi pembelajaran.
Hasil belajar yang diukur berdasarkan soal kognitif berupa pretest dan
posttest dengan bentuk pilihan ganda pada materi sistem pencernaan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Kerangka Teoritis
2.1.1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang mencakup membaca, mendengarkan,


menulis, mengerjakan tugas, mengerjakan ulangan, serta kegiatan terjadinya
berubahnya tingkah laku dari kegiatan proses belajar. Dimana dalam kegiatan
belajar terjadi interaksi aktif antara pelaku atau subjek dengan objek atau
lingkungan sekitar. Belajar juga menjadi bagian dari adanya kemampuan
seseorang untuk meraih pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik),
serta nilai dan sikap (afektif). Dalam kegiatan belajar terjadi sebuah perubahan,
namun perubahan yang terjadi tidak terjadi sementara dan sesaat saja, melainkan
terjadi secara permanen. Perubahan yang terjadi bisa disebabkan oleh adanya
usaha dari interaksi dengan lingkungan dan bukan disebabkan karena adanya
pertumbuhan fisik maupun penyakit tertentu (Setiawati, 2018).

Belajar terjadi karena adanya rasa ingin tahu dari seseorang terhadap
sesuatu. Selain itu belajar juga merupakan proses perubahan perilaku untuk
memaksimalkan kemampuan setiap individu. Proses perubahan yang dimaksud
adalah adanya interaksi antar individu dan juga sumber belajar pada lingkungan
belajar.

2.1.2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan pencapaian akhir dari adanya kegiatan belajar


mengajar yang telah dilakukan. Hasil belajar didapat saat setelah terjadi adanya
interaksi antar subjek dan lingkungan. Hasil belajar juga merupakan bagian dari
adanya kemampuan yang bersifat internal dan berpengaruh kepada tingkat
kemampuan seseorang setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Maka
berdasarkan Taksonomi Bloom, hasil belajar dapat dicapai melalui ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik (Teni, 2018).

7
8

Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Faktor biologis dan faktor psikologis. Dimana kedua faktor ini berasal dari
dalam diri manusia. Faktor biologis mencakup usia, kematangan dan
kesehatan. Sedangkan faktor psikologis seperti kelelahan, suasana hati,
motivasi dan minat belajar.
b. Faktor manusia dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, serta
lingkungan.

2.2.Pembelajaran Kooperatif
2.2.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang


berpusat pada kegiatan diskusi kelompok, dimana adanya kegiatan tersebut dapat
membuat proses belajar seseorang lebih maksimal karena antar setiap siswa dapat
belajar bersama dengan orang lain. Pembelajaran kooperatif akan berdampak
positif terhadap kualitas interaksi siswa dalam mencapai hasil belajar (Fatimah et
al., 2022).

Pembelajaran kooperatif terdiri atas berbagai macam model pembelajaran


yang menuntut siswa bekerja sama dalam kelompok yang bervariasi, termasuk
perbedaan tingkat prestasi, kemampuan, sikap, jenis kelamin, dan sebagainya
untuk saling diskusi dalam mempelajari materi pelajaran. Artinya tidak terdapat
kriteria khusus dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif di kelas.
Pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar belajar kelompok saja, melainkan
pembelajaran yang menyebabkan siswa mendapatkan informasi dari siswa lain.

2.2.2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang


dilaksanakan dan diterapkan di dalam kelas dalam bentuk kelompok. Dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif guru dituntut untuk mampu mengelola
keadaan kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Selain itu
seluruh anggota kelompok harus saling bekerja sama untuk sama-sama belajar,
9

karena berhasil tidaknya pembelajaran kooperatif yang dilakukan ditentukan oleh


keberhasilan kelompok (Fatimah et al. , 2022).

Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa unsur penting dalam


belajar, seperti (1) saling ketergantungan, dimana dalam belajar kooperatif siswa
akan dituntut untuk mencapai tujuan dengan cara bekerja sama, (2) meningkatkan
interaksi antar sesama siswa dan saling memberikan bantuan, (3) saling
bertanggung jawab, (4) siswa dituntut untuk bersikap yang baik dalam
memberikan ide dalam kelompok guna untuk mewujudkan keterampilan
interpersonal dan kelompok kecil, (5) belajar kooperatif akan berjalan jika sesama
siswa saling berdiskusi untuk mencapai tujuan pembelajaran dan membuat
hubungan yang baik (Trianto, 2018).

Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif, guru perlu


melakukan perancangan yang maksimal agar proses pembelajaran yang terjadi
berlangsung secara efektif. Tidak hanya itu, guru juga dituntut untuk mampu
mengatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok, karena pada
prinsipnya model pembelajaran kooperatif adalah bekerja sama dan saling
membantu. Namun apabila siswa tidak mampu melakukan kerja sama dengan
siswa lainnya, maka akan sulit mencapai keberhasilan dalam model pembelajaran
kooperatif yang diterapkan.

2.2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah model pembelajaran


yang menimbulkan aktivitas siswa dalam bepikir secara berulang-ulang dan
berkelanjutan sehingga siswa akan mudah memahami materi pelajaran (Silvina,
2017).

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) juga merupakan salah satu
cara dalam menciptakan kegaiatan belajar mengajar yang menyenangkan bagi
siswa, karena model pembelajaran ini memberikan waktu dan ruang untuk siswa
saling bertukar pikiran dan menyebarluaskan ide yang didapatkan. Seperti yang
diungkapkan oleh Marlina et al., (2017) bahwa model pembelajaran Think Pair
10

Share (TPS) menyebabkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena siswa
dibebaskan untuk menyampaikan hasil diskusi di depan pasangan kelompok
lainnya.

2.2.4. Sintaks Pembelajaran Think Pair Share (TPS)


Think Pair Share (TPS) pada penerapannya adalah ketika siswa duduk
berpasangan, lalu guru memberikan pertanyaan atau sebuah permasalahan,
kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan yang
diberikan, setelah itu siswa secara berpasangan mendiskusikan jawaban masing-
masing. Maka selanjutnya guru akan meminta siswa untuk mempresentasikan
jawaban mereka di depan kelas (Irwandi, 2020).
Untuk menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) di kelas,
guru perlu melakukan langkah-langkah penerapan model pembelajaran berikut:
(Trianto, 2018)
1) Langkah 1: Berpikir
Guru memberikan pertanyaan mengenai topik bahasan, kemudian siswa
diarahkan untuk memikirkan secara individu jawaban atau gagasan atas
pertanyaan yang diberikan.
2) Langkah 2: Berpasangan
Selanjutnya guru meminta siswa secara berpasangan untuk saling
berdiskusi mengenai topik yang sama. Pada tahap ini terjadi interaksi
untuk menyatukan jawaban dan gagasan.
3) Langkah 3: Berbagi
Pada tahap ini, guru meminta setiap pasangan membagikan jawaban atau
gagasan kepada kelompok besar. Kemudian setiap perwakilan kelompok akan
menyebarluaskan hasil diskusi di depan kelas.

2.2.5. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Think Pair Share


(TPS)
Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) memiliki beberapa
keunggulan, antara lain seperti yang dijabarkan oleh Kusmiat (2011) dalam Naim
et al.,(2022) yaitu: (1) memungkinkan siswa untuk menjabarkan dan mengajukan
pertanyaan mengenai materi, (2) melatih siswa untuk bertukar pendapat untuk
11

memecahkan permasalahan, (3) melatih siswa agar lebih aktif dalam tugas
kelompok dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang, (4) siswa akan
mendapatkan kesempatan untuk menyebarluaskan hasil diskusi.
Kelemahan dari model pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah (1)
cukup sulit diterapkan apabila di kelas tersebut siswanya memiliki kemampuan
yang rendah, (2) sedikitnya waktu yang disediakan sedangkan jumlah kelompok
yang terbentuk cukup banyak, dan (3) banyak kelompok yang meminta untuk
dibimbing (Kasimmudin, 2017).

2.3.Platform Moodle
2.3.1. Pengertian Moodle

Moodle merupakan jenis platform online berbasis e-learning yang pertama


kali dikembangkan oleh Martin Dougiamas pada tahun 2002. Moodle didesain
dalam membantu dalam kegiatan pendidikan yang merupakan suatu konstruksi
secara sosial (social construct). Hal ini dapat diterapkan ketika moodle dibuat, dan
ketika pengajar dan pendidik melakukan aktivitas pengajaran dalam pembelajaran
online.

Berikut ini beberapa aktivitas pembelajaran yang didukung oleh moodle


adalah sebagai berikut: 1) Assignment: perlengkapan ini dimaanfatkan untuk
memberikan penugasan kepada peserta pendidik secara online. 2) Chat: peralaatan
ini dibutuhkan untuk melaksanakan proses chatingan (percakapan online). Antara
pengajar dan peserta pembelajaran dapat melakukan dialog teks secara online. 3)
Forum: sebuah kelompok diskusi secara online dapat dilaksanakan dalam
membahas suatu materi pembelajaran. Antara pengajar dan peserta pendidikan
dapat membahas topik-topik belajar dalam suatu forum diskusi. 4) Kuis: dengan
perlengkapan ini memungkinkan untuk dilaksanakan ujian ataupun tes secara
online. 5) Survey: fasilitas ini digunakan untuk melakukan jajak pendapat.

2.3.2. Desain Moodle

Desain moodle memberikan keringanan bagi penggunanya dalam


menggunakan situs, pengguna yang terdaftar pada situs, serta training yang
12

dikelola oleh moodle. Moodle memberikan semua hal yang diinginkan untuk
mengadakan pelatihan online yang ada.

Jadi, seperti inilah desain moodle : a) Mendukung pendagogi kontruksi


sosial (kolaborasi, aktivitas, kritik refleksi, dan sebagainya). b) Sangat sesuai
untuk kelas online dan dapat pula digunakan sebagai ganti kelas tatap muka. c)
Simple, ringan, efisien, dan antar muka browser sederhana. d) Mudah diinstal
pada berbagai macam platform yang mendukung PHP. e) Abtraksi database
moodle mendukung hampir semua merek database (kecuali definisi table). f)
Daftar kursus/pelatihan yang diselenggrakan disempurnakan deskripsi dari setiap
pelatihan yang ada, selain itu, moodle juga memberikan akses bagi tamu (guest).
g) Kategori kursus/pelatihan. Satu situs moodle bisa mendukung ribuan
kursus/pelatihan. h) Penekanan yang tinggi pada sisi keamanan, pemeriksaan
ulang terhadap formulir, validasi data, enskripsi cookie, dan sebagainya.

2.4.Materi Pembelajaran

2.4.1. Sistem Pencernaan Makanan Pada Manusia

Pencernaan makanan merupakan proses pengolahan makanan menjadi zat-


zat yang nantinya akan diserap oleh darah hingga pada akhirnya zat-zat makanan
tersebut akan dikeluarkan dari tubuh. Irnaningtyas (2016) menyebutkan ada
beberapa proses pencernaan makanan yang terdiri dari:

 Ingesti, yaitu tahap masuknya makanan ke dalam mulut


 Pemotongan dan penggilingan makanan, dibantu oleh gigi dengan
kelenjar saliva
 Peristaltik, yaitu keadaan ketika otot polos yang secara tak sadar
mengpencernaankan makanan hingga masuk ke saluran pencernaan
 Digesti, yaitu keadaan dimana molekul besar diuraikan menjadi lebih
kecil agar darah mampu mengabsorbsi zat-zat makanan tersebut
 Absorpsi, tahap dimana produk akhir pencernaan dari lumen ke dalam
sirkulasi darah dan limfa untuk digunakan oleh sel-sel tubuh
13

 Defekasi, yaitu kegiatan pemisahan zat-zat sisa yang tidak tercerna


menjadi bentuk feses.

Gambar 2.1. Organ pencernaan pada manusia (Sumber: Firmansyah et al., 2009)

2.4.2. Saluran Pencernaan


 Mulut
Di dalam mulut, pencernaan makanan terjadi secara mekanis yaitu
dengan bantuan gigi dan secara kimiawi dengan bantuan enzim amilase
(ptialin), dimana enzim ini akan menguraikan amilum (polisakarida)
menjadi maltose (disakarida) (Irnaningtyas, 2016).

Gambar 2.2. Struktur mulut (Sumber: Lestari & Kistinnah, 2009)

 Bibir

Bibir tersusun atas otot rangka dan jaringan ikat. Dimana bagian luar bibir
dilapisi oleh kulit yang mengandung folikel rambut, kelenjar keringat, dan
sabasea. Sedangkan bagian dalam bibir terdiri atas membran mukosa
(Irnaningtyas, 2016).
14

 Gigi
Gigi menjadi alat pencernaan makanan, karena berfungsi sebagai
pelumat makanan. Berdasarkan bentuknya, gigi dapat dibedakan menjadi:
(1) gigi seri, yaitu untuk memotong makanan, (2) gigi taring, yang akan
mengoyakkan makanan, dan (3) gigi geraham, yang akan mengunyah
makanan (Lestari & Kistinnah, 2009).
Gigi terdiri atas beberapa bagian, yaitu: (1) mahkota gigi, berfungsi
untuk menghancurkan makanan. Pada mahkota gigi terdapat email yang
berada di lapisan paling luar dari mahkota gigi. Selanjutnya terdapat
lapisan dentin dan terdapat rongga pulpa yang berisi serabut saraf dan
pembuluh darah. Apabila keadaan pulpa mengalami kerusakan, maka gigi
juga akan berpengaruh yaitu akan menyebabkan mati rasa. (2) leher gigi,
dimana ini menjadi pembatas antara mahkota gigi dengan akar gigi yang
dilindungi oleh gusi. (3) akar gigi, letaknya di dalam rahang. Di dalam
akar gigi terdapat beberapa lapisan seperti sementum (Lestari & Kistinnah,
2009).

Gambar 2.3. Struktur gigi (Sumber: Lestari & Kistinnah, 2009).

 Lidah
Lidah berfungsi sebagai pengpencernaan makanan ketika dikunyah
di dalam mulut. Selain itu lidah juga berfungsi untuk mengecap rasa. Pada
permukaan lidah dapat ditemui papila yang teksturnya kasar (Irnaningtyas,
2016).
15

 Faring
Faring memiliki bentuk yang menyerupai tabung yang
menghubungkan rongga hidung, rongga terlinga tengah, dan laring. Faring
bertugas membawa makanan dari mulut ke esophagus (Irnaningtyas,
2016).
 Kerongkongan (Esophagus)
Kerongkongan merupakan saluran yang menghubungkan mulut
dengan lambung. Makanan yang berpencernaan melalui saluran
pencernaan dikarenakan adanya pencernaan peristaltik.
 Lambung (Ventrikulus)
Sebagai tempat penyimpanan sementara makanan, lambung juga
menjadi organ untuk mencerna makanan. Di dalam lambung terdapat otot
yang melingkar, menyerong, serta memanjang, memungkinkan makanan
akan hancur dan halus. Lambung terdiri atas: (1) kardiak, yang
menghubungkan lambung dengan kerongkongan, (2) fundus, sebagai
penghasil HCl dan musin, (3) pylorus, bagian bawah lambung yang
menghubungkan usus halus dengan usus 12 jari (Hanum et al., 2009)

Gambar 2.4. Lambung dan bagian-bagiannya (Sumber: Hanum et al., 2009)

 Usus halus (Intestinum)


Usus halus berfungsi sebagai tempat makanan setelah dicerna di
dalam lambung. Di dalam usus halus terdapat vili yang berbentuk tonjolan
berguna untuk meningkatkan penyerapan. Pada usus halus terjadi dua
proses pencernaan yaitu dengan bantuan enzim dan penyerapan sari-sari
makanan ke dalam pembuluh darah. Usus halus mempunyai tiga bagian
16

antara lain usus dua belas jari atau duodenum, jejenum, dan ileum
(Firmansyah et al., 2009).

Gambar 2.5. Proses penyerapan sari-sari makanan oleh vili (Sumber: Firmansyah
et al., 2009)

 Usus besar
Pada usus besar terjadi penyerapan zat makanan yang tidak dapat
dicerna oleh usus halus. Di dalam usus besar sisa makanan akan terurai
dengan bantuan bakteri Escherichia coli. Selain itu penyerapan air yang
masih tersisa pada makanan juga merupakan fungsi dari usus besar
(Firmansyah et al., 2009).

2.4.3. Kelenjar Pencernaan


 Kelenjar ludah (Saliva)
Kelenjar saliva terdiri atas kelenjar parotid yaitu kelenjar ludah
yang paling besar dan letaknya di agak ke bawah. Lalu terdapat kelenjar
submandibula yang berada di rahang bawah. Serta kelenjar sublingual
yang letaknya dekat dengan submandibula (Irnaningtyas, 2016).

Gambar 2.6. Kelenjar ludah (Sumber : Ferdinand & Ariebowo, 2009)


17

 Pankreas
Pankreas terletak di belakang bagian bawah lambung, dan tersusun
atas sel-sel eksokrin yang akan memproduksi enzim-enzim pada
pencernaan, serta tersusun atas sel-sel endokrin yang menghasilkan
hormon insulin dan glukagon. Pankreas juga menghasilkan enzim-enzim,
antara lain: (1) tripsinogen, yang berfungsi untuk mencerna protein dan
polipeptida. (2) kimotripsin, yang berfungsi untuk mencerna protein dan
polipeptida. (3) lipase, berfungsi untuk menghidrolisis lemak. (4) amilase,
menghidrolisis zat tepung. (5) karboksipeptidase, aminopeptidase, dan
dipeptidase yang akan meneruskan proses pencernaan protein menjadi
asam amino bebas (Irnaningtyas, 2016).
 Hati
Organ hati dalam proses pencernaan makanan berfungsi sebagai
tempat penyimpanan gula darah, alat sekresi empedu dan mengabsorpsi
lemak, serta tempat penyimpanan mineral, dan vitamin larut (Irnaningtyas,
2016).

Gambar 2.7. Zat hasil sekresi hati dan pankreas masuk ke pencernaan melalui
duodenum (Sumber : Ferdinand & Ariebowo, 2009)
18

2.5.Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam pembelajaran ini adalah kegiatan pembelajaran


yang awalnya hanya berpusat pada guru melalui metode ceramah akan berubah
menjadi berpusat kepada siswa. Awalnya terjadi proses pembelajaran yang tidak
menyenangkan dan kurang menarik minat siswa dan komunikasi yang hanya satu
arah, maka dibutuhkan model-model pembelajaran yang variatif, salah satunya
adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan platform Moodle.

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini


diharapkan proses pembelajaran di kelas XI IPA SMA Negeri 8 Medan lebih
bermakna sehingga dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa khususnya
pada materi sistem pencernaan. Karena pada dasarnya model pembelajaran
kooperatif tipe TPS merupakan metode pembelajaran kooperatif yang
menyediakan waktu dan ruang untuk peserta didik berpikir dan merespon serta
saling membantu antar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS juga
merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk berani mengutarakan
pendapat dan membiasakan siswa untuk mampu menerima pendapat orang lain.

2.6.Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara atas permasalahan yang tidak


mengacu pada teori yang diajukan di dalam kerangka konseptual. Maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah Hipoteis nihil (HO) dan Hipotesis alternatif (Ha).

2.6.1. Hipotesis Nihil (Ho)

Tidak ada pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran Think Pair
Share (TPS) dengan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8
Medan.

2.6.2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran Think Pair


Share (TPS) dengan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8
Medan.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 8 Medan, yang


beralamat di Jalan Sampali Kecamatan Medan Area, Kota Medan.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November s/d Januari 2023.

3.2.Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA SMA
Negeri 8 Medan tahun pembelajaran 2022/2023 yang terdiri dari 5 kelas dengan
jumlah siswa 180 orang.

b. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah 2 kelas yang diambil secara random
sampling. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Think Pair Share
(TPS) yaitu kelas XI MIA 3 dengan jumlah siswa 36 orang dan kelas kontrol
menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu kelas XI MIA 5 dengan
jumlah siswa 35 orang. Sehingga siswa yang menjadi sampel berjumlah 71 orang.

3.3.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah eksperimen semu. Dalam


pelaksanaan penelitian akan melibatkan perlakuan yang berbeda pada dua kelas.
Masing-masing kelas akan dibedakan dengan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Dimana kelas eksperimen akan diberikan perlakuan dengan pengajaran
menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS), sedangkan kelas

19
20

kontrol akan diberikan perlakuan dengan pengajaran menggunakan metode


konvensional.

3.4.Desain dan Variabel Penelitian

3.4.1. Desain Penelitian

Adapun desain penelitian yang akan dilaksanakan ditunjukkan dalam tabel 3.1. di
bawah ini:

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Pre-Tes Perlakuan Post-Tes


Eksperimen T1 X1 T2
Kontrol T1 X2 T2
Keterangan:

Eksperimen = Kelompok dengan perlakuan Think Pair Share (TPS)


Kontrol = Kelompok dengan perlakuan metode konvensional
T1 = Pemberian soal atau tes sebelum pengajaran (Pretes)
T2 = Pemberian soal atau tes sesudah pengajaran (Postes)
X1 = Pengajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair and
Share (TPS)
X2 = Pengajaran menggunakan metode konvensional

3.4.2. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Think
Pair and Share (TPS) berbantuan Moodle.
b. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas
XI pada materi sistem pencernaan.
21

3.5.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes


berupa pretes dan postes. Dimana pretes diberikan kepada siswa sebelum
melakukan pembelajaran. Sedangkan postes diberikan setelah melakukan
pembelajaran dengan tujuan untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes yang
diberikan kepada siswa disusun sesuai dengan kurikulum dan tujuan pembelajaran
dalam materi sistem pencernaan yang terdiri dari 20 item soal dengan bentuk
pilihan berganda.

Tabel 3.2. Rekapitulasi Soal Pada Materi Sistem Pencernaan

No Indikator Kemampuan Kognitif Jumlah


C1 C2 C3 C4 C5 C6 Soal
1. Menganalisis anatomi 20 1, 16 3
gigi dan fungsinya
2. Menganalisis proses 2 11, 3
pencernaan manusia 18
3. Mengidentifikasi organ- 13 3, 4, 8 6
organ pencernaan 12,
manusia 14,
19
4. Menjelaskan fungsi lidah 5, 6 2
beserta kelenjarnya
5. Mengidentifikasi enzim 7, 10 2
yang dihasilkan organ
pencernaan
6. Menganalisis proses 9 1
yang terjadi di lambung
7. Menganalisis proses 17 15 2
pencernaan secara
mekanik dan kimiawi
Total 2 16 2 20

Keterangan :

C1 : Pengetahuan

C2 : Pemahaman
22

C3 : Penerapan

C4 : Analisis

C5 : Evaluasi

C6 : Menciptakan

3.6.Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, disusun tes dalam bentuk pilihan berganda


sebanyak 20 soal. Isi tes berisi materi mengenai sistem pencernaan dengan
masing-masing penilaian dari jawaban yang benar dengan skor 1, apabila salah
diberi skor 0.

3.6.1. Uji Validitas

Uji validitas yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah tes yang
digunakan sudah mengukur apa yang harus diukur, maka untuk pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment sebagai
berikut :

∑ (∑ )(∑ )
√ ∑ (∑ ) ( ∑ (∑ ) )

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara skor butir dan skor total

N : Banyak sampel

X : Skor butir atau skor item

Y : Skor total butir

∑X : Jumlah skor item

∑Y : Jumlah skor total

∑X2 : Jumlah kuadrat skor item


23

∑Y2 : Jumlah kuadrat skor total

Untuk menafsirkan keberartian harga validitas dari setiap butir soal, maka
harga tersebut dikonsultasikan ke tabel harga kritik r product moment dengan
kriteria rhitung > rtabel untuk taraf nyata α= 0,05 maka korelasi dinyatakan valid.
Adapun untuk mengadakan interprestasi besarnya korelasi adalah sebagai berikut :

0,81 < rxy≤ 1,00 = Validitas sangat tinggi

0,61 < rxy≤ 8,00 = Validitas tinggi (baik)

0,41 < rxy≤ 0,60 = Validitas cukup

0,21 < rxy≤ 4,0 = Validitas kurang

0,000 < rxy≤ 2,0 = Validitas sangat kurang (tidak valid)

3.6.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada sebuah instrumen dapat dipercaya sebagai alat


pengumpul data karena instrumen tersebut sudah cukup baik. Arikunto (2010)
mengatakan bahwa suatu tes dapat dipercaya jika memberikan hasil yang sama
walaupun sudah berulang kali diujikan dan tetap menunjukkan suatu ketetapan.
Soal tes yang diberikan adalah berbentuk pilihan ganda. Maka reliabilitasnya
dapat dihitung dengan menggunakan rumus K-R20 yang dikemukakan oleh
Kuder-Richardson, yaitu :


( )( )

Keterangan :

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q= 1-p)


24

∑pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item soal

S2 = Varians total

Untuk menafsirkan harga reliabilitas tes, maka harga tersebut perlu


dikonfirmasikan dengan harga kritik rtabel product moment dengan α = 0,05.
Apabila rhitung ≥ rtabel, maka tes dinyakan reliabel atau dapat dipercaya. Adapun
kriteria reliabilitas tes sebagai berikut :

r11 = 0,81 – 1,00 menyatakan reliabilitas tes sangat tinggi

r11 = 0,61 – 0,80 menyatakan reliabilitas tes tinggi

r11 = 0,41 – 0,60 menyatakan reliabilitas tes sedang

r11 = 0,21 – 0,40 menyatakan reliabilitas tes rendah

r11 = 0,0 – 0,20 menyatakan reliabilitas tes sangat rendah

3.6.3. Uji Tingkat Kesukaran Tes

Bilangan yang menunjukkan skor dan mudahnya soal disebut dengan


indeks kesukaran. Maka untuk mengetahui tingkat kesukaran setiap butir soal
dapat digunakan dengan rumus:

(Arikunto, 2010)

Keterangan :
P = Indeks kesukaran soal
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah seluruh peserta tes
Kriteria tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut :
P = 0,00 – 0,30 = Soal sulit
P = 0,31 – 0,70 = Soal sedang
P = 0,71 – 1,00 = Soal mudah
25

3.6.4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal dilakukan untuk membedakan antara siswa yang


memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah.
Untuk menghitung daya pembeda soal digunakan rumus sebagai berikut :

Dengan ketentuan :

D = Daya pembeda (diskriminasi)

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

Keterangan untuk daya pembeda adalah :

Diskriminasi = < 0,00 = Sangat jelek

Diskriminasi = 0,00 – 0,19 = Jelek

Diskriminasi = 0,20 – 0,19 = Cukup

Diskriminasi = 0,40 – 0,69 = Baik

Diskriminasi = 0,70 – 1,00 = Baik sekali

3.7.Prosedur Penelitian

Dalam mencapai tujuan penelitian yang ditetapkan, maka disusun prosedur


penelitian yang sistematis, dengan tahapan sebagai berikut:
26

1. Tahap persiapan penelitian


Kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a. Melakukan observasi awal ke sekolah tempat penelitian
b. Meminta izin kepada pihak sekolah untuk melakukan penelitian yang
akan dilaksanakan
c. Melakukan bimbingan dan konsultasi kepada guru pamong
d. Menyusun proposal penelitian
e. Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
f. Menyusun tes hasil belajar
g. Mengurus surat izin penelitian dari pihak Universitas Negeri Medan
yang selanjutnya akan diberikan kepada pihak sekolah SMA Negeri 8
Medan
h. Mempersiapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and
Share (TPS).
2. Tahap pelaksanaan penelitian
a. Memberikan pretest (T1) kepada kedua kelas sampel untuk mengukur
kemampuan awal pada kedua kelas sebelum pembelajaran dimulai
b. Melaksanakan pembelajaran di kedua kelas. Kelas pertama dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share
(TPS). Kelas kedua dengan menerapkan model pembelajaran
konvensional
c. Memberikan posttest (T2) kepada kedua kelas untuk melihat perubahan
kognitif siswa setelah melakukan pembelajaran
d. Mengumpulkan data dan menganalisis data.
27

Secara skematis prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini:

Populasi

Sampel

Pretes

Model pembelajaran Think Model pembelajaran


Pair and Share (TPS) konvensional

Postes

Pengolahan data

Uji normalitas

Uji homogenitas

Uji hipotesis

Menarik kesimpulan

Gambar 3.1. Langkah-langkah penelitian


28

3.8.Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
pembeda menggunakan uji-t. Sebelum menggunakan uji-t, maka akan dilakukan
uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu.

3.8.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berdistribusi


normal atau tidak. Dalam penelitian ini digunakan uji Liliefors dengan langkah-
langkah sebagai berikut :

1. Pengamatan X1, X2, ..... Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..... Zn dimana
rumusnya adalah :
̅

imana X = ata-rata
S = Simpangan baku sampel
2. Setiap bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung F(Zi) = P(Z≤Zi).
3. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ..... Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka :

( )

4. Dihitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.


5. Ambil harga paling besar diantara harga-harga mutlak tersebut. Sebutan
harga ini adalah Lhitung. Selanjutnya Lhitung dibandingkan dengan Ltabel
(α=0,05).
6. Jika Lhitung < Ltabel berarti data berdistribusi normal atau sebaliknya.

3.8.2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan pengujian untuk menentukan apakah kedua


data homogen, yaitu dengan membandingan kedua variansnya. Pengujian
homogenitas dilakukan apabila kedua datanya telah terbukti berdistribusi normal
29

dengan cara uji kesamaan dua varians. Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan rumus :

Dimana varians terbesar atau terkecil :

∑ (∑ )
( )

Apabila Fhitung < Ftabel pada taraf nyata σ = 0,05, maka kedua kelompok
memiliki kemampuan dasar yang sama (Sudjana, 2008).

3.8.3. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t dengan taraf signifikan α = 0,05


dengan derajat kebebasan = n1 + n2- 2.

̅ ̅

( ) ( )

Keterangan :

X1 = Skor rata-rata kelas eksperimen (menggunakan model TPS)

X2 = Skor rata-rata kelas kontrol (metode konvensional)

n1 = Jumlah sampel eksperimen

n2 = Jumlah sampel kontrol

S12 = Varians kelas eksperimen

S22 = Varians kelas kontrol

S = Standart deviasi gabungan dari kedua kelas.


30

Pengujian hipotesis dilakukan sebagai berikut :

1. Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima


2. Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak.
DAFTAR PUSTAKA

Afrikani, T., Teti, R., Siti, F. (2018). Penggunaan Pendekatan Saintifik dan Model
Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Biologi. Prosiding Seminar Nasional Simbiosis III (h. 108-118). Madiun:
Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Pakuan Bogor.

Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fatimah, I.D., Purna, I., Sri, C., Meilinda, E.S., Dira, P.S., Usman, R., Novialita,
A,W., Tatun, H.N., Ina, A., Nur, R., Faqih, H.H., Ana, I. (2022). Model
Model Pembelajaran (1st ed). Solok: Yayasan Pendidikan Cendekia
Muslim.
Ferdinand. F., & Ariebowo. M. (2009). Praktis Belajar Biologi. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Firmansyah. R., Mawardi. A., Riandi. M.U. (2009). Mudah dan Aktif Belajar
Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Hanum., E.L., Purwianingsih, W., Atikah, T., Herlina, I., Yani, R., Peniasiani, D.
(2009). Biologi 2. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.

Hasanah, Z. (2021). Model Pembelajaran Kooperatif Dalam Menumbuhkan


Keaktifan Belajar Siswa. Jurnal Irsyaduna, 1 (1): 1-13.

Irnaningtyas. (2016). Biologi. Jakarta: Erlangga.

Irwandi. (2020). Strategi Pembelajaran Biologi. Bandung: Pustaka Reka Cipta.

Kasimmudin. (2017). Penggunaan Model Pengajaran Kooperatif Tipe Think Pair


Share (TPS) Untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Fisika
Peserta Didik Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 9 Makassar. Jurnal Pendidikan
Fisika Universitas Negeri Muhammadiyah Makassar, 4 (1): 54-72.

31
32

Latifah, S.S., & Irena, P.L. (2020). Think Pair Share Sebagai Model Pembelajaran
Kooperatif Untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis. Jurnal Pendidikan Matematika, 9 (1): 35-46.

Lestari, D.S., & Hani, I. (2020). Literature Review: Peningkatan Hasil Belajar
Kognitif dan Motivasi Siswa Pada Materi Biologi Melalui Model
Pembelajaran Guided Inquiry. Jurnal Bioma, 2 (2): 51-59.

Mahmudi, I.S., Mas’ula., Purnawati. (2022). Efektivitas Manajemen Pembelajaran


Dengan Metode Blended Learning Melalui Jejaring Moodle dan Google
Classroom Pasca Covid 19. Jurnal Inovasi Pendidikan Berbantuan
Teknologi, 2 (2): 165-174.

Marlina, L., Habisukan, U.H., & Arfika, D. (2017). Pengaruh Penerapan Model
TPS (Think Pair Share) Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas VII Pada
Mata Pelajaran Biologi Di MTS Negeri 1 Palembang. Jurnal Bioilmi,
3(1): 25-37.

Naim, A., Maryam., Nur, I. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Tipe Think
Pair Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Pembelajaran Matematika
Siswa Sekolah Dasar Kelas Lima di Kabupaten Polewali Mandar. Pinisi
Journal of Education, 2 (5): 175-182.
Sahfitri. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
(TPS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pertumbhan
dan Perkembangan Siswa Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Syamtalira
Bayu. Jurnal Serambi PTK, 9 (1): 12-25.

Setiawati, S.M. (2018). Telaah Teoritis Apa Itu Belajar?. Jurnal Helper, 35 (1):
31- 46.

Silvina, R. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair


Share (TPS) dan Kemampuan Awal Terhadap Hasil Belajar Biologi
Siswa Kelas VIII SMPN 38 Sijunjung. Jurnal Pendidikan Rokania, 2
(2): 265-273.

Teni. N. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil


Belajar Siswa. Jurnal Misykat, 03 (01): 171-187.
33

Trianto. (2018). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Wahyuaji, N.R., & Taram, A. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran


Matematika Berbasis E-Learning Menggunakan Learning
Management System (LMS) Moodle pada Materi Program Linear
untuk Siswa SMA Kelas XI. Seminar Nasional Pendidikan Matematika
Ahmad Dahlan, 189–194.
34

Lampiran 1

1. Email merupakan lapisan keras pada gigi berguna untuk menutupi


permukaan gigi. Selain itu email juga berfungsi sebagai pelindung, namun
dapat tererosi oleh enzim dan asam yang diproduksi oleh bakteri mulut.
Menurutmu bagaimana cara memperbaiki email yang sudah rusak?
a. Menggunakan obat-obatan
b. Mengkonsumsi makanan tinggi vitamin
c. Remineralisasi gigi
d. Rajin konsumsi fluoride
e. Penggunaan pasta gigi yang tidak berlebihan
2. Organ sistem pencernaan yang melakukan gerak peristaltik pertama
adalah…
a. Usus
b. Mulut
c. Gigi
d. Lambung
e. Kerongkongan
3. Organ pencernaan yang bersifat sangat asam, bertugas untuk membunuh
bakteri dengan bantuan getah yang mengandung asam klorida (HCl) dan
mencerna protein adalah…
a. Mulut
b. Lambung
c. Usus halus
d. Usus besar
e. Pankreas
4. Perhatikan gambar sistem pencernaan berikut. Nama organ dan fungsinya
yang paling tepat adalah…
35

a. (1) Lambung, untuk mencerna lemak dan protein


b. (2) Usus besar, untuk mencerna protein dan selulosa
c. (3) Anus, untuk menyerap air sehingga feses mudah dibuang
d. (4) Usus duodenum, mengabsorpsi zat-zat hasil pencernaan
e. (5) Hati, menghasilkan enzim lipase untuk mencerna lemak
5. Makanan yang dimasukkan ke dalam mulut, kemudian tersentuh oleh
lidah, maka lidah akan menimbulkan rasa. Karena pengecap rasa pada
lidah akan larut dalam cairan yang dihasilkan oleh kelenjar…
a. Parotid
b. Sublingual
c. Submandibular
d. Von ebner
e. Gondok
6. Perhatikan gambar kelenjar saliva di bawah ini.

Pernyataan manakah yang paling tepat…

a. Nomor 1 adalah kelenjar sublingual


b. Nomor 2 adalah kelenjar submaksila
c. Nomor 3 adalah kelenjar parotid
d. Nomor 4 adalah kelenjar sublingual
36

e. Nomor 5 adalah kelenjar parotid


7. Di dalam proses pencernaan, terdapat banyak enzim, seperti: (1) tripsin
(2) maltase
(3) laktase
(4) tripsin
(5) sukrase
(6) lipase
Maka enzim yang nantinya akan disekresikan oleh usus halus dan
berfungsi mencerna gula adalah…
a. 1, 2, 3
b. 1, 4, 5
c. 2, 3, 5
d. 2, 3, 6
e. 2, 4, 5
8. Dalam proses pencernaan terdapat organ-organ seperti berikut:
(1) Rektum
(2) Mulut
(3) Duodenum
(4) Jejenum
(5) Ileum
(6) Anus
(7) Esophagus
(8) Lambung
(9) Kolon
(10)Faring
Susunlah mekanisme pencernaan makanan pada manusia secara tepat….
a. 2-8-9-10-3-4-5-6-1-7
b. 2-9-10-8-3-4-5-1-6-7
c. 2-9-10-8-3-4-5-1-7-6
d. 2-9-10-8-3-5-4-6-1-7
e. 2-10-7-8-3-4-5-9-1-6
37

9. Masuknya makanan ke dalam mulut, tampilan makanan, bau, dan pikiran


tentang makanan dapat merangsang sekresi cairan lambung. Makanan
tersebut akan menjadi senyawa penyangga di dalam lambung yang
berguna untuk meningkatkan pH dan sekresi. Namun jika tidak ada
makanan di dalam lambung, hal apakah yang terjadi?
a. Berkurangnya bakteri dalam lambung
b. Menimbulkan penyakit asam lambung
c. Menyebabkan pH lambung rendah dan sekresi terbatas
d. Menyebabkan aroma mulut tidak sedap
e. Meningkatkan pH lambung
10. Enzim yang mampu mengubah protein dan peptida menjadi peptida yang
lebih kecil lagi adalah tugas dari enzim… dan berasal dari sumber
sekresi…
a. Tripsin, pankreas
b. Sukrase, usus halus
c. Maltase, usus halus
d. Tripsin, usus halus
e. Sukrase, pankreas

11. Perhatikan gambar berikut!

Proses pencernaan makanan yang terjadi pada nomor 3 yaitu…


a. Maltose menjadi glukosa oleh enzim maltase
38

b. Protein menjadi pepton oleh enzim pepsin


c. Maltose menjadi pepton oleh enzim maltase
d. Amilum menjadi disakarida oleh enzim amilase
e. Protein menjadi pepton oleh enzim amilase
12. Perhatikan gambar organ pencernaan di bawah ini!

Organ R adalah salah satu bagian dari kelenjar pencernaan manusia. Organ
tersebut akan mengeluarkan getah yaitu…
a. Getah bening
b. Getah empedu
c. Getah pancreas
d. Getah kelenjar
e. Getah lemak
13. Pankreas mampu menghasilkan enzim, dimana enzim tersebut akan
dibawa masuk ke usus dua belas jari atau duodenum melalui…
a. Pembuluh limfe
b. Saluran pankreas
c. Esophagus
d. Lambung
e. Pembuluh darah
14. Organ hati dalam pencernaan berfungsi untuk menyekresikan empedu
untuk mengemulsikan dan mengabsorpsi lemak. Selain itu hati mampu
menetralsir racun di dalam tubuh. Sel hati akan mengeluarkan getah yang
disebut… karena getah tersebut berfungsi sebagai…
a. Getah empedu, berperan bagi proses metabolisme tubuh
b. Getah empedu, mengemulsi lemak
c. Getah bening, berperan dalam pembentukan protein dan lemak
d. Getah bening, menjaga keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh
39

e. Getah empedu, menjaga keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh


15. Proses pencernaan makanan terjadi secara mekanis dan kimiawi.
Pencernaan makanan meliputi beberapa proses, yaitu seperti:
(1) Ingesti
(2) Peristaltik
(3) Defekasi
(4) Digesti
(5) Deglutisi
(6) Mastikasi
Proses pencernana makanan yang terjadi di mulut terdapat pada nomor…
a. 1, 4, 5, 6
b. 1,2,3,4
c. 1,2,5,6
d. 1,3,4,6
e. 1,2,5,6
16. Gigi manusia berfungsi untuk menggigit, memotong, menyobek, dan
mengunyah makanan. Berdasarkan susunannya, gigi terbagi atas gigi
primer dan gigi sekunder. Gigi primer atau gigi sulung akan berjumlah 20
buah diusia 6-26 bulan. Maka ketika sudah berusia 6-14 tahun, gigi primer
akan tanggal dan digantikan dengan gigi…
a. Geraham depan
b. Geraham belakang
c. Seri
d. Taring
e. Permanen
17. Proses pencernaan makanan terjadi secara mekanik dan kimiawi. Secara
kimiawi proses pencernaan dilakukan dengan bantuan zat kimia berupa
enzim. Sedangkan secara mekanik, pencernaan terjadi dengan adanya
bantuan…
a. Gerakan peristaltik
b. Pemotongan dan penggilingan makanan
c. Kelenjar saliva
40

d. Kelenjar von ebner


e. Kelenjar empedu
18. Peristiwa tersedak saat sedang makan sering terjadi karena kita makan
sambil berbicara. Hal ini dapat mengganggu pencernaan, Karena tersedak
dapat terjadi akibat…
a. Makanan tidak dapat terkunyah sampai halus
b. Makanan ditelan lebih cepat
c. Makanan kurang dikunyah
d. Tenggorokan menjadi kering karena banyak berbicara
e. Ada sedikit makanan yang masuk ke tenggorokan
19. Perhatikan gambar di bawah ini!

Organ yang ditandai dengan huruf P merupakan salah satu organ yang
berperan juga dalam proses pencernaan. Dinding organ tersebut terdiri
atas berbagai jenis otot. Organ yang dimaksud adalah…
a. Usus besar
b. Usus halus
c. Lambung
d. Rektum
e. Anus
20. Gigi merupakan salah satu bagian dari sistem pencernaan yang salah satu
fungsinya adalah mengunyaj makanan. Kemudian makanan yang sudah
halus akan didorong oleh lidah masuk ke esophagus. Proses yang terjadi
pada esophagus adalah adalah…
a. Makanan ditelan dan langsung menuju lambung
b. Makanan didorong dengan gerakan peristaltik menuju lambung
41

c. Makanan diserap dan masuk ke lambung


d. Makanan dihaluskan kembali dan masuk ke lambung
e. Makanan dicerna dengan bantuan enzim dan masuk ke lambung
42

Lampiran 2

Kunci Jawaban

No Soal Kunci Jawaban No Soal Kunci Jawaban

1. C 11. A
2. E 12. A
3. B 13. B
4. A 14. B
5. D 15. A
6. E 16. E
7. C 17. A
8. E 18. E
9. C 19. C
10. A 20. B

Anda mungkin juga menyukai