Kelompok 1
Satrio Siddiq
Agus Wibowo
Juan Vico Febian
Abdul Aziz Lubis
Islam sebagai agama (din) mempunyai dua dimensi, yaitu keyakinan (‘aqidah)
dan sesuatu yang diamalkan. Amal perbuatan merupakan perpanjangan dan
implementasi dari ‘aqidah tersebut. Islam adalah agama samawi yang bersumber
dari Allah swt., yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. yang berintikan
keimanan dan perbuatan. Untuk alasan ini, Muhammad Syaltout menulis al-Islam
‘Aqidah wa Syari’ah yang membahas pentingnya dua dimensi ‘aqidah dan
Syari’ah dalam ajaran Islam.1 Dalam sejarah peradaban Islam, paling tidak ada
empat ilmu yang perkembangannya sangat berpengaruh satu dengan yang lain,
yakni Ilmu Fiqh yang membahas masalah hukum dalam peribadatan dan
kemasyarakatan; Ilmu Kalam, yang membicarakan tentang Tuhan beserta
derivasinya; Tasawuf membahas penghayatan kepada keberadaan Tuhan dan cara
untuk memperolehnya secara maksimal; dan Falsafah yang merupakan telaah
spekulatif yang mendasar tentang segala masalah, terutama tentang hidup dan
lingkungannya.
Tauhid Ilahiyah yaitu bagian Ilmu Tauhid yang membahas masalah ke-Tuhanan. Hal
ini terdiri dari
a. Tauhid Uluhiyah
Yaitu Tauhid yang membahas tentang ke-Esaan Allah dalam dzat-Nya tidak
terdiri dari beberapa unsur atau oknum, tidak sebagaimana teologi Yahudi dan
Masehi. Dia (Allah) sebagai Dzat yang wajib disembah dan dipuja dengan ikhlas,
semua pengabdian hamba-Nya semata-mata untuk-Nya seperti berdo’a, nahr (kurban),
raja’ (harap), khauf (takut), tawakal (berserah diri), inabah ( pendekatan diri) dan lin-
lain. Sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah SWT dalam surat al-Ikhlas ayat 1-4
b. Tauhid Rubbubiyah
Yaitu pembahasan tentang Allah sebgai Arrabbu, yaitu Esa dalam penciptaan,
pemeliharaan dan pengaturan semua makhluk-Nya. Sebagaimana firman Allah yang
menjelaskan siapakah yang memberi rizki pada manusia? Dalam surat Yunus ayat 31.
Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup[689] dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan
menjawab: “Allah”. Maka Katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-
Nya)?”
c. Tauhid Dzat
Yaitu pembahasan tentang sifat-sifat dan nama-nama yang disebut sendiri oleh Allah
dan Rasul-Nya yang tidak sama dengan makhluk-Nya. Sifat dan nama-nama-Nya
adalah agung dan sempurna. Kita tidak boleh memberikan nama dan sifat yang dapat
mengurangi keagungan dan kesempurnaan-Nya, atau menyesuaikan nama-nama dan
sifat-sifat itu dengan yang lain seperti membagaimanakan, menggambarkan,
mentasybihkan, menta’wilkan, mentahrifka atau menta’tilkannya sebagaimana firman
Allah dalam surat Al-A’raf ayat 180.
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-nama-Nya[586]. nanti mereka akan mendapat Balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
d. Tauhid Nubuwwah
Yaitu bagaimana ilmu tauhid yang membahas masalah kenabian, kedudukan dan
peran serta sifat-sifat dan keistimewaannya. Sebagaimana dalam firman Allah dalam
surat an-Nahl : 43 yang artinya:
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri
wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan[828]jikakamutidakmengetahui,”
e. Tauhid Sam’iyyat
Yaitu bagian ilmu tauhid yang membahas masalah-masalah yang didengar dari dalil-
dalil naqli seperti datangnya hari akhir, hari kebangkitan dari kubur, siksa kubur,
mizan, dan lain-lain. Disebutkan dalam firman Allah dalam surat Az-Zumar 60 yang
artinya:
“Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat Dusta terhadap
Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat
bagi orang-orang yang menyombongkan diri”.
Kesimpulan
Daftar Pustaka