Kelas : X TKRO
Semester : Ganjil
Tahun Pelajaran : 2021/2022
Mata Pelajaran : Matematika
Alhamdulillah puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat yang
telah diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas
“Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk
Meningkatkan Motivasi dan Pemahaman Konsep Siswa pada mata pelajaran
Matematika SMKN 3 Linggabuana Purwakarta” Laporan Penelitian Tindakan kelas ini
dibuat sebagai bahan bacaan atau referensi penelitian lanjutan.
Dengan telah selesainya laporan Penelitian Tindakan Kelas ini, saya ucapkan terimakasih
kepada kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah di SMKN 3 Linggabuana Purwakarta, saya
ucapkan terimakasih kepada kepala perpustakaan karena telah bersedia menerima hasil
Penelitian ini dan disimpan di perpustakaan SMKN 3 Linggabuana Purwakarta.
Semoga dengan dibuatnya laporan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat menjadi bahan
perbaikan dalam proses pembelajaran.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
2.4.3 Pemahaman Konsep Matematika ............................................................
2.5 Hipotesis Tindakan ...................................................................................... 37
Tabel 3.2 Tabel Kriteria Menentukan Tingkat Pemahaman Konsep Siswa ................ 44
Tabel 4.1 Tabel Ketercapaian dan Ketuntasan Pemahaman Konsep Siklus I ............. 50
Tabel 4.3 Tabel Ketercapaian dan Ketuntasan Pemahaman Konsep Siklus II ............ 54
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
agar semua kegiatan pembelajaran terfokus dan terpusat pada peserta didik sehingga
mereka menyadari bahwa merekalah yang menjadi subjek pembelajaran bukan lagi
objek pembelajaran. Dengan membangun peserta didik menjadi subjek pembelajaran
berarti seorang guru sedang membangun motivasi peserta didik secara tidak langsung
karena seorang guru sedang melakukan hal-hal sebagai berikut terhadap peserta didik :
Motivasi belajar bagi peserta didik sendiri penting diketahui oleh guru maupun
orang tua. Dengan memahami motivasi tiap siswa, guru bisa membangkitkan,
meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil.
Adapun motivasi sebetulnya didefinisikan sebagai faktor mental seseorang untuk
berubah melakukan sesuatu dalam meraih motif atau tujuan yang diinginkan atau
dicitakan. Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik atau dari dalam diri
dan ekstrinsik yang berada di luar siswa. Menurut Winkel (dalam Aina Mulyana,
2018) mengartikan motivasi belajar adalah segala usaha di dalam diri sendiri yang
menimbulkan kegiatan belajar, dan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
serta memberi arah pada kegiatan-kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki tercapai.
Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung
kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
Proses belajar yang efisien mengandung arti bahwa belajar itu memperoleh hasil
yang sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hasil belajar siswa
merupakan salah satu bukti berhasilnya proses pendidikan.
Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah dengan memperbaiki
5
kedudukandan fungsi guru dalam proses belajar mengajar disekolah. Pada proses
pembelajaran saat ini, aktivitas guru masih jauh dominan dari pada aktivitas
siswanya dan cenderung teacher center. Salah satunya terjadi pada pembelajaran
Fisika.
Dominasi dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa
bersifat pasif, sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian dari guru dari pada
mencari dan menemukan sendiri pengetahuan yang mereka butuhkan. Kondisi
seperti ini dialami pula oleh siswa di kelas X TKRO SMKN 3 Linggabuana
Purwakarta.
Matematika seringkali dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dikuasai
dan dipahami, yang berpengaruh pada hasil pencapaian nilai siswa yang kurang
dari KKM hal inipun disebabkan karena rendahnya motivasi siswa tersebut dalam
belajar. Untuk mengatasi persoalan ini, perlu adanya tindakan dalam pembelajaran
agar tercipta suasana belajar kondusif, sehingga suasana interaksi dalam kelas
baik antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa dapat tumbuh dan
berkembang. Dengan demikian, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat
membuat suasana belajar yang aktif dan efektif, menyenangakan, dan penuh
makna. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat di implementasikan
adalah model pembelajaran Problem Based Learning.
Dalam penelitian sebelumnya telah memberikan bukti yang meyakinkan
mengenai keefektifan model pembelajaran PBL untuk meingkatkan hasil belajar
dan motivasi belajar. Penelitian oleh wibawa (2015) menunjukkan bahwa model
pembelajaran PBL dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik
pada mata pelajaran menggambar teknik mesin di SMK piri Sleman. Penelitian
oleh Nafiah (2014) menunjukkan bahwa model pembelajaran PBL dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik pada
materi perbaikan dan seting ulang PC di SMK islam Terpadu Smart Informatika
Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Motivasi dan Pemahaman
Konsep Siswa pada mata pelajaran Matematika SMKN 3 Linggabuana
6
Purwakarta”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana peningkatan motivasi dan pemahaman konsep siswa
setelah menggunakan model pembelajaran PBL?
2. Bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan model
pembelajaran PBL?
1.3 Batasan Masalah
1. Penelitian dilakukan terhadap kelas X TKRO SMKN 3 Linggabuana
Purwakarta tahun ajaran 2021/2022
2. Penelitian di fokuskan mengukur motivasi, pemahaman konsep dan
hasil belajar siswa.
3. Penelitian ini dilakukan pada pokok bahasan Barisan dan Deret
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui peningkatan motivasi dan pemahaman konsep siswa
dengan menggunkan model pembelajaran Problem Based Learning.
2. Mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning
1.5 Manfaat Penelitian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
(Herni, 2008: 10) “belajar diartikan suatu proses perubahan tingkah laku
belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya suatu perubahan
penerimaan, dan aspek yang ada pada individu karena suatu pengalaman
belajar.
7
8
force). Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor
bersifat positif dan berlaku dalam waktu yang relatif lama. Belajar dalam
secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua
dicapainya).
memiliki motivasi belajar yang cukup tinggi. Ciri-ciri motivasi belajar seperti di
atas akan sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran. Ciri-ciri motivasi
belajar di atas yang akan digunakan dalam menyusun kisi-kisi instrumen angket
untuk mengungkap salah satu variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
motivasibelajar.
Motivasi tinggi dapat ditemukan dalam sifat perilaku siswa seperti yang
dikemukakan Sugihartono dkk (2007: 78) antara lain “pertama, adanya kualitas
keterlibatan siswa dalam belajar yang sangattinggi, kedua, adanya perasaan dan
keterlibatan afektif siswa yang tinggi dalam belajar, dan ketiga, adanya upaya
yang tinggi timbul dapat dilihat dari ketekunan dalam dirinya dalam mengerjakan
tugas, tidak putus asa jika menghadapi kesulitan, tertarik terhadap bermacam
masalah dan memecahkannya, senang bekerja mandiri, bosan terhadap tugas rutin,
diyakini.Ciri-ciri motivasi belajar dapat diukur dari tekad yang kuat dalam diri
siswa untuk belajar, berhasil, dan meraih cita-cita masa depan. Motivasi belajar
melibatkan diri aktif dalam kegiatan belajar, dan memiliki keterlibatan afektif
12
yang kegiatan yang menarik, dan lingkungan yang kondusif dalam belajar.
Seorang siswa yang senantiasa memiliki tinggi dalam belajar juga dapat dikatakan
motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai, dalam hal ini ada
beberapa faktor yang mempengaruhi belajar. Terkait dengan hal yang tersebut di
1. Cita-cita / aspirasi
akan menimbulkan motivasi yang besar untuk meraih cita-cita atau kegiatan
yang diinginkan.
2. Kemampuan siswa
memahami sehingga dorongan yang ada pada diri individu akan makin
tinggi.
13
stabil dan sehat maka motivasi siswa akan bertambah dan prestasinya akan
menghilang.
pengalaman.
melepaskan energi.
hendak dicapai.
14
1. Memberi Angka
baik itu akan menjadikan motivasi yang kuat bagi para siswa
2. Hadiah
3. Saingan/ Kompetisi
4. Ego-involvement
harga dirinya.
5. Memberi Ulangan
Para siswa akan giat belajar jika mengetahui aka nada ulangan.
6. Mengetahui Hasil
7. Pujian
8. Hukuman
Hasrat untuk belajar berarti pada diri siswa memang ada unsure
10. Minat
terhadap pelajarantersebut.
belajar.
yang berbeda-beda.
17
2011 : 20) bahwa dalam proses pembelajaran siswa berada dalam posisi
variasinya sehingga terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana belajar
a. Learning is student-centered
siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga
jelas.
adalah:
langsung.
adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh siswa
tentang apa yang mereka telah ketahui dan dan apa yang perlu
berikut:
dipilih.
jadwal, dll).
21
dengan temannya.
gunakan.
adalah :
pemecahan masalah.
model, serta guru membantu para siswa untuk berbagi tugas antar
gunakan.
langkah-langkah dalam model PBL ini dimulai dengan menyiapkan logistic yang
melakukan diskusi dalam kelompok kecil, mencari solusi dari permasalahan. Dari
23
permasalahan dalam kelompok berupa hasil karya dalam bentuk laporan, dan
kemudian melakukan evaluasi terhadap proses apa saja yang mereka gunakan.
situasi nyata.
aktivitas belajar.
hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban
pembelajaran siswa.
nyata.
Learning yaitu:
belajarnya sendiri.
yang relevan.
a. PBM tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian
guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk
b. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi
26
masalah
matematika
diperoleh
masalah
diantaranya adalah :
1. Pengetahuan
matematika (interkorelasi).
2. Keterampilan
3. Nilai / Sikap
bertanggungjawab;
matematika.
kehidupan sehari-hari.
menjadi bermakna.
menemukan.
ilmu pengetahuan.
selanjutnya.
masalah.
telah dipelajari,
dipelajari
representasi matematika,
eksternal matematika)
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
38
39
yang akan digunakan dalam penelitian ini tes dan non tes. Tes yang
harian siswa dan angket. Dalam jurnal harian tersebut, siswa diminta
pembelajaran berlangsung.
data, yaitu:
siswa.
pembelajaran berikutnya.
1. Identifikasi masalah
3. Pelaksanaan Tindakan
Based Learning
pembelajaran.
4. Evaluasi
a. Pelaksanaan tes
b. Observasi guru
siswa yang telah dilakukan serta menentukan solusi berdasarkan hasil observasi
berikutnya di kelas dan oleh guru yang sama. Adapun langkah-langkah dalam
berlangsung.
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes formatif, data yang diperoleh
kemuadian dilakukan analisis. Data dari hasil tes yang berbentuk uraian
dari Rina (2008: 32), penskoran dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Tabel Hollistic Scoring Rubrics
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setiap tes formatif dapat
dilihat dari nilai tes formatif dan rata-rata hasil tes formatif. Data dari hasil
pengolahan dari tes formatif kemudian dilihat gain setiap siklus. Hake (1999)
Gain, disingkat NG). Gain yang dinormalisasi adalah proporsi gain aktual
NG =
NG ≥ 0,70 : Tinggi
berikut :
X 100 %
berikut ini.
Tabel 3.2
Kriteria untuk Menentukan Tingkat Pemahaman Konsep Siswa
Persentase Skor Total Siswa Kategori Siswa
Persentase ketuntasan
tuntas secara klasikal, jika 85% dari seluruh jumlah siswa mempunyai tingkat tingkat
penguasaan atau daya serap ≥ 85%, ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat
dari pemahaman konsep siswa yang diperoleh dari setiap siklus dengan
mengkategorikan setiap persentase skor total siswa dan pembelajaran dapat dikatakan
efektif, jika siswa memberikan Respons positif terhadap model pembelajaran Problem
Based Learning, respon siswa dapat dilihat melalui hasil jurnal siswa. Menurut Slavin
(Guntur, 2004 : 28) suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila dari segi kualitas
pembelajaran, siswa dapat mempelajari suatu materi dengan mudah dan semakin kecil
efektif, sejauh mana guru menyesuaikan tingkat kesiapan siswa dengan materi yang
baru yang akan diberikan. Artinya, materi pembelajaran tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit bagi siswa, serta seberapa kuat guru dan pembelajarannya memotivasi
baik. Semakin besar motivasi yang diberikan guru atau pembelajarannya, maka
semakin besar pula tingkat keaktifan siswa, dan semakin besar keaktifan siswa dalam
pembelajaran maka pembelajaran akan lebih efektif. Seberapa lama waktu yang
46
dihabiskan siswa dalam mempelajari suatu materi dikelas, artinya pembelajaran
akan efektif, jika waktu pembelajaran yang dihabiskan sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi, baik antara siswa dengan siswa,
maupun siswa dengan guru. Selain itu juga, terdapat beberapa penemuan yang
f. Hasil akhir nilai Matematika siswa masih rendah dan belum tuntas.
motivasi dan hasil belajar siswa. Selain penyusunan bahan ajar, disusun pula alat
siswa,dilakukan penskoran pada tiap butir soal dengan berpatokan pada sistem
Selain tes hasil belajar, disusun pula alat evaluasi berupa jurnal
untuk menlihat seberapa besar motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran
fisika. Hasil evaluasi dari alat-alat evaluasi tersebut diharapkan dapat menjadi data
a. Pertemuan Ke 1
berdo’a dan mengondisikan siswa untuk siap menerima materi yang akan
materi Barisan dan Deret. Selain itu guru memberikan pertanyaan terhadap
siswa untuk membentuk kelompok yang terdiri atas 4 orang per kelompok.
disediakan di lembar kerja siswa dan memanfaatkan buku teks sebagai sumber
belajar. Pada saat siswa berdiskusi guru dapat memberikan arahan, masukan,
mengevaluasi hasil presentasi siswa guna untuk meluruskan konsep bila ada
materi yang telah disampaikan dan guru memberi pekerjaan rumah (PR).
kelompok belum sesuai dengan yang diharapkan. Banyak siswa dalam kelompok
yang kurang berinteraksi, cenderung pasif dan acuh, dan beberapa siswa terlihat
terlalu dominan. Saat presentasi oleh suatu kelompok, beberapa siswa masih
c. Pertemuan Ke 2
berdo’a. Pada saat apersepsi guru menanyakan pekerjaan rumah yang diberikan
siswa untuk mengerjakan hasil pekerjaan rumah di depan kelas, yang kemudian
Secara garis besar kegiatan siswa pada pertemuan II sama dengan pertemuan I.
Dimana siswa mendiskusikan materi diskusi dari lembar kerja siswa dan
Pada pertemuan ini, interaksi antarsiswa sudah lebih baik. Dominasi dari
beberapa siswa sudah mulai berkurang. Secara umum siswa sudah mulai
Tes siklus I
Tes siklus I dilaksanakan dan diikuti oleh seluruh siswa yang hadir,
yaitu 32 orang. Soal yang diberikan sebanyak 3 butir soal yang bertujuan untuk
Tabel 4.1
Ketercapaian dan Ketuntasan Pemahaman Konsep Siklus I
Nilai terendah 45
ketuntasan 85%. Hasil dari ketuntasan belajar kelas di siklus I baru mencapai
siklus ke-II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
52
Tabel 4.2
Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I
a. Pertemuan Ke 3
siswa berdoa terlebih dahulu, dilanjutkan dengan menyiapkan alat yang akan
Pada saat apersepsi berlangsung respons siswa baik, hal ini terlihat dari
siswa banyak yang menjawab meskipun beberapa orang masih kurang tepat
walaupun beberapa siswa masih kesulitan dalam memahami materi yang tertera
di buku teks dan buku panduan praktikum. Guru berkeliling mengamati diskusi
Respons dan aktivitas diskusi kelompok pada pertemuan ini lebih baik
percaya diri saat presentasi dan hanya sedikit siswa yang menanggapi hasil
b. Pertemuan Ke 4
siswa.
dan meluruskan konsep apabila masih ada kekeliruan dalam memahami materi.
siswa meningkat pada saat apersepsi dan diskusi berlangsung. Hal ini terlihat
banyaknya siswa yang sebelumnya pasif menjadi aktif. Beberapa siswa yang
pasif perlu diberikan stimulus terlebih dulu, dengan cara meminta mereka
masih ada terutama dalam hal pemahaman konsep secara mandiri dan masih
diskusi kelas yang dilakukan semakin hidup serta hampir kepada apa yang di
harapkan.
Tes siklus II
Tes siklus II diikuti oleh seluruh siswa yang hadir, yaitu 32 orang. Soal
Tabel 4.3
Ketercapaian dan Ketuntasan Pemahaman Konsep Siklus II
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 55
Nilai rata-rata 75
belajar kelas telah tercapai. Terlihat dari data hasil siklus II, bahwa terjadi
belajar siswa meningkat sebesar 20%. Karena pada siklus II ini terjadi
penekanan kepada siswa untuk memberi motivasi agar siswa tidak merasa takut
untuk salah dan malu pada saat menyelesaikan soal dan mengungkapkan
pendapat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4
Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II
a. Kognitif
Dari skor yang diperoleh siswa pada tes siklus, peneliti dapat mengelompokkan
hasil belajar siswa. Tingkat hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.5
Hasil Pemahaman Konsep Siswa Siklus I
Jumlah
Kemampuan siswa Persentase
siswa
Sangat baik 1 2,78%
Baik 9 25%
Cukup/Sedang 16 44,44%
Kurang 10 27,78%
Buruk 0 0,00%
57
Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh bahwa tingkat hasil belajar siswa pada siklus I
(2,78%)
Hal ini sangat mendukung kesimpulan dari hasil kegiatan observasi awal yang
dilakukan bahwa hasil belajar siswa masih kurang dan perlu untuk dilakukan
peningkatannya. Tingkat hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.6
Haisl Pemahaman Konsep Siswa Siklus II
Jumlah
Kemampuan siswa Persentase
siswa
Sangat baik 8 22,22%
Baik 17 47,22%
Cukup/Sedang 10 27,78 %
Kurang 1 2,78%
Buruk 0 0,00%
Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh bahwa tingkat hasil belajar siswa pada siklus II
b. Lebih dari setengah jumlah siswa (47,22 %) siswa memiliki kemampuan baik.
c. Sebagian kecil siswa (27,78 %) dari jumlah siswa memiliki kemampuan cukup.
d. Hanya satu orang (2,78%) siswa yang memiliki kemampuan kurang dan tidak
60
50
40
30
20
10 3.12
0
Tes pada
Gambar 4.1
Diagram Perkembangan Pemahaman Konsep Siswa
dengan kemampuan cukup pada siklus II bukan berarti tidak terjadi penurunan
sedangkan untuk suatu kelas dikatakan tuntas dalam penelitian ini, jika 85% dari siswa
Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada setiap tes siklus, maka dapat
ditentukan ketuntasan belajar siswa dan ketuntasan belajar kelas. Ketuntasan belajar
siswa pada setiap siklus dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.7
Ketuntasan Belajar Siswa
Berdasarkan tabel tersebut, ketuntasan belajar siswa pada penelitian ini dapat
a. Pada siklus I, baru sebagian siswa (61.11%) yang belajar tuntas. Sisanya
b. Pada siklus II, sebagian besar (38,89%) siswa tuntas belajar dan sebagian
Perkembangan ketuntasan belajar siswa pada penelitian ini dapat dilihat dalam
87.50%
80.00%
53.12%
60.00% 46.88%
40.00%
12.50%
20.00%
0.00%
Siklus I
Tuntas
Gambar 4.2
Diagram Perkembangan Ketuntasan
Belajar Siswa
terlihat bahwa hasil belajar mengalami peningkatan dari tes siklus I sampai
Based Learning yang merangsang siswa untuk melakukan interaksi baik antar
siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru, mengembangkan pola pikir
61
kelompok dan diskusi kelas yang dilakukan belum optimal. Sedangkan pada
terlaksana secara optimal karena siswa lebih aktif dalam diskusi kelompok
dan diskusi kelas. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa
ketuntasan belajar siswa yang di capai meningkat dari setiap siklusnya. Dari
36 siswa yang mengikuti tes 31 orang siswa (86,11%) yang tuntas belajar dan
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
siklusnya.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sardiman, AM. Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar. Depok: Raja Grapindo
Persada. Riadi, Muchlisin. 2013. motivasi belajar
Sudjana, N. (2009). Penillaian Hasil Proses Belajar Mengajar . Bandung: Rosdakarya.
Suyadi. (2010). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: Diva Press
Suharsimi Arikunto. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Suherman, Erman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: JICA IMSTEP.
Sukardi, M. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas. Implementasi dan
Pengembangannya. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sukidin, & Basrowi. (2002). Manajemen Penelitan Tindakan Kelas. Jakarta: Insan
Cendikia.
Sumadi Suryabrata. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sumanto. (2014). Statistika Deskriptif. Jakarta: CAPS. Tedjaningrum, D. (2011).
Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Learning
Cycle Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
SMP. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan
65
Menyatakan bahwa Penelitian Kelas ini asli. Semua yang dikutip sudah dinyatakan
sumbernya dalam daftar Pustaka. Penelitian kelas ini tidak pernah diajukan untuk
memperoleh derajat kesarjanaan atau diploma pada institusi tertentu.
Penulis,
Kepada Yth :
Bapak Kepala SMKN 3 Linggabuana Purwakarta
Di
Tempat
Yang bertanda tangan dibawah ini Panitia Seminar Hasil Penelitian Tindakan Kelas,
Menerangkan Bahwa :
Mengetahui,
Kepala SMKN 3 Linggabuana
Purwakarta
Purwakarta,
Kepala SMKN 3 Linggabuana
Purwakarta
Menerangkan bahwa :
Purwakarta,
Kepala SMKN 3 Linggabuana
Purwakarta