Anda di halaman 1dari 69

PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT


(TGT) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS
XI PADA PEMBELAJARAN AGRIBISNIS TANAMAN SAYURAN DI
SMK NEGERI 4 GOWA

THE EFFECTIVENESS OF APPLICATION OF THE TEAM GAMES


TOURNAMENT (TGT) MODEL TO INCREASING THE LEARNING
OUTCOMES OF CLASS XI STUDENTS IN LEARNING VEGETABLE
AGRIBUSINESS AT SMK NEGERI 4 GOWA

MUHAMMAD FADHIL ABDILLAH


1927041007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv
DAFTAR RUMUS........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
A. Kajian Teori ........................................................................................ 7
B. Kerangka Pikir .................................................................................... 33
C. Kajian Penelitian yang Relevan .......................................................... 34
D. Hipotesis ............................................................................................. 36
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 37
A. Jenis Penelitian.................................................................................... 37
B. Desain Penelitian ................................................................................ 37
C. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 38
D. Variabel Penelitian .............................................................................. 38
E. Defenisi Operasional ........................................................................... 38
F. Populasi dan Sampel ........................................................................... 39
G. Prosedur Penelitian ............................................................................. 40
H. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 42
I. Instrumen Penelitian ........................................................................... 43
J. Analisis Instrumen Penelitian ............................................................. 44
K. Teknik Analisis Data........................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 50

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal
2.1 Kerangka Pikir....................................................................... 33

iv
DAFTAR RUMUS
Rumus Judul Hal
3.1 Rumus Korelasi Product Moment........................................... 45
3.2 Rumus Alpa Cronbach............................................................ 45

v
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal
3.1 Desain Penelitian................................................................... 37
3.2 Jumlah Populasi Penelitian.................................................... 39
3.3 Kisi-kisi soal Pretest-Postest................................................. 44

vi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang dilakukan

keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran

luar dan latihan yang berlangsung di sekolah atau luar sekolah. Usaha tersebut

dilakukan dalam bentuk pembelajaran dimana pendidik melayani siswa dalam

melakukan kegiatan belajar dan pendidik menilai atau mengukur tingkat

keberhasilan belajar dengan prosedur yang sudah di tetapkan. Tercapainya

keberhasilan pembelajaran siswa salah satunya dipengaruhi oleh mutu

pendidikan yang baik (Mardliyah, 2021).

Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar

mengajar yang diselenggarakan benar-benar efektif. Proses belajar mengajar

akan efektif untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran. Sebab pada

dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pelaksanaan

pendidikan secara keseluruhan. Keberhasilan pendidikan dapat dipengaruhi

oleh beberapa aspek di antaranya, kualitas sumber daya manusia yang dapat

dilihat melalui proses belajar mengajar (Nurmila & Syam, 2017).

Berdasarkan observasi awal di SMK Negeri 4 Gowa pada tanggal 22

Februari 2023 melalui wawancara dengan salah satu wakil kepala sekolah

bagian kurikulum yaitu Ibu Saenab, bahwa proses belajar mengajar kelas XI

ATPH khususnya pada mata pelajaran agribisnis tanaman sayuran di SMK


2

Negeri 4 Gowa masih sering menggunakan metode ceramah, yaitu metode

yang berpusat kepada guru. Dimana, seorang guru menyampaikan materi

pembelajarannya melalui proses penerangan dan penuturan secara lisan kepada

siswanya dalam belajar. Pembelajaran ini hanya menjadikan siswa sebagai

pendengar (objek) sehingga mereka cenderung pasif (kurang aktif), akibatnya

siswa terlihat bosan dan jenuh ketika proses belajar mengajar berlangsung.

Selain itu, siswa terlihat kurang aktif dalam belajar karena kurang memahami

materi, sehingga apabila ditanya oleh guru ada beberapa yang tidak dapat

menjawab pertanyaan yang diberikan. Hal ini juga ditambahkan oleh Ibu

Saenab bahwa tak jarang terdapat siswa yang tidur saat guru menyampaikan

materi pelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, kurangnya pemahaman siswa tersebut

terhadap materi yang dipelajari dapat menyebabkan hasil belajar siswa tersebut

rendah. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti pada SMK

Negeri 4 Gowa didapat bahwa hampir 40 % siswa tidak mencapai nilai standar

KKM dengan nilai standar yang digunakan pada SMK 4 Gowa yaitu nilai 75.

Hal ini membuktikan bahwa kurangnya hasil belajar siswa pada metode yang

telah diterapkan. Maka dari itu, guru memiliki peranan penting dalam

mengidentifikasi model pembelajaran yang efektif, yang dapat melibatkan

siswa secara aktif dalam pembelajaran.

Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar

yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang

dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara
3

langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar (Hajar, 2020).

Model pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Model

pembelajaran yang tepat dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran,

serta membuat siswa tidak jenuh ketika pembelajaran berlangsung. Salah satu

model pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu model

pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran yang melibatkan sejumlah kelompok kecil siswa bekerja sama

dan belajar bersama dengan saling membantu secara interaktif untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah

model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament

(TGT) sebagai salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajar

siswanya lebih aktif dalam proses pembelajaran. Team Games Tournament

(TGT) merupakan salah satu tipe pembelajaran yang membagi siswa dalam

kelompok-kelompok belajar dengan beranggotakan 5 sampai 6 orang yang

memiliki kemampuan, jenis kelamin, ras ataupun etnis yang berbeda. Dengan

adanya kelompok heterogen inilah siswa berdiskusi dalam kelompoknya,

belajar dan bersama-sama mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Sehingga ketika ada anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang

diberikan, maka anggota kelompok lainnya dapat membantu menjelaskannya.

Pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 komponen yaitu : presentasi di

kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim (Hikmah et al., 2018).
4

Kelebihan penerapan model TGT adalah meningkatkan perasaan atau

persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung kinerja dan bukan

berdasarkan keberuntungan, keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar,

menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota

kelompoknya, membuat siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran,

dan membuat siswa lebih rileks dalam mengikuti pelajaran karena adanya

kegitan berupa game dan turnamen. Team Games Tournament (TGT) dapat

digunakan dalam berbagai mata pelajaran, dari ilmu-ilmu eksak, ilmu-ilmu

sosial, maupun bahasa dari jenjang pendidikan dasar, hingga perguruan tinggi.

TGT sangat cocok digunakan dalam proses pembelajaran dan bertujuan untuk

mengetahui pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satuan yang

benar. Selain kelebihan, terdapat juga manfaat dari pembelajaran TGT ini,

yaitu dapat meningkatkan keaktifan siswa sehingga lebih dominan dalam

kegiatan pembelajaran, kemampuan koneksi, meningkatkan hasil atau prestasi

belajar, dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran

yang sedang berlangsung (Kasanah, 2021).

Oleh karena itu, peneliti memilih melakukan penelitian dengan judul

“Efektivitas penerapan model Team Games Tournament (TGT) terhadap

peningkatan hasil belajar siswa kelas XI pada pembelajaran agribisnis tanaman

sayuran di SMK Negeri 4 Gowa.”


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, yang menjadi

rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Apakah model Team Games Tournament (TGT) efektif meningkatkan hasil

belajar siswa kelas XI pada pembelajaran agribisnis tanaman sayuran di

SMK Negeri 4 Gowa?

2. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model Team

Games Tournament (TGT) dengan yang menggunakan metode ceramah

pada pembelajaran agribisnis tanaman sayuran di SMK Negeri 4 Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui efektivitas penerapan model Team Games Tournament

(TGT) terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas XI pada

pembelajaran agribisnis tanaman sayuran di SMK Negeri 4 Gowa.

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model

Team Games Tournament (TGT) dengan yang menggunakan metode

ceramah pada pembelajaran agribisnis tanaman sayuran di SMK Negeri 4

Gowa.
6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Peneliti

Hasil Penelitian ini menjadi pengalaman dan menambah wawasan dan

pengetahuan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang di

dapatkan dalam penelitian ini.

2. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber ilmu

pengetahuan dan pembanding untuk penelitian berikutnya dalam bidang

pendidikan dalam melakukan proses belajar mengajar.

3. Manfaat Praktis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk

menentukan kebijakan, perencanaan, aturan dan evaluasi dalam melakukan

metode belajar yang efektif.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

a. Pengertian Efektivitas Pembelajaran

Menurut Ravianto dalam (Masruri, 2014), efektivitas merupakan

sebuah tolak ukur seberapa baik suatu pekerjaan dilakukan. Artinya suatu

pekerjaan dianggap efektif jika diselesaikan sesuai dengan perencanaan,

baik waktu, biaya, maupun mutunya. Pengertian efektivitas sesuai dengan

Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 adalah pencapaian hasil program

dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan

keluaran dengan hasil.

Menurut Mardiosmo dalam (Alisman, 2014), menyatakan bahwa

efektivitas yaitu suatu keadaan tercapainya tujuan yang diharapkan atau

dikehendaki melalui penyelesaian pekerjaan sesuai dengan rencana yang

telah ditentukan. Dimana ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi adalah

bila telah mencapai tujuan, maka dapat dikatakan organisasi tersebut telah

berjalan efektif.

Dari pendapat diatas, maka efektivitas dapat diartikan sebagai

sebuah pencapaian yang ingin dicapai dan sebagai tolak ukur seberapa baik

suatu pekerjaan itu dilakukan.

Efektivitas pembelajaran menurut Rohmawati (2015) adalah

ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antar
8

siswa dengan guru dalam situasi edukatif guna mencapai tujuan

pembelajaran. Untuk mencapai suatu konsep pembelajaran yang efektif dan

efisien perlu adanya hubungan timbal balik antara siswa dan guru untuk

mencapai suatu tujuan secara bersama, selain itu juga harus disesuaikan

dengan kondisi lingkungan sekolah, sarana dan prasarana, serta media

pembelajaran yang dibutuhkan untuk membantu tercapainya seluruh aspek

pembelajaran siswa. Jadi, efektivitas pembelajaran dapat diartikan sebagai

tolak ukur keberhasilan dari sebuah proses pembelajaran antara siswa

dengan siswa, atau siswa dengan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Kurnisari, Pribowo, dan Putro (2020) bahwa indikator

efektivitas pembelajaran adalah :

1) Akses

Mengacu pada ketersediaan sumber daya dan fasilitas yang

diperlukan untuk belajar, seperti buku teks, materi pembelajaran,

peralatan, dan akses ke teknologi.

2) Pendampingan

Melibatkan kehadiran pendamping atau tutor yang membantu

siswa dalam pemahaman materi, memberikan bimbingan, dan

memberikan umpan balik yang konstruktif.

3) Reaksi Tugas

Mengukur tingkat partisipasi dan respons siswa terhadap tugas-

tugas pembelajaran yang diberikan oleh guru atau instruktur.


9

4) Kesulitan Mata Pelajaran

Menunjukkan tingkat kesulitan materi pembelajaran dan

pemahaman siswa terhadapnya. Dapat mencakup tingkat kompleksitas

konsep atau keterampilan yang diajarkan.

5) Materi

Menunjukkan kualitas dan relevansi materi yang diajarkan,

termasuk pemilihan konten yang tepat, kejelasan, dan kebaruan

informasi yang disampaikan.

6) Media

Mengacu pada penggunaan media pembelajaran yang efektif,

seperti audio, visual, atau teknologi, untuk meningkatkan pemahaman

dan keterlibatan siswa.

7) Evaluasi

Mencakup penggunaan metode evaluasi yang tepat untuk

mengukur pemahaman dan pencapaian siswa. Ini termasuk tes, tugas,

proyek, atau bentuk penilaian lainnya.

8) Kejelasan Instruksi

Menunjukkan sejauh mana instruksi yang diberikan oleh guru

atau instruktur dapat dipahami dengan jelas oleh siswa. Ini mencakup

penggunaan bahasa yang sesuai, penjelasan yang terperinci, dan

panduan yang jelas dalam pembelajaran.


10

Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi

persyaratan utama keefektifan pengajaran yang ditulis dalam bukunya

Soemosasmito yaitu:

1) Prestasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM.

2) Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa.

3) Ketetapan antara kandungan materi pelajaran dengan kemampuan siswa

(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan.

4) Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif,

mengembangkan struktur kelas yang mendukung (V. I. Lestari, 2017).

Berdasarkan penjelasan – penjelasan diatas, dapat disimpulkan

bahwa efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan yang ingin

dicapai dari suatu metode pembelajaran tertentu yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang telah direncanakan.

b. Indikator Efektivitas Pembelajaran

Menurut Carrol sebagaimana dikutip oleh (Supardi,2013) didalam

bukunya yang berjudul sekolah efektif, menyatakan bahwa efektifitas

pembelajaran adalah bergantung kepada lima faktor :

1) Sikap berupa kemauan dan keterampilan siswa dalam belajar.

2) Kemampuan untuk memahami pengajaran yaitu kemauan siswa untuk

mempelajari suatu pelajaran, termasuk didalamnya kemampuan siswa

dalam belajar dengan bekal pengetahuan awal untuk mempelajari

pelajaran akan datang.


11

3) Ketekunan adalah jumlah waktu yang dapat disediakan oleh siswa untuk

belajar dengan tekun.

4) Peluang yaitu peluang waktu yang disediakan oleh guru untuk mengajar

suatu keterampilan atau konsep.

5) Pengajaran yang bermutu adalah efektivitas suatu pengajaran yang

disampaikan.

Supardi di dalam bukunya yang berjudul sekolah efektif,

menyatakan bahwa efektifitas pembelajaran dapat dilihat dari ciri-ciri

sebagai berikut:

1) Siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan

perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi

berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.

2) Guru menyediakan materi sebagai fokus berfikir dan berinteraksi dalam

pelajaran.

3) Aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

4) Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada

siswa dalam menganalisis informasi.

5) Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan

keterampilan berfikir.

6) Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan

tujuan dan gaya pembelajaran guru.


12

Menurut Hamzah B.Uno (2011), indikator yang dapat digunakan

untuk menentukan efektivitas dalam proses pembelajaran adalah :

1) Pengorganisasian Materi Yang Baik

Indikator ini mencakup kemampuan guru dalam

mengorganisasi materi pembelajaran dengan jelas, sistematis, dan

terstruktur agar dapat dipahami oleh siswa dengan baik.

2) Komunikasi Yang Efektif

Indikator ini mencerminkan kemampuan guru dalam

berkomunikasi dengan jelas dan efektif kepada siswa. Guru perlu

menggunakan bahasa yang sesuai, memberikan penjelasan yang mudah

dipahami, dan mampu memfasilitasi interaksi yang baik antara siswa.

3) Penguasaan Dan Antusiasme Terhadap Materi Pelajaran

Indikator ini menunjukkan penguasaan guru terhadap materi

pelajaran yang diajarkan serta kemampuannya untuk menularkan

antusiasme kepada siswa agar mereka tertarik dan termotivasi dalam

proses pembelajaran.

4) Sikap Positif Terhadap Siswa

Indikator ini mencakup sikap guru yang positif, responsif, dan

peduli terhadap siswa. Guru perlu memperhatikan kebutuhan dan

perkembangan siswa serta menghargai keragaman dalam kelas.

5) Pemberian Nilai Yang Adil

Indikator ini mencerminkan keadilan dalam memberikan

penilaian terhadap hasil kerja dan kemajuan siswa. Guru perlu


13

mengadopsi pendekatan penilaian yang obyektif, konsisten, dan

transparan.

6) Keluwesan Dalam Pendekatan Pembelajaran

Indikator ini menunjukkan kemampuan guru untuk

mengadaptasi strategi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan gaya

belajar siswa. Guru perlu memiliki fleksibilitas dalam mengajar agar

dapat menciptakan pengalaman belajar yang efektif.

7) Hasil Belajar Siswa Yang Baik

Indikator ini mencakup pencapaian hasil belajar siswa yang

dapat diukur melalui tes, tugas, proyek, atau bentuk evaluasi lainnya.

Hasil belajar yang baik menunjukkan efektivitas dari proses

pembelajaran yang dilakukan.

c. Aspek Efektivitas Pembelajaran

Menurut Trianto (2018), dijelaskan bahwa untuk mengetahui

keefektifan suatu pembelajaran, ada empat aspek yang harus diperhatikan,

yaitu:

1) Keterlaksanaan Pembelajaran

Keterlaksanaan pembelajaran merupakan kemampuan guru

mengelola pembelajaran untuk menciptakan suasana pembelajaran yang

baik dengan memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman.

Kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah keterampilan guru

dalam menerapkan serangkaian kegiatan pembelajaran yang

direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).


14

Dalam keterlaksanaan pembelajaran guru merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi hasil pelaksanaan dari pembelajaran

yang telah diterapkan, sebab guru adalah pengajar di kelas yang

mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. Untuk keperluan

analisis tugas guru adalah sebagai pengajar, maka kemampuan guru

yang banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan proses

pembelajaran dapat diguguskan ke dalam empat kemampuan yaitu :

a) Merencanakan program belajar mengajar

b) Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar.

c) Menilai kemajuan proses belajar mengajar.

d) Menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang

studi atau mata pelajaran yang dipegangnya.

Walaupun keempat fungsi itu merupakan kegiatan terpisah,

namun keempatnya harus dipandang sebagai lingkaran kegiatan yang

saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Keempat kemampuan

guru di atas merupakan kemampuan yang sepenuhnya harus dimiliki

dan dikuasai oleh guru yang bertaraf profesional.

2) Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar merupakan pencapaian taraf penguasaan

minimal yang telah ditetapkan guru dalam tujuan pembelajaran setiap

satuan pelajaran. Ketuntasan belajar dapat dianalisis dari dua segi yaitu

ketuntasan belajar pada siswa dan ketuntasan belajar pada materi

pelajaran/tujuan pembelajaran, keduanya dapat dianalisis secara


15

perorangan atau perkelas siswa. Adapun kriteria ketuntasan belajar yang

digunakan adalah sesuai yang dikeluarkan tim khusus. Ketuntasan

belajar dapat dilihat dari hasil belajar yang telah mencapai kriteria

ketuntasan belajar. Kriteria ketuntasan belajar dapat dilihat dari kriteria

ketuntasan minimal perorangan dan secara klasikal, yaitu:

a) Seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar jika siswa tersebut telah

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan

oleh sekolah yang bersangkutan. Adapun kriteria ketuntasan

minimal yang telah ditentukan SMK Negeri 4 Gowa adalah 75.

b) Suatu kelas dikatakan belajar tuntas secara klasikal apabila 80% atau

lebih dari 79% dari jumlah siswa keseluruhan telah mencapai skor

ketuntasan minimal.

3) Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa adalah proses komunikasi antara siswa dengan

guru dalam lingkungan kelas sebagai hasil interaksi siswa dan guru atau

siswa dengan siswa. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku

yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang

dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti

bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat

menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain,

serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.


16

4) Respon Siswa

Respon siswa adalah perilaku yang lahir sebagai hasil

masuknya stimulus yang diberikan guru kepadanya. Respon siswa

merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan keberhasilan

belajar sains. Kurangnya respon siswa terhadap pelajaran akan

menghambat proses pembelajaran. Rendahnya respon siswa belum tentu

sumber kesalahan materi ajar pada diri siswa. Respon siswa yang

dimaksudkan disini adalah tanggapan siswa terhadap pembelajaran

yang telah dilakukan (Ilham, 2017).

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pembelajaran

Menurut Winarno (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi

efektivitas pembelajaran diantaranya yaitu :

1) Penggunaan Strategi Dan Metode Pembelajaran

Faktor ini mencakup penggunaan strategi dan metode yang

tepat dalam proses pembelajaran. Strategi dan metode yang baik dapat

membantu siswa memahami dan menguasai materi dengan lebih efektif.

2) Merancang Materi Pembelajaran

Merancang materi pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan siswa adalah faktor penting dalam mencapai efektivitas

pembelajaran. Materi yang dirancang dengan baik haruslah relevan,

menarik, dan dapat dipahami oleh siswa.


17

3) Penggunaan Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran yang tepat juga

mempengaruhi efektivitas pembelajaran. Media pembelajaran dapat

berupa audio, visual, atau teknologi yang membantu siswa dalam

memahami dan mengingat informasi dengan lebih baik.

4) Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran merupakan faktor yang penting untuk

menilai pemahaman dan kemajuan siswa. Evaluasi yang baik haruslah

mencakup beragam metode dan instrumen yang relevan dengan tujuan

pembelajaran.

5) Gaya Mengajar Guru

Gaya mengajar guru juga mempengaruhi efektivitas

pembelajaran. Guru yang memiliki gaya mengajar yang menarik,

interaktif, dan dapat menginspirasi siswa cenderung menciptakan

lingkungan belajar yang efektif.

Menurut laskarilmubro (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi

efektivitas pembelajaran diantaranya yaitu :

1) Faktor Internal

Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri

individu itu sendiri. Terdiri dari faktor biologis dan psikologis yaitu :

a) Faktor Biologis

Faktor biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan

keadaan fisik atau jasmani individu.


18

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis meliputi kondisi mental seseorang. Kondisi

mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi

mental yang mantap, stabil, dan sikap mental yang positif dalam

proses belajar mengajar.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar

individu itu sendiri. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan

keluarga, faktor lingkungan sekolah,faktor lingkungan masyarakat, dan

faktor waktu.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka

panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing

pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan

pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang

sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya (Mirdad, 2020).

Menurut Zubaedi (2011), model pembelajaran dapat diartikan pula

sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur

materi, dan memberi petunjuk bagi guru dikelas. Suprijono dalam Zubaedi

mengatakan, model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas dan tutorial.


19

Dari pendapat diatas, maka dapat artikan model pembelajaran

merupakan suatu rencana atau pola yang digunakan untuk penyusunan

kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan memberi petunjuk

bagi guru dikelas untuk mencapai tujuan pendidikan.

Model pembelajaran kooperatif merupakan sebuah strategi

pembelajaran yang melibatkan siswa yang bekerja secara kolaborasi untuk

mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah

usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, menfasilitasi siswa dengan

pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok

serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar

bersama-sama yang berbeda latar belakangnya (Hasanah & Himami, 2021).

Menurut Parker (2015), pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang membuat siswa saling berinteraksi dalam kelompok-

kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan

bersama. Siswa harus aktif dalam proses pembelajaran baik secara individu

maupun kelompok agar pembelajaran kooperatif tercapai tujuannya, yakni

siswa dapat belajar dengan senang dan kebutuhan pembelajaran dapat

tercapai.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan

model pembelajaran kooperatif adalah sebuah strategi pembelajaran yang

melibatkan siswa yang bekerja secara kolaborasi atau kelompok – kelompok

kecil untuk mencapai tujuan bersama yaitu terciptanya pembelajaran yang

efektif dan efisien.


20

b. Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Rahman & Kencana (2020), Model pembelajaran

kooperatif memiliki berberapa macam yang biasa digunakan oleh pendidik

dalam pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut :

1) Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Tipe STAD

dikembangkan oleh Slavin (2010) dari Universitas John Hopkins.

Metode ini dipandang sebagai yang paling sederhana dan paling

langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Tipe ini digunakan

untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap

minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.

2) Tipe Jigsaw. Tipe ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan

kawankawannya dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh

Slavin (2010). Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk

digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi

beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan

penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh

siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.

3) Tipe GI (Group Investigation). Dasar-dasar tipe GI dirancang oleh

Herbert Thelen (2004), selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharan

dan kawan-kawannya dari Universitas Tel Aviv. Tipe ini sering

dipandang sebagai tipe yang paling kompleks dan paling sulit untuk

dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Dibandingkan dengan

tipe STAD dan Jigsaw, Tipe GI melibatkan siswa sejak perencanaan,


21

baik dari menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui

investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan

yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses

kelompok (group process skill).

4) Tipe Think-Pair-Share. Tipe ini dikembangkan oleh Frank Lyman

(1985) dan kawan-kawannya dari Universitas Maryland yang mampu

mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu

diselenggarakan dalam seting kelompok kelas secara keseluruhan. Tipe

ini memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon

serta saling bantu satu sama lain.

5) Tipe Numbered Head Together. Tipe ini dikembangkan oleh Spancer

Kagan (1993) dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan

yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa

pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut.

6) Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe atau model

pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, aktifitas belajar yang

dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran yang

memungkinkan siswa belajar lebih rileks disamping menumbuhkan rasa

tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Dalam tipe pembelajaran dibentuk beberapa kelompok, yang kemudian

setiap kelompok diberikan lembar kerja oleh guru, dalam pembelajaran

model ini biasanya akan didapatkan tim terbaik berdasarkan jumlah skor

yang didapatkan.
22

c. Ciri – Ciri Pembelajaran Kooperatif

Berikut ini ciri-ciri yang dimiliki model pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajar.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah atau pengelompokkan secara heterogen.

3) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

4) Keuntungan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif (Abdullah,

2017).

d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan utama dalam penerapan pembelajaran kooperatif adalah

mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama atau kolaborasi.

Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki oleh siswa karena dengan

keterampilan ini siswa diharapkan dapat menghadapi persaingan global dan

dapat memenangkan persaingan global. Dalam era global ditandai dengan

adanya persaingan dan kerjasama di setiap aspek kehidupan (Wahyuni,

2016).

Tujuan pembelajaran kooperatif yaitu:

1) Meningkatkan hasil akademik. Dengan meningkatkan kinerja siswa

dalam tugas-tugas akademiknya akan meningkatkan hasil akademik

siswa. Siswa akan mampu menjadi narasumber bagi temannya yang

kurang mampu serta bagi siswa yang memiliki orientasi dan bahasa

yang sama.
23

2) Pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima

teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang

dalam belajar. Perbedaan tersebut antara lain: perbedaan suku, agama,

kemampuan akademik, dan tingkat sosial.

3) Pembelajaran kooperatif akan mengembangkan keterampilan sosial

siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud adalah: berbagi tugas, aktif

bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk

bertanya, bersedia menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam

kelompok.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif

adalah dapat mengembangkan pengetahuan, kemampuan, serta

keterampilan siswa secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka,

menyenangkan dan demokratis.

e. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif menurut

Suprijono (2012) adalah sebagai berikut :

1) Menyampaikan Tujuan Dan Mempersiapkan Siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

kepada siswa dan mempersiapkan mereka untuk terlibat dalam

pembelajaran kooperatif. Hal ini meliputi menjelaskan pentingnya

kerjasama, membangkitkan motivasi siswa, dan memberikan instruksi

yang jelas mengenai tugas-tugas yang akan dilakukan.


24

2) Menyajikan Informasi

Guru menyajikan informasi atau materi pembelajaran kepada

siswa. Ini dapat dilakukan melalui ceramah, demonstrasi, atau

penggunaan media pembelajaran yang relevan. Tujuan dari langkah ini

adalah untuk memastikan bahwa semua siswa memiliki pemahaman

yang sama mengenai materi yang akan dipelajari.

3) Mengorganisir Siswa Ke Dalam Tim-Tim Belajar

Guru mengorganisir siswa ke dalam tim-tim belajar yang

terdiri dari beberapa anggota. Biasanya, tim terdiri dari 3-5 siswa

dengan anggota yang memiliki kemampuan, latar belakang, atau peran

yang berbeda-beda. Tujuan dari pembagian kelompok adalah untuk

memfasilitasi kerjasama dan interaksi antara siswa.

4) Membantu Kerja Tim Dan Belajar

Guru memberikan panduan dan bimbingan kepada tim dalam

melaksanakan tugas-tugas pembelajaran. Guru juga berperan sebagai

fasilitator untuk memastikan setiap anggota tim terlibat secara aktif dan

saling membantu satu sama lain. Dalam proses ini, siswa diajak untuk

berdiskusi, bertukar pendapat, berbagi pengetahuan, dan bekerja sama

dalam mencapai tujuan pembelajaran.

5) Mengevaluasi

Setelah tim selesai bekerja, guru melakukan evaluasi terhadap

kemajuan dan hasil belajar siswa. Evaluasi dapat dilakukan melalui

penilaian individu maupun penilaian kelompok. Tujuan dari evaluasi


25

adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mencapai tujuan

pembelajaran dan memberikan umpan balik yang konstruktif kepada

siswa untuk pengembangan lebih lanjut.

6) Memberikan Pengakuan Atau Penghargaan

Guru memberikan pengakuan atau penghargaan kepada tim

atau anggota tim yang telah bekerja dengan baik dan mencapai hasil

yang baik dalam pembelajaran. Ini dapat berupa pujian, sertifikat, atau

bentuk apresiasi lainnya. Hal ini bertujuan untuk memotivasi siswa dan

mengapresiasi kerja keras mereka dalam pembelajaran kooperatif.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dapat membantu

siswa dalam memahami konsep-konsep pembelajaran, model ini bagi siswa

dapat membantu menumbuhkan kamampuan kerjasama atau berkelompok,

berfikir kritis dan saling membantu sesama siswa lain. Dalam hal ini guru

tidak salah untuk mengimplementasikan pembelajaran kooperatif.

3. Model Pembelajaran Team Games Torunament

a. Pengertian Model Pembelajaran Team Games Torunament

Micheal (2017) mengungkapkan bahwa Teams Games Tournament

(TGT) pada awalnya dikembangkan oleh David De Vries dan Keith

Edwards di Johns Hopkins University sebagai metode pembelajaran

kooperatif. Siswa bermain game akademik dengan anggota tim lain untuk

berkontribusi poin untuk skor tim mereka. Siswa bermain game di "meja

turnamen" tiga orang dengan yang lainnya dengan catatan masa lalu.

Metode ini mendorong siswa untuk berkompetisi, bekerja sama dengan


26

siswa lain dan menjadi lebih aktif dan kreatif dalam belajar (Rahmat et al.,

2018).

Teams Games Tournament (TGT) menurut Isjoni (2010)

mengatakan bahwa “Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan

salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam

kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4-6 orang siswa yang

memiliki kemampuan, jenis kelamin dan ras yang berbeda”. Perbedaan

signifikan yang menjadikan model pembelajaran kooperatif TGT menjadi

sangat menarik adalah karena diakhiri dengan game atau turnamen. Dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT diharapkan siswa

mampu bekerja sama dalam tim sehingga menciptakan suatu kondisi yang

dapat memberikan sentuhan dan kebiasaan agar siswa terampil dalam

bekerja sama ataupun berkompetisi melalui turnamen akademik

(Damayanti & Apriyanto, 2017).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa Teams Games Tournament merupakan model pembelajaran dimana

siswa membentuk kelompok dan menyelesaikan suatu masalah dengan

bermain game atau turnamen, sehingga siswa dapat aktif dalam bekerja

sama dan berkompetisi.

b. Langkah – Langkah Model Pembelajaran Team Games Tournament

Menurut Slavin (2011) mengatakan bahwa, ada 5 tahapan

penerapan model pembelajaran TGT, yaitu:


27

1) Penyajian Kelas (Class Presentations)

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam

penyajian kelas atau sering juga disebut dengan presentasi kelas (class

presentations). Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan pengajaran

langsung atau dengan ceramah yang dipimpin oleh guru. Pada saat

penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan

memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa

bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game atau

permainan karena skor game atau permainan akan menentukan skor

kelompok.

2) Kelompok (Teams)

Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa yang

anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan

ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi

bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan

anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game

atau permainan. Setelah guru memberikan penyajian kelas, kelompok

(tim atau kelompok belajar) bertugas untuk mempelajari lembar kerja.

Dalam belajar kelompok ini kegiatan siswa adalah mendiskusikan

masalah-masalah, membandingkan jawaban, memeriksa, dan

memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep temannya jika teman satu

kelompok melakukan kesalahan.


28

3) Permainan (Games)

Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang

relevan dengan materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang

didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan

game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana

bernomor. Game atau permainan ini dimainkan pada meja turnamen

atau lomba oleh 3 orang siswa yang mewakili tim atau kelompoknya

masing-masing. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab

pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar

pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan

siswa untuk turnamen atau lomba mingguan.

4) Turnamen atau Lomba (Tournament)

Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau

permainan terjadi. Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir

minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas

dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja siswa (LKPD).

Turnamen atau lomba pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa

meja turnamen atau lomba. Tiga siswa tertinggi prestasinya

dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan

seterusnya.

5) Penghargaan Kelompok (Team Recognition)

Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian

mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim atau


29

kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor

memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Tim atau kelompok mendapat

julukan “Super Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team”

apabila rata-rata mencapai 50-40 dan “Good Team” apabila rata-ratanya

40 kebawah. Hal ini dapat menyenangkan para siswa atas prestasi yang

telah mereka buat.

c. Kelebihan Model Pembelajaran Team Games Tournament

Menurut Astutik (2013), kelebihan model pembelajaran Team

Games Tournament yaitu :

1) Dalam kelas kooperatif, siswa diberi kebebasan untuk berinteraksi dan

menggunakan pendapat mereka. Mereka dapat aktif terlibat dalam

proses pembelajaran, berbagi ide, dan berdiskusi dengan anggota tim

lainnya.

2) Partisipasi dalam model ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa.

Mereka merasa dihargai dan memiliki kontribusi yang berarti dalam

kelompok mereka.

3) Model ini dapat mengurangi perilaku mengganggu terhadap siswa lain.

Dalam suasana kerja sama dan kompetisi yang sehat, siswa cenderung

lebih fokus pada tujuan pembelajaran dan saling mendukung satu sama

lain.

4) Adanya kompetisi antar tim dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Mereka merasa termotivasi untuk berprestasi dan berusaha lebih baik

dalam mencapai hasil yang baik bagi tim mereka.


30

5) Melalui model Team Games Tournament, siswa dapat mencapai

pemahaman yang lebih mendalam tentang pokok bahasan yang

dipelajari. Mereka dapat saling mendiskusikan konsep, menerapkan

pengetahuan dalam permainan, dan mendapatkan pemahaman yang

lebih komprehensif.

6) Model ini juga dapat meningkatkan kebaikan budi, kepakaian, dan

toleransi antara siswa. Kerja sama dalam tim mempromosikan nilai-nilai

sosial yang positif dan mengembangkan sikap saling menghormati dan

menghargai perbedaan.

7) Dalam model Team Games Tournament, siswa memiliki kesempatan

untuk menelaah mata pelajaran atau pokok bahasan secara mendalam.

Mereka dapat mengaktualisasikan diri dengan menggunakan seluruh

potensi yang ada dalam diri mereka. Selain itu, interaksi yang aktif

antara siswa dan pendidik membuat suasana belajar menjadi hidup dan

tidak membosankan

d. Kekurangan Model Pembelajaran Team Games Tournament

Menurut Abdullah (2013), kekurangan model pembelajaran Team

Games Tournament yaitu :

1) Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta

menyumbangkan pendapatnya. Kekurangan ini mengacu pada

kemungkinan beberapa siswa menjadi pasif dalam diskusi atau tidak

terlibat secara aktif dalam memberikan kontribusi pendapat. Hal ini


31

dapat mengurangi partisipasi dan interaksi siswa dalam proses

pembelajaran.

2) Kekurangan waktu untuk proses pembelajaran. Model pembelajaran

TGT melibatkan beberapa tahap, termasuk presentasi kelas, belajar

kelompok, permainan, turnamen, dan penghargaan kelompok. Dalam

situasi dengan batasan waktu yang ketat, mungkin sulit untuk

meluangkan waktu yang cukup untuk setiap tahap, sehingga mengurangi

efektivitas pelaksanaan model pembelajaran ini.

3) Kemungkinan terjadinya kegaduhan jika guru tidak dapat mengelola

kelas. Dalam konteks permainan dan kompetisi, terdapat potensi

terjadinya kegaduhan atau kekacauan jika guru tidak mampu mengelola

kelas dengan baik. Gangguan dalam kelas dapat menghambat proses

pembelajaran dan mengurangi efektivitas model TGT.

4. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa baik kognitif,

afektif maupun psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran.

Penilaian hasil belajar siswa merupakan hal yang sangat penting dalam

kegiatan belajar mengajar. Melalui penilaian hasil belajar, maka dapat

diketahui seberapa besar keberhasilan siswa dalam menguasai materi yang

telah diajarkan (Milawati, 2019).

Suprijono (2013) menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola

perubahan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan


32

keterampilan. Hasil belajar yang diperoleh akan lebih bermakna bila

diimplementasikan kedalam sikap, keterampilan, nilai-nilai kehidupan

sehari-hari.

Kunandar (2013) menyatakan hasil belajar adalah kompetensi atau

kemampuan tertentu baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang

dicapai atau dikuasai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Artinya hasil belajar yang diperoleh merupakan usaha seseorang setelah

melalui kegiatan-kegiatan belajar (S. I. Lestari, 2019).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan hasil belajar

merupakan kemampuan yang dimiliki siswa baik kognitif, afektif, maupun

psikomotorik yang didapatkan melalui proses pembelajaran. Hasil belajar

yang diperoleh merupakan hasil dari usaha kita sendiri, semakin rajin kita

dalam belajar, maka semakin tinggi hasil belajar yang kita dapatkan.

b. Indikator Hasil Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi

segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan

proses belajar siswa. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang

dalam mennguasai ilmu pengetahuan pada suatu mata pelajaran dapat

dilihat melalui prestasinya. Siswa akan dikatakan berhasil apabila

prestasinya baik dan sebaliknya, ia tidak berhasil jika prestasinya rendah.

Menurut Wiradinata (2013), pada tingkat yang sangat umum

sekali, hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:


33

1) Keefektifan (effectiveness)

Keefektifan mengacu pada sejauh mana suatu metode atau

pendekatan pembelajaran mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam

konteks pembelajaran, keefektifan berkaitan dengan sejauh mana

pembelajaran tersebut berhasil dalam meningkatkan pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, atau sikap siswa sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang ditetapkan. Jika suatu metode pembelajaran

dianggap efektif, maka metode tersebut berhasil dalam memberikan

hasil yang diharapkan.

2) Efisiensi (efficiency)

Efisiensi berkaitan dengan penggunaan sumber daya yang

tersedia secara optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang

diinginkan. Dalam konteks pembelajaran, efisiensi berarti

menggunakan waktu, tenaga, dan sumber daya lainnya secara efektif

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran yang

efisien mampu mencapai hasil yang diinginkan dengan menggunakan

sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien.

3) Daya Tarik (appeal)

Daya tarik mengacu pada sejauh mana metode pembelajaran

mampu menarik minat dan perhatian siswa. Metode pembelajaran yang

memiliki daya tarik yang tinggi mampu membuat siswa tertarik,

antusias, dan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Daya tarik

dapat dihasilkan melalui penggunaan pendekatan yang inovatif,


34

penggunaan media dan teknologi yang menarik, pengaturan lingkungan

pembelajaran yang menstimulasi, dan penggunaan variasi kegiatan

pembelajaran yang menarik perhatian siswa.

Efesien pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara

keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si pelajar dan jumlah biaya

pembelajaran yang digunakan. Daya tarik pembelajaran biasanya diukur

dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik

pembelajaran erat sekali dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas

pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya.

c. Tingkat Keberhasilan Belajar

Ahmadiyanto (2016) mengungkapkan bahwa bukti seorang telah

belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut,

misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi

mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur

subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur

jasmaniah. Bahwa seseorang sedang berfikir dapat dilihat dari raut

mukanya, sikap dalam rohaniah tidak bisa kita lihat. Tingkah laku manusia

terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan

pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek tersebut adalah:

1) Pengetahuan

Pengetahuan mengacu pada pemahaman fakta, konsep,

prinsip, atau informasi yang dipelajari. Hasil belajar dalam aspek


35

pengetahuan dapat dilihat dari kemampuan seseorang untuk mengingat

dan memahami informasi yang telah dipelajari.

2) Pengertian

Pengertian berkaitan dengan pemahaman yang lebih dalam

tentang suatu konsep, prinsip, atau hubungan antara konsep-konsep

yang dipelajari. Hasil belajar dalam aspek pengertian ditunjukkan

dengan kemampuan seseorang untuk menghubungkan dan menerapkan

konsep-konsep dalam konteks yang relevan.

3) Kebiasaan

Kebiasaan mencakup tindakan atau perilaku yang menjadi

rutinitas dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar dalam aspek

kebiasaan ditunjukkan oleh adopsi tindakan yang diharapkan atau

diinginkan sebagai hasil dari pembelajaran.

4) Keterampilan

Keterampilan merujuk pada kemampuan praktis untuk

melakukan tugas-tugas atau aktivitas tertentu. Hasil belajar dalam aspek

keterampilan dapat dilihat dari kemampuan seseorang untuk

melaksanakan tugas atau aktivitas dengan kompeten dan terampil.

5) Apresiasi

Apresiasi berkaitan dengan kemampuan untuk mengenali,

menghargai, dan menilai sesuatu dengan baik. Hasil belajar dalam aspek

apresiasi dapat dilihat dari kemampuan seseorang untuk


36

mengembangkan kepekaan terhadap nilai-nilai, estetika, atau karya-

karya seni.

6) Emosional

Aspek emosional melibatkan perubahan dalam ekspresi dan

pengaturan emosi seseorang. Hasil belajar dalam aspek emosional dapat

dilihat dari perubahan dalam kemampuan seseorang untuk mengelola

emosi secara positif dan adaptif.

7) Hubungan Sosial

Hubungan sosial mencakup kemampuan untuk berinteraksi

dan berkomunikasi dengan orang lain. Hasil belajar dalam aspek

hubungan sosial ditunjukkan dengan kemampuan seseorang untuk

membentuk dan mempertahankan hubungan yang sehat dan bermakna

dengan orang lain.

8) Jasmani

Aspek jasmani melibatkan perubahan dalam kemampuan fisik

atau motorik seseorang. Hasil belajar dalam aspek jasmani dapat dilihat

dari peningkatan kemampuan fisik, keseimbangan, atau koordinasi

motorik.

9) Etis Atau Budi Pekerti

Etis atau budi pekerti berkaitan dengan perubahan dalam nilai-

nilai moral, etika, dan perilaku yang baik. Hasil belajar dalam aspek etis

atau budi pekerti ditunjukkan dengan peningkatan dalam pemahaman

dan penerapan nilai-nilai yang baik dalam kehidupan sehari-hari.


37

10) Sikap

Sikap mencakup pandangan, keyakinan, atau sikap mental

seseorang terhadap sesuatu

Hasil belajar yang dicapai dalam proses pembelajaran merupakan

ukuran hasil upaya yang dilakukan oleh pendidik dan siswa dengan segala

faktor yang terkait. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006)

membagi tingkat atau taraf keberhasilan belajar menjadi 4 macam, yaitu:

1) Istimewa/maksimal bila semua bahan pelajaran dikuasai 100%.

2) Baik sekali/optimal bila sebagian besar materi dikuasai antara 76-99%.

3) Baik/minimal, bila bahan dikuasai hanya 60-75%.

4) Kurang, bila bahan yang dikuasai kurang dari 60%.

Ketentuan tingkat keberhasilan antara lembaga pendidikan satu

dengan lembaga pendidikan lainnya berbeda, bahkan sekarang satuan

pendidikan diberikan kewenangan untuk dapat menentukan kriteria

ketuntatas minimum (KKM) sendiri-sendiri.

d. Fungsi Hasil Belajar

Menurut Yeni (2022), Hasil belajar ini difungsikan dan

ditunjukan untuk keperluan berikut ini:

1) Untuk seleksi, hasil dari belajar seringkali digunakan sebagai dasar

untuk menentukan siswa-siswa yang paling cocok untuk jenis jabatan

atau jenis pendidikan tertentu.


38

2) Untuk kenaikan kelas, untuk menentukan apakah seseorang siswa dapat

dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi atau tidak, memerlukan informasi

yang dapat mendukung keputusan yang dibuat guru.

3) Untuk penempatan, agar siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat

kemampuan dan potensi yang mereka miliki, maka perlu dipikirkan

ketepatan penempatan siswa pada kelompok yang sesuai.

e. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Hapnita (2018), Faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor

internal dan eksternal.

Faktor-faktor internal, meliputi:

1) Aspek Psikologis terdiri dari:

a) Intelegensi

Sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.

b) Perhatian

Untuk menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus

mempunyai perhatian terhadap bahan yang akan dipelajarinya.

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu semata-

mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek.

c) Minat

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan

pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan

belajar sungguh-sungguh.
39

d) Bakat

Merupakan kecakapan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan.

e) Motivasi

Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai.

Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan dasar yang

menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku kearah suatu tujuan

tertentu.

f) Kesiapan

Kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa

sudah mempunyai kesiapan untuk belajar, maka hasil belajar baik.

Faktor-faktor eksternal, meliputi:

1) Aspek Keluarga

Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan

luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang

memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan

keterampilan. Aspek keluarga terdiri dari:

a) Cara Orang Tua Mendidik Anak

Cara orang tua mendidik anak besar pengaruhnya terhadap belajar

anaknya. Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya

dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya.


40

b) Suasana Rumah

Untuk menjadikan anak belajar dengan baik perlu diciptakan

suasana rumah yang tenang dan tenteram. Jika suasana rumah

tenang, seorang anak akan betah tinggal di rumah dan anak dapat

belajar dengan baik.

c) Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga juga sangat mempengaruhi belajar anak.

2) Aspek Sekolah

Aspek sekolah yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari:

a) Metode mengajar

Menurut Slameto (2015) Metode mengajar adalah suatu cara/jalan

yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar yang kurang

baik akan mempengaruhi belajar siswa. Agar siswa dapat belajar

dengan baik, maka metode mengajar diusahakan yang semenarik

mungkin.

b) Relasi Guru dengan Siswa

Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa, dapat menyebabkan

proses belajar mengajar kurang lancar.

c) Disiplin

Kedisiplinan sekolah sangat erat hubungannya dengan kerajinan

siswa pergi ke sekolah dan juga belajar.


41

d) Keadaan Gedung

Jumlah siswa yang banyak serta karakteristik masing-masing yang

bervariasi, mereka menuntut keadaan gedung harus memadai dalam

setiap kelas.

e) Alat Pelajaran

Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap perlu agar guru

dapat belajar dan menerima pelajaran dengan baik.

3) Aspek Masyarakat

Aspek masyarakat terdiri dari:

a) Bentuk Kehidupan Masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar juga dapat menpengaruhi belajar

anak. Pengaruh tersebut dapat mendorong semangat anak atau siswa

belajar lebih giat atau sebaliknya.

b) Teman Bergaul

Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka diusahakan siswa

memiliki teman bergaul yang baik dan pengawasan dari orang tua

serta pendidik harus cukup bijaksana. Pengaruh-pengaruh dari

teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang

kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap

diri siswa, dan sebaliknya.


42

B. Kerangka Pikir

Penerapan Model
Siswa
Pembelajaran

Metode Model Team


Konvensional Games Tournament

Hasil Belajar Hasil Belajar


Siswa Siswa
Rendah Meningkat

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Metode konvensional seperti metode ceramah yang masih banyak

digunakan dalam proses pembelajaran akan membawa dampak yang kurang

baik untuk siswa. Dalam metode konvensional guru akan lebih aktif yaitu guru

sebagai pusat perhatian dan akan lebih banyak berbicara, sedangkan siswa

lebih banyak mendengarkan dan mencatat, sehingga siswa menjadi pasif dalam

proses pembelajaran dan hal semacam itu menyebabkan rendahnya hasil

belajar siswa.

Setiap model pembelajaran pasti akan membawa pengaruh yang

berbeda pada hasil belajar siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu memilih

model pembelajaran yang tepat agar proses belajar mengajar dapat berjalan

dengan efektif. Salah satunya adalah dengan menggunakan model

pembelajaran TGT (Teams games tournament). Melalui model pembelajaran

TGT maka siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran, dengan siswa
43

yang lebih aktif maka diharapkan mampu menciptakan hasil belajar siswa

meningkat.

C. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Penelitian dilakukan oleh Muawanah (2015) tentang Efektivitas Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Terhadap

Hasi Belajar Peserta Didik Pokok Bahasan Bangun Ruang Sederhana

Semester II Kelas IV Di MI Sultan Fatah Demak Tahun Pelajaran

2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran TGT

memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Persamaan penelitian

terdahulu dengan penelitian ini terletak pada model yang digunakan yaitu

model pembelajaran TGT dan kesamaan variabel yang diamati yaitu

peningkatan hasil belajar siswa. Perbedaannya yaitu terletak pada mata

pelajaran, subjek, dan lokasi kegiatan yang berbeda sehingga tentunya akan

memiliki presentase perbedaan hasil belajar siswa.

2. Penelitian dilakukan oleh Nursifa (2019) tentang Efektivitas Model

Pembelajaran Coopertive Tipe Teams Game Tournament (TGT) Terhadap

Hasil Belajar IPA Kelas V di MIN 2 Bandar Lampung. Hasil penelitian ini

menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan

model pembelajaran TGT. Persamaan penelitian terdahulu dengan

penelitian ini terletak pada model yang digunakan yaitu model

pembelajaran TGT dan kesamaan variabel yang diamati yaitu peningkatan

hasil belajar siswa. Perbedaannya terletak pada tingkatan kelas, mata

pelajaran, subjek, dan lokasi penelitian.


44

3. Penelitan yang dilakukan (Yusran, 2016) tentang Efektivitas Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments Melalui Media

Ular Tangga Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa di MAN Kuta Baro Aceh

Besar. Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa mengalami

peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran TGT. Persamaan

penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu model pembelajaran TGT

dan kesamaan variabel yang diamati yaitu peningkatan hasil belajar siswa.

Perbedaannya terletak pada tingkatan kelas, mata pelajaran, subjek, dan

lokasi penelitian. Sehingga, tentunya mendapatkan hasil penelitian yang

berbeda pula.

D. Hipotesis

1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada efektivitas penerapan model Team Games Tournament (TGT)

terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas XI pada pembelajaran

agribisnis tanaman sayuran di SMK Negeri 4 Gowa.

b. Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model Team

Games Tournament (TGT) dengan yang menggunakan metode ceramah

pada pembelajaran agribisnis tanaman sayuran di SMK Negeri 4 Gowa.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada efektivitas penerapan model Team Games Tournament (TGT) terhadap

peningkatan hasil belajar siswa kelas XI pada pembelajaran agribisnis

tanaman sayuran di SMK Negeri 4 Gowa.


45

b. Ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model Team Games

Tournament (TGT) dengan yang menggunakan metode ceramah pada

pembelajaran agribisnis tanaman sayuran di SMK Negeri 4 Gowa.


46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu

(quasi experiment). Quasi eksperimen merupakan sebuah penelitian yang

memerlukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, tetapi tidak memungkinkan

diadakannya pengambilan subjek penelitian secara acak dari populasi yang ada

karena subjek (siswa) secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok (satu

kelas). Model pembelajaran yang diterapkan pada penelitian ini adalah

penerapan model pembelajaran Team Games Tournament (TGT).

B. Desain Penelitian

Desain penelitian dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design

Kelas Pre Test Perlakuan Post Test

Ekperimen O1 X1 O2

Kontrol O3 X2 O4

Keterangan :

X1 = menggunakan model Team Games Tournament

X2 = menggunakan metode konvensional (ceramah)

O1 dan O3 = kedua kelompok melakukan tes awal (pre test)

O2 = kelompok eksperimen melakukan tes akhir (post test)


47

O4 = kelompok kontrol melakukan tes akhir (post test)

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Maret sampai April 2023.

2. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Gowa, Jl. Baso Dg Ngawing,

No 127 Kel Mangalli, Teebatu, Palangga, Gowa, Sulawesi Selatan.

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan segala kondisi, situasi, faktor, perlakuan dan

semua tindakan yang dapat dipakai untuk mempengaruhi hasil eksperimen.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu

variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).

1. Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah model pembelajaran Team

Games Tournament (TGT) (X1 ) dan metode ceramah (X2 )

2. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa (Y1 )

E. Definisi Operasional Variabel

1. Efektivitas pembelajaran merupakan ukuran keberhasilan dari suatu proses

interaksi antar siswa maupun antar siswa dengan guru dalam situasi edukatif

guna mencapai tujuan pembelajaran.

2. Team games tournament merupakan salah satu tipe belajar kooperatif,

dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan komponen

utama berupa presentase kelas, diskusi tim, game akademik dan rekognisi

tim.
48

3. Hasil belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang lebih

baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti. Populasi juga

merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek dan objek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun yang

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI ATPH SMK

Negeri 4 Gowa yang berjumlah 119 siswa. Jumlah populasi dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.2 Jumlah Populasi Penelitian

NO Kelas Jumlah Siswa

1. XI ATPH 1 30

2. XI ATPH 2 30

3. XI ATPH 3 30

4. XI ATPH 4 29

Jumlah 119

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
49

mempelajari semua yang ada pada populasi, untuk itu sampel yang diambil

dari populasi harus betul-betul mewakili.

Pemilihan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan

sampel berdasarkan kelas atau disebut juga cluster sampling. Cluster

sampling merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan kelas-kelas

atau kelompok-kelompok yang sudah ada. Dari 4 kelas ATPH yang ada di

SMK Negeri 4 Gowa, peneliti memilih 2 kelas yaitu kelas XI ATPH 1

sebanyak 30 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas XI ATPH 3 sebanyak

30 siswa sebagai kelas kontrol.

G. Prosedur Penelitian

1. Kelas eksperimen

a. Perencanaan

1) Menganalisis/memilih kompetensi dasar pembelajaran.

2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

3) Mempersiapkan lembar kerja siswa (LKPD).

4) Menyiapkan sarana/prasarana pembelajaran.

5) Menyusun soal pretest dan postest yang akan diberikan ke siswa.

6) Menyiapkan kisi-kisi evaluasi belajar.

b. Pelaksanaan Perlakuan

Melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat pada

kelas eksperimen dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Langkah

pembelajaran meliputi :
50

1) Sebelum pembelajaran dengan model TGT dimulai, siswa

mengerjakan soal pretest.

2) Guru membuka pelajaran dengan salam kemudian dilanjutkan

pengenalan dan tujuan.

3) Guru membagi siswa kedalam kelompok kecil, setiap kelompok

terdiri 5-6 siswa.

4) Setiap kelompok mendapat LKPD untuk didiskusikan dalam

kelompok berhubungan dengan kompetensi dasar yang dipelajari.

Setiap tim berkewajiban membantu setiap anggota untuk memahami

materi yang dipelajari.

5) Guru mempersiapkan game/turnamen yang akan diadakan.

6) Setiap siswa mengikuti turnamen dan mematuhi peraturan yang

berlaku.

7) Setelah permainan selesai, selanjutnya diadakan perhitungan skor

pada masing-masing tim.

8) Setelah permainan selesai, siswa mengerjakan postest untuk

mengetahui peningkatannya.

2. Kelas Kontrol

a. Perencanaan

1) Menganalisis/memilih kompetensi dasar pembelajaran.

2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

3) Mempersiapkan lembar kerja siswa (LKPD).

4) Menyiapkan sarana/prasarana pembelajaran.


51

5) Menyusun soal pretest dan postest yang akan diberikan ke siswa.

6) Menyiapkan kisi-kisi evaluasi belajar.

b. Pelaksanaan proses belajar mengajar

Melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat pada

kelas kontrol meliputi :

1) Sebelum pembelajaran dimulai, siswa mengerjakan soal pretest.

2) Guru menyampaikan materi pada siswa dengan metode ceramah.

3) Setiap siswa mendapat LKPD untuk dikerjakan sesuai dengan

kompetensi dasar yang dipelajari.

4) Setelah selesai, guru memberi penjelasan pada materi yang belum

dipahami oleh siswa.

5) Setelah pembelajaran selesai, siswa mengerjakan postest.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dimaksud disini adalah suatu cara

yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Adapun

teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Tes

Tes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan

subjek penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan soal yang sama, baik

pada pretest maupun postest. Sebelum pembelajaran dimulai dilakukan

pretest terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Postest

dilakukan setiap akhir pembelajaran untuk mengetahui besarnya

peningkatan hasil belajar agribisnis tanaman sayuran siswa.


52

I. Instrumen Penelitian

Terdapat dua instrumen penelitian, yaitu: instrumen pembelajaran dan

instrumen pengumpulan data.

1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP digunakan sebagai panduan mengajar dengan menerapkan model

kooperatif tipe TGT dalam langkah-langkah pembelajaran. RPP berisi

nama materi, alokasi waktu, kompetensi dasar, indikator pencapaian

kompetensi, tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,

penilaian, sumber belajar, serta ringkasan materi agribisnis tanaman

sayuran.

b. PPT

PPT digunakan sebagai media pembelajaran dalam tahap penyajian

kelas. PPT berisi video demonstrasi, materi, dan contoh soal.

c. LKPD

LKPD digunakan pada tahap diskusi kelompok agar diskusi terarah

sesuai tujuan pembelajaran.

2. Instrumen pengumpulan data

a. Soal Pretest-Postest

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui besarnya

peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa. Jenis instrumen tes yang

digunakan adalah pilihan ganda.


53

Tabel 3.3. Kisi-kisi soal Pretest-Postest

Sub materi pokok Nomor Jumlah


Pertanyaan
Pengelolaan lahan budidaya tanaman 1,2,3,4 4
sayuran
Pemumpukan bubidaya tanaman sayuran 5,6,7,8,9 5

Lama tanaman dapat dipanen 10 1

Pengelolaan budidaya tanaman bayam 11,12 2

Tanah yang baik dalam budidaya 13,14,15 3


tanaman sayuran
Syarat pertumbuhan tanaman yang baik 16 1

Fungsi drainase 17 1

Pembuatan bedengan 18,19 2

Pertumbuhan tanaman vegetatif 20 1

Penggunaan Mulsa 21,22,23 3

Penyemaian benih 24,25,26,27 4

Pembibitan tanaman 28,29 2

Pengajiran tanaman 30,31,32,33,34 5

Pengairan tanaman 35,36 2

Jumlah Soal 36

J. Analisis Instrumen Penelitian

Soal yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum

digunakan untuk mengambil data harus diujikan terlebih dahulu untuk

mengetahui validitas dan realibilitas dari soal-soal tersebut.


54

a. Uji Validitas

Validitas butir soal ditentukan dengan rumus Korelasi Product

Moment yang dikemukakan oleh Pearson (Suharsimi Arikunto, 2009).

𝑁 𝑋𝑌−(𝑋)(𝑌)
r𝑝𝑏𝑖 = {𝑁 𝑋2 −(𝑋2 )} {𝑁 𝑌2 −(𝑌)2 } (3.1)

Keterangan :

r𝑝𝑏𝑖 = Koefisien korelasi antara X dan Y

N = Jumlah subyek/responden uji coba

X = Jumlah skor item

Y = Jumlah skor total

Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat validasi adalah

jika r ≥ 0,30. Apabila korelasi butir soal kurang dari 0,30 maka butir soal

dalam instrumen dinyatakan tidak valid. Sedangkan untuk instrumen tes

hasil belajar digunakan validitas isi yaitu penilaian tes belajar yang

dilakukan oleh para ahli materi. Dalam hal ini validator atau penilai adalah

dosen pendidikan teknologi pertanian.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabitas instrument digunakan untuk mengetahui reliabitas

suatu instrumen. Instrument dikatakan reliabel adalah instrument tersebut

dapat menghasilkan data yang tetap. Untuk menguji reliabitas instrument

angket menggunakan rumus Alpa Cronbach yaitu:

𝑘 ∑ 𝜎𝑏2
r11 = 𝑘−1 (1 − ) (3.2)
𝜎𝑡2
55

Keterangan :

r11 = Koefisien reliabilitas instrumen yang dicari


k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ 𝜎𝑏2 = Jumlah varians skor tiap-tiap item
𝜎𝑡2 = Varians total (Suharsimi Arikunto, 2009)
Instrumen dapat dikatakan reliabel jika koefisien Alpha lebih

besar atau sama dengan 0,60. Uji reliabilitas dalam penelitian ini akan

menggunakan SPSS 17.00 for Windows.

K. Teknik Analisis Data

Data yang telah didapatkan di lapangan dianalisis untuk menguji

hipotesis. Sebelum menguji hipotesis penelitian terlebih dahulu diadakan uji

prasyarat analisis data dengan bantuan komputer program SPSS versi 17.0 for

Windows yang meliputi:

1. Uji Persyarat

Uji persyaratan terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas data

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data penelitian

yang sudah didapatkan berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan

dari hasil pretest dan post-test kedua kelompok yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini menggunakan

uji satu sampel Kolmogrov-Smirnov (One Sampel Kolmogrov Smirnov)

pada program SPSS versi 17.0. Dalam output One Sampel Kolmogrov

Smirnov Test dilihat pada baris Asyim. Sig (2 Tailed). Jika nilainya
56

kurang dari taraf signifikansi yakni 5% maka data tersebut tidak

berdistribusi normal, sebaliknya jika nilai Asyim. Sig (2 Tailed) lebih

atau sama dengan 5% maka data berdistribusi normal (Ali Muhson,

2009)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varian dimaksudkan untuk mengetahui

apakah sampel yang diambil mempunyai varian yang sama atau tidak

dengan cara membandingkan kedua varian. Uji homogenitas dilakukan

sebelum dan sesudah perlakuan. Uji yang digunakan adalah uji

homogenitas varians. Pengujian homogenitas dilakukan dengan analisis

tes homogeneity of variance menggunakan SPSS. Persyaratan homogen

jika probability (sig) > 0,05 dan jika probabilitas (sig) < 0,05 maka data

tersebut tidak homogen (Triton, 2006).

2. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam setiap penelitian perlu untuk membuktikan

kebenaran dari yang telah dirumuskan. Uji yang digunakan untuk menguji

hipotesis dalam penelitian ini adalah uji-t digunakan untuk mengetahui

perbedaan signifikansi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Adapun uji yang digunakan adalah:

a. Uji Paired Sampel t-test

Uji paired sampel t-test digunakan untuk menguji apakah dua

sampel yang dependen atau sampel berpasangan berasal dan populasi

yang mempunyai mean yang sama. Pengujian hipotesis untuk


57

membuktikan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara hasil tes

kemampuan awal (pretest) dan tes kemampuan akhir (postest) kedua

kelompok.

Hipotesis nol (H0 ) dam hipotesis alternatif (H𝑎 ) yang

dirumuskan adalah sebagai berikut :

1) H0 : Postest lebih rendah atau sama dengan rata-rata pretest pada

kelompok eksperimen/kontrol

H𝑎 ∶ Postest lebih tinggi dari rata-rata pretest pada kelompok

eksperimen/kontrol

kriteria penerimaan atau penolakaan H0 pada taraf signifikansi

5% dengan menggunakan program SPSS adalah apabila thitung<ttabel

maka H0 diterima dan H𝑎 ditolak. Sedangkan apabila thitung>ttabel

maka H0 ditolak dan H𝑎 diterima. Jika dilihat dari probabilitas

(signifikansi), apabila probabilitasnya ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H𝑎

diterima. Demikian sebaliknya, apabila probabilitasnya > 0,05 maka H0

diterima dan H𝑎 ditolak.

b. Uji Independent Samples t-test

Uji independent samples t-test digunakan untuk melihat

perbedaan ratarata antara dua kelompok yang independen. Pengujian

hipotesis yang pertama untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan

yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model

TGT dan siswa yang menggunakan metode ceramah.


58

Hipotesis nol (H0 ) dam hipotesis alternatif (H𝑎 ) yang dirumuskan

adalah sebagai berikut :

1) H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan

model pembelajaran TGT dengan kelompok yang menggunakan

metode ceramah

H𝑎 : Ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran TGT dengan yang menggunakan metode ceramah

Kriteria penerimaan atau penolakaan H0 pada taraf

signifikansi 5% dengan menggunakan program SPSS 17.00 adalah

apabila thitung<ttabel maka H0 diterima dan H𝑎 ditolak. Sedangkan

apabila thitung>ttabel maka H0 ditolak dan H𝑎 diterima. Jika dilihat dari

probabilitas (signifikansi), apabila probabilitasnya ≤ 0,05 maka H0

ditolak dan H𝑎 diterima. Demikian sebaliknya, apabila probabilitasnya

> 0,05 maka H0 diterima dan H𝑎 ditolak.


59

Daftar Pustaka

Abdullah, M. 2013. Model Pembelajaran Kooperatif: Teori dan Aplikasi dalam


Pengembangan Kurikulum. Pustaka Setia.
Abdullah, R. 2017. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Pada Mata Pelajaran Kimia Di Madrasah Aliyah. Lantanida Journal,
5(1), 13.
Ahmadiyanto, A. 2016. Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa
Menggunakan Media Pembelajaran Ko-Ruf-Si (Kotak Huruf Edukasi)
Berbasis Word Square Pada Materi Kedaulatan Rakyat Dan Sistem
Pemerintahan Di Indonesia Kelas VIII C Smp Negeri 1 Lampihong Tahun
Pelajaran 2014/. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 6(2), 980–993.
Alisman. 2014. Analisis Efektifitas dan Efisiensi Manajemen keuangan di Aceh
Barat. Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Publik Indonesia, 1(2), 48–54.
Astutik, N. A. 2013. Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) pada Siswa
Kelas IV SDN 3 Ngadirejan Kecamatan Purworejo Kabupaten Banyumas.
Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Damayanti, S., & Apriyanto, M. T. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Hasil Belajar Matematika.
Jurnal Kajian Pendidikan Matematika, 02(00), 3–4.
Hajar, A. 2020. Penerapan Model Pembelajaran Learning Partner dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam. Didaktika: Jurnal
Kependidikan,9(1),60–76.
Hapnita, W., Abdullah, R., Gusmareta, Y., & Rizal, F. 2018. Faktor Internal Dan
Eksternal Yang Dominan Mempengaruhi Hasil Belajar Menggambar Dengan
Perangkat Lunak Siswa Kelas XI Teknik Gambar Bangunan Smk N 1 Padang
Tahun 2016/2017. CIVED (Journal of Civil Engineering and Vocational
Education), 5(1), 2175–2182.
60

Hasanah, Z., & Himami, A. S. 2021. Model Pembelajaran Kooperatif Dalam


Menumbuhkan Keaktifan Belajar Siswa. Jurnal Studi Kemahasiswaan, 1(1),
1–13.
Hikmah, M., Anwar, Y., & Riyanto. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Team
Games Tournament (TGT) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik
pada Materi Dunia Hewan Kelas X di SMA Unggul Negeri 8 Palembang.
Jurnal Pembelajaran Biologi, 5(1), 56–73.
Ilham, M. 2017. Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model
Kooperatif Tipe TGT (Teams Gams Tournament) Pada Ssiwa Kelas XI SMK
Negeri 1 Pinrang.
Kasanah, R. U. 2021. Efektifitas Model Pembelajaran Teams Games Tournament
(Tgt) Terhadap Keaktifan Belajar Siswa Di Ma Al-Islam Joresan Ponorogo
Tahun Pelajaran 2020/2021. In Institut Agama Islam Negeri Ponorogo (Vol.
3, Issue 2).
Kurnisari, D., Pribowo, R. A., & Putro, R. S. 2020. Analisis Indikator Pembelajaran
Efektif pada Pembelajaran Jarak Jauh. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Guru (SENAPERA), 4(1), 75-83.
Laksarilmubro, 2012. Belajar dengan pendekatan PALKEM. Jakarta : Bumi Aksara
Lestari, S. I. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game
Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Murid Kelas V
SD Inpres No.181 Pattopakang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten
Takalar (Issue 181).
Lestari, V. I. 2017. Efektivitas Penerapan Metode Teams Game Tournament (Tgt)
Terhadap Peningkatan Motivasi Dan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas X
Sma Muhammadiyah Borobudur Magelang Jawa Tengah. In Fakultas
Ekonomi (Vol. 53, Issue 9).
Mardliyah, S. Z. 2021. Pengembangan Model Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Ski Kelas V Mi Malihatul Hikam
Lamongan. Pesquisa Veterinaria Brasileira, 26(2), 173–180.
61

Masruri, M., & Muazansyah, I. 2017. Analisis efektifitas program nasional


pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan (PNPM-MP)..
Milawati, N. A. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournaments
(TGT) Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau Dari Self Confidence Peserta
Didik Kelas VII Di SMP Amal Bakti Jati Agung Lampung Selatan. In Skripsi.
Mirdad, J. 2020. Model-Model Pembelajaran (Empat Rumpun Model
Pembelajaran). Jurnal Sakinah, 2(1), 14–23.
Muawanah. 2015. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pokok Bahasan
Bangun Ruang Sederhana Semester II Kelas IV Di MI Sultan Fatah Demak
Tahun Pelajaran 2012/2013. In Skripsi.
Nurmila, & Syam, H. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (Nht) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta
Didik Agribisnis Tanaman Pangan Dan Hortikultura Smk Negeri 2 Soppeng.
3, 211–220.
Nursifa, A. 2019. Efektivitas Model Pembelajaran Coopertive Tipe Teams Game
Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V di MIN 2 Bandar
Lampung. In Skripsi.
Parker, K. R. 2015. Introduction to cooperative learning in online environments.
Routledge.
Rahman, M. H., & Kencana, R. 2020. Implementasi Model Pembelajaran
Kooperatif dalam Meningkatkan Perkembangan Sosial Anak Usia Dini.
Musamus Journal of Primary Education, 2(2), 67–75.
Rahmat, F. L. A., Suwatno, S., & Rasto, R. 2018. Meningkatkan Pemahaman
Konsep Siswa Melalui Teams Games Tournament (Tgt): Meta Analisis. Jurnal
Manajerial, 17(2), 239.
Rohmawati, A. 2015. Efektivitas Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 9(1),
15–32.
Slavin, Robert, E. 2011. Cooperative Learning, Bandung : Nusa Media.
Suprijono, A. 2012. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. PT
Remaja Rosdakarya.
62

Surahmad, W. 2017. Efektivitas Pembelajaran: Teori, Strategi, dan Implementasi.


Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka
Cipta.
Trianto. 2018. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual. Kencana Prenada Media Group
Uno, H. B. 2011. Teori motivasi dan pengukurannya: Analisis di bidang
pendidikan, sosial, dan organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyuni, R. 2016. Pembelajaran Kooperatif Bukan Pembelajaran Kelompok
Konvensional. Pendidikan Matematika Universitas Almuslim, 3(1), 37–43.
Wiradinata, H. D. R. 2013. Meningkatkan Kualitas Perkuliahan Melalui Team
Teaching. Ilmiah Pendidikan Ekonomi, 1(2), 68–81.
Yeni, D. F., Putri, S. L., & Setiawati, M. 2022. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa
Terhadap Hasil Belajar Siswa Smp N 1 X Koto Diatas. Jurnal Pendidikan
Ekonomi UM Metro, 10(2), 133–140.
Yusran, N. 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournaments Melalui Media Ular Tangga Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa
di MAN Kuta Baro Aceh Besar.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. In Perpustakaan Nasional : Katalog
Dalam Terbitan (KDT) (Vol. 27, Issue 03).
63

Anda mungkin juga menyukai