Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT

(TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR

PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN TEMATIK DI

SD KEMALA BHAYANGKARI MAKASSAR

APPLICATION OF THE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) LEARNING

MODEL TO IMPROVE ACTIVITY AND LEARNING OUTCOMES

STUDENT IN THEMATIC SUBJEK IN SD KEMALA BHAYANGKARI

MAKASSAR

MAHDIYAH

1927041027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Penerapan Model Pembelajaran Team Games Tournament

(TGT) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar

Peserta Didik pada Mata Pelajaran Tematik di SD Kemala

Bhayangkari Makassar

Nama : Mahdiyah

Nim : 1927041027

Program Studi : Pendidikan Teknologi Pertanian

Menyetujui,

Prof. Dr. Drs. Ir. Jamaluddin P, MP., IPM Ervi Novitasari, S.Pd., M.Pd.
Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui:

Ketua Program Studi

Pendidikan Teknologi Pertanian

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR RUMUS .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
A. Kajian Teori .................................................................................................. 7
B. Kerangka Pikir ........................................................................................... 21
C. Kajian Relevan ........................................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 25
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 25
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 25
C. Desain Penelitian........................................................................................ 25
D. Subjek Penelitian........................................................................................ 26
E. Definisi Operasional Variabel .................................................................... 26
G. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 32
H. Instrumen Penelitian................................................................................... 33
I. Teknik Analisis Data .................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 39

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal.

2.1 Kerangka Pikir ...............................................................................................


22
3.1 Desain Penelitian ...........................................................................................
26

iv
DAFTAR RUMUS
Rumus Judul Hal.
3.1 Perhitungan Nilai Rata-rata Setiap Indikator Keaktifan ................................ 35
3.2 Perhitungan Nilai Rata-rata Keaktifan ..........................................................
35
3.3 Perhitungan Nilai Rata-rata Siswa.................................................................
36
3.4 Perhitungan Peningkatan Belajar Siswa ........................................................
36
3.5 Perhitungan Ketuntasan Belajar Klasikal ......................................................
37
3.6 Perhitungan Nilai N-Gain ..............................................................................
38

v
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal.
3.1 Kisi-Kisi Pedoman Lembar Observasi Keaktifan Siswa…………. 33
3.3 Standar Nilai Ketuntasan Belajar Siswa………………………….. 37
3.4 Pedoman Nilai N-Gain……………………………………………. 38

vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi………………………………………….... 44
Lampiran 2 Silabus……………………………………………………….. 49
Lampiran 4 Rencana Pelakasanaan Pembelajaran……………………….. 56
Lampiran 5 Lembar Kerja Peserta Didik…………………………………. 78
Lampiran 6 Lembar Tes Hasil Belajar……………………………………. 86
Lampiran 7 Lembar Pengajuan Judul…………………………………….. 95
Lampiran 8 Surat Keterangan Pembimbing……………………………… 96
Lampiran 9 Kartu Kontrol………………………………………………... 97

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan memiliki tujuan untuk menggali potensi

dan kecerdasan yang dimiliki seseorang agar dapat hidup berkembang. Dalam UU

no 20 tahun 2003 pasal 1 butir 1 diatur tentang sistem pendidikan dengan tujuan

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan merupakan proses terjadinya interaksi siswa dengan guru dalam

rangka untuk mentrasfer ilmu pengetahuan yang dimiliki serta memberikan

pemahaman mengenai suatu materi.

Dalam proses pembelajaran penting bagi guru untuk menciptakan suasana

belajar yang kondusif serta merangsang siswa untuk terlibat aktif baik mental,

fisik, intelektual dan emosional dalam pembelajaran agar ilmu dapat diterima

siswa secara optimal sehingga akan berdampak kepada hasil belajar siswa.

Kegiatan pembelajaran memerlukan keaktifan belajar yang tidak hanya terfokus

kepada guru namun peserta juga harus ikut aktif berpartisipasi dalam kegiatan

pembelajaran. Dengan adanya kegiatan dan kesibukan siswa baik di Sekolah

maupun di luar Sekolah akan berpengaruh terhadap keaktifan belajar dan akan

menunjang terhadap keberhasilan siswa.

1
2

Aktivitas belajar dapat dilihat dari partisipasi siswa dalam pembelajaran,

seperti mengerjakan tugas, aktif bertanya kepada guru dan teman ketika tidak

memahami materi, dan mampu menjelaskan jika diberi pertanyaan. Pembelajaran

dirancang oleh guru agar menjadi lebih aktif guna mengembangkan pemikiran

kreatif. Namun kenyataan di lapangan dapat dilihat bahwa pembelajaran masih

cenderung pasif karena guru masih menggunakan metode pembelajaran satu arah

atau menggunakan metode ceramah dimana pembelajaran masih terfokus kepada

guru. Kebanyakan guru masih kurang inovatif dalam menentukan model

pembelajaran yang memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah atau interaksi

antara siswa dengan guru. Model pembelajaran yang kurang inovatif

mengakibatkan siswa cenderung pasif didalam kelas. Oleh karena itu, guru

memiliki pengaruh penting dalam mengidentifikasi model pembelajaran yang

cocok dengan karakter siswa dan memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam

pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kekatifan belajar dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran

yang tepat dapat memacu proses pembelajaran tidak hanya dari guru tetapi juga

memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut serta dan bersemangat aktif

dalam pembelajaran baik secara individu maupun kelompok. Salah satu pilihan

model pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa yaitu

model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran koperatif merupakan suatu

model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam suasana belajar dan bekerja

sama secara kolaboratif dalam sebuah kelompok yang heterogen.


3

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah

model pembelajaran Team Games Tournament (TGT). Model pembelajaran ini

merupakan model pembelajaran kelompok yang terdiri dari 5 sampai 6 orang

siswa. Tujuan pengelompokan heterogen yaitu siswa dapat secara aktif berdiskusi

dalam kelompoknya. Dalam suatu kelompok terdiri dari siswa yang memiliki

kemapuan tinggi hingga yang rendah, sehingga diharapkan jika salah satu anggota

kelompok tidak mengerti suatu materi maka akan dibantu oleh teman kelompok

yang mengerti untuk menjelaskannya. Penerapan Model pembelajaran TGT

diharapkan siswa akan lebih aktif mengikuti pembelajaran sehingga akan

berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar. Model pembelajaran TGT

memberikan kesempatan siswa untuk menikmati pembelajaran disamping

menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan

belajar.

Tematik merupakan pembelajaran yang mengaitkan beberapa materi

pembelajaran menjadi satu tema sehingga memberikan pengalam belajar yang

lebih terarah. Tematik merupakan rancangan pembelajaran kurikulum 2013

dengan menggunakan pendekatan tematik yang menghubungkan beberapa tema

menjadi satu berdasarkan apa yang berada disekitar lingkungan siswa.

Pembelajaran tematik menghubungkan pengetahuan, perilaku, keterampilan serta

kreativitas untuk meningkatkan motivasi belajar. Dalam pembelajaran tematik

satu tema akan dibahas dan saling berhubungan dalam beberapa aliran pelajaran

seperti Bahasa Indonesia, PPKn, IPS, IPA, dan SBdP. Pembelajaran tematik

merupakan pembelajaran yang mengangkat satu tema kemudian dikaitkan dengan


4

konsep mata pelajaran, sehingga siswa mudah memahami suatu konsep.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Sekolah Dasar (SD)

Kemala Bhayangkari, Makassar terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi

yaitu kurangnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan hasil belajar

yang masih kurang dilihat dari hasil ulangan harian dan ulangan tengah semester

pada mata pelajaran tematik. Hal tersebut dipengaruhi oleh metode pembelajaran

yang digunakan masih fokus pada guru sehingga kurangnya interaksi guru dengan

siswa menyebabkan kondisi pembelajaran yang terasa membosankan dan kurang

bersemangat, tidak memperhatikan guru saat menjelaskan, melakukan aktifitas

lain seperti mengobrol dengan teman, ketika diberi tugas waktu dihabiskan untuk

kegiatan lain dan kurang mandiri dalam menyelesaikan tugas. Kurangnya

kekatifan siswa dalam kelas menyebabkan ilmu yang diberikan oleh guru tidak

dapat diterima dengan maksimal sehingga berdampak terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan pokok-pokok pikiran yang tertulis diatas merujuk

berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, diperlukan model

pembelajaran yang cocok sehingga menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan dan menjadikan siswa lebih termotivasi untuk berpartisipasi aktif

dalam pembelajaran sehingga nantinya akan berdampak terhadap peningkatan

hasil belajar. Dalam hal ini peneliti menggunakan model pembelajaran TGT yang

dipandang dan diharapkan akan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

Dalam model pembelajaran TGT siswa sebagai objek utama dan guru sebagai

fasilitator.
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dan

dengan mengacu pada tujuan penelitian ini maka di rumuskan masalah penelitian

sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran TGT dalam meningkatkan

keaktifan siswa pada mata pelajaran tematik?

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran TGT dalam meningkatan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran tematik ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai berdasarkan latar belakang

penelitian ini antara lain :

1. Mengetahui penerapan model pembelajaran TGT dalam meningkatkan

keaktifan siswa pada mata pelajaran tematik.

2. Mengetahui penerapan model pembelajaran TGT dalam meningkatan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran tematik.

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Untuk menambah wawasan mengenai penerapan model pembelajaran

TGT.

b. Hasil penelitian dapat memberikan kejelasan teori dan pemahaman

tentang penggunaan model pembelajaran TGT.


6

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan sebagai inovasi

dalam menentukan model pembelajaran.

b. Bagi peserta didik, dengan penerapan model pembelajaran TGT dapat

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

c. Bagi penulis, dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan baru

dalam penggunaan model pembelajaran TGT.

3. Pemangku Kebijakan

a. Meningkatkan kualitas sekolah.

b. Menjadi sumbangan pikiran dan menambah referensi berupa hasil

penelitian.

c. Meningkatkan prestasi akademik siswa sehingga akan berpengaruh

terhadap mutu pembelajaran dari lembaga pendidikan atau sekolah yang

bersangkutan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model pembelajaran Kooperatif (Cooperatif learning)

a. Pengertian model pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan

untuk membentuk rencana pembelajaran jangka panjang, persiapan bahan

pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas. Model pembelajaran dapat

digunakan sebagai pola pilihan artinya guru dapat memilih model pembelajaran

yang paling tepat serta efektif agar tercapai tujuan pembelajaran (Rusman, 2011).

Model pembelajaran ialah kerangka kerja, konsep, tutorial yang akan dijadikan

panduan dalam melakukan aktivitas pembelajaran dalam kelas. Model

pembelajaran berfungsi sebagai panduan untuk belajar (Hawa,2019). Adapun

menurut Trianto (2007) model pembelajaran memiliki 4 ciri khusus yaitu:

1.) Bersifat rasional, teoritik dan logis yang disusun oleh pencipta.

2.) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.

3.) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat

tercapai.

4.) Tingkah laku mengajar yang diperoleh agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.

7
8

Pembelajaran memusatkan perhatian pada bagaimana membelajarkan

siswa. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata

dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran adalah

cara yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan yang diharapkan atau

secara garis besar model pembelajaran merupakan rencana menyeluruh yang

berhubungan dengan penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling

bertentangan yang didasarkan pada pendekatan tertentu (Faizi, 2013).

b. Konsep pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu usaha untuk menciptakan

pembelajaran aktif, kreatif, efektif, inspiratif, menantang dan menyenangkan.

Pembelajaran kooperatif merupakan wadah untuk pelajar saling berinteraksi

dalam satu kelompok kecil dengan kemampuan yang berbeda-beda untuk

menyelesaikan suatu masalah. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah

suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok

kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok

heterogen.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

memanfaatkan teman sebagai sumber belajar, selain guru dan sumber belajar lain.

Adapun menurut Slavin pembelajaran kooperatif fokus kelompok dapat

mengubah norma-norma dalam budaya anak-anak dan prestasi tinggi dalam tugas-

tugas belajar akademis lebih dapat diterima. Pembelajaran kooperatif


9

dikembangkan. untuk mencapai tujuan seperti : akademis, saling menghargai,

penerimaan keanekargaman serta pengembangan social

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan beberapa

pendekatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siwa. Menurut

Johnson tujuan pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa

untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman siswa. Adapun konsep

pembelajaran kooperatif menurut Slavin, yaitu :

1.) Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria

yang ditentukan.

2.) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa susksesnya kelompok

tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung

jawab focus dalam usaha untuk membantu dan memastikan setiap kelompok

siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

3.) Kesempatan yang sama untuk sukses, memiliki arti bahwa siswa telah

membantu dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.

c. Teknik-teknik pembelajaran kooperatif

Menurut Slavin (2010), model pembelajaran kooperatif terdiri dari

beberapa teknik yaitu :

1.) Student Team Achievement Divisions (STAD)

Teknik yang digunakan oleh slavin melibatkan kompetisi antar kelompok.

siswa dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras,

dan etnis. Pertama-taman, siswa mempelajari materi bersama dengan teman

satu kelompoknya, kemudian diuji secara individual melalui kuis-kuis.


10

2.) Team Games Tournament (TGT)

Dikembangkan oleh Slavin dan rekan-rekannya, penerapan TGT hampir

sama dengan STAD dalam hal komposisi kelompok dan format intruksional.

Perbedaan STAD dan TGT yaitu STAD yang digunakan adalah kuis

sedangkan TGT berupa games akademik.

3.) Team Accelerated Instruction (TAI)

Dalam metode TAI, siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan yang

beragam. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa dan ditugaskan untuk

menyelesaikan materi pembelajaran tertentu.

4.) Jigsaw II

Dalam metode ini, setiap kelompok berkompetisi untuk memperoleh

penghargaan kelompok. penghargaan diperoleh berdasarkan performa

individu masing-masing anggota. Setiap kelompok akan memperoleh point

tambahan jika masing-masing anggotanya mampu menunjukkan peningkatan

perfornam saat ditugaskan mengerjakan kuis.

2. Team Games Tournament (TGT)

a. Pengertian TGT

Model pembelajaran TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif

yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa membedakan tingkat kemampuan,

status, keragaman dan mengandung permainan. Model pemebajaran TGT

dirancang untuk memungkinkan siswa menikmati proses pembelajaran untuk

menciptakan karakter yang bertanggung jawab, dapat bersaing secara sehat, rasa

percaya diri, dan kerja sama.


11

TGT dikembangkan oleh Slavin untuk membantu siswa menguasai materi

pelajaran. Slavin mengungkapkan bahwa penerapan TGT berhasil meningkatkan

skil-skil dasar, pencapaian, interaksi positif antarsiswa, harga diri, dan sikap

penerimaan pada siswa-siswa lain yang berbeda.

Menurut slavin (1995), ada lima komponen utama dalam pembelajaran

tipe TGT, yaitu :

1.) Penyajian kelas

Penyajian kelas dalam pembelajaran TGT sama dengan pembelajaran

lainnya. Pada kegiatan ini materi dipandu langsung oleh guru. Ketika

kegiatan ini sedang berlangsung siswa harus menyimak dan memahami

materi dengan baik karena setelah itu mereka akan melakukan games

akademik yaitu mengerjakan soal dengan sebaik-baiknya agar dapat

mendapatkan skor bagi kelompok mereka.

2.) Team (Kelompok)

Kelompok beranggotakan 4-5 orang dengan kemampuan akademin, jenis

kelamin, rasa tau etnik yang berbeda. Setiap anggota kelompok harus

mempelajari dan memahami materi sebaik mungkin. Tujuan pengelompokan

sebenarnya agar siswa dapat saling bekerja sama, belajar dan menyelesaikan

masalah bersama-sama. Setiap anggota kelompok agar saling membantu agar

semua anggota mengerti dan siap menghadapi kompetisi. Hal tersebut juga

menjadi salah satu keunggulan dari model pembelajaran TGT yaitu

menanamkan pada diri siswa arti dari saling membantu sesame makhluk

sosial.
12

3.) Games (Permainan)

Permainan dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah

mengikuti kegiatan presentasi dan diskusi kelompok. permainan terdiri

pertanyaan yang relevan dengan materi dan dirancang untuk mengetahui

menguji pengetahuan siswa. Sebagian besar pertanyaan pada soal adalah

bentuk sederhana. Setiap siswa mengambil pertanyaan bernomor dan

menjawab pada kartu. Siswa yang menjawab dengan benar akan

mendapatkan skor.

4.) Turnamen

Turnamen merupakan susunan permainan yang akan dipertandingkan antar

anggota yang berbeda. Kegiatan awal turnamen, guru menugaskan siswa

untuk mengisi meja yang telah disiapkan. Teknis pelaksaanaan permainan

dimulai dengan mengkategorikan siswa dari setiap kelompok yang memiliki

kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Meja pertama akan diisi siswa dengan

kemampuan tinggi dari setiap kelompok, meja kedua dan ketiga diisi siswa

dengan kemampuan sedang dan meja keempat diisi siswa dengan kemampuan

rendah. Siswa yang memperoleh nilai tertinggi disetiap meja dapat berpindah

kemeja yang lebih tingkatannya berdasarkan nilai yang diperoleh di

turnamen, sedangkan siswa yang mendapat nilai terendah disetiap meja akan

turun ke meja yang lebih rendah tingkatannya.

5.) Penghargaan kelompok

Perhitungan skor dinilai dari skor harian dan skor turnamen. Metode skor

anggota kelompok dirata-rata menjadi skor kelompok. kemudian setelah


13

perhitungan skor, guru akan mengumumkan kelompok pemenang. Kelompok

pemenang akan diberi penghargaan sekaligus menjadi motivasi bagi siswa

lain untuk turnamen selanjutnya.

b. Kelebihan model pembelajaran TGT

Menurut Suarjana (2000) model pembelajaran TGT memiliki beberapa

kelebihan:

1.) Siswa lebih memanfaatkan waktu untuk menyelesaikan tugas

2.) Meningkatkan rasa saling menghargai antarindividu

3.) Dengan waktu yang terbatas siswa dapat menguasai materi secara mendalam

4.) Proses belajar dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.

5.) Motivasi belajar tinggi.

6.) Melatih siswa untuk bersosialisasi dengan orang lain.

c. Kekurangan model pembelajaran TGT

Adapun beberapa kekurangan dari model pembelajaran TGT yaitu :

1.) Pembagian kelompok siswa akan menyita waktu.

2.) Adanya siswa akan bergantung kepada teman lainnya.

3.) Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan.

Misalnya membuat soal untuk meja turnamen dan guru harus tahu urutan

akademis siswa dari yang tertinggi hingga terendah.

3. Keaktifan

a. Pengertian keaktifan

Aktivitas dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan sebagai

keaktifan, kegiatan dan kesibukan. Aktif berasal dari bahasa inggris yaitu Active
14

yang berarti giat berusaha dan bekerja, dinamis, mampu beraksi dan berinteraksi.

Keaktifan merupakan aktivias atau kegiatan yang melibatkan raga dan mental

seseorang untuk bergerak. Aktifitas siswa merupakan kegiatan yang dilakukan

untuk mencari informasi untuk mendaptakan ilmu.

Permendiknas RI No 41 Tahun 2007 halaman 6 proses pembelajaran pada

setiap satuan pendidikan dasar menengah harus interaktif, inspiatif,

menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikomotorik siswa

berdasarkan bunyi permen tersebut aktifitas siswa dalam pembelajaran merukapan

hal yang penting dan merupakan suatu keharusan untuk sebagai pengembangan

diri.

Proses pembelajaran aktif jika siswa menyukai dan bersemangat dalam

belajar. maka perlu dibuat kondisi belajar yang cocok dengan karakter siswa.

Mulyasa (2014) menyatakan bahwa pembelajaran dapat dikatakan berhasil dan

memiliki kualitas bila setidaknya sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif

baik fisik, mental maupun social dalam proses pembelajaran, selain itu

menampilkan gairah dan semangat belajar yang tinggi sehingga dapat

meningkatkan kepercayaan diri. Sudjna (2012) mengungkapkan bahwa semakin

tinggi aktifitas belajar, maka semakin tinggi pula peluang pengajaran. jadi

keaktifan siswa, akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

Keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran dapat diciptakan

dengan membuat kondisi dan situasi yang membuat nyaman siswa. Dimana siswa
15

tidak enggan mengeluarkan pendapat, bertanya, berinteraksi tanpa rasa takut.

Seorang pengajar perlu mengetahui karakteristik siswa agar dapat mengatur

metode pembeajaran yang cocok. Metode pembelajaran akan berkaitan erat

dengan keaktifan dalam pembelajaran siswa.

b. Ciri-ciri belajar aktif

Seorang guru perlu membedakan siswa yang aktif dan pasif. Dengan

mengamati karakter belajar siswa, guru dapat melakukan pendekatan atau model

pembelajaran untuk membantu memacu keaktifan siswa.

Menurut Suryosubroto (2009) siswa dikatakan aktif memiliki ciri-ciri

sebagai berikut :

1.) Siswa melakukan usaha untuk memahami sesuatu

Apabila siswa belajar dengan aktif, maka siswa tersebut dapat menemukan

cara sehingga ia bisa memahami materi yang dipelajari misalnya, mencari

soal-soal untuk dipelajari dan memahami konsep-konsep pembelajaran. Siswa

juga dapat berfikir kreatif serta berfikir kritis artinya mampu menyelesaikan

permasalahan dan mampu menemukan kejanggalan atau kelemahan sesuatu

untuk dicarikan jalan keluar.

2.) Pengetahuan dipelajari, dialami dan ditemukan siswa

Siswa yang memiliki karakter belajar aktif selalu menemukan

pengetahuan, informasi dan keterampilan dengan terlibat langsung dalam

suatu pembelajaran. Untuk mendapatkan informasi siswa aktif akan

melakukan pengamatan, penyelidikan, membaca dan menyimak dengan baik.


16

3.) Mencoba konsep

Siswa aktif akan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari

terhadap suatu masalah. Mencoba memperbaiki kesalahan dan kekurangan

dalam proses pembelajaran serta dapat menyimpulkan materi dengan hasi

pemikiran sendiri.

4.) Siswa menyampaikan hasil pikirannya.

Siswa yang telah mendapatkan konsep dan kesimpulan dari apa yang

dipelajari diberikan kesempatan untuk mengemukakan atau

mengkomunikasikan hasil pemikirannya sendiri. Hal tersebut dapat berupa

diskusi dengan teman kelompok, presentasi, membuat karya ilmiah dan

sebagainya.

c. Aspek-aspek yang mempengaruhi keaktifan siswa

Keaktifan siswa dipengaruhi oleh aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukan keaktifan siswa baik fisik, mental

dan social. Aspek-aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran meliputi :

1.) Keberanian

Keberanian merupakan sikap untuk berbuat sesuatu tanpa rasa takut

adanya kemungkinan-kemungkinan buruk. Sesorang yang berani memiliki

ciri-ciri yaitu berfikir secara matang sebelum bertindak, mampu memotivasi

orang lain, tahu diri, bertindak nyata, semangat, siap menerima resiko dan

konsisten.
17

2.) Berpartisipasi

Partisipasi siswa dalam pembelajaran merupakan indikator yang sangat

penting untuk menciptakan pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan.

3.) Kreativitas belajar

Kreativitas belajar dapat dilihat melalui indikator yaitu rasa ingin tahu,

pantang menyerah, berani mengambil resiko, ingin mencari pengalam baru

dan optimis.

4.) Kemandirian belajar

Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang

didorong oleh kemauan sendiri untuk mencapai hasil yang optimal. Siswa

mandiri tidak akan bergantuk kepada orang lain.

4. Hasil Belajar

a. Pengertian hasil belajar

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata “hasil” berarti perolehan, akibat

atau kesudahan. Hasil merupaak sebuah dampak yang diterima setelah melakukan

sesuatu, dan dampak tersebut tergantung dari apa yang dilakukan, jika kita

melakukan hal positif atau bersungguh-sungguh maka dampaknya akan baik

begitupun sebaliknya (Dedy, 2008)

Secara umum diartikan sebagai perubahan yang relative konstan dan

berbekas pada diri individu setelah berinteraksi dengan lingkungannya secara

aktif, eghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Intinya adalah

perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa (Yusuf, 2013).
18

Belajar merupakan suatu proses, kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Hasil

belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya. Menurut Hortwat Kingsley dalan sudjana(2004) terdapat

tiga macam hasil belajar yaitu: a.) keterampilan dan kebiasaan. b.) pengetahuan

dan pengertian. c.) sikap dan cita-cita. Hasil belajar bukan merupakan penguasaan

hasil latihan tetapi pengubahan kelakuan. Keberhasilan di sekolah membutuhkan

pembelajaran, mempertahankan dan menerapkan informasi yang diperoleh. Jauh

dari penghafalan langsung siswa harus berpikir kritis dan seringkali perlu

melampaui informasi yang diberikan seperti ketika merancang eksperimen atau

mengembangkan argument. Keberhasilan tergantung pada banyak keterampilan

termasuk pemahaman membaca, kemampuan menulis, kemampuan bernalar, dan

kemampuan untuk bekerja dengan angka yang dapa mendukung keberhasilan

akademis yaitu membangun struktur kemampuan untuk membangun representasi

mental.

Hasil belajar yang diharapkan dapat dikuasai siswa ada tiga aspek yaitu

kognitif, afektif, dan psikomotorik berdasarkan teori Taksonomi Bloom (Sudjana,

1989) sebagai berikut :

1.) Ranah Kognitif meliputi ingatan dan pengetahuan, pemahaman, penerapan,

analisis, sintesis dan evaluasi.

2.) Ranah Afektif meliputi stimulasi, jawaban, penilaian, organisasi dan

karakteristik.
19

3.) Ranah psikomotorik dilihat dari bentuk keterampilan dan kemampuan

bertidak individu, seperti gerakan reflek, kemampuan fisik, dan keterampilan

gerakan dasar.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Menurut Aunurrahman (2009) ada dua faktor yang mempengaruhi hasil

belajar yaitu:

1.) Faktor internal

Faktor yang mempengaruhi kegiatan lebih ditekankan pada faktor dari

dalam diri seseorang. Adapun faktor yang mempengaruhi seseorang dalam

belajar adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, sikap belajar,

pengamatan, konsentrasi belajar dan sebagainya.

2.) Faktor eksternal

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan yang

kondusif. Faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan belajar, hubungan

social baik di sekolah maupun kelurga dan sebagainya. Faktor eksternal siswa

perlu diperhatikan karena dalam perkembangan dan pertumbuhannya nanti

akan membentuk karakter siswa.

5. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian pembelajaran tematik

Pebelajaran tematik merupakan salah satu pendekatan belajar yang

mengaitkan beberapa materi pelajaran atau mata pelajaran untuk menjadi suatu

kesatuan yang dikemas dalam bentuk tema. Menurut Trianto (2011) pembelajaran

tematik adalah pembeajaran yang memadukan dan mengaitkan beberapa mata


20

pelajaran dalam tema tertentu sehingga dapat memberikan pengalaman

pembelajaran yang kebih bermakna. Adapun pengertian pembelajaran tematik

menurut Suraya (2014) yaitu menciptakan belajar yang bermakna secara utuh

karena materi pembelajaran berkaitan dengan lingkungan disekitar siswa.

Pembelajaran tematik merupakan konsep pembelajaran kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 merupakan salah satu penyempurna dari kurikulum sebelumnya.

Sebelum merapkan kurikulum 2013 pemerintah tentunya melakukan evaluasi

terhadap kurikulum sebelumnya. Adapun kelemahan kurikum sebelumnya yaitu

beberapa kompetisi yang dibutuhkan misalkan penerapan pendidikan karakter,

pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran yang secara teori masih berpusat

pada siswa, namun pada kenyataannya masih berpusat pada guru (Novika et.al,

2018).

b. Karakteristik pembelajaran tematik

Majid (2014) menyatakan bahwa pembelajaran tematik memiliki karakter

yaitu :

1.) Student Centre ( Berpusat pada siswa)

Pembelajaran tematik memusatkan kegiatan pembelajaran pada siswa.

Artinya kegiatan pembelajaran dirancang agar siswa lebih aktif dalam

pembelajaran bukan sebaliknya pembelajaran hanya terfokus pada guru.

2.) Menciptakan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik memberikan peluang kepada siswa untuk

memperoleh pemahaman langsung dari materi yang dipelajari. Seperti, materi

yang diangkat dari kehidupan sehari siswa sehingga siswa dapat


21

menghubungkan pembelajaran dengan contoh dikehidupan nyata. Hal

tersebut akan menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna untuk siswa.

3.) Terfokuskan pada pembelajaran dan tidak begitu nampak dengan jelas

pemisahan mata peajaran.

Dalam pembelajaran tematik setiap mata pelajaran disajikan dan

dihubungkan oleh tema yang ditentukan sehingga tidak nampak secara jelas

perbedaan dari suatu mata pelajaran tetapi fokus pada bahasan dan kajian

suatu mata pelajaran. Isi dari bidang studi relevan dengan tema yang

disediakan dan tidak nampak ada sekat antar mata pelajaran.

4.) Konsep disajikan dari berbagai mata pelajaran.

Dalam satu kai pembelajaran tematik dapat menyajikan bahasan materi

atau tema kedalam beberapa mata pelajaran.

5.) Fleksibel, mudah dikaitkan dengan kehidupan keseharian siswa

Tidak terfokus kedalam satu mata pelajaran, variasi kegiatan seperti

pendekatan dan metode, penentuan topik dapat dilakukan lebih dari satu cara.

6.) Pembelajaran lebih menyenangkan bagi siswa, karena berprinsip belajar

sambil bermain.

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran membutuhkan keterlibatan guru dan siswa agar tercapai

tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu menggunakan model

pembelajaran untuk merangsang keaktifan siswa yaitu model pembelajaran TGT.

Model pembelajaran TGT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif

atau berkelompok untuk mendorong siswa melakukan kegiatan pembelajaran


22

secara aktif. Kegiatan siswa dalam pembelajaran yaitu membentuk kelompok,

berdiskusi, menyelesaikan masalah dengan teman kelompok, dan berusaha untuk

mendapatkan nilai tertinggi bagi kelompoknya.

Penerapan model pembelajaran TGT sangat efektif diterapkan untuk

membantu siswa dalam proses pembelajaran karena mengandung unsur

permainan, kerjasama, dan kompetisi sehingga siswa lebih bersemangat untuk

memahami materi pembelajaran. Siswa yang aktif akan menjadi tolak ukur

keberhasilan dalam proses pembelajaran yang berkualitas diketahui melalui hasil

belajar atau kemapuan yang diperoleh dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena

itu, dalam kaitannya dengan hal diatas, penulis akan meneliti pengaruh model

pembelajaran TGT terhadap kekatifan dan hasil belajar siswa.

Kondisi Guru belum menerapkan Keaktifan dan hasil


Awal model pembelajaran TGT belajar siswa rendah

Siklus I : Penerapan
Menggunakan Inovasi
Tindakan model Pembelajaran
Model saat pembelajaran
TGT

Siklus II :
Penerapan model
Pembelajaran TGT

Melalui penggunaan model


Kondisi TGT dapat meningkatkan
Akhir keaktifan dan hasil belajar
siswa

Gambar 2.1 Kerangka Pikir


23

C. Kajian Relevan

Penelitian dilakukan oleh Qorik (2019) tentang penerapan model

pembelajaran TGT pada pembelajaran tematik di MI Thoriqul Huda Ngrawan

Dalopo Madiun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran TGT

memiliki pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada model yang

diguankan yaitu model pembelajaran TGT dan kesamaan variabel yang diamati

yaiut peningkatan kekatifan dan hasil belajar siswa serta mata pelajaran yang

diginakan. Perbedaannya yaitu terletak pada subjek dan lokasi kegiatan yang

berbeda sehingga tentunya akan memiliki persentase perbedaan keaktifan dan

hasil belajar. Selain itu, rencana kegiatan pembelajaran akan disesuaikan dengan

karakteristik siswa.

Penelitian dilakukan Satyo (2017) mengenai penerapan model

pembelajaran TGT untuk meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran

akutansi kelas X SMK Kharya Bhakti Magelang. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat peningkatan keaktifan siswa setelah diterapkan

model pembelajaran TGT. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini

yaitu model pembelajaran yang digunakan sama yaitu model pembelajaran TGT

dan variabel yang diamati yaitu keaktifan siswa. Perbedaanya terletak pada subjek

yang digunakan yaitu siswa Sekolah menengah atas, mata pelajaran dan lokasi

penelitian yang berbeda.

Penelitian yang dilakukan Romanda (2016) penerapan TGT untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V di MI Al-Fajar Pringsewu Tahun


24

Pelajaran 2016/2017. Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar peserta didik

mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran TGT. Persamaan

peneitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu penerapan model TGT dan fokus

penelitian tentang peningkatan hasil belajar. perbedaannya terletak pada subjek

dan lokasi penelitian yang digunakan sehingga tentunya akan mendapatkan hasil

penelitian yang berbeda.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas masing-masing mempunyai

subjek penelitian yang berbeda sehingga perlakuan akan disesuaikan terhadap

karakteristik dari subjek tersebut. sehingga, tentunya akan mendapatkan data hasil

penelitian yang berbeda pula.

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu keaktifan dan hasil belajar siswa

meningkat pada pembelajaran Tematik setelah diterapkan model pembelajaran

TGT di SD Kemala Bhayangkari, Makassar.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) atau

Classroom Action Research.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penilitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2022/2023. Waktu penelitian

mengacu pada kalender sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang

membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif dikelas.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Kemala Bhayangkari Makassar alasan

praktis pemilihan lokasi tersebut didasarkan beberapa pertimbangan, kondisi

sekolah merupakan tempat asistensi mengajar Merdeka Belajar Kampus Merdeka

sehingga sudah melakukan observasi di sekolah tersebut.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini meliputi 4 tahap yaitu perencanaan,

pelaksanaan, pemgamatan dan refleksi pada setiap siklus.

25
26

PELAKSANAAN

PERENCANAAN PENGAMATAN
SIKLUS I

REFLEKSI

PELAKSANAAN

PERENCANAAN SIKLUS II PENGAMATAN

REFLEKSI

Gambar 3.1 Desain Penelitian

D. Subjek Penelitian

Subyek pelaku dalam penelitian tindakan kelas ini adalah mahasiswa,

sedangkan subyek penerima penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas VI SD

Kemala Bhayangkari, Makassar semester genap tahun pelajaran 2022/2023 yang

berjumlah 27 orang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

E. Definisi Operasional Variabel

Menentukan variabel penelitian merupakan hal yang sangat penting.

Variabel penelitian merupakan obyek dalam penelitian yang menjadi titik

perhatian dalam penelitian. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :
27

1. Keaktifan

Keaktifan merupakan segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara

jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan

salah satu indikator adanya keinginan siswa belajar. aktivitas siswa merupakan

kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Keaktifan

mendukung proses pembelajaran yang efektif. Dalam pembelajaran tematik,

keaktifan siswa merupakan hal yang penting juga merupakan tuntutan kurikulum.

Keaktifan belajar tersebut diantaranya bertanya, diskusi kelompok, menjawab

pertanyaan, berpendapat, dan berbagai aktivitas lainnya.

2. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan salah satu sudut pandang untuk melihat

perkembangan pengetahuan seseorang dalam pembelajaran. Hasil belajar

merupakan kompetisi atau kemampuan tertentu baik kognitif, efektif, maupun

psikomotorik yang dicapai siswa setelah melalui proses pembelajaran.

3. Model pembelajaran TGT

TGT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dimana

terdapat pembagian kelompok dan siswa saling membantu dalam kegiatan belajar

untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Penerapan model pembelajaran TGT

mendorong rasa tanggung jawab baik individu maupun kelompok untuk

memberikan sumbangan point terbaik untuk kelompoknya.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini didesain untuk dua siklus. Setiap

siklus dibagi menjadi 4 pertemuan. Setiap siklus terdiri dari 4 kegiatan yaitu tahap
28

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Jumlah siklus dapat berubah

sesuai dengan peningkatan kegiatan pembelajaran. Dalam artian jika pada siklus I

telah mengalami peningkatan kegiatan pembelajaran maka hanya dilakukan I

siklus, namun jika pada siklus I belum mengalami peningkatan maka akan

dilanjutkan pada siklus II, begitupun seterusnya sampai aktivitas belajar

meningkat.

Penelitian tindakan kelas dilakukan guru (peneliti) didalam kelas. Melalui

refleksi dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai seorang guru, sehingga

pembelajaran tersebut dapat meningkat keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VI

SD Kemala Bhayangkari, Makassar.

Fungsi dari masing-masing tahapan pada siklus tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Siklus I

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini dikembangkan rencana tindakan secara kritis untuk

meningkatkan kegiatan yang telah dilakukan, perencanaan merupakan tahap

awal dari rancangan penelitian tindakan yang berisi tentang persiapan yang

akan dilakukan untuk memecahkan masalah. Adapun tahapannya sebagai

berikut :

1.) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2.) Mempersiapkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang akan

diberikan kepada peserta didik .


29

3.) Mempersiapkan lembar pengamatan/observasi yang akan digunakan

untuk mengamati keaktifan siswa selama proses pembelajaran.

4.) Mempersiapkan tes hasil belajar.

d. Pelaksanaan tindakan

1.) Guru membuka pelajaran dengan salam kemudian dilanjukan

pengenalan dan tujuan kegiatan.

2.) Guru (Peneliti) menjelaskan rencana kegiatan dengan melaksanakan

skenario pengajaran berdasarkan rencana pembelajaran yang telah

dibuat.

3.) Pemberian pretest yang dijadikan acuan awal untuk mengukur

kemampuan siswa sebelum penerapan model pembelajaran.

4.) Penyampaian informasi mengenai model pembelajaran TGT disertai

dengan penyampaian tema materi yang akan dipelajari.

5.) Guru menyampaikan inti dari materi.

6.) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 5-6 orang.

Penentuan anggota kelompok bersifat heterogen, yaitu siswa yang

memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah disatukan.

7.) Setiap kelompok dibagikan LKPD yang berkaitan dengan materi.

8.) Guru meminta siswa untuk melakukan diskusi dengan kelompok

terkait dengan materi yang telah ditentukan.

9.) Games/permainan terdiri dari pertanyaan yang dirancang untuk

menguji pemahaman dan pengetahuan dalam presentasi dan belajar

kelompok. Pada tahap ini setiap anggota kelompok akan naik bergilir
30

untuk menjawab soal permainan. Dalam menentukan urutan siswa,

akan digunakan dadu jika saat melempar dadu muncul angka lima

maka akan berada di urutan kelima mengerjakan soal permainan. Bagi

siswa yang tidak bisa menjawab maka akan diganti dengan anggota

kelompok lain tetapi mendapat setengah point.

10.) Turnamen, dilaksanakan di akhir minggu. Siswa dikelompokkan

berdasarkan kemampuan dari kelompok yang berbeda. Disediakan

meja turnamen setiap meja terdiri dari lima orang dari kelompok yang

berbeda dengan tingkat kemampuan yang sama berdasarkan

pengamatan.

11.) Pada akhir siklus siswa diadakan posttest untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar setelah perlakuan model pembelajaran

TGT.

e. Pengamatan

Dalam tahap ini, dilakukan pengamataan atas dampak dan hasil dari

pelaksanaan tindakan, yaitu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Keaktifan tampak dari keberanian mengemukakan pendapat, bertanya dan

menjawab pertanyaan, partisipasi siswa dalam kelompok dan kemapuan

mengerjakan lembar kerja yang diberikan.

d. Refleksi

Dalam tahap refleksi dilakukan analisis dan penyimpulan hasil observasi

terhadap kegiatan siswa. Ada dua macam refleksi yaitu :


31

1.) Refleksi segera setelah satu kali pertemuan berakhir, digunakan untuk

mengidentifikasikan kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan

menentukan pemecahannya untuk perbaikan pada pertemuan berikutnya.

2.) Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui apakah

target telah tercapai sesuai dengan indikator keberhasilan tindakan.

Peneliti melakukan self reflection terkait keterampilan kooperatif dalam

kegiatan masing-masing fase, kemudian dilakukan refleksi dan diskusi

dengan guru untuk penyempurnaan tindakan dalam siklus kedua.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Setelah refleksi hasil dari siklus I jika keaktifan dan hasil belajar masih

tidak memenuhi kriteria. Maka untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I akan

ditindak lanjuti perencanaan pada siklus II. Adapun tahapan pada siklus ini

sebagai berikut:

1.) Identifikasi masalah dan observasi masalah berdasarkan refleksi pada

siklus I.

2.) Merancang kembali pembelajaran dengan membentuk kelompok.

3.) Mempersiapkan instrument penelitian yang dibutuhkan.

b. Pelaksanaan tindakan

Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan rencana

pembelajaran hasil refleksi berdasarkan sikus I dengan pembelajaran tematik

menggunakan model pembelajaran TGT.


32

c. Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan dengan menganalisis data siklus I dan siklus II. Hasil

analisis refleksi maka dapat diketahui pengaruh penerapan model pembelajaran

TGT dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi dalam kegiatan ini yaitu dengan melakukan pengamatan

terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa. Dalam ini untuk mengetahui

permasalahan yang terdapat di dalam kelas. Adapun untuk penelitian ini observasi

dilakukan untuk mengukur keaktifan siswa sebelum dan selama penerapan model

pembelajaran TGT.

2. Tes

Dalam penenlitian ini tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa

sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran TGT. Adapun bentuk tes

hasil belajar yaitu berupa pretest dan posttest.

3. Wawancara

Dalam penelitian ini wawancara digunakan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti. Adapun obyek wawancara yaitu guru sebagai

pendamping untuk mengetahui kondisi siswa.


33

4. Dokumentasi

Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh informasi langsung dari

lapangan. Adapun bentuk dokumentasi dalam penelitian ini yaitu berupa vidio

selama berjalannya kegiatan pembelajaran.

H. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah lembar observasi

dan lembar tes.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengobservasi

kekatifan siswa selama mengikuti proses pembeajaran. Adapun kisi-kisi lembar

observasi untuk mengukur keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kisi-kisi pedoman lembar observasi kekatifan siswa

No. Uraian Indikator Indikator

1. Siswa memperhatikan penjelasan guru saat kegiatan

pembelajaran.
Keaktifan
2. Membaca dan memahami materi yang telah
Visual
diberikan.

3. Semangat dan berpartisipasi dalam pembelajaran.

4. Siswa aktif mengajukan pertanyaan kepada guru

saat kegiatan pembelajaran. Keaktifan

5. Siswa aktif menjawab pertanyaan dari guru saat Lisan

kegiatan pembelajaran.
34

6. Siswa aktif melakukan diskusi dengan kelompok.

7. Siswa mendengarkan teman saat kegiatan belajar


Keaktifan
dalam kelompok.
Mendengar
8. Siswa mendengarkan guru saat menjelaskan.

9. Siswa mencatat hal-hal yang relevan terkait materi

yang disampaikan.

10. Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas Keaktifan

kelompok yang telah diberikan. Menulis

11. Siswa mandiri menjawab soal yang diberikan guru

dalam kegiatan pembelajaran.

2. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk pilihan

ganda dengan jumlah 25 butir soal.

I. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Kuantitatif Deskriptif

Data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas, selanjutnya dianalisis

dengan menggunakan analisis kuantitatif deskriptif. Data skor yang dicapai dari

subyek penelitian dalam tes pada akhir siklus I dan siklus II akan diolah secara

kuantitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan analisis deskriptif, yaitu skor rata-

rata dan persentase skor terendah dan skor tertinggi yang siswa dapatkan pada

pokok bahasan.
35

a. Keaktifan

Kriteria keberhasilan dari penelitian ini yaitu adanya peningkatan

kekatifan belajar tematik. Menurut Mulyasa (2009) Pembelajaran dikatakan aktif

dan berkualitas jika seluruhnya atau minimal 75% siswa terlibat aktif dan

menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat, dan rasa percaya diri.

Tindakan ini dikatakan berhasil jika diperoleh persentase kekatifan belajar

sekurang-kurangnya 75%. untuk mengukur keaktifan digunakan lembar observasi

dengan keterangan penilaian yaitu :

a. Skor 2 : Selalu

b. Skor 1 : Kadang-kadang

c. Skor 0 : Tidak pernah

Untuk menghitung persentase perolehan dalam penelitian ini digunakan

rumus sebagai berikut :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘


Persentase = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
𝑥 100% (3.1)

Catatan :

Perhitungan skor merupakan hasil dari skor maksimal dalam pedoman

penskoran keaktifan belajar yaitu 2 dikali dengan jumlah siswa. Kemudian untuk

menghitung persentase skor rata-rata keakatifaan belajar, maka jumlah persentase

dibagi dengan jumlah indikator.

𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑜𝑟


𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥 100% (3.2)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟
36

b. Hasil belajar

Ukuran indikator keberhasilan hasil belajar pada mata pelajaran tematik

adalah hasil belajar siswa yang sudah menunjukkan ketuntasan belajar. Siswa

dikatakan tuntas belajar apabila Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang harus

dipenuhi oleh siswa adalah diatas 75. Dan untuk nilai dibawah 75 dikategorikan

tidak tuntas. Apabila seorang siswa memperoleh nilai ≥75 maka siswa yang

bersangkutan mencapai ketuntasan individu, dan tuntas secara klasikal maksimal

85% yang telah mencapai daya serap sekitar 75% dari jumlah siswa yang tidak

tuntas (Daryanto, 2011).

Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai rata-rata tes

hasil belajar yaitu :

X = ∑𝑿 (3.3)
∑𝑵

Keterangan :

X = Nilai rata-rata

∑𝑋 = Jumlah semua nilai siswa

∑𝑁 = Jumlah siswa

Adapun rumus untuk mengetahui persentase peningkatan hasil belajar

yaitu sebagai berikut :


𝑌1−𝑌
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑃𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 = 𝑥 100% (3.4)
𝑌
37

Keterangan :

Y1 = Nilai setelah Tindakan

Y = Nilai sebelum Tindakan

Untuk menghitung prentase ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus

sebagai berikut :

∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟


𝑝= 𝑥 100% (3.5)
∑𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

Tabel 3.3 Standar Nilai Ketuntasan Belajar

No. Skor Kategori

1. 0 – 34 Sangat Rendah

2. 35 – 54 Rendah

3. 55 – 64 Sedang

4. 65 – 84 Tinggi

5. 85 – 100 Sangat Tinggi

Sumber : Depdiknas, 2008

c. Uji normalitas (N-gain)

Uji Normalitas (N-gain) digunakan untuk mengukur peningkatan hasil

belajar berdasarkan nilai pretest dan posttest dengan penerapan model

pembelajaran TGT pada mata pelajaran tematik. Data kuantitatif berupa skor

pretest dan posttest dianalisis untuk mengetahui selisih nilai menggunakan rumus

berikut :
38

𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡−𝑆𝑝𝑟𝑒
N-Gain = 𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑆𝑝𝑟𝑒 (3.6)

Keterangan:

Spost = Skor tes akhir

Spre = Skor tes awal

Smaks = Skor maksimum

Tabel 3.4 Pedoman nilai N-Gain


Nilai N-Gain Kriteria
0,70-1,00 Tinggi
0,30-0,70 Sedang
0,00-0,30 Rendah
Sumber : Khasanah,2013

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, dan sebagianya

(Sugiyono,2013). Penyajian data dilakukan ntuk menyusun informasi secara

sitematis mulai dari perencanaan, pelaksanaan, tindakan hingga refeleksi pada

setiap siklus. Dalam penelitian ini, data hasil observasi yang telah dihitung dan

diolah dijsajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Data mengenai peningkatan hasil

belajar dan keaktifan siswa akan disajikan dalam bentuk grafik.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan usaha pencarian makna dari data yang

disajikan. Penarikan kesimpulan dilakukan untuk menjawab masalah yang

diajukan dalam penelitian. Dalam penelitian, setelah data disajikan dalam bentuk

tabel dan grafik, kemudian dilakukan pemaknaan data.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Media.

Adnyana.N.P. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament

(MPTGT) terhadap Hasil Belajar Biologi dan Kecerdasan Emosional Siswa.

E-jornal Program Pascajarjana. Universitas Negeri Ganesha. Program

Studi IPA. Vol. 4.

Arikunto.2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka

Cipta.

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah.

Yogyakarta : Gaya Media.

Dedy. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dikmenus.

Faizi, M.2013. Ragam Metode Mengajar Eksakta pada Murid. Jogyakarta: Diva

Press.

Hawa, M., Andayani, Suyitno, & Wardani, N. E. 2019. The Implementation of

Literary Sociology Learning Model with Contextual and Spiritual Quotient

Approach to Teach Literary Sociology. International Journal of Instruction,

12(1), 283–298.

39
40

Khasana, A. Z. 2013. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Underachiever Melalui

Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa SD Negeri Semarang. Skripsi.

Universitas Negeri Malang.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagaimana

Perkembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Lexy J. Moleong. 2005.Metode penelitian kualitatif. Bandung: remaja rosdakarya.

Lubis, W.A., 2017. Peningkatan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar Siswa Dalam

Pembelajaran IPA dengan Metode Kerja Kelompok Untuk Kelas III SDN

Sepatan Kabupaten Tulungagung. Other thesis, Univ. Muhammadiyah

Malang.

Mulyasa. 2009. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan

Implementasi. Bandung. Remaja Rodakarya.

Mulyasa, E. 2014. Pengembangan dan Impelementasi Kurikulum 2013. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Nafisah, Fittratun. 2020. Penerapan Model Pembelajaran Team Games Turnamen

(TGT) untuk Meningkatkan Keaktifan belajar siswa pada pembelajaran

temaik kelas IV di Sekolah Daar Negeri 146/IX Desa Parit Kabupaten

Muoro Jambi. Skripsi. Program Studi Pendidikan Madrasah dan Ibtidaiyah.

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Saifuddin.
41

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar

Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Perundang-undangan Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan.

Prakoso, Satyo. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Teams

Games Tournament (TGT) Dengan Bantuan Media Dart Board Untuk

Meningkatkan Keaktifan Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Akuntansi Smk

Bhakti Karya Magelang Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi

Pendidikan Akutansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Rede, Amram. 2017. Pembelajaran Tematik Pemanasan Global dan Kesadaran

Diri Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 23 No. 2 Hal. 1-13.

Riduwan. 2013. Dasar-dasar statistika. Bandung: Alfabeta.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Romanda, Adang. 2016. Penerapan Model Team Games Turnament (TGT) untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V di MI Al-Fajar Pringsewu Tahun

Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Raden Intan

Lampung.

Slavin, R. E. 1995. Cooperative learning : Theory, research, and practice (2 nd

ed). Boston: Allyn and Bacon.


42

Suarjana. 2000. Wahdaniyah, Chumdari, M. Ismail, S. 2013. Peningkatan

Kemampuan Berbicara Melalui Model Pembe;ajaran Kooperatif Teams

Games Tournament (TGT) pada Anak Kelompok A Siwi PENI XI Tahun

Pelajaran 2013/2014.

Slavin E. Robert. 2010. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik).

Bandung: Nusa Media.

Sudjana, N. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya.

Sudjana, N. 2004, Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Ramaja

Rosdakarya.

Sudjana, N.2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sukardi. 2013. Metode Penelitian Tindakan Kelas : Implementasi dan

pengembangannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Suraya, Kharisma. R. 2014. Pembelajaran Tematik Integratif dan Pengaruhnya

Terhadap Akhlak Kelas IV SD Negeri Cebongan Yogyakarta. (Online),

(http://digilib.uinsuka.ac.id). Diakses 18 Oktober 2022.

Suryosubroto.2009. Proses belajar mengajar disekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.

Jakarta : Prestasi Pustaka.


43

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi Dan

Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Ulun, 2013. Pembelajaran Aktif: Teori Dan Asesmen. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Wahyuni , Hermin Tri, Punaji Setyosari, Dedi Kuswandi. 2016. Implementasi

Pembelajaran Tematik Kelas 1 SD. Edcomtech Volume 1, Nomor 2, Hal.

129-136.

Yusuf. 2013. Teori Belajar dalam Praktik. Makassar: Alauddin University press.

Anda mungkin juga menyukai