Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

ETIKA LINGKUNGAN

Dosen Pengampu:
Drs.Anam Ibrahim, M.Pd.

KELOMPOK 7
Dwi Limiana Ginting (4193341033)
Elva Chika Delia Felati (4193341040)
Emilia Br Sinulingga (4191141027)
Monica Anita Claudia Napitupulu (4193141030)

KELAS : BIOLOGI DIK D 2019

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis mampu menyelesaikan Makalah Etika Lingkungan ini guna memenuhi tugas
Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun, berkat
bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Terima kasih
penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah memberi dukungan kepada penulis
sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas ini.
Dalam penyusunannya, tentunya penulis menyadari bahwa tugas ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran sangat diharapkan penulis demi tulisan yang lebih
baik lagi pada tugas selanjutnya. Akhirnya, semoga tulisan ini dapat memberikan ilmu yang
bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 30 November 2020

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
BAB III TUGAS KKNI........................................................................................................... 11
3.1 Critical Book Report.............................................................................................. 11
3.2 Critical Journal Review.......................................................................................... 12
3.3 Mini Riset............................................................................................................... 13
BAB IV PENUTUP................................................................................................................. 15
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 15
4.2 Saran ...................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu


berupa sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari.Sumber daya alam
yang utama bagi manusia adalah tanah, air, dan udara.Tanah merupakan tempat manusia
untuk melakukan berbagai kegiatan.Air sangat diperlukan oleh manusia sebagai komponen
terbesar dari tubuh manusia.Untuk menjaga keseimbangan, air sangat dibutuhkan dengan
jumlah yang cukup banyak dan memiliki kualitas yang baik.Selain itu, udara merupakan
sumber oksigen yang alami bagi pernafasan manusia. Lingkungan yang sehat akan terwujud
apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik.
Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat langsung
dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”.Artinya, manusia melakukan pengelolaan
sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika.Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis
moral.Umat manusia kurang peduli pada norma-norma kehidupan atau mengganti norma-
norma yang seharusnya dengan norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri.Manusia
modern menghadapi alam hampir tanpa menggunakan ‘hati nurani.Alam begitu saja
dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa bersalah.Akibatnya terjadi penurunan secara drastis
kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti
pula penurunan kualitas alam.Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai
masalah yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia.
Dengan demikian masalah lingkungan hidup tak lain adalah soal bagaimana
mengembangkan falsafah hidup yang dapat mengatur dan mengembangkan eksistensi
manusia dalam hubungannya dengan alam. Isu-isu kerusakan lingkungan menghadirkan
persoalan etika yang rumit. Karena meskipun pada dasarnya alam sendiri sudah diakui
sungguh memiliki nilai dan berharga, tetapi kenyataannya terus terjadi pencemaran dan
perusakan.
Keadaan ini memunculkan banyak pertanyaan, perhatian kita pada isu lingkungan ini
juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana keterkaitan dan relasi kita dengan generasi
yang akan datang. Kita juga diajak berpikir kedepan. Kita akan menyadari bahwa relasi kita
dengan generasi akan datang, yang memang tidak bisa timbal balik. Karenanya ada teori etika
lingkungan yang secara khusus memberi bobot pertimbangan pada kepentingan generasi
mendatang dalam membahas isu lingkungan ini. Para penganut utilitirianisme, secara
khusus,memandang generasi yang akan datang dipengaruhi oleh apa yang kita lakukan
sekarang. Apapun yang kita lakukan pada alam akan mempengaruhi mereka. Pernyataan ini
turut memunculkan beberapa pandangan tentang etika lingkungan dalam pendekatannya
terhadap alam dan lingkungan.

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dalam penulisan
makalah ini kami mengemukakan perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa makna etika lingkungan ?
2. Apa saja bentuk pendekatan etika lingkungan?
3. Bagimana bentuk implikasi etika lingkuangan terhadap pendidikan lingkungan hidup?
4. Apa saja peran mahasiswa dalam membangun keinginan untuk menyelamatkan
lingkungan?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan etika lingkungan.
2. Mengetahui apa saja bentuk pendekatan etika lingkungan
3. Mengetahui bentuk implikasi etika lingkuangan terhadap pendidikan lingkungan
hidup
4. Mengetahui apa yang saja peran mahasiswa dalam membangun keinginan untuk
menyelamatkan lingkungan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. APA ITU ETIKA LINGKUNGAN?

Etika lingkungan berasal dari dua kata, yaitu Etika dan Lingkungan. Etika berasal dari
bahasa yunani yaitu “Ethos” yang berarti ada istiadat atau kebiasaan. Lingkungan merupakan
segala sesuatu yang tetdapat di sekitar manusia yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan
kesejahteraan manusia dan mahluk hidup lainnya.
Etika lingkungan adalah pedoman tentang cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang
berlandaskan nilai-nilai positif guna mempertahankan fungsi dan kelestarian lingkungan.
Nilai-nilai positif itu dapat berasal dari bermacam sumber seperti nilai agama, moral dan
budaya yang menjadi petunjuk manusia dalam melihat dan memperlakukan lingkungan
Etika lingkungan berfungsi sebagi refleksi kritis atas norma- norma dan prinsip atau
nilai moral yang selama ini yang selama ini dikenal dalam komunitas manusia untuk
diterapkan secara lebih luas dalam komunitas biologi.

B. JENIS – JENIS ETIKA LINGKUNGAN

a. Etika ekologi dangkal


Pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untuk
kepentingan manusia dan memenuhi kebutuhan hidup manusia, yang bersifat antroposentris.

b. Etika ekologi mendalam


Pendekatan terhadap lingkungan yang melihat bagaiman pentingnya memahami lingkungan
sebagai keseluruhan hidup yang saling menopang, sehingga semua unur mempunyai arti dan
makna yang sama. Etika ini memagang prinsip bahwa semua bentuk kehidupan memiliki
nilai dan karena itu menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk
berkembang.

 TEORI ETIKA LINGKUNGAN


1. Antroposentrisme
Teori ini memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan
kepentingannya diaggap hal paling penting dalam tatanan ekosistem dan semua kebijakan
yang terkait dengan alam. Alam hanya sebagai alat bagi kepentingan manusia, sehingga
apabila alam atau komponennya dianggap tidak berguna bagi manusai maka alam akan
diabaikan. Teori ini menjadi penyebab utama krisis lingkungan terjadi, karena dengan
teori ini menyebabkan manusai mengeksploitasi dan menguras alam semesta demi
memenuhi kepentingan dan kebutuhan hidup nya dan tidak memperdulikan alam.

2. Biosentrisme

6
Teori ini memandang setiap kehidupan dan mahluk hidup mempunyai nilai dan berharga
bagi dirinya sendiri. Manusia memiliki nilai, begitu juga dengan alam. Teori ini memiliki
prinsip moral bahwa setiap kehidupan dimuka bumi ini mempunyai nilai moral yang sama
sehingga harus dilindungi dan diselamatkan.

3. Eksosentrisme
Teori ini memandang mahluk hidup dan mahluk tak hidup saling terkait satu dengan yang
lainnya. Pada teori ini kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada
mahluk yang hidup.

4. Zoosentrisme
Menekankan perjuangan hak- hak binatang yang menjadikan dasar etika ini dinamakan
etika pembebasan binatang. Binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan dan
harus dicegah dari rasa penderitaan. Perasaan senang dan menderita mewajibkan manusia
secara moral memperlakukan bintang dengan baik dan penuh belas kasih.

5. Hak Asasi Alam


Mahluk hidup mebutuhkan ekosistem atau habitan untuk meek ahidup dan berkembang.
Mahluk hidup seperti binatang dan tumbuhan memiliki hak meskipun mereka tidak dapat
bertindak yang berlandaskan kewajiban. Hewan dan tumbuhan ada dan tercipta untuk
kelestarian alam ini, maka mereka juga mempunyai hak untuk hidup.

 PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN


1. Sikap hormat terhadap alam (respect for nature)
Setiap anggota komunitas sosial mempunyai kewajiban untuk menghargai kehidupan
bersama (kohesivitas social). Dengan kata lain, alam memiliki haknya untuk dihormati,
tidak saja karena kehidupan manusia bergantung pada alam. Tetapi terutama karena
kenyataan ontologis bahwa manusia adalah bagian integral dari alam, manusia adalah
anggota komunitas ekologis.

2. Prinsip tanggung jawab (moral reponbility for nature)


Prinsip tanggung jawab menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan
dan tindakan secara nyata untuk menjaga alam dengan isinya. Itu artinya kerusakan dan
kelestarian alam merupakan tanggung jawab bersama seluruh umat manusia. Semua
manusia dituntut dan terpanggil untuk bertanggung jawab memelihara alam semesta ini
sebagai milik bersama dengan rasa memiliki yang tinggi sehingga seakan merupakan milik
pribadinya. Tanggung jawab ini akan muncul seandainya pandangan yang dimiliki adalah
bahwa alam bukan sekedar untuk kepentingan manusia.

3. Soladaritas kosmis (cosmic solidarity)


Prinsip solidaritas kosmis mendorong manusia untuk menyelamatkan lingkungan, untuk
menyelamatkan kehidupan alam ini, karena alam dan kehidupan lainnya mempunyai nilai
sama dengan kehidupan manusia. Solidaritas kosmis berfungsi sebagai pengendali moral,
semacam tabu dalam masyarakat tradisional, untuk mengharmoniskan perilaku manusia

7
dengan ekosistem seluruhnya dan juga berfungsi untuk mengontrol perilaku manusia
dalam batas-batas keseimbangan kosmis.

4. Prinsip kasih sayang dan keperdulian terhadap alam (caring for nature)
Prinsip kasih sayang dan kepedulian merupakan prinsip moral satu arah, artinya tanpa
mengharapkan untuk balasan. Serta tidak didasarkan pada pertimbangan kepentingan
pribadi tetapi semata-mata untuk kepentingan alam. Diharapkan semakin mencintai dan
peduli terhadap alam, manusia semakin berkembang menjadmanusia yang matang, sebagai
pribadi dengan identitas yang kuat. Alam tidak hanya memberikan penghidupan dalam
pengertian fisik saja, melainkan juga dalam pengertian mental dan spiritual.

5. Prinsip tidak merugikan (no harm)


Merupakan prinsip yang tidak merugikan alam secara tidak perlu. Bentuk minimal berupa
tidak perlu melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi mahkluk
hidup lain di alam semesta. Manusia tidak dibenarkan melakukan tindakan yang
merugikan sesama manusia dan mahluk hidup lain. Pada masyarakat tradisional yang
menjujung tinggi adat dan kepercayaan, kewajiban minimal ini bisaanya dipertahankan
dan dihayati melalui beberapa bentuk tabu-tabu. Misalnya pada masyarakat perdesaan
yang masih percaya dan melakukan ritual di tempat tertentu, seperti sendang (jawa) yaitu
suatu lokasi keluarnya sumber air secara alami, dipercayai memiliki nilai ritual tidak boleh
setiap orang membuang sesuatu, tidak diperkenankan melakukan kegiatan secara
sembarangan, dan setiap hari-hari tertentu dilaksanakan ritual. Siapa saja yang melakukan
dipercayai akan mendapatkan sesuatu yang kurang baik bahkan kutukan.
6. Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam.
Prinsip ini menekankan pada nilai, kualitas, cara hidup, dan bukan kekayaan, sarana,
standart material. Bukannya rakus dan tamak mengumpulkan harta dan memiliki
sebanyak-banyaknya, mengeksploitasi alam, tetapi yang lebih penting adalah mutu
kehidupan yang baik. Hal ini menyangkut gaya hidup bersama, apabila dibiarkan dapat
menyebabkan materialistis, konsumtif, dan eksploitatif. Prinsip moral hidup sederhana
harus dapat diterima oleh semua pihak sebagai prinsip pola hidup yang baru. Selama tidak
dapat menerima, kita sulit berhasil menyelamatkan lingkungan hidup. Tetapi etis dapat
menjadi dorongan yang amat kuat, apabila dapat dibina dengan baik. Misalnya, apabila
rasa bangga untuk hidup mewah dapat diubah menjadi rasa malu, perasaan etis ini dengan
sangat efektif akan menghambat pola hidup mewah. Contoh dalam kehidupan sehari-hari
dapat dilakukan mulai dari lingkup rumah tangga, di lembaga-lembaga pemerintahan
maupun swasta, dan juga masyarakat.

7. Prinsip keadilan
Prinsip keadilan menekan pada bagaimana manusia harus berperilaku satu terhadap yang
lain dalam keterkaitan dengan alam semesta dan bagaimana sistem sosial harus diatur agar
berdampak positip pada kelestarian lingkungan hidup. Prinsip keadilan terutama berbicara
tentang peluang dan akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat
dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian alam,
dan dalam ikut menikmati pemanfatannya.

8
8. Prinsip demokrasi
Keanekaragaman dan pluralitas adalah hakikat alam, hakikat kehidupan itu sendiri.
Artinya, setiap kecenderungan reduksionistis dan antikeanekaragaman serta antipluralitas
bertentangan dengan alam dan anti kehidupan. Demokrasi justru memberi tempat seluas-
luasnya bagi perbedaan, keanekaragaman, pluralitas. Oleh karena itu setiap orang yang
peduli terhadap lingkungan adalah orang yang demokratis, sebaliknya orang yang
demokratis sangat mungkin seorang pemerhati lingkungan.
9. Prinsip integritas moral
Prinsip ini menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan perilaku yang terhormat
serta memegang teguh prinsip-prinsip moral yang mengamankan kepentingan publik.
Dituntut berperilaku sedemikian rupa sebagai orang yang bersih dan disegani oleh publik
karena mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan terutama kepentingan
masyarakat. Misalnya orang yang diberi kepercayaan untuk melakukan Analisis Mengenai
dampak Lingkungan (Amdal) merupakan orangorang yang memiliki dedikasi moral yang
tinggi. Karena diharapkan dapat menggunakan akses kepercayaan yang diberikan dalam
melaksanakan tugasnya dan tidak merugikan lingkungan hidup fisik dan non fisik atau
manusia

C. IMPLEMENTASI ETIKA LINGKUNGAN DALAM PENDIDIKAN


LINGKUNGAN HIDUP
Melalui pendidikan pendidikan, masyarakat sebagai bagian dari pilar sosial dapat
dididik/dibina untuk melakukan pelestarian lingkungan hidup dengan menerapkan etika
lingkungan dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan sebagai
bagian dari pilar lingkungan. Pemahaman masyarakat yang meningkat tentang pentingnya
menjaga lingkungan berkat adanya pendidikan tentang etika lingkungan akan mewujudkan
perekonomian masyarakat yang lebih ramah lingkungan.
Etika lingkungan dalam bidang pendidikan memberikan pengajaran ilmu lingkungan
dan membahas pertanyaan tentang bagaimana cara hidup, bagaimana membuat pilihan
lingkungan dan bagaimana merefleksikan konsekuensi kegiatan para peserta didik.
Banyak nilai budaya dan sosial di lingkungan peserta didik yang menjadi acuan
perencanaan kurikulum dan pengajaran etika lingkungan. Sistem pendidikan yang berbeda
dimungkinkan akan menempatkan berbagai tujuan dan penekanan dalam pengajaran etika
lingkungan yang bervariasi. Pendidikan etika lingkungan dapat memiliki banyak
kemungkinan tujuan:

A. Untuk Membangun Pengetahuan Konseptual


1. Untuk menyadarkan siswa terhadap masalah etika lingkungan
2. Untuk mendapatkan keakraban dengan alat dan kosa kata etika
3. Mengidentifikasi masalah moral yang terkait dengan lingkungan
4. Agar siswa memahami peran mereka dalam perubahan lingkungan.

9
B. Membangun Pengetahuan Prosedural untuk Mengembangkan Keterampilan dan
Kapasitas
1. Mendorong refleksi kritis terhadap hubungan antara lingkungan dan manusia
2. Mengukur dan menilai implikasi perkembangan manusia terhadap lingkungan
3. Untuk memisahkan fakta ilmiah dari masalah moral, yaitu mengevaluasi fakta
lingkungan, hingga mendeteksi bias dalam metode ilmiah dan mengajari siswa untuk
menafsirkan data, menilai indikator lingkungan
4. Mengembangkan keterampilan filosofis.

C. Mendorong pengembangan pribadi


1. Untuk memperjelas nilai-nilai pribadi
2. Mengembangkan nilai etika pribadi
3. Untuk pengembangan moral pribadi
4. Meningkatkan moralitas

D. Sebagai Intervensi Pendidikan


1. Untuk mempromosikan perubahan perilaku dalam lingkungan terhadap lingkungan
2. Untuk menanamkan perilaku lingkungan yang baik
3. Untuk mendorong aktivisme lingkungan
4. Untuk mendorong kepemimpinan lingkungan

E. Untuk Mengembangkan Sikap dan Kepercayaan


1. Mengadopsi pandangan etis terhadap lingkungan
2. Agar siswa dapat memahami pandangannya terhadap lingkungan (klarifikasi nilai)
3. Mendorong refleksi kritis terhadap masalah lingkungan
4. Mempromosikan rasa hormat terhadap lingkungan.

 Pengaplikasian Pendidikan Etika Lingkungan

1) Etika dan Pemikiran Kritis


Kerusakan lingkungan berarti kerusakan pada tempat kehidupan dan akibatnya adalah
kehancuran kehidupan. Mencegah terjadinya kerusakan lingkungan merupakan pekerjaan
yang membutuhkan kesadaran etika, sehingga perilaku yang menyebabkan kerusakan
lingkungan menggambarkan hilangnya kesadaran terhadap etika lingkungan. Hal demikian
merupakan pemikiran kritis yang harus ditumbuhkan kepada peserta didik dalam
pembelajaran etika lingkungan, sebab melalui pemikiran kritis akan tumbuh sikap kritis.
Bentuk sikap kritis dimaksud meliputi:
(a) kesadaran dan tanggungjawab menyelamatkan dan melestarikan kehidupan flora dan
fauna;
(b) kesadaran dan tanggungjawab mencegah terjadinya pencemaran;
(c) kesadaran dan tanggungjawab mengelola lingkungan dengan benar;
(d) kesadaran dan tanggungjawab untuk tidak mengeksploitasi lingkungan dan segala isinya;
(e) kesadaran dan tanggungjawab menjaga lingkungan untuk kehidupan generasi berikutnya

10
2) Filsafat sebagai Alat Diskusi Kelas
Menggunakan pendekatan filsafat dan etika, guru dapat mendorong peserta didik
untuk meningkatkan kemampuan penalaran mereka, mengembangkan alat berpikir dan untuk
menerapkan pemahaman baru. Guru dapat menciptakan "konflik kognitif" di benak peserta
didik. Strategi pembelajaran konflik kognitif berkembang berdasarkan konstruktivisme
dengan asumsi siswa memiliki pengetahuan sebelumnya yang berpengaruh dalam
mempelajari pengetahuan dan membentuk gambaran ide yang baru. Begitu peserta didik
mengadopsi pandangan, guru mempertanyakan penalaran tersebut sehingga memperlihatkan
kekurangan dalam penilaian peserta didik sehingga mereka berpindah untuk mengadopsi
penalaran dengan posisi yang lebih kuat karena tantangan ini. Interaksi ini mirip dengan
Metode Sokrates, sebagai strategi pedagogis yang berguna untuk mendorong pemikiran
moral yang independen di kalangan peserta didik. Metode seperti itu dapat mendorong
peserta didik mengembangkan alat filosofis untuk mengatasi masalah lingkungan.

3) Experiential Learning
Pendekatan ini mendorong peserta didik mendapatkan pemahaman baru melalui
penemuan pribadi. Setiap peserta didik melalui cara ini dapat menegosiasikan konsep baru
dan mengembangkan pemahaman sesuai dengan pemahamannya sendiri saat mereka
berhubungan dengan masalah etika, mempraktikkan bagaimana reaksi mereka saat
menghadapi situasi dalam kehidupan nyata. Metode ini penting untuk mengajarkan etika
lingkungan karena keputusan etis merupakan keputusan pribadi yang
inheren, sehingga peserta didik harus menemukan cara untuk berinteraksi dengan konsep
etika secara pribadi. Mereka mungkin menggunakan "role-playing" untuk mensimulasikan
dilema etis, dengan beberapa anak bertindak sebagai aktivis lingkungan, sementara yang lain
berperan sebagai perusak lingkungan atau “orang yang rakus terhadap sumber daya alam”.
Mendidik melalui pembelajaran Sumber Daya Alam Hayati (SDAH) atau bioresources yang
mengintegrasikan afektif dan kognitif sangat dianjurkan untuk diadakan kegiatan lapangan
dengan terlebih dahulu melatihkan keterampilan proses sains biodiversitas (bioresources) dan
memahami kearifan lokal setempat, termasuk berpikir sistem.

4) Pembelajaran berbasis Lingkungan


Peserta didik tidak hanya diajarkan tentang lingkungan, tetapi lingkungan itu sendiri
juga dapat berfungsi sebagai media untuk mengajarkan siswa tentang etika. Contoh fenomena
yang ada di lingkungan adalah perubahan musiman, fenomena tersebut menunjukkan
perubahan atmosfir, perbedaan suhu, sinar matahari, dan curah hujan di berbagai wilayah di
bumi. Ketika peserta didik berinteraksi dengan alam, mereka diharapkan mengamati beberapa
sifat alami lingkungan

5) Perspektif Aksiologi terhadap Pengaplikasian Etika Lingkungan dalam Pendidikan


Perspektif aksiologi adalah manfaat dari pengaplikasian etika lingkungan dalam
pendidikan. Manfaat tersebut antara lain peserta didik terbangun pengetahuan konseptualnya
tentang etika lingkungan yaitu memahami tentang hubungan antara ilmu filsafat dan biologi
pada umumnya dan lingkungan pada khususnya. Terbangunnya pengetahuan prosedural

11
untuk mengembangkan keterampilan dan kapasitas peserta didik dalam menerapkan prinsip-
prinsip etika lingkungan yang terdiri dari sikap hormat terhadap alam sikap tanggung jawab,
solidaritas kosmis, kasih sayang dan kepedulian pada alam, tidak merugikan, hidup sederhana
dan selaras dengan alam, keadilan, demokrasi, integritas moral.

D. PERAN MAHASISWA DALAM MEMBANGUN KEINGINAN


MENYELAMATKAN LINGKUNGAN.
Peran mahasiswa adalah sadar terhadap lingkungan dan menjaga kebersihan lingkungan
kampus. Sebagai mahasiswa harus bisa menjadi contoh yang baik untuk adik tingkatnya,
serta masyarakat, agar ikut mendukung tercapainya tujuan dalam menjaga kebersihan
lingkungan dari sampah, supaya tidak menyebabkan penyakit ataupun hal-hal yang tidak
diingkan di masa depan. Karena itu, mulailah membuat perubahan dari diri sendiri, kemudian
lakukan pendekatan dengan orang sekitar secara perlahan agar semua orang disektiar kita
mau untuk menjaga lingkungan. Hal ini memang tidak mudah, namun kita bisa memberikan
pemahaman-pemahaman kecil yang bisa merubah cara berpikir orang lain.
Beberapa cara untuk menyelamatkan atau melestarikan lingkungan, yaitu;
1. Menjaga kelestarian air
Kelestarian air dapat dijaga dengan cara antara lain:
- Tidak membuang sampah sembarangan.
- Melakukan kegiatan penghijauan atau penanaman pohon.
- Menggunakan air secukupya sesuai dengan keperluan saja.
- Air bekas cucian dan mandi diusahakan tidak langsung meresap ke dalam tanah, namun
dialirkan ke saluran pembuangan.
2. Menjaga Kelestarian Udara
Udara sangat penting bagi kehidupan manusia. Setiap mahluk hidup memerlukan udara
terutama untuk bernafas. Udara perlu dijaga kebersihannya. Asap pabrik atau gas buangan
kendaraan bermotor dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara.Untuk mengurangi hal
tersebut bisa dengan menggunakan cerobong udara di pabrik-pabrik besar atau untuk
kendaraan bermotor dengan menciptakan mesin-mesin berbahan bakar organik. Untuk
mengurangi terjadinya pencemaran udara sebaiknya di kanan-kiri jalan raya ditanami pohon.
3. Menjaga Kesuburan Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi mahluk hidup. Semua hasil perkebunan, pertanian,
pertambangan dan hasil bumi lainnya berasal dari tanah. Tanah yang subur dapat
menghasilkan tanaman yang baik. Tanah yang tandus perlu diolah agar menjadi subur.
Sampah dari daun bagus untuk meningkatkan kesuburan tanah (kompos). Untuk menjaga
kelestarian tanah, tanamilah tanah kosong di sekitarmu agar tidak menjadi tandus. Gunakan

12
selalu pupuk oragnik agar unsur hara dan kesuburan tanah terjaga. Contoh sampah organik
daun-daun (kompos), sisa-sisa makanan dan sebagainya.
4. Melestarikan Hutan
Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:
- Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
- Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
- Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
- Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
- Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai
pengelolaan hutan.

5. Meletarikan Flora dan Fauna yang Ada di Lingkungan Hidup


Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah:
- Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
- Melarang kegiatan perburuan liar.
- Menggalakkan kegiatan penghijauan.

6. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua
jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-
site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari
pembersihan,venting (injeksi), dan bioremediasi.

7. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi
zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan
air).
Bedasarkan pemaparan yang telah dijelaskan, disinilah letak peranan kita sebagai mahasiswa
khususnya di jurusan biologi. Segala ilmu yang telah kita dapatkan dari biologi, sebagai ilmu
tentang kehidupan makhluk hidup beserta lingkungan hidupnya tentunya sangat penting dan
dibutuhkan prakteknya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang kita tahu bahwa
lingkungan merupakan syarat penting terbentuknya ekosistem yang baik bagi makhluk hidup
dan sekitarnya. Maka dari itu kita harus bisa menjaga lingkungan sekitarnya, menjaga
kebersihan dan kenyamanannya. Bukan hanya untuk kita, manusia tetapi juga untuk
kehidupan makhluk lain seperti tumbuhan, hewan, bahkan untuk kehidupan makhluk
mikroskopis yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop saja.

13
BAB III
TUGAS KKNI

3.1 Critical Book Report

IDENTITAS BUKU

 Buku Utama
1. Judul : ETIKA LINGKUNGAN (Teori dan Praktik Pembelajarannya)
2. Bagian : Seluruh isi buku
3. Pengarang : Atok Miftachul Hudha Husamah Abdulkadir Rahardjanto
4. Penerbit : Universitas Muhammadiyah Malang
5. Kota Terbit : Malang Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang 65144
6. Tahun Terbit : 2018

 Buku Pembanding
1. Judul : ETIKA LINGKUNGAN
2. Bagian : Seluruh isi buku
3. Pengarang : A. Soni Keraf
4. Penerbit : Buku Kompas
5. Kota Terbit : Jakarta, Jln. Palmerah Selatan 26-28, 100270
6. Tahun Terbit : 2010

14
RINGKASAN BUKU
 Buku Utama
buku yang diharapkan memberikan pengayaan kompetensi mahasiswa dalam kajian
bioetika, khususnya dalam kajian etika lingkungan, buku ini terdiri dari 6 Bab. Bab I
merupakan pengantar yang memberikan informasi latar belakang mengapa buku ini
disusun/ditulis.Permasalahan lingkungan adalah fakta yang tak terbantahkan. Manusia
berada pada baris terdepan sebagai tersangka atau bahkan terdakwa terkait masalah
itu. Untuk semakin menguatkan pemahaman mahasiswa terkait maslaah tersebut
maka bagian Bab II buku mengupas tentang Manusia dan Permasalahan Lingkungan.
Uraian terdiri atas 1) manusia sebagai pembuat masalah lingkungan, 2) pencemaran
udara dan problem pemanasan global, 3) pencemaran air dan problem penggunaan air,
4) pencemaran tanah dan problem penggunaan lahan, dan 5) deforestasi dan
eksploitasi sumberdaya laut berlebihan. Berbagai data coba dihadirkan dalam bagian
tersebut, baik dari data primer ataupun sekunder. Bab III secara khusus membahas
tentang konsep etika, mulai dari definisi etika, teori etika, etika normatif, etika
terapan, dan metaetika, kaidah atau norma etika, hingga prinsip etika. Pembahasan
tersebut diharapkan memberikan pemahaman secara komprehensif dan holistik.
Selanjutnya, pemahaman tersebut akan menjadi dasar dalam mempelajari Bab IV
yang menguraikan konsep etika lingkungan. Bab ini menyajikan definisi etika
lingkungan, tiga kelompok dalam etika lingkungan berdasarkan pendekatannya, teori-
teori yang berkembang dalam etika lingkungan, dan beberapa wujud implementasi
etika lingkungan (deep ecology). Bab V dalam buku ini adalah upaya menegaskan
bahwa Islam lah agama yang benar-benar lengkap dan paling peduli terhadap
kelestarian lingkungan. Bab ini menguraikan etika lingkugan dalam Islam (Islamic
deep ecology). Pembaca dapat mempelajari apa urgensi dari Islamic deep ecology,
asas-asas Islamic deep ecology, upaya menginternalisasi nilai-nilai Islam dalam
permasalahan lingkungan dan akhlaq terhadap lingkungan hidup. Setelah mempelajari
bab V ini kita akan semakin mengimani bahwa Islam memperhatikan dan
mempedulikan secara detail semua komponen lingkungan tanpa terkecuali. Islam
sebagai agama rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta alam) telah memberi rambu-
rambu yang jelas dan benar bagaimana seharusnya sentuhan hidup terhadap
lingkungan sehingga yang tersaji adalah equilibrium (keseimbangan) dan bukan
kehancuran/kerusakan. Proses pembelajaran di kelas menuntut dosen untuk senantiasa
menciptakan situasi dan kondisi mendukung terciptanya penanaman etika dan moral
bagi mahasiswanya. Pengembangan etika mahasiswa akan gagal bila hanya dilakukan
dengan retorika atau berceramah tentang baik dan buruk. Proses yang dilakukan
memerlukan latihan, pengalaman praktis yang konstruktif, suasana dialogis,
demokratis, dan merangsang kemampuan berpikir kritis. Menurut Purwanto (1997)
etika harus menjadi watak mahasiswa, sedangkan pembentukan watak menyangkut
tiga unsur penting, yaitu (1) kemauan atas inisiatif sendiri dan dapat dikembangkan
tanpa ada penghalang; (2) kejernihan keputusan, dibentuk melalui proses penyelidikan
aktif dan berpusat pada aktivitas sendiri, dan (3) kehalusan perasaan, dibentuk melalui
kegiatan kooperatif dan suasana dialogis (Purwanto, 1997). Oleh karena itu, bagian
Bab VI menguraikan Pembelajaran Etika Lingkungan, yang terdiri dari bahasan

15
tentang 1) Rambu-rambu dalam membelajarkan etika lingkungan, merujuk pada 12
unsur yang disampaikan Baker et al., 2012). 2) Pembelajaran etika lingkungan melalui
model pembelajaran OIDDE. Model Pembelajaran OIDDE penting untuk dijelaskan
mengingat model ini memfokuskan tujuannya pada pengembangan perilaku etis dan
kemampuan mengambil keputusan etis, serta kemunculan model pembelajaran ini
dilatarbelakangi oleh permasalahan-permasalahan menyangkut bioetika. 3)
Pembelajaran etika lingkungan (pengalaman di beberapa negara). Bagian ini
menyajikan beberapa contoh pembelajaran etika di beberapa negara, misalnya India,
Kanada, Amerika Serikat, Selandia Baru, dan British Columbia.

 Buku Pembanding
Keseluruhan isi buku menjelaskan adanya adat agar akibat alam semesta
Amdal aspek bagian bahkan begitu bentuk berarti berbagai berbeda berdasarkan
berkelanjutan berkembang berlaku bersifat bidang lingkungan binatang boleh budaya
buku bumi cara pandang dampak dasar demi dianggap dilakukan dilihat dipahami
dirinya dominasi ekofeminisme ekologis ekosistem etika lingkungan global hak asasi
hukum ilmiah ilmu pengetahuan instrumen izin Jadi justru kaitan kearifan kebijakan
kegiatan kehidupan kekayaan kelompok kepentingan Ketiga kewajiban khususnya
komunitas krisis kungan lainnya ling makhluk manfaat maupun melainkan melakukan
melihat melindungi memberi menentukan mengembangkan mengenai menjamin
menuntut modern moral Naess negara-negara negara-negara sedang berkembang nilai
paling paradigma Pasal pelaku pemerintahan pendekatan pengelolaan penting
perempuan perilaku perlindungan persoalan Pertama pertimbangan perusahaan pihak
pola prinsip proses publik relasi salah sebagaimana Sebaliknya sebuah sekadar selama
seluruh semakin serius sesuai setiap sikap sosial spesies sumber daya alam tadi
tanggung jawab tanpa teknologi teori terjadi terkait termasuk tertentu terutama tetap
tindakan tinggi tradisional undang-undang utama.

KELEBIHAN BUKU
 Buku Utama
Buku ini dengan menggunakan berbagai literatur berupa jurnal ilmiah, buku, artikel-
artikel, dan laporan penelitian. Buku ini disusun dengan dukungan dana hibah
penulisan buku Universitas Muhammadiyah Malang melalui DPPM-UMM, dan telah
melewati proses review oleh ahli materi dan bahasa, serta telah lolos scan plagiasi
(menggunakan Turnitin). Isinya juga menjelaskan setiap bab dengan konkret
mengenai Manusia sebagai pelaku utama dan berada pada baris terdepan sebagai
tersangka atau bahkan terdakwa terkait masalah itu.
 Buku Pembanding
Buku ini juga menggunakan bahasa yang mudah dipahami terkait masalah etika
lingkungan buku ini memberikan gambaran langsung terkait lingkungan global
maupun lingkungan nasional, jika dilihat apa yang dilakukan manusia terkait etika
lingkungan jika dilihat banyaknya kerusakan kerusakan yang terjadi dari minimnya
etika rersebut.

16
KEKURANGAN BUKU
 Buku Utama
Tidak banyak kekurangan dari buku ini, namun buku ini lebih banyak menjelaskan
etika lingkungan berbasis bioetika tidak ada gambaran yang paling umum
 Buku Pembanding
Karena buku ini buku tahun 2010 saya rasa masalah yang diambil masih kurang jika
dilihat dari banyaknya aspek yang ditimbulkan dari kerusakan saat ini.

SARAN
Saran saya jika kamu membutuhkan buku untuk perkuliahan buku utama sangat cocok
karena lebih banyak masalah yang diabahas disana apalagi menyangkut faktor biologis yang
terjadi. Tapi jika kamu hanya ingin tau konsep etika lingkungan sangat bagus untuk membaca
buku pembanding karena bahasa disana sangat umum, dan membahas konsep dasar dari etika
lingkungan.

3.2 Critical Journal Review


Identitas Journal
 Journal Utama
1.Judul : ETIKA LINGKUNGAN DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMELIHARAAN LINGKUNGAN ALAM PADA MASYARAKAT
KAMPUNG NAGA
1. Nama Jurnal : Studi Agama-agama dan Lintas Budaya
2. Volume :2
3. Nomor Jurnal :2
4. Pengarang : Citra Nurkamilah
5. Tahun Terbit : 2018
6. Kota Terbit : Bandung, Jawa Barat, Indonesia
7. ISSN :-
8. Alamat Situs : file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/3102-8126-2-PB.pdf

 Journal Pembanding
1.Judul : MEMBUMIKAN ETIKA LINGKUNGAN BAGI UPAYA
MEMBUDAYAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN YANG
BERTANGGUNG JAWAB
9. Nama Jurnal :-
10. Volume :9
11. Nomor Jurnal :2
12. Pengarang : A. Rusdina
13. Tahun Terbit : 2015
14. Kota Terbit : Bandung
15. ISSN : 1979-8911
16. Alamat Situs : file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/234692573%20(1).pdf

17
Ringkasa Jural Utama
Keadaan planet bumi yang berumur milyaran tahun bahkan lebih ini telah
mengalami kecacatan lingkungan. Lingkungan alam, terutama hutan yang berfungsi
sebagai penyeimbang alam telah gagal dikelola dengan baikoleh manusia. Manusia
selalu mengabaikan kesehatan hutan di muka bumi ini dengan selalu mengeruk dan
mengeksploitasi alam secara ganas. Padahal kesehatan hutan merupakan jaminan atau
aset dari terpenuhinya kebutuhan manusia dalam waktu yang lama. Seperti halnya
menyediakan O2 (oksigen) untuk manusia bernafas, menyimpansumber air bersih,
menyerap CO2 (karbondioksida), me-nyerap polusi udara, memproduksi P3 (pangan,
papan, dan pakan), menyediakan berbagai macam obat herbal, dan lain sebagainya.
Melihat keadaan bumi yang semakin renta dan kerusakan lingkungan alam
yang semakin nyata, muncullah beberapa peringatan secara global yang di peringati di
setiap tahunnya. Seperti, “Hari Hutan Sedunia” yang diperingati setiap tanggal 21
Maret yang bertujuan untuk memperingatkan manusia tentang betapa pen-tingnya
hutan untuk keberlangsungan hidup. “Hari Lingkungan Hidup” yang diperingati
setiap tanggal 5 Juni yang bertujuan untuk memperingatkan manusia untuk berhati-
hati dalam memanfaatkan sumber daya alam di bumi. Juga “Hari Bumi” yang
diperingati setiap tanggal 22 April yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan
cara pandang manusia terhadap kesehatan bumi. Hal ini menegaskan bahwa laju
kerusakan alam bukan hanya sekedar perhatian sekelompok aktivis lingkungan saja,
melainkan juga menjadi perhatian seluruh lapisan masyarakat. Hal ini diperkuat oleh
pernyataan Robert Borrong yang merupakan seorang aktivis lingkungan dan teolog, Ia
memaparkan bahwa akhir-akhir ini perhatian masyarakat untuk menjaga dan
memelihara kelestarian lingkungan memang semakin meningkat. Pernyataan tersebut
sejalan dengan pengetahuan yang semakin banyak dan pengalaman yang semakin
nyata bahwa saat ini lingkungan hidupnya atau bumi sedang sakit dan rusak.
Masyarakat Kampung Naga memiliki pemahaman etika lingkungan yang
cukup intens dalam pemeliharaan lingkungan alam. Pemahaman etika lingkungan
Masyarakat Kampung Naga berpacu pada nilai-nilai yang dirumuskan secara
sistematis berdasarkan pada warisan nenek moyang mereka. Warisan nenekmoyang
tersebut digolongkan menjadi dua bagian, yaitu warisan yang tampak (tangible) dan
warisan yang tidak tampak (intangible). Hakikatnya, pemeliharaan alam di Kampung
Naga yang berdasarkan etika lingkungan yang khas tersebut mencerminkan hubungan
ekologis yang seimbang. Implementasi dari hubungan ekologis tersebut berbuah
manis dalam menjaga keseimbangan lingkungan alam. Dimana mitigasi (upaya me-
ngurangi resiko) bencana telah diterapkan pada kawasan Kampung Naga seperti
mencegah longsor dan banjir, terjaganya keutuhan sumber daya alam, terjaganya
fungsi hutan yang merupakan paruparu kehidupan, serta semua makhluk ekologis di
wilayah adat tersebut telah sama-sama menaati etika yang disuguhkan oleh
ekosentrisme atau deep ecology.

Ringkasan Journal Pembanding


Sumber daya alam dan lingkungan seringkali hanya diposisikan sebagai
sasaran ilmu yang terus dieksploitasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus terus

18
berkembang untuk kemajuan kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi
harusditerapkan untuk kemenfaatan umat manusia. Kebutuhan manusia selalu
berkembang dan harus dipenuhi, apa yang dibutuhkan manusia sebagian besar
tersedia di alam. Dengan melihat kenyataan seperti ini masalah lingkungan menjadi
sangat rumit. Ada tarik-menarik antara aspek kebutuhan manusia, cara melihat
lingkungan, dan situasi ideal bagaimana seharusnya manusia memperlakukan
lingkungan hidupnya. Permasalahanannya memang sangat kompleks, akan tetapi mau
tidak mau manusia harus benar-benar jeli dan bijaksana dalam memahami masalah
ini.
Fakta menunjukkan manusia adalah makhluk yang mempunyai
ketergantungan paling besar terhadap lingkungannya. Sebenarnya sejauh mana
hubungan antara manusia dan lingkungan dan posisi keduanya? Manusia adalah
makhluk yang berbudaya. Secara ideal segala tindakannya merupakan tindakan yang
beradab yang dilandasietika moral dan tanggung jawab, termasuk dalam masalah
lingkungan. Membudayakan pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab
merupakan suatu imperatif. Di sinilah peran moral dan etika sangat mendasar yang
pada akhirnya akan membangun hubungan lingkungan dan manusia yang berbudaya.
Masalah lingkungan pada zaman modern ini adalah masalah yang sangat
mendesak untuk dipecahkan. Kerusakan lingkungan berarti kehancuran bagi
keseluruhan umat manusia, sehingga alam seharusnya diperlakukan secara manusiawi
dengan penuh tanggung jawab. Masalah lingkungan ini menjadi tanggung jawab
bersama, individu, keluarga, masyarakat dan bangsa (negara). Dalam masalah ini
bangsa (negara) mempunyai peran yang sangat strategis. Sebagai lembaga formal
yang paling besar yang mempunyai kekuatan memaksa untuk menerapkan program
penyelamatan lingkungan.
Penanaman etika dan moralmenjadi sangat penting dalam menyusun program,
mengambil kebijakan dalam pemecahan masalah lingkungan. Upaya politis dan
yuridis telah ditetapkan dalam pengelolaan lingkungan harus diikuti dengan kebijakan
nyata. Etika dan moral tidak boleh hanya sebagai semangat dalam tingkat kebijakan
dasar atau UndangUndang, akan tetapi harus sampai pada tingkat implementasi.
Kebijakan yang diterapkan di lapangan seringkali meninggalkan masalah.
Kepentingan ekonomis dan praktis seringkali mendominasi dengan melupakan aspek
lain. Penyelamatan lingkungan merupakan kerja keras dan besar bagi semua
komponen tidak terkecuali pada lingkungan akademisi.
Dengan demikian mengkaji filsafat lingkungan dan ilmu sosial budaya pada
Fakultas Sains dan Teknologi posisinya menjadi penting. Hal ini dilandasi dari suatu
pemahaman yang perlu ditanamkan pada lingkungan akademis, bahwalingkungan
akan ramah kepada manusia jika manusia juga ramah kepada lingkungan.

 Kelebihan journal
 Bagian-bagian dalam jurnal tersebut disusun sistematis dan rapi
sehingga menarik dan lebih muda untuk dibaca.
 Dari bagian awal sampai akhir jurnal, stukturnya sudah sesuai, dan
memiliki pembahasan yang runtun.

19
 Bahan yang digunakan dalam materi tersebut saling berhubungan
dalam penelitian tersebut, serta adanya gambar, tabel dan struktur
senyawa yang mendukung pembahasan materi dalam penelitian
tersebut.
 Bahasa yang digunakan dalam jurnal tersebut mudah untuk dipahami.
 Kekurangan Journal
 Pada journal ini sesunggu nya tidak ada kekurangan dikarenakan setiap
journal memliki penelitian yang khusus sehingga tercipta journal
dengan baik dan benar yang dapat menjadi reverensi bacaan untuk kita.

 Saran
 Jurnal ini cukup baik,Jurnal ini saya rekomendasikan karena materi
didalamnya sangatlah baik dan sudah sesuai dengan judul jurnal.
Pembahasan-pembahasan materi dalam penelitian terebut dapat
dikatakan baik. Jurnal ini sebaiknya dikritik oleh mahasiswa lain
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
3.3 Mini Riset

Implementasi Pemahaman Etika Lingkungan dalam Pemeliharaan


Lingkungan Alam di Kampung Naga
Etika lingkungan adalah pedoman tentang cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang
berlandaskan nilai-nilai positif guna mempertahankan fungsi dan kelestarian lingkungan.
Nilainilai positif itu dapat berasal dari bermacam sumber seperti nilai agama, moral dan
budaya yang menjadi petunjuk manusia dalam melihat dan memperlakukan lingkungan
(Keraf, 2010; Darwis & Tantu, 2016; Hudha dkk, 2019). Etika lingkungan merupakan salah
satu komponen yang ada dalam pelaksanaan Education for Sustainable Development (ESD).
Masalah lingkungan adalah masalah yang sangat penting, masalah tersebut menjadi
tanggung jawab kolektif yang melibatkan setiap individu, keluarga, masyarakat dan bangsa.
Sesuai dengan budaya, semua tindakan manusia idealnya harus berdasarkan pada nilai-nilai
etika dan moral, tindakan tersebut termasuk cara memperlakukan lingkungan. Nilai dasar
etika lingkungan diperlukan dalam menciptakan hubungan yang berbudaya antara manusia
dengan lingkungannya
Implementasi diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Bentuk kata kerjanya
adalah mengimplikasikan yang artinya melaksanakan atau menerapkan. Dari hasil wawancara
diperoleh informasi bahwa masyarakat Kam-pung Naga jelas telah lama hidup berdampingan
dengan alam. Berdasarkan pengetahuan lokal mereka dan prakteknya pun sangatlah singkron.
Adapun implementasi dari pemahaman etika lingkungan di Kampung Naga dalam hal
pemeliharaan lingkungan alam secara lebih jelas digambarkan pada tabel berikut

No Etika Lingkuan Pada Masyarakat Peranan terhadap pemeliharaan alam

20
. Kampung Naga
1. Keselarasan hubungan masyarakat Menjaga kawasan hutan yang menjadi
Kampung Naga dengan alam sekitar penyeimbang dan menjaga lingkungan alam
dengan berpaku pada pikukuh nenek yang menjadi lingkungan hidup masyarakat
moyang yang tertuang pada istilah Kampung Naga
leweung lain ruksakeun tapi rawateun
jeung rumateun
2. Menerapkan aturan adat dalam tata Mitigasi bencana di Kampung Naga, seperti
wilayah dan Kepercayaan bentuk mencegah longsor dan banjir.
bangunan rumah yang harus sama
dengan yang di bangun oleh nenek
moyang
3. Penghormatan terhadap hutan yang Menjaga sumberdaya yang terdapat di dalam
disakralkan dan hutan yang harus hutan, hingga hutan tetap asri dan tidak
dihindari gundul.
4. Adanya patangan atau tabu yang Hal ini membawa implikasi positif pada hak
termanifestasikan oleh kata pamali dan kewajiban komunal dalam pemeliharaan
yang merupakan warisan nenek sumber daya alam bersama-sama
moyang
5. Pengetahuan lokal dalam Memelihara dan menjaga tanaman yang bisa
memanfaatkan sumberdaya alam yang dijadikan sumber obat bagi masyarakat
diwarisi nenek moyang Kampung Naga.

Masyarakat Kampung Naga memiliki pemahaman etika lingkungan yang cukup


intens dalam pemeliharaan lingkungan alam. Pemahaman etika lingkungan Masyarakat
Kampung Naga berpacu pada nilai-nilai yang dirumuskan secara sistematis berdasarkan pada
warisan nenek moyang mereka. Warisan nenekmoyang tersebut digolongkan menjadi dua
bagian, yaitu warisan yang tampak (tangible) dan warisan yang tidak tampak (intangible).
Hakikatnya,pemeliharaan alam di Kampung Naga yang berdasarkan etika lingkungan
yang khas tersebut mencerminkan hubungan ekologis yang seimbang.Implementas dari
hubungan ekologis tersebut berbuah manis dalam menjaga keseimbangan lingkungan
alam.Dimana mitigasi (upaya mengurangi resiko) bencana telah diterapkan pada kawasan
Kampung Naga seperti mencegah longsor dan banjir, terjaganya keutuhan sumber daya alam,
terjaganya fungsi hutan yang merupakan paru-paru kehidupan, serta semua makhluk ekologis
di wilayah adat tersebut telah sama-sama menaati etika yang disuguhkan oleh ekosentrisme
atau deep ecology.

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

22
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Basuki. 2009. Lingkungan Hidup. Jakarta: PN Balai Pustaka.


Faizah, Ulfi.2020. Etika Lingkungan dan Aplikasinya dalam Pendidikan Menurut Perspektif
Aksiologi.Jurnal Filsafat Indonesia.3(1).14-22.
Soemarwoto, O. 1994. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bandung: Djambatan.
Soeriaatmadja, R. E. 1989. Ilmu Lingkungan.  Bandung: Penerbit ITB.

23

Anda mungkin juga menyukai