Anda di halaman 1dari 114

LAPORAN MAGANG INDUSTRI/PRAKTIK KERJA

PROGRAM MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA (MBKM)

1. Muhammad Fadhil Abdillah 1927041007 (Pend. Teknologi Pertanian/FT)


2. Fadhilah Ismah Wahdah 1927041002 (Pend. Teknologi Pertanian/FT)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022

1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPOAN PRAKTEK INDUSTRI
PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIV (PG. TAKALAR)
PERIODE MEI-AGUSTUS

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD FADHIL ABDILLAH (1927041007)
FADHILAH ISMAH WAHDAH ( 1927041002)

TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH

ASISTEN KEPALA PABRIK PEMBIMBING LAPANGAN


PT PERKEBUNAN NUSANTARA
XIV (PG TAKALAR)

Andhika Widhi G. Yunus S.T A. Alfiyyah Tenriawaru

Ketua Program Studi

2
Pendidikan Teknologi Pertanian DOSEN PEMBIMBING

Dr. Ir. Andi Sukainah, S.TP., M.Si Nunik Lestari, S.TP., M.Si

3
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK INDUSTRI PESERTA


PENDIDIKAN TEKNOLOGI PERTANIAN
DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIV (PG TAKALAR)

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD FADHIL ABDILLAH


1927041007
FADHILAH ISMAH WAHDAH
1927041002

Laporan Kegiatan Praktek Industri disetujui untuk dipresentasikan pada ujian yang
akan dilaksanakan pada tanggal

Dosen Pembimbimbing Pembimbing Lapangan

4
Nunik Lestari, S.TP., M.Si A. Alfiyyah Tenriawaru

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat, Karunia dan Hidayah-Nya sehingga penulisan Laporan Praktik Industri(PI)
yang berjudul “Laporan Akhir Magang di Pt. Perkebunan Nusantara XIV (Pg
Takalar)” dapat diselesaikan. Salam dan shalawat, senantiasa penulis curahkan
kepada Rasulullah SAW, beserta sahabat dan shahabiyah.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mengalami kendala, namun
berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah
SWT, sehingga kendala-kendala yang dihadapi dapat diatasi. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati pada kesempatan kali ini penulis menghaturkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang terhormat:
1. Prof. Dr. Ir. H. Husain Syam, M.TP. IPU, selaku Rektor Universitas Negeri
Makassar.
2. Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Yahya, M.Kes., M.Eng., IPU selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Negeri Makassar
3. Dr. Ir. Andi Sukainah, S.TP., M.S.i. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Teknologi Pertanian
4. Ibu Amirah Mustarin, S.Pi., M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
Teknologi Pertanian
5. Nunik Lestari, S.TP., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
Pembimbing Praktek Industri
6. Andhika Widhi G. selaku Asisten Kepala Pabrik Pt. Perkebunan Nusantara XIV
(Pg Takalar)
7. A. Alfiyyah Tenriawaru Selaku Pembimbing Lapangan Pt. Perkebunan
Nusantara XIV (Pg Takalar)

5
8. Kasmawati yang telah memfasilitasi tempat tinggal selama melaksanakan
Praktek Industri di Pt. Perkebunan Nusantara XIV (PG Takalar)
9. Para karyawan Pt. Perkebunan Nusantara XIV (PG Takalar)
10. Orang tua dan teman-teman yang mendukung dalam proses praktek industri
sampai selesai.
Laporan ini sudah dibuat semaksimal mungkin oleh penulis, mungkin dari
pembaca masih ada kelemahan sehingga dengan tangan terbuka penulis menerima
saran dan kritikan dengan sifatnya membangun dalam rangka penyempurnaan laporan
ini kemasa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan Amin, Amin, Amin Ya Rabbal
Alamin.

Makassar, 20 Juli 2022

Penulis

6
DAFTAR ISI
SAMPUL 1
LEMBAR PENGESAHAN 2
LEMBAR PERSETUJUAN 3
KATA PENGANTAR 4
DAFTAR ISI 6
DAFTAR GAMBAR 8
DAFTAR LAMPIRAN 11
BAB 1 PENDAHULUAN 12
1.1 Latar Belakang 12
1.2 Tujuan Magang/Praktek Kerja 12
1.3 Manfaat Magang/Praktek Kerja 13
BAB 2 GAMBARAN UMUM MAGANG/PRAKTEK KERJA 15
2.1 Sejarah Singkat Pabrik Takalar 15
2.2 Logo Instansi 16
2.3 Visi Misi Instansi 17
2.4 Nilai-nilai perusahaan 18
2.5 Lokasi Unit Usaha 19
2.6 Struktur Organisasi 19
BAB 3 METODE PELAKSANAAN MAGANG/PRAKTEK KERJA 21
3.1 Waktu Pelaksanaan Magang/Praktek Kerja 21
3.2 Lokasi Pelaksanaan Magang/Praktek Kerja 21
3.3 Metode Pelaksanaan Magang/Praktek Kerja 21
BAB 4 HASIL YANG DICAPAI MAGANG/PRAKTEK KERJA 22
4.1 RISBANG (Riset dan Pengembangan) 22
A. Pembibitan 22
B. Penanaman 40
C. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman 43
D. Pemupukan 46
E. Analisa Pendahuluan 46
F. Pemanenan 49

7
G. Analisa Trash 50
H. Analisa Tonggak 51
4.2 PELTEK (Pelayanan Teknik) 51
A. Bajak (Flow 1 dan Flow 2) 51
B. Garu (Harrow 1 Dan Harrow 2) 52
C. Kair (Furrow) 52
D. Irigasi 53
4.3 Pengolahan Pabrik 54
A. Halaman Pabrik 54
B. Stasiun Gilingan 55
C. Stasiun Boiler 63
D. Stasiun Pemurnian 66
E. Stasiun Penguapan 73
F. Stasiun Masakan 79
G. Stasiun Putaran 82
H. Stasiun Pengemasan 88
I. Analisa Laboratorium 90
J. Limbah Pabrik 97
BAB 5 PENUTUP 100
5.1 Kesimpulan 100
5.2 Saran 101
BAB 6 REFLEKSI DIRI 102
DAFTAR PUSTAKA 103
LAMPIRAN-LAMPIRAN 105
1. Lampiran Dokumentasi Kegiatan 105
2. Lampiran Surat Permohonan Melaksanakan Program Magang/Praktek Kerja
110
3. Lampiran Balasan Surat Permohonan Melaksanakan Program
Magang/Praktek Kerja 112

8
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Logo Instansi 16

Gambar 2 Struktur Organisasi 19

Gambar 3 Komposisi Media 28

Gambar 4 Pembuatan Media 30

Gambar 5 Pengirisan Explant 33

Gambar 6 Aklimatisasi 35

Gambar 7 Bibit Tebu 39

Gambar 8 Pembuatan Bud Chips 40

Gambar 9 Plane Cane 41

Gambar 10 Overlap 42

Gambar 11 Pembuatan Pias 45

Gambar 12 Herbisida 45

Gambar 13 Pemupukan 46

Gambar 14 Analisa Pendahuluan 49

Gambar 15 Pemanenan 50

Gambar 16 Analisa Trash 50

9
Gambar 17 Analisa Tonggak 51

Gambar 18 Pembajakan 52

Gambar 19 Penggaruan 52

Gambar 20 Kair 53

Gambar 21 Pengairan 54

Gambar 22 Cane Yard 54

Gambar 23 Flow sheet St. Gilingan 55

Gambar 24 Unloading 56

Gambar 25 Cane Table 56

Gambar 26 Cane Carrier 57

Gambar 27 Cane Cutter 58

Gambar 28 Unigrator 59

Gambar 29 Cane Elevator 59

Gambar 30 Gilingan 1 60

Gambar 31 Gilingan 2 60

Gambar 32 Gilingan 3 61

Gambar 33 Gilingan 4 61

Gambar 34 Flowsheet St. Boiler 63

Gambar 35 Flowsheet St. Pemurnian 66

Gambar 36 Flow meter nira 67

Gambar 37 Juice Heater 68

Gambar 38 Defekator 69

Gambar 39 Sulfur Tower 70

10
Gambar 40 Flash Tank 70

Gambar 41 Door Clarifier 72

Gambar 42 Saringan Nira Encer (DSM) 72

Gambar 43 Rotary Vacuum Filter 73

Gambar 44 Flowsheet St. Penguapan 73

Gambar 45 Badan Penguapan 78

Gambar 46 Flowsheet St. Masakan 79

Gambar 47 Pan Masakan 82

Gambar 48 Flowsheet St. Putaran 82

Gambar 49 Putaran A dan SHS 85

Gambar 50 Putaran C 86

Gambar 51 Putaran D 87

Gambar 52 Flowsheet St. Pengemasan 88

Gambar 53 Pengemasan 50 kg dan 1 kg 89

Gambar 54 Refraktometer 92

Gambar 55 Alat Pengukur PH dan Suhu 92

Gambar 56 Polarimeter 93

Gambar 57 Limbah Cair Pabrik 98

Gambar 58 Limbah Blotong 99

Gambar 59 Limbah Ampas Tebu 99

11
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan


Lampiran 2. Surat Permohonan Melaksanakan Program Magang/Praktek
Kerja
Lampiran 3. Surat Balasan Surat Permohonan Melaksanakan Program
Magang/Praktek Kerja

12
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perubahan sosial, budaya, dunia kerja dan kemajuan teknologi membuat
mahasiswa harus siap dalam menghadapi kebutuhan zaman dengan kompetensi yang
dimiliki. Kompetensi mahasiswa tidak hanya bisa beradaptasi dengan dunia industri
dan dunia kerja, tetapi juga dengan perkembangan zaman. Perguruan tinggi dituntut
Perguruan tinggi dituntut untuk dapat merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran yang
mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara optimal dan relevan.
Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) diharapkan dapat
menjadi jawaban atas tuntutan tersebut. Kampus Merdeka merupakan wujud
pembelajaran di perguruan tinggi yang otonom dan fleksibel sehingga tercipta kultur
belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Program utama Kampus Merdeka mencakup kemudahan pembukaan program studi
baru, perubahan sistem akreditasi perguruan tinggi, kemudahan perguruan tinggi
negeri menjadi PTN berbadan hukum, dan hak belajar di luar program studi.
Mahasiswa diberikan kebebasan mengambil Satuan Kredit Semester (SKS) di luar
program studi.
Magang/Praktek Kerja merupakan salah satu bentuk program Kampus
Merdeka yang membuka kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan dan
memperoleh pengetahuan, keterampilan umum dan khusus/ keahlian kerja, dan
menginternalisasi sikap profesional serta budaya kerja yang sesuai dan diperlukan
bagi dunia usaha. Program Magang/Praktek Kerja adalah program kegiatan
pendidikan, pelatihan, dan pembelajaran yang dilaksanakan pada lembaga mitra yang
relevan untuk mencapai kompetensi mahasiswa di bidangnya. Program ini diharapkan
akan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, penyelesaian masalah
(problem solving), komunikasi, dan kolaborasi mahasiswa.

1.2. Tujuan Magang/Praktek Kerja


Tujuan pelaksanaan Magang/Praktik Kerja adalah sebagai berikut:

13
1. Kehadiran mahasiswa selama enam bulan dapat mendampingi perencanaan
program di desa mulai dari kajian potensi masalah dan tantangan pembangunan,
pemberdayaan masyarakat, perancangan program hingga monitoring dan evaluasi.
2. Meningkatkan pengalaman dan kompetensi mahasiswa sesuai bidang ilmunya dan
memperkenalkan budaya kerja yang nyata.
3. Memperoleh masukan serta umpan balik(feedback) kepada Prodi dengan luaran
akhir dalam bentuk karya tertulis, maupun audio-visual.

1.3 Manfaat Magang/Praktek Kerja


Magang/Praktek Kerja dapat memberikan manfaat kepada UNM, Mahasiswa
dan Mitra.
1. Manfaat bagi UNM
a. Menciptakan kemitraan dengan lembaga pemerintah maupun swasta, DU/DI,
yayasan/organisasi nirlaba, organisasi multilateral, maupun perusahaan
rintisan(startup).
b. Sebagai sarana penyelarasan kurikulum prodi dengan mitra magang.
c. Memastikan bahwa ilmu perkuliahan di kelas sudah relevan dengan
kebutuhan mitra magang
d. Memberikan kesempatan kepada dosen pembimbing untuk melihat realitas
perkembangan IPTEK pada DU/DI.
e. Salah satu cara berinteraksi dan tindak lanjut dengan mitra magang.
f. Sebagai program yang dapat mendukung pencapaian indikator kinerja utama,
khususnya mahasiswa yang berkegiatan di luar kampus.
2. Manfaat bagi Mahasiswa
a. Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu di kelas perkuliahan ke dunia kerja
untuk melatih keterampilan mahasiswa sesuai bidang ilmu melalui
pengalaman nyata yang diperoleh selama proses program magang/praktek
kerja.

14
b. Saran mempelajari proses industri dan praktik dunia kerja mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, dan evaluasi program pada unit – unit kerja
dengan mengembangkan wawasan berpikir keilmuan kreatif dan inovatif.
c. Melatih kemampuan adaptasi mahasiswa dengan budaya kerja dan interaksi
dengan semua unsur dari pimpinan, karyawan, hingga masyarakat tempat
program magang/praktek kerja.
d. Sarana memperoleh bahan tugas akhir dan konversi mata kuliah.
3. Manfaat bagi Mitra
a. Memperoleh tenaga kerja yang diharapkan dapat berperan serta dalam
pelaksanaan pekerjaan dan pemecahan masalah yang ada.
b. Menumbuhkan kerja sama yang saling menguntungkan, baik dalam bentuk
pengenalan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh oleh
mahasiswa dari perguruan tinggi.
c. Mengurangi pembiayaan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai dengan
hadirnya mahasiswa magang.
d. Mengidentifikasi calon pegawai sejak dini

15
BAB 2. GAMBARAN UMUM MAGANG/PRAKTEK KERJA
2.1 Sejarah Singkat Pabrik Gula Takalar
PT. Perkebunan nusantara XIV (Persero) pabrik gula takalar merupakan salah
satu bentuk usaha negara yang terletak di kabupaten takalar. Pada awal pembangunan
proyek pabrik gula Takalar Ini, pemerintah mengharapkan kehadiran proyek ini dapat
berfungsi sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta berperan sebagai
wahana pembangunan bagi masyarakat dan daerah sekitarnya. Pabrik gula takalar
merupakan unit usaha yang berada dibawah naungan PT Perkebunan Nusantara XIV
milik BUMN yang terletak di Desa Pa’rappunganta Kecamatan Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar. Pendirian Pabrik Gula Takalar diawali oleh keputusan
pemerintah untuk mengambil alih proyek pembangunan Pabrik Gula Takalar dengan
SK Menteri Pertanian No.689/Kprs/81 tanggal 11 agustus 1981 PT. Berdasarkan SK
Gubernur Kepala daerah tingkat 1 Sulawesi selatan No.102/2/1982, Pabrik Gula
Takalar memperoleh cadangan lahan seluas 11.500 Ha yang terdapat di Kabupaten
Takalar dengan luas 6000 Ha, Kabupaten Gowa dengan luas 3.500 Ha, Dan
Kabupaten Jeneponto dengan luas 2.000 Ha.
Studi kelayakan disusun oleh PT Agriconsult International pada tahun 1975,
dilanjutkan oleh PT Tanindo pada tahun 1981 dengan menggunakan fasilitas kredit
ekspor dari Taiwan. Pelaksanaan pembangunan diserahkan pada Tashing Co. (Ptc)
Ltd. Agency of Taiwan Machinery Manufacturing Co. (TMCC) sebagai Main
Contractor dengan partner dalam negeri yakni PT Sarang Tehnik, PT Multi Mas
Corp, PT Barata Indonesia. Pembangunan Pabrik Gula Takalar menghabiskan dana
sebesar Rp. 63,5 milyar dan selesai dibangun pada tanggal 27 November 1984.
Performance test dilaksanakan pada tanggal 5 sampai dengan 11 Agustus 1984
dengan hasil baik.Pabrik Gula Takalar dibangun dengan kapasitas giling 3.000 ton
tebu per hari (TCD) dan melaksanakan giling perdana tahun 1984, dan diresmikan
oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 23 Desember 1987.
Peletakan batu pertama pada tanggal 19 November 1982 dilakukan oleh
Gubernur KDH Tingkat I Sulsel. Secara keseluruhan proyek dapat diselesaikan
selama 22 bulan yaitu tanggal 16 november 1984 yang berarti maju 2 bulan dari

16
rencana. Gilingan perdana dilaksanakan pada tanggal 17 september hingga 26
november 1984 “certificate of practical completion” diserahkan pada tanggal 27
November 1984. Proyek pabrik gula Takalar telah diresmikan oleh bapak presiden
pada tanggal 23 Desember 1987. Sesuai dengan peraturan pemerintahan No.5/1991,
sejak tanggal 25 September 1991 dikelolaoleh PT.Perkebunan XXXII(Persero).
Selanjutnya dengan adanya penggabungan PT.Perkebunan , melalui peraturan
pemerintahan no.19 tanggal 14 februari 1996, PT.Perkebunan XXXII (persero),
PT.Perkebunan XXIII bergabung dalam wadah PT.Perkebunan Nusantara XIV
(Persero). Pabrik gula takalar merupakan salah satu dari tiga pabrik yang ada di
sulawesi selatan yang terletak 33 km dari kota ujung pandang.

2.2. Logo Instansi


Logo perusahaan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 1 Logo Instansi

Sumber : Website PTPN XIV 2021

Makna Logo :
1. Nama singkat PTPN XIV; menggambarkan bentuk yang dinamis dan
fleksibel. Bidang simpul yang mengarah ke atas merepresentasikan kesinambungan
pertumbuhan kinerja. Bidang simpul mengarah ke bawah adalah simbol akar
kekuatan mempresentasikan kekokohan system, sumber daya manusia dan teknologi
2. Bola mata; merepresentasikan visi atau kemampuan seluruh insan untuk
melihat kedepan. Hal ini mengisyaratkan bahwa PTPN XIV selalu berorientasi

17
kemasa depan dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki berkeyakinan
untuk membangkitkan segala potensi yang ada untuk memberikan nilai tambah
maksimal bagi perusahaan.
3.Dua helai daun; daun terletak pada sisi atas dan bawah merepresentasikan
core business perusahaan agribisnis yang sehat, inovatif, tangguh dan berkarakter
yang bermanfaat besar dalam mendukung kemajuan negeri.

2.3 Visi Misi Instansi


a. Visi
Menjadi unit bisnis yang sehat, tangguh, dan terkemuka
yang berwawasan lingkungan serta memberikan kontribusi
keuntungan bagi perusahaan dan bermanfaat bagi
stakeholder.
b. Misi
Mewujudkan grup usaha berbasis sumberdaya perkebunan yang
terintegrasi dan bersinergi dalam memberi nilai tambah (value
creation) bagi stakeholders dengan :
1) Berkomitmen menghasilkan produk berbasis bahan
baku tebu yang berdaya saing tinggi untuk pasar
domestik dan internasional dan berwawasan
lingkungan.
2) Berkomitmen menjaga pertumbuhan dan
kelangsungan usaha melalui optimalisasi dan
efisiensi di segala bidang.
3) Mendedikasikan diri untuk selalu meningkatkan
nilai-nilai perusahaan bagi kepuasan stakeholder
melalui kepemimpinan, inovasi dan kerjasama tim
serta organisasi yang profesional.

18
2.4. Nilai – Nilai Perusahaan
a. Amanah
1) Memenuhi janji dan komitmen
2) Bertanggung jawab atas tugas, keputusan dan tindakan yang
dilakukan
3) Berpegang teguh pada moral dan etika
b. Harmonis
1) Menghargai setiap orang ataupun latar belakangnya
2) Suka menolong orang lain
3) Membagun lingkungan kerja yang kondusif
c. Adaptif
1) Cepat menyesuaikan diri untuk menjadi lebih baik
2) Terus menerus melakukan perbaikan mengikuti perkembangan
teknologi
3) Bertindak proaktif
d. Kompeten
1) Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan
yang selalu berubah
2) Membantu orang lain belajar
3) Menyelesaikan tugas dengan kualitas terbaik
e. Loyal
1) Menjaga nama baik sesama karyawan, pimpinan, BUMN, dan
Negara
2) Rela berkorban untuk mencapai tujuan yang lebih besar
3) Patuh kepada pimpinan sepanjang tidak bertentangan dengan
hukum dan etika
f. Kolaboratif
1) Membuka kesempatan kepada berbagai pihak untuk
berkontribusi
2) Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah

19
3) Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk
tujuan Bersama.

2.5 Lokasi Unit Usaha


Pabrik gula Terletak di desa Pa’rappunganta Kecamatan Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar. Pabrik terletak 35 km dari kota Provinsi dan 15 km dari
kota Kabupaten.
2.6 Struktur Organisasi
Struktur organisasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2 Struktur Organisasi


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
Keterangan
1. Manager
Melaksanakan dan mengamankan program kegiatan secara keseluruhan yang
telah ditetapkan direksi dalam pengolahan pabrik gula. Memimpin dan
mengkoordinir tugas para manager di pabrik gula agar terdapat kesatuan
tindak dalam melaksanakan kegiatan operasional yang terpadu guna mencapai
target produksi secara efektif dan efisien. Serta mengelola dan
mempertanggungjawabkan penggunaan sumber daya manusia, sumber dana

20
dan sarana atau peralatan pabrik termasuk pengadaan bahan, barang, jasa
sesuai norma yang berlaku.
2. ASKA AKU
Membantu administrator dalam merencanakan, mengatur dan mengkoordinir
serta mengawasi kegiatan-kegiatan di sub.bagian pembukuan, gudang,
keuangan dan HAK/Umum, untuk memenuhi sistem, tata cara dan ketentuan
yang digariskan direksi.
3. ASKA Pabrik
Memimpin, merencanakan, mengkoordinir serta mengawasi pelaksanaan
semua kegiatan pengelolaan dan instalasi sesuai kebijakan dan rencana kerja
yang telah ditetapkan administrator sesuai penggarisan direksi. Bertanggung
jawab atas pelaksanaan fungsi pabrik, mulai tebuh tertebang sampai
pengarungan gula dapat mencapai mutu produksi secara efektif serta
pengelolaan water treatment plant dan effluent treatment plant.
Mengkoordinir kegiatan masinis dan chemeer dalam melaksanakan tugas agar
lebih efektif dan efisien.
4. ASKA Tanaman
Memimpin dan mengkoordinir pengolahan produksi tanaman tebu dan
pembina/ mandor produktivitas kerja bagian tanaman
5. ASKA QA
Pimpinan atau koordinator asisten QA on farm dan asisten QA off farm

21
BAB 3. METODE PELAKSANAAN MAGANG/PRAKTEK KERJA
3. 1 Waktu Pelaksanaan Magang/Praktek Kerja
Waktu pelaksanaan program Magang/Praktek Kerja Program Merdeka Belajar
Kampus Merdeka Universitas Negeri Makassar Tahun 2022 berlangsung selama
kurang lebih 4 bulan yaitu Mei - Agustus 2022.

3.2 Lokasi Pelaksanaan Magang/Praktek Kerja


Program Magang/Praktek Kerja Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka
Universitas Negeri Makassar Tahun 2022 berlangsung di Pabrik Gula Takalar
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi
Selatan.

3.3 Metode Pelaksanaan Magang/Praktek Kerja


a. Observasi
Observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud
merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena
berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya
untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan
suatu penelitian.
b. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan
berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara
ini adalah untuk informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya.
Wawancara dilakukan dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan dari
pewawancara kepada narasumber.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyiapkan
dokumen dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan
sumber-sumber informasi khusus dari karangan tulisan , wasiat, buku,
undang-undang, dan sebagainya.

22
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI MAGANG/PRAKTEK KERJA
Kegiatan Magang/Praktek Kerja ini berlangsung selama 4 bulan yaitu dari
bulan Mei hingga Agustus. Kegiatan magang yang dilakukan meliputi dari bagian
Riset dan Pengembangan, Pelayanan teknik, dan Pengolahan Pabrik.

4. 1 Riset dan Pengembangan (RISBANG)


Bagian Riset dan Pengembangan memiliki tanggung jawab untuk memastikan
produk memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan mulai dari pembibitan,
penanaman, pengendalian hama penyakit tanaman, pemupukan, hingga penentuan
kelayakan tebang, dan kelayakan giling
A. Pembibitan
Tahapan pembibitan pada pabrik gula takalar dilakukan berjenjang yang
meliputi :
1) Kebun Bibit Pokok (KBP) yang dilakukan pada bulan Mei –
September
2) Kebun Bibit Nenek (KBN) yang dilakukan pada bulan November –
Maret
3) Kebun Bibit Induk (KBI) yang dilakukan pada bulan Mei – September
4) Kebun Bibit Datar (KBD) yang dilakukan pada bulan November –
Maret
Pembibitan terdiri dari 2 cara yaitu pembibitan dengan metode kultur jaringan
dan metode Bud chips. Kultur jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman
melalui dengan cara mengisolasi bagian dari
tanaman tebu berupa jaringan somatis (daun) atau meristematis (tunas) dalam
media kultur untuk dikembangbiakkan menjadi tanaman kecil yang memiliki
sifat sama dengan tanaman induknya. Adapun metode Bud chips merupakan
teknik perbanyakan bibit tebu yang berasal dari satu mata (ruas) tunggal untuk
memperoleh bibit yang cepat, sehat, dan seragam karena telah melalui proses
seleksi.
1. Kultur Jaringan

23
Pabrik Gula Takalar menggunakan kultur jaringan sebagai salah satu
metode pembibitan. Metode kultur jaringan merupakan suatu
metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel
atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian
tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap
kembali.
Kultur jaringan merupakan perbanyakan tanaman melalui suatu
jaringan tanaman secara vegetatif menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat
sama dengan tanaman asalnya. Teknik kultur jaringan dilakukan dengan
memanfaatkan kemampuan setiap sel tanaman untuk tumbuh dan menjadi
tanaman sempurna jika berada di lingkungan yang sesuai.  Kegiatan kultur
jaringan dilakukan di laboratorium untuk menumbuhkan tanaman pada media
agar-agar yang pada periode selanjutnya akan menjadi individu baru yang
dapat ditanam di lapang.
Penggunaan teknik kultur jaringan bertujuan untuk mengatasi
keterbatasan pengadaan benih tebu secara konvensional. Hal ini disebabkan
faktor penggandaannya yang tinggi sehingga varietas unggul cepat
diperbanyak, benih lebih terjamin kesehatannya, membutuhkan ruang yang
relatif kecil, bahan tanam dan pohon induk sedikit, dan eksplan dapat
diproduksi secara cepat dan banyak.
Manfaat kultur jaringan, akselerasi penggunaan bahan tanam tebu
melalui teknik kultur jaringan merupakan penerapan teknologi budidaya tebu
dalam upaya pencapaian program swasembada gula nasional. Melalui kultur
jaringan tanaman tebu dapat diperbanyak setiap waktu sesuai kebutuhan
karena faktor perbanyakannya yang tinggi. Beberapa keuntungan perbanyakan
tebu melalui kultur jaringan antara lain; 1) tumbuhan yang dihasilkan secara
genetik sama dengan induknya, 2) dapat menghasilkan keturunan dalam
jumlah yang lebih banyak, 3) memuliakan kemampuan produksi bibit yang
mengalami tekanan penyakit sistemik, 4) bibit yang dihasilkan sehat dan

24
bebas dari penyakit, 5) dapat dilakukan setiap saat, tidak tergantung musim, 6)
dapat menyediakan bibit dalam lahan yang terbatas.  
Proses pelaksanaan kultur jaringan :
a. Cara penggunaan alat laboratorium kultur jaringan
1) Autoclave
Type : HK 36 AE
Merk : HIRAYAMA
Power : 2000 watt
Made in : Japan
Dipakai : Juli 1996

Kegunaan :
untuk membuat / memasak media, dan untuk mensterilisasikan
media MS I/MS II
cara penggunaan :
- Masukkan larutan MS I/MS II (masak pertama) ke dalam
autoclave, atur suhu menjadi 100 ͦc dalam waktu 15 menit
dengan tekanan 1 atm.
- Setelah 15 menit tekanan diturunkan dengan perlahan
sehingga tekanan menjadi nol.
- Autoclave bisa dibuka, ambil larutan tersebut untuk
memasukkan kedalam tabung-tabung kultur dan tutup
dengan aluminium foil (untuk MSI 20-25 ml, MSII 40 ml)
- Masukkan tabung tersebut ke dalam autoclave, atur suhu
menjadi 121 ͦc dalam waktu 15 menit dengan tekanan yang
sama yaitu 1 atm, setelah 15 menit suhu diturunkan
perlahan hingga nol.
- Tabung kultur dinaikkan dan disimpan ke tabung reaksi
2) PH Meter
Type : 8417 N

25
Merk : Hanna
Power : 5 Watt
Made In : Singapore
Dipakai : januari 1995

Kegunaan :
Untuk mengukur pH Suatu larutan
Cara penggunaannya :
- Cuci elektrode menggunakan larutan Hcl 0,1 Normal.
- Bilas dengan aquades sampai bersih, lalu keringkan dengan
menggunakan kertas tissue.
- Alat ini kemudian dikalibrasi dengan menggunakan larutan
buffer ph 4 (untuk larutan asam) Ph 7 (untuk netral) dan ph
10 (untuk larutan basah)
- Setelah kalibrasi selesai dan tepat/benar, alat siap dipakai.
- Dalam mengukur ph suatu larutan elektroda harus tercelup
dalam larutan minimal 1,5 cm dari dasar larutan
- Setiap kali mengukur Ph elektrode harus dicuci dengan
aquades untuk menghindari tercampurnya larutan yang satu
dengan yang lain, untuk larutan yang viskositasnya tinggi
dilakukan pencucian dengan larutan Hcl, kemudian dibilas
dengan aquades.
- Suhu larutan yang akan diukur PH nya 27,5 ͦc
- Dalam keadaan off, elektrode harus dalam keadaan
terendam.
3) LAF (Laminar Air Flow)
Type : EHC.4
Merk : ESCO
Power : 0,65 KW
Made In : Japan

26
Dipakai : juli 1996

Kegunaan :
Untuk melakukan kegiatan tanaman eksplan kalus
Cara penggunaan alat:
- Nyalakan lampu ultraviolet selama 15 menit
- Nyalakan lampu TL dan Blower, sebelumnya semprot
dengan alkohol 95%
Cara kerja:
- Bahan :
Tabung MSI/MSII
Pucuk tebu umur 4-6 bulan/eksplan umur 1,5 bulan(kallus)
Kapas
Alkohol 95%
Spiritus
Aluminium foil
- Alat :
- Pisau cutter, petridish
- Lampu spiritus
- Pinset
- Jarum ose dan beaker glass
● Tanam explant
- Ambil pucuk tebu tersebut dengan pinset, celupkan pada
alkohol dan bakar lampu spiritus lalu kupas kelopaknya
(lakukan 2 kali ulangan).
- Potong ±1,2 cm dari titik tumbuh dan buang
- Iris-iris di atas petrisih 2-3 mm sampai irisan tersebut
terasa agak keras (±10-12 irisan) dan yang berwarna coklat
kekuning-kuningan dibuang.

27
- Setelah irisan tersebut selesai, alat yang digunakan
disterilkan lebih dulu untuk dipakai irisan berikutnya.
- Irisan atau eksplan siap dimasukkan ke dalam media MS I
dengan menggunakan jarum ose, tutup kembali dengan
aluminium foil, pada waktu membakar dan memasukkan
eksplant serta menutup mulut tabung harus selalu dekat
dengan lampu spiritus.
- Sampai irisan terakhir petridish diganti dan diberi tissue
untuk melakukan irisan berikutnya.
● Tanaman kallus
- Keluarkan kallus tersebut dari tabung pada petrisih dengan
menggunakan jarum ose.
- Potong-potong menggunakan pisau cutter
- Masukkan kedalam media MS II (normal ±10 tabung MS
II)
- Tutup dengan aluminium foil, simpan di ruang inkubasi
dengan suhu 26-27 ͦc dengan kelembaban 70-78%
b. Pelaksanaan kegiatan kultur jaringan
1) Pembuatan media
Untuk kultur jaringan tebu dipergunakan media modifikasi
murashige dan skoog (MS) yang terdiri dari 2 macam yaitu:
media MS I untuk tanaman eksplant (pengembangan kallus),
dan media MS II untuk pertumbuhan tanaman kultur.
a) Komposisi media

28
Gambar 3 Komposisi Media
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
b) Bahan
- Aquades
- Aluminium foil
- Larutan Na OH 0,1 N
- Larutan Hcl 0,4 N
- Tissue
c) Alat- alat
- Autoclave
- Magnetik stirrer
- PH meter
- Tabung kultur
- Rak tabung kultur
- Erlenmeyer 1000 ml
- Pipet 10 ml

29
- Pipet 100 ml
- Karet sedot pipet
d) Cara kerja :
- Timbang semua bahan satu persatu untuk 10 liter media
dan masukkan ke dalam beaker glass, tambahkan aquades
±500 ml.
- Letakkan di atas magnetik stirrer, masukkan batang magnet
lalu aduk sampai semua bahan larut.
- Timbang hormon, larutkan dalam NaOH/HCL lalu
masukkan dalam larutan bahan
- Tambahkan aquades sampai 1000 ml sambil terus diaduk
- Siapkan 10 buah erlenmeyer dan tuangkan larutan tersebut
ke masing-masing 100 ml.
- Pada tiap-tiap erlenmeyer ditambahkan gula dan air kelapa
- Tambahkan aquades sampai ±950 ml.
- Ukur ph larutan memakai ph meter, untuk mencapai ph 5,8
dengan menambahkan NaOH o,1 N untuk menaikkkan Ph
dan Hcl untuk menurunkan.
- Timbang agar-agar dimasukkan ke dalam tiap erlenmeyer
- Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil dan masak
dalam autoclave selama 15 menit
- Bahan dikeluarkan dan ditimbang dalam tiap tabung kultur
untuk MS I ±20 ml/tabung dan MS II ± 40 ml.
- Tabung kultur ditutup aluminium foil dan disterilkan
kembali dalam autoclave pada tekanan 1 atm selama 15
menit.
- Keluarkan media dari autoclave dan ditunggu selama 3 hari
untuk mengetahui apakah terjadi kontaminasi atau tidak
kemudian media siap dipergunakan.
Catatan :

30
Ditambahkan untuk per liter media
Sukrosa : 30 gram
Agar-agar : gram
Air kelapa : 100 ml
Sebelum agar-agar dimasukkan, larutan diukur ph sampai
5,8 dinetralkan dengan NaOH atau HCL.
Kinetin : 0,010 gr/l
NAA : 0,0020 gr/l
Casein hydrolysate : 0,05 s/d 0,10 gr/l
IBA : 0,0005 gr/l
BAP : 0,002 gr/l
2,4 D : 0,0030 s/d 0,0035 gr/l
Untuk singkong (penambahan hormon)
IBA : 0,51 mgr/l
BAP : 0,225 mgr/l

Gambar 4 Pembuatan Media


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022

2) Penanaman explant
a) Tujuan
Untuk menumbuhkan kallus dari penanaman jaringan
meristem pucuk tebu (gulungan daun)

31
b) Alat
- Laminar air flow (LAF)
- Lampu spiritus
- Pisau scalpel
- Jarum ose
- Pinset

c) Bahan
- Pucuk tebu (umur 3-6 bulan)
- Media kultur (MS I)
- Alkohol 95%
- Kapas
- Spiritus
- Aluminium foil

d) Cara kerja
- Bersihkan laminar air flow dan ruangan tanam, kemudian
dilap dengan alkohol
- Sterilisasi LAF dan ruangan dengan lampu ultraviolet
selama ±10 menit
- Matikan lampu UV dan nyalakan LAF
- Persiapkan media MS I,bibit yang dikulturkan dan alat-alat
yang akan digunakan.
- Ambil pucuk tebu dengan pinset, sterilkan dengan
mencelupkan pada alkohol 95% dan bakar diatas lampu
spiritus lalu kupas kelopaknya (lakukan 2 kali ulangan).
Pengelupasan pelepah dilanjut sampai nampak gulungan
daun muda berdiameter 1 cm

32
- Gulungan daun muda dipotong ±1,2 cm dari titik tumbuh
dan buang
- Iris-iris di atas petrisih 2-3 mm sampai irisan tersebut
terasa agak keras (±10-12 irisan) dengan menggunakan
pisau scalpel dan yang berwarna coklat kekuning-kuningan
dibuang.
- Setelah irisan tersebut selesai alat yang digunakan
disterilkan lebih dulu untuk dipakai irisan berikutnya.
- Irisan atau eksplant siap dimasukkan ke dalam media MS I
dengan menggunakan jarum ose, tutup kembali dengan
aluminium foil, pada waktu membakar dan memasukkan
explant serta menutup mulut tabung harus selalu dekat
dengan lampu spiritus.
- Sampai irisan terakhir petridish diganti dan diberi tissue
untuk melakukan irisan berikutnya.
- Pada tiap tabung media diberi label varietas, tanggal tanam
eksplan tersebut.
- Tanaman eksplan tersebut disimpan dalam ruang inkubasi
selama ± 5-6 minggu, sambil terus diamati. Mulai umur ±3
hari apabila tanaman terkontaminasi akan nampak adanya
perkecambahan jamur atau bakteri yang berarti tanaman
gagal. Tanaman berumur ±14 hari sudah mulai terlihat
adanya pertumbuhan kallus
- Setelah explant berumur 6 minggu, maka kallus siap
dipindahkan untuk ditanam pada media MS II.

33
Gambar 5 Pengirisan Explant
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
3) Penanaman kallus
a) Tujuan
Untuk menumbuhkan butiran kallus menjadi tanaman
sempurna

b) Alat
- Laminar air flow
- Lampu spiritus
- Pisau scalpel
- Jarum ose
- Petri Dish
- Pinset

c) Bahan
- Kallus yang siap ditanam
- Media kultur
- Spiritus
- Alkohol 95%
- Aluminium foil

34
d) Cara kerja
- Sterilisasi alat dan ruangan juga persiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan
- Petridish di lap menggunakan alkohol, kemudian dibakar
pada lampu spiritus sampai alkohol habis
- Bakar mulut tabung explant pada lampu spiritus lalu buka
tutupnya, kemudian kallus dikeluarkan dengan
menggunakan jarum ose dan taruh di atas petridish
- Kallus dipecah dan diseleksi dengan menggunakan pisau
scalpel, butiran yang berwarna kuning kehijauan adalah
kallus yang akan tumbuh menjadi tanaman sempurna
diambil dan dilapisi kemudian sisanya dibuang.
- Butiran kallus tersebut dipecah-pecah lagi atau dipotong-
potong dengan pisau cutter. Kemudian dimasukkan
kedalam media MS II dengan jarum ose sebanyak 4-5 butir.
Kemudian tabung ditutup kembali dengan alumunium foil.
- Tabung yang berisi kallus ditempatkan di ruang inkubasi
dengan suhu 26-27 ͦc
- Setelah kegiatan selesai dilaksanakan, ruang dan alat-alat
dibersihkan kembali.
- Bila pekerjaan berhasil maka tidak akan dijumpai jamur
atau bakteri yang berkembang dalam tabung kultur
tersebut. Kallus akan tumbuh menjadi tanaman tebu yang
sempurna dan setelah berumur 3 bulan maka tanaman siap
dipindahkan pada media tanah (aktimalisasi).

35
Gambar 6 Aklimatisasi
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
c. Pelaksanaan aktimalisasi
Aktimalisasi merupakan pemindahan tanaman dari tabung media
kultur ke pot media tanah. Tahap ini tidak kalah penting bagi
kelangsungan hidup tanaman yang merupakan penyesuaian hidup
dari lingkungan laboratorium yang terkendali ke lingkungan yang
luar biasa. Tahap ini adalah tahap akhir dari pelaksanaan kultur
jaringan yang kegiatannya dilaksanakan di luar laboratorium.
Tahap ini juga sangat menentukan keberhasilan kegiatan kultur
jaringan, untuk itu aktimalisasi juga memerlukan penanganan yang
baik dan teliti. Kendala yang ditemui pada tahap ini adalah
kontaminasi, selain itu ada juga yang dikenal dengan hama
tanaman.
Pelaksanaan aktimalisasi sampai tanaman siap dipindahkan ke
kebun terdiri dari beberapa tahapan yaitu :
a) Sterilisasi media tanam
1) Tujuan
Untuk mematikan spora jamur, bakteri, gulma dan lain-lain
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

2) Alat
- Drum/ tong plastik atau karung plastic

36
- Plastik penutup drum
- Cangkul, sekop
- Masker
- Sarung tangan

3) Bahan
- Media tanah (terdiri dari campuran kompos dan pasir )
- Formalin
- Pot/polybag

4) Cara kerja
- Campur tanah : blotong = 1:2 diaduk rata
- Campuran tersebut dimasukkan ke dalam drum/karung
plastik
- Kemudian diberi formalin 70% setiap 1 kg campuran
tanah, blotong diberi 10 cc formalin.
- Selanjutnya drum/karung plastik ditutup rapat selama 2
hari dan dibuka di angin-anginkan 2-3 hari untuk
menghilangkan bau formalin, baru dimasukkan ke dalam
polybag siap ditanami.

b) Aktimalisasi
1) Tujuan
Untuk menyesuaikan hidup tanaman dari lingkungan
laboratorium yang terkendali ke lingkungan yang luar yang
bebas.

2) Alat-alat
- Kran air dengan air yang mengalir terus menerus
- Gunting kecil

37
- Nampan plastik
- Pot yang berisi tanah steril

3) Cara kerja
- Tanaman yang telah tumbuh sempurna (berumur 2,5-3
bulan) dikeluarkan dari tabung kultur dan media bekas
dibuang. Kemudian akar tanaman dibersihkan dari bekas
media pada air yang mengalir sampai benar-benar bersih.
- Dari 1 rumpun tanaman dapat dipecah-pecah menjadi 2-3
rumpun
- Tanaman yang bersih dipotong daunnya untuk menghindari
penguapan yang berlebihan
- Kemudian tanaman ditanam pada pot-pot/polybag yang
telah berisi media tanah steril
- Tanaman po tersebut diletakkan pada tempat yang
ternaungi dan lakukan penyiraman
- Setelah berumur 4-5 hari tanaman dikeluarkan dari
naungan dan penyiraman terus dilakukan
- Bila kegiatan aktimalisasi berhasil pada umur ±2minggu
maka tanaman akan nampak tumbuh menghijau dengan
perakaran yang kuat dan siap untuk dipisahkan per satu
batang dalam satu pot.

c) Pemisahan
1) Tujuan
Agar setiap planet dapat menghasilkan anakan.

2) Alat
- Pot media tanah
- Gunting kecil

38
- Ember berisi air

3) Cara kerja
- Rumpun tanaman yang berumur ±2 minggu dikeluarkan
dari pot/polybag dan akar tanaman dibersihkan dari bekas
media tanah
- Akar tanaman dicelupkan kedalam ember yang berisi air
sambil dilakukan pemisahan tanaman satu per satu batang.
- Setiap batang ditanam dalam 1 pot/polybag, kemudian
dilakukan penyiraman.
- Tanaman diletakkan pada tempat yang ternaungi selama
±minggu.
- Selama pertumbuhan dilakukan terus penyiraman dan 1
kali pemupukan dengan larutan pupuk sesuai kebutuhan.
- Setelah umur 15 bulan tanaman sudah mempunyai anakan
dan dapat dilakukan pemisahan anakan berikutnya.
Kegiatan pemisahan ini bisa dilakukan 2-3 kali dengan cara
yang sama seperti di atas.
d. Penanaman dan pemeliharaan bibit tebu kultur jaringan dikebun
1) Penanaman
a) Bibit yang ditanam adalah bibit yang berumur 3 bulan
setelah aktimalisasi.
b) Bibit yang akan dibawah ke kebun dipotong daunnya untuk
mengurangi penguapan.
c) Sebelum penanaman, pada alur tanam diberi pupuk dasar
d) Kemudian dilakukan penyemprotan herbisida pre emergent
untuk mencegah tumbuhnya rumput pada awal
pertumbuhan.

39
e) Bibit yang akan ditanam diletakkan pada alur tanam
dengan jarak antara polibag 50 cm dan pkp 150 cm atau
135 cm
f) Kemudian bibit diambil dari polybag beserta tanahnya
dengan dipadatkan terlebih dahulu setelah itu diletakkan
kembali di tanah.
g) Bibit ditutup dengan tanah disekitarnya dan dipadatkan.
h) Bibit asal kultur jaringan memerlukan air yang cukup untuk
pertumbuhan. Oleh karena itu lahan penanaman bibit asal
kultur jaringan diusahakan dekat dengan sumber air,
sehingga kelembaban tanah dapat terjaga.
i) 1 ha lahan diperlukan 15.000 polybag.

Gambar 7 Bibit Tebu


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
2. Bud chips
Bud chips merupakan salah satu proses pembibitan tebu yang
diterapkan oleh pabrik gula takalar, diharapkan dengan metode ini akan
tumbuh banyak anakan dengan pertumbuhan yang seragam. Keunggulan
metode ini yaitu jumlah anakan tiap bibit yang ditanam yaitu mencapai 8-12
anakan. Adapun kelemahan dari metode ini, pembibitan pada tanaman tebu
dengan metode bud chips masih menggunakan cara yang manual yaitu
memisahkan bagian baku dari ruas nya dengan menggunakan gergaji kayu
atau parang. Hal tersebut berdampak pada jumlah mata tunas yang terpotong

40
sulit diprediksi jumlahnya. Selain dari jumlah yang tidak teratur ukuran dari
mata tunas tersebut tidak teratur dan waktu yang dibutuhkan juga terlalu lama
terutama untuk pekerja pemula.
Benih tebu bud chips yang terbentuk anakan dikalah masih pembibitan
pada dasarnya kurang dikehendaki karena berpengaruh terhadap terbentuknya
anakan berikutnya dilapangan kurang serentak menjadikan kemaskaan tebuh
dalam satu rumpun tidak seragam. Benih tebu bud chips sebelum dipindahkan
ke lahan terlebih dahulu diperlakukan cekaman air dan pemangkasan daun
agar benih bud chips tahan terhadap gerakan sinar matahari dan hujan disaat
awal tanam. Bibit tebu bud chip yang ideal tumbuh normal susunan akar
batang daun dan tunas tidur terbentuk sempurna saat berumur 75-90 hari siap
dipindah.

Gambar 8 Pembuatan Bud Chips


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
B. Penanaman
Pada penanaman yang dilakukan oleh pabrik Gula Takalar itu ada 2 jenis
metode yang digunakan yaitu PC dan Ratoon hal ini sesuai dengan Haerudin
(2008) dimana iya mengatakan proses budidaya tanaman tebu secara garis
besar dibagi menjadi 2 cara yaitu budidaya tanaman tebu baru (plant cane)
dan budidaya tanaman tebu keprasan (ratoon cane) :

41
1. Plane cane (PC)
Plane cane adalah tanaman tebu dengan cara menanami lahan dengan
bibit tebu baru yang berasal dari kebun bibit dasar, sehingga sebelum
proses penanaman membutuhkan penyiapan lahan dan pengolahan tanah
terlebih dahulu agar tanah memiliki kondisi yang baik dan siap untuk
ditanami tebu. Setelah ditanami tebu proses selanjutnya adalah
pemeliharaan dan pemanenan. Pada proses pemanenan batang tebu yang
sudah ditebang kemudian diangkut menggunakan truk atau trailer untuk
dibawah ke pabrik gula. Sedangkan serasah tebu dibakar di lahan.

Gambar 9 Plane Cane


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
Pada tanaman tebu baru adapun metode menanam yang digunakan
yaitu bagal, bagal sendiri terdiri atas 2 cara yaitu overlape dan sistem
juring ganda (tanam double).
a. Overlape
Overlape merupakan cara penyusunan atau penanaman bibit
tebu dengan cara peletakan bibit yang saling berhadapan atau
bertumpukan antar bibit. Peletakan bibit secara overlapping dibagi
menjadi beberapa sistem tanam diantaranya overlape 100%,
overlape 50% overlape 25% dan N to N. Sistem tanam overlape
100% yaitu seluruh bagian bibit tebu saling berhadapan atau
bertumpukan. Sistem tanam overlape 50% yaitu hanya ½ bagian
bibit tebuh saling berhadapan atau bertumpukan. Sistem tanam

42
overlape 25% yaitu ¾ bagian saling berhadapan atau bertumpukan.
N to N yaitu bagian bibit tebu tidak saling berhadapan atau
bertumpukan (Mulyani 2001).

Gambar 10 Overlape
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
b. Sistem juring ganda (tanam double)
Pada sistem juring ganda alur/barisan tebu atau jarak pusat ke
pusat (PKP) dalam barisan lebih rapat 50 cm. Jarak PKP antar
barisan lebih lebar (185 cm) atau secara sederhana jarak tanamnya
135 cm x 50cm x 50 cm. Banyak keuntungan yang didapatkan
dengan menerapkan teknologi juring ganda. Adanya ruang yang
cukup lebar memberikan tanaman memanen radiasi matahari lebih
efisien dan maksimal. Sinar matahari adalah sumber energi utama
bagi tanaman dalam melangsungkan proses fotosintesis, sehingga
peluang memproduksi asimilat lebih tinggi. Hal tersebut
berdampak terhadap peningkatan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
Dengan sistem juring ganda, sirkulasi udara cukup baik akan
membantu penyediaan oksigen yang dibutuhkan oleh tanaman
maupun mikroba tanah. Ruang yang cukup terbuka menyebabkan
sinar matahari yang masuk dalam area pertanaman cukup banyak
demikian pula sirkulasi udara yang cukup baik, menyebabkan
kelembaban terjaga pada kondisi ideal bagi tanaman serta dapat

43
menekan atau mengurangi insiden serangan penyakit yang
disebabkan oleh fungi atau jamur.
2. Ratoon Cane
Ratoon cane adalah budidaya tanaman tebu dengan cara tidak
menanami lahan dengan bibit tanaman tebu baru, melainkan
memanfaatkan tunas yang tumbuh dari tunggak pada lahan setelah tebu
dipanen. Pada budidaya tebu ratoon cane tidak membutuhkan proses
pengolahan tanah sehingga dapat menekan biaya operasional. Cara
budidaya ratoon cane biasanya dapat dilakukan sampai tiga kali dengan
indikator jarak tanaman tidak terlalu jauh dan tunas tebu nya masih bagus.
C. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Metode pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman meliputi :
Hama penggerek merupakan hama utama pada tanaman tebu. Terbagi
menjadi dua jenis yaitu penggerek batang (chilo sacchariphagus) dan dan
penggerek pucuk (scirpophaga excerptalis). Kerugian akibat hama penggerek
ini mempengaruhi produksi gula hingga sekitar 10%. Berbagai cara dilakukan
untuk mengendalikan serangan hama penggerek tersebut, baik dari kultur
teknis, mekanis, kimiawi serta biologis. Shilo spp merupakan penggerek
batang yang banyak ditemukan pada pertanaman. Sedangkan scirpophaga
excerptalis merupakan penggerek pucuk yang menyerang tanaman muda
maupun tua, dan investasinya lebih tinggi pada pertanaman tebu yang dikelola
pabrik gula (HGU) dari pada tebu rakyat.
1) Pengendalian Hayati
Pelepasan parasitoid telur (pias) Trichogramma japonicum sebagai
musuh alami penggerek pucuk dan Trichogramma chilonis sebagai
musuh alami penggerek batang. Pada pabrik gula Takalar
membudidayakan sendiri pias yang kemudian diaplikasikan pada
lahan. Media yang digunakan untuk membudidayakan kupu-kupu nya
yaitu jagung dan dedak, serta beras dan dedak. Setelah 1 bulan
pembudidayaan, kupu-kupu tersebut ditangkap kemudian dimasukkan

44
kedalam tempat bertelurnya,yang dimana kupu-kupu tersebut bertelur
sekali. Pembiakan telur dilakukan setiap hari karena telurnya juga
akan diambil setiap harinya, dimana kupu-kupu akan menempelkan
telurnya pada jaring yang telah disiapkan. Telur yang diperoleh
selanjutnya akan dikumpulkan dan disimpan pada wadah. Telur
kemudian siap untuk ditempelkan pada kertas manila yang diberikan
lem terlebih dahulu. Telur yang menempel pada kertas inilah yang
dinamakan pias. Pias merupakan implementasi dari kertas manila yang
telah ditempeli sejumlah telur inang. Untuk hama penggerek pucuk
menggunakan parasit telur trichogramma japonicum sedangkan
penggerek batang menggunakan parasit telur trichogramma chilonis.
Adapun pias yang telah jadi akan dimasukkan pada botol kultur
masing-masing sebanyak 5 pias dan ditutup dengan kapas. Pias yang
baru ditempelkan akan dimasukkan bersamaan dengan 2 pias yang
telah menghitam. Dimana fungsi pias ini adalah sebagai starter untuk
telur yang baru. Pias yang hitam ini merupakan pias yang telah
diinkubasi selama 3 hari. 1 pias trichogramma sp dapat membuahi
sekitar 5-6 pias, dimana ciri pias yang berhasil yaitu pias yang
awalnya berwarna putih akan berwarna hitam setelah 3 hari. Pada
tanaman tebu dikenal dengan pias Trichogramma sp. Sebagai upaya
pengendalian terhadap serangan hama penggerek baik pucuk maupun
batang. trichogramma sp merupakan musuh alami hama penggerek
tanaman. trichogramma sp sendirinadalah parasitoid telur sehingga
hanya menyerang telur dari hama penggerek.

45
Gambar 11 Pembuatan Pias
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
2) Pengendalian Kimiawi
Penyemprotan herbisida yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu
herbisida pertama dilakukan segera setelah pengairan kemudian
herbisida kedua dilakukan setelah tanaman berumur 2 – 3 bulan.
Penyemprotan herbisida dilakukan pada saat setelah penanaman tebu
di lahan agar tidak tumbuhnya rumput setelah penanaman. Selanjutnya
pemberian herbisida diberikan pada saat terlihatnya gulma yang
terdapat pada lahan tempat tebu tertanam. Penyemprotan ini dilakukan
dengan menggunakan tangki sprayer dengan volume 15 liter.
Penggunaan herbisida dalam 1 hektar yaitu sebanyak 21 tangki yang
diselesaikan dalam 1 hari. Adapun jenis herbisida yang digunakan
pada pekerja pabrik gula takalar di kebun yaitu antas, mega milk,
sidaxone, dan viaron.

Gambar 12. Herbisida


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022

46
D. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual dan
secara mekanis. Manual dilakukan secara tradisional menggunakan tenaga
manusia, sedangkan pemupukan secara mekanis menggunakan fertilizer
applicator (FA) atau sufa yang ditarik dengan traktor 120 HP. Pada kondisi
tanah basah, apabila alsintan tidak dapat beroperasi maka pemupukan dapat
dilakukan dengan cara manual (ditabur dan ditugal di pokok tebu) dan
diupayakan harus tertutup tanah. Pemberian pupuk untuk budidaya PC dan
budidaya raton berbeda, Tanaman PC dalam satu kali budidaya memerlukan
14 zak pupuk NPK 15 dalam 1 hektar. Pemupukan dilakukan dua kali,
pemupukan 1 sebanyak 6 zak dilakukan sebelum penanaman. Kemudian,
pemupukan ke-2 dilakukan pada tebu umur 1,5-2 bulan menggunakan pupuk
NPK 15-15-15. Pemupukan pada tanaman raton dilaksanakan 1x (pupuk I+II)
pada umur 1-1,5 bulan menggunakan pupuk NPK 24-12-10 hingga tebang.

Gambar 13. Pemupukan


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
E. Analisa Pendahuluan
Analisa pendahuluan ialah kegiatan yang dilakukan menjelang
tanaman tebu siap untuk dipanen. Analisa pendahuluan dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat kemasakan tebu. Analisa pendahuluan
dikenal juga dengan analisa kemasakan. Dimana analisa kemasakan
merupakan salah satu proses yang harus dilakukan sebelum sebuah pabrik
gula melakukan gilingan tebu. Beberapa kriteria tebu yang dinyatakan tebu
masak adalah sebagai berikut: tebu dikatakan masak apabila secara visual

47
daun tebuh sebagian besar mengering, kecuali pucuknya. Untuk tebu yang
muda mengelotok (self trashing), sebagian besar daunnya rontok, baik karena
pengeletekan ataupun ngelotok. Secara kimiawi, kadar gula baik pol, brix, hk
maupun rendemen bagian bawah dan atas hampir sama. Tebu dikatakan
masak apabila faktor kemasakannya < 25. Untuk mengetahui apakah tebu
yang ditanam di suatu tempat atau kebun itu sudah waktunya untuk ditebang
atau belum, tidak cukup hanya dilihat dari tanda-tanda fisiknya yakni daunnya
yang sudah hampir mengering semua serta bagian besar tebu sudah mengletek
sebab tanda-tanda tersebut bisa jadi disebabkan oleh hal lain seperti akibat
kekeringan. Cara yang umum dilakukan adalah dengan melakukan analisa
kemasakan atau sering disebut dengan analisa gilingan.
Analisa pendahuluan kemudian bisa diketahui apakah tanaman tebu di
suatu kebun/lahan siap untuk dipanen atau belum. Analisa pendahuluan
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Pengambilan 5 batang tebu dari masing-masing kebun (setiap kebun
di masing-masing wilayah mengirimkan sampel tanaman ke bagian
analisa pendahuluan) disertai dengan pengisian formulir yang telah
disediakan.
2) Setiap sampel kemudian diamati jumlah ruas, penggerek batang,
penggerek pucuk, bunga, voos (jaringan di dalam tebu sebagai bagian
dari bunga) dan juga diukur panjang dan diameter batang.
3) Setiap sampel batang tebu dipotong dan dipilah menjadi 3 bagian ialah
bagian atas (A), bagian tengah (T), dan bagian bawah (B).
4) Dari masing bagian (atas, tengah, dan bawah) selanjutnya diukur
bobotnya dengan timbangan.
5) Setelah ditimbang, tiap kelompok batang digiling dengan
menggunakan gilingan contoh. Nira yang diperoleh ditampung dalam
ember. Nira yang diperoleh dari batang tebu bagian atas, tengah, dan
bawah dipisahkan sendiri sendiri. kemudian ditimbang. Ketiga bagian

48
nira tersebut diambil masing - masing dengan bagian yang sama dan
dicampur untuk menjadi nira rata-rata.
6) Sebagian nira dijernihkan dan disaring menggunakan kertas merang
dengan menambahkan larutan Form A (Asetat timbal basa) dan Form
B (Aquades). 100 ml nira, Form A dan Form B yang dicampurkan
masing - masing sebanyak 5 ml lalu disaring dengan menggunakan
kertas merang untuk memperoleh nira yang jernih. Nira yang telah
jernih dimasukkan ke dalam alat bernama hand brix weager dan diukur
suhunya untuk mendapatkan nilai % brix. Nilai brix juga diketahui
melalui pengukuran menggunakan hydrometer. Hydrometer digunakan
untuk mengukur brix pada nira yang belum disaring, yang selanjutnya
nilai brix dari hand brix weager dan dari hydrometer dibandingkan.
Sisa nira jernih dianalisa dengan menggunakan alat polarimeter untuk
mengetahui % pol nya.

Data yang diperoleh dari analisa kemudian dicatat pada form data analisa.
Kemudian perhitungan yang dilakukan diantaranya % perah, % pol, Nilai Nira
(NN), Harkat Kemurnian (HK), rendemen, Faktor Kemasakan (FK). Adapun
rumusnya sebagai berikut :

berat nira
% perah = × 100 % pol =
berat tebu
28,6 × baca pol
×100
0,995+0,0042× % brix

% pol
Nilai nira = % pol – 0,4(%brix - %pol) HK = × 100
%brix

49
nilai nira ×% perah
Rendemen = FK=
100
rendemen B−rendemen A
×100
rendemen B

Gambar 14. Analisa Pendahuluan


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
F. Pemanenan
Kegiatan pemanenan tebuh bertujuan untuk mengambil batang tebuh
sebanyak-banyak nya untuk kemudian di proses menjadi gula. Pemanenan
tebuh dilakukan pada saat tebuh berumur 12 bulan sesuai dengan jenis tebuh
yang ditanam.
Pemanenan tebu dilakukan dengan dua cara, yaitu loose cane dan
bundle cane. Hasil panen dengan cara loose cane yaitu ketika tebu telah
ditebang, ditumpuk dan dimuat di kendaraan angkut menggunakan grab
loader. Sedangkan hasil panen dengan cara bundle cane yaitu tebu yang telah
ditebang, diikat dan dimuat ke kendaraan angkut menggunakan tenaga
manusia.
Proses pemanenan tebu yaitu :
1. Daun tebu kering (klaras) dibersihkan dan diletakkan dalam satu barisan
2. Pangkal batang tebu dipermukaan tanah dipotong sampai ujung batang
bawah rata tanah atau yang tersisa hanya batang yang dilengkapi akar.
3. Pucuk batang tebu dipotong

50
4. Potongan batang tebu ditumpuk pada satu barisan
Pemanenan pada pabrik gula Takalar ada 2 jenis yaitu tebang bibit, dan
tebang giling. Adapun yang dimaksud dari tebang bibit yaitu tebu yang
ditanam untuk dijadikan bibit dengan lama umur tebu selama 6 bulan.
Sedangkan tebang giling yaitu tebu yang ditanam untuk dilakukan
penggilingan, umur tanaman tebu ini yaitu 11-12 bulan.
Adapun tanda-tanda yang dapat kita ketahui tebu yang sudah tua dan harus
dipanen untuk keperluan tebu giling yaitu dengan munculnya bunga pada
pucuk tebu. Dengan ada kemunculan bunga tersebut itu juga menandakan
bahwa rendemen dari tebu tersebut sudah maksimal.

Gambar 15. Pemanenan


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
G. Analisa Trash
Analisis trash yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui
banyaknya kotoran yang ikut dalam kontainer sebelum dimasukkan ke meja
penggiling. Analisis trash dilakukan dengan mengambil sampel tiap kontainer
yang kemudian dipisahkan antara kotoran tanah, batu, pucuk, dan daduknya.

51
Gambar 16 Analisa Trash
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
H. Analisa Tonggak
Analisis tonggak yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui
seberapa banyak tebu atau gula yang tertinggal atau terbuang pada kebun.
Adapun cara mengetahuinya yaitu dengan mengukur seluas 10 meter dan
sepuluh juring, yang kemudian di dalam lokasi tersebut sisa tebangan tebu
diukur tiap-tiap batang yang kemudian kembali ditebang dan ditimbang.

Gambar 17 Analisa Tonggak


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022

4.2 Pelayanan Teknik (PELTEK)


Pelayanan Teknik pabrik gula Takalar bertugas untuk melayani semua hal
yang bersangkutan dengan mekanisasi. Pada pelayanan teknik ada beberapa proses

52
pengolahan tanah menggunakan traktor roda 4 dengan berbagai macam implemen.
Adapun tahapan proses pengolahan tanah pada pabrik gula Takalar meliputi :
A. Bajak (Flow I dan Flow II)
Plow atau pembajakan adalah proses persiapan lahan dengan
membalikkan tanah sehingga zat hara yang ada di dalam tanah naik di
permukaan. Tanah yang sudah terangkat sisa akarnya harus segera dibajak.
Pada dasarnya cara kerja Flow 1 dan Plow 2 tidak jauh berbeda karena
masing-masing dilakukan dengan cara bersilang atau dengan cara berlawanan
arah. Arah pengolahan untuk lahan datar yaitu tegak lurus dengan arah
bedengan. Plow menggunakan traktor penarik 150 HP – 200 HP. Implemen
yang digunakan adalah Disc plow ukuran 28” dengan jumlah disc minimal 4.
Kedalaman pembajakan 30 – 40 cm disesuaikan dengan jenis tanah.

Gambar 18 Pembajakan
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
B. Garu (Harrow I dan Harrow II)
Harrow dilakukan dengan tujuan menghancurkan atau memecahkan
bongkahan tanah akibat pembajakan, penggarukan dilakukan sebanyak dua
kali dengan sistem silang dengan kedalaman berkisar antara 25-30 cm. Selain
menghancurkan bongkah, harrowing juga bertujuan untuk meratakan tanah
sehingga mempermudah dalam penanaman. Tanah yang telah dibajak harus
dirajang/digaru untuk memecahkan bongkahan tanah yang terbentuk akibat
pembajakan tanah. Traktor yang digunakan merupakan traktor penarik 150
HP – 200 HP. Implemen yang digunakan adalah Disc Harrow dan dilakukan
seminggu setelah Plow II.

53
Gambar 19 Penggaruan
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
C. Kair (Furrow)
Setelah penggarukan dilakukan yang kemudian disusul dengan
pembuatan bedengan. Hal ini adalah proses yang terakhir pada pengolahan
lahan, dan lahan tersebut telah siap ditanami. Pembuatan bedengan dilakukan
dengan cara mengikuti garis kemiringan pada lahan tersebut. Ada dua cara
pembuatan bedengan yaitu Single row dan Double row. Furrow digunakan
untuk mempersiapkan tempat bibit tebu yang akan ditanam (alur tanaman)
dan alur untuk pemupukan dasar. Pembuatan furrow dilakukan sedalam 30-35
cm dengan jarak antara pusat guludan 135 cm untuk single row. Jarak antara
dua kairan untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan tanaman
penebangan secara mekanis berkisar antara 130-150 cm. Traktor yang
digunakan merupakan traktor penarik 110 HP – 150 HP dengan implement
furrower 2 mata. Waktu pelaksanaan Furrow 1 minggu setelah Harrow II.

Gambar 20 Kair
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
D. Irigasi
Teknik pengairan dilakukan dengan cara irigasi menggunakan pompa,
dimana air dialirkan dari sumber air ke lahan. Pelaksanaan pengairan

54
dilakukan di permukaan dimana yang dialiri adalah permukaan alur dengan
menggunakan pipa. Penggunaan pipa ditujukan agar hasil penyiraman merata
pada lahan. Kebutuhan air penyiraman dapat diambil dari sungai atau danau
terdekat. Dalam melakukan penyiraman tanaman tebu juga perlu
memperhatikan dan mempertimbangkan curah hujan dan kelembaban tanah.
Diameter pipa yang dipakai 4 inci dengan Panjang pipa 8 meter. Kebutuhan
pipa irigasi tergantung dari jarak lahan ke sumber air. Adapun cara
menyambungkan antar pipa yaitu dengan membakar salah satu ujung pipa
agar menjadi elastis sehingga ujung pipa yang lain dapat disambungkan
dengan mudah.

Gambar 21. Pengairan


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022

4.3 Pengolahan Pabrik


A. Halaman Pabrik (Cane Yard)

Gambar 22 Cane Yard

55
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
Sebelum tebu masuk ke halaman pabrik, terlebih dahulu tebu akan di
ukur PH dan brix nya, selanjutnya mobil truk kecil maupun besar yang
mengangkut tebu akan ditimbang. Setelah itu, tebu tersebut dipindahkan ke
container tebu menggunakan transloading yang kemudian di simpan di
halaman pabrik. Tebu yang disimpan pada halaman pabrik sebelum digiling
diharapkan telah memenuhi syarat yaitu manis, bersih dan segar. Dimana
manis yaitu brix nya >18, bersih yaitu bebas dari daduk, pucuk, sogolan, akar
dan tanah, dan segar yaitu tebu yang terdapat pada halaman pabrik tidak lebih
dari 2 x 24 jam. Pada Pabrik Gula Takalar menggunakan system FIFO (first in
first out) yaitu mendahulukan tebu yang terlebih dahulu datang untuk digiling.
B. Stasiun Gilingan

Gambar 23 Flow Sheet St. Gilingan


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
Milling station atau stasiun gilingan merupakan tahap awal pada proses
pengolahan tebu menjadi gula. Prinsip kerja dari stasiun gilingan di pabrik
gula adalah memerah nira yang terkandung dalam batang tebu semaksimal
mungkin dan kandungan gula dalam ampas seminimal mungkin. Stasiun
Gilingan bertujuan memisahkan nira mentah sebanyak-banyaknya dari batang
tebu dengan menekan kehilangan kadar gula serendah - rendahnya dalam
ampas. Terdapat beberapa alat pada stasiun gilingan ini, yaitu pada persiapan
tebu yang pertama adalah unloading, meja tebu, cane carrier. Selanjutnya
lanjut pada cane preparation diantaranya yaitu cane cutter, Unigrator, dan tebu

56
terbawa oleh Cane elevator. Lalu masuk ke penggilingan, yang dimana
terdapat 4 gilingan.
1) Persiapan tebu
Sebelum tebu masuk pada proses gilingan 1,2,3 dan 4, terlebih dahulu
tebu akan melalui beberapa tahap yaitu :
a) Unloading
Kontainer tebu yang berada di halaman pabrik akan dibawa ke
unloading untuk memasukkan tebu pada tahap penggilingan.
Unloading ini dapat bergerak maju dan mundur serta ke kiri dan
ke kanan untuk meletakkan tebu ke bagian meja tebu.

Gambar 24 Unloading
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
b) Meja Tebu
Meja tebu berfungsi untuk mengatur jumlah tebu yang masuk ke
kepyark tebu (cane carrier) agar peletakan tebu di cane carrier
merata dan tidak menumpuk. Meja tebu berbentuk persegi dengan
beberapa alat pendukung seperti penyangga alat, roda gigi dan
rantai. Tebu ditempatkan diatas meja tebu dengan alat pengangkut
tebu, sehingga tebu melintang di atas meja tebu yang berfungsi
untuk menarik dan mendorong tebu masuk ke krepyak tebu secara
bertahap dan perlahan lahan.

57
Gambar 25 Cane Table
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
c) Cane Carrier
Cane carrier berfungsi untuk mengatur jumlah tebu yang masuk
kedalam cane cutter agar tidak terjadi overload (kelebihan muatan)
yang akan menimbulkan penumpukan pada cane carrier. Cane
carrier berupa lempengan plate bergelombang dan disusun
berjajar, sisinya dihubungkan dengan rantai sebagai penggerak
elektromotor. Motor penggerak dijalankan agar tebu yang jatuh
dari meja tebu dibawa menuju ke pisau tebu

Gambar 26 Cane Carrier


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
d) Cane Preparation
Alat ini bertujuan untuk mempersiapkan tebu sebelum diperas di
unit gilingan. Alat ini bekerja dengan cara memotong, memecah
dan menyayat tebu sehingga tebu menjadi potongan potongan

58
kecil, sehingga diharapkan memperingan kerja gilingan dan
meningkatkan ekstraksi. Pabrik Gula Takalar memiliki 2 unit cane
preparation yaitu cane cutter dan unigrator.
1) Cane Cutter
Pisau tebu (cane cutter) merupakan pembuka sel tebu yang
pertama. Fungsinya yaitu untuk memotong dan memecah batang
tebu. Tujuan pemotongan adalah untuk menghancurkan sel-sel
yang ada pada batang tebu sehingga mempermudah pemerahan
nira yang terkandung dalam tebu. Terdapat cane cutter I dan cane
cutter II pada Pabrik Gula Takalar. Fungsi Dari cane cutter I dan
cane cutter II sama, yang menjadi pembeda ialah mata pisau. Mata
pisau cane cutter I lebih besar dari pada mata pisau cane cutter II
dikarenakan tebu yang baru akan dicacah permukaannya lebih
besar sehingga dibutuhkan mata pisau yang lebih besar pula. Tebu
yang sudah dicacah dengan menggunakan cane cutter dan
unigrator menghasilkan sabut tebu yang akan diperah
menggunakan mesin penggiling di stasiun gilingan. Selanjutnya
tebu masuk ke Unigrator.

Gambar 27 Cane Cutter


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
2) Unigrator
Unigrator berfungsi untuk menghancurkan tebu dengan memukul
tebu menjadi serabut – serabut ampas, dengan demikian tebu akan

59
terbuka sel – selnya agar nira dapat terekstraksi dengan baik.
Unigrator dilengkapi dengan palu untuk memukul tebu, yang
dipukul pada bantalan (anvil). Pemukul /hammer pada unigrator
terbagi menjadi empat deret selang-seling dan saling tegak lurus,
sehingga bersamaan unigrator bekerja dengan putaran tinggi
hammer memecah tebu.

Gambar 28 Unigrator
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
e) Cane Elevator
Cane elevator berfungsi untuk mengangkat tebu yang sudah
terpotong-potong dari cane cutter dan Unigrator menuju stasiun
gilingan.

Gambar 29 Cane Elevator


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
2) Pemerahan Nira
a) Gilingan 1

60
Tebu yang berupa serat-serat kecil di umpankan memasuki
gilingan 1 dengan bantuan feeding roller untuk diperas dan
diambil niranya. Hasil dari gilingan ini berupa nira perahan
pertama (NPP) dan ampas gilingan I NPP yang diperoleh akan
langsung menuju bak pengendapan.Ampas gilingan 1 di bawa
oleh intermediate carrier untuk di jadikan umpan pada unit
gilingan 2. Ampas gilingan I yang telah dicampur dengan nira
perahan gilingan 3.

Gambar 30 Gilingan 1
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
b) Gilingan 2
Nira dari gilingan 1 dicampur dengan nira perahan gilingan 3 di
peras kembali di gilingan 2 hasil perahan unit gilingan 2 ini
disebut nira perahan lanjutan (NPL). Pada gilingan 2, tebu yang
digiling ditambahkan air imbibisi sebanyak 30% dari banyaknya
tebu yang digiling. Adapun fungsi dari air imbibisi ini adalah
untuk menurunkan jumlah kehilangan gula dan memaksimalkan
pres ampas tebu pada gilingan selanjutnya. Nira mentah
merupakan campuran dari NPP dan NPL. Nira mentah kemudian
akan masuk ke dalam bak pengendapan dan menuju stasiun
pemurnian untuk diolah lebih lanjut

61
Gambar 31 Gilingan 2
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
c) Gilingan 3
Ampas keluaran gilingan 2 dicampur dengan nira keluaran
gilingan 4 dijadikan umpan pada gilingan 3. Hasil perahan
gilingan 3 disebut nira gilingan 3 yang digunakan sebagai imbibisi
pada gilingan 2. Pada gilingan 3 juga ditambahkan air imbibisi
sebanyak 30% dari jumlah tebu yang digiling.

Gambar 32 Gilingan 3
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
d) Gilingan 4
Umpan pada gilingan 4 adalah ampas dari gilingan 3. Hasil dari
gilingan 4 merupakan ampas yang akan digunakan sebagai bahan
bakar pada boiler. Pada gilingan 4 sudah tidak diberi tambahan air
imbibisi agar ampas yang akan masuk ke boiler tidak lagi
mengandung air atau telah dalam kondisi kering

62
Gambar 33 Gilingan 4
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
e) Sanitasi gilingan
Selain proses penggilingan, ada pula yang disebut dengan sanitasi
gilingan yang bertujuan untuk mencegah atau memperkecil
aktivitas mikroba yang dapat merusak nira serta menekan pH nira
rendah. Sanitasi gilingan dapat berupa penambahan susu kapur
serta asam phospat. Setelah digiling nira yang diperoleh akan
mengalir menuju bak pengendapan, yang mana pada bak
pengendapan tersebut telah ditambahkan kapur dan asam phospat.
Penambahan kapur dan phospat jumlahnya disesuaikan dengan
kondisi tebu yang digiling. Bila tebu yang digiling lebih kotor,
maka penambahan kapur dan asam phospat lebih banyak pula.
Pada kondisi awal, nira tebu mempunyai kisaran pH 5,2 – 5,5 atau
dalam kondisi asam, nira tebu mudah sekali mengalami inversi
sukrosa dengan cepat sehingga dapat menurunkan kadar sukrosa
dalam nira tebu. Oleh karena itu, pada bak pengendapan nira hasil
gilingan akan ditambahkan susu kapur / Ca(OH)2. Penambahan
susu kapur, akan mengatasi masalah keasaman sehingga dapat
mencegah terjadinya gula inverse serta dapat berfungsi sebagai
penjernih. Selain susu kapur, juga ditambahkan asam phosphate
hingga kadar phospat dalam nira berkisar 250-300 ppm.
Pemberian asam phospat disini dimaksudkan untuk membantu

63
proses pengendapan kotoran dalam nira mentah membentuk
gumpalan yang agak besar disebut mikroflok (Dyah Suci
Perwitasari, 2010). Pada proses ekstraksi menghasilkan nira
mentah dan ampas, ampas selanjutnya dimanfaatkan sebagai
bahan bakar boiler (Yani et.al , 2012).

C. Stasiun Boiler

Gambar 34 Flowsheet ST.Boiler


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
1. Conveyor
Ampas hasil dari gilingan 4 akan menuju boiler melalui elevator
(conveyer N 6). Ampas tebu akan dibawa menuju ke bagian
distributor (conveyer 7). Distributor terbagi menjadi dua lantai.
Ampas dari elevator akan jatuh pada lantai bawah distributor. Pada
bagian lantai bawah terdapat bagasse feeder. Jika bagasse feeder
tidak dibuka maka ampas akan bergerak menuju return (conveyer
N.81). Adapun jalur N.81 yaitu Return N.82 dan cadangan. Pada
return N.81 terdapat pintu yang dapat dibuka tutup. Jika pintu
tertutup maka ampas akan menuju return N.82 untuk dibawa
Kembali ke distributor. Fungsi adanya cadangan ampas yaitu untuk

64
digunakan jika sewaktu-waktu gilingan tidak berjalan, maka agar
tetap beroperasi boiler mengambil dari ampas cadangan.
2. Bagasse feeder
Bagasse feeder merupakan corong tempat masuknya ampas kedalam
tungku pembakaran. Terdapat dua boiler pada pabrik gula takalar,
setiap boiler terdiri dari 4 bagasse feeder. Di dalam bagasse feeder
terdapat speeder yang berfungsi untuk menghamburkan ampas agar
tidak menggumpal saat masuk ke dalam tungku. Pintu bagasse
feeder dihubungkan oleh rantai Panjang yang ditarik jika akan
membuang ampas masuk kedalam tungku pembakaran.
3. Furnace
Furnace atau juga sering disebut dengan tungku pembakaran adalah
sebuah perangkat yang digunakan untuk pemanasan. Pada stasiun
boiler menggunakan dua tungku pembakaran yaitu tungku
pembakaran 1 dan tungku pembakaran 2, dimana kedua tungku
tersebut memiliki temperatur 0-700℃. Sumber bahan bakar yang
digunakan pada tungku pembakaran ada dua yaitu kayu (digunakan
dalam kondisi tertentu misalnya kekurangan ampas) dan ampas tebu.
4. Pipa pront
Pipa pront merupakan pipa yang berada dalam tungku pembakaran
yang digunakan sebagai tempat mengalirnya air kondensat dari
tangki deaerator menuju upper drum. Adapun alur aliran air
kondensat yaitu dimulai dari tangki 1000 yang berisi air kondensat
dengan pH 7-9 dan temperature 80℃ , kemudian menuju tangki 200.
Dari tangki 200 dipompa menggunakan pompa deaerator untuk
dibawa ke tangki deaerator. Di tangki deaerator temperature air
kondensat dinaikkan menjadi 100-105℃. Kemudian air kondensat
dari tangki deaerator dipompa menggunakan FWP (feed water
pump) menuju upper drum dan low drum.
5. Upper drum dan low drum

65
Upper drum merupakan tempat pemisahan air dan uap jenuh,
sedangkan low drum hanya berisi air. Air kondensat dari low drum
dialirkan menggunakan pipa generatin ke upper drum dengan batas
air tidak melebihi batas atau lebih tinggi dari lubang pipa super
heater. Untuk mengetahui tinggi air yang berada dalam upper drum
dapat diamati di gelas penduga.

6. Super heater dan steam header


Super heater merupakan pipa tempat mengalirnya uap sekaligus
tempat mengeringkan uap jenuh. Uap yang ada di super heater akan
masuk ke steam header dalam bentuk uap kering. Steam header
adalah tempat penampungan uap kering. Pada pabrik gula takalar
terdapat dua steam heater. Steam heater I yaitu tempat menampung
uap kering dari upper drum yang dihubungkan oleh pipa super
heater. Adapun Steam header II yaitu tempat penampungan uap
kering yang nantinya akan disalurkan ke masing-masing stasiun.
7. Air heater dan rotary valve
Air heater (pemanas udara) merupakan alat yang memanaskan udara
sebelum masuk ke proses lain. Udara panas yang berasal dari
pembakaran akan masuk ke pipa udara yang berada di air heater
yang kemudian akan dikeluarkan melalui corong dengan bantuan
IDF (induced draft fan). Rotary valve merupakan tempat
pembuangan asap dan debu-debu halus yang berasal dari
pembakaran.
8. IDF dan FDF
IDF (induced draft fan) merupakan penarik udara hasil pembakaran
menuju cerobong. FDF (forced draft fan) merupakan penghembus
udara luar menuju dapur dengan temperatur rendah yang dipanasi

66
dalam pipa air heater sehingga mendapat temperatur panas sesuai
standar sebelum memasuki dapur pembakaran.
9. Cerobong asap
Cerobong asap merupakan tempat keluarnya asap pembakaran dari
boiler.

D. Stasiun Pemurnian

Gambar 35 Flowsheet ST.Pemurnian


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
Stasiun pemurnian merupakan stasiun yang bertujuan untuk
memisahkan nira dengan zat bukan gula serta menekan kerusakan sukrosa dan
monosakarida. Nira mentah hasil dari stasiun penggilingan yang masih
mengandung banyak zat bukan gula yang akan dihilangkan pada stasiun
pemurnian ini. Nira mentah hasil dari pemerasan stasiun gilingan merupakan
larutan yang Sebagian besar terdiri dari gula dan bukan gula tetapi terdapat zat
kotoran yang juga terikut.
Nira yang diambil dari batang tebu ternyata bersifat asam, hal ini
dikarenakan memang di dalam nira itu terdapat kotoran-kotoran yang sifatnya
asam. Zat yang bukan gula yang bersifat asam inilah yang dapat merusak nira,
maka kotoran-kotoran tersebut harus dihilangkan dan dimaksimalkan untuk

67
nira menjadi netral. Adapun bahan yang dipakai untuk menjadikan nira
bersifat netral adalah basa. Adapun bahan yang sifatnya basa yang digunakan
oleh pihak pabrik adalah kapur.
Pada pemberian kapur ini asam-asam yang terkandung dalam nira akan
bereaksi membentuk ikatan-ikatan yang diantaranya membentuk gumpalan-
gumpalan yang dapat mengendap. Nah dalam proses pengendapan inilah yang
terjadi pada stasiun pemurnian juga pada saat proses pengendapan terjadi
maka kotoran-kotoran yang ada juga akan terikut yang berbentuk partikel
kecil sehingga ini dapat membantu membersihkan nira tersebut. Dalam proses
pengendapan ini nira dipanasi atau dimasak terlebih dahulu agar proses
pengendapan berjalan dengan cepat. Selain itu juga ada bahan tambahan lain
yang digunakan dalam proses pengendapan yaitu phospat gas belerang dan
flokulan.
Selama proses pengendapan ini perlu perhatian yang sangat ketat untuk
mengetahui Ph,suhu dan waktu tinggal agar proses berjalan dengan baik dan
hasil yang didapat bisa optimal.
1. Flow Meter Nira
Tujuan dari pemurnian nira adalah memisahkan kotoran yang terdapat
dalam nira dan menekankan terjadinya kerusakan sukrosa. Tahap awal
pada stasiun ini yaitu pengukuran nira mentah menggunakan flow meter.
Adapun tujuan dari penimbangan nira mentah adalah untuk mengetahui
berat nira mentah yang masuk. Nira mentah dari timbangan, kemudian
menuju ke bak tunggu peti nira mentah. Nira mentah kemudian dipompa
kepemanas satu (juice heater I) untuk dipanaskan.

68
Gambar 36 Flow meter nira
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
2. Juice heater I (Pemanas I)
Juice heater merupakan salah satu jenis alat pengukur panas, yang
digunakan untuk menaikan suhu nira mentah. Juice heater yang digunakan
dalam pabrik gula Takalar ini ada 2 yaitu juice heater I dan juice heater II.
Juice heater I merupakan pemanasan nira yang dilakukan sebelum nira
mengalami proses defekasi dan sulfitasi. Nira mentah dipanaskan hingga
mencapai suhu 75-80°C dengan tujuan untuk membunuh mikroorganisme
patogen yang terdapat dalam nira dan mempercepat terjadinya reaksi
penggumpalan koloid. Nira yang dipanaskan dengan suhu melebihi 75-
80°C dengan pH yang rendah akan mengakibatkan kerusakan pada nira.
Sedangkan bila suhu rendah atau kurang dari 75°C maka akan terjadi
reaksi yang sempurna. Nira dari pemanas satu dengan pH 6,0-6,5 dipompa
masuk pada tangki defekator I.

Gambar 37 Juice Heater

69
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
3. Defecator
Defekator merupakan alat yang digunakan pada stasiun pemurnian yang
fungsinya sebagai tempat pencampuran nira dengan susu kapur yang
fungsinya untuk menghilangkan sifat asam pada nira. Defekator yang
digunakan juga ada 2 yaitu defekator I dan Defecator II.
Adapun proses yang terjadi dalam defekator ini yaitu
a. Nira yang masuk ke defekator I memiliki pH awal sekitar 5,6-6,2 didalam
defekator inilah proses penambahan susu kapur dan gas belerang yang
fungsinya untuk menambahkan pH menjadi 7,2. Tujuan dari penambahan
susu kapur pada defecator I adalah untuk mengendapkan nira.
b. Dari defecator I dialirkan ke defecator II untuk dinaikkan PH nya hingga
8,2-9,0. Tujuan dari penambahan susu kapur di defecator II adalah untuk
mengikat komponen fosfat yang terlarut dalam nira menjadi kalsium
phospat sehingga dapat mengikat kotoran-kotoran yang terkandung dalam
nira mentah dan membentuk endapan.

Gambar 38 Defecator
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
4. Sulfur Tower
Sulfur Tower merupakan alat yang digunakan pada stasiun pemurnian
yang fungsinya untuk pencampuran gas SO2. Pada sulfur tower ini pH
Kembali dinetralkan dengan penambahan gas belerang sehingga
membentuk CaSO3 yang akan mengikat kotoran. Endapan ini diharapkan

70
akan menyelubungi gumpalan yang sudah terbentuk sehingga menjadi
incompressible yang dapat dipisahkan secara fisis dengan penambahan
flokulan.
Cara kerja dari sulfur tower ini yaitu setelah dari defekator II lalu masuk
ke peti sulfur tower untuk selanjutnya dicampur dengan gas SO2 sehingga
pH nira Kembali netral yaitu sekitar 7-7,2 dengan lama waktu tinggal
selama 5 menit yang kemudian keluar melalui pipa pengeluaran untuk
selanjutnya ditampung di yang kemudian dialirkan ke pemanas II.

Gambar 39 Sulfurtower
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
5. Juice Heater II (Pemanas II)
Juice heater II merupakan pemanasan nira yang dilakukan setelah nira
mengalami proses defekasi dan sulfitasi. Dan sebelum nira masuk
kebejana pengembangan (flastank) nira dipanaskan dengan suhu pemanas
105-110°C. Adapun tujuan dari pemanas II ini yaitu untuk membunuh
mikroorganisme yang masih hidup didalam nira dan membantu proses
pengendapan nira pada door clarifier.
6. Flashtank
Flash Tank adalah alat yang digunakan untuk mengeluarkan gas-gas yang
ada dalam nira. Gas ini dikeluarkan agar tidak mengganggu proses
pengendapan. Pada pabrik gula takalar menggunakan bejana
pengembangan berupa dual action tower. DAT ini adalah tempat

71
pemberian flokulan dengan dosis 3 ppm sebelum menuju peti
pengendapan.

Gambar 40 Flashtank
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
7. Snowballing
Pada snowballing yaitu membentuk partikel yang lebih besar dan
berbentuk bola salju sehingga mempermudah proses pengendapan. Di
snowballing ini ditambahkan flokulan untuk mengikat kotoran-kotoran
yang melayang sehingga diameter partikel tersebut menjadi besar,
menjadikan pengendapan lebih mudah dan cepat.
8. Dorr clarifier
Dorr clarifier ini berfungsi sebagai tempat pengendapan dan pemisahan
kotoran yang terdapat didalam nira. Door clarifier ini didalamnya terdapat
4 buah bagian/tray yang beroperasi secara continue. Pengaduk yang
berfungsi dalam dorrcalifier ini berfungsi sebagai pengumpul kotoran nira
kebagian tengah dorr clarifier yang akan dikeluarkan secara continue.
Arah putaran pengaduk ini searah dengan pemasukan nira, ini bertujuan
agar tidak terjadi aliran turbulensi yang mengganggu pengendapan dan
kecepatan berputar poros.
Adapun proses yang terjadi yaitu nira jernih di bejana pengembang
sebelum masuk ke dorrclarifier terlebih dahulu diberi flokulan yang
berfungsi untuk mengikat rantai endapan menjadi lebih besar. Nira masuk
melalui tabung pembagi. Nira beserta kotorannya akan meluap dan jatuh
pada sekat pembatas dan kecepatan jatuhnya anira ditahan oleh deflector

72
untuk menghindari mubalnya endapan. Kotoran akan turun (mengendap)
sedangkan nira jernihnya akan mengisi talang nira jernih. Nira jernih ini
kemudian dikeluarkan ke saringan nira encer (DSM), sedangkan nira
kotornya dipompa ke RVF (Rotary Vacum Filter). Nira jernih terus
ditampung di peti nira encer untuk selanjutnya dipompa ke stasiun
penguapan dan ampas halusnya ditampung untuk menuju gilingan kedua.

Gambar 41 Door Clarifier


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
9. Saringan Nira Encer (DSM)
Saringan nira encer (DSM) digunakan untuk menyaring nira encer yang
keluar dari peti pengendap dorrclarifier sebelum masuk ke bak penampung
nira encer. Kotoran-kotoran dari nira akan tertahan di saringan dan
menuju bak penampung. Kotoran yang tertahan di saringan kemudian
dihilangkan dengan cara disekop.

Gambar 42 Saringan Nira Encer (DSM)


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022

73
10. Rotary Vacuum Filter
Rotary Vacuum Filter adalah sebuah filter yang bekerja secara
berkelanjutan dimana bagian yang padat dari sebuah nira dipisahkan oleh
filter yang hanya dapat dilalui oleh gas. Nira kotor hasil pengendapan
ditambah dengan ampas halus dari mixer bagasillo yaitu tempat
penampungan ampas halus dipompa ke Rotary Vacuum Filter untuk
memperoleh nira tersaring (filtrat) dan bahan tidak terlarut (blotong).
Ampas halus atau bagasillo ini berfungsi untuk media tapis kotoran agar
mempermudah proses penapisan, ditampung dengan bak nira kotor
dilengkapi dengan pengaduk agar nira kotor tidak mengendap. Nira kotor
diumpankan menuju ke RVF, dimana drum akan berputar dan setengah
drum akan tercelup nira kotor pada saat drum berputar di daerah low
vacuum kemudian nira kotor menempel pada saringan dan nira akan
terserap, dan drum berputar masuk ke high vacuum, di saat ini juga
diberikan air siraman yang bersuhu 70°C sehingga terjadi pencucian
blotong, nira yang sudah diberikan siraman air akan terserap dan ditarik
vacuum, putaran drum berlanjut masuk ke daerah bebas vacuum maka
blotong akan terlepas dan yang tertinggal pada drum akan dibersihkan
dengan scraper.

Gambar 43 Rotary Vacuum Filter


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
E. Stasiun Penguapan

74
Gambar 44 Flowsheet ST.Penguapan
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
Penguapan (evaporator) adalah proses pemisahan campuran dengan
memanfaatkan perbedaan titik didih suatu fluida dan perubahan fase cair
menjadi uap, proses ini berlangsung jika zat cair (nira) diberikan energi
panas sehingga akan terjadi perbedaan suhu yang merupakan faktor
penting dalam proses penguapan. Tujuan dari penguapan adalah
menguapkan sebagian air (±80%) dari dalam nira encer hasil stasiun
pemurnian, sehingga diperoleh nira kental dengan konsentrasi yang
mendekati jenuh (32 Be, %Brix 64) dengan biaya semurah-murahnya dan
kehilangan gula sekecil-kecilnya.
Stasiun penguapan mempunyai fungsi utama untuk menguapkan air
yang terdapat pada nira, sehingga setelah keluar dari badan akhir dari
evaporator diharapkan menjadi nira kental dengan viskositas antara 30-32 ͦ
Be. Stasiun penguapan adalah stasiun lanjutan setelah stasiun pemurnian,
dimana pada stasiun ini akan mengalami penguapan dari evaporator 1
hingga ke evaporator 4. Tiap evaporator terdiri dari shell (ruang nira), dan
tromol calandria (ruang uap pemanas). Pada stasiun ini, nira encer pada
hasil stasiun pemurnian dipompa masuk kedalam ruang nira bawah
kemudian masuk ke tube nira tersebut kemudian dipanaskan dengan uap
bekas agar dapat memisahkan kandungan cairan dan kristal yang terbentuk
sehingga menjadi lebih kental. Uap bekas yang digunakan untuk bahan
pemanas di evaporator 1 tidak semuanya akan mengembung tetapi akan
menghasilkan gas tidak terembunkan, dikeluarkan ke udara bebas melalui

75
pipa amoniak. Uap nira dari evaporator 1 digunakan sebagai bahan
pemanas nira di pemanas pendahuluan II dan untuk bahan pemanas
masakan di vacuum pans.
Nira kental hasil dari evaporator 1 akan masuk ke dalam shell
evaporator 2 bagian bawah. Nira yang dihasilkan dari evaporator 2 ini
akan mengalir masuk ke dalam shell bagian bawah dari evaporator 3,
sedangkan uap air yang dihasilkan diketahui sebagai uap nira evaporator 2
yang keluar melalui pipa uap nira sedangkan kondensatnya keluar dan
dipompakan ke peti tampung kondensat digunakan sebagai air pengisi
tetes. Nira kental hasil dari evaporator 3 akan masuk ke dalam shell
evaporator 4 bagian bawah kemudian dipanaskan menggunakan uap nira
dari evaporator 3 akibat terjadinya proses penguapan air maka nira
tersebut akan mengalami kenaikan brix menjadi 60-65% atau setara
dengan 30-32 ͦ Be.
Nira yang dihasilkan dari evaporator 4 ini akan mengalir masuk ke
dalam peti nira kental dan kemudian dipompakan ke dalam bejana
sulfurtower nira kental untuk di bleaching kan dengan hembusan gas SO2
dari unit tabung belerang sedangkan kondensat nya keluar dan dipompa ke
peti tampungan kondensat untuk keperluan proses. Untuk uap nira dari
evaporator 4 ini keluar melalui pipa uap nira di atas evaporator badan 4
masuk kondensor di evaporator kemudian didinginkan dengan
mengalirkan air injeksi.
Pada proses penguapan tidak hanya terjadi proses penguapan air di
dalam nira, tetapi juga terjadi proses penguraian gula atau terbentuknya
zat yang berwarna gelap. Untuk menurunkan intensitas warna gelap pada
nira kental maka dilakukan proses pemucatan (bleaching) dengan
menggunakan gas SO2 sampai Ph 5,2-5,4 serta menurunkan tingkat
viskositas nira kental.
1. Pipa amoniak

76
Alat ini berfungsi untuk mengeluarkan gas-gas tak terembunkan dari ruang
pemanas, agar tidak menghambat perpindahan panas dari uap ke pemanas
nira.
2. Pipa air
Pipa air digunakan sebagai saluran masuknya air dalam tromol untuk mencuci
sewaktu diskrap, untuk press tromol mengetahui kebocoran pipa dan juga
untuk memasak soda.
3. Penangkap nira di badan penguapan
Percikan nira yang terjadi selama penguapan ada kemungkinan terbawa oleh
uap nira dan hal ini tidak diinginkan. Untuk mencegah terbawanya nira
Bersama uap hingga ke badan penguapan berikutnya atau ke kondensor maka
digunakan penangkap nira. Penangkap nira terdiri dari sudu – sudu, sehingga
pada saat uap mengalir akan menabrak sudu – sudu tersebut, nira yang
terbawa oleh uap akan menempel pada bagian – bagian penangkap nira yang
tertabrak oleh aliran uap. Nira yang tertahan akan tertampung pada bagian
dasar dari penangkap nira dan melalui pipa pengembalian nira, nira
dimasukan kedalam ruang nira kembali.
4. Perjalanan nira dari embun ke penguapan
a. Perjalanan nira
Nira encer dari dorrclarifier ditampung pada peti tampung nira encer
kemudian masuk ke badan penguapan. Nira mengalir karena adanya
perbedaan tekanan pada setiap badan penguapan, proses pada badan
penguapan menggunakan vakum. Semakin nira menuju badan akhir maka
tekanan badannya semakin rendah sehingga titik didih nira semakin
rendah. Titik didih yang rendah diperlukan karena sukrosa tidak tahan
pada suhu tinggi karena dapat mengalami inversi. Nira dari badan akhir
dikeluarkan menggunakan alat pengeluaran nira kemudian dialirkan ke
peti nira kental, nira keluar dari badan akhir mempunyai %brix 60-65 dan
Be 30-32. Kemudian nira dipompa ke bejana sulfitasi yang berfungsi
untuk pemucatan warna dan penurunan viskositas.

77
b. Perjalanan air embun
Pengeluaran air embun harus lancar agar mekanisme perpindahan panas
dapat berjalan sempurna, sehingga tidak mengurangi luas bidang pemanas.
Pada Pabrik Gula (PG) Takalar proses pengeluaran air embun dari BP
akhir (III,IV,V) menggunakan Verkliker. Dari setiap evaporator
menghasilkan air kondensat/ air embun yang akan ditampung di peti air
kondensat. Air kondensat juga dianalisis untuk mengetahui apakah dalam
air mengandung kadar gula atau tidak. Apabila dalam air kondensat
mengandung gula maka digunakan untuk air siraman pada putaran dan
gilingan, jika tidak mengandung gula maka akan dibawa ke ketel.
c. Kondensor (bejana pengembun, pompa vacum, dan injeksi)
Bejana pengembunan berfungsi untuk mengembunkan uap nira dari badan
terakhir. Dalam bejana pengembunan terjadi peristiwa perubahan uap
menjadi embun. Peristiwa ini mengakibatkan terjadinya pengecilan
volume uap, sehingga menyebabkan kekosongan ruang atau vacuum
dalam kondensor. Karena kondensor berhubungan dengan badan
penguapan, maka dalam badan penguapan terjadi vacuum pula.
Pengembunan terjadi apabila uap jenuh pada suhu tertentu bersinggungan
dengan bahan yang mempunyai suhu lebih rendah. Adapun pemberian air
injeksi dimaksudkan untuk mendinginkan uap sehingga terjadi peristiwa
pengembunan. Tinggi bejana pengembunan dari permukaan tanah adalah
5 meter.
Dalam kondensor terjadi pertemuan antara uap nira dari badan penguap
akhir dengan air injeksi yang suhunya rendah (±37oC) sehingga terjadi
kondensasi dengan suhu air jatuhan sekitar (±45-55oC), sedangkan gas
yang tak terembunkan dipompa oleh pompa vacum.
d. Alat pengeluaran air embun
Alat pengeluaran air embun (kondensat) dari badan evaporator berupa
pipa yang dihubungkan ke receiver. Dari receiver, kondensat yang masih
mengandung gula yaitu kondensat dari badan penguap III-IV disalurkan

78
ke tangki kondensat positif yang kemudian digunakan lagi untuk proses.
Sedangkan kondensat tidak mengandung gula (badan penguap I-II) akan
disalurkan ke tangki kondensat negatif yang dipakai untuk air pengisi
ketel. Air embun dari badan penguapan harus dikeluarkan dengan lancar
karena akan mempengaruhi vacuum dan proses penguapan tidak berjalan
sesuai SOP.

e. Evaporator
Penguapan (evaporation) adalah proses pemisahan campuran dengan
memanfaatkan perbedaan titik didih suatu fluida dan perubahan fase cair
menjadi uap, proses ini berlangsung jika dalam zat cair (nira) diberikan
energi panas, sehingga akan terjadi perbedaan suhu yang merupakan
faktor penting dalam proses penguapan. cairan akan mengalir di dalam
pipa sementara uap (steam) mengalir di dalam shell. Di Dalam tabung,
cairan akan mendidih dan uap yang timbul bergerak membawa cairan ke
atas. Pada tahap ini, akan terjadi sirkulasi cairan yang disebabkan oleh
perbedaan fasa antara fluida yang terdiri dari campuran uap-cair dengan
cairan yang berada di bagian luar pipa. Pada bagian atas pipa terdapat
ruang (bejana uap) yang berperan memisahkan cairan dengan uap. Proses
pemisahan antara uap dengan cairan dalam ruang uap dimana uap akan
keluar melalui saluran atas sementara cairan akan keluar melalui saluran
di bagian bawah bejana, selanjutnya akan bersirkulasi kembali melalui
pipa-pipa.

79
Gambar 45 Badan Penguapan
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022

F. Stasiun Masakan

Gambar 46 Flowsheet ST.Masakan


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
Masakan adalah proses pengambilan gula/sukrosa dalam bentuk
larutan menjadi bentuk kristal dengan jumlah yang maksimal serta
meminimalkan kehilangan gula. Pada stasiun masakan terjadi proses
penguapan lanjutan dari penguapan yang dilakukan oleh pan-pan penguapan.
Nira kental akan berkurang jumlahnya saat dimasak di pan-pan masakan,
karena sebagian besar mengkristal menjadi butir-butir gula.

80
Nira kental yang diproses dalam masakan tidak sepenuhnya dapat
diubah menjadi kristal, tetapi harus dilaksanakan dalam beberapa kali tingkat
pemasakan yang biasa disebut masakan A, masakan C, masakan D, dan
seterusnya tergantung mutu tebu. Sedangkan zat cair sisanya disebut stroop
yang tidak dapat mengkristal lebih lanjut dan terdiri dari sukrosa, gula reduksi
dan zat-zat bukan gula. Agar proses kristalisasi berjalan dengan cepat maka
dilakukan pada ruang hampa udara (vacuum).
Kristalisasi adalah proses pengambilan gula sebanyak-banyaknya dari
larutan induknya dalam bentuk kristal sukrosa. Prinsip dari pengkristalan
sukrosa itu adalah apabila larutan encer sukrosa dinaikkan konsentrasinya
dengan jalan menguapkan airnya sehingga lama-kelamaan akan mencapai
kejenuhan dan apabila penguapan dilanjutkan maka sukrosa akan menjadi
kristal.

Tujuan pengkristalan gula adalah sebagai berikut :


1. Mengubah sukrosa dalam larutan membentuk kristal gula agar diperoleh
kristal gula sebanyak-banyaknya dan sisa gula dalam tetes sekecilnya
2. Mendapatkan kristal gula yang dapat dengan mudah dipisahkan pada unit
putaran sehingga bisa diperoleh harga kemurnian yang tinggi.
3. Proses kristalisasi berlangsung sampai kadar gula atau sukrosa dalam
larutan nira menjadi rendah. Proses kristalisasi dimulai dengan membuat
semua pan masakan menjadi vacum sekitar 60 cmHg dengan begitu proses
kristalisasi dapat dilakukan dengan suhu yang tidak terlalu tinggi yaitu
sekitar 60 ͦ C, sehingga tidak akan merusak gula yang dihasilkan. Pan
masakan dijalankan dengan tenaga uap bekas pakai (exhaust steam) dari
stasiun gilingan dengan suhu uap sekitar 100-120 ͦC. uap panas dan uap
larutan sukrosa yang terbentuk dicairkan dalam kondensor dan menjadi air
jatuhan. Proses kristalisasi akan menghasilkan kristal gula dan molase
(Mohammad Yani dkk, 2012).

81
Ukuran standar diameter kristal gula sesuai tingkat kristalisasi dan HK
masakan turunan yaitu :
a. Gula A : 0,9-1,1 mm, HK Masakan A turun 85,0
b. Gula B : 0,8-1,0 mm, HK masakan B turun 80,0
c. Gula C : 0,5- 0,6 mm, HK masakan C turun 73,0
d. Gula D : 0,3 mm, HK masakan D turun 58,0-60,0
Dalam stasiun masakan terdapat beberapa macam tingkat masak
berdasarkan pada kemurnian (HK) nira kental yaitu:
a. Pola masak A, B, C, dan D HK bahan ≥85,0
b. Pola masak A, B, C dan D HK bahan ≥79,0≤84,0
c. Pola masak A,C, D HK Bahan ≥73,0≤78,0
d. Pola masak A,D HK bahan <73,0
(Sonni Harsono, 2011)
Pola masak merupakan pola siklus tertutup. Dengan inputan
nira kental dan outputnya adalah gula produk dan tetes. Pada PG
Takalar pola masakan yang digunakan adalah pola masak A,C,D.
Dimana masak A sebagai produk, masak C sebagai bibit masakan A
dan masakan D sebagai bibit masak C. adapun jumlah pan yang ada di
PG Takalar ini ada 6.
Pada masakan A, bahan yang digunakan yaitu nira kental yang
ditambah dengan klare SHS, leburan, dan juga bibit C, bahan-bahan
tersebut dipekatkan sampai konsentrasi dan kejenuhan tertentu
kemudian ditambahkan bibitan gula C, setelah bibitan rapat dan larutan
induk sekeliling kristal sudah tipis baru ditambahkan nira kental
tersulfitir secara bertahap. Dalam penambahan nira kental ini perlu
dijaga kejenuhannya pada daerah pembesaran kristal, sehingga larutan
sukrosa yang ditambahkan menempel pada kristal bibitan. Bibitan ini
kemudian digunakan sebagai bibit untuk masakan A selanjutnya
masakan A tersebut diturunkan ke dalam palung pendingin masakan A
sekitar 1-2 jam sebelum nantinya akan diputar pada stasiun putaran

82
dimana hasil pemutaran tersebut berupa gula A dan stroop A (yang
digunakan sebagai bahan masakan C) gula A diputar kembali
menghasilkan gula produk (SHS) dan klare SHS.
Berikutnya yaitu masakan C, dimana pan pada masakan C
bahan yang digunakan adalah troop A, kemudian dipekatkan sampai
konsentrasi dan kejenuhan tertentu, kemudian bibitan gula dimasukkan
kedalam pan ini. setelah kristal gula C rapat dan larutan induk
sekeliling kristal sudah tipis baru ditambahkan stroop A secara
bertahap guna membantu dalam pembesaran kristal gulanya.
Selanjutnya hasil masakan C akan diturunkan ke dalam palung
pendingin masakan C selama 3-4 jam sebelum di putar pada LGF-C
untuk memberikan kristalisasi lanjutan. Kemudian hasil masakan C ini
akan dibawa menuju putaran yang akan menghasilkan gula C dan
stroop C yang akan digunakan sebagai bahan masakan D.
Pada masakan D bahan bakunya terdiri atas stroop A, stroop C,
dan klare D. Dalam penambahan bahan-bahan kejenuhan dijaga pada
area pembesaran kristal, sehingga larutan sukrosa yang ditambahkan
menempel pada kristal bibitan. Bahan dasar masakan DII adalah stroop
A, Stroop C dan fondan. Bibitan DII kemudian digunakan sebagai bibit
untuk masakan DI. Selanjutnya bibit masakan D kemudian dibesarkan
dengan penambahan stroop A, stroop C, dan klare DII secara bertahap
pada masakan ini. Selanjutnya masakan D diturunkan menuju ke
dalam palung pendingin masakan D sekitar 36-48 jam sebelum
akhirnya dibawah ke st.putaran untuk menghasilkan output gula DI
dan tetes. Produk gula DI adalah bibitan D yang kemudian diputar
Kembali dan menghasilkan gula DII dan klare D2.

83
Gambar 47 Pan Masakan
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
G. Stasiun Putaran

Gambar 48 Flowsheet ST.Putaran


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022

Setelah melewati stasiun kristalisasi, proses selanjutnya adalah pada


stasiun putaran pabrik gula. Proses pada stasiun ini bertujuan untuk
memisahkan kristal yang terbentuk di masakan dari cairan yang ada. Cairan
tersebut bisa merupakan tetes, stroop, atau klare. Tetes tidak digunakan lagi di
proses pembuatan gula, tetapi digunakan sebagai bahan baku industri lain,
seperti industri pembuatan spiritus dan MSG. Sedangkan stroop dan klare
diproses kembali dimasakan.
Stasiun putaran berfungsi sebagai tempat memisahkan kristal gula
dengan non kristal atau tempat berlangsungnya proses pemisahan kristal-
kristal gula yang terdapat dalam masakan dengan larutan induknya. Proses
pemisahan ini menggunakan alat High Grade Fugal (HGF) untuk masakan A

84
dan Low Grade Fugal (LGF) untuk masakan C dan masakan D. Konstruksi
dari putaran ini terdiri dari basket/ tromol yang dilengkapi dengan saringan.
Dalam pemisahan campuran ini digunakan sistem penyaringan yang
mekanismenya menggunakan gaya sentrifugal. Dengan adanya gaya
sentrifugal benda akan terlempar menjauhi pusat,tetapi karena adanya
penyaring maka kristal gula akan tertahan, sedangkan stroop akan keluar
melalui lubang-lubang saringan (Irvan Kusfari 2015).
Kristal gula yang telah terbentuk sesuai dengan ukuran ketentuan yang
diharapkan dinamakan dengan masakan tua. Tujuan dari masakan tua adalah
melanjutkan penguapan masakan dalam pan kristalisasi tanpa penambahan
larutan baru untuk menghindari terjadinya pembentukan kristal palsu.
Penurunan masakan dimulai dengan menutup uap panas, kemudian
menghilangkan tekanan hampa. Penghilangan tekanan hampa dilakukan
dengan membuat hubungan pan masakan, maka tekanan udara didalam pan
naik dan tekanan vakum hilang. (Suprapto, 2006).
Alat pada stasiun Putaran ini terbagi atas 3 buah putaran dimana
masing masing putaran membawahi bagiannya dari stasiun masakan yaitu
Putaran A dan SHS, Putaran C, dan Putaran D.
1. Putaran A dan Putaran SHS
Putaran A berfungsi untuk memisahkan gula A dengan stroop A,
sedangkan putaran SHS berfungsi untuk memisahkan gula SHS dengan
klare SHS. Masing- masing putaran mempunyai wadah/basket yang
berbentuk silindris dengan dua lapisan saringan yaitu working screen dan
backing screen. Putaran HGF dalam pengoperasiannya mempunyai 4
tingkat kecepatan yang berbeda. Perputaran ini diatur oleh timer yang
mengatur lamanya putaran tiap-tiap tingkat. Tingkat putaran pertama
adalah pengisian, kedua adalah putaran kerja, ketiga saat pembilasan
dengan uap dan air, dan keempat adalah scraping.
Hasil dari putaran A kemudian ditampung dan dialirkan ke dalam feed
mixer, dan berikutnya dialirkan kedalam puteran SHS. Sedangkan klare A

85
ditampung dan dipompa ke dalam pan masakan untuk dimasak kembali.
Setelah selesai satu siklus,putaran akan berkurang dengan bantuan
pengereman secara hidrolis yang terdapat dibawah motor utama.hasil dari
putaran ini berupa gula SHS dan klare SHS. Saat penutup atas akan
membuka dan skrap gula yang digerakkan secara hidrolis turun, gula yang
telah diputar akan mengalir turun. Gula ini masih agak basah dengan kadar
air 0,5 – 1,5% dan kemudian akan dilewatkan menuju talang goyang yang
kemudian dikeringkan. Saat skrap tersebut turun, discharge valve dibuka
dan kemudian diproses pengisian tingkat pertama terulang kembali.
Putaran HGF bekerja secara otomatis dan terus menerus sesuai dengan
penyetelan siklus.
Putaran A/SHS menggunakan High Grade Fugal (HGF) yang
beroperasi secara discontinue, setiap siklus kerja melalui beberapa tahap
yaitu pengisian masakan kedalam basket pada rpm rendah, perpindahan
rpm dari putaran rendah ke putaran tinggi, pencucian gula dengan air
siraman, pengeringan gula dalam basket, perpindahan rpm dari putaran
tinggi ke putaran rendah, penggeraman dan penyerapan gula. RPM
maksimum pada HGF sekitar 1100 rpm. (Ahmad Effendi,2008).
SHS merupakan singkatan dari super high sugar putaran SHS
merupakan putaran yang akan menghasilkan gula produk. Gula yang
dihasilkan dari putaran ini mencapai nilai kemurnian tertinggi yaitu 99,
karena sudah mengalami dua kali putaran hasil sampingnya yaitu klare
SHS memiliki HK 87. Gula A yang sudah ditambah air dan di mixer
kemudian diturunkan keputaran SHS, sistem dan cara kerjanya sama
dengan putaran A, dengan sistem discontinue dan adanya penambahan air
serta steam. Saringannya juga memiliki karakteristik yang sama.

86
Gambar 49 Putaran A dan SHS
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
2. Putaran C
Putaran C digunakan untuk memisahkan gula C dari stroop C. Sebelum
putaran beroperasional, dilakukan pengontrolan terlebih dahulu terhadap
motor penggerak,keadaan pompa minyak, dan kondisi perangkat putaran
lainnya. Putaran dioperasikan hingga motor penggerak mesin bergerak
stabil dan konstan. Katup pengisian dibuka perlahan-lahan hingga
penambahan tidak menimbulkan goncangan basket. Dengan adanya gaya
sentrifugal dan basket berbentuk kerucut, maka kristal gula dalam masakan
akan bergerak naik, sedangkan larutannya (stroop, klare, atau tetes) akan
menembus saringan melalui pipa pengeluaran menuju bak penampung.
Operasional low grade fugal (LGF) diawali dengan diputarnya terlebih
dahulu LGF pada saat keadaan kosong selama 1 jam. Kemudian air pelicin
atau pengencer dialirkan terlebih dahulu sebelum memasukkan bahan.
Setelah itu, gula yang berada pada leher feed mixer yang menggumpal
usahakan dikeluarkan dan jangan dimasukkan ke LGF, karena dapat
menghambat proses pemutaran. Setelah aliran pemasukan sudah homogen
atau tidak merongkol baru bahan dimasukkan ke LGF bersamaan dengan
air. Masakan C dimasukkan kedalam LGF C yang sedang berputar dan
diberi air siraman.
Dengan adanya gaya sentrifugal makan kristal-kristal gula C akan
tertahan pada permukaan saringan. Selanjutnya gula C akan turun dan

87
masuk ke dalam mixer gula C. setelah diberi air maka gula tersebut akan
dipompakan ke dalam peti bibitangula C dan digunakan sebagai bibit
masakan A dan bila gula C dilebur akan digunakan sebagai bahan masakan
A.

Gambar 50 Putaran C
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
3. Putaran D
Gula pada putaran gula D akan diturunkan ke palung 6 dan 7 lalu ke 8 dan
11 yang kemudian akan dibawah menuju ke reheater dengan tujuan untuk
memanaskan gula dengan suhu 55˚C sebelum akhirnya menuju ke low
grade, apabila gula tersebut dingin, maka hal ini akan menyebabkan
rusaknya saringan. Setelah dari reheater, gula kemudian masuk ke feed
mixer lalu akan diputar pad agloe grade. Putaran D terdiri dari 2 bagian
yaitu putaran D1 dan D2, seluruh putaran ini bekerja secara continue
dengan kecepatan putaran 1000-1200 rpm pada LGF-DI dan LGF-DII pada
tahap putaran pertama akan dihasilkan gula DI dan tetes (final molasses)
gula DI setelah diberi air pada mixer gula DI akan dilakukan lagi proses
pemutaran pada LGF DII. Sedangkan tetesnya akan dimasukkan kedalam
tangki penampung.
Tahapan pemutaran kedua gula DI di putaran pada LGF-DII akan
dihasilkan gula DII dan klare D, Klare D digunakan sebagai bahan

88
masakan D sedangkan gula DII digunakan sebagai bahan pembuatan bibit
masakan C dan bila dilebur digunakan sebagai bahan masakan A.
Putaran D2 akan menghasilkan kristal (gula D2) dan non kristal
(klare). Gula D2 akan dimasukkan kedalam peti einwurf untuk menjadi
bahan masakan C. Gula D2 ini juga dinamakan bibitan D. Tetes yang
dihasilkan dalam stasiun ini mengandung sukrosa, gula invert, garam -
garam dan bahan non gula. Tetes bersifat asam dan mempunyai pH 5,5–5,6
yang disebabkan oleh adanya asam–asam organik bebas dan mempunyai
HK yang sangat rendah sebesar 31 sehingga sukrosa dalam tetes
merupakan komponen yang sudah tidak dapat dikristalkan dalam proses
masakan, karena jika dimasak akan menyebabkan kristalisasi yang lambat
dengan hasil yang lembek.

Gambar 51 Putaran D
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022

H. Stasiun Pengemasan

Gambar 52 Flowsheet ST.Pengemasan

89
Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
Stasiun pengemasan merupakan stasiun terakhir yang dilalui oleh gula
sebelum kemudian dilakukan penyimpanan kegudang serta dilakukan
pemasaran. Namun, sebelum melalui proses pengemasan, terlebih dahulu gula
akan diturunkan menuju talang goyang, setelah itu gula yang telah melalui
talang goyang kemudian menuju ke sugar dryer dan sugar cooler untuk
dikeringkan serta didinginkan. Lalu gula akan melewati saringan untuk
memisahkan gula yang berukuran >1,2. Pada proses ini biasanya dihasilkan
yang namanya debu gula. Debu gula yang dihasilkan nantinya akan masuk
pada leburan yang nantinya akan Kembali masuk pada peti 9 untuk Kembali
dilakukan proses kristalisasi. Setelah melalui tahap tersebut gula akan
dibawah menuju ke sugar bin untuk kemudian dilakukan pengemasan. Pada
PG. Takalar terdapat 2 jenis kemasan gula jakni kemasan 50 kg dan kemasan
1 kg. Kemasan karung tersebut akan dilabeli tanggal produksi dan akan ditulis
pada hari pengemasan itu juga serta tertulis tanggal kadaluarsanya.
Kemasan adalah tempat atau wadah yang digunakan untuk mengemas
suatu produk, yang telah dilengkapi dengan tulisan, label dan keterangan lain
yang menjelaskan isi, kegunaan lain-lainnya yang dirasa perlu disampaikan
kepada konsumen. Pengemasan atau packaging bertujuan untuk tetap menjaga
kualitas gula. Menurut Syarief (1989), pengemasan pada makanan umumnya
bertujuan melindungi makanan tersebut dari kerusakan fisik, mekanik,
biologi, kimia dan mikrobiologi. Pada pengemasan terjadi penghambatan
pertukaran udara dalam kemasan yang bertujuan untuk menekan laju respirasi
serendah mungkin karena adanya permeabilitas plastik yang digunakan
(Rosalina, Yessy, 2011).
Gula produk yang telah dikarungi harus memenuhi syarat standar
kristal sebelum masuk ke dalam gudang gula. Daya tahan gula tergantung dari
kadar air yang dikandung, maka gula yang masuk harus memenuhi syarat :
a. Gula harus kering (FTS; 0,3)
b. Berat jenis butir harus sesuai standar

90
c. Gula sudah ditimbang
d. Jahitan karung harus kuat dan tidak bocor
e. Bersih dari kotoran dan warna gula harus sesuai dengan warna P3GI
Adapun hal-hal yang dalam gudang yang perlu diketahui yaitu :
1) Lantai gudang harus kuat untuk menerima beban dan dapat menahan
naiknya air sehingga tetap kering
2) Atap gudang tidak ada yang bocor
3) Dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan hygrometer untuk
mengukur kelembaban udara.
4) Daya menampung seluruh produksi (tahun ini maupun sisa tahun lalu
yang belum dipasarkan).

Gambar 53 Pengemasan 50 kg dan 1 kg


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022

I. Analisa Laboratorium
Laboratorium yang ada di pabrik gula memegang peranan penting
dalam proses pengolahan tebu menjadi gula, karena hasil analisis
laboratorium sehingga dapat diketahui keadaanya dari bahan baku dan proses
nya. Dari angka-angka tersebut dapat digunakan sebagai data pengawasan
selama proses pengolahan gula. Di pabrik gula Takalar ini ada beberapa jenis
analisa yang dilakukan yaitu, analisa gilingan I-IV, analisa nira mentah (NM)
I-II, analisa nira tapis (NT), nira encer (NE), nira kental penguapan (NKP),

91
nira kental sulfitasi (NKS) yang dilakukan setiap jam. Analisa ampas, analisa
blotong dan analisa tetes yang dilakukan 2 jam sekali. Analisa masakan A.C
dan D, analisa klare, analisa strop A,C dan D dilakukan 1 kali dalam satu
shift. Namun umumnya analisa yang dilakukan untuk mengetahui kadar pol,
brix, dan HK.
1. Penentuan Brix
Brix ialah zat padat kering terlarut yang dihitung sebagai sukrosa. Zat
yang terlarut seperti gula (sukrosa, glukosa, fruktosa, dan lain-lain) atau
garam-garam klorida atau sulfat dari kalium, natrium, kalsium, dan lain-
lain. Satuan brix merupakan satuan yang digunakan untuk menunjukkan
kadar gula yang terlarut dalam suatu larutan. Semakin tinggi derajat brix
nya maka semakin manis larutan tersebut. Nama alat ukur yang digunakan
untuk mengukur brix adalah refraktometer. Refraktometer adalah sebuah
alat yang digunakan untuk mengukur brix atau padatan yang terlarut
dalam suatu larutan. Pengukuran dilakukan dengan meneteskan nira pada
kaca dan angka brix nira atau padatan terlarut dalam suatu larutan.
Pengukuran dilakukan dengan meneteskan nira pada sensor kaca dan
angka brix dapat segera dibaca hasilnya. Pada nira, padatan terlarut terdiri
atas gula dan bukan gula (Putriana, 2013).

1) Berikut cara untuk menentukan kadar brix NKP dan NKS, dalam
analisa lab:
a) Sampel ditimbang sebanyak 50 gram kemudian ditambahkan
dengan 100 gram air.
b) sampel yang telah dicampur kemudian di masukkan beberapa tetes
ke kaca refractometer
c) kemudian nilainya akan muncul dengan sendirinya.
2) Berikut cara untuk menentukan kadar brix NE, NT analisa gilingan I-
IV, NMI-II, , dalam analisa lab:

92
a) sampel dimasukkan beberapa tetes ke kaca refraktometer, yang
kemudian nilainya akan muncul dengan sendirinya.
Disamping mengukur brix dilakukan juga pengukuran pH dan
pengukuran suhu pada sampel
3) Berikut cara untuk menentukan kadar brix pada analisa masakan:
a) Sampel ditimbang sebanyak 150 gram ditambah dengan 1350
gram air kemudian dilarutkan.
b) Kemudian dimasukkan kedalam tabung MOHL hingga penuh dan
di masukkan alat ukur dari MOHL tersebut sebagai pembaca brix
nya.
4) Berikut cara untuk menentukan kadar brix pada analisa tetes masakan:
a) Sampel ditimbang sebanyak 15 gram kemudian ditambahkan
dengan air sebanyak 135 gram air
b) sampel yang telah dicampur kemudian di masukkan beberapa tetes
ke kaca refractometer
c) kemudian nilainya akan muncul dengan sendirinya.

Berikut rumus perhitungan :

%brix=brix pembacaan+ koreksi suhu

Untuk rumus HK (Harkat Kemurnian)

% brix
HK = ×100
% pol

93
Gambar 54 Refraktometer Gambar 55 Alat pengukur pH dan
suhu
Sumber: pabrik gula Takalar, 2022
Sumber: pabrik Gula Takalar, 2022

2. Penentuan kadar pol


Pol tebu merupakan parameter yang menunjukkan tingkat kandungan
gula (sukrosa) dalam tebu. Nilai pol tebu mengindikasikan potensi
kandungan gula dan sekaligus pembatas dari perolehan rendemen gula
pabrik. Walaupun pabrik bekerja secara efisien tetapi jika tebu digiling
dan menghasilkan nilai pol yang rendah, maka rendemen gula yang
dihasilkan juga terbatas. Nilai Pol Tebu merupakan hasil capaian dari
aktivitas kebun dan manajemen tebang angkut, (Subiyanto, 2016). Adapun
alat yang digunakan dalam pengukuran pol adalah polarimeter. Polarisasi
merupakan ukuran kadar sukrosa sebagai komponen utama GKP. Semakin
tinggi kadar polarisasi, maka akan semakin tinggi tingkat kemurnian 54
gula tersebut (Rahayu, 2014)

Berikut cara mengukur pol dalam lab analisa :


a. sampel di isi ke dalam labu takar sampai batas tera yang kemudian
ditambahkan dengan asam asetat sebanyak 5 ml dan aquades 5 ml atau
sampai batas.
b. Kemudian labu ukur di kocok agar semua sampel tercampur rata.

94
c. Sampel dalam labu takar dituang kedalam kertas saring
d. Setelah sampel tersaring, kemudian dimasukkan kedalam tabung pol 2
dm untuk mengukur pol menggunakan polarimeter.

Rumus menghitung pol:

28,6 × pembacaan pol ×100


%pol=
bjbrix

Untuk rumus HK (Harkat Kemurnian):

% brix
HK = ×100
% pol

Gambar 56 Polarimeter

Sumber: Pabrik Gula Takalar, 2022

3. Analisa bahan kering ampas


Analisa bahan kering bertujuan untuk mengetahui kandungan air
kekeringan ampas gilingan akhir. Prosedur kerja analisa ini meliputi:
1) Menimbang 1000 gram ampas

95
2) Masukkan ampas kedalam tahang pengering ampas
3) panaskan selama 1 (satu) jam dengan suhu sekitar 110oC – 130oC.
Perhitungan :

- Berat tahang + ampas sesudah dikeringkan = A gram

- Berat tahang = B gram _

- Berat bahan kering ampas (A-B) = C gram

C
C
x 100
1000 = 10
- Kadar bahan kering ampas

C
100−
- Kadar air ampas = 10

4. Analisa bahan kering blotong


Untuk mengetahui kekeringan / kandungan air dalam blotong.
Prosedur kerja analisa ini meliputi :
i. Menimbang 20 gram blotong pada kurs porselin yang telah diketahui
tarranya.
ii. Dikeringkan selama 4 jam pada suhu 102 oC s/d 105 oC.
iii. Kemudian dinginkan pada eksikator
Bahan kering = (Berat kurs porselin dan blotong – tarra kurs porselin) x 5

5. Analisa icumsa larutan gula


Mengetahui icumsa / warna dari larutan gula. Prosedur kerja analisa ini
meliputi:
1) Timbang 50 gram gula dalam gelas kimia 250 ml dengan timbangan
analitik dan + 50 ml aquades.
2) Letakkan pengaduk elektrik untuk dilarutkan sampai homogen dan + 2
gram kieselguhr.
3) Saringlah dengan labu Erlenmeyer bercucuk dan pompa vacuum
dijalankan .
4) Filtrat diukur pHnya sampai pH netral = 7 dengan + NaOH 0,01 N atau

96
NaOH 0,1 N dan HCl 0,01 N atau HCL 0,1 N.
5) Pipet 5 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi untuk diukur
absorbansinya dengan panjang gelombang 420
6) Ukurlah brix direfraktometer dan catat hasil pengamatannya.
Brix setelah pH 7,0 periksa brix setelah dikoreksi1 =B
Tentukan berat jenis larutan dari table brix = S gr/ml
Tebal kolom cuvet diameter dalam = T cm
Absorbansinya dengan spektronik =A
Maka eksistensinya E = ( A/ B x S x T) x 100
Maka , Warna icumsa = E x 1000
Warna larutan gula merupakan salah satu parameter kualitas gula yang di
tinjau dari warna ICUMSA (IU), yaitu suatu parameter yang menunjukkan
kualitas warna gula dalam larutan. Sistem rating ini berdasarkan warna
gula yang dapat menunjukkan kemurnian dan banyaknya kotoran yang
terdapat dalam gula tersebut (Rahmalia,2012).

6. Analisa kadar phospat


Untuk mengetahui kadar / kandungan phospat dalam suatu nira. Prosedur
kerja analisa ini meliputi:
i. Cara Kerja Spectronic 2D
a) Panaskan alat tersebut selama 15 menit.
b) Kemudian atur panjang gelombang yang kita perlukan misalnya : 650,
maka kita harus merubah ( SET WAVE LENGTH ) sesuai yang kita
inginkan dan sebelum dipakai alat tersebut harus nol (zet zero).
ii. Pengamatan :
a) Kita masukkan larutan standart kedalam tabung reaksi kita ambil 2
macam
 1 tanpa reagent
 1 diberi reagent dan kita biarkan selama 7 menit.
b) Kemudian yang tanpa reagent kita amati dulu dan diseratuskan terlebih
dahulu (set full scale)
c) Kemudian diamati 1 yang diberi regent dan (dinolkan lagi)

97
d) Begitu juga untuk pengamatan phospat nira mentah.
e) Cara kerjanya sama seperti dengan larutan standart yang ada diatas.
iii. Pengamatan
a) Larutan Standart
i) Encerkan Merk Tritisol phospat no. 9370 menjadi 1 liter dalam
labu takar 1000 ml.
ii) Kadar yang diperoleh adalah 1000 ppm PO4 = 1494,7 ppm P2O5.
iii) Pipet ½ ml larutan standart tersebut.
iv) Encerkan menjadi 1000 ml.
v) Kadar yang diperoleh adalah : 0,7474735 = 0,75 ppm P2O5.
b) nira encer atau nira mentah
i) Nira encer + Kieselguur kemudian diendapkan
ii) Pipet ½ ml nira encer dan diencerkan menjadi 100 ml dalam labu
takar 100 ml
iii) Saringlah.
iv. Pengukuran
Larutan Standart
a) 5 ml larutan standart dibubuhi 2 tetes P-1 A dan 2 tetes P-2 A.
b) Biarkan selama 7 menit
c) Ukur absorbensinya pada 650 mm
d) Misalkan diperoleh nilai A1.
Larutan Contoh

a) 2 tetes P-1 A dan 2 tetes P-2 A.


b) Biarkan selama 7 menit
c) Ukur absorbensi pada 650 nm
d) Misalkan diperoleh A2.
v. Perhitungan :
C2 = (A2 / A1) x 0,75 x 100
= (A2 / A1)

98
= 150 ppm P2O5.
J. Limbah Pabrik
1. Limbah cair
Limbah cair pada pabrik gula berasal dari larutan gula dari pipa-pipa
yang langsung masuk ke selokan yaitu berupa terbawanya minyak
pelumas atau bahan bakar dari air buangan, air cucian dari evaporator, air
injeksi kondensor, air pembersihan ketel, air pendinginan ketel, air
pendingin mesin pabrik. Limbah cair yang memasuki lingkungan sekitar
pabrik diupayakan memenuhi baku mutu air buangan industri sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Kadar polutan bahan organik yang diukur
dengan menggunakan parameter BOD dan COD dapat diturunkan hingga
memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. BOD adalah jumlah oksigen
yang dibutuhkan untuk menstabilkan bahan organik selama aktivitas
bakteri aerob berlangsung. Nilai-nilai BOD rendah maka pencemaran
rendah, sehingga kebutuhan oksigen rendah. COD merupakan jumlah
oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik dalam air
secara kimia. Apabila cod rendah maka pencemaran limbah tersebut
rendah.
Penanganan limbah cair dilakukan secara terpadu artinya dilakukan
secara eksternal dan internal. Penanganan internal yaitu meliputi
minimalisasi limbah, pemisahan air berpolutan, pencegahan polutan padat
masuk dalam air, daur ulang polutan yang bisa diproses. Penanganan
eksternal yaitu dengan melewatkan air berpolutan melalui uplc, dengan
menjaga agar jumlah limbah sekecil mungkin da kadar polutan sekecil
mungkin diharapkan tidak akan mencemari lingkungan. Sistem uplc (unit
pengolahan limbah cair) bekerja secara biologis dengan aerasi lanjut
(SAL/PSUL93-3). Pada sistem ini bahan organik sebagai polutan akan
didegradasi oleh mikroba menjadi COA+H20+energi dengan bantuan
oksigen.

99
Adapun upaya yang dilakukan pada penampungan limbah cair yaitu
limbah cair tersebut diendapkan kemudian dialirkan. Selain itu
penampungan limbah juga ada yang diberi kapur agar Ph nya naik dan
mengurangi bau menyengat pada limbah cair tersebut, selain itu kapur
tersebut juga berfungsi untuk mempercepat pengendapan. Adapun
pemanfaatan dari limbah cair ini yaitu mengairi tanaman.

Gambar 57 Limbah Cair Pabrik


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022
2. Limbah blotong
Blotong dihasilkan dari stasiun pemurnian yang merupakan kotoran
kotoran nira yang mengendap yang mengandung bahan organik dan
anorganik. Blotong dimanfaatkan oleh petani dan warna secara gratis
dengan mengikuti prosedur pengambilan. Blotong digunakan sebagai
bahan untuk diolah menjadi pupuk kompos.

Gambar 58 Limbah Blotong


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022

100
3. Limbah ampas tebu
Ampas tebu merupakan hasil akhir dari stasiun gilingan, ampas yang
dihasilkan sekitar 13% dari berat tebu yang digiling. Ampas kaya serat
selulosa sekitar 50%, zat lilin, zat lignin dan pektin. Ampas yang
dihasilkan setelah mengalami pengeringan dimasukkan ke dalam boiler
sebagai bahan bakar.

Gambar 59 Ampas tebu


Sumber : Pabrik Gula Takalar, 2022

101
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Proses pengolahan tebu menjadi gula dimulai dengan penimbangan tebu lalu
masuk ke cane yard. Di cane yard tebu di bongkar dari alat angkutnya sebelum masuk
ke cane table. Tebu pada cane table masuk ke cane cutter. Di cane cutter 1 dan 2 tebu
di cacah dan masuk ke unigrator. Setelah di unigrator, tebu diangkut menggunakan
cane elevator/cane carrier menuju ke stasiun gilingan. Tebu menuju gilingan I hingga
gilingan IV. Nira hasil stasiun gilingan akan menuju stasiun pemurnian. Sedangkan
ampas hasil gilingan akan menuju stasiun boiler.Di stasiun pemurnian dilakukan
pemisahan kotoran yang terdapat pada nira sebanyak-banyaknya tanpa merusak gula
(sucrose) maupun gula reduksi. Diawali dengan penyaringan untuk memisahkan
ampas halus. Kemudian dilakukan penimbangan nira mentah. Setelah penimbangan
dilanjutkan dengan pemanasan pertama di Juice Heater 1 sampai temperature 70-
75°C. Lalu proses defekasi dan sulfitasi. Proses defekasi dilakukan 2 kali. Proses
defekasi pertama dengan penambahan kapur sampai pH 7,2 – 7,4. Sedangkan proses
defekasi kedua juga dilakukan penambahan susu kapur hingga pH mencapai 8,5.
Setelah itu masuk ke tangki sulfur tower, suhu dinaikkan ke titik didih 105°C.
Kemudian menuju ke Juice Heater 2 dipanaskan hingga temperature 105-110°C,
bertujuan untuk selain membunuh mikroba juga untuk mempermudah proses
pengendapan pada door clarifier. Lalu , dari Juice Heater 2 menuju ke Flash Tank
untuk mengeluarkan gas-gas yang ada dalam nira kemudian ke snowballing untuk
ditambahkan flokulan untuk mempercepat dan mempermudah pengendapan.
Selanjutnya ke DC (Door Clarifier) yang ditujukan sebagai tempat pengendapan.
Hasil akhir dari door clarifier ialah dihasilkannya nira encer dan nira kotor.
Nira encer selanjutnya akan masuk ke penguapan. Sedangkan nira kotor akan
menuju tangki nira kotor yang selanjutnya akan dipompa menuju Rotary Vacuum
Filter (RVF). Stasiun penguapan bertujuan untuk menghilangkan/menguapkan air
yang terdapat dalam nira jernih. Walaupun ada enam buah badan evaporator, namun
hanya empat badan saja yang digunakan. Dua badan evaporator dijadikan cadangan.

102
Stasiun masakan juga disebut dengan stasiun kristalisasi yang dimana nira kental
yang telah diuapkan akan dikristalkan sehingga menjadi gula. PG Takalar
menggunakan masakan 3 tingkat (A, C, dan D). Untuk keperluan masakan/kristalisasi
menggunakan 6 pan masakan dengan rincian 3 buah untuk masakan A, 1 buah untuk
masakan A/C, 1 buah untuk masakan C/D dan 1 lagi Untuk masakan D. Stasiun
putaran, bertujuan untuk pemisahan kristal gula dan non- kristal. Pada masakan A
menggunakan alat High Grade Fugal (HGF), sedangkan untuk masakan C dan
masakan D menggunakan Low Grade Fugal (LGF). Gula produk yang dihasilkan
pada stasiun putaran akan di keringkan dan disaring kemudian menuju sugar bin dan
dikemas. Di Pabrik Gula Takalar pengemasan dilakukan dengan karung sak dengan
berat 50 kg netto dan dikemas per 1 kg dan dikemas dalam kardus sebanyak 24 kg.

5.2 Saran
Dalam kegiatan Praktek Industri ada beberapa saran yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
a. Kualitas tanaman tebu harus diperhatikan dengan memberikan pengarahan
kepada petani sehingga kualitas tebu yang digiling agar produksi gula yang
dihasilkan bernilai ekonomis tinggi.
b. Kurangnya penggunaan alat K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja ) dan
protokol kesehatan bagi tenaga kerja.
c. Peningkatan kebersihan di lingkungan pabrik produksi gula .
2. Bagi Mahasiswa
a. Menjaga tingkah laku ditempat praktek industri.
b. Mahasiswa dapat membangun kerjasama dengan karyawan di tempat
praktek industri.
c. Adanya inisiatif dari mahasiswa agar lebih memahami apa yang dilakukan di
tempat praktek industri.

103
BAB 6. REFLEKSI DIRI
Menjadi peserta MBKM khususnya pada program Magang/Praktik Kerja
merupakan hal yang sangat baru bagi kami, banyak yang kami peroleh dari kegiatan
ini bukan hanya pengalaman, tetapi juga yang terpenting adalah pengetahuan.

104
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Muhsin, 2011. Pemanfaatan limbah hasil pengolahan blotong menjadi pupuk
organik. Fakultas teknologi industri. UPN Yogyakarta.
Budi, F.S. dan aprilina. 2009. Pembuatan Pupuk Fosfat dari Batuan Fosfat Alam
Secara Acidulasi. Universitas Diponegoro. Bandung, hlm 1.
Duan, Y. H., Y. L. Ye., Y. R. Fan., G. H. KALIu and Q.R., Shen. 2007. Responses of
Rices Cultivars with Different Nitrogen Use Efficiency to Partial Nitrate
Nutrition. Ann Bot 9:1153-1160.
Effendi, Achmad. 2008. Teknologi Gula. Jakarta : Bee Marketer Institute
Endang G. Lestari. 2011. Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam perbanyakan
Tanaman melalui Kultur Jaringan. Jurnal Biogen 7 (1): 63-6.
Jauhar , A., Arna Fariza S.kom, M.K, dkk. (2010). Penentuan waktu tebang tebuh
dengan menggunakan nilai analisa awal pada pabrik gula. Study kasus PG
pesantren baru kediri 2011.
Kusfari., 2015. Laporan Praktek Kerja Lapang I Alat Dan Proses Pengolahan Gula
di PTPN X PG. Djombang Baru. Program studi teknik kimia politeknik LPP
Yogyakarta.
Moerdokusumo. 1993. Pengawasan Kualitas dan Teknologi Pembuatan Gula di
Indonesia.
Penerbit ITB. Bandung.
Putriana. 2013. Cara penentuan kadar nilai Brix dalam tebuh. Jurnal Sains Dan
Teknologi Indonesia 3(5):1-10
Rahardjo, M. Dan Ekowisata, R. P. 2010. Pengaruh pupuk Urea, SP-36, KCl
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Temulawak (Curcuma kalianthorhiza Ro
kalib.). Jurnal Littri 16(3)c: hlm 98-105
Rahmalia. 2012. Turbidity detection using image processing. International converens
on computing, communication and automation.
Sampurno, A. dan A.N. Cahyani. 2015. Variasi jenis gula tebu terhadap. Derajat brix,
pH,
total asam, dan kesukaan panelis pada water kefir. Jurnal Teknologi Pangan
dan Hasil Pertanian. 11(2) : 34-39

105
Sonni Harsono. 2011. Selayang Pandang Pengetahuan Teknologi Gula. Pabrik Gula
Bone
Arasoe
Suprapto. 2006. Proses pengolahan dan nilai tambah. Penebar Swadaya. Jakarta
Syarief, R.S. Santausa dan B. Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.
Laboratorium
Rekayasa Proses Pangan Pusat Antar Universitas dan Gizi IPB. Bogor.
Widyantoro, M.R. 2014. Pengaruh pengolahan tanah dan pemberian bahan organik
(blotong dan abu ketel ) terhadap kemantapan agregat dan pertumbuhan
vegetatif awal tanaman tebu (saccharum officinarum L.). Skripsi. Universitas
Brawijaya Malang
Yani, M., Ikawati, P., & Mas Nandang,M. 2012. Penilaian Daur Hidup (Life Cycle
Assessment) Gula Pada Pabrik Gula Tebu. E-Jurnal Agroindustri Indonesia
Vol. 1 No. 1, p 60-67. ISSN: 2252-3324. Achadian EM, Kristini A, Margarey
RC, Sallam N, Samson P, Goebel F-R, Lonie K. 2011. Hama dan Penyakit
Tebu. Jakarta: P3GI, BSES & ACIAR.

106
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Lampiran Dokumentasi Kegiatan

Penggilingan tebuh pada analisa pendahuluan

Pengukuran ruas dan diameter sampel tebu

Analisa trash

107
Analisa tunggak

Perawatan alat dan mesin

pengairan

108
Stasiun pemasakan

Analisa laboratorium

Stasiun Penggilingan

109
Menerima materi dari mandor

Stasiun masakan

Proses kair

110
Proses pengemasan

Proses pengemasan

111
2. Lampiran Surat Permohonan Melaksanakan Program Magang/Praktek Kerja

112
113
3. Lampiran Surat Balasan Surat Permohonan Melaksanakan Program
Magang/Praktek Kerja Dari Pabrik

114

Anda mungkin juga menyukai