JELOVIA LUMENTAH
GMIM KAMANG KAMANGA
WILAYAH TUMOMPASO 1
TOMPASO 2023
1
KARYA TULIS ILMIAH
DAMPAK PERUNDUNGAN BAGI REMAJA
(Diajukan Sebagai Peserta Pemilihan Remaja Teladan GMIM Wilayah
Tumompaso Satu Tahun 2023)
JELOVIA LUMENTAH
GMIM KAMANG KAMANGA
WILAYAH TUMOMPASO 1
TOMPASO 2023
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristuas atas penyertaan,
cinta dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Penulisan karya tulis dengan judul “Dampak Perundungan Bagi Remaja”
dilakukan dalam rangka keikutsertaan saya dalam Pemilihan Remaja Teladan
GMIM Wilayah Tumompaso Satu tahun 2023.
Dibalik saya menulis karya tulis ini tentunya ada sosok-sosok yang
membantu serta membimbing saya untuk menyelesaikan karya tulis ini. Dan saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1) Orangtua dan keluarga saya yang tentunya selalu memberikan dukungan
bagi saya terutama dalam keikutsertaan saya dalam Pemilihan Remaja
Teladan GMIM Wilayah Tumompaso Satu tahun 2023
2) Badan Pekerja Majelis Jemaat GMIM Kamang Kamanga
3) KPRJ serta Pembina bahkan teman-teman remaja GMIM Kamang
Kamanga
4) Kakak-kakak Panitia Setahun KPRJ GMIM Kamang Kamanga
5) Teman-teman saya yaitu Jeremy Pandey, Jeremi Liow, dan Miracle
Mamesah
i
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu perundungan ?
1.2.2 Apa saja macam-macam dari perundungan ?
1.2.3 Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan perundungan terjadi ?
1.2.4 Apa saja dampak dari perudungan ?
1.2.5 Apa saja cara untuk mencegah perudungan ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari perudungan
1.3.2 Untuk mengetahui macam-macam perudungan
1.3.3 Untuk mengetahui factor-faktor penyebab perudungan
1.3.4 Untuk mengetahui dampak dari perudungan
1.3.5 Untuk mengetahui cara mencegah perudungan
1.4 Manfaat
1.4.1 Agar pembaca mengetahui pengertian dari perudungan
1.4.2 Agar pembaca mengetahui macam-macam perudungan
1.4.3 Agar pembaca mengetahui factor-faktor penyebab perudungan
1.4.4 Agar pembaca mengetahui dampak dari perudungan
1.4.5 Agar pembaca mengetahui cara mencegah perudungan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
serta teman sebaya, tanpa terdeteksi. Penindasan verbal dapat diteriakkan
di taman bermain bercampur dengan hingar binger yang terdengar oleh
pengawas, diabaikan karena hanya dianggap sebagai dialog yang bodoh
dan tidak simpatik di antara teman sebaya. Penindasan verbal dapat
berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan
pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual.
Selain itu, penindasan verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau
barang-barang, telepon yang kasar, e-mail yang mengintimidasi, surat-
surat kaleng yang berisi ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak
benar, kasak-kusuk yang keji, serta gosip.
3. Bullying Relasional
Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan
relasionaladalah pelemahan harga diri si korban penindasan secara
sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau
penghindaran. Penghindaran, suatu tindakan penyingkiran, adalah alat
penindasan yang terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin akan tidak
mendengar gosip itu, namun tetap akan mengalami efeknya. Penindasan
relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang
teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan.
Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan
yang agresif, lirikan mata, helaan napas, bahuJurnal Penelitian yang
bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.
4. Cyber Bullying
Ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin
berkembangnya teknologi, internet dan media sosial. Pada intinya adalah
korban terus menerus mendapatkan pesan negative dari pelaku bullying
baik dari sms, pesan di internet dan media sosial lainnya. Bentuknya
berupa:
1) Mengirim pesan yang menyakitkan atau menggunakan gambar
2) Meninggalkan pesan voicemail yang kejam
4
3) Menelepon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatakan apa-
apa (silent calls)
4) Membuat website yang memalukan bagi si korban
5) Si korban dihindarkan atau dijauhi dari chat room dan lainnya
6) “Happy slapping” – yaitu video yang berisi dimana si korban
dipermalukan atau di-bully lalu disebarluaskan
2.3 Faktor-faktor Penyebab terjadinya Perundungan
Menurut Ariesto (2009), faktor-faktor penyebab terjadinya
bullying antara lain:
1. Keluarga.
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah:
orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi
rumah yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan
mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang
terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-
temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan
terhadap perilaku coba-cobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka yang
memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku
agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini
anak mengembangkan perilaku bullying;
2. Sekolah Pihak
Sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya,
anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap
perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying
berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah sering memberikan
masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak
membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan
menghormati antar sesama anggota sekolah;
3. Faktor Kelompok Sebaya. Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah
dan dengan teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk
melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha
5
untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu,
meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
4. Kondisi Lingkungan Sosial
Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya
perilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan
tindakan bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam
kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya,
sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan
antar siswanya.
5. Tayangan Televisi dan Media Cetak
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari
segi tayangan yang mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas
(Saripah, 2006) memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-
adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka meniru geraknya (64%)
dan kata-katanya (43%).
6
hyperarousal, yaitu kondisi ketika tubuh menjadi sangat waspada
sehingga mengganggu keseimbangan siklus tidur dan terjaga.
3. Penurunan Prestasi
Anak yang mengalami bullying biasanya akan kesulitan untuk
memusatkan fokus dan konsentrasinya saat sedang belajar. Korban
bullying juga kerap merasa enggan untuk pergi ke sekolah karena ingin
menghindari tindakan penindasan yang dialaminya. Bila dibiarkan
terus-menerus, kondisi tersebut bisa berdampak pada penurunan
prestasi akademik anak.
4. Trust Issue
Trust issue merupakan kondisi ketika seseorang sulit memercayai
orang-orang yang ada di sekitarnya. Kondisi ini rentan dialami oleh
korban bullying karena mereka khawatir akan mendapatkan perlakuan
buruk kembali bila menaruh kepercayaan terhadap orang lain.
Bahkan, bila tidak segera diatasi, korban bullying yang mengalami
trust issue cenderung akan menutup dirinya dan enggan bersosialisasi
dengan orang lain.
5. Memiliki Pikiran untuk Balas Dendam
Dampak bullying terhadap psikologi korban berikutnya adalah
memiliki pikiran untuk balas dendam. Hal ini perlu diwaspadai karena
bisa menyebabkan seseorang melakukan tindakan kekerasan pada
orang lain untuk melimpahkan kekesalannya.
6. Memicu Masalah Kesehatan
Selain psikis, tindakan bullying bisa memengaruhi kondisi tubuh
terutama bagi korban yang mendapatkan kekerasan secara fisik, seperti
luka dan memar.
Bahkan, bullying juga turut memicu stres berkepanjangan sehingga
berisiko menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan, di
antaranya penurunan daya tahan tubuh, sakit kepala, dan gangguan
pencernaan. Perilaku ini pun dapat memperburuk kondisi anak yang
7
telah memiliki riwayat masalah kesehatan sebelumnya, seperti
gangguan jantung atau penyakit kulit.
2. Dampak Bullying bagi Pelaku
Tak hanya korban, bullying juga berisiko menimbulkan dampak
negatif bagi pelakunya. Adapun sejumlah dampak dari bullying bagi
pelaku adalah sebagai berikut:
Gangguan emosi.
Berisiko menjadi pecandu alkohol dan obat-obatan terlarang.
Sulit mendapatkan pekerjaan saat beranjak dewasa.
Berisiko menjadi pelaku kekerasan dalam lingkungan sosial
dan rumah tangga (KDRT).
8
d) Mengajarkan etika terhadap sesama (menumbuhkan kepedulian dan
sikap menghargai), berikan teguran mendidik jika anak melakukan
kesalahan
e) Mendampingi anak dalam menyerap informasi utamanya dari media
televisi, internet dan media elektronik lainnya.
3) Pencegahan melalui sekolah
a) Merancang dan membuat desain program pencegahan yang berisikan
pesan kepada murid bahwa perilaku bully tidak diterima di sekolah dan
membuat kebijakan “anti bullying”.
b) Membangun komunikasi efektif antara guru dan murid
c) Diskusi dan ceramah mengenai perilaku bully di sekolah
d) Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan
kondusif.
e) Menyediakan bantuan kepada murid yang menjadi korban bully.
f) Melakukan pertemuan berkala dengan orangtua atau komite sekolah
4) Pencegahan melalui masyarakat dengan membangun kelompok masyarakat
yang peduli terhadap perlindungan anak dimulai dari tingkat desa/kampung
(Perlindungan Anak Terintegrasi Berbasis Masyarakat : PATBM).
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perilaku perundungan atau yang lebih dikenal dengan bullying
terus menghantui berbagai kalangan, tidak hanya terjadi di kalangan
dewasa, melainkan juga di kalangan anak-anak dan remaja. Perundungan
sendiri merupakan penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk
menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perundungan ini
memiliki banyak sekali jenisnya. Ada perundungan secara verbal, secara
fisik, bahkan secara sosial.
Kasus perundungan juga menimbulkan dampak yang sangat besar
bagi siapa saja yang menjadi korbannya. Penyebab terjadinya bullying
sendiri tak jarang dikaitkan dengan adanya tindak kekerasan yang dialami
oleh pelaku di masa sebelumnya. Hal itu dapat terjadi di lingkungan rumah
maupun di dekolah yang dilakukan baik oleh orangtua maupun para guru.
Demikian pula pengaruh budaya kekerasan di telivisi dan flim. Kata-kata
kunci untuk mengakhiri rangkaian tindakan bullying yang terjadi di
lingkungan sekolah maupun di rumah, tak lain adalah “STOP
KEKERASAN” artinya kekerasan harus diakhiri dalam semua bidang
kehidupan di lingkungan atau pun sekolah.
3.2. Saran
Bullying/perundungan memiliki banyak sekali dampak negatif.
Oleh karena itu, perlu adanya tindakan lebih lanjut dari kasus perundungan
(bullying) karena kasus ini dapat menyebabkan kerugian bagi korban.
Korban yang terkena bullying lebih baik memberi tahu dan menceritakan
kasusnya kepada orang lain agar ia tidak merasa kesepian atau bahkan
merasa tidak ada yang ingin membantunya. Korban yang terkena bullying
juga tidak perlu takut untuk bercerita karena sejatinya dengan bercerita
orang lain akan lebih muda untuk membantunya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Sari, Y. P., &Azwar, W. (2017). Fenomena Bullying Siswa: Studi Tentang Motif
Perilaku Bullying Sisiwa di SMP Negeri 01 Painan Sumatra Barat. 10 (2),
333-367.
https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSe1w8TQWsPJT8wQfTIdiB9ReY1UNgbf2k_
ZAZ4CTaslMj72iw/viewform
https://edukasi.kompas.com/read/2020/02/16/08291021/10-cara-hadapi-bullying-atau-
perundungan-kamu-wajib-tahu?page=all
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/12850/5/BAB%20II.pdf
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/dampak-bullying
11