GOWA
1827042034
FAKULTAS TEKNIK
2022
SKRIPSI
Fakultas Teknik untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan.S1
1827042034
FAKULTAS TEKNIK
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
skripsi dengan judul “Pengaruh ice breaking untuk mengatasi kejenuhan belajar
siswa pada mata pelajaran dasar-dasar budidaya tanamn kelas X SMKN 4 Gowa”.
Skripsi ini diajukan untuk menyelesaikan studi strata 1 untuk mencapai gelar
sarjana pendidikan.
Skripsi ini terdiri dari 5 bab yaitu BAB I pendahuluan, BAB II tinjauan
Pustaka, BAB III metode penelitian, BAB IV hasil penelitian dan pembahasan,
dan BAB V simpulan dan saran. Hasil analisi dan pembahasan penelitian
setinggi-tingginya kepada Ibu Nur Anny S. Taufieq, SP., M.Si., Ph.D selaku
pembimbing I dan Bapak Dr. M. Rais, S.Pd., M.P., M.T selaku pembimbing II.
Ucapan terimakasih juga disampiakan kepada tim penguji, yaitu Ibu Nurmila,
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Husain Syam, M.TP., IPU., ASEAN Eng sebagai Rekto
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Yahya, M.Kes., M.Eng., IPU sebagai Dekan
3. Ibu Dr. Ir. Andi Sukainah, S.TP., M.Si., IPM sebagai Ketua Program Studi
10. Kepada sahabat penulis NST (Aisyah, Desy, Devita, Nur, Ima, Ayu,
Wiwi, Kiki, Ina dan Hilda) yang selalu membantu mulai dari proses awal
hingga penulis berada pada titik ini. Memberikan masukan dan nasehat
kepada penulis. Penulis berharap kita bisa menjalin persahabatan till jannah.
11. Kepada sahabat penulis Karmila, Auliah dan Indah. Yang selalu
akhirnya penulis berada pada titik ini. Penulis berharap kita bisa menjalin
(Agrobot18), atas segala kebersamaan yang telah dibangun dan ilmu yang
14. Seluruh pihak yang tidak sempat penulis sebutkan, atas segala bantuannya.
Pada kesempatan ini, penulis secara istimewa berterima kasih kepada kakek
dan kedua Orang Tua tercinta, Kakek Sohopi, S.Pd. Ayahanda Abd. Razak, S.Pd
dan Ibunda Sumarni, S.Pd yang senantiasa mendoakan dan memotivasi penulis
Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf apabila
maupun kritik yang bersifat membangun. Penulis juga berharap semoga skripsi ini
Penulis
A. Jenis penelitian................................................................................................. 26
C. Desaon penelitian............................................................................................. 27
LAMPIRAN ................................................................................................................... 71
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
identitas diri. Tuntutan mendasar yang dialami dunia pendidikan saat ini adalah
sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta
dengan hasil yang optimal berdasarkan standar nasional pendidikan yaitu salah
ditetapkan. Pada siklus ini guru berperan penting dalam membantu mewujudkan
Gowa pada mata pelajaran dasar-dasar budidaya tanaman dengan alokasi waktu 5
x 45 menit setiap pertemuan, pada realitanya banyak siswa yang tidak fokus saat
kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena guru yang
monoton sehinga siswa merasa jenuh saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Selain itu, peneliti juga mendapatkan informasi dari para guru yang
mengatakan hal yang sama seperti yang didapatkan peneliti saat melakukan
pengamatan. Mereka menerangkan bahwa tak jarang ada siswa yang tidak hadir
ke sekolah, siswa yang tidur saat guru menyampaikan materi pelajaran, dan siswa
yang tidak disiplin. Hal ini terjadi karena kejenuhan belajar yang dirasakan oleh
siswa. Istilah jenuh akar katanya adalah jenuh, kejenuhan bisa berarti padat atau
penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apa pun, jenuh juga berarti jemu atau
bosan. Kejenuhan belajar adalah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk
ceramah dari awal hingga akhir pembelajaran. Selain itu, kejenuhan belajar bisa
disebabkan karena pengaruh dari belajar secara jarak jauh melalui sambungan
motivasi anak dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa merasa bosan dan
kurang antusias (Arifin & Muhammad, 2021). Pembelajaran jarak jauh yang
selama 2 tahun ini dilakukan terbukti sangat berpengaruh terhadap perilaku siswa
dikarenakan selama belajar di rumah, tak jarang ada siswa yang tidak fokus pada
membuka aplikasi game, aplikasi chat, sosial media, dan lain-lain. Hal ini
akhirnya tertanam dalam diri siswa dan melakukan hal yang sama ketika
pembelajaran tatap muka kembali dilaksanakan. Cara belajar mereka yang selama
2 tahun ini bisa diselingi dengan aktivitas lain menjadi tidak bisa diselingi ketika
pembelajaran tatap muka kembali dilaksanakan. Hal ini juga salah satu faktor
dengan teman-temannya beserta guru. Oleh karena itu, siswa seringkali hanya
mengikuti pembelajaran hingga akhir tapi tidak dapat menerima materi dengan
baik dan tidak mengetahui tujuan dari materi yang telah diberikan. Proses
interaksi belajar mengajar disadari atau tidak, banyak siswa yang menjadi lelah,
malas, jenuh dan tidak tertarik atau tegang saat mengikuti suatu proses
Hal-hal semacam itu, tidak dapat dipungkiri akan mengakibatkan kebosanan dan
kejenuhan yang akhirnya akan membawa suasana menjadi tidak dinamis, tidak
ada gairah, maupun malas untuk berpikir lebih dalam. Tidak jarang juga
pertemuan menjadi tidak hidup sehingga tidak didapatkan respon yang positif dari
murid. Akibat terbesar kondisi tersebut adalah materi tidak dapat dipahami,
seluruh pembelajaran menjadi sia-sia, dan penolakan terhadap setiap ide. Hal
Selain itu, kejenuhan belajar yang dialami siswa akan mempengaruhi hasil
penyegaran atau ice breaking. Ice breaking merupakan teknik pembelajaran yang
aktif dan menarik, selain membuat siswa lebih aktif teknik ini juga sangat
bermanfaat untuk menghilangkan rasa bosan dan malas dalam belajar (Tamalama
et al., 2020). Menurut Abduh (dalam Susanah et al., 2014) menggunakan ice
breaking dalam pelajaran terkadang kita melihat timbulnya suasana yang kurang
itu menjadi kurang nyaman. Metode ice Breaker diartikan sesuatu yang
pembelajaran.
diperoleh hasil bahwa Ice breaking menjadi salah satu alternatif yang dapat
memacu semangat dan optimisme pada diri siswa. Artinya, ketika Suasana sudah
memanas, menegang, maka perlu suatu minuman yang dingin dan menyegarkan,
yaitu metode Ice breaker agar suasana kembali dingin dan otak siap menuju
kejenuhan belajar siswa pada mata pelajaran dasar-dasar budidaya tanaman kelas
X SMKN 4 Gowa”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
adalah:
SMKN 4 Gowa
Gowa
D. Manfaat Penelitian
sebagai berikut :
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Ice Breaking
suasana yang membosankan, dan tegang. Ice Breaking terdiri dari dua suku kata
yaitu ice yang berarti es dan breaking yang berarti pemecahan. Jadi, ice breaking
bisa diartikan sebagai upaya memecah atau mencairkan suasana yang kaku
menjadi lebih nyaman dan santai. Hal ini bertujuan agar materi yang disampaikan
dapat diterima dengan baik oleh siswa. (Tamalama et al., 2020). Menurut
Soenarno (dalam Susanah & Dedy, 2014) ice breaker merupakan peralihan situasi
rileks, bersemangat, serta adaa perhatian dan ada rasa senang untuk
mendengarkan atau melihat orang lain yang berbicara di depan kelas atau ruangan
pertemuan.
Ice Breaking dapat dilakukan untuk menciptakan suasana yang baik ketika
jenuh siswa saat pembelajaran berlagsung. Tujuan utama dilakukan ice breaking
adalah meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran dan siswa yang sudah
siswa saling mengenal satu sama lain dan mengarahkan siswa untuk fokus pada
topic pembahasan.
Ice breaking ini perlu dilakukan oleh guru karena berdasarkan hasil
penelitian, rata-rata setiap orang untuk dapat berkonsentrasi pada satu focus
tertentu hanyalah sekitar 15 menit. Setelah itu konsentrasi seseorang sudah tidak
lagi dapat memusatkan perhatian (fokus). Seorang guru harus peka ketika melihat
gejala yang menunjukkan bahwa siswa sudah tidak dapat konsentrasi lagi dengan
melakukan ice breaking agar siswa menjadi segar dan konsentrasi kembali.
associates bentuk ice breaking ada bermacam-macam mulai dari sekadar tekateki,
cerita-cerita lucu atau humor ringan yang memancing senyum, lagu-lagu atau
nyanyian yang disertai gerakan tubuh (action song), sampai permainan permainan
berkelompok yang cukup menguras tenaga atau bahkan pikiran. Selain itu dapat
juga dilakukan dengan melakukan senam otak (brain gym). Berikut ini beberapa
model ice breaking yang dapat ditiru, modifikasi, dan kembangkan sesuai dengan
a. Yel-yel
karakteristiknya dengan gaya yang lucu, unik, dan energik. Tak butuh waktu lama
Jenis ice breaking ini adalah jenis yang paling sering digunakan oleh para
tenaga pendidik. Teknik tepuk tangan merupakan teknik ice breaking yang paling
waktu. Seorang guru hanya perlu memodifikasi sedikit jenis yang ada atau
c. Jenis humor
Humor berasal dari istilah inggris yang pada mulanya memiliki beberapa
arti. Namun, semuanya berasal dari suatu istilah yang berarti “cairan”. Humor
kepada bagaimana membuat suasana menjadi cair tanpa ada ketegangan setelah
Permainan (games) adalah jenis ice breaking yang paling membuat siswa
heboh. Siswa akan muncul semangat baru yang lebih saat melakukan permainan.
berpikir dan bertindak lebih baik dan lebih efektif. Permainan merupakan kegiatan
yang paling digemari oleh semua orang. Bukan saja bagi anak-anak, namun juga
bagi para siswa didik dewasa. Hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam
memilih games yang akan digunakan sebagai ice breaking antara lain.
Ice breaking yang baik adalah ice breaking yang dapat memberikan
Hal ini tentu dilakukan tanpa persiapan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu
oleh yang bersangkutan. Seorang guru yang tanggap terhadap kondisi siswa tentu
akan segera mengambil tindakan terhadap kondisi dan situasi pembelajaran yang
siap secara mental untuk menerima materi pembelajaran baru, maka seorang guru
dilakukan secara spontan hendaknya adalah yel-yel yang sudah pernah atau biasa
Ice breaking yang baik dan efektif membantu proses pembelajaran adalah
ice breaking yang direncanakan dan dimasukkan dalam rencana pembelajaran. Ice
terus memusatkan perhatian selama jam pembelajaran berlangsung, baik pada saat
panjang untuk terus berkonsentrasi pada hal yang sama adalah hal yang sangat
sulit dilakukan oleh anak didik. Penggunaan ice breaking pada inti pembelajaran
konsentrasi siswa.
jenis lagu.
c. Melatih siswa berinteraksi dalam kelompok dan bekerja sama dalam satu
tim.
Dari manfaat ice breaking tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan ice
dingin, atau beku sehingga pembelajaran saat itu menjadi kurang nyaman. Ice
breaking berguna untuk menaikkan kembali perhatian siswa. Ice breaking ini
perlu dilakukan oleh guru karena berdasarkan hasil penelitian, rata-rata setiap
orang untuk dapat berkonsentrasi pada satu fokus tertentu hanyalah sekitar 20
menit. Setelah itu konsentrasi seseorang sudah tidak lagi dapat memusatkan
perhatian (fokus). Seorang guru harus peka ketika melihat gejala yang
menunjukkan bahwa siswa sudah tidak dapat konsentrasi lagi dengan melakukan
breaking yaitu:
a. jika guru hanya menggunakan ice breaking dengan tipe yang sama, maka
b. Jika guru kurang kreatif dalam meramu permainan, maka akan sedikit
Penerapan suatu kegiatan pasti memiliki nilai positif atau kelebihan. Hal
ini akan semakin bermakna dan memiliki efek positif tergantung dari kekreatifan
kekurangan dalam penerapan tersebut. Ketika guru telah selesai menggunakan ice
breaking sebaiknya mengevaluasi dirinya untuk mengetahui sejauh mana
a. Tujuan : Kegiatan ice breaking harus sesuai dengan materi yang diberikan.
Faktor penting.
20 menit.
merileksasi suasana.
2. Kejenuhan Belajar
mendapatkan ilmu dan merubah tingkah laku untuk menjadi lebih baik ke
depannya. Dalam belajar, siswa sering kali merasakan lelah, capek, dan
mengantuk. Hal ini disebut kejenuhan belajar. kejenuhan belajar sering kali
dirasakan siswa sehingga materi pembelajaran yang dibawakan oleh guru tidak
pekerjaan individu Hal ini dilaporkan menjadi salah satu emosi yang paling sering
kegembiraan atau minat. Hal ini jelas menunjukkan bahwa meskipun merajalela,
terutama dalam hal pembelajaran bahasa kedua dan bahasa asing (L2) (Pawlak et
al., 2020).
dirinya lelah dan jenuh baik secara mental ataupun secara fisik sebagai akibat
tuntutan pekerjaan terkait dengan belajar yang meningkat (Slivar dalam Afifah,
2019). Selanjutnya menurut Thohirin (2006), kejenuhan belajar pada siswa yaitu
perasaan lelah atau bosan yang disebabkan karena keletihan fisik dan kognitif
yang disebabkan karena terlalu banyak tuntutan dalam jangka waktu yang singkat
Kejenuhan belajar yang berasal dari luar diri siswa adalah ketika siswa
berada pada situasi yang ketat dan menuntut kerja intelek (kecerdasan) yang berat.
Dalam durasi jam belajar yang cukup panjang setiap harinya dan diiringi dengan
mata pelajaran yang cukup banyak dan cukup berat diterima oleh memori siswa
Selanjutnya kejenuhan belajar yang berasal dari dalam diri siswa adalah ketika
siswa bosan dan keletihan. Keletihan yang dialami oleh siswa dapat menyebabkan
kebosanan dan siswa dapat kehilangan motivasi serta malas untuk mengikuti
indera siswa, keletihan fisik siswa dan keletihan mental. Keletihan indera dalam
hal ini mata dan telinga pada umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan lebih
mudah setelah siswa beristirahat cukup. Keletihan fisik dan indera seperti mata,
telinga, atau indera yang lainnya. Pada umumnya dapat dihindari dan dapat
dihilangkan lebih mudah setelah siswa istirahat cukup, terutama tidur nyenyak dan
Kebanyakan siswa tidak menyadari bahwa cara belajar mereka dari sejak
pelajaran hafalan, melakukan aktivitas hanya jika hanya akan menghadapi tes atau
ujian.
Belajar hanya di tempat tertentu seperti letak meja, kursi, benda lain,
keadaan dinding, kondisi ruang yang tidak berubah-ubah, itu dapat pula
belajar itu lazimnya dapat diatasi dengan menggunakan cara-cara sebagai berikut:
yang menyerang seseorang saat sedang menjalani proses belajar mengajar, baik
dalam bentuk fisik dan psikis, suatu keadaan dan kondisi di mana seseorang
mengalami rasa padat dan bosan serta suatu usaha yang dilakukan secara terus
menerus untuk mencapai hasil maksimal tapi sama sekali tidak mendatangkan
pembelajaran yang mengacu pada tujuan, materi, dan karakteristik siswa mulai
dari tahap perencanaan hingga tahap evaluasi. Akan tetapi, persiapan yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah konsentrasi siswa yang
hanya bertahan beberapa menit. Hal tersebut biasanya ditandai dengan siswa
mengantuk, jenuh, gaduh, kurang bersemangat, bosan, dan kurang fokus dalam
menerima materi pelajaran. Dampak dari itu semua dikhawatirkan akan membuat
pemahaman siswa menjadi kurang yang pada akhirnya menjadi salah satu faktor
belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan
akademik, sikap, motivasi, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Selain itu,
beberapa penelitian mengatakan bahwa proses belajar dan hasil belajar mungkin
berbeda pada banyak faktor, seperti subjek studi, durasi belajar, atau bahkan jenis
kondisi lingkungan (Marton, Alba, & Kun,2014; OECD, 2018 dalam Wahono et
al., 2020).
jenis hasil belajar tersebut dapat diisi dengan bahan yang telah diterapkan dalam
keterampilan motoris.
rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar
berikutnya. Hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah
tinggi dari pada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak
perlu ditanyakan sebab, untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui
dan mengenal.
Hasil belajar afektif pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti
teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Dalam hal ini, penilaian
sikap lebih ditujukan untuk membina perilaku sesuai budi pekerti dalam rangka
(memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan berperilaku).
Kajian penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Desmidar et al (2021) dengan tujuan untuk menguji efektivitas ice
penelitian tersebut adalah siswa kelas VIII.1 MTs Negeri 2 Pasaman, yaitu 41
angket dan observasi. Sampel penelitian adalah 20 orang mahasiswa yang dibagi
desain) dalam bentuk pretes-postes kontrol grup desain. Penerapan ice breaking
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan minat belajar siswa kelas V di SDN
mengetahui gambaran minat belajar siswa setelah penerapan ice breaking kepada
diperoleh nilai sig. (2 tailed) 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan
signifikan dalam minat belajar rata-rata siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Masyarakat ini dilaksanakan dengan pemberian pelatihan kepada para guru dan
masyarakat ini sebanyak 7 jenis kegiatan telah dilatihkan kepada guru di SDN
0,5) df (54), atau 7,70 > 2,005. Artinya hipotesis nol (H0) ditolak dan Hipotesis
C. Kerangka Pikir
siswa, karena pada saat itu siswa mengalami kejenuhan dan merasa bosan
guru masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa cepat merasa bosan.
materi, hal ini yang menyebabkan kurangnya interaksi yang berkualitas antara
guru dan siswa. Proses kegiatan pembelajaran yang baik adalah proses yang bisa
belajar lebih bergairah. Ice breaking dapat diberikan kepada siswa pada awal.
Tengah dan akhir pembelajaran akan tetapi lebih efektif jika diberikan pada
kejenuhan saat belajar. Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
2.1
Kondisi awal :
1. Siswa merasakan jenuh saat pembelajaran berlangsung karena pembelajaran
yang monoton dan tidak ada interaksi antara guru dan siswa.
2. Tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sangat rendah.
Tindakan :
1. Menggali pengetahuan awal siswa dengan memberikan soal pre-test.
2. Memberikan siswa materi pembelajaran terkait pembiakan tanaman.
3. Memberikan tindakan kepada siswa berupa ice breaking Tegas Pertanian
(Tebak gambar seru pertanian)
4. Melanjutkan pemberian materi
5. Siswa diberikan ice breaking setiap 30 menit sekali
6. Menyimpulkan materi pembelajaran mengenai pembiakan tanaman
Diharapkan :
Pemberian ice breaking diharapkan dapat mengatasi kejenuhan belajar dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran dasar-dasar budidaya tanaman kelas X
SMKN 4 Gowa.
D. Hipotesis Tindakan
Dari uraian masalah dan kajian teori serta kerangka pikir yang telah
dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan bahwa ice breaking
dapat mengatasi Kejenuhan belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang diharapkan akan
memperbaiki kinerja guru melalui refleksi diri sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat karena adanya tindakan dari guru secara alami untuk memecahkan
diterapkan pada penelitian ini adalah penerapan ice breaking. Ice breaking yang
pelajaran dasar-dasar budidaya tanaman yang nantinya akan dizoom lalu siswa
akan menebak gambar yang telah disediakan. Bagi yang salah menebak akan
diberikan hukuman dan bagi siswa yang menjawab benar akan diberikan reward.
1. Waktu
2. Tempat
Sulawesi .
C. Desain penelitian
berbentuk siklus dan spiral atau yang dikenal dengan model Stephan Kemmis dan
(reflecting). Gambar model Stephan Kemmis dan Robin Mc Taggart dapat dilihat
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek dan objek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X ATPH SMKN 4 Gowa yang
berjumlah 144 orang. Jumlah populasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
NO
1. X ATPH 1 36 Siswa
2. X ATPH 2 36 siswa
3. X ATPH 3 34 siswa
4. X ATPH 4 36 siswa
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
tertentu, yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu 34 orang siswa yang
berasal dari kelas X ATPH 3. Alasan peneliti memilih kelas ATPH 3 adalah hasil
E. Variabel Penelitian
yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang yang lain atau satu objek
dengan objek lain. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah variable
bebas dan variable terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang dapat
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Adapun
variabel bebas dalam penelitian ini adalah ice breaking sedangkan variabel terikat
dalam penelitian ini adalah kejenuhan belajar dan hasil belajar siswa.
yang kaku, dingin, tegang dalam proses pembelajaran. Ice breaking yang
akan diberikan kepada siswa berupa games yang diberikan nama „tegas
Pertanian‟ atau tebak gambar seru pertanian. Sistem dalam games ini siswa
akan disusun/berbaris dalam satu barisan kemudian satu per satu maju untuk
pembelajaran yaitu :
1. Angket
kuisioner untuk diisi langsung oleh responden yang dilakukan untuk menghimpun
pendapat umum. Penyebaran angket yang peneliti sebarkan pada siswa kelas X
pembelajaran yang dialami siswa ketika sebelum dan sesudah pemberian ice
breaking. Adapun kisi-kisi pada angket yang akan diberikan kepada siswa dapat
variabel + -
mengikuti pembelajaran
3. siswa mengikuti 5 6
pembelajaran dengan
baik
Perhatian 1. Siswa memiliki kemauan 11 12
2. Memfokuskan pusat
perhatian terhadap
pelajaran dasar-dasar
budidaya tanaman
mengikuti kegiatan
pembelajaran dasar-dasar
budidaya tanaman
cara pengisian diberikan tanda centang (✓)pada salah satu jawaban yang ada pada
pilihan yang siswa anggap sebagai jawaban yang paling benar dan sesuai dengan
kepribadian siswa.
Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam
kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa
survei. Ada dua bentuk pertanyaan yang menggunakan Likert yaitu pertanyaan
positif untuk mengukur minat positif , dan bentuk pertanyaan negatif untuk
terdiri dari sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Taluke et
al., 2019).
X 100%
bawah ini :
Tabel
Skor kategori
51-75 Setuju
2. Tes
Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam penelitian. Tes
jawaban-jawaban yang dapat dijadikan sebagai penepatan skor angka. Ada 2 jenis
tes dalam penelitian ini yaitu pre test dan Post test.
a. Pre test
Menurut Anas Sudijono dalam Effendy (2018) Pretest atau tes awal yaitu
tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi
atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh siswa. Hasil
dari Pre-test akan membantu mengintegrasikan (asimilasi) dari pengetahuan siswa
sebelumnya dengan informasi yang baru sehingga bahan atau materi yang akan
diajarkan dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa itu sendiri, atau terjadinya
penyesuaian (akomodasi) kognitif siswa ke dalam materi baru jika materi belum
b. Postest
Sedangkan Post-test atau tes akhir Menurut Anas Sudijono dalam Effendy
(2018) adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
semua materi yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya
oleh siswa.
3. Teknik Dokumentasi
Pada tahap ini, dokumentasi digunakan sebagai sumber data untuk menguji
dan menafsirkan data yang diperoleh saat penelitian dilakukan. Dokumen ini
dapat digunakan untuk melengkapi dan memperkuat data yang dapatkan pada sesi
mendapatkan data mengenai kejenuhan belajar siswa dan segala kegiatan siswa
dan guru selama pelajaran, dokumentasi dapat berupa tulisan dan gambar.
H. Instrumen penelitian
atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan yang timbul. Jenis
instrument yan akan digunakan peneliti pada penelitian ini adalah angket beserta
Pretest dan posttest. Angket akan diberikan kepada siswa saat akhir pembelajaran.
Angket ini digunakan untuk mengetahui tingkat kejenuhan belajar siswa sebelum
dan sesudah diberikakn ice breaking. Sedangkan Pretest dan posttest digunakan
I. Prosedur Penelitian
berikut:
1. Siklus 1
a. Perencanaan Pembelajaran
4) Pelaksanaan Pembelajaran
1) Kegiatan Awal
3) Penutup
disampaikan.
c. Refleksi
dilakukan analisis sebagai bahan kinerja pada kegiatan refleksi sebagai berikut:
siklus berikutnya.
2. Siklus II
Tahap-tahap penelitian pada siklus II seperti tahap kerja pada siklus I, siklus
mana minat belajar siswa masih rendah. Pada dasarnya pelaksanaan siklus II
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif. Setelah
data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka kegiatan selanjutnya adalah
Yₗ - Y
Keterangan :
Jumlah skor
A. Hasil Penelitian
Status : Negeri
b. NPSN : 40301041
c. Kecamatan : Pallangga
d. Kabupaten/kota : Gowa
a. Visi
indah.
lingkungan.
8. Membangun kemitraan (link dan match) dengan dunia usaha dan dunia
dan kuantitas.
2. Profil SMK Negeri 4 Gowa
c. Akreditasi Sekolah :A
Kelurahan : Mangalli
Kecamatan : Pallangga
Kabupaten : Gowa
f. Kepemilikan tanah :
pembelajaran, tenaga pendidikan dan pegawai SMK Negeri 4 Gowa dapat diamati
(orang) (orang)
Jumlah 116 16
sarana dan prasarana, demikian juga dengan SMKM 4 Gowa. Adapun sarana dan
4 Ruang guru 1
5 Ruang belajar 53
6 laboratorium 3
7 Workshop/bengkel 21
8 Aula 1
9 Gudang 1
10 Sarana olaraga 1
11 Ruang osis 1
12 Ruang jaga 1
13 Kamar mandi/wc 6
14 Ruang kesiswaan 1
Hasil penelitian adalah suatu data atau keterangan yang diperoleh setelah
3. Siklus I
a. Kejenuhan belajar
Kejenuhan belajar adalah kondisi di mana siswa tidak bisa menerima materi
ini adalah skala likert dengan rentangan skor 1 hingga 4 jumlah pernyataan 20
item. Deskripsi yang disajikan adalah data secara umum dari kejenuhan belajar
meliputi: skor minimal, skor maksimal, median dan standari deviasi. Adapun
dalam tabel 4.
tabel 4. 3 Kategori kejenuhan belajar
Kategori Nilai
Sangat rendah 1 – 20
Rendah 21 – 40
Sedang 41 – 60
Tinggi 61 – 80
Sebelum diberikan tindakan atau penerapan ice breaking kepada siswa kelas
angket kejenuhan belajar siswa kelas X ATPH 3 dipaparkan secara singkat pada
tabel 4.4
Nilai Minimal 57
Nilai Maksimal 73
Mean 62,87
Median 63
Mode 64
Varians 14,65
(mean) = 62,87, modus = 64, standar diviasi = 3,82, varians = 14,65, skor
terendah = 57, skor tertinggi = 73 dengan jumlah skor keseluruhan adalah 2138.
tabel 4. 5 Hasil persentase angket kejenuhan belajar siswa sebelum penerapan ice
breaking
Sangat rendah - -
Rendah - -
Sedang 13 38%
Tinggi 21 62%
Sangat Tinggi -- -
Jumlah 34 100%
Dari hasil persentase dan kategori kejenuhan belajar yang terdapat dalam
tabel 4.5, menunjukkan bahwa kejenuhan belajar siswa kelas X ATPH 3 yang
terdiri dari 34 Orang, 21 diantaranya memiliki tingkat kejenuhan yang tinggi yaitu
b. Hasil Belajar
1) Pre Test
Pre-test atau tes awal yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
diajarkan telah dapat dikuasai oleh siswa. Hasil pre-test diperoleh oleh
tabel 4. 6 Statistik nilai penguasaan peserta didik pada tes awal siklus 1
Nilai tertinggi 40
Nilai terendah 14
Rentang nilai 26
pembelajaran. Oleh karena itu dilakukan perbaikan agar nilai yang diperoleh
3 Cukup 56-70 - -
4 Kurang 41-55 - -
Total 34 100%
2. Post Test
Posttest atau tes akhir adalah tes yang dilakukan pada akhir skilus 1
Nilai tertinggi 67
Nilai terendah 35
Rentang nilai 32
2 Baik 71-85 - -
Total 34 100%
siswa yang mencapai kulaifikasi baik sekali dan msih ada siswa yang berada
hasil bahwa pelaksanaan pembelajaran belum berjalan secara maskimal. Hal ini
dilihat dari nilai skor kejenuhan belajar dan hasil belajar yang diperoleh siswa.
siswa yang sering izin keluar kelas, atau mengobrol dengan temannya diluar dari
pembelajaran.
pembelajaran yang akhirnya akan berdampak pada rendahnya hasil belajar yang
diperoleh siswa. Pada saat diberikan soal berupa pre-test keseluruhan siswa dalam
kelas berada pada kategori kurang sekali. Hal ini disebabkan karena siswa belum
soal post-test diakhir pertemuan untuk mengukur pengetahuan siswa. Hasil post-
test menunjukkan 2 siswa masih berada dalam kategori sangat rendah, 9 siswa
berada pada kategori rendah dan 23 siswa berada pada kategori cukup.
Hasil yang diperoleh pada siklus I belum mencapai target yang peneliti
inginkan. Untuk itu, peneliti memberikan solusi dengan memberikan ice breaking
kepada siswa di sela-sela pembelajaran agar siswa tidak merasakan jenuh saat
pembelajaran.
dan pada saat itu sekolah masih menggunakan kurikulum K13, tetapi pada saat
Perubahan kurikulum ini menjadi kendala terbesar karena kurikulum Merdeka ini
tergolong baru dan hanya beberapa sekolah yang telah menggunakannya, bahkan
guru di jurusan ATPH juga masih belum mengerti dengan baik cara membuat
4. Siklus II
Pada siklus II, seluruh proses tes dan pemberian materi sama dengan proses
yang dilakukan pada siklus I. siklus II merupakan pengulangan dari siklus I untuk
mengetahui perubahan kejenuhan dan hasil belajar peserta didik selama 2 siklus.
a. kejenuhan belajar
dan tidak merasa tertarik dengan pembelajaran. Kejenuhan belajar siswa dalam
penelitian ini dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: kategori rendah, sedang,
dan tinggi berdasarkan skor yang diperoleh oleh masing-masing siswa setelah
diberikan tindakan.
perbedaan hasil skor setiap siswa. Hasil skor yang dikumpulkan melalui angket
Sampel 34
Nilai minimal 32
Mean 47,14
Median 48
Mode 52
Standar 6,67
Sum 1603
Pada tabel 4.10 Di atas, dapat dilihat bahwa perubahan hasil skor jawaban
yang diberikan oleh siswa terhadap kejenuhan belajar mengalami perubahan yang
persentase kejenuhan belajar pada siswa kelas X ATPH 3 sesudah penerapan ice
Sangat rendah
Rendah 5 15%
Sedang 29 85%
Tinggi
Sangat tinggi
34 100%
belajar siswa mengalami perubahan. Yang awalnya terdapat 21 Orang siswa yang
berada pada kategori tinggi, setelah diberikan ice breaking, tidak terdapat lagi
siswa yang memiliki kejenuhan tinggi. 29 siswa berada pada kategori sedang, dan
5 siswa berada pada kategori rendah. Dengan demikian ice breaking dapat
2 A 69 Tinggi 52 rendah
5 FR 64 Tinggi 52 rendah
6 IS 64 Tinggi 51 rendah
7 I1 70 Tinggi 53 rendah
8 J 61 Tinggi 45 rendah
9 KF 60 Rendah 58 rendah
14 MY 64 Tinggi 52 rendah
18 M 58 Rendah 47 rendah
22 R1 69 Tinggi 47 rendah
23 R2 64 Tinggi 57 rendah
26 S 63 Tinggi 52 rendah
28 F 60 Rendah 38 rendah
34 R3 63 Tinggi 43 rendah
Pada tabel 4.14 di atas telah dicantumkan hasil skor pre-test dan post-
test dari masing-masing sampel atau siswa yang telah diberikan perlakuan.
Dari tabel Tersebut terlihat jelas perbandingan hasil skor yang didapatkan
oleh setiap siswa Bahwa ada perbedaan dan perubahan hasil yang diperoleh
menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.15 dibawah ini.
tabel 4. 13 Persentase perbandingan kejenuhan belajar pre-test dan post-test
F % F %
Sangat rendah
Rendah 5 15%
Tinggi 21 62%
Sangat tinggi
Jumlah
berkategori rendah.
kejenuhan belajar pada siswa SMK Negeri 4 Gowa. Dalam hal ini
yang positif siswa setelah melaksanakan ice breaking, dari yang sebelumnya
a. Hasil Belajar
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar pada siklus II ini diukur dari hasil
pre test dan post test yang diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah diberikan
a. Pre test
pre test atau tes awal adalah tes yang diberikan kepada siswa pada
siklus II sebelum diberikan tindakan. Nilai tes awal yang diperoleh oleh
Nilai tertinggi 78
Nilai terendah 41
Rentang nilai 37
4 Kurang 41-55 2 6%
Total 34 100%
klasifikasi “baik”, 41% siswa berada pada klasifikasi “cukup” dan 6% siswa
masih berada pada klasifikasi “kurang”. Hal ini menunjukkan hasil belajar
meskipun begitu, tetap akan dilakukan perbaikan karena masih ada siswa
2. Post Test
Post test atau tes akhir merupakan tes yang dilakukan untuk
breaking. Hasil belajar siswa yang didapatkan pada siklus II dapat dilihat
pada tabel 4.
Nilai terendah 80
Rentang nilai 20
3 Cukup 56-70 - -
4 Kurang 41-55 - -
Total 34 100%
peserta didik yang berada pada klasifikasi “kurang sekali” hingga “cukup”.
= X 100%
= X 100%
= 28%
Keterangan :
peningkatan hasil belajar peserta didik pada siklus II sebesar 28%. Hal ini
berdasarkan jumlah pre test dan post test yang diperoleh kesuluruhan siswa
kejenuhan belajar siswa yang kemudian mendapat hasil bahwa 23 dari 34 siswa
memiliki kejenuhan belajar yang tinggi dengan persentase 68% siswa pada
kategori ini memiliki ciri-ciri tidak disiplin, sering permisi ke kamar mandi, sering
pada ruangan kelas sedang dilakukan renovasi, sehingga siswa belajar di ruangan
menimbulkan keletihan. Jika kondisi ini terjadi, maka siswa akan mengalami
kejenuhan belajar. Pada saat seperti ini siswa mengalami penurunan daya ingat
(Fanani, 2010).
Selanjutnya 11 siswa yang berada pada persentase 32%, berada pada kategori
sedang dengan ciri-ciri yaitu disiplin dalam belajar, tidak tidur dalam kelas, tidak
berbicara dalam kelas saat guru menerangkan, tidak keluar masuk saat guru masih
Persoalan Kejenuhan belajar menjadi problem yang bisa dialami oleh setiap
individu dan perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak untuk mendukung
ketercapaian hasil belajar siswa. Maka dari itu seorang guru hendaknya
mengetahui kondisi siswa yang diajarnya ketika mengalami rasa bosan dan
mencari solusi agar saat proses belajar rasa bosan tersebut dapat diatasi (Faijin,
2021).
Kejenuhan belajar yang dialami siswa ditandai dengan kelelahan emosi (beban
kerja), depersonalisasi, dan pesimis akan pencapaian individu. Beban kerja yang
dialami siswa di sekolah diantaranya yaitu tingkat kesulitan materi pelajaran serta
tugas yang di diberikan kepada siswa melebihi batas kemampuan siswa sehingga
siswa merasakan kelelahan secara fisik dan emosi. Kelelahan emosi yang
dialinsiswa berasal dari aspek yang berbeda-beda, seperti siswa sering merasa
gagal dalam belajar, merasa bersalah, mudah marah, mudah cemas, kehilangan
kendali diri dalam belajar, dan mengalami ketakutan berlebih dalam proses
belajar tidak ditangani dengan baik maka akan berdampak buruk pada proses dan
hasil belajar siswa. Dengan demikian, kejenuhan belajar yang dirasakan peserta
dalam belajar guna meraih citra-cita yang diinginkan. Beberapa yang dapat
dilakukan untuk mengatasi kejenuhan belajar yaitu, belajar dengan cara atau
mental (Kintu et al, 2017). Selain itu untuk mengurangi tingkat kejenuhan dapat
Al, 2018)
hasil skor dan sikap siswa. Dimana pada hasil post-test terdapat perbedaan hasil
23 orang siswa yang berada pada kategori sedang menjadi 29 siswa dengan
persentase (85%), sebanyak 5 orang dengan persentase (15%) siswa yang berada
pada kategori rendah dan tidak ada lagi siswa siswa yang berada pada kategori
tinggi.
Perlakuan telah diberikan sebanyak 2 kali pada siswa yang sama dengan hari
yang berbeda dan topik yang berbeda pula. Setiap perlakuan tersebut memiliki
tujuan tersendiri sesuai dengan topik yang dibahas, namun mempunyai tujuan
umum yang sama yaitu untuk mengatasi kejenuhan belajar siswa. Untuk dapat
mengetahui apakah terjadi perubahan kejenuhan belajar siswa atau tidak, maka
perlakuan dan berguna untuk mengukur atau mengetahui hasil skor baru yang
sikap siswa dalam belajar pada setiap kali diberikan perlakuan sehingga terjadinya
penurunan kejenuhan belajar siswa. Hasil post-test juga menunjukkan bahwa skor
Ice breaking adalah lebih sedikit dari sebelumnya. Sehingga penerapan Ice
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Agus
Mulyana (2020) Dengan judul ” Restorasi focus belajar siswa melalui Ice
persentase peningkatan dari tes awal ke tes akhir yaitu sebesar 79,85%. Adapun
nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada pre-test siklus I adalah 40 yang
berkategori rendah dan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 14 yang
berkategori sangat rendah dengan nilai rata-rata 28,47. Sedangkan, nilai post-test
yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu, untuk nilai tertinggi adalah 68 orang.
Dimana pada klasifikasi rentang nilai nilai 56-70 berkategori cukup yang
diperoleh oleh 23 siswa, sedangkan untuk nilai terendah yang didapatkan siswa
adalah 35 yang diperoleh oleh siswa. Di mana pada klasifikasi nilai <40
berkategori sangat kurang dengan nilai rata-rata 51,35. Oleh karena itu, data hasil
belajar pada siklus 1 belum berada pada klasifikasi baik hingg baik sekali,
tujuan, materi, dan karakteristik siswa mulai dari tahap perencanaan hingga tahap
pembelajaran yang maksimal pula karena dipengaruhi oleh berbagai faktor salah
satunya adalah konsentrasi siswa yang hanya bertahan beberapa menit (Deswanti
et al, 2020).
bersemangat, bosan dan kurang fokus dalam menerima materi pelajaran. Sampai
dari itu semua akan membuat pemahaman siswa menjadi kurang yang pada
akhirnya menjadi salah satu faktor rendahnya hasil belajar. Hasil belajar adalah
kemampuan atau kompetensi tertentu yang dicapai dan dikuasai oleh siswa baik
bahan yang diajarkan. Sehingga penting kiranya bagi guru untuk memberikan
hasil belajar peserta didik, hal ini ditunjukkan dengan perolehan persentase
sebesar 28%. Pada pre-test siklus II, 18 siswa berada pada klasifikasi baik, 14
siswa berada pada klasifikasi cukup, dan 2 siswa berada pada klasifikasi kurang.
Adapun nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 78 dan nilai terendsh yang
diperoleh siswa adalah 41 dengan nilai rata-rata 69,35. Hal ini menunjukkan,
ternyadinya perubahan nilai hasil belajar siswa setelah diberikan ice breaking.
siswa. Di mana pada nilai post-test, 23 siswa berada pada kategori baik sekali dan
11 siswa berada pada kategori baik. Untuk nilai tertinggi yang diperoleh siswa
adalah 100 dan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 80 dengan nilai rata-
rata sebesar 88,55. Hal ini menunjukkan, bahwa dengan pemberian tindakan
pada guru dan juga tidak adanya siswa yang terlihat bosan atau mengantuk.
mengajar. Siswa mendapatkan pemahan yang lebih besar tentang materi pelajaran
sebagai hasil dari ice breaking, yang dibuktikan dengan skor rerata post-test
dalam proses belajar mengajar bisa menciptakan lingkungan belajar yang menarik
ingin tahu untuk mempelajari materi yang tengah berlangsung. Penggunaan ice
breaking terhadap siswa bisa memusatkan perhatian secara penuh selama proses
belajar mengajar yang mana outputnya bisa meningkat hasil belajar. Hasil ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Marzalifa dan Agustina (2021),
mempengaruhi motivasi belajar siswa, daya serap siswa, minat belajar siswa serta
hasil belajar yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Hal ini
berbanding lurus dengan hasil penelitian penulis, bahwa terdapat pengaruh yang
dirasakan oleh setiap individu yang mendapat ice breaking pada proses
belajarnya. Seperti berpengaruh terhadap minat belajar siswa, daya serap siswa
Hal ini disebabkan ice breaking adalah pemecahan suasana tegang atau
jenuh yang dirasakan siswa agar siswa dapat berkonsentrasi kembali dalam
& Dedy, 2014) ice breaker merupakan peralihan situasi dari yang membosankan,
membuat ngantuk dan ada rasa senang untuk mendengarkan atau melihat orang
BAB V
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
Gowa. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya siswa yang memiliki
Gowa. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai yang diperoleh siswa
B. SARAN
kepada guru setiap mata pelajaran untuk menerapkan ice breaking dalam
proses pembelajaran.
Student, 2, 9 - 16.
Desmidar., Ritonga, M., & Halim, S. 2021. Efektivitas Ice Breaking Dalam
Faijin. 2021. Efektivitas Penerapan Ice Breaking Untuk Mengatasi Kejenuhan Mahasiswa
Fanani, I. 2010. Ice Breaking dalam Proses Belajar Mengajar. Jurnal Buana
1-10.
Hutasoit, R., Tambunan, B., & Hum, M. 2018. The Effect of Ice Breaking
Dharma Bhakti
Paradita., Ulva, R., & Handayani, F. 2021. Pengaruh Teknik Ice Breaking
Setyawan, A., & Widodo, H. 2019. Evaluasi Standar Proses Pendidikan Al Islam
Sinar, T.K., & Latief, A. 2020. Persepsi Guru Terhadap Metode Ice Breaking di
484-489.
Sugito., Lestari, D., Yayang, A., & Novika, A.T. 2021. Pengenalan Ice Breaking
Prima, 3, 1-6.
Susanah, R., Alarifin, & Dedy, H. 2014. Penerapan Permainan Penyegar (Ice
Tamalama, S., Setiawan, A., & Nursalim. 2020. The Implementation of Ice
Taluke, D., Lakat, R., & Sembel, A. 2019. Analisis Preferensi Masyarakat Dalam
Grafindo Persada.
Wahono, B., Pei-Ling, L., & Chun-Yen, C. 2020. Evidence of STEM Enactmen
Of STEM Education, 7, 1-
Lampiran A. Perangkan dan Instrumen Penelitian
A. Modul pembelajaran
MODUL 10.4
FASE/SEMESTER : E/SATU
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN :
B. TUJUAN PEMBELAJARAN :
C. KATA KUNCI
2. Kreatif
3. bernalar kritis
4. mandiri
G. KETERSEDIAAN MATERI
2. Alternatif penjelasan, metode, atau aktivitas, untuk peserta didik yang sulit
I. ASESMEN
J. JENIS ASESMEN
1. Individu
2. Performa
Metode :
1. Diskusi
2. Penugasan
L. MATERI AJAR
2. LKPD (terlampir)
M. PEMAHAMAN BERMAKNA
dikuasai oleh seorang yang akan berwirausaha atau terjun di dunia bisnis
pertanian.
N. PERSIAPAN PEMBELAJARAN
dari guru
3. berdoa bersama
membiakkan tanaman, baik menggunakan biji, benih atau bibit sebagai bahan
tanam.
menggunakan biji atau benih sebagai bahan tanam, atau dengan kata lain
perkawinan yaitu bertemunya antara serbuk sari dan putik yang menghasilkan biji,
dan biji inilah yang kemudian tumbuh menjadi individu baru. Pembiakan tanaman
secara generatif biasa disebut juga dengan pembiakan tanaman secara seksual.
Contohnya : biji padi, biji semangka, biji cabai, tomat dan lain-lain.
tanaman-tanaman keras.
1) Tanaman baru yang dihasilkan belum tentu memiliki sifat yang bagus
generatif
2) Proses perkawinan antara putik dan benang sari berjalan dengan baik,
berbiji dan sulit diperbanyak dengan cara vegetatif. Teknik perbanyakan ini masih
terutama tanaman sayuran, padi, jagung, kedelai, gandum, tomat, cabai dan buah-
buahan seperti kelapa, kurma, anggur, salak atau buah-buahan yang berbiji
lainnya.
pucuk daun sebagai bahan tanam, atau dengan kata lain pembiakan tanaman
tanpa menggunakan biji atau pembiakan tanaman secara tak kawin atau aseksual.
dan lain-lain.
induknya
perakaran dangkal
b. Kelemahan Pembiakan tanaman secara vegetatif adalah:
induknya
angin besar dan sukar tumbuh di daerah yang air tanahnya dala
lama.
1) Tunas
dan ujung daun yang telah tua terdapat tunas. Jika ditanam, tunas itu
akan tumbuh menjadi tanaman baru. Tunas itu disebut tunas adventif.
bambu, sukun, dan tebu. Pada tanaman ini tunas adventif tumbuh pada
akar.
Gambar 1. Tanaman Cocor bebek
2) Umbi
Pernahkah anda melihat ubi jalar yang ada tunasnya? Umbi ada
yang berupa umbi batang, umbi akar, dan umbi lapis. Jika tanaman
yang berkembang biak dengan umbi ditanam, dari umbi keluar akar
Macam-macam Umbi :
a) Umbi lapis
tengahnya. Umbi lapis baru yang berasal dari ketiak terluar akan
b) Umbi batang
c) Umbi akar
tidak berbuku-buku
3) Geragih (Stolon)
menempel pada tanah akan membentuk akar dan tumbuh tunas baru.
4) Spora
5) Rhizome
tanah atau disebut akar tinggal, akar rimpang, atau akar tongkat.
kuncup;
secara tidak kawin, yang dilakukan melalui bantuan manusia. Biasanya hanya
tanaman tertentu saja yang sengaja dikembangbiakkan dengan rekayasa. Hal itu
vegetatif buatan dilakukan dengan beberapa cara, seperti melalui stek, cangkok,
1) Stek
Tanaman yang dapat di-stek, yaitu batang yang baik seperti singkong,
tebu, mawar, labu, lemon, kelor, aglonema dan lain lain. Untuk jenis
di dalam tanah yang subur. Pada usia tanam 20-30 hari, sudah
2) Cangkok
akar, seoerti bawang merah atau lendir lidah buaya yang dioleskan pada
tanam yang baik seperti tanah humus, cocopeat, atau media lainnya.
3) Okulasi (menempel)
Tunas yang diambil adalah tunas dari pohon yang sudah berbuah dan
tempelan ini dibungkus dengan plastik agar tidak masuk embun atau
tanaman tadi.
4) Teknik menyambung
pucuk (entres) pohon tua dengan tanaman muda yang ditanam dari biji
kerabat, seperti terong telur dapat disambung dengan terong ungu dan
ungu atau kiojay, serta bidara arab dapat disambung dengan apel India.
tanaman baru akan kokoh karena memiliki akar tunggang yang kuat
panen.
Gowa, 2022