Anda di halaman 1dari 6

Makalah Mengenal Teologi Islam

Dosen pengampu Burhanuddin Damanik,MA

Kelompok 1

 Satrio Siddiq
 Agus Wibowo
 Juan Vico Febian
 Abdul Aziz Lubis

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Teologi Islam


Fakultas Syariah Hukum Tata Negara

Univrsitas Islam Negeri Sumatera Utara


TA 2020/2021
PENDAHULUAN

Islam sebagai agama (din) mempunyai dua dimensi, yaitu keyakinan (‘aqidah)
dan sesuatu yang diamalkan. Amal perbuatan merupakan perpanjangan dan
implementasi dari ‘aqidah tersebut. Islam adalah agama samawi yang bersumber
dari Allah swt., yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. yang berintikan
keimanan dan perbuatan. Untuk alasan ini, Muhammad Syaltout menulis al-Islam
‘Aqidah wa Syari’ah yang membahas pentingnya dua dimensi ‘aqidah dan
Syari’ah dalam ajaran Islam.1 Dalam sejarah peradaban Islam, paling tidak ada
empat ilmu yang perkembangannya sangat berpengaruh satu dengan yang lain,
yakni Ilmu Fiqh yang membahas masalah hukum dalam peribadatan dan
kemasyarakatan; Ilmu Kalam, yang membicarakan tentang Tuhan beserta
derivasinya; Tasawuf membahas penghayatan kepada keberadaan Tuhan dan cara
untuk memperolehnya secara maksimal; dan Falsafah yang merupakan telaah
spekulatif yang mendasar tentang segala masalah, terutama tentang hidup dan
lingkungannya.

a. Pengertian Ilmu Tauhid


Istilah ilmu Tauhid berasal dari bahasa Arab. Secara harfiah, tauhid ialah
mempersatukan berasal dari kata wahid yang berarti satu. Menurut istilah agama
Islam, Tauhid ialah keyakinan tentang satu atau Esanya Tuhan. dan segala pikiran dan
teori berikut dalil-dalilnya yang menjurus kepada kesimpulan bahwa Tuhan itu satu,
disebut Ilmu Tauhid. Di dalamnya termasuk soal-soal kepercayaan dalam agama
Islam.4 Kepercayaan itu disebut dengan rukun iman yang jumlahnya ada enam
macam. Syekh Muhammad Abduh mendefenisikan Ilmu Tauhid ialah Ilmu yang
membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib bagi-Nya, sifatsifat yang jaiz
yang disifatkan kepada-Nya, dan sifat-sifat yang sama sekali wajib ditiadakan dari-
Nya (mustahil). Juga membahas tentang Rasul-rasul Allah untuk menetapkan
kebenaran risalahnya, apa yang wajib ada pada dirinya, hal-hal yang jaiz dihubungkan
(dinisbatkan) pada diri mereka dan halhal yang terlarang menghubungkanya pada diri
mereka.
Ilmu Tauhid adalah ilmu yang memberikan bekal-bekal pengertian tentang
pedoman keyakinan hidup manusia, di dalam mengarungi samudra dan gelombang
hidup. Secara kodrati manusia diciptakan Allah di dunia ini, berkekuatan berbeda
antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Tidak sedikit manusia di dalam
mengarungi samudera hidup yang luas itu, kehilangan arah dan pedoman, sehingga ia
menjadi sesat. Di situlah ilmu Tauhid berperan untuk memberi pedoman dan arah,
agar manusia selalu tetap sadar akan kewajibanya sebagai makhluk terhadap
khaliknya.

b. Objek Kajian Ilmu Tauhid

Tauhid Ilahiyah yaitu bagian Ilmu Tauhid yang membahas masalah ke-Tuhanan. Hal
ini terdiri dari

a. Tauhid Uluhiyah

Yaitu Tauhid yang membahas tentang ke-Esaan Allah dalam dzat-Nya tidak
terdiri dari beberapa unsur atau oknum, tidak sebagaimana teologi Yahudi dan
Masehi. Dia (Allah) sebagai Dzat yang wajib disembah dan dipuja dengan ikhlas,
semua pengabdian hamba-Nya semata-mata untuk-Nya seperti berdo’a, nahr (kurban),
raja’ (harap), khauf (takut), tawakal (berserah diri), inabah ( pendekatan diri) dan lin-
lain. Sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah SWT dalam surat al-Ikhlas ayat 1-4

1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa.

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,

4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

b. Tauhid Rubbubiyah

Yaitu pembahasan tentang Allah sebgai Arrabbu, yaitu Esa dalam penciptaan,
pemeliharaan dan pengaturan semua makhluk-Nya. Sebagaimana firman Allah yang
menjelaskan siapakah yang memberi rizki pada manusia? Dalam surat Yunus ayat 31.

Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup[689] dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan
menjawab: “Allah”. Maka Katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-
Nya)?”

c. Tauhid Dzat

Yaitu pembahasan tentang sifat-sifat dan nama-nama yang disebut sendiri oleh Allah
dan Rasul-Nya yang tidak sama dengan makhluk-Nya. Sifat dan nama-nama-Nya
adalah agung dan sempurna. Kita tidak boleh memberikan nama dan sifat yang dapat
mengurangi keagungan dan kesempurnaan-Nya, atau menyesuaikan nama-nama dan
sifat-sifat itu dengan yang lain seperti membagaimanakan, menggambarkan,
mentasybihkan, menta’wilkan, mentahrifka atau menta’tilkannya sebagaimana firman
Allah dalam surat Al-A’raf ayat 180.

Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-nama-Nya[586]. nanti mereka akan mendapat Balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

d. Tauhid Nubuwwah

Yaitu bagaimana ilmu tauhid yang membahas masalah kenabian, kedudukan dan
peran serta sifat-sifat dan keistimewaannya. Sebagaimana dalam firman Allah dalam
surat an-Nahl : 43 yang artinya:

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri
wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan[828]jikakamutidakmengetahui,”

e. Tauhid Sam’iyyat

Yaitu bagian ilmu tauhid yang membahas masalah-masalah yang didengar dari dalil-
dalil naqli seperti datangnya hari akhir, hari kebangkitan dari kubur, siksa kubur,
mizan, dan lain-lain. Disebutkan dalam firman Allah dalam surat Az-Zumar 60 yang
artinya:

“Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat Dusta terhadap
Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat
bagi orang-orang yang menyombongkan diri”.
Kesimpulan

Dari pembahasan diatas sebelumnya dapat disimpulkan bahwa perlu adanya


pemaknaan ulang dalam diskursus epistemology tauhid/kalam ke teologi yang
sifatnya berkaitan deangan manusia secara langsung. Keyakinan seseorang dalam
menjalankan pengabdiannya kepada Tuhan tidaklah membutuhkan diskursus
keilmuan yang rumit sebagaimana yang berkembang dalam sejarah ilmu tersebut.
Seiring dengan problem msyarakat dan manusia di era sekarang sangat
memungkinkan menjadikan pola teologi menjadi alternative penyelesaian secara
bijak, seperti bencana, ekonomi hijau (green economy), lingkungan hidup dan
sebangainya.

Daftar Pustaka

 Lihat Mahmud Syaltut, al-Isla>m ‘aqidah wa Syari’ah(Tp: Darul Qalam,


1966). Lihat Wahiduddin Khan, Kritik terhadap Ilmu Fiqih, Tasauf dan Ilmu
Kalam (Jakarta: GIP, 1994), h. 61.
 Lih. Hassan Hanafi, Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa,
Perbandingan (Jakarta: Penerbit Universitas, 2000).
 Ibid., h. 2. 6 Lihat Sunan Abu Dawud No. 4091 dalam CD Mawsuat al-Hadis
al-Syarif.
 Lihat Masa Rasulullah saw merupakan periode pembinaan aqidah dan
peraturanperaturan dengan prinsip kesatuan umatan kedaulatan Islam. Harun
Nasution, Teologi Islam (Jakarta: UI Press, 1983), h. 15.

Anda mungkin juga menyukai