(Firm
an
REKONSILIASI
Hidu &
KONSOLIDASI
p&
GEREJAWI
Kerja
)
OKTOBER 2021
KERAPATAN GEREJA PROTESTAN
MINAHASA (KGPM)
Jl. 5 September No.6, Malalayang Satu, Kec. Malalayang, Kota Manado, Propinsi: Sulawesi Utara.
Telepon: (0431) 865941. Email: pucukpimpinan_kgpm@yahoo.com
====================================
Penanggungjawab
PUCUK PIMPINAN – MAJELIS GEMBALA
Redaktur Editor
Gbl. Jorisman Gorat, M.Teol. Gbl. Hence Rembet, M. Th.
Gbl. Rony Manongko, M.Th.
Konstributor
Gbl. Frangky Londa, S.Th., M.A
Gbl. James Rumagit, M. Th.
Gbl. Hence Rembet, M. Th.
Gbl. Rolly Liow, M. Th.
Gbl. Ferra Lintong, M.Th.
Gbl. Julius Rompas, M. Th.
SAPAAN REDAKSI
Di bulan Oktober ini kita patut bersyukur kepada Tuhan Allah yang telah menghadirkan ,
menuntun dan memberkati KGPM menunaikan tugas panggilan-Nya selama 88 tahun Tuhan.
Meskipun selama 88 tahun ini KGPM mengalami dan menghadapi berbagai persoalan dan
pergumulan namun kasih setia Tuhan tetap nyata membimbing dan menolong gerejaNya melewati
semua itu. Karena itu marilah kita mengucap syukur kepada TUHAN. Di momentum bulan syukur
KGPM saat ini, kami Biro Firman Hidup dan Kerja (FHK) menerbitkan kembali FHK setelah
mengalami kendala penerbitan selama kurang lebih 2 (dua) tahun. Dengan terbitnya kembali FHK
ini, marilah kita bersukacita dan bersemangat melanjutkan tugas panggilan-Nya untuk bersekutu,
bersaksi dan melayani secara bersama-sama.
Dalam edisi bulan Oktober ini kami mengangkat tema “REKONSILIASI DAN
KONSOLIDASI GEREJAWI.” Tema ini kami angkat karena relevan dengan situasi dan kondisi KGPM
pasca Sidang Raya ke 34 di Sidang “ Imanuel “ Wuwuk yang telah dilaksanakan pada tanggal 25 - 27 Mei
2021 yang lalu. Bahwa saat ini sebagai gereja Tuhan, kita terpanggil untuk melakukan rekonsiliasi dan
konsolidasi di internal KGPM. Hal ini penting agar kita bisa melangkah padu dan bergandengan tangan demi
kemajuan dan peningkatkan mutu pelayanan gereja Tuhan kini dan nanti. Oleh sebab itu, seraya bersyukur
dan memuji Tuhan dalam momentum peringatan hari ulang tahun KGPM ke-88 tahun ini, marilah
kita memperingati ulang tahun gereja kita ini dengan melakukan rekonsiliasi dan konsolidasi secara
gerejawi. Hal itu penting agar KGPM akan terus bertumbuh, berkembang dan maju. Akhirnya
selamat mempergunakan FHK ini, semoga Tuhan memberkati kita semua.
Jemaat yang dikasihi Tuhan dan saling mengasihi di dalam Tuhan Yesus.
Setelah peneguhan dan pelantikan Daud sebagai raja Yehuda, maka Daud tidak menerima
kepercayaan itu dengan sikap yang pasif. Ia justru secara aktif dan proaktif membangun sebuah
hubungan komunikasi yang positif dengan penduduk di bagian Israel Utara yaitu penduduk Yabesh-
Gilead. Raja Daud memberikan apresiasi dan menyampaikan doa selamat kepada mereka karena
mereka telah berjasa mendatangkan jenazah Saul dan anak-anaknya serta melakukan pemakaman
jenazah mereka. Raja Daud menilai bahwa tindakan itu adalah perbuatan yang sangat terpuji dan
pasti akan mendatangkan berkat atas mereka. Inisiatif raja Daud ini merupakan tindak lanjut dari
proses Tuhan yang sedang melapangkan upaya rekonstruksi dan rekonsiliasi bagi Israel Raya. Di
kemudian hari rakyat Israel Raya menjadi bangsa yang bersatu berdaulat di bawah kepemimpinan
raja Daud.
Saudara-saudari, berita Firman hari ini memberikan banyak pelajaran iman yang berharga
bagi kita. Karena itu kita diajak dan diingatkan kembali untuk menjalani dan melanjutkan ziarah
iman kita seturut dengan proses dan cara Tuhan. Meski harus melewati berbagai tantangan dan
pergumulan, ujian dan cobaan, pilu dan derita, namun bila kita tetap bersandar pada kedaulatan
Tuhan, maka kita pasti akan mengalami dan menikmati serta menggapai progress iman yang
berkualitas yang akan mendatangkan berkat dan anugerah Tuhan yang makin indah dan melimpah
dalam hidup kita dan keluarga kita. Dengan iman kita meyakini pula, Tuhan sedang mengerjakan
proses itu dan menghadirkan progress iman yang berkualitas itu bagi GerejaNya, KGPM
menyambut momentum sukacita iman, 88 tahun berkongregasi. Amin.
KHOTBAH KEPEL
II SAMUEL 2:1-4a
IMAN YANG SEJATI
MENGHADIRKAN BERKAT YANG HAKIKI
Salam sejahtera bagi kita semua.
Saudara-saudara seiman, jemaat yang diberkati Tuhan. Memiliki hati yang sungguh mengasihi
Tuhan adalah buah yang nyata dari suatu proses kehidupan pribadi orang percaya yang hidup taat
dan setia kepada Tuhan. Hal itu hanya dapat terwujud apabila seseorang benar-benar bersedia
mengikuti kehendak Tuhan dan sungguh-sungguh berpaut pada rancangan Tuhan yang berdaulat.
Sosok pribadi Daud dalam bacaan Firman ini mencerminkan suatu karakter hidup orang percaya
yang ditandai oleh kasihnya yang tulus dan murni kepada Tuhan dan kepada keluarganya bahkan
kepada sesama manusia.
Menarik untuk mempelajari tentang sikap Daud dalam teks bacaan kita ini. Ketika Daud
diperhadapkan dengan pilihan-pilihan pada suatu titik persimpangan dalam hidupnya untuk
menapaki jalan hidup ke depan yang penuh tanda tanya, ia melakukan suatu hal yang paling penting
yaitu bertanya kepada Tuhan. Kelihatannya sikap itu seolah begitu biasa dan sederhana. Namun
sikap iman itu sejatinya teramat penting untuk dimiliki oleh orang beriman. Bertanya dengan sikap
tunduk kepada Tuhan adalah suatu bentuk iman yang sejati kepada Tuhan. Mari memeriksa diri kita
di hadapan Tuhan. Bukankah kita sering lupa untuk bertanya kepada Tuhan? Bukankah dalam
memilih jalan hidup, kita lebih senang mengedepankan pikiran dan keinginan kita sendiri daripada
bertanya kepada Tuhan dan menomorsatukan keinginan Tuhan? Biasanya justru, nanti di saat kita
menghadapi kebingungan dan kebuntuan akibat pilihan yang salah, barulah kita mencari Tuhan atau
bahkan mempersalahkan Tuhan. Kita menganggap bahwa Tuhan tidak mengabulkan keinginan kita.
Lalu kita mulai menilai Tuhan dan dengan piciknya mengatakan Tuhan tidak adil atau Tuhan tidak
mengasihi kita.
Bagian Firman ini menyaksikan bahwa sikap iman yang benar yang ditampilkan oleh Daud
mendatangkan perkenanan Tuhan yang sempurna dan berujung pada penggenapan janji Tuhan
melalui pengurapan oleh Samuel di masa lampau, yaitu Daud akhirnya direstui oleh seluruh rakyat
menjadi raja atas Yehuda. Janji Tuhan memang tak pernah terlambat dan selalu indah pada
waktunya. Bahkan berkat yang dialami oleh Daud juga dinikmati oleh keluarga yang menyertainya
dan para pengikutnya yang setia bersama keluarga mereka masing-masing. Kita belajar dari Firman
ini, iman yang sejati menghadirkan berkat yang hakiki dalam hidup orang percaya.
Pertanyaan reflektif bagi kita saat ini ialah: Maukah saudara bertanya kepada Tuhan
sebelum melangkah? Bersediakah saudara untuk mematuhi petunjuk dan jalan Tuhan bagi saudara?
Relakah saudara mengesampingkan pikiran dan keinginan diri sendiri untuk memberi ruang pada
rancangan dan kehendak Tuhan dalam hidup saudara? Jika ya, maka yakinlah bahwa janji Tuhan
akan digenapi dan kuasa berkatNya akan saudara jumpai dan alami pada waktu, tempat dan situasi
yang Tuhan tentukan bagi saudara dan orang-orang yang saudara kasihi. Amin.
KHOTBAH KOMISI
II SAMUEL 2 : 4a-7
PRAKARSA KASIH DAN DAMAI
Salam kasih dan damai sejahtera bagi kita yang bersekutu di dalam Tuhan Yesus….
Saudara-saudara, menjalani dan memaknai hidup dalam kasih dan damai adalah dasar pengajaran
iman bagi kita selaku umat Kristen. Karena itu, kita selalu mendambakan untuk dapat menikmati
hidup dalam kasih dan damai. Kenyataan berbicara bahwa harapan dan dambaan itu terkadang sulit
untuk diraih dan digapai dalam hidup ini. Begitu banyak hambatan dan tantangan yang sering kita
jumpai dan alami untuk meraih dambaan itu. Sebab memang berbicara tentang kasih dan damai
tidak dapat dipisahkan dari konteksnya yaitu konteks hidup bersama orang lain. Artinya, kasih dan
damai itu sejatinya baru benar-benar terjadi apabila itu dialami dan dihidupi dalam kebersamaan
dengan orang lain. Sementara dalam kenyataan, orang lain belum tentu bersedia menerima kasih
dan damai yang kita tunjukkan kepada mereka. Pernahkah saudara mengalaminya dalam hidup
saudara?
Sosok pribadi Daud dikenal sebagai figur yang memiliki karakter kasih dan damai. Dalam
bacaan Firman ini, Daud mengawali pemerintahannya sebagai raja di Yehuda dengan
mencanangkan sebuah prakarsa kasih dan damai bagi masyarakat di Israel bagian utara yaitu
penduduk Yabesh-Gilead. Raja Daud sangat bersimpati dengan tindakan mereka yaitu ketika
mereka pergi mengamankan jenazah almarhum raja Saul dan anak-anaknya yang gugur di medan
pertempuran lalu memakamkan mereka dengan sikap yang penuh penghormatan. Karena itu, raja
Daud mengutus delegasinya untuk menyampaikan apresiasi dan mengungkapkan doa berkat serta
memberikan penghiburan dan penguatan kepada mereka. Daud juga tidak lupa menitipkan pesan
dan maklumat bahwa ia kini telah resmi menjadi raja atas kaum Yehuda.
Saudara-saudara seiman di dalam Tuhan Yesus. Prakarsa kasih dan damai dari raja Daud itu
adalah cerminan dari potret pribadi Daud sendiri. Dengan melakukan hal itu, Daud membuktikan
bahwa ia tetap menghormati Saul sebagai pendahulunya dan sama sekali tidak menyimpan dendam
atau akar pahit atas segala perbuatan Saul yang semasa hidupnya terus berupaya melenyapkan Daud
dari muka bumi. Dalam kesemuanya itu, Daud tetap menghormati Saul sebagai seorang raja yang
dipilih dan diurapi oleh Tuhan. Di sini kita melihat bahwa karakter kasih dan damai yang
diperlihatkan Daud itu adalah wujud nyata dari sikap hormat dan takut akan Tuhan. Dengan
melakukan prakarsa itu, raja Daud juga sedang menanamkan kepercayaan kepada umat Israel pada
umumnya bahwa ia adalah raja yang berkarakter baik dan seorang pemimpin yang memiliki nilai-
nilai keteladanan iman.
Saudara-saudara yang kekasih di dalam Tuhan. Panggilan untuk memprakarsai kasih dan
damai juga menjadi bagian hidup kita sebagai umat pilihan dan tebusan Kristus. Belajar dari Firman
ini, kita diajak untuk melakukan prakarsa kasih dan damai di tengah keluarga, Gereja, masyarakat,
bangsa dan negara. Mari kita terus mengembangkan nilai-nilai persaudaraan dan kesetiakawanan
serta persekutuan yang saling mengasihi, menghargai dan menghormati. Dalam rangka
menyongsong HUT ke-88 KGPM di bulan ini, marilah kita kembangkan gaya hidup yang saling
mendoakan dan saling memberkati demi mewujudkan kehidupan beriman dan bergereja yang
makin berkualitas. Semua itu kita lakukan karena kita mengenal Tuhan, menghormati Dia dan
hidup takut akan Dia. Amin.
MINGGU II
STOLA : HIJAU
BAHAN PA : II Samuel 5:1-10
Periode antara pengurapan Daud oleh Samuel (1 Sam 16) sampai naik tahta sebagai raja atas
seluruh Israel, sebagaimana pembacaan kita hari ini, mempelihatkan tentang kasih setia Allah bukan
hanya kepada Daud tetapi juga kepada bangsa yang terpilih, Israel. Kitab 1 Samuel dan 2 Samuel
mempelihatkan lewat kisah-kisah hidup (Samuel, Saul, dan Daud), bahwa Allah berkarya dengan
kebebasan manusia, memperhatikan bangsa itu dengan cinta yang selalu memaafkan dan
menyelamatkan.
Melalui pembacaan Alkitab hari ini, ‘mata rantai’ transformasi kepemimpinan bangsa Israel
di balik begitu banyak dinamika, menunjukkan skenario Allah yang begitu jelas. Tuhan
menghadirkan Daud dari situasi bangsa yang mengalami krisis kepemimpinan. Saul sudah ditolak
oleh Tuhan sebagai raja (1 Samuel 15), Daud yang muda diurapi Tuhan melalui Samuel (1 Samuel
16), Daud tampil sebagai penyelamat bangsa Ketika mengalahkan Goliat (1 Samuel 17). Dalam
pasal-pasal selanjutya, Daud menjadi pusat perhatian, Saul menjadi iri dan berusaha untuk
membunuh Daud.
Terlihat dengan jelas, bahwa tampilnya Daud sebagai pemimpin adalah sebuah proses yang
tidak mudah. Pada awalnya tidak dianggap bahkan oleh keluarganya, Samuel pun hampir terkecoh
dengan ‘paras’ dan tampilan Eliab, kakak Daud (1 Sam 16:6), tetapi Tuhan menegaskan : ‘manusia
melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati’ (1 Samuel 16:7). Tuhan membentuk
Daud dalam proses itu, bergerak bersama rakyat (1 Samuel 18:16). Pada akhirnya bisa
mempersatukan Israel, meskipun gejolak terus menerus menjadi warna.
Beberapa prinsip penting terlihat dalam narasi 2 Samuel 5:1-10 ini. Bahwa Daud mendapat
pengakuan dan dukungan dari segala suku Israel karena integritasnya untuk memimpin seluruh
Israel (ay.1-2). Sebuah fenomena yang makin langkah di zaman ini. Selanjutya, terlihat pula
kehidupan Daud yang berfokus kepada Tuhan, dalam hal mengadakan perjanjian dengan bangsa
Israel “di hadapan TUHAN” (ay. 3). Karakter yang kuat yang tidak mudah terintimidasi,
membawa Daud pada kemenangan Ketika merebut Yerusalem dari orang Yebus (ay. 5-10).
KHOTBAH MINGGU
II SAMUEL 5:1-10
TRANSFORMASI KEPEMIMPINAN
Salam sejahtera dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
Kita hidup dalam era keterbukaan dan kebebasan berekspresi. Konsekuensinya, prinsip
“akuntabilitas” yang secara sederhana berarti kemampuan untuk mempertanggungjawabkan hidup
dan kerja kita, menjadi semakin penting untuk diperhatikan. Kita dinilai, kita diperhatikan, kita
dievaluasi. Tidak selalu bermakna postif, bahkan kebanyakan hanyalah opini yang bersifat
menghancurkan. Lalu bagaimana kita harus bersikap? Tentu saja dibutuhkan kepekaan dan
kemampun untuk memposisikan diri dan berespon secara cerdas. Tuhan Yesus mengatakan:
“Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu
cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Matius 10:16).
Saudaraku yang kekasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
Harus pula diakui, bahwa zaman ini diwarnai krisis kepemimpinan. Orientasi kepada nilai-nilai
yang tidak selaras kebenaran Injil serta karakter kepemimpinan yang buruk, sesungguhnya sedang
menegaskan; bahwa masyarakat, secara khusus gereja, membutuhkan transformasi kepemimpinan.
Artinya, dibutuhkan pemimpin-pemimpin seperti yang Yesus ajarkan: ‘melayani bukan untuk
dilayani’ (bdk, Markus 10:45).
Saudaraku yang kekasih…Kehadiran Daud sebagai pemimpin baru serta antusiasme
masyarakat yang meresponinya, menggambarkan dengan sangat jelas terjadinya rekonsialiasi dan
transformasi bagi bangsa Israel. Gereja membutuhkan transformasi kepemimpinan yang menjadi
teladan. Dari pembacaan Alkitab hari ini, kita menemukan beberapa hal mendasar dari kehidupan
Daud untuk mewujudkan Transformasi kepemimpinan, antara lain :
Pertama, Pemimpin yang Bersahabat (5:1-2). Nilai persahabatan dan kekeluargaan
ternyata menjadi gaya kepemimpinan Daud. Pengakuan ini datang dari ‘segala suku Israel’ (ay.1a),
menegaskan kepada Daud “Ketahuiah, kami ini adalah darah dagingmu” (ay.1b). Bahkan
ditegaskan pula bahwa memang “saul memerintah atas kami” tetapi “Daud yang memimpin kami”
(ay.2). Di sinilah justru kita melihat sebuah ‘Kewibawaan kepemimpinan’ tidaklah bersumber dari
jabatan tetapi dari ‘karakter dan kehidupan’ sang pemimpin. Memang Saul bertahta sebagai raja,
tetapi Daud bertahta di hati rakyatnya. Hal ini jelas dikatakan dalam 1 samuel 18:16 : “Tetapi
seluruh orang Israel dan orang Yehuda mengasihi Daud, karena ia memimpin segala gerakan
mereka.” Bahkan, meskipun Saul sangat membenci Daud, tetapi Yonatan, anak Saul, sangat
mengasihi Daud seperti jiwanya sendiri (1 Samuel 18:1). Menunjukkan nilai persahabatan dan
persaudaraan di tengah kepelbagaian dan menjadi berkat bagi sesama, membuktikan bahwa jiwa
seorang pemimpin. Mungkin kita tidak memiliki jabatan apapun, baik di gereja maupun
masyarakat, atau di komunitas manapun, tetapi kita dapat menjadi sahabat dan saudara bagi
siapapun juga. Bila kita mampu untuk membangun nilai persaudaraan dan kekeluargaan kita
sedang memerankan tanggung jawab sebagai pemimpin.
Kedua, Pemimpin yang Berfokus kepada TUHAN (ay. 3). Pujian dan pengakuan publik
di satu sisi menunjukkan bahwa seorang pemimpin berhasil dalam kepemimpinannya. Atau
setidaknya telah mendapatkan simpati dari Sebagian atau beberapa bagian dari sebuah kounitas.
Tetapi juga, pujian dan pengakuan dapat menghancurkan seorang pemimpin. Hal ini dapat terjadi
jika sang pemimpin berfokus pada diri sendiri, sehingga pengakuan publik dapat membuatnya lupa
diri. Di sini kita meihat bahwa Daud, ketika mendapatkan pujian dan pengakuan, Daud
mengarahkan masyarakatnya kepada TUHAN : “lalu raja Daud mengadakan perjanjian dengan
mereka di Hebron di hadapan TUHAN” (5:3b). Godaan untuk menjadikan diri sendiri sebagai
‘pusat-perhatian’ telah menghancurkan begitu banyak pemimpin. Marilah kita berfokus kepada
TUHAN bukan kepada jabatan. Jangan biarkan orientasi dan fokus hidup kita melenceng jauh dari
kehendak Tuhan. Mari kita tata prioritas dan fokus hidup kita hanya untuk Tuhan. Mari kita
belajar juga dari Yohanes pembaptis yang mengatakan tentang Yesus : “Ia harus makin besar,
tetapi aku harus makin kecil” (Yohanes 3:30).
Ketiga, Pemimpin yang Memiliki Totalitas (ay. 4-5). Daud memerintah sebagai raja
selama empat puluh tahun. Ini bukanlah masa yang singkat, bukan pula tanpa gejolak. Begitu
banyak tantangan bahkan intrik, baik dalam keluarga Daud sendiri maupun bangsanya.
Transformasi kepemimpinan tidak mungkin terjadi tanpa totalitas. Alkitab dengan tegas
mengatakan : “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk
Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23).
Keempat, Pemimpin yang Tidak Menyerah karena Intimidasi (5:6-10). Ketika hendak
merebut kota Yerusalem, Daud menghadapi intimidasi dari orang Yebus. Mereka sangat
merendahkan Daud dengan mengatakan: “Engkau tidak sanggup masuk ke mari; orang-orang buta
dan timpang akan mengenyahkan engkau” (ay. 6). Daud tidak menyerah, tetapi terus maju.
Akhirnya Daud dapat mengalahkan orang Yebus dan menduduki kota Yerusalem. Mungkinkah kita
saat ini sedang menghadapi intimidasi atau menghadapi persoalan hidup yang berat? Jangan pernah
menyerah atau utus asa. Marilah tetap melangkah dan tetap percaya. Pada saat-Nya segala sesuatu
akan menjadi indah. Jalan menuju kemenangan selalu mempelihatkan medan yang tidak mudah
untuk dilalui. Tekanan dan intimidasi, baik dari orang lain dan terutama dari diri sendiri,
membutuhkan kedewasaan dan kecakapan untuk menghadapinya dengan tenang. Memang tidak
mudah, membutuhkan proses, cara dan waktu yang berbeda-beda untuk setiap insan. Tetapi
bagaimanapun tetaplah berjuang sampai akhir kehidupan. Amin !!!
KHOTBAH KEPEL
II SAMUEL 5:1-3
BERSAHABATLAH
Salam sejahtera dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
Kisah tentang persahabatan selalu menarik untuk dituturkan. Tidak perlu jauh mencari kisah
persahabatan yang mengharukan. Marilah kita melihat contoh persahabatan antara Daud dan
Yonatan. Bahkan kedua orang ini mengikat perjanjian : “Tentang hal yang kita janjikan itu, antara
aku dan engkau, sesungguhnya TUHAN ada antara aku dan engkau sampai selamanya” (1 Samuel
20:23). Yonatan mengasihi Daud, musuh ayahnya, sekaligus ancaman bagi kesempatan untuk
menjadi raja. Ternyata, di dunia ini, di mana ‘nilai kepentingan’ menjadi fokus hidup, masih ada
persahabatan sejati.
Dalam pembacaan Alkitab hari ini, 2 Samuel 5:1-3, memperlihatkan kepada kita nilai
persahabatan dan persaudaraan antara suku-suku Israel dengan Daud, yang terbangun dalam
perjuangan dan kecintaan terhadap bangsa Israel. Pengakuan dari suku-suku Israel terhadap
‘persaudaraan’ dengan Daud, serta pengakuan terhadap ‘kepemimpinan’ Daud sesungguhnya
membuktikan bahwa Daud adalah seorang Pemimpin yang Bersahabat.
Saudaraku yang kekasih ….
Jika definisi sederhana dari ‘pemimpin’ adalah ‘pengaruh’, artinya seseorang yang bisa
mempengaruhi kehidupan orang lain, maka marilah kita menjadi Sahabat untuk memberikan
pengaruh positif kepada siapapun. Artinya, tidak perlu jabatan untuk menjadi pemimpin, kita cukup
menjadi sahabat dan sesama. Kita memang hidup dalam dunia yang menempatkan ‘kepentingan’
sebagai fokus kehidupan, sehingga seringkali ‘persahabatan’ sangatlah mudah terabaikan. Tetapi,
sebagai murid Kristus, marilah kita memberi diri untuk menjadi sahabat bahkan menjadi ‘sesama’
bagi siapapun juga. Ingatlah cerita tentang ‘Orang Samaria yang Baik Hati’ (Lukas 10:25-37).
KHOTBAH KOMISI
II SAMUEL 5:5-10
JANGAN MENYERAH
Salam sejahtera dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
Memulai sesuatu dengan baik adalah modal penting untuk menyelesaikan sesuatu itu dengan baik
pula. Tetapi apapun yang mulai tentu membutuhkan ketekunan dan sikap yang konsisten. Tanpa
ketekunan dan sikap konsisten tidak mungkin membawa kepada tujuan. Segera setelah sebuah
komitmen dibuat, maka kekuatan-kekuatan yang menghalangi akan segera bermunculan. Harus
dikui bahwa kekuatan yang paling efektif untuk menghentikan sebuah komitmen, adalah sesuatu
yang datang dari dalam diri seseorang, dalam bentuk rasa takut, pesimis atau masa bodoh.
Saudaraku yang kekasih…Dalam bagian Alkitab yang kita baca, 2 Samuel 5:5-10, Ketika
Daud hendak merebut Yerusalem dari orang Yebus, Daud mendapatkan tantangan yang besar
dalam bentuk upaya melemahkan semangatnya yang datang dari orang Yebus. Ada “scenario”
intimidasi yang merendahkan Daud. Sebab orang Yebus mengatakan bahwa ‘orang-orang buta dan
orang-orang timpang’ akan mengenyahan Daud (ay. 6). Kesombongan orang Yebus dan cara
intimidasi mereka ternyata tidak menggentarkan Daud. Daud tetap tidak menyerah, bahkan melihat
peluang yang besar untuk memasuki Yerusalem melalui saluran air (ay.8). Daud pada akhirnya
dapat merebut Yerusalem, tinggal dan menetap di Yerusalem dan menamainya “Kota Daud” (ay.9).
Saudaraku yang kekasih…Adakah tantangan atau situasi sulit yang sedang
menggoyahkanmu untuk melanjutkan kehidupan dan semua tanggung jawab? Adakah di antara kita
yang sedang di berada ‘persimpangan jalan’ dan sedang berpikir untuk menyerah saja. Adakah di
antara kita yang sedang dikuasai oleh ketakutan karena berbagai intimidasi? Kita mungkin sedang
merasa sendiri? Mariah kita belajar dari Daud; pantang menyerah, percaya bahwa jika TUHAN
beserta kita, maka tidak ada yang mustahil. Marilah tetap bergerak maju, jangan goyah, jangan
menyerah, jangan membuat alasan. Tuhan Yesus pasti menolong kita, amin !
MINGGU III
STOLA : HIJAU
BAHAN PA : II SAMUEL 6 : 1 - 23
Pokok pembahasan dalam Kitab 2 Samuel 6:1-23 tentang kehadiran Allah di tengah umat
yang dilambangkan dengan keberadaan Tabut Allah. Ketika Allah hadir di tengah-tengah umat,
maka patutlah Ia menerima penghormatan yang tertinggi. Konteks pembacaan ini berkaitan dengan
Pasca Daud dipercayakan menjadi raja atas Israel, ia segera melakukan tindakan yang luar biasa
dengan merebut Yerusalem yang diduduki oleh orang Yebus (5:1-10). Daud hendak menjadikan
Yerusalem sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan orang Israel, sehingga ia hendak
memindahkan Tabut Allah ke Yerusalem. Ketika Tabut Allah berada di Yerusalem, hal itu juga
akan mengingatkan Daud dan seluruh umat, bahwa TUHANlah sumber segala pertolongan dan
Sang pengusa Israel. Kemenangan Daud terhadap orang Filistin, semakin memperkokoh
keberadaannya sebagai raja Israel yang mewakili TUHAN sebagai Sang penguasa utama (5:17-25).
Ketika Daud sudah tinggal menetap di Yerusalem dan menikmati segala kenyamanan
sebagai raja Israel, tibalah waktunya ia memindahkan Tabut Allah ke Yerusalem. (6:1-3). Tabut
Allah yang diyakini sebagai lambang kehadiran Allah, karena di dalamnya berisikan “Loh hukum”
Allah (bdk. Kel. 25:16), seharusnya dalam proses pemindahan ke Yerusalem, Daud dan umat
sungguh-sungguh memberikan sikap penghormatan dan kekudusan dengan cara memindahkan
Tabut tersebut sesuai aturan atau kehendak Allah. Pada bagian ini, Tabut Allah dibawa dengan
kereta (2 Sam.6:3), seharusnya diusung oleh orang Lewi dari keluarga Kehat, bahkan orang
Lewipun yang diberikan kepercayaan khusus, dilarang untuk memegang Tabut tersebut (bdk.
Bil.4:15). Kematian Uza merupakan konsekuensi dari sikap yang tidak menghormati kehadiran
Allah, yakni ketika ia memegang tabut tersebut.
Kematian Uza berdampak pada timbulnya rasa takut Daud terhadap TUHAN, berkaitan
dengan proses pemindahan Tabut Allah ke Yerusalem (2 Sam.6:9). Daud mengabil keputusan tidak
menempatkan tabut tersebut ke Yerusalem, tapi ia membawa ke rumah Obed-Edom (2 Sam.6:10).
Obed-Edom mengambil sikap menghormati kehadiran Allah yang dilambangkan dengan Tabut
Allah. Ia menerima dan meresponi dengan baik ketika Tabut diletakkan dalam rumahnya, sebagai
akibat ia dan seisi rumahnya diberkati oleh TUHAN (2 Sam.6:11). Pada akhirnya, Daud
mengambil kembali tabut itu dan membawa ke Yerusalem dengan sukacita, maka Israelpun
dipenuhi dengan segala berkat dari TUHAN (2 Sam.6:12-23).
Pertanyaan diskusi :
1. Apa makna kata “Orang pilihan” dalam teks pasal 6:1 dan dikaitkan dengan tanggung jawab
Daud sebagai pemimpin atau raja Orang Israel ?
2. Dalam teks pasal 6:11, Obed-Edom mengambil sikap menghormati Allah dengan cara
menerima Tabut Allah diletakkan dalam rumahnya. Mengapa Obed-Edom mengambil sikap
tersebut ?
3. Bagaimana cara kita menghormati kehadiran Allah dalam kehidupan dan pelayanan kita di
masa kini ?
KHOTBAH MINGGU
II SAMUEL 6:1-23
“MENGHORMATI KEHADIRAN ALLAH”
Shalom…
Saudara-saudara, bersyukurlah kepada TUHAN yang senantiasa menuntun dan memberkati
kehidupan kita dari waktu ke waktu. Kasih setia dan kebaikanNYA tidak pernah berakhir, dan akan
terus Ia nyatakan di sepanjang kehidupan kita masing-masing. TUHAN juga terus menuntun
keberadaan GerejaNYA, yakni KGPM sebagai gereja yang terus berproses dalam kesaksian,
persekutuan dan pelayanan bagi kemuliaan namaNYA. Bulan Oktober ini sebagai bulan syukur
KGPM yang akan menggenapi usia 88 tahun pelayanan. Sikap kita sebagai umat yang telah
menikmati kasih karuniaNYA, marilah kita memberikan penghormatan terhadap kehadiran Allah
dalam kehidupan ini. Kehidupan yang sedang kita jalani di tengah-tengah gumul pandemi covid-19
yang belum berakhir, kita tetap pada keyakinan bahwa Allah tetap hadir untuk menolong dan
menguatkan kita. Sampai saat ini, apakah kita tetap mengambil sikap hormat terhadap kehadiran
Allah ? KGPM baru saja menyelesaikan pesta iman, yakni pelaksanaan Sidang Raya yang
berpuncak pada kelengkapan pimpinan di setiap kelembagaan. Dalam proses pemilihan
kemungkinan ada beda pendapat atau jalan bersebrangan. Kita yakin, bahwa kehadiran Allah akan
memulihkan dan memperkuat GerejaNya, KGPM akan semakin maju dan terus berkarya bagi
kemulian TUHAN.
Saudara-saudara, firaman Tuhan dalam Kitab 2 Samuel 6:1-23 ini tentang kehadiran Allah
di tengah-tengah umat Israel yang dilambangkan dengan keberadaan Tabut Allah. Ketika Allah
hadir di tengah-tengah mereka, maka patutlah Ia menerima penghormatan yang tertinggi. Tabut
Allah yang di dalamnya terdapat “Loh Hukum” Allah, diyakini oleh umat Israel sebagai lambang
kehadiran Allah yang selalu menuntun dan memberkati. Sang Penuntun dan sumber berkat,
bukanlah bendanya, tetapi Allah sendiri sebagai subjek yang bertindak mengendalikan segala
sesuatu. Kehadiran Allah yang konsisiten hadir di tengah-tengah umat israel, telah disikapi dengan
rasa hormat. Demikian juga dengan kehidupan kita pada masa kini, seharusnya kita terus
menyikapi kehadiaran Allah dengan penghormatan tertinggi dan mempersembahkan kehidupan
kudus bagi kemuliaan namaNYA. Saudara-saudara, mengapa kita harus menghormati kehadiran
Allah ?
KHOTBAH KEPEL
II SAMUEL 6:1-10
PENGAKUAN TERHADAP EKSISTENSI ALLAH
Shalom….
Saudara-saudara patutlah kita bersyukur kepada Allah yang senantiasa menuntun, melindungi dan
memberkati kehidupan kita sekalian. Menjalani kehidupan di tengah pandemi covid-19 yang belum
berakhir, dengan segala dampak yang kita dialami, tanpa pertolongan dan kekuatan Allah, kita pasti
akan kewalahan dan tidak berdaya. Allah yang tidak terlihat, namun yang selalu hadir di tengah-
tengah kehidupan kita, bahkan kehadiranNYA tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu, selalu
menyatakan diriNYA dengan cara menaungi dan melingkupi hidup kita. Dialah Sang pengendali
dan pengatur segala sesuatu, yang berkaitan dengan segala aspek kehidupan di dunia ini. Kita yang
merasakan dan mengalami kehadiranNYA, tetaplah dalam komitmen mengakui eksistensi atau
keberadaan Allah.
Saudara-saudara, pengakuan terhadap eksistensi Allah adalah wujud dari iman kita
kepadaNYA. Hal ini dilakukan oleh raja Daud ketika ia hendak memindahkan Tabut Allah ke
Yerusalem. Tabut Allah yang diyakini sebagai lambang kehadiran Allah, karena di dalamnya
berisikan “Loh hukum” Allah (bdk. Kel. 25:16). Dalam pasal 6:1, Daud mengumpulkan tiga puluh
ribu orang-orang pilihan untuk membawa tabut Allah ke Yerusalem. Namun dalam proses
pemindahan tabut itu, ada kelalaian yang telah dilakukan oleh Daud, yakni ia tidak mempercayakan
kepada orang Lewi yang diberikan tugas khusus oleh Allah untuk menangani semua perabotan Bait
Allah, termasuk Tabut Allah itu. Pada bagian ini, Tabut Allah dibawa dengan kereta (2 Sam.6:3),
seharusnya diusung oleh orang Lewi dari keluarga Kehat, bahkan orang Lewipun yang diberikan
kepercayaan khusus, dilarang untuk memegang Tabut tersebut (bdk. Bil.4:15). Kematian Uza
merupakan konsekuensi dari sikap yang tidak menghormati kehadiran Allah, yakni ketika ia
memegang tabut tersebut. Allah menyatakan eksistensiNYA di tengah umat dengan cara
memberikan hukuman kepada Uza.
Saudara-saudara, Kematian Uza berdampak pada timbulnya rasa takut Daud terhadap
TUHAN, berkaitan dengan proses pemindahan Tabut Allah ke Yerusalem (2 Sam.6:9). Ketakutan
yang dialami oleh raja Daud, memberikan bukti bahwa ia mengakui eksistensi Allah di tengah-
tengah umat Israel. Allah berkuasa dalam segala sesuatu, termasuk tindakan penghukuman
terhadap Uza. Allah akan bertindak dengan tegas, jika umat Israel melanggar aturan atau hukum
yang sudah ditetapkan. Respon takut Daud, adalah pengakuan yang tersirat tentang keberadaan
Allah sebagai Sang penguasa segala sesuatu. Saudara-saudara, marilah kita tetap dalam pengakuan
tentang keberadaan Allah dalam kehidupan kita, sehingga kita akan selalu bertindak hati-hati dan
terus membangun kehidupan yang saleh di hadapanNYA. Pengakuan terhadap keberadaan Allah,
juga akan membuat kita tetap bersemangat dan penuh pengharapan menjalani kehidupan di dunia
ini dengan segala pergumulan. Tuhan memberkati kita sekalain, AMIN
KHOTBAH KOMISI
II SAMUEL 6:11-14
Shalom..., Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, pentingnya pengakuan yang tulus dan
sungguh-sungguh dari diri kita, bahwa Allah adalah sumber berkat. Ia tetap setia menuntun,
menyertai dan mencukupi segala kebutuhan kita. Dalam pembacaan firman saat ini berkaitan
dengan tindakan Allah memberkati keluarga Obed-Edom, ketika Tabut Allah diletakkan di
rumahnya. Tabut Allah diyakini sebagai lambang kehadiran Allah di tengah-tengah kehidupan
umat. Dalam pasal 6:11 berkata: “tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom,
orang gat itu dan Tuhan memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya.”
Saudara-saudara, kematian Uza berdampak pada timbulnya rasa takut Daud terhadap
TUHAN, yakni berkaitan dengan proses pemindahan Tabut Allah ke Yerusalem (2 Sam.6:9). Daud
mengabil keputusan menunda menempatkan tabut tersebut ke Yerusalem, tapi ia membawa ke
rumah Obed-Edom (2 Sam.6:10). Obed-Edom mengambil sikap menghormati kehadiran Allah
yang dilambangkan dengan Tabut Allah. Ia menerima dan meresponi dengan baik ketika Tabut
diletakkan dalam rumahnya selam tiga bulan. Maka sebagai dampak dari sikap menghormati
kehadiran Allah, Obed-Edom dan seisi rumahnya diberkati oleh TUHAN (2 Sam.6:11). Bahkan
berita ini sampai kepada raja Daud, yakni dalam ayat 12 berkata: “…TUHAN memberkati seisi
rumah Obed-Edom dan segala yang ada padanya oleh karena tabut Allah itu.” Iman kepada Allah
telah mendatangkan berkat atas keluarga Obed-Edom.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, kita sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan, tetaplah
pada keyakinan bahwa TUHAN tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, Dia akan selalu hadir dalam
kehidupan keluarga kita, Dia akan memberkati segala sesuatu yang kita lakukan. Oleh sebab itu,
hormatilah kehadiran TUHAN, maka berkatNYA akan selalu memenuhi kehidupan keluarga kita
masing-masing. Tuhan berjanji akan selalu memberkati hidup kita, jika kita melakukan
firmanNYA. Dalam Yeremia 17:7 berkata: “diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang
menaruh harapannya pada Tuhan.” hiduplah dalam penyerahan mutlak kepada Tuhan, dengan tetap
mengandalkan dan berharap hanya kepada Dia, maka berkat melimpah akan terus mengalir dalam
kehidupan kita untuk selama-lamanya. Amin
CERITA SEKOLAH MINGGU
II SAMUEL 6 : 17 - 18 dan KELUARAN 14 : 26 – 27
MINGGU IV
STOLA : HIJAU
BAHAN PA : KOLOSE 1:15-23
Kolose adalah kota kuno di Frigia, yang terletak di Likus, yaitu muara sungai Meander.
Kota ini terletak sektiar 19 km di utara Laodikia, dan dekat jalanraya dari Efesus ke suangai Efrat.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebiha-lebihan berdasarkan
pandangan-pandangan Yahudi ( Kolose 2:16) yang bercampur baur dengan fisafat keYunanian
dengan atmosfir pemahaman adanya kekuatan-kekuatan rahasia. Paulus tidak menerima begitu saja
adanya kekuatan-kekuatan semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya
dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk Kolose 2:15. Hanya ia
menerimanya untuk memnempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan
Allah.
Paulus mendirikan gereja di Efesus pada perjalanan penginjilannya yang kedua. Ketika
sedang berada di Efesus timbul perhaitan khusus Paulus bagi jemaat di Kolose, meskipun ia belum
pernah berkunjung ke sana. Kolose dulu pernah hampir serupa dengan kota-kota perdagangan
tetangganya, yaitu Laodikia dan Hierapolis yang berkembang dengan pesat, tetapi saat ini sedang
mengalmi kemunduran. Pengajaran palsu dari Yahudi, Yunani dan Asia merembes masuk ke dalam
kota ini. Paulus meberi tanggapan atas pengajaran palsu ini, terutama gnostik yang meklaim adanya
pengetahuan dan kuasa yang tersembunyi dan mengingkari kemanusaiaan sejati Kristus.
Secara umum kitab Kolose ini terdiri dari: Doa Paulus bagi jemaat di Kolose (Kolose 1:1-
14). Keutamaan Yesus Kristus (Kolose1:15-2:5). Mengenai ajaran sesat (Kolose2:6-23). Nasihat
untuk kehidupan orang beriman (Kolose 3:1-17). Panduan hidup orang Kristen (Kolose 3:18-4:1).
Nasihat sekaligus motivasi terakhir (Kolose4:2-18)
Dalam konteks pembacaan hari ini khusunya daam Kolose 1:15-23, lebih memusatkan
perhatian kepada menjadikan Yesus Kristus sebagai yang terpenting dan mendasar dengan
menampilakan keistimewan, keunggulan, kehebatan, keutamaan dan karyaNya dalam kehidupan
jemaat. Selain itu juga mengarahkan kehidupan orang beriman pada respons berupa sikap hidup
terhadap Dia yang menjadi obyek iman orang percaya.
KHOTBAH MINGGU
KOLOSE 1:15-23
MISI GEREJA DI TENGAH REALITA
Saudara yang diberkati dan yang mengasihi Tuhan Yesus. Marilah kita bersyukur, sebab kasih
karunia Tuhan masih dinyatakan dalam hidup pribadi dan keluarga serta jemaat sampai hari ini.
Hari ini menjadi momentum atau saat yang berbahagia bagi kita semua untuk tetap menikmati
persekutuan dengan Tuhan Yesus dan umatNya yang hadir saat ini. Adalah menjadi kebanggan bagi
kita semua selaku anggota tubuh Kristus untuk menghadapi realita kehidupan sambil menjalankan
misi atau tugas yang dipercayakanNya bagi kita semua.
Melalui pembacaan Alkitab pada kesempatan ini, kembali kita diingatkan tetantang tugas kita
selaku gereja di dunia ini, yang melalui pembacaan hari ini setidak-tidaknya mengingatkan kita
bahwa setiap misi ada umatNya dan setiap umatNya ada misi yang harus dilakukan di dunia ini.
Pertanyaan sekarang ialah apa misi atau tugas kita selaku gerejaNya menghadapi setiap realita yang
akrab dengan kehidupan kita setiap hari? Hal-hal yang perlu kita lakukan dalam hidup beriman
selaku gereja Tuhan masa kini adalah :
Pertama : Memberitakan Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Gereja telah mejadi media
pemberitaan Injil dan akan terus dipakai Tuhan sesekarang dan di masa yang akan datang.
Dinamika pemberitaan itu telah dilakukan rasul Paulus pada zamannya, termasuk ketika dia
memberitakan doktrin atau ajaran tentang Yesus Kristus kepada jemaat di Kolose. Penekanan
penting dalam pemberitaan tentang Yesus Kristus yang diajarkan Paulus dalam konteks ini lebih
memotivasi jemaat di Kolose untuk tetap memiliki kebanggaan iman dan memberitakan hal-hal
yang penting tentang Yesus Kristus sebagai yang diberitakannya antara lain:
Memberitakan mengenai KeilahianNya sebagaimana disebutkannya dalam Kolose 1:15, “Ia
adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang
diciptakan….” Juga dikatakan pada ayat 19 “Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di
dalam Dia.”
Selanjutnya memberitakan mengenai karya penciptaanNya seperti yang dikatakan dalam
Kolose 1:16, “…karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan
yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan,
baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.” Kemudian
memberitakan mengenai waktu kehadiranNya dinyatakan sebagaimana dinyatakan juga pada ayat
17, “Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.”
Berikutnya memberitakan mengenai kedudukanNya dalam jemaat diungkapkan dalam Kolose
1:18, “Ialah Kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara
orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.” Bahkan yang tidak kalah
pentingnya adalah memberitakan mengenai karya penyelamatanNya, dikatakan pada ayat 20 “...dan
oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun
yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.” Bahkan ayat-
ayat sebelumnya menegaskan seperti dalam Kolose 1:13-14 “Ia telah melepaskan kita dari kuasa
kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita
memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa.”
Bila kita perhatikan penegasan rasul Paulus kepada jemaat di Kolose pada pasal 1:28, ada
ungkapan yang mendasar yang menjadi inti pemberitaannya. Tidak ada pilihan lain yang
ditegaskannya dalam misinya, selain memberitakan Kristus baik dalam meberi nasihat, mengajar
dan bahkan memimpin tiap-tiap orang pada kesempurnaan Yesus Kristus. Ada dua hal yang dapat
menjadi motivasi dan inspirasi bagi tugas pemberitaan tentang Yesus Kristus dalam bagian ini.
Pertama bahwa obyek iman kita bukanlah sesuatu yang samar-samar atau kurang jelas. Obyek
iman kita adalah Yesus Kristus Dia adalah pribadi Allah, Dia Pencipta, Dia sebagai Kepala Jemaat,
Dia Penebus dosa dan Penyelamat kita, dan Yesus Kristus sendiri telah menyatakan, “…Akulah
jalan, kebenaran dan hidup tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui
Aku” (Yohanes 14:6).
Hal yang kedua, jadikan Dia sebagai kebanggaan hidup dan pelayanan kita. Orientatasi hidup
bergereja yang cenderung kehilangan kebanggaan terhadap Yesus Kristus, akan berhadapan dengan
disorietasi hidup beriman yang cenderung pada merebut kekuasaan, kedudukan, popularitas diri dan
kemegahan duniawi yang merusak tatanan hidup jemaat dan masyarakat. Pada akhirnya bukan
memberitakan tentang Yesus Kristus melalui gerejaNya, melainkan meberitakan berita-berita yang
tidak membangun. Padahal seharusnya kita memberitakan berita yang menata kehidupan yang lebih
baik untuk kepentingan dan keutuhan umatNya.
Kedua: Mengaktualisasikan Iman dalam Realita. Kita diperhadapkan dengan sejumlah
realita dan pada saat yang sama iman kita terus ditantang menghadapi pengalaman yang nyata.
Keyakinan yang kokoh, iman yang kuat, persekuatan yang mapan, jemaat punya daya tahan, daya
tarik dan daya juang bagi kemajuan gerejaNya adalah dambaan kita semua. Namun semuanya itu
tidak akan berdampak pada kemajuan gereja, kalau kita hanya mengatakannya tapi tidak
mengaktualisasikan atau mewujudnyatakan dalam hidup setiap hari.
Dalam penilaian rasul Paulus, jemaat di Kolose memerlukan penguatan dengan kehadiran
Yesus Kristus di dalam hidup mereka dan mengharapkan mereka hidup di dalam Yesus Kristus.
Persoalannya adalah keberadaan hidup masa lalu mereka yang jauh dari Allah dan memusuhiNya
dalam hati dan pikiran yang diwujud nyatakan dalam tindakan atau perbuatan yang jahat (baca
Kolose 1:21). Hal itu terjadi karena pengaruh pengajaran dengan fisafatnya yang kosong dan palsu
menurut ajaran turun-termurun dan roh-roh dunia dan tidak menurut Kristus (Kolose 2:8)
Karena itu rasul Paulus berupaya meyakinkan mereka bahwa, dengan karya pendamain yang
dikerjakan Yesus Kristus bagi mereka, mereka telah ditempatkan dalam status yang baru, yang
kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapanNya (Kolose 1:22). Atas dasar pemahaman iman
inilah maka perlu ada sikap dan pendirian hidup beriman yang mencerminkan status yang baru itu.
Aktualisasi atau wujud nyata dari kehidupan yang baru itu adalah seperti yang dinyatakan
dalam bacaan hari ini. Bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang dan jangan mau
digeser dari pengharpan akan Injil, yang telah mereka dengar dan yang telah dikabarkan ke seluruh
alam dibawah langit (bdk Kolose 1:23).
Gereja Tuhan masa kini berada dalam tantangan yang luar biasa, baik interen atau di dalam
diri gereja maupun eksteren atau dari luar gereja. Kekuatan apapun yang mempengaruhi gerejaNya
masa kini, mengisyaratkan kepada kita bahwa tidak ada pilihan lain untuk tetap yakin bahwa
Kepala gereja yaitu Yesus Kristus akan memberikan pertolongan. Dan umatNya harus tetap
bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak mau digoncangan oleh berita dan certita apapun selain
tetap beriman dan berpengharapan bahwa Tuhan akan menolong kita selaku gerejaNya menghadapi
fakta dan realita apapun.
KHOTBAH KEPEL
KOLOSE 1: 15 – 20
KEBANGGAAN HIDUP BERIMAN
KHOTBAH KOMISI
KOLOSE 1:21-23
“TETAP HIDUP SEBAGAI ORANG BERIMAN”
Salam sejahtera untuk kita semua..... jemaat yang beriman kepada Tuhan, untuk
mempertahankan hidup beriman rasul Paulus telah menyampaikan eksistensi atau keberadaan hidup
yang lama jemaat di Kolose. Kondisi hidup yang jauh dari Allah bahkan memusuhiNya menjadi
pemicu hidup dalam kejahatan. Artinya tidak mungkin hidup benar, bila jemaat di Kolose jauh dari
Allah sumber berkat dan penentu hidup mereka.
Tidaklah mudah menghadapi bahkan mengubah kondisi seperti ini, namun keputusan iman
yang sudah diambil orang beriman di Kolose, menjadi jalan masuk rasul Paulus untuk meneguhan
iman mereka agar tetap hidup sebagai orang beriman dengan kehidupan yang benar dan terlepas
dari kejahatan bahkan untuk mengaktualisasikan atau mewujudnyatakan iman mereka.,
Pola hidup yang benar dan yang berdasarkan iman ditekankan rasul Paulus dengan
mengemukankan dua hal sangat penting. Pertama orang beriman akan tetap beriman bila sudah
diperdamaikan dengan Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus (baca Kolose 1:22).
Tubuh Yesus Kristus yang disalibkan, disalibkan untuk memposisikan atau menempatkan
orang yang percaya kepadaNya memperoleh penyucian sehingga dapat hidup tak bercelah dan tak
bercacat di hadapanNya. Meyakini karya penebusan Yesus Kristus ini akan menjadikan orang
beriman tetap beriman kepdaNya. Yang kedua rasul Paulus mengisyaratkan suatu tanggung jawab
beriman yang menuntut keharusan untuk bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak
bergoncangkan, dan tidak mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah mereka dengar dan yang
telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang oleh karenanya rasul Paulus, telah
menjadi pelayan (bdk Kolose 1:23)
Selaku gereja Tuhan masa kini, kita diajak untuk tetap sebagai orang beriman dengan
meyakini Tuhan Yesus sebagai obyek iman kita, karena Dia telah mengorbankan diriNya untuk
penebusan dan penyucian dosa melalui karya penyelamatanNya di atas kayu salip. Juga pada saat
yang sama bentuk-bentuk perwujudan hidup beriman ditampilkan bahkan diekspresikan dengan
cara, hidup dalam ketekunan dan keteguhan iman yang berakar pada pengharapan akan Injil Yesus
Kristus. Dengan demikian praktek kehidupan iman setiap hari seperti ini dapat mengalahkan
pengaruh dan intervensi kehidupan dunia yang semakin tak menentu sekarang ini.
Dengan demikian kita akan selalu berada dalam kehidup beriman kita dan memegang
prisnsip hidup beriman yang kokoh, yakini LEBIH BAIK TETAP HDUP SEBAGAI ORANG
BERIMAN dan TETEP HIDUP SEBAGAI ORANG BERIMAN YANG LEBIH BAIK. Tuhan
memberkati kita semua. Amin.
Adik-adik. . . . apakah kalian pernah ada di tempat yang gelap?... apa yang dapat kalian lihat di
tempat yang gelap? So pasti semua tidak begitu jelas bahkan tidak kelihatan apa-apa bukan?...
Nah adik-adik ada seorang yang bernama Saulus, dia adalah orang yang tadinya tidak
percaya kepada Tuhan Yesus. Suatu saat si Saulus mendengar bahwa ada begitu banyak orang yang
percaya dan mengikut Tuhan Yesus. Lalu Saulus berniat jahat, dia ingin menangkap orang-orang
Kristen pada masa itu. Saulus kemudian meminta injin kepada Imam Besar Yahudi di Damsyik agar
dia diluaskan untuk menangkap siapa saja yang mengikuti jalan Tuhan.
Kemudian Saulus bergegas menuju ke Damsyik mau menangkap orang Kriesten. Sementara
Saulus bersemangat ingin menangkap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, dan saat dia dalam
perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit
mengelilingi dia. Cahaya itu meliputi Saulus dan dia sangat kebingungan. Saulus tidak mampu
memandang cahaya yang tiba-tiba mengelilinginya itu. Pada saat itu terdengarlah suara di
sekitarnya yang berkata "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?"
Adik-adik pada saat itu Saulus dalam kedaan bingung, dia tidak dapat berbuat apa-apa, satu-
satunya yang dapat dia lakukan adalah, bertanya. Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-
Nya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu.”
Adik-adik saat itu berkatlah Tuhan Yesus kepadaNya “Tetapi bangunlah dan pergilah ke
dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat. Perhatikan adik-adik,
Saulus mengambil keputusan iman untuk mentaati perkataan Tuhan kepadanya.
Pada saat Saulus ingin mengikuti perintah Tuhan, Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka
matanya, tetapi apa yang terjadi adik-adik? Ia, Saulus tidak dapat melihat apa-apa; mereka harus
menuntun dia masuk ke Damsyik. Saulus mengalami kesulitan untuk melihat, bahkan tiga hari
lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya juga ia tidak makan dan minum.
Adik-adik pernahkan kalian tidak melihat selama 3 hari? Pernahkah kalian tidak makan
selama 3 hari? Betapa sulitnya Saulus menghadapi keadaan ini. Namun Tuhan punya rencana yang
sempurna. Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Tuhan menyeruhnya untuk
menjumpai Saulus dan dengan pertolongan Tuhan saat perjumpaannya dengan Ananias, Ananias
menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah
menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya
engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus."
Saat itu adik-adik terjadilah mujizat sebab seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari
matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis. Dan setelah ia makan, pulihlah
kekuatannya. Adik-adik setelah Saulus dapat melihat dan dikuatkan kembali oleh Tuhan, maka saat
itu juga Saulus memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah
Anak Allah.
Sekarang adik-adik melalui ceritera ini kita dingatkan agar jangan menganiaya umat Tuhan,
dan kalau kita dipulihkan Tuhan dan dikuatkanNya, pakailah kekuatan itu untuk memberitakan
Yesus di mana saja, kapan saja dan terhadap siapa saja. Adik-adik, lebih baik memberitakan Injil,
dan beritakan Injil lebih baik. Amin.
MINGGU V
STOLA : HIJAU
BAHAN PA : KOLOSE 3 : 5 - 17
Perikop pembacaan Surat Kolose Pasal 3:5-17 ini adalah bagian dari surat Rasul Paulus
yang mengemukakan tentang aturan hidup yang kudus sebagai orang-orang yang telah hidup baru.
Aturan hidup tersebut terdiri dari dua bagian yakni ;
a. Ayat 5-10 Nasihat supaya menjauhi perbuatan-perbuatan yang bersifat duniawi sebagai
tampilan kehidupan baru dan meninggalkan kehidupan lama.
b. Ayat 11-17 Mengajarkan tentang etika moral persekutuan.
Pada dasarnya tujuan pengajaran Paulus bersifat Kristosentris, semuanya berorientasi pada
Kristus, karena itu tuntutan hidup kudus merupakan syarat yang paling utama seperti halnya
mematikan sifat dari pada percabulan, kenajisan, hawa nafsu dan nafsu jahat juga keserakahan
alasannya adalah karena Kristus telah memperbaharui kehidupan jemaat. Hal ini dimaksudkan demi
untuk menjawab pergumulan jemaat di Kolose, yang mengalami tantangan dengan adanya ajaran
palsu, yang berorientasi pada aturan-aturan yang mengikat seperti ibadah-ibadah yang khusuk,
bersifat asketik yaitu dengan melakukan ibadah di tempat-tempat yang sepi, bertapa untuk
menahan hawa nafsu, cara peribadatan ini justru mengabaikan nilai persekutuan karena lebih
berorientasi pada kemampuan diri sendiri keinginan sendiri. Sebenarnya jemaat yang ada di Kolose
itu adalah jemaat yang memiliki pertumbuhan iman yang baik sehingga memberikan sukacita
tersendiri dalam pelayanan Paulus. Itulah sebabnya Paulus mengarahkan jemaat agar benar-benar
mereka hidup baru di dalam Kristus. Caranya adalah mereka harus bersedia untuk dikendalikan oleh
Kristus, bukan dengan keinginan pribadi. Selanjutnya bersedia menghilangkan segala keinginan
yang mereka lakukan sewaktu masih dalam kehidupan yang lama.
Adapun hal-hal yang diungkapkan oleh Paulus dalam pembacaan ayat 5-8 lebih cenderung
bersifat pribadi, karena sifat-sifat buruk yang diungkapkan oleh Paulus menyangkut moralitas
seseorang. Kemudian Mulai ayat 9-17 ajaran Paulus mengarah pada persekutuan, karena hal-hal
yang diajarkan bersifat etika-moral persekutuan atau norma-norma, aturan untuk bagaimana hidup
dalam persekutuan. Pada dasarnya apa yang dikehendaki oleh Paulus adalah supaya segala sesuatu
berlangsung sesuai dengan kehendak Kristus, melalui motivasi dan pengajaran tentang kehidupan
baru yang harus berlangsung secara terus-menerus. Bukan hanya sekedar tampilan melalui ibadah-
ibadah yang khusuk pada hal tidak meresap sampai mendalam ke hati serta terbukti lewat tindakan.
KHOTBAH MINGGU
KOLOSE 3:5-17
KHOTBAH KEPEL
KOLOSE 3:5-10
KHOTBAH KOMISI
KOLOSE 3:12-14