Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

Metode dan Stategi Pembelajaran Biologi

“Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir, dan strategi


pembelajaran kooperatif, serta strategi pembelajaran kontekstual.”

Dosen pembimbing :
Nanda Gusriani, S. Pd., M. Pd

Disusun oleh kelompok 6 :

1. Ismawati (207190040)
2. Riska haerani (207190010)
3. Putri nurul hidayati (207190008)
4. Nur arifah mardiah hrp (207190032)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada allah swt yang

masih memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan

tugas ini tepat waktunya. Makalah ini merupakn tugas dari mata kuliah “

Metode dan Strategi Pembelajaran Biologi “, yang mana dengan tugas ini

kami sebgai mahasiswa dapat mengetahui materi yang diberikan.

Makalah yang berjudul “Strategi pembelajaran peningkatan

kemampuan berpikir, dan strategi pembelajaran kooperatif, serta strategi

pembelajaran kontekstual”. dengan segala kerendahan hati, saran – saran

dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca dan

berbagai pihak guna peningkatan pembuatan nakalah pada tugas yang

lain dan pada waktu mendatang.

Akhirnya kami sampaikan terimakasih atas perhatiannya terhadap

makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi

diri kami dan khususnya pembaca pada umumnya.

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1
1.3 Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat dan pengertian SPPKB ................................................ 4
2.2 Latar Belakang Filosofis dan Psikologis SPPKB.................... 5
2.2.1 Latar Belakang Filosofis .................................................. 5
2.2.2 Latar Belakang Psikologis............................................... 6
2.2 Hakikat Kemampuan Berpikir dalam SPPKB ........................... 6
2.3 Karakteristik SPPKB ..................................................................... 7
2.4 Perbedaan SPPKB dengan Pembelajaran Konvensional ...... 8
2.5 Tahapan-tahapan Pembelajaran SPPKB ................................. 9
2.6 Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) .................. 10
2.8 Karakteristik dan Prinsip-prinsip SPK ....................................... 11
2.8.1 Karakteristik SPK .............................................................. 11
2.8.2 Prinsip Prinsip SPK .......................................................... 13
2.9 Prosedur pembelajaran kooperatif .......................................... 15
2.10 Keunggulan dan kelemahan SPK............................................ 16
2.10.1 Keunggulan Sistem Pendukung Keputusan............... 16
2.10.2 Kekurangan Sistem Pendukung Keputusan (SPK)... 17
2.11 Berbagai metode dan sumber-sumber pembelajaran
kooperatif ............................................................................................... 18
2.12 Konsep Dasar CTL .................................................................... 21
2.13 Latar Belakang Filosofi Dan Psikologis CTL ........................... 21
2.13.1 Latar Belakang Filosofis ................................................ 21
2.13.2 Latar Belakang Pskologis .............................................. 22
ii
iii

2.14 Perbedaan CTL Dengan Pembelajaran Konvensional ......... 23


2.15 Peran Guru Dan Siswa Dalam CTL ........................................ 25
2.16 Asas-asas CTL ........................................................................... 25
2.17 Pola Dan Tahapan Pembelajaran ............................................ 27
2.17.1 Pola Pembelajaran Konvensional ................................ 27
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 29
3.2 Sasaran........................................................................................ 30

Daftar Pustaka ........................................................................................ 31


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir (SPPKB)

merupakan strategi pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan

kemampuan berfikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman

anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang di ajukan. SPPKB

menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar. Hal

ini sesuai dengan hakikat SPPKB yang tidak mengharapkan siswa

sebagai objek belajar yang hanya duduk mendengarkan penjelasan guru ,

kemudian mencatat yang berhubungan dengan penguasaan materi

pelajaran dan mencatat ubtuk di hafalkan. SPPKB merupakan strategi

pembelajaran yang mana tujuan akhir dari pembelajarannya adalah siswa

terlatih mengungkapkan ide-ide untuk memecahkan permasalahan yang

berhubungan dengan materi yang diajarkan. Tidak hanya memecahkan

permasalahan, siswa juga terlatih dalam berfikir kritis dan kreatif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hakikat dan pengertian SPPKB ?

2. Bagaimana latar belakang filosofis dan psikologis SPPKB ?

3. Bagaimana hakikat kemampuan berfikir dalam SPPKB ?

4. Apa saja karakteristik SPPKB ?

5. Apa perbedaan SPPKB dengan pembelajaran konvensional?

6. Apa saja tahapan – tahapan pembelajaran SPPKB ?

7. Bagaimana skonsep strategi pembelajaran pembeljaran kooperatif

(SPK) ?
1
2

8. Apa saja karakteristik dan prinsip – prinsip SPK ?

9. Apa saja prosedur pembelajaran kooperatif

10. Apa saja keunggulan dan kelemahan SPK?

11. Apa saja metode dan sumber-sumber pembelajaran koopertif ?

12. Apa saja konsep dasar CTL?

13. Apa latar belakang filosofis dan psikologis CTL?

14. Apa saja perbedaan CTL dengan pembelajran konvensional?

15. Apa saja peran guru dan siswa dalam CTL ?

16. Apa saja azas – azas CTL ?

17. Apa saja pola dan tahapan pembelajaran CTL ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui hakikat dan pengertian SPPKB

2. Untuk mengetahui latar belakang filosofis dan psikologis SPPKB

3. Untuk mengetahui hakikat kemampuan berfikir dalam SPPKB

4. Untuk mengetahui karakteristik SPPKB

5. Untuk mengetahui perbedaan SPPKB dengan pembelajaran

konvensional

6. Untuk mengetahui tahapan – tahapan pembelajaran SPPKB

7. Untuk mengetahui konsep strategi pembelajaran pembeljaran

kooperatif (SPK)

8. Untuk mengetahui karakteristik dan prinsip – prinsip SPK

9. Untuk mengetahui prosedur pembelajaran kooperatif

10. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan SPK


3

11. Untuk mengetahui metode dan sumber-sumber pembelajaran

koopertif

12. Untuk mengetahui konsep dasar CTL

13. Untuk mengetahui belakang filosofis dan psikologis CTL

14. Untuk mengetahui perbedaan CTL dengan pembelajran

konvensional

15. Untuk mengetahui peran guru dan siswa dalam CTL

16. Untuk mengetahui azas – azas CTL

17. Untuk mengetahui pola dan tahapan pembelajaran CTL


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat dan pengertian SPPKB

Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir

SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada

pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta

atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang

diajukan.

Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian diatas:.

1. SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada

perkembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin

dicapai oleh SPPKB adalah bukan sekadar siswa dapat menguasai

sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat

mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan

berbahasa secara verbal.

2. Telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan

dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan

gagasan dan ide-ide didasarkan pada pengalaman sosial anak

dalam kehidupan sehari-hari dan atau berdasarkan kemampuan

anak untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap

berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan

sehari-hari.

3. Sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan

masalah- masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.

4
5

2.2 Latar Belakang Filosofis dan Psikologis SPPKB

2.2.1 Latar Belakang Filosofis

Pembelajaran adalah proses interaksi baik antara manusia dengan

manusia ataupun antara manusia dengan manusia dengan lingkungan.

Dilihat dari bagaimana pengetahuan itu bisa diperoleh manusia, dapat

didekati dari dua pendekatan yang berbeda, yaitu pendekatan rasional

dan empiris.

Rasionalisme menyatakan bahwa pengetahuan menunjuk kepada

objek dan kebenaran itu merupakan akibat deduksi logis. Aliran rasionalis

menekankan pada rasio, logika, dan pengetahuan deduktif. Berbeda

dengan aliran rasionalis, aliran empiris lebih menekankan kepada

pentingnya pengalaman dalam memahami setiap objek. Aliran ini

memandang bahwa semua kenyataan itu diketahui melalui indra dan

kriteria kebenaran itu adalah kesesuaian dengan pengalaman.

Dengan demikian, pandangan empirisme menekankan kepada

pengalaman dan pengetahuan induktif. Dalam proses pembelajaran

berpikir, pengetahuan tidak diperoleh hasil transfer dari orang lain. Akan

tetapi pengetahuan diperoleh melalui interaksi mereka dengan objek,

fenomena, pengalaman dan lingkungan yang ada. Suatu pengetahuan

dianggap benar manakala pengetahuan tersebut berguna untuk

menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang muncul.

Aliran konstruktivisme menganggap bahwa pengetahuan tidak dapat

ditransfer begutu saja dari seseorang kepada orang lain, tetapi harus di

interpretasikan sendiri oleh masing-masing individu. Oleh sebab itu, model


6

pembelajaran berpikir menekankan kepada aktivitas siswa untuk mencari

pemahaman akan objek, menganalisis, dan mengkonstruksinya sehingga

terbentuk pengetahuan baru dalam diri individu.

2.2.2 Latar Belakang Psikologis

Landasan psikologis SPPKB adalah aliran psikologis kognitif.

Menurut aliran kognitif, belajar pada hakikatnya merupakan peristiwa

mental, bukan peristiwa behavioral. Sebagai peristiwa mental perilaku

manusia tidak semata-mata merupakan gerakan fisik saja, akan tetapi

yang lebih penting adalah adanya faktor pendorong yang menggerakkan

fisik itu. Sebab manusia selamnya memiliki kebutuhan yang melekat

dalam dirinya. Kebutuhan itulah yang mendorong manusia untuk

berperilaku. Dalam perspektif psikologi kognitif sebagai landasan SPPKB,

belajar adalah proses aktif individu dalam membangun pengetahuan dan

pencapaian tujuan. Artinya, proses belajar tidaklah tergantung kepada

pengaruh dari luar, tetapi sangat tergantung kepada individu yang belajar

student centered.

2.2 Hakikat Kemampuan Berpikir dalam SPPKB

Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir atau SPPKB

merupakan model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan

dan peningkatan kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berpikir

memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, oleh sebab itu

kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam mengembangkan

kemampuan berpikir. Artinya, belum tentu seseorang yang memiliki

kemampuan mengingat dan memahami memiliki kemampuan juga dalam


7

berpikir. Sebaliknya, kemampuan berpikir seseorang sudah pasti diikuti

oleh kemampuan mengingat dan memahami. Berdasarkan penjelasan di

atas, maka SPPKB bukan hanya sekedar model pembelajaran yang

diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami berbagai

data, fakta, atau konsep akan tetapi bagaimana data, fakta dan konsep

tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir

siswa dalam menghadapi dan memecahkan suatu problem.

2.3 Karakteristik SPPKB

SPPKB memiliki 3 karakteristik utama, yaitu sebagai berikut :

a. Proses pembelajaran pada SPPKB menekankan pada proses mental

siswa secara maksimal.SPPKB bukan model pembelajaran yang

hanya menuntut siswa sekadar mendengar dan mencatat, tetapi

menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir.

b. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan

untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa,

yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa

untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

c. SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada

dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar.

Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir,

sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan

dan penguasaan materi pembelajaran baru.


8

2.4 Perbedaan SPPKB dengan Pembelajaran Konvensional

Ada perbedaan pokok antara SPPKB dengan pembelajaran yang

selama ini banyak dilakukan guru. Perbedaan tersebut adalah :

1. SPPKB menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar, artinya

peserta didik berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran

dengan cara menggali pengalamannya sendiri; sedangkan dalam

pembelajaran konvensional peserta didik ditempatkan sebagai objek

belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.

2. Dalam SPPKB, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata

melalui penggalian pengalaman setiap siswa; sedangkan dalam

pembelajaran konvensioanal pembelajaran bersifat teoritis dan

abstrak.

a. Dalam SPPKB, perilaku dibangun atas kesadaran diri, sedangkan

dalam pembelajaran konvensional perilaku dibangun atas proses

kebiasaan.

b. Dalam SPPKB, kemampuan didasarkan atas penggalian

pengalaman; sedangkan dalam pembelajaran konvensional

kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.

c. Dalam SPPKB, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri

sendiri; sedangkan dalam pembelajaran konvensional tindakan atau

perilaku didasarkan oleh faktor dari luar dirinya.

d. Dalam SPPKB, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu

berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya. Dalam

pembelajaran konvensional, hal ini tidak mungkin.


9

e. Tujuan yang ingin dicapai oleh SPPKB adalah kemampuan siswa

dalam proses berpikir untuk memperoleh pengetahuan, maka kriteria

keberhasilan ditentukan oleh proses dan hasil belajar; sedangkan

dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran

biasanya diukur dari tes.

2.5 Tahapan-tahapan Pembelajaran SPPKB

SPPKB menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam

belajar. Hal ini sesuai dengan hakikat SPPKB yang tidak hanya

mengharapkan peserta didik sebagai objek belajar yang hanya duduk

mendengarkan penjelasan guru. Ada 5 tahap dalam SPPKB sebagai

berikut :

1. Tahapan orientasi

Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk

melakukan pembelajaran.

2. Tahap pelacakan

Tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan

dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan

dibicarakan.

3. Tahap konfrontasi

Tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan

tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Tahapan terpenting dalam

SPPKB. Pada tahap inilah siswa belajar berpikir yang sesungguhnya.

Melalui tahapan ini, siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang

dihadapi.
10

4. Tahap akomodasi

Tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui proses

penyimpulan.

5. Tahap transfer

Tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah

yang disajikan. Pada tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas yang

sesuai dengan pokok pembahasan.

2.6 Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar

yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk

mencapai tujuan belajar yang telah dirumuskan.

Ada empat unsur penting dalam SPK, yaitu :

1. adanya peserta dalam kelompok;

2. adanya aturan kelompok;

3. adanya upaya belajar setiap anggota kelompok;

4. adanya tujuan yang harus dicapai.

Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam

setiap kelompok belajar. Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang

menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai

peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok. Upaya belajar

adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang

telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan

dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Aspek tujuan

dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan, dan


11

evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat

memahami sasaran setiap kegiatan belajar.

Salah satu dari strategi dari model pembelajaran kelompok adalah

strategi pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan

model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim

kecil. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika

kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.pengiring

sebagai relasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap

lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan

suka memberi pertolongan pada yang lain.

2.8 Karakteristik dan Prinsip-prinsip SPK

2.8.1 Karakteristik SPK

Pembelajaan kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran lain.

Perbedaan itu dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih

menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang

ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian

penguasaan bahan pelajaran. Tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk

penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri

khas dari pembelajaran kooperatif.

Menurut Suyanti (2010: 99-100) karakteristik pembelajaran

kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim

merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus
12

mampu membuat siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok)

harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk

itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan

tim.

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi

pokok yaitu Perencanaan, Organisasi, Pelaksanaan, dan Kontrol.

Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Perencanaan

menunjukkan bahwa pembelajaran memerlukan perencanaan yang

matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Pelaksanaan

menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai

dengan perencanaan melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah

ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati

bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok.

Oleh sebab itu, perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota

kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran

kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun

non tes.

c. Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan

secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan

dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan

saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi
13

juga ditanamkan perlunya saling membantu, misalnya siswa yang pintar

membantu siswa yang kurang pintar.

d. Keterampilan bekerja sama

Kemampuan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui

aktivitas dan kegiatan yang tergambar dalam keterampilan bekerja sama.

Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup

berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu

mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi,

sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan

pendapat dan memberi kontribusi kepada keberhasilan kelompok.

2.8.2 Prinsip Prinsip SPK

Ada lima prinsip Pembelajaran Kooperatif,yaitu:.

1. Saling ketergantungan positif, yaitu siswa saling berkaitan dengan

siswa lain dalam kelompoknya untuk mencapai suatu tujuan.

Pencapaian tujuan dicapai melalui upaya bersama berdasarkan

prinsip “saya memerlukan kamu dan kamu memerlukan saya untuk

bisa mencapai tujuan”. Siswa berbagi peran dan tugas, satu sama

lain saling bergantung, dan keberhasilan seseorang akan

menentukan keberhasilan siswa lainnya.

2. Akuntabilitas individual, yaitu siswa belajar bersama, tetapi setiap

individu dituntut untuk mempertanggungjawabkan hasil belajarnya.

Ini berarti satu upaya dari seorang siswa akan mempengaruhi upaya

siswa lain. Setiap tujuan pembelajaran harus jelas dan dapat di

pahami siswa serta ada keyakinan bahwa siswa akan mampu


14

melakukannya. Ketika siswa berhasil mencapai tujuan secara

berkelompok, siswa juga berhasil secara individual.

3. Interaksi promotif diantara sesame siswa, yaitu kegiatan kognitif dan

interpersonal siswa secara dinamis terjadi karena setiap siswa

mendorong siswa lainnya untuk belajar .

Contoh : kegiatan tersebut adalah penjelasan bagaimana

memecahkan masalah, mendiskusikannya, dan menghubungkan

pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang baru didapat. Ini

terjadi bila interaksi promotif sesama siswa terbangun dan dijadikan

komitmen untuk meraih pencapaian tujuan bersama.

4. Keterampilan kolaboratif adalah keterampilan siswa dalam

mendengar siswa lain, memecahkan konflik, ,mendukung dan

memotivasi siswa lain, mengambil inisiatif , menunjukkan ekspresi

senang mana kala siswa lain berhasil, dan mampu mengkritisi ide

gagasan siswa lain (bukan mengkritisi orangnya). Keterampilan

seperti ini perlu ditunjukkan oleh siswa secara kolaboratif. Guru perlu

membuat pernyataan verbal secara jelas, menjadi model , dan

mengecek pemahaman siswa melalui berbagai pertanyaan.

5. Dinamika kelompok merupakan tingkah laku sebagai bentuk interaksi

antara anggota kelompok, pemimpin kelompok dan antar kelompok

satu dengan lain. Kekuatan yang muncul dari dinamika kelompok

adalah membentuk kerja sama yang saling menguntungkan dalam

mengatasi permasalahan hidup, menciptakan iklim demokratis dalam

kehidupan masyarakat dengan memungkinkan setiap individu


15

memberikan masukan, berinteraksi , dan memiliki peran yang sama

dalam masyarakat.

2.9 Prosedur pembelajaran kooperatif

Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat

tahap yaitu;

1) Penjelasan Materi

Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-

pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan

utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap materi pokok

pelajaran.

2) Belajar dalam Kelompok

Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok

materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada

kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya.

Pengelompokkan dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen,

artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap

anggotanya, baik perbedaan gender, latar belakang agama, social-

ekonomi, dan etnik, serta perbedaan kemampuan akademik.

3) Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif biasa dilakukan dengan tes

atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara

kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi

kemampuan setiap siswa, dan tes kelompok akan memberikan informasi

kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah


16

penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki

nilai sama dalam kelompoknya.

4) Pengakuan Tim

Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang

dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian

diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian

penghargaan tersebut diharapakan dapat memotivasi tim untuk terus

berprestasi dan juga membengkitkan motivasi tim lain untuk lebih

mampu meningkatkan prestasi mereka.

2.10 Keunggulan dan kelemahan SPK

2.10.1 Keunggulan Sistem Pendukung Keputusan

Memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses

data/informasi untuk pengambilan keputusan.Menghemat waktu yang

dibutuhkan untuk memecahkan masalah, terutama berbagai masalah

yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.Menghasilkan solusi dengan

lebih cepat dan hasilnya dapat diandalkan.Mampu memberikan berbagai

alternatif dalam pengambilan keputusan, meskipun seandainya Sistem

Pendukung Keputusan (SPK) tidak mampu memecahkan masalah yang

dihadapi oleh pengambil keputusan, namun dapat digunakan sebagai

stimulan dalam memahami persoalan.Memperkuat keyakinan pengambil

keputusan terhadap keputusan yang diambilnya.Memberikan keuntungan

kompetitif bagi organisasi secara keseluruhan dengan penghematan

waktu, tenaga dan biaya.


17

2.10.2 Kekurangan Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

Walaupun dirancang dengan sangat teliti dan mempertimbangkan

seluruh faktor yang ada, Sistem Pendukung Keputusan (SPK) mempunyai

kelemahan atau keterbatasan diantaranya yaitu :

1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang

tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem

tidak semuanya mencerminkan persoalan sebenarnya.

2. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) terbatas untuk memberikan

alternatif dari pengetahuan yang diberikan kepadanya (pengatahuan

dasar serta model dasar) pada waktu perancangan program

tersebut.

3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh Sistem Pendukung

Keputusan (SPK) biasanya tergantung juga pada kemampuan

perangkat lunak yang digunakan.

4. Harus selalu diadakan perubahan secara kontinyu untuk

menyesuaikan dengan keadaan lingkungan yang terus berubah agar

sistem tersebut selalu up to date.Bagaimanapun juga harus diingat

bahwa Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dirancang untuk

membantu/mendukung pengambilan keputusan dengan mengolah

informasi dan data yang diperlukan dan bukan untuk mengambil alih

pengambilan keputusan.
18

2.11 Berbagai metode dan sumber-sumber pembelajaran kooperatif

Metode dan sumber-sumber Pembelajaran Kooperatif (Cooperative

Learning).Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun

2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran

yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang

dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan

pengajaran yang matang oleh guru.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model

pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem

pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar

kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah

lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan

positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja

sama, dan proses kelompok.

Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif (pembelajaran

gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang

menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.Pembelajaran

kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada

sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara

sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang

terdiri dari dua orang atau lebih.


19

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran

yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif

merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota

kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus

saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi

pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum

selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan

pelajaran.

Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa

model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar

kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan

pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David

Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap

pembelajaran kooperatif, untuk itu harus diterapkan lima unsur model

pembelajaran gotong royong yaitu :

1. Saling ketergantungan positif.

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap

anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar

perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota

kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat

mencapai tujuan mereka.


20

2. Tanggung jawab perseorangan.

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model

pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab

untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model

pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas

sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus

melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam

kelompok bisa dilaksanakan.

3. Tatap muka.

Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus diberikan

kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini

akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang

menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai

perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.

4. Komunikasi antar anggota.

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan

berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu

kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk

saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan

pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga

merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang

sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman

belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para

siswa.
21

5. Evaluasi proses kelompok.

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

2.12 Konsep Dasar CTL

Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual. Contextual

Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat

menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan

situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat

menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus di pahami yaitu:

1. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk

menemukan materi.

2. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara

materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata.

3. CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam

kehidupan.

2.13 Latar Belakang Filosofi Dan Psikologis CTL

2.13.1 Latar Belakang Filosofis

Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu

terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap

beberapa model pembelajaran, diantaraya konteks pembelajaran

kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan


22

bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.

Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tidak

akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang demikian

akan mudah dilupakan dan tidak fungsional.

Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan

terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut

psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini

proses belajar terjadi karena pemahaman invidu akan lingkungan. Belajar

bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respons.

Belajar tidak sesederhana itu. Belajar melibatkan proses mental yang

tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan atau

pengalaman.

2.13.2 Latar Belakang Pskologis

Berdasarkan sudut pandang psikologis, CTL berpijak kepada

psikologi kognitif. Menurut aliran ini , proses belajar terjadi karena adanya

pemahaman individu akan lingkungannya. Belajar bukan hanya peristiwa

mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon . akan tetapi, belajar

nerupakan suatu proses yang melibatkan mental tidak tampak , seperti

emosi,minat,motivasi dan kemampuan atau pengalaman.

Berdasarkan asumsi dan latar belakang yang mendasarinya, maka

ada beberapa harus dipahami tentang belajar dalam konteks CTL,yaitu:

1. Belajar bukanlah menghafal ,akan tetapi proses kontruksi

pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang dimili .


23

2. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan fakta yang tidak berkaitan

dengan kehidupan.

3. Belajar merupakan proses pengalaman yang berkembang secara

bertahap dari hal sederhana menuju hal yang lebih kompleks.

4. Belajar merupakan pemecahan masalah

5. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari

kenyataan.

2.14 Perbedaan CTL Dengan Pembelajaran Konvensional

Dibawah ini dijelaskan secara singkat perbedaan kedua model

tersebut, dilihat dari konteks tertentu.

1. CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa

berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara

menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan

dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek

belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.

2. Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok,

seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi.

Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa lebih banyak

belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan

menghafal materi pelajaran.

3. Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara

rill; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran

bersifat teoritis dan abstrak.


24

4. Dalam CTL, kemampuan didasarkan pada pengalaman, sedangkan

dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui

latihan-latihan.

5. Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan

diri; sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tujuan akhir

adalah nilai atau angka.

6. Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu

berkembang sesuai dengan pengalaman yang yang dialaminya.

Dalam pembelajaran konvensional hal ini tidak mungkin terjadi.

Kebenaran yang dimiliki bersifat absolut dan final, oleh karena

pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.

7. Dalam pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab dalam

memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-

masing; sedangkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah

penentu jalannya proses pembelajaran.

8. Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi di mana saja

dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan;

sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran hanya

terjadi di dalam kelas.

9. Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek

perkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran

diukur dengan berbagai cara; sedangkan dalam pembelajaran

konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari

tes.
25

2.15 Peran Guru Dan Siswa Dalam CTL

Setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar.

Perbedaan yang dimiliki siswa tersebut dinamakan sebagai unsure

modalitas belajar. Menurut Bobbi Deporter ada tiga tipe gaya belajar

siswa, yaitu tive visual, auditorial dan kinestis.

Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, sedang tipe

auditorial adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat

pendengarannya, dan tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan cara

bergerak.

Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus

diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL.

1. Siswa harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang

2. setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru

dan penuh tantangan

3. belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau

keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah

diketahui

4. belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah

ada.

2.16 Asas-asas CTL

CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-

asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan CTL.


26

1. Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun

pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan

pengalaman.

2. Inkuiri

Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan

penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan

bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari

proses menemukan sendiri.

3. Bertanya

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.

Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap

individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan

sesorang dalam berpikir.

4. Masyarakat Belajar

Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil

pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain.Dalam

kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan

menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.

5. Pemodelan

Asas pemodelan (modeling) adalah proses pembelajaran dengan

memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa.


27

6. Refleksi

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah

dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-

kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.

7. Penilaian Nyata

Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk

mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan

siswa.

2.17 Pola Dan Tahapan Pembelajaran

Untuk lebih memahami bagaimana mengaplikasikan CTL dalam

proses pembelajaran, dibawah ini disajikan contoh penerapannya. Dalam

contoh tersebut dipaparkan bagaimana guru menerapkan pembelajaran

dengan pola konvensional dan dengan pola CTL.

1. Siswa dapat menjelaskan pengertian pasar.

2. Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pasar.

3. Siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik antara pasar

tradisional dengan pasar nontradisional.

4. Siswa dapat menyimpulkan tentang fungsi pasar.

5. Siswa bisa membuat karangan yang ada kaitannya dengan pasar.

2.17.1 Pola Pembelajaran Konvensional

Untuk mencapai tujuan kompetensi diatas, mungkin guru

menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut.

Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan CTL

guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti dibawah ini.


28

a) Pendahuluan

1) Guru menjelaskan kompetensi-kompetensi yang harus dicapai serta

manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran

yang akan dipelajari.

2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL.

3) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan

oleh setiap siswa.

b) Inti

Dilapangan

1) Siswa melakukan obsevasi ke pasar sesuai dengan pembagia tugas

kelompok.

2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di pasar sesuai

dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.

Didalam kelas

1) Siswa mendiskusikan hasil temuan sesuai dengan kelompoknya.

2) Siswa melaporkan hasil diskusi.

3) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh

kelompok yang lain.

c) Penutup

1) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil kegiatan observasi.

2) Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang

pengalaman belajar mereka dengan tema “pasar”.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

A. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir (SPPKB)

merupakan strategi pembelajaran yang bertumpu kepada

pengembangan kemampuan berfikir siswa melalui telaah fakta-fakta

atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah

yang di ajukan. SPPKB menekankan kepada keterlibatan siswa

secara penuh dalam belajar. Hal ini sesuai dengan hakikat SPPKB

yang tidak mengharapkan siswa sebagai objek belajar yang hanya

duduk mendengarkan penjelasan guru , kemudian mencatat yang

berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran dan mencatat

ubtuk di hafalkan. SPPKB merupakan strategi pembelajaran yang

mana tujuan akhir dari pembelajarannya adalah siswa terlatih

mengungkapkan ide-ide untuk memecahkan permasalahan yang

berhubungan dengan materi yang diajarkan. Tidak hanya

memecahkan permasalahan, siswa juga terlatih dalam berfikir kritis

dan kreatif.

B. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif

dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling

bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses

belajar. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling

ketergantungan positif ,interaksi tatap muka, tanggung jawab

perseorangan, komunikasi antar anggota kelompok dan evaluasi

proses kelompok.
29
30

C. Pembelajaran kontekstual merupakan sustu proses pendidikan yang

holistic dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna

materi pelajaran yang di pelajarinya dengan mengkaitkan materi

tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks

pribadi, social dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan

atau keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu

permasalahan atau konteks kepermasalahan atau konteks lainnya.

Pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan

pengalaman atau dunia nyata , berfikir tingkat tinggi , berpusat pada

siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah , siswa

belajar menyenangkan , mengasyikkan, tidak membosankan dan

menggunakan berbagai sumber belajar.

3.2 Sasaran

Dalam pemilihan strategi ini guru seharusnya memperhatikan siswa

baik dalam bentuk kecerdasaannya maupun lingkungan sekitar. Guru

sebaiknya menguasai strategi ini sebelum menerapkannya, karena

strategi yang baik tidak akan berjalan dengan baik jika tidak dibekali

dengan kemampuan yang cukup.


Daftar Pustaka

https://www.google.com/amp/s/andymuhammadidris.wordpress.com/2010/
10/24/pembelajaran-kontekstual-ctl/amp/
http://www.pembelajaranku.com/2017/12/pembelajaran-kooperatif-prinsip-
prinsip dan-contohnya-lengkap.html?m=1
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/yus_mini/karak
teristik-pembelajaran-kooperatif_552e2a5e6ea8349c128b456b
https://techonly13.wordpress.com/2011/02/06/peran-guru-dan-siswa-
dalam-ctl/
https://blogbugabagi.blogspot.com/2019/12/sistem-pendukung-keputusan-
spk.html?m=1
http://ganditama-doc.blogspot.com/2014/03/prosedur-pembelajaran
kooperatif.html?
m=1#:~:text=Prosedur%20pembelajaran%20kooperatif%20pada%20
prinsipnya,Sanjaya%20(2006%3A248).&text=Tahap%20penjelasan
%20diartikan%20sebagai%20proses,sebelum%20siswa%20belajar
%20dalam%20kelompok
https://text-id.123dok.com/document/nq7rp99ry-pendahuluan-hakikat-dan-
pengertian-strategi-pembelajaran-peningkatan-kemampuan-berpikir-
sppkb-hakikat-kemampuan-berpikir-dalam-sppkb.html

31

Anda mungkin juga menyukai