DINAS AMMONIA 1A
PT. PUPUK KUJANG CIKAMPEK
JAWA BARAT
Disusun Oleh:
Adli Azharuddin (14-2012-023)
Dosen Pembimbing:
Dicky Dermawan, S.T, M.T.
Pembimbing Lapangan:
Indra Indrarto
Catatan :
Pembimbing Lapangan
Indra Indrarto
ii
LEMBAR PENGESAHAN
TK-490 KERJA PRAKTIK
Catatan :
iii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .iIi
KATA PENGANTAR .v
DAFTAR ISI .vI
DAFTAR TABEL .viIi
DAFTAR GAMBAR .Ix
DAFTAR GAMBAR .x
BAB I PENDAHULUAN .1
1.1 Sejarah PT. Pupuk Kujang .1
1.2 Lokasi Pabrik .2
BAB II SPESIFIKASI BAHAN BAKU, PROKDUK, DAN PEMASARAN .4
2.1 Bahan Baku 4.
2.1.1 Bahan Baku Utama 4.
2.1.2 Bahan Baku Penunjung 4.
2.2 Produk 5.
BAB III DESKRIPSI UNIT PROSES .6
3.1 Proses Produksi Ammonia .7
3.1.1 Pemurnian Gas Alam . 7
3.1.2 Pembuatan Gas Sintesis .9
3.1.3 Pemurnian Gas Sintesis .11
3.1.4 Sintesis Ammonia .14
3.1.5 Refrigerasi dan Pemurnian Ammonia .14
3.1.6 Purge Gas Recovery Unit (PGRU) .15
3.2 Proses Produksi Urea .15
3.2.1 Sintesis Urea .15
3.2.2 Pemurnian Urea .17
3.2.3 Kristalisasi .19
3.2.4 Pembutiran . 20
3.2.5 Proses Recovery .20
BAB IV DESKRIPSI UNIT UTILITAS .22
4.1 Sistem Pengelolaan Air .22
4.2 Sistem Penyediaan Steam dan Listrik .24
4.3 Instrument Air / Plant Air (IA/PA) . 25
vi
4.4 Sistem Pengantongan .26
4.5 Sistem Pengolahan Limbah .26
BAB V DESKRIPSI MANAGEMEN .28
5.1 Struktur Organisasi .28
5.2 Peraturan Kerja, Penggajian Karyawan, dan Kesejahteraan Karyawan .28
5.3 Keselamatan Kerja .29
BAB VI PENUTUP .31
6.1 Kesimpulan .31
DAFTAR PUSTAKA .32
TUGAS KHUSUS .33
LAMPIRAN . 52
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
Laporan Umum 1
Laporan Kerja Praktik .
BAB I Pendahuluan PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
Sedangkan tata letak pabrik PT. Pupuk Kujang dapat dilihat pada Gambar 1.2
Laporan Umum 2
Laporan Kerja Praktik .
BAB I Pendahuluan PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
Keterangan Gambar :
A : Condenser & stripper L : Perluasan pretreatment dan demin
B : Udara instrumen M : Generator gas turbin Hitachi
C : Cooling tower untuk pabrik amonia N : Waste Heat Boiler
D : Control room urea dan amonia O : Reaktor sintesis urea
E : Pompa-pompa dan kompresor P : Pos penjagaan
F : Cooling tower untuk prilling tower Q : Bagian Mekanik
G : Prilling tower MO : Maintenance Office
H : Cooling tower untuk pabrik urea LAB : Laboratorium
I : Control room utility GM : Gas Metering
J : Generator KPK : Bagian Keselamatan Kerja dan
K : Pretreatment dan demin area Kebakaran
Laporan Umum 3
BAB II
KEBUTUHAN BAHAN BAKU DAN
SPESIFIKASI PRODUK
Laporan Umum 4
BAB II Kebutuhan Bahan Baku Laporan Kerja Praktik .
dan Spesifikasi Produk PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
2.2 Produk
Produksi utama PT. Pupuk Kujang adalah urea sedangkan produk antara berupa
amonia, karbon dioksida, dan produk samping adalah hidrogen dan gas karbon
monoksida. Produk tersebut didistribusikan seperti tertera pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Distribusi Produk PT. Pupuk Kujang
Sedangakn spesifikasi produk urea PT. Pupuk Kujang tertera pada Tabel 2.4
Tabel 2.4 Spesifikasi Produk Urea PT. Pupuk Kujang
Laporan Umum 5
BAB III
DESKRIPSI SISTEM PROSES
Sistem proses terbagi menjadi dua bagian yakni pembuatan amonia dan
pembuatan urea. Amonia disintesis dengan teknologi proses Kellog dan urea disintesis
dengan teknologi proses Mitsui Toatsu Total Recycle C-Improved. Pembuatan amonia
terdapat beberapa tahapan proses yakni pemurnian gas alam, pembuatan gas sintesis,
pemurnian gas sintesis, sintesis amonia, pemurnian dan refrigirasi amonia. Blok
diagram alir dari bahan baku hingga terbentuknya amonia tertera pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Block Flow Diagram (BFD) Plant Amonia 1A PT Pupuk Kujang
Sedangkan untuk pembuatan urea terdapat beberapa tahapan proses yakni sintesis urea,
pemurnian urea, kristalisasi, pembutiran (prilling), dan proses recovery. Diagram alir
proses pada pembuatan urea secara garis besar seperti yang tertera pada Gambar 3.2.
Laporan Umum 6
Laporan Kerja Praktik .
BAB III Deskripsi Sistem Proses PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
Gambar 3.2. Block Flow Diagram (BFD) Plant Urea 1A PT. Pupuk Kujang
Laporan Umum 7
Laporan Kerja Praktik .
BAB III Deskripsi Sistem Proses PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
Gambar 3.3 Process Flow Diagram (PFD) Plant Amonia 1A PT Pupuk Kujang
Laporan Umum 8
Laporan Kerja Praktik .
BAB III Deskripsi Sistem Proses PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
Tekanan dan temperatur gas alam yang keluar masih belum cukup tinggi agar
gas dapat diproses ke alat-alat berikutnya, maka gas ditekan dalam Feed Gas
Compressor 102-J hingga tekanannya mencapai 41 - 42 kg/cm2 dan dialirkan ke tube
yang berada di zona konvektif Fired Heater 101-B
c. Penghilangan Senyawa Sulfur (Desulfurisasi)
Senyawa sulfur merupakan racun bagi katalis di Primary dan Secondary
Reformer. Desulfurisasi dilakukan dua tahap, yaitu di Cobalt-Moly Hydrotreater 101-D
dan Zinc Oxyde Guard Chamber 108-D. Di dalam Cobalt-Moly Hidrotreater, senyawa
belerang direaksikan dengan gas hidrogen dari recycle gas synthesis menjadi H2S
dengan katalis Cobalt-Molybdenum sebanyak 28,3 m3. Reaksi ini dapat berjalan baik
pada temperatur berkisar 400 0C, maka gas alam perlu dipanaskan dalam zona konveksi
Primary Reformer.
RSH + H2 RH + H2S
RSR + H2 RH + RH + H2S
Suhu gas keluar sekitar 390 - 405 0C dan tekanannya 36 - 44 kg/cm2. Gas ini lalu
dimasukkan ke Zinc Oxide Guard Chamber untuk pengambilan H2S oleh ZnO di dalam
Chamber dengan katalis ZnO sebanyak 28,3 m3
H2S + ZnO ZnS + H2O
Laporan Umum 9
Laporan Kerja Praktik .
BAB III Deskripsi Sistem Proses PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
Mixing Zone atau Combustion Zone. Zona ini bertujuan untuk menghabiskan semua
oksigen dan sebagai sumber panas reaksi steam reforming yang akan terjadi di bagian
bawah 103-D
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O ∆H = -191.7 kcal/mol
2H2 + O2 2H2O ∆H = - 57.8 kcal/mol
Pada bagian bawah reaktor yakni Reaction Zone berupa packed bed yang terdiri
dari katalis nickel oxide. Pada zona ini reaksi endotermis dari reforming terjadi dengan
konversi CH4 93%
CH4 + H2O CO + 3H2 ∆H = + 49,3 kcal/mol
CO + H2O CO2 + H2 ∆H = - 9,8 kcal/mol
Kadar CH4 dalam gas yang keluar dari Secondary Reformer ini tinggal kira-kira
0,2 - 0,5% dry basis. Udara yang masuk ke Secondary Reformer berfungsi juga sebagai
penyuplai N2, maka perbandingan mol udara dan gas alam harus diatur supaya gas H2
dan N2 yang keluar mempunyai perbandingan mol yang tepat untuk umpan Ammonia
Converter yaitu 3:1. Gas panas yang keluar dari Secondary Reformer dengan
temperatur 930 - 950 0C dimanfaatkan untuk memproduksi steam bertekanan tinggi 110
kg/cm2 di Waste Heat Boiler 102-C dan 101-C sehingga suhu gas keluar turun menjadi
365 - 3800C. Temperatur ini adalah temperatur yang sesuai untuk reaksi Shift Converter.
b. Shift Converter
Untuk memproduksi urea, diperlukan gas CO2, oleh karena itu 11.93% dry basis
gas CO hasil dari 103-D perlu diubah menjadi CO2 di dalam Shift Converter 104-D pada
temperatur masuk sekitar 365 - 3800C dan tekanan 32 kg/cm2. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut:
CO + H2O CO2 + H2 ∆H = - 9,8 kcal/mol
Reaksi ini bersifat eksotermik dan dilakukan dalam dua tahapan. Bagian
terbesar reaksi (87% CO terkonversi) terjadi di High Temperatur Shift (HTS) Converter
yang berisikan katalis Fe-Cr. Hasil proses di HTS masih mengandung CO sebanyak
2.41% dry basis. Gas keluar pada temperatur 425 - 4400C dan tekanan 30 - 33 kg/cm2 .
Temperatur gas hasil HTS digunakan untuk pemanas di Shift Efluen Waste Heat Boiler
103-C dan sebagai pemanas gas umpan ke methanator di 104-C.
Untuk menyempurnakan pembentukan CO2, maka reaksi dilanjutkan pada Low
Temperatur Shift (LTS) Converter dengan katalis Cu sehingga gas CO yang terkandung
menjadi 0.24% dry basis. Gas yang keluar dari LTS mempunyai temperatur sekitar 205-
Laporan Umum 10
Laporan Kerja Praktik .
BAB III Deskripsi Sistem Proses PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
240 0C dan tekanan 28- 31 kg/cm2. Gas didinginkan pada 1114-C, 1105-C dan 1113-C
sampai 118oC. Proses pendinginan ini menghasilkan kondensat dan dipisahkan pada
102-F sebagai water/condensat removal.
Laporan Umum 11
Laporan Kerja Praktik .
BAB III Deskripsi Sistem Proses PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
Gas dari LTS yang masuk dari bagian bawah Absorber akan kontak dengan
larutan semi lean benfield yang akan menyerap sebagian besar dari gas CO2 yang ada,
kemudian sisa CO2 dalam gas akan diserap oleh larutan lean benfield. Temperatur dalam
Absorber adalah 70 - 1300C dan tekanannya sekitar 24 - 26 kg/cm2. Gas yang keluar
dari bagian atas Absorber diharapkan kadar CO2-nya di bawah 0,1% volume.
Temperatur gas ini kira-kira 70 - 760C.
Tekanan larutan rich benfield (larutan yang banyak mengandung CO2) perlu
diturunkan sebelum masuk stripper, maka larutan tersebut dialirkan melalui Turbin
Hydraulic. Turbin Hydraulic juga digunakan untuk menggerakkan impeller pompa
larutan semi lean benfield yang akan menuju Absorber. Untuk men-stripping CO2,
digunakan proses gas outlet LTS steam bertekanan rendah, (low steam) di dalam 3 buah
Reboiler 1105-C, 1113-C, dan 1111-C. Dengan tekanan rendah yaitu 1,5 - 1,7 kg/cm2,
suhu tinggi antara 125-1350C, dan dorongan steam ke atas, maka diharapkan gas CO2
dalam larutan rich benfield akan terlepas. Reaksi keseluruhan yang terjadi merupakan
kebalikan reaksi Absorber yaitu
KHCO3 K2CO3 + CO2 + H2O
Setelah melewati bed kedua, larutan ditampung dalam trap out pan, di sana
sebagian larutan dikeluarkan sebagai larutan semi lean benfield yang menuju Absorber
melewati sebuah single stage flash drum 1116-F, sebagian lagi mengalir ke bed ketiga
untuk ditampung dalam trap out pan kedua. Larutan ini dialirkan ke Reboiler, dan steam
yang terbentuk dimasukkan ke bagian bawah stripper. Steam dari Reboiler dan motive
steam untuk Ejector berasal dari trap out pan di atas bed pertama.
Larutan lean benfield yang keluar dari dasar Stripper dialirkan ke puncak
Absorber, sedangkan gas CO2 keluar dari puncak menara. Uap air yang terkandung
dalam gas ini cukup tinggi, yaitu sekitar 45 %, sehingga sebelum masuk ke pabrik urea
perlu dikurangi dulu kadar air dalam gas CO2, maka gas dimasukkan ke CO2 Stripper
Overhead Condenser 1110-C untuk didinginkan, kemudian dipisahkan kondensatnya
dalam CO2 Stripper Reflux Drum 1108-C. Kondensat ini dimasukkan ke bagian atas
Stripper, sedangkan gas CO2 yang keluar siap dikirim ke pabrik urea.
b. Methanasi
Gas yang keluar dari Absorber masih mengandung CO dan CO2 sisa yang
merupakan racun katalis di Amonia Converter, karena itu perlu diubah menjadi CH4
dalam Methanator yang berisi katalis nickel-oxyde. Kondisi operasi di Methanator
Laporan Umum 12
Laporan Kerja Praktik .
BAB III Deskripsi Sistem Proses PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
adalah temperatur 270 - 3500C dan tekanan 24 - 27 kg/cm2. Reaksi yang terjadi
merupakan kebalikan reaksi di Primary Reformer dan bersifat eksotermis yang dapat
dituliskan sebagai berikut :
CO + 3H2 CH4 + H2O ∆H = -49,3 kcal/mol
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O ∆H = -39,5 kcal/mol
Gas yang keluar dari Methanator diharapkan mempunyai kadar CO dan CO2 maksimum
10 ppm. Sebelum dialirkan ke proses selanjutnya, gas didinginkan oleh 114-C, 115-C,
dan 137-C. Kondensat yang terbentuk dipisahkan terlebih dahulu di dalam 104-F.
Laporan Umum 13
Laporan Kerja Praktik .
BAB III Deskripsi Sistem Proses PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
let down ke 107-F untuk melepaskan syn-gas yang masih terkandung yakni 0,52%. 107-
F juga memisahkan syn-gas yang masih terkandung dari 108-F.
Laporan Umum 14
Laporan Kerja Praktik .
BAB III Deskripsi Sistem Proses PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
sebagai pendingin chiller-chiller 117-C, 118-C, 119-C, 120-C, 129-C, 137-C, dan 125-
C, keluarannya ditampung kembali pada ketiga flash drum tersebut. Dari 112-F sebagian
amonia dikirim sebagai produk dingin ke ammonia storage.
Uap yang terbentuk dari ketiga flash drum tadi dikompresikan di ammonia
refrigerant compressor 105-J dan keluar pada tekanan 20 kg/cm2. Gas amonia
selanjutnya dicairkan oleh 127-C dan ditampung di ammonia receiver 109-F yang
sebagian dikirim ke pabrik urea.
Sistem refrigerasi ini juga berfungsi untuk memurnikan amonia cair, karena
amonia yang keluar dari 107-F masih mengandung sedikit gas H2, N2, Ar, dan CH4
sebanyak 0.8%. Gas ini akan terbawa dan tersirkulasi pada sistem refrigerasi ini. Gas ini
akan terpisah pada vent dari heat exchanger126-C. Vent dari 126-C ini akan dikirim
sebagai tambahan bahan bakar ke fired heater 101-B
Laporan Umum 15
Laporan Kerja Praktik .
BAB III Deskripsi Sistem Proses PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
Gambar 3.4 Process Flow Diagram (PFD) Plant Urea 1A PT Pupuk Kujang
Laporan Umum 16
Laporan Kerja Praktik .
BAB III Deskripsi Sistem Proses PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
Pada proses sintesis urea, terjadi 2 tahapan reaksi yang terjadi. Tahapan reaksi
yang pertama adalah reaksi pembentukan amonium karbamat dari NH3 cair dan gas CO2
serta tahapan reaksi yang kedua adalah reaksi dehidrasi amonium karbamat menjadi urea
dan H2O.
2NH3 + CO2 NH2COONH4 ∆H = - 38 kcal/mol
NH2COONH4 NH2CONH2 + H2O ∆H = +77 kcal/mol
Konversi amonium karbamat menjadi urea berlangsung hanya dalam fasa cairan
sehingga diperlukan tekanan yang tinggi. Temperatur dan tekanan yang tinggi akan
menaikkan konversi amonium karbamat menjadi urea. Urea diproduksi melalui reaksi
eksotermis yang tinggi dari amonia cair dan karbon dioksida untuk membentuk amonium
karbamat. Kemudian diikuti dengan dekomposisi amonium karbamat menjadi urea yang
merupakan reaksi endotermis. Reaksi pertama dapat terkonversi 100 %, sedangkan reaksi
kedua hanya terkonversi sekitar 70 %. Sintesis urea ini berlangsung dalam reaktor urea,
reaktor urea adalah bejana tegak dilapisi dengan stainless steel yang dilengkapi tray-tray
yang dipasang secara berurutan sebanyak 11 buah. Operasi berlangsung pada temperatur
196oC dan tekanan 201 kg/cm2. Temperatur dalam reaktor harus dijaga pada rentang
antara 150 - 195oC. Jika temperatur dalam reaktor kurang dari 150oC, akan terbentuk
lapisan kerak amonium karbamat pada dinding dalam reaktor. Jika temperatur dalam
reaktor lebih dari 195oC, maka laju terjadinya korosi pada lining (bagian dalam) reaktor
semakin cepat. Produk outlet dari reaktor yaitu berupa larutan urea, excess amonia,
amonium karbamat, dan biuret.
Selama sintesis urea berlangsung, terjadi pula reaksi di atas terjadi reaksi samping
pembentukan biuret
2NH2CONH2 NH2CONHCONH2 + NH3
Reaksi ini akan mengurangi pembentukan urea dari amonium karbamat, selain itu juga
biuret merupakan racun bagi tanaman sehingga kadarnya harus dikurangi. Dalam
persamaan di atas terlihat bahwa pembentukan biuret dapat dihindari dengan
mengumpankan NH3 dalam jumlah excess yang besar. Komposisi akhir keluar dari
reaktor urea adalah 36.8% urea, 36,5% NH3, 10,5% CO2, 16,6% H2O, dan 0,1% biuret.
Laporan Umum 17
Laporan Kerja Praktik .
BAB III Deskripsi Sistem Proses PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
Laporan Umum 18
Laporan Kerja Praktik .
BAB III Deskripsi Sistem Proses PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
LPD. Larutan kemudian memasuki packed bed. Gas berupa CO2 diinjeksikan ke dalam
packed bed dan terjadi kontak antara gas CO2 dengan larutan. Injeksi gas CO2 bertujuan
mencegah terjadinya reaksi hidrolisis urea. Larutan urea yang merupakan outlet bawah
dari LPD memiliki konsentrasi 70,1% urea, 27,9% H2O, 1,7% gas CO2 dan NH3, dan
sisanya biuret. berat dan selanjutnya mengalir ke Gas Separator DA-205. Gas terlarut
yang terpisah dari larutan urea dan keluar melalui bagian atas LPD selanjutnya memasuki
Low Pressure Absorber (LPA) EA-402 untuk proses recovery gas.
c. Gas Separator
Gas Separator DA-205 bertujuan untuk memisahkan gas terlarut yang masih
tersisa yakni 1,7% dari larutan urea. Larutan yang keluar dari bagian bawah LPD masuk
menuju flashing section (bagian atas) dari Gas Separator DA-205. Pada flashing section,
temperatur larutan yaitu 108oC terjadi penurunan tekanan dari 3,3 kg/cm2 menjadi 1,35
kg/cm2 sehingga akan memisahkan gas terlarut dari larutan urea. Fasa cairan atau larutan
urea kemudian masuk menuju packed bed berupa ring pada temperatur 90oC dan tekanan
1 atm. Pada packed bed terjadi proses stripping dengan cara dipanaskan menggunakan
steam dan bantuan stripping gas yang berasal dari bagian atas Off Gas Absorber DA-402
yang dialirkan menggunakan Blower GB-401. Produk larutan urea hasil dari Gas
Separator DA-205 memiliki kadar gas terlarut 0.5% yang kemudian dipompakan ke
proses kristalisasi oleh urea solution pump GB-205.
3.2.3 Kristalisasi
Pada tahap ini, larutan urea dari Gas Separator DA-205 kemudian dikristalkan
dalam Crystallizer FA-201 yang bekerja pada temperatur operasi 69,2oC. Alat
Crystallizer terdiri dari dua bagian. Pada bagian atas yaitu Vacuum Concentrator serta
pada bagian bawah berupa Crystallizer yang dilengkapi agitator (pengaduk). Crystallizer
dilengkapi Hot Water Jacket yang bertujuan mencegah pemadatan urea pada dinding
Crystallizer. Sebagian larutan urea dari Crystallizer dipompakan menuju High Pressure
Absorber Cooler (HPAC) EA-401 untuk dipanaskan yang bertujuan membantu proses
penguapan larutan urea di Vacuum Concentrator. Dari HPAC, larutan urea kemudian
dialirkan menuju Vacuum Concentrator untuk mengurangi kandungan air sehingga dapat
terbentuk larutan urea yang lewat jenuh sehingga terbentuk kristal urea.
Kristal urea yang sudah terbentuk pada outlet Crystallizer, kemudian kristal urea
tersebut dipompakan oleh GB-202 menuju 6 buah Centrifuge GF-201 yang berfungsi
memisahkan larutan induk (mother liquor) dari kristal urea. Kristal urea hasil Centrifuge
Laporan Umum 19
Laporan Kerja Praktik .
BAB III Deskripsi Sistem Proses PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
memiliki kandungan air 2,4% berat kemudian dikirim ke Fluidizing Dryer FF-301 untuk
dikeringkan. Larutan urea yang terpisahkan ditampung dalam Mother Liquor Tank FA-
203 yang memiliki sistem pemanas agar temperatur 83oC untuk mencegah pemadatan
urea.
Di dalam Fluidized Dryer FF-301, kristal urea dikeringkan oleh udara pengering
sampai kandungan airnya 0,3%. Udara pengering dihembuskan oleh blower GB-301
kemudian dipanaskan oleh FC-301 hingga 120oC sebelum memasuki Fluidized Dryer.
Temperatur ini harus dijaga konstan, sebab pada temperatur yang lebih tinggi ada
kemungkinan pelelehan urea di Fluidized Dryer. Dengan bantuan hembusan udara
pengering dan isapan dari Induced Fan GB-302, Kristal-kristal urea menuju ke atas
Prilling Tower. Kristal urea yang ukurannya terlalu besar (gumpalan) dibawa ke tepi oleh
sudu-sudu pengaduk untuk kemudian dilarutkan di dalam Dissolvfing Tank I (FA-302)
dan dikirim ke mother liquid tank FA-203
Laporan Umum 20
Laporan Kerja Praktik .
BAB III Deskripsi Sistem Proses PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
NH3 diubah dalam bentuk cair untuk kemudian diumpankan kembali ke reaktor. Proses
recovery dibantu dengan menggunakan larutan absorbent berupa air, karbamat dan urea.
a. Recovery Gas dari High Pressure Decomposer (HPD)
Gas keluaran HPD mengalir menuju High Pressure Absorber Cooler (HPAC)
EA-401 untuk didinginkan. Terdapat 3 media penyerap panas dari gas, yaitu sirkulasi
larutan urea yang diperoleh dari Crystalizer, air panas, dan air dari Cooling Tower.
Temperatur di HPAC dijaga 850C dengan tekanan 18 kg/cm2. Selain pendinginan, di
dalam HPAC juga terjadi penyerapan gas oleh larutan karbamat yang berasal dari High
Pressure Absrober (HPA) DA-401. Di sini terjadi penyerapan gas CO2 hingga mencapai
63% dari keseluruhan gas CO2 yang berasal dari HPD. Gas yang tidak terserap di HPAC
dikirimkan menuju HPA. Gas naik ke atas dan kontak dengan dua larutan absorbent.
b. Recovery Gas dari Low Pressure Decomposer (LPD)
Gas keluaran LPD dialirkan ke Low Pressure Absorber (LPA) EA-402 untuk
diserap menggunakan media penyerap larutan urea dari Mother Liquor Tank dan larutan
karbamat keluaran Off Gas Absorber DA-402 yang telah diencerkan dengan kondensat.
LPA beroperasi pada tekanan 3.3 kg/cm2 dan temperatur 39.10C. Dalam shell terjadi
penyerapan gas keluaran LPD oleh media penyerap, sedangkan dalam tube mengalir
media pendingin berupa cooling water. Sekitar 90% gas CO2 terserap pada LPA,
keluaran LPA dialirkan ke HPA sebagai penyerap di HPA.
c. Recovery Gas dari Gas Separator
Gas yang berasal dari Gas Separator dikondensasikan komponen airnya dalam
Off Gas Condenser EA-406. Kondensat yang terbentuk ditampung dalam Off Gas
Absorber Tank FA-404 dan dinginkan kembali oleh Off Gas Absorber Cooler EA-408.
Setelah dingin, larutan dimasukkan ke dalam Off Gas Absorber (OGA) DA-402 sebagai
absorbent dan melalui dua packed bed. Operasi berlangsung pada temperatur 450C dan
tekanan atmosfer. Larutan keluaran OGA ini adalah larutan karbamat yang selanjutnya
digunakan Low Pressure Absorber (LPA) sebagai absorbent. Sebagian larutan karbamat
outlet OGA disirkulasikan kembali oleh Absorber Recycle Pump GA-407 kembali
menuju OGA dan masuk melalui bagian tengah kolom.
Laporan Umum 21
BAB IV
DESKRIPSI SISTEM UTILITAS DAN
PENGELOLAAN LIMBAH
Laporan Umum 22
BAB IV Deskripsi Sistem Utilitas Laporan Kerja Praktik .
dan Pengelolaan Limbah PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
Air di dalam Clear Well dan ditambahkan NaOH untuk menaikkan pH antara 6,4
- 7,8. Air yang keluar dari Clear Well kemudian dipompakan menuju Sand Filter yang
terdiri dari enam buah tangki yang disusun secara paralel dan berfungsi menyaring
partikel-partikel yang masih terbawa. Air bersih hasil keluaran dari Sand Filter memiliki
turbidity < 1 ppm dan Cl2 < 0,7 ppm dengan pH 7 - 7,8 yang kemudian dipompakan
menuju 3 buah tangki seperti pada Gambar 4.1.
c. Demineralizer
Pada tahap demineralisasi ini air dari Filterred Water Storage diolah untuk
mendapatkan air yang bebas mineral (Demineralizer Water). Proses ini dilakukan karena
air umpan boiler harus mempunyai sifat yang tidak menimbulkan kerak-kerak. Tahap
demineralisasi meliputi Activated Carbon Filter, Cation Exchanger, Anion Exhanger,
Mixer Bed Polisher seperti pada Gambar 4.2
Laporan Umum 23
BAB IV Deskripsi Sistem Utilitas Laporan Kerja Praktik .
dan Pengelolaan Limbah PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
Laporan Umum 24
BAB IV Deskripsi Sistem Utilitas Laporan Kerja Praktik .
dan Pengelolaan Limbah PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
Laporan Umum 25
BAB IV Deskripsi Sistem Utilitas Laporan Kerja Praktik .
dan Pengelolaan Limbah PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
Laporan Umum 26
BAB IV Deskripsi Sistem Utilitas Laporan Kerja Praktik .
dan Pengelolaan Limbah PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
Limbah cair sebelum di buang ke lingkungan diolah seperti pada Gambar 4.4.
Limbah dikumpukan dari berbagai sumber yang kemudian ditreatment di pond sewer
sebelum diolah secara biologis dalam kolam biologis.
Limbah cari yang dibuang ke sungai Cikaranggeleng telah memenuhi kadar maksimum
limbah cair industri pupuk. Tabel 4.2 menunjukan batas kadar maksimum limbah cari
yang di olah PT. Pupuk Kujang.
Tabel 4.2 Batas Kadar Maksimum Limbah Cari yang Diolah PT. Pupuk Kujang
Limah padat yang relative sedikit biasanya dikumpulkan sebelum dibuang seperti
HgS dari Hg Removal dan ZnS dari Desulfurisasi. Sedangkan limbah katalis dan besi
bekas dijual.
Laporan Umum 27
Laporan Kerja Praktik .
BAB V Deskripsi Managemen PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
BAB V
DESKRIPSI MANAGEMEN
Menurut tingkat pendidikannya, jumlah karyawan tertera seperti pada Tabel 5.2
Tabel 5.2 Jumlah Karyawan PT. Pupuk Kujang Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sarjana Teknik Kimia tersebar dimulai dari Direksi, GM, Manager, Superintendent, dan
Supervisor di Bagian produksi serta staf-staf setingkat.
Laporan Umum 28
Laporan Kerja Praktik .
BAB V Deskripsi Managemen PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
pokok, tunjangan kesehatan, tunjangan perumahan, dan lain-lain. Selain gaji rutin,
karyawan PT. Pupuk Kujang juga bisa mendapatkan bonus yang diberikan apabila
produksi pabrik melebihi target yang telah ditetapkan.
PT. Pupuk Kujang menerapkan tata tertib dan disiplin kerja berdasarkan Surat
Keputusan Direksi No. 004/SK/DU/I/2002. Setiap karyawan yang melanggar ketentuan
yang dibuat oleh perusahaan akan mendapatkan sanksi berupa Surat Teguran Tertulis
(I,II,III), Surat Peringatan (A,B,C) hingga Pemutusan Hubungan Kerja, ataupun beberapa
sanksi tambahan yang ditentukan perusahaan. Ketentuan jam kerja karyawan dijelaskan
dalam pasal 2 SK Direksi No. 004/SK/DU/I/2002 seperti pada Tabel 5.3.
Laporan Umum 29
Laporan Kerja Praktik .
BAB V Deskripsi Managemen PT. Pupuk Kujang Unit Amonia 1A .
undang itu juga menyatakan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja merupakan prioritas
utama.
Demi melaksanakan peraturan tersebut, PT. Pupuk Kujang selalu menekankan
kepada karyawan agar selalu mengingat “Keselamatan adalah Faktor Utama”. Untuk itu,
PT. Pupuk Kujang telah menerapkan peraturan keselamatan secara umum, di samping
juga setiap unit produksi yang mempunyai peraturan keselamatannya sendiri. Karyawan
di divisi produksi yang berkaitan langsung dengan jalannya proses produksi diberikan
alat pengaman seperti helm pengaman, sepatu pengaman, penutup telinga. Di setiap sudut
ruangan, jalan-jalan, maupun di daerah produksi selalu terlihat poster, pemberitahuan
ataupun rambu-rambu yang menunjukkan letak bahaya dan bagaimana cara untuk
menghindari.
Laporan Umum 30
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Setelah melakukan kerja praktek dari tanggal 1 Juni sampai dengan 1 Juli 2016,
kami dapat menarik kesimpulan, yaitu:
- Secara keseluruhan, peralatan yang digunakan di Unit Produksi PT. Pupuk
Kujang Cikampek secara opearasional lebih komplek dibanding peralatan yang
dipelajari di perkuliahan.
- Konsep-konsep dasar utilitas dan unit operasi seperti mass transfer dan heat
transfer serta peralatan-peralatan yang umum berkenaan pada konsep-konsep
dasar tadi yang diperoleh di perkuliahan selama ini telah cukup untuk menunjang
dalam memahami proses unit operasi dan utilitas yang terjadi di Unit Produksi
PT. Pupuk Kujang Cikampek. Sehingga mampu untuk memperdalam konsep
tersebut pada alat yang lebih komplek atau tidak sesederhana yang diberikan di
perkuliahan.
- Dari segi praktis, konsep dasar proses kontrol sudah dapat memahami sistem
pengontrolan proses. Tetapi untuk mendesign persamaan-persamaan alat
instrumentasi di pabrik yang diperoleh di perkuliahan dirasa masih kurang.
- Konsep-konsep dasar reaktor seperti design reaktor, kinetika reaksi, dan katalis
yang diperoleh di perkuliahan selama ini telah cukup untuk menunjang dalam
memahami proses di reaktor PT. Pupuk Kujang Cikampek. Sehingga mampu
untuk memperdalam konsep tersebut untuk pendesignan reaktor yang lebih detail.
Laporan Umum 31
LAPORAN
TUGAS KHUSUS
Neraca Massa Unit Syn-Loop dan Performa Ammonia Converter 105-D
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Tujuan
Tujuan dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut:
- Membandingkan konversi H2 aktual dalam reactor ammonia converter 105-D
dengan konversi H2 maksimum secara teoretis dalam reactor ammonia converter
105-D pada kondisi operasi aktual
- Membandingkan konversi H2 aktual pada unit syn-loop dengan design awal
- Membandingkan total beban pendingin yang digunakan per kg ammonia yang
terbentuk secara hasil aktual dengan design
1.5 Manfaat
Manfaat dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut
- Mengetahui performa syn-loop dan ammonia converter 105-D
- Mengetahui beban pendingin yang digunakan per kg ammonia yang terbentuk
dan perbandingannya dengan design
Gambar 2.1 Proses Flow Diagram Unit Syn-loop dan Ammonia Converter 105-D
Kompresor dan recycle kompresor 103-J terdiri dari low pressure case (LPC)
kompresor dan high pressure case (HPC) kompresor. Tekanan gas synthesis mencapai
68 kg/cm2 dengan suhu 177 0C setelah keluar LPC. Sebelum ditekan dalam HPC
kompresor, gas ini didinginkan dalam intercooler gas feed Methanator 136-C dan
cooling water 116-C, serta Amonia chiller 129-C. Gas yang keluar suhunya kira-kira
80C. Kondensat yang terbentuk dipisahkan dalan Syn Gas Compressor First Stage
Separator 105-F. Gas kering dari separator dimasukkan ke HPC kompresor bersama-
sama dengan recycle gas dari Amonia converter, dan keluar dengan tekanan sekitar 141
- 153 kg/cm2 dan suhu 68 0C.
Aliran keluar kompresor mengandung ammonia yang dibawa oleh recycle gas.
Ammonia dipisahkan dengan cara mengembunkannya kemudian dipisahkan didalam
flash drum Selain bertujuan untuk mengambil produk, pemisahan ammonia juga
bertujuan untuk menjaga konversi Ammonia agar tidak berkurang, karena jumlah
ammonia yang tinggi akan mempengaruhi kesetimbangan reaksi.
Mula-mula gas keluar HPC didinginkan dengan cooling water 124-CA/CB,
kemudian dibagi menjadi dua aliran paralel. Aliran pertama didinginkan di 117-C dan
118-C, sedangkan aliran kedua didinginkan di 120-C, yang sekaligus merupakan
pemanas gas yang keluar dari Amonia separator 106-F. Kedua aliran bergabung menuju
119-C yang menggunakan Amonia cair sebagai pendingin. Suhu keluar dari 119-C
sudah mencapai -230C dan tekanannya 146 kg/cm2. Selanjutnya gas dan Amonia cair
dimasukan ke Amonia separator 106-F untuk dipisahkna. Amonia yang keluar dari 106-
F selanjutnya diturunkan tekanannya dan di let down ke 107-F untuk melepaskan syn-
gas yang masih terkandung yakni 0,52%. 107-F juga memisahkan syn-gas yang masih
terkandung dari 108-F.
di bed keempat adalah 14,7 % dengan kondisi operasi temperatur rata-rata adalah 435oC
dan tekanan 141 kg/cm2 serta komposisi N2 0.2197, H2 0.6588, NH3 0.0168. Gas hasil
reaksi keluar dari bed ke empat melalui pipa di tengah converter dan naik ke puncak
converter. Suhu gas ini sekitar dimanfaatkan untuk membangkitkan steam di 123
CA/CB.
Gambar 3.1 Proses Flow Diagram Unit Syn-loop dan Ammonia Converter 105-D
Untuk mencapai tujuan dari tugas khusus ini maka pertama kali yakni membuat
neraca massa aktual dan design pada unit syn-loop ini. Berdasarkan dari gambar 3.1
data-data aktual yang tersedia dari PT. Pupuk Kujang tertera pada tabel 3.1. Data
tersebut diambil dari hasil analisa lab untuk komposisi aliran serta diambil dari log sheet
control room dan log sheet lapangan untuk data temperatur, tekanan, dan laju alir.
Sedangkan data kondisi design tertera pada lampiran F.
Tabel 3.1 Data-Data yang Tersedia dan Dibutuhkan
Stream 1 2 4 6 8 10 12 16 17 20
Laju Alir √ - √ √ √ - √ - - √
Temperatur - - √ - - √ √ √ √ √
Tekanan - - √ - - √ √ √ √ √
Komposisi √ √ - - √ - - √ √ √
Setelah diperoleh neraca massa masing-masing aliran pada unit syn-loop, maka
dapat melanjutkan pada perhitungan selanjunta yakni beban pendingin Unit Syn-Loop,
konversi H2 reaktor dan Unit Syn-Loop, serta konversi H2 reaktor maksimum jika
dicapai keadaan setimbang pada kondisi operasi aktual
a. Beban Pendingin Unit Syn-Loop
Beban pendingin pada unit Syn-loop dan ammonia converter dapat digambarkan
seperti pada gambar 3.2
Berdasarkan gambar 3.2 beban pendingin (cooling water dan NH3 refrigeran) per kg
NH3 terproduksi dapat dihitung dengan persamaan berikut.
NH3 terproduksi merupakan jumlah NH3 stream 23 pada gambar 3.1. Sedangkan ∆H
dihitung dengan cara berikut
Data panas laten 𝜆𝑖 diambil pada kondisi temperature titik embunnya, sedangkan
temperatur titik embun diperoleh dari persamaan berikut
𝑛 −1
𝜙𝑖 . 𝑦𝑖
𝑃 = (∑ ) 3.3)
𝛾𝑖 𝑃𝑖𝑠𝑎𝑡
𝑖=1
Konversi N2 tidak diketahui sehingga kapasitas panas campuran keluar bed juga tidak
diketahui. Untuk mencari konversi N2 maka dilakukan trial-eror pada nilai konversi N2
hingga diperoleh jumlah semua neraca massa adalah nol seperti pada persamaan x.
Kemudian berdasarkan neraca massa dan energi disekitar quenching, laju alir massa
quench (𝑚𝑞𝑢𝑒𝑛𝑐ℎ ) dapat ditulis menjadi persamaan
Laju alir massa masuk bed (m) tidak diketahui. Data yang tersedia adalah laju alir massa
keluar bed keempat. Persamaan ini dapat diselesaikan dengan trial-eror pada pada laju
alir massa masuk bed pertama hingga diperoleh laju alir massa keluar bed keempat sama
dengan data yang tersedia. Langkah kerja dalam penyelesaain ini adalah seperti pada
Gambar 3.4.
Masukan data komposisi masuk bed pertama, komposisi aliran quenching, dan data
laju alir masuk bed pertama, dan temperature keluar dan masuk bed serta
temperature aliran quench
Tebak konversi N2
Dengan mengambil laju alir dan komposisi masuk bed selajutnya sama dengan laju
alir dan komposisi bed selanjutnya, maka dapat dihitung untuk bed dan quench
selanjutnya
Selesai
Gambar 3.4 Langkah Kerja Dalam Penyelesaain Laju Alir Quench
Setelah laju alir masing-masing quench dan laju alir bed pertama, maka dapat dicari
konversi maksimum masing-masing bed dengan menggunakan persamaan kinerika
reaksi. Persamaan kinetika reaksi sintesis ammonia dengan katalis iron adalah
3 3 ∝ 2 2 1−∝
2 2 2
𝜙𝐻2 𝑃𝐻2 𝜙𝑁𝐻3 𝑃𝑁𝐻3
𝑅𝑁𝐻3 = 2𝑘 (𝐾𝑎 𝜙𝑁2 𝑃𝑁2 [ 2 2 ] −[ 3 3 ] ) 3.15)
𝜙𝑁𝐻3 𝑃𝑁𝐻3 𝜙𝐻2 𝑃𝐻2
𝐸
𝑘 = 𝐴 exp (− ) 3.16)
𝑅𝑇
Dengan nilai A = 8.849 x 1014; E = 170561 kJ/kmol; dan R = 8.314 kJ/kmol.K.
Sedangkan konstanta Ka diperoleh dari persamaan empirik (Dashtiet, dkk, 2006) yakni
2001.6
log 𝐾𝑎 = (−2.69112 log 𝑇 − 5.051925 ∙ 10−5 𝑇 + 1.848863 ∙ 10−7 𝑇 2 + + 2.689) 3.17)
𝑇
Pada persamaan kinerika reaksi, term 𝑃𝑖 dapat ditulis sebagai fungsi dari fraski mole 𝑦𝑖
yakni
𝑃𝑖 = 𝑦𝑖 𝑃
Berdasarkan stoikiometri reaksi, 𝑦𝑖 dapat ditulis jabarkan menjadi term konversi N2 (𝑋)
seperti pada Tabel 3.2
Dengan mensubtitusi mole fraski pada Tabel 3.2 ke persamaan kinetika reaksi maka
diperoleh
3 ∝
𝑦 − 3𝑋𝑦𝑁2,0
3
𝜙𝐻2 ( 𝐻2,0 𝑃)
𝑦𝑁2,0 (1 − 𝑋) 1 − 2𝑋𝑦𝑁2,0
𝑅𝑁𝐻3 = 2𝑘 𝐾𝑎2 𝜙𝑁2 ( 𝑃)
1 − 2𝑋𝑦𝑁2,0 𝑦 + 2𝑋𝑦𝑁2,0 2
2
𝜙𝑁𝐻3 ( 𝑁𝐻3,0 𝑃)
[ 1 − 2𝑋𝑦𝑁2,0 ]
(
1−∝
2 𝑦𝑁2,0 + 2𝑋𝑦𝑁2,0 2
𝜙𝑁𝐻3 ( 𝑃)
1 − 2𝑋𝑦𝑁2,0
− 3.20)
𝑦 − 3𝑋𝑦𝑁2,0 3
3
𝜙𝐻2 ( 𝑁2,0 𝑃)
[ 1 − 2𝑋𝑦𝑁2,0 ] )
Efek dari temperature dan konversi N2 sepanjang bed katalis dihitung menggunakan
persamaan yang diberikan (Dashtiet, dkk, 2006)
𝜂 = 𝑏0 + 𝑏1 𝑇 + 𝑏2 𝑋 + 𝑏3 𝑇 2 + 𝑏4 𝑋 2 + 𝑏5 𝑇 3 + 𝑏6 𝑇 6
Nilai koefisien 𝑏0 sampai 𝑏6 untuk tekanan operasi dibawah 150 bar adalah sebagai
berikut
𝑏0 = −17.539096 𝑏3 = −1.08279 ∗ 10−4
𝑏1 = 0.07697849 𝑏4 = − 26.42469
𝑏2 = 6.900548 𝑏5 = 4.927648 ∗ 10−8
𝑏6 = 38.937
Persamaan differensial yang digunakan untuk reactor packed bed adalah sebagai berikut
𝑑𝑋 −𝜂𝑅𝑁2 𝜂𝑅𝑁𝐻3
= = 3.21)
𝑑𝑊𝑐𝑎𝑡 𝐹𝑦𝑁2,0 𝜌𝑐𝑎𝑡 2𝐹𝑦𝑁2,0 𝜌𝑐𝑎𝑡
𝑑𝑃 𝑃𝑜 𝑇 𝐹
= −𝛽 ( ) ( ) ( ) 3.22)
𝑑𝑊𝑐𝑎𝑡 𝑃 𝑇𝑜 𝐹𝑜
𝑑𝑇 (−𝐻𝑅 )𝜂𝑅𝑁𝐻3
= 3.23)
𝑑𝑊𝑐𝑎𝑡 𝑛𝐶𝑝𝑚𝑖𝑥 𝜌𝑐𝑎𝑡
𝐺(1 − 𝜑) 150(1 − 𝜑)𝜇𝑔𝑎𝑠 1
𝛽= [ + 1.75𝐺] [ ]
𝜌𝑔𝑎𝑠 𝐷𝑝 𝜑 3 𝐷𝑝 𝐴𝑐 (1 − 𝜑)𝜌𝑐𝑎𝑡
3.3 Prosedur
1. Pengumpulan Data
- Mengumpulkan data-data aktual yang diperlukan seperti data hasil analisa
laboratorium kualiti kontrol, data log sheet kontrol room, dan data log sheet
lapangan. Data-data tersebut merupakan data kondisi operasi pada tanggal 7 Juni
2016.
- Mengumpulkan data pada keadaan operasi design yang tertera di proses flow
diagram PT Pupuk Kujang 1A.
- Mengumpulkan data literatur yang diperlukan seperti kapasitas panas, entalpi
pembentukan standar, energi gibbs pembentukan standar, tekanan uap jenuh,
panas penguapan (laten heat), temperatur kritik bahan, dan densitas
4. Konversi H2
- Menghitung konversi H2 unit Syn-Loop 3.5 menggunakan data aktual dan
design. Perhitungan menggunakan persamaan 3.4
- Menghitung konversi H2 reaktor ammonia converter 105-D menggunakan data
aktual dan design. Perhitungan menggunakan persamaan 3.4
- Menentukan konstanta kesetimbangan menggunakan data kondisi aktual.
Perhitungan menggunakan persamaan 3.7
- Menghitung konversi H2 reaktor ammonia converter 105-D menggunakan data
hasil kesetimbangan secara teoretis menggunakan persamaan 3.6
Ammonium Converter 105-D merupakan salah satu alat utama dalam sintesis
ammonia di PT. Pupuk Kujang. Jenis Reaktor yang digunakan yaitu multibed dengan
pendinginan quench pada setiap bed. Pendinginan dilakukan dengan menambahkan
umpan ke gas hasil reaksi sebelum di umpankan ke bed berikutnya. Ini dilakukan untuk
menurunkan temperatur agar konversi pembentukan meningkat.
Dengan Kondisi saat ini yaitu pada Temperatur rata-rata 422oC dan Tekanan
sekitar 130 bar diperoleh hasil konversi H2 menjadi NH3 pada reaktor yaitu sebesar
14.02%. Perhitungan dilakukan berdasarkan neraca massa dengan data-data yang
tersedia pada log sheet harian PT. Pupuk Kujang. Adapun beberapa asumsi yang di
ambil tidak akan terlalu signifikan, sehingga reliabilitas dari angka konversi reaksi dapat
dijadikan referensi untuk pengembangan lebih lanjut.
Performa bed katalis pada reaktor 105-D sebagai konversi H2 secara aktual dapat
dihitung dengan memanfaatkan data temperatur masuk dan keluar bed serta hasil
pehitungan laju alir quench. Nilai konversi tersebut dibandingkan dengan hasil simulasi
dengan kondisi operasi yang sama. Konversi H2 hasil simulasi merupakan nilai
pembanding performa katalis pada keadaan prima sebagai nilai konversi H2 maksimum
teoritis pada kondisi operasi. Komparasi hasil konversi H2 ini dapat dilihat pada Tabel
4.1
Tabel 4.1 Konversi H2 Aktual dan Maksimum Teoritis Pada Kondisi Operasi
Performa katalis bed ke-4 secara aktual telah mengalami penurunan yakni dengan
konversi H2 adalah 1.95% sedangkan konversi hasil simulasi adalah 3.26%. Perhitungan
berdasarkan hasil simulasi menggunakan data kondisi sesuai dengan keadaan lapangan
baik temperatur, tekanan, komposisi, dan laju alir. Sehingga jika katalis yang digunakan
masih pada konsisi prima maka konversi H2 hasil simulasi dan aktual tidak berbeda jauh,
seperti pada hasil bed pertama sampai ketiga. Walaupun bed ke-4 telah mengalami
penurunan performa tetapi bed ke-4 masih dapat menjalankan reaksi. Sehingga bed ke-
4 masih dapat digunakan.
Untuk meningkatkan performa reaktor 105-D perlu melihat variabel lain selain
katalis yang mempengaruhi laju reaksi. Variabel yang memperngaruhi laju reaksi adalah
temperatur, komposisi, dan tekanan. Jika tekanan telah sesuai dengan kondisi design
dimana menaikan tekanan secara signifikan sudah tidak mungkin maka variabel yang
masih bias diubah adalah variabel temperatur dan komposisi. Temperatur
mempengaruhi kecepatan reaksi maupun derajat kesetimbangan reaksi pembentukan
amonia. Kenaikan temperatur akan menurunkan derajat kesetimbangan reaksi amonia
namun secara simultan akan mempercepat reaksi. Hal ini berarti pada kondisi operasi
yang jauh dari kesetimbangan, kenaikan temperatur akan membuat konversi menjadi
lebih tinggi. Sedangkan pada kondisi operasi yang mendekati kesetimbangan, kenaikan
temperatur akan menurunkan konversi reaksi akibat. Tabel 4.2 menunjukan perkiraan
komposisi masuk dan keluar bed serta nilai konstanta kesetimbangan pada temperatur
rata-rata bed, serta nilai kesetimbangan yang ada saat masuk bed.
Tabel 4.2 Komposisi Masuk, Temperatur (T) Masuk, dan Konstanta Kesetimbangan (K) Aktual Serta
Maksimum Pada Masing-Masing bed
Posisi Komposisi Temperatur Konstanta K
BED Ar N2 CH4 H2 NH3 masuk Aktual Maksimum
BED 1 0.0278 0.2250 0.0454 0.6836 0.0182 354 oC 3.616 10-7 1.604 10-4
BED 2 0.0289 0.2137 0.0473 0.6501 0.0599 420 oC 2.094 10-6 1.590 10-5
BED 3 0.0295 0.2086 0.0481 0.6349 0.0788 426 oC 4.428 10-6 1.311 10-5
BED 4 0.0300 0.2035 0.0489 0.6197 0.0978 447 oC 7.062 10-6 7.595 10-6
Pada reaksi sintesis amonia, jika konstanta kesetimbangan aktual lebih kecil dari
konstanta kesetimbangan maksimum laju reaksi dapat berjalan. Sesuai dengan Tabel 4.2
terlihat bahwa pada temperatur masuk bed ke-4 memiliki konstanta kesetimbangan
maksimum yang berbeda tipis dengan konstanta kesetimbangan aktual. Artinya
komposisi yang diberikan pada awal bed ke-4 pada temperatur tersebut telah mendekati
kondisi setimbang. Kondisi ini sulit untuk mendapatkan konversi yang lebih tinggi. Jika
temperatur masuk bed ke-4 dapat diturunkan maka keadaan dengan komposisi di bed
ke-4 menjadi lebih jauh dari keadaan setimbangnya artinya konversi reaksi dapat
ditingkatkan.
Menurunkan temperatur masuk bed ke-4 dapat dilakukan dengan menambah laju
aliran quench ke-3. Penambahan aliran quench juga dapat meningkatkan jumlah reaktan
sehingga laju reaksi akan lebih cepat ke arah produk. Tetapi menambah laju aliran
quench ke-3 dengan laju alir masuk bed ke-1 dijaga tetap, maka akan berakibat pada
menurunnya laju aliran quench ke-1 dan ke-2. Efeknya akan meningkatkan temperatur
masuk bed ke-2 dan ke-3. Tentu saja dengan meningkatnya temperatur masuk bed ke-2
dan ke-3 akan membuat kondisi menjadi lebih dekat dengan keadaan setimbang dan ada
kemungkinan konversi masuk bed ke-2 dan ke-3 turun. Karena hal ini lah, menambah
laju aliran quench ke-3 dapat dilakukan dengan cara lain yakni menurunkan sedikit dari
laju alir bed pertama. Aliran bed pertama memiliki laju alir yang jauh lebih besar
dibanding aliran quench, sehingga menurunkan sedikit aliran bed pertama tidak akan
merubah secara signifikan kondisi masuk bed pertama. Diharapkan perlakuan ini tidak
akan mengubah konversi di bed pertama tetapi dapat menigkatkan konversi di bed ke
empat.
Jika di dilakukan perhitungan ulang neraca massa dan energi di reaktor dengan
kondisi temperatur bed yang sama kecuali temperatur masuk bed ke-4 menjadi 426oC.
Maka diperoleh laju alir quench dan laju alir masuk bed ke-1 seperti pada Tabel 4.3
Tabel 4.4 Konversi H2 Aktual dan Teoritis Hasil Simulasi Setelah Manipulasi
Konversi H2 Aktual Konversi H2 Teoritis Konversi H2 Teoritis
Posisi BED
Kondisi Operasi Kondisi Operasi Kondisi Manipulasi
BED 1 8.78 % 9.06 % 9.06 %
BED 2 5.56 % 5.69 % 5.70 %
BED 3 4.76 % 5.00 % 5.03 %
BED 4 1.95 % 3.26 % 4.33 %
Total 14.05 % 17.69 % 19.37 %
Tabel 4.4 merupakan perkiraan yang menunjukan bahwa menaikan laju quench ke-3
sampai temperatur bed ke-4 426oC dengan laju quench ke-3 diambil dengan mengurangi
sedikit laju alir masuk bed ke-1 akan meningkatkan konversi bed ke-4 tanpa
menurunkan signifikan konversi pada bed lainnya.
Hasil Konversi Reaktor sekali lewat ini berpengaruh pada total konversi H2
menjadi NH3 pada unit Syn-loop yaitu sebesar 80.71%, sedangkan pada desain unit syn-
loop berserta recycle memiliki konversi reaksi sebesar 91.15%. Sehingga dengan angka
tersebut menunjukkan bahwa total konversi ini dapat ditingkatkan kembali. Hal yang
menyebabkan total konversi berbeda dengan desain yaitu persen konversi pada reaktor
yang kurang maksimal. Untuk meningkatkan kembali total konversi, dapat dilakukan
dengan meningkatkan konversi reaktor seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
kemudian hal lain yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan laju recycle.
Kemudian selain konversi, hal lain adalah penggunaan energi pendingin yang
berguna untuk pengubah fase ammonia dari fase gas menjadi cair, agar dapat dipisahkan
pada separator gas-cair. Beban pendingin terutama pendinginan oleh NH3 refrigeran
akan meningkatkan beban kompresi di unit refrigerasi. Kebutuhan energi pendingin
pada unit syn-loop untuk memproduksi setiap 1 kg amonia (aliran 23 Gambar 3.1)
adalah sebesar 2.247 MJ, ruang lingkup angka tersebut hanya untuk unit syn-loop saja
yakni 117-C, 118-C, 119-C dan 124-C. Sedangkan secara desain awal, kebutuhan energi
unit syn-loop untuk memproduksi 1 kg ammonia adalah sebesar 2.137 MJ. Banyaknya
beban pendingin ini salah satunya dipengaruhi oleh performa alat perpindahan panas
120-C. Alat 120-C berguna untuk menurunkan beban pendingin yang dilakukan 117-C,
118-C, dan 119-C. Kondisi saat ini tidak berbeda jauh dengan kondisi design yakni
hanya berbeda 4.90%. Sehingga dapat dikatakan sistem pendingin masih dapat berkerja
dengan baik. Beban pendinginan per kg amonia produk yang lebih banyak dibanding
design dapat diakibatkan juga dari turunnya konversi reaktor, karena jumlah amonia
produk yang turun.
Tabel 5.1 Konversi H2 Aktual dan Maksimum Teoritis Pada Kondisi Operasi
- Nilai konversi pada bed ke-4 diakubatkan karena temperatur masuk bed ke-4 yang
terlalu besar.
- Nilai konversi pada bed ke-4 dapat ditingkatkan dengan menurunkan temperatur
masuk bed yakni menaikan laju alir quench ke-3 dengan menurunkan sedikit laju
alir masuk bed pertama.
- Beban Pendingin Unit Syn-loop (Cooling Water dan Refrigeran NH3) secara aktual
adalah 2.240 MJ/kg NH3 Produk yakni lebih besar 4.90% dari design. Sehingga
dapat dikatakan performa pendingin 117-C, 118-C, 119-C dan 124-C masih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dashti, A., Khorsand, K., Marvast, MA. and Kakavand, M. 2006. Modeling and Simulation
of Ammonia Synthesis Reactor. Journal of Petroleum & Coal.
48(2):15-23.
Gunorubon, A.J., dan Raphae, R.N., 2014. Simulation of An Ammonia Synthesis Converter.
Canadian Journal of Pure & Applied Science. 8(2): 2913-2923
McCabe, Warren L., dkk. 1993. Unit Operations of Chemical Engineering 5th Edition.
Singapore: McGraw-Hill, Inc.
Perry’s, R. H., dan Don W. Green. 2008. Chemical Engineering Handbook 8th Edition.
New York: McGrawHill.
Treybal, Robert E. 1981. Mass Transfer Operations 3rd Edition. Singapore: McGrawHill
Book.
Laporan Umum 32
LAMPIRAN
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran A PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR
A B C D E Eq.
a
Ar (g) 20.616 0 0 0 0 1
a
N2 (g) 26.962 0.004148 0 0 0 1
a
CH4 (g) 7.0599 0.003360 0 0 0 1
a
H2 (g) 27.460 0.026132 0 0 0 1
a -5
NH3 (g) 55.704 0.075499 -1.799 x 10 0 0 1
b
Ar (l) 134.39 -1.9894 0.01104 0 0 1
b
N2 (l) 281.97 -12.281 0.24800 -0.00222 -7.490 x 10-6 1
b
CH4 (l) 0.065708 38.883 -0.25795 0.61407 0 2
b
H2 (l) 0.066653 6.7659 -0.12363 0.47827 0 2
b
NH3 (l) 0.061289 80.925 0.79940 -2.65100 0 2
Sumber : aJames O. Malone, Perry’s Chemical Engineers Handbook 8th Ed. Tabel 2-151 (2008)
b
James O. Malone, Perry’s Chemical Engineers Handbook 8th Ed. Tabel 2-153 (2008)
(1) 𝐶𝑝 = 𝐴 + 𝐵𝑇 + 𝐶𝑇 2 + 𝐷𝑇 3 + 𝐸𝑇 4
𝐴2 𝐶 2 3 𝐶𝐷 4 𝐷2 5 𝑇
(2) 𝐶𝑝 = + 𝐵 − 2𝐴𝐶𝑡 − 𝐴𝐷𝑡 2 − 𝑡 − 𝑡 − 𝑡 ; 𝑡=1−
𝑡 3 2 5 𝑇𝑐
𝑇 : Temperatur (K)
𝑇𝑐 : Temperatur Kritik (K)
𝐶𝑝 : Kapasitas Panas (kJ/kmol.K)
A x 10-4 B C D
Ar 0.87308 0.35260 0.00000 0.00000
N2 0.74905 0.40406 -0.31700 0.27343
CH4 1.01940 0.26087 -0.14694 0.22154
H2 0.10127 0.69800 -1.81700 1.44700
NH3 3.15230 0.39140 -0.22890 0.23090
Sumber : James O. Malone, Perry’s Chemical Engineers Handbook 8th Ed. Tabel 2-150 (2008)
𝑇 𝑇 2
𝐵+𝐶(𝑇𝑐 )+𝐷(𝑇𝑐 )
𝑇
𝜆 = 𝐴 (1 − )
𝑇𝑐
𝑇: Temperatur (K) 𝑇𝑐: Temperatur Kritik (K) 𝜆 : Panas Laten (kJ/kmol)
52
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran A PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
A B C D E
-5
Ar 42.127 -1093.1 -4.1425 5.7254 x 10 2
N2 58.282 -1084.1 -8.3144 4.4127 x 10-2 1
CH4 39.205 -1324.4 -3.4366 3.1019 x 10-5 2
H2 12.690 -94.896 1.1125 3.2915 x 10-4 2
NH3 90.483 -4669.7 -11.607 1.7194 x 10-2 1
Sumber : James O. Malone, Perry’s Chemical Engineers Handbook 8th Ed. Tabel 2-55 (2008)
𝐵
𝑃 = exp (𝐴 + + 𝐶ln(𝑇) + 𝐷𝑇 𝐸 )
𝑇
𝑇 : Temperatur (K)
𝑃 : Tekanan Uap Jenuh (Pa)
53
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran B PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
LAMPIRAN B
DATA ANALISA LAB DAN LOG SHEET
108-
GAS 101-D PRIMARY REFORMER SECONDARY REFORMER SHIFT CONV.
ANALISA DB
ALAM
IN OUT OUT 101-B 103-D HTS LTS
Jam 7 23 7 23 23 7 15 23 7 15 9
CO2 5.82 11.42 12.91 12.78 8.98 9.08 9.06 17.42 18.81
CO 9.05 8.87 8.72 12.15 12.58 11.58 1.98 0.15
Ar 0.03 0.01 0.01 0.01 0.23 0,24 0.22
N2 4.58 1.56 1.47 1.5 21.98 22.84 20.66
CH4 81.53 10.54 10.34 10 0.31 0.31 0.28
H2 0 2.63 2.24 67.42 66.4 66.99 56.35 54.59 58.2
H2S 6.35
C2 3.23 METHANATOR AMONIA CONVENTER 105-D
ANALISA
C3 2.78 106-D INLET OUTLET
i-C4 0.59 Jam 23 7 15 23 7 15 23 7 15
n-C4 0.68 Ar 0.28 0.29 0.29 2.7 2.78 2.72 3.22 3.18 3.05
i-C5 0.26 N2 25.2 25/59 25.59 19.85 22.5 20.39 17.44 19 17.14
n-C5 0.17 CH4 0.57 0.62 0.62 4.73 4.54 4.45 5.07 5.16 5.02
C6+ 0.33 H2 73.95 73.5 73.5 70.86 68.36 70.54 60.61 58.15 61.63
Total NH3 1.86 1.82 1.9 13.66 13.61 13.16
N2+H2 2.93 2.93 2.87 3.57 3.04 3.46 3.48 392 3.6
HYDROGEN RECOVERY UNIT (PGRU)
ANALISA
S1 S2 S3 S15 ANALISA S-4 S-6
Jam 15 Jam - 23 7 15 23 7 15
Ar 3.67 1.5 1.85 8.26 NH3 ppm 10 10 8 8 9 15
N2 20.16 5.16 8.03 54.01 Ar % 0.41 NH3 PRODUCT
ANALISA
CH4 5.57 1.42 2.49 15.56 N2 % 1.24 124-J S-5
H2 68.68 91.92 87.63 22.17 CH4 % 0.37 Jam 8
NH3 1.92 H2 % 97.98 NHA3% 9988 88.32
H2O% 0.12 11.68
LEAN BENFIELD STEAM DRUM DEARATOR
ANALISA ANALISA
1110-J 101-F 101-U
Jam 23 7 15 Jam 23 7 15 23 7 15
Temp 30 pH 9.6 9.8 9.6 9.6 9.6
pH 10.41 Cond. 41 12
Sp.Gr. 1.266 SiO2 0.07
K2CO3 19.02 N2H4 0.081 0.082 0.079
KHCO3 10.13 PO4 7.2 9.7 11.2
Eq.K2CO3 26.02 Fe
Fc 0.27 SO4
F 0.24
DEA 1.9 CONDENSATE
ANALISA ANALISA 108-D
KVO3 0.88 123-C 101-JC
V5+ 0.71 Jam 15 Jam DB
Fe 35 41 pH 9.8 9.7 H2S
Foam, 3.2 7 Cond. 13 13
Colaps. t, 1.9 2.8 SiO2
54
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran B PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
55
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran B PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
Tabel B3 Shortcut Log Sheet No.10 Tanggal 9 Juni 2016 Tabel B4 Shortcut Log Sheet No.11 Tanggal 9 Juni 2016
SYNTHESIS GAS COMPRESSOR 103-J
206 (3 STG PRISM SEPARATOR) PURGE GAS
LP CASE SUCTION HP CASE
FLOW DIFF PRESS 1 1ST STG PRESS PICa-6 FLOW DISCH O/V
TIME TIME
FIC-206-1 DPI-206-2 FI-206-3 PIC-206-4 Fra-204 PRESS O/V Fra-40 PIa-80 MIC-34
kg/J % kg/cm2 kg/J kg/cm2 % kg/J kg/cm2 % DIV kg/cm2 %
500-1000 1-100 40-60 65-70 65-70 0-100 5000-13000 22-26 0-100 5-8.2 120-150 0-100
0 480 12 32.25 >1000 62 10 8200 0 22.5 43 6.6 130 0
2 480 12 31.5 >1000 62 10 8200 2 22.5 43 6.65 130 0
4 480 12 32 >1000 62 10 8100 4 22.5 43 6.7 130 0
6 480 12 32 >1000 62 10 8100 6 22.5 42 6.7 130 0
8 480 12 31.5 >1000 62 12 8000 8 22.5 44 6.7 130 0
10 480 12 30.75 >1000 62 12 8000 10 22.7 43 6.6 130 0
12 480 12 33 >1000 62 11 7800 12 22.5 42 6.6 130 0
14 480 12 32 >1000 62 11 7800 14 22.5 45 6.6 130 0
16 480 12 31.5 >1000 62 12 8000 16 22.5 45 6.7 130 0
18 480 12 33 >1000 62 12 8200 18 22.5 45 6.7 130 0
20 480 12 33 >1000 62 12.5 7800 20 22.5 45 6.7 130 0
22 480 12 33.75 >1000 62 12 8200 22 22.5 45 6.7 130 0
56
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran B PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
57
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran C PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN NERACA MASSA
Gambar C.1 Unit Syn Gas Compressor, Syn-Loop dan Ammonia Converter
58
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran C PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
59
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran C PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
Standard volume flow keadaan standar terkoreksi dhitung menggunakan persamaan berikut
(𝑃𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑇𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 ) (23.03)(308)
Standard Vol Flow = 𝑅 ∙ 𝑓√ = 4300 (1)√ = 3999.8 Nm3 /jam
(𝑃𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 𝑇𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 ) (26.53)(309)
Jika densitas pada keadaan standar diketahui maka mass flow keadaan aktual
𝐹2 = 𝜌𝑄 = 0.1815(3999.8) = 725.9715 kg/jam
Menggunakan cara yang sama maka diperoleh data mass flow keadaan aktual untuk aliran lainnya seperti pada tabel C.4
Tabel C.4 Mass Flow Aktual Hasil dari Log Sheet
Stream 2 Stream 4 Stream 6 Stream 8 Stream 12
Keadaan
Aktual Design Aktual Design Aktual Design Aktual Design Aktual Design
Temperatur, T (K) 309 308 329 308 417 375 305 308 334 335.4
Tekanan, P (bar) 23.03 26.53 23.53 26.53 62 75 63.03 41 132.03 147.03
Data Terbaca, R 4300 6.6 7.1 480 5.5
f 1 17500 200 1 90000
Std. Density, 𝜌 (kg/m3) 0.1815 0.3806 0.3806 0.2268 0.4174
Std. Vol. flow, V (Nm3/jam) 3999.8 105245 1224.3 598.1 470053
Mass Flow, F (kg/jam) 725.97 40056 465.98 135.64 196200
60
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran C PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
Dengan menggunakan asumsi bahwa H2O terbuang semua di 104-F maka laju dry basis
stream 4 sama dengan stream 3, begitu juga dengan komposisinya.
𝐹3 = 𝐹4 = 40056 kg/jam
Sehingga Laju alir massa Stream 1 dapat diperoleh dengan menggunakan neraca massa
𝐹1 = 𝐹3 − 𝐹2
𝐹1 = 40056.27 − 725.971
𝐹1 = 39330.29 kg/jam
61
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran C PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
62
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran C PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
6
5
Gambar C3 Slit-1
Aliran pada Split 1 ini, membagi Stream 5 menjadi Stream 6 dan Stream 7. Persamaan
Neraca massa yang digunakan, yaitu neraca massa tanpa reaksi dengan persamaan
sebagai berikut
𝐹7 = 𝐹5 − 𝐹6
𝐹7 = 40056.27 − 465.98
𝐹7 = 39590 kg/jam
63
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran C PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
Setelah Stream 7 dan Stream 8 terevaluasi, maka Stream 9 dapat ditentukan dengan
neraca massa tanpa reaksi sebagai berikut
𝐹9 = 𝐹7 + 𝐹8
𝐹9 = 4567 + 26
𝐹9 = 4593 kmol/jam
Dan mencari komposisi dari Stream 9 dengan neraca senyawa sebagai berikut
Neraca Ar
𝑥𝐴𝑟,7 𝐹7 + 𝑥𝐴𝑟,8 𝐹8 = 𝑥𝐴𝑟,9 𝐹9
0.0034(4567) + 0.0185(26) = 𝑥𝐴𝑟,9 4593
𝑥𝐴𝑟,9 = 0.0034
64
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran C PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
Neraca N2
𝑥𝑁2,7 𝐹7 + 𝑥𝑁2,8 𝐹8 = 𝑥𝑁2,9 𝐹9
0. 2481(4567) + 0.0803(26) = 𝑥𝑁2,9 4593
𝑥𝑁2,9 = 0.2471
Neraca CH4
𝑥𝐶𝐻4,7 𝐹7 + 𝑥𝐶𝐻4,8 𝐹8 = 𝑥𝐶𝐻4,9 𝐹9
0.0065(4567) + 0.0249(26) = 𝑥𝐶𝐻4,9 4593
𝑥𝐶𝐻4,9 = 0.0066
Neraca H2
𝑥𝐻2,7 𝐹7 + 𝑥𝐻2,8 𝐹8 = 𝑥𝐻2,9 𝐹9
0.7420(4567) + 0.8763(26) = 𝑥𝐻2,9 4593
𝑥𝐻2,9 = 0.7428
Neraca NH3
𝑥𝑁𝐻3,7 𝐹7 + 𝑥𝑁𝐻3,8 𝐹8 = 𝑥𝑁𝐻3,9 𝐹9
𝑘𝑚𝑜𝑙
0 ∗ 4567 + 0 ∗ 26 = 𝑥𝑁𝐻3,9 4593
𝑗𝑎𝑚
𝑥𝑁𝐻3,9 = 0
65
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran C PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
66
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran C PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
Sehingga, komposisi dari Stream 12 dapat ditentukan dengan neraca massa tanpa reaksi
Neraca Ar
𝑥𝐴𝑟,10 𝐹10 + 𝑥𝐴𝑟,11 𝐹11 = 𝑥𝐴𝑟,12 𝐹12
0.0034(4593) + 0.0305(15205) = 𝑥𝐴𝑟,12 19799
𝑥𝐴𝑟,12 = 0.0242
Neraca N2
𝑥𝑁2,10 𝐹10 + 𝑥𝑁2,11 𝐹11 = 𝑥𝑁2,12 𝐹12
0. 2471(4593) + 0.1714(15205) = 𝑥𝑁2,12 19799
𝑥𝑁2,12 = 0.1890
Neraca CH4
𝑥𝐶𝐻4,10 𝐹10 + 𝑥𝐶𝐻4,11 𝐹11 = 𝑥𝐶𝐻4,12 𝐹12
0.0066(4593) + 0.0502(15205) = 𝑥𝐶𝐻4,12 19799
𝑥𝐶𝐻4,12 = 0.0401
Neraca H2
𝑥𝐻2,10 𝐹10 + 𝑥𝐻2,11 𝐹11 = 𝑥𝐻2,12 𝐹12
0.7428(4593) + 0.6163(15205) = 𝑥𝐻2,12 19799
𝑥𝐻2,12 = 0.6457
Neraca NH3
𝑥𝑁𝐻3,10 𝐹10 + 𝑥𝑁𝐻3,11 𝐹11 = 𝑥𝑁𝐻3,12 𝐹12
0(4593) + 0.1316(15205) = 𝑥𝑁𝐻3,12 19799
𝑥𝑁𝐻3,12 = 0.1011
67
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran C PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
Neraca senyawa NH3 digunakan untuk menentukan laju alir stream 14 dan 13
68
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran C PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
105-D
16
Stream 14 ke stream 16 hanya terjadi perubahan energy, sehingga laju alir massa dan
komposisinya sama. Komposisi stream 16 dan hasil komposisi reaksi stream 17 adalah
sebagai berikut
Tabel C12 Data Stream 14 dan 15
Stream 14 Stream 15
Komponen BM (kg/kmol)
Fraksi mol Fraksi massa Fraksi mol Fraksi massa
Ar 39.95 0.0278 0.11317 0.0305 0.118406
N2 28 0.2250 0.641966 0.1714 0.466364
CH4 16 0.0454 0.07402 0.0502 0.078051
H2 2 0.6836 0.139317 0.6163 0.119778
NH3 17 0.0182 0.031528 0.1316 0.217401
Sumber Data Analisis Lab Perhitungan Analisis Lab Perhitungan
BM rata-rata (kg/kmol) 9.81361 10.29068
69
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran C PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
Dari tabel C12, maka dapat diperoleh neraca massa tiap komponen pada tabel berikut
Tabel C13 Hasil Perhitungan Stream 14 dan 15
Stream 14 Stream 15
Komponen BM (kg/kmol)
Mol flow Mass flow Mol flow Mass flow
Ar 39.95 475 18989 497 19867
N2 28 3847 107716 2795 78252
CH4 16 776 12420 819 13096
H2 2 11688 23376 10049 20098
NH3 17 311 5290 2146 36478
Total 17098 167791 16305 167791
18
Gambar C8 Slit-2
Aliran pada Split 2 ini, membagi Stream 18 menjadi Stream 11 dan Stream 19.
Persamaan Neraca massa yang digunakan, yaitu neraca massa tanpa reaksi dengan
persamaan sebagai berikut
𝐹19 = 𝐹18 − 𝐹11
𝐹19 = 167791 − 156474
𝐹19 = 11317 kg/jam
70
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran C PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
Diketahui pada kondisi operasi di pabrik, bahwa stream 20 memiliki laju alir sebagai
sebesar 7800 kg/jam. Maka mol flow stream 20
𝑀𝑎𝑠𝑠 𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑆𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 20 7800
𝑀𝑜𝑙 𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑆𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 20 = = = 804 kmol/jam
𝐵𝑀 𝑎𝑣𝑒 𝑆𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 20 9.7022
Mol flow Stream 21
𝐹21 = 𝐹19 − 𝐹20
𝐹21 = 1100 − 804
𝐹21 = 296 kmol/jam
Dan komposisi dari Stream 21 dapat ditentukan melalui neraca massa tanpa reaksi
Neraca Ar
𝑥𝐴𝑟,19 𝐹19 − 𝑥𝐴𝑟,20 𝐹20 = 𝑥𝐴𝑟,21 𝐹21
0.0305(1100) − 0.0367(804) = 𝑥𝐴𝑟,21 264
𝑥𝐴𝑟,21 = 0.012
Neraca N2
𝑥𝑁2,19 𝐹19 − 𝑥𝑁2,20 𝐹20 = 𝑥𝑁2,21 𝐹21
0. 1714(1100) − 0.2016 (804) = 𝑥𝑁2,21 264
𝑥𝑁2,21 = 0.079
71
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran C PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
Neraca CH4
𝑥𝐶𝐻4,19 𝐹19 − 𝑥𝐶𝐻4,20 𝐹20 = 𝑥𝐶𝐻4,21 𝐹21
0.0502 (1100) − 0.0557(804) = 𝑥𝐶𝐻4,21 264
𝑥𝐶𝐻4,21 = 0.033
Neraca H2
𝑥𝐻2,19 𝐹19 − 𝑥𝐻2,20 𝐹20 = 𝑥𝐻2,21 𝐹21
0.6163 (1100) − 0.6868(804) = 𝑥𝐻2,21 264
𝑥𝐻2,21 = 0.401
Neraca NH3
𝑥𝑁𝐻3,19 𝐹19 − 𝑥𝑁𝐻3,20 𝐹20 = 𝑥𝑁𝐻3,21 𝐹21
0.1316 (1100) − 0.0192(804) = 𝑥𝑁𝐻3,21 264
𝑥𝑁𝐻3,21 = 0.474
Produk dari 107-F, berupa Vapor (Stream 22) dan Liquid (Stream 23), produk yang
berupa vapor akan diteruskan pada alat 101-B untuk dibakar, sedangkan produk liquid
diteruskan ke sistem refrijerasi pada alat 112-F
72
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran C PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
Untuk mengetahui Laju alir Stream 22 dan Stream 23, diperlukan data komposisi dan
laju alir massa Stream 13 dan data komposisi dan laju alir massa Stream 21. Serta di
asumsikan semua NH3 masih keadaan liquid dan keluar ke stream 23
73
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran C PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
Neraca N2
𝑥𝑁2,13 𝐹13 + 𝑥𝑁2,21 𝐹21 = 𝑥𝑁2,22 𝐹22 + 𝑥𝑁2,23 𝐹23
0(1690.5) + 0.079(264) = 𝑥𝑁2,22 139 + 0(1816)
𝑥𝑁2,22 = 0.1509
Neraca CH4
𝑥𝐶𝐻4,13 𝐹13 + 𝑥𝐶𝐻4,21 𝐹21 = 𝑥𝐶𝐻4,22 𝐹22 + 𝑥𝐶𝐻4,23 𝐹23
0(1690.5) + 0.033(264) = 𝑥𝐶𝐻4,22 139 + 0(1816)
𝑥𝐶𝐻4,22 = 0.0636
Neraca H2
𝑥𝐻2,13 𝐹13 + 𝑥𝐻2,21 𝐹21 = 𝑥𝐻2,22 𝐹22 + 𝑥𝐻2,23 𝐹23
0(1690.5) + 0.401(264) = 𝑥𝐻2,22 139 + 0(1816)
𝑥𝐻2,22 = 0.7634
C.3 H2 Konversi
- Konversi H2 di Reaktor Ammonia 105-D
H2 inlet reaktor aktual − H2 outlet reaktor aktual
Konversi H2 Aktual Reaktor = 100%
H2 inlet reaktor aktual
𝑥𝐻2,16 𝐹16 − 𝑥𝐻2,17 𝐹17
Konversi H2 Aktual Reaktor = 100%
𝑥𝐻2,16 𝐹16
0.6836(17098) − 0.6163(16305)
Konversi H2 Aktual Reaktor = 100%
0.6836(17098)
Konversi H2 Aktual Reaktor = 14.02% mol
74
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran C PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
75
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran D PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
LAMPIRAN D
PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN
Stream, i A B C D E F
o
Temperatur,T ( C) 61 -23 -23 24 40 14
Tekanan,P (bar) 132 131 131 131 129 129
Total mole flow,Fi (kmol/h) 19799 19799 17064 17064 1068 1068
Vapor mole flow,Vi (kmol/h) 19799 17064 17064 17064 0 804
Liquid mole flow,Li (kmol/h) 0 2735 0 0 0 264
Fraksi mole total, xFAr i 0.0242 0.0242 0.0278 0.0278 0.0305 0.0305
xFN2 i 0.1890 0.1890 0.2250 0.2250 0.1714 0.1714
xFCH4 i 0.0401 0.0401 0.0454 0.0454 0.0502 0.0502
xFH2 i 0.6457 0.6457 0.6836 0.6836 0.6163 0.6163
xFNH3 i 0.1011 0.1011 0.0182 0.0182 0.1316 0.1316
Fraksi mole vapor xVAr i 0.0242 0.0278 0.0278 0.0278 0.0305 0.0367
xVN2 i 0.1890 0.2250 0.2250 0.2250 0.1714 0.2016
xVCH4 i 0.0401 0.0454 0.0454 0.0454 0.0502 0.0557
xVH2 i 0.6457 0.6836 0.6836 0.6836 0.6163 0.6868
xVNH3 i 0.1011 0.0182 0.0182 0.0182 0.1316 0.0192
Fraksi mole liquid xLAr i 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.012
xLN2 i 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.079
xLCH4 i 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.033
xLH2 i 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.401
xLNH3 i 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.474
76
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran D PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
Berdasarkan gambar D1 beban pendingin (cooling water dan NH3 refrigeran) per kg NH3 terproduksi dapat dihitung dengan persamaan
∆𝐻𝐴𝐵 − ∆𝐻𝐶𝐷 + ∆𝐻𝐸𝐺
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 =
𝑁𝐻3 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
NH3 terproduksi yakni jumlah NH3 yang berhasil dipisahkan pada unit ini (Stream 23 pada gambar C1). Berdasarkan hasil neraca massa
lampiran C jumlah NH3 terproduksi adalah 30864 kg/jam
Perhitungan ∆𝑯𝑨𝑩
Stream A ke B terjadi proses perubahan fasa sebagian, sehingga ∆𝐻𝐴𝐵 dihitung dengan penjumlahan Specific Heat (HS) dan Laten Heat (HL)
- Specific heat gas (𝑯𝑺𝟏 ) dari temperatur stream A ke temperature didih (Tdew)
𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤
𝐻𝑆1 = 𝐹𝐴 (𝑥𝐹,𝐴𝑟,𝐴 ∫ 𝐶𝑝𝐴𝑟 𝑑𝑇 + 𝑥𝐹,𝑁2,𝐴 ∫ 𝐶𝑝𝑁2 𝑑𝑇 + 𝑥𝐹,𝐶𝐻4,𝐴 ∫ 𝐶𝑝𝐶𝐻4 𝑑𝑇 + 𝑥𝐹,𝐻2,𝐴 ∫ 𝐶𝑝𝐻2 𝑑𝑇 + 𝑥𝐹,𝑁𝐻3,𝐴 ∫ 𝐶𝑝𝑁𝐻3 𝑑𝑇)
𝑇𝐴 𝑇𝐴 𝑇𝐴 𝑇𝐴 𝑇𝐴
303.071 303.071
77
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran D PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
𝐻𝑆2 = 𝐹𝐵𝐿 𝑥𝐿,𝐴𝑟,𝐴 ∫ 𝐶𝑝𝐴𝑟𝐿 𝑑𝑇 + 𝐹𝐵𝐿 𝑥𝐿,𝑁2,𝐴 ∫ 𝐶𝑝𝑁2𝐿 𝑑𝑇 + 𝐹𝐵𝐿 𝑥𝐿,𝐶𝐻4,𝐴 ∫ 𝐶𝑝𝐶𝐻4𝐿 𝑑𝑇 + 𝐹𝐵𝐿 𝑥𝐿,𝐻2,𝐴 ∫ 𝐶𝑝𝐻2𝐿 𝑑𝑇 + 𝐹𝐵𝐿 𝑥𝐿,𝑁𝐻3,𝐴 ∫ 𝐶𝑝𝑁𝐻3𝐿 𝑑𝑇
𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤
𝑇𝐵 𝑇𝐵 𝑇𝐵 𝑇𝐵 𝑇𝐵
𝐻𝑆2 = 𝐹𝐵𝐿 (0) ∫ 𝐶𝑝𝐴𝑟𝐿 𝑑𝑇 + 𝐹𝐵𝐿 (0) ∫ 𝐶𝑝𝑁2𝐿 𝑑𝑇 + 𝐹𝐵𝐿 (0) ∫ 𝐶𝑝𝐶𝐻4𝐿 𝑑𝑇 + 𝐹𝐵𝐿 (0) ∫ 𝐶𝑝𝐻2𝐿 𝑑𝑇 + 𝐹𝐵𝐿 (1) ∫ 𝐶𝑝𝑁𝐻3𝐿 𝑑𝑇
𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤
−12+273
2 3
0.061289 𝑇 𝑇 𝑇
𝐻𝑆2 = (2735)(1) ∫ + 80.925 − 97.989 (1 − ) + 162.477 (1 − ) − 213.013 (1 − )
𝑇 405.65 405.65 405.65
303.071 1−
405.65
4 5
𝑇 𝑇
+ 1059.605 (1 − ) − 1405.56 (1 − ) 𝑑𝑇
405.65 405.65
𝐻𝑆2 = −1.129 ∙ 107 kJ/h
78
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran D PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
- Specific heat gas (𝑯𝑺𝟑 ) dari temperature didih (Tbubl) ke temperatur stream B
𝑇𝐵 𝑇𝐵 𝑇𝐵 𝑇𝐵 𝑇𝐵
𝐻𝑆3 = 𝐹𝐵 (𝑥𝑉,𝐴𝑟,𝐵 ∫ 𝐶𝑝𝐴𝑟 𝑑𝑇 + 𝑥𝑉,𝑁2,𝐵 ∫ 𝐶𝑝𝑁2 𝑑𝑇 + 𝑥𝑉,𝐶𝐻4,𝐵 ∫ 𝐶𝑝𝐶𝐻4 𝑑𝑇 + 𝑥𝑉,𝐻2,𝐵 ∫ 𝐶𝑝𝐻2 𝑑𝑇 + 𝑥𝑉,𝑁𝐻3,𝐵 ∫ 𝐶𝑝𝑁𝐻3 𝑑𝑇)
𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤
−12+273 −12+273
79
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran D PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
Perhitungan ∆𝑯𝑪𝑫
Stream C ke D hanya terjadi perubahan suhu tanpa terjadi proses perubahan fasa, sehingga ∆𝐻𝐶𝐷 dihitung dengan penjumlahan Specific Heat
𝑇𝐷 𝑇𝐷 𝑇𝐷 𝑇𝐷 𝑇𝐷
∆𝐻𝐶𝐷 = 𝐹𝐶 (𝑥𝐹,𝐴𝑟,𝐶 ∫ 𝐶𝑝𝐴𝑟 𝑑𝑇 + 𝑥𝐹,𝑁2,𝐶 ∫ 𝐶𝑝𝑁2 𝑑𝑇 + 𝑥𝐹,𝐶𝐻4,𝐶 ∫ 𝐶𝑝𝐶𝐻4 𝑑𝑇 + 𝑥𝐹,𝐻2,𝐶 ∫ 𝐶𝑝𝐻2 𝑑𝑇 + 𝑥𝐹,𝑁𝐻3,𝐶 ∫ 𝐶𝑝𝑁𝐻3 𝑑𝑇)
𝑇𝐶 𝑇𝐶 𝑇𝐶 𝑇𝐶 𝑇𝐶
28+273 28+273
Perhitungan ∆𝑯𝑬𝑮
Stream E ke G terjadi proses perubahan fasa sebagian, sehingga ∆𝐻𝐸𝐺 dihitung dengan penjumlahan Specific Heat (HS) dan Laten Heat (HL)
- Laten heat condensed liquid (𝑯𝑳 )
𝑇𝑐𝐴𝑟 , 𝑇𝑐𝐻2 , 𝑇𝑐𝑁2 , 𝑇𝑐𝐶𝐻4 < 𝑇𝑑𝑒𝑤 sehingga 𝜆𝐴𝑟 , 𝜆𝑁2 , 𝜆𝐶𝐻4 , 𝜆𝐻2 = 0 maka persamaan laten heat condensed liquid menjadi
𝐻𝐿 = 𝐹𝐺𝐿 𝑥𝐿,𝐴𝑟,𝐺 𝜆𝐴𝑟 + 𝐹𝐺𝐿 𝑥𝐿,𝑁2,𝐺 𝜆𝑁2 + 𝐹𝐺𝐿 𝑥𝐿,𝐶𝐻4,𝐺 𝜆𝐶𝐻4 + 𝐹𝐺𝐿 𝑥𝐿,𝐻2,𝐺 𝜆𝐻2 + 𝐹𝐺𝐿 𝑥𝐿,𝑁𝐻3,𝐺 𝜆𝑁𝐻3
𝐻𝐿 = 𝐹𝐺𝐿 𝑥𝐿,𝑁𝐻3,𝐺 𝜆𝑁𝐻3
80
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran D PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
2
𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇
+ 0.2309 ( 𝑑𝑒𝑤 )
𝑇𝑑𝑒𝑤 0.3914 − 0.2289 𝑇𝑐 𝑇𝑐
𝐻𝐿 = 𝐹𝐺𝐿 𝑥𝐿,𝑁𝐻3,𝐺 3.1523 ∙ 104 (1 − )
𝑇𝑐
311.326 311.326 2
0.3914 − 0.2289 + 0.2309 ( )
311.326 405.65 405.65
𝐻𝐿 = (264)(0.474)3.1523 ∙ 104 (1 − ) = −2.361 ∙ 106 kJ/h
405.65
(perolehan Tdew terlampir pada lampiran F)
- Specific heat gas (𝑯𝑺𝟏 ) dari temperatur stream E ke temperature didih (Tbubl)
𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤
𝐻𝑆1 = 𝐹𝐸 (𝑥𝐹,𝐴𝑟,𝐸 ∫ 𝐶𝑝𝐴𝑟 𝑑𝑇 + 𝑥𝐹,𝑁2,𝐸 ∫ 𝐶𝑝𝑁2 𝑑𝑇 + 𝑥𝐹,𝐶𝐻4,𝐸 ∫ 𝐶𝑝𝐶𝐻4 𝑑𝑇 + 𝑥𝐹,𝐻2,𝐸 ∫ 𝐶𝑝𝐻2 𝑑𝑇 + 𝑥𝐹,𝑁𝐻3,𝐸 ∫ 𝐶𝑝𝑁𝐻3 𝑑𝑇)
𝑇𝐸 𝑇𝐸 𝑇𝐸 𝑇𝐸 𝑇𝐸
311.326 311.326
81
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran D PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
82
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran D PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
- Specific heat gas (𝑯𝑺𝟑 ) dari temperature didih (TDew) ke temperatur stream G
𝑇𝐺 𝑇𝐺 𝑇𝐺 𝑇𝐺 𝑇𝐺
𝐻𝑆3 = 𝐹𝐺 (𝑥𝑉,𝐴𝑟,𝐺 ∫ 𝐶𝑝𝐴𝑟 𝑑𝑇 + 𝑥𝑉,𝑁2,𝐺 ∫ 𝐶𝑝𝑁2 𝑑𝑇 + 𝑥𝑉,𝐶𝐻4,𝐺 ∫ 𝐶𝑝𝐶𝐻4 𝑑𝑇 + 𝑥𝑉,𝐻2,𝐺 ∫ 𝐶𝑝𝐻2 𝑑𝑇 + 𝑥𝑉,𝑁𝐻3,𝐺 ∫ 𝐶𝑝𝑁𝐻3 𝑑𝑇)
𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑇𝑑𝑒𝑤
14+273 14+273
∫ −6 2 ∫
+ 0.0557 8.314(1.702 + 0.009081𝑇 + −2.164 ∙ 10 𝑇 )𝑑𝑇 + 0.6868 4.184(6.62 + 0.00081𝑇)𝑑𝑇
311.326 311.326
14+273
83
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran D PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
Sehingga beban pendingin actual (cooling water dan NH3 refrigeran) per kg NH3
terproduksi adalah
∆𝐻𝐴𝐵 − ∆𝐻𝐶𝐷 + ∆𝐻𝐸𝐺
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =
𝑁𝐻3 𝑇𝑒𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
(1.066 ∙ 108 − 2.455 ∙ 107 + 3.908 ∙ 106 )kj/h
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =
30864 kg NH3 /h
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 2.532 MJ/kg NH3
Dengan cara yang sama dapat dihitung juga beban pendingin per kg NH3 terproduksi
berdasarkan design awal, sehingga diperoleh
∆𝐻𝐴𝐵,𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 − ∆𝐻𝐶𝐷,𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 + ∆𝐻𝐸𝐺,𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 =
𝑁𝐻3 𝑇𝑒𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐷𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛
(1.436 ∙ 108 − 5.137 ∙ 107 + 2.548 ∙ 106 )kj/h
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 =
45216 kg NH3 /h
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 = 2.097 MJ/kg NH3
84
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran E PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
LAMPIRAN E
PERHITUNGAN PERFORMA
AMMONIA CONVERTER 105-D
- Algoritma_Perhitungan_Laju_Alir_Quench
%---------------Algoritma_Perhitungan_Laju_Alir_Quench---------------
format long
phi = 3.1415926535897932384626433832795;
Hr = -92.4*1000;
% DATA Cp
data_Cp = [20.616 0 0 0 0 ; 26.962 0.004148 0 0 0 ;
14.15043 0.075499 -1.8E-05 0 0 ; 27.45976 0.00336 0 0 0 ;
27.7916 0.026132 0 0 0 ];
data_Mr = [39 ; 28 ; 16 ; 2 ; 17];
85
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran E PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
% DATA T
Tquench = 144 + 273; Pbed1in = 130*10^5;
Tbed1in = 354 + 273; Tbed1out = 422 + 273;
Tbed2in = 420 + 273; Tbed2out = 460 + 273;
Tbed3in = 426 + 273; Tbed3out = 459 + 273;
Tbed4in = 447 + 273; Tbed4out = 460 + 273;
mbed1in = 17064;
fbed1in = [0.0278 ; 0.2250 ; 0.0454 ; 0.6836 ; 0.0182 ];
cek2 = 10000;
kk = 1;
while cek2 > 0.01
mbed1in = mbed1in - 1;
% BED 1st
Tbedin = Tbed1in; mbedin = mbed1in;
Tbedout = Tbed1out; fbedin = fbed1in;
Convaktual
Conv_N2(1) = convN2; Conv_H2(1) = convH2;
fbed1out = fbedout; mbed1out = mbedout;
%QUENCH 1st
fqin = fbed1out; mqin = mbed1out;
Tqin = Tbed1out; Tqout = Tbed2in;
Sheet_Calc_Neraca_Massa_Energi
quench(1) = mquench; fbed2in = fqout; mbed2in = mqout;
% BED 2nd
Tbedin = Tbed2in; mbedin = mbed2in;
Tbedout = Tbed2out; fbedin = fbed2in;
Convaktual
Conv_N2(2) = convN2; Conv_H2(2) = convH2;
fbed2out = fbedout; mbed2out = mbedout;
%QUENCH 2nd
fqin = fbed2out; mqin = mbed2out;
Tqin = Tbed2out; Tqout = Tbed3in;
Sheet_Calc_Neraca_Massa_Energi
quench(2) = mquench; fbed3in = fqout; mbed3in = mqout;
86
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran E PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
% BED 3rd
Tbedin = Tbed3in; mbedin = mbed3in;
Tbedout = Tbed3out; fbedin = fbed3in;
Convaktual
Conv_N2(3) = convN2; Conv_H2(3) = convH2;
fbed3out = fbedout; mbed3out = mbedout;
%QUENCH 3rd
fqin = fbed3out; mqin = mbed3out;
Tqin = Tbed3out; Tqout = Tbed4in;
Sheet_Calc_Neraca_Massa_Energi
quench(3) = mquench; fbed4in = fqout; mbed4in = mqout;
% BED 4st
Tbedin = Tbed4in; mbedin = mbed4in;
Tbedout = Tbed4out; fbedin = fbed4in;
Convaktual
Conv_N2(4) = convN2; Conv_H2(4) = convH2;
fbed4out = fbedout; mbed4out = mbedout;
cek2 = mbedout - 16273;
kk = kk+1;
end
All_N2_in = mbed1in*fbed1in(2) +
(quench(1)+quench(2)+quench(3))*fbed1in(2);
All_N2_out = mbed4out*fbed4out(2);
convAll_N2 = (All_N2_in-All_N2_out)/All_N2_in
All_H2_in = mbed1in*fbed1in(4) +
(quench(1)+quench(2)+quench(3))*fbed1in(4);
All_H2_out = mbed4out*fbed4out(4);
convAll_H2 = (All_H2_in-All_H2_out)/All_H2_in
conv_H2
conv_N2
% -------------------------------------------------------------------
Ar_1 = fbedin(1)*mbedin*data_Mr(1);
N2_1 = fbedin(2)*mbedin*data_Mr(2);
CH4_1 = fbedin(3)*mbedin*data_Mr(3);
H2_1 = fbedin(4)*mbedin*data_Mr(4);
NH3_1 = fbedin(5)*mbedin*data_Mr(5);
Fmass_1= Ar_1+N2_1+CH4_1+H2_1+NH3_1;
87
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran E PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
%find Hreaksi
Hreaksi = Hr*convN2*fbedin(2)*mbedin;
TCp = (Tbedout+298)/2;
CpAr = data_massCp(1,1) + data_massCp(1,2)*TCp +
data_massCp(1,3)*TCp^2 + data_massCp(1,4)*TCp^3 +
data_massCp(1,5)*TCp^4;
CpN2 = data_massCp(2,1) + data_massCp(2,2)*TCp +
data_massCp(2,3)*TCp^2 + data_massCp(2,4)*TCp^3 +
data_massCp(2,5)*TCp^4;
CpCH4 = data_massCp(3,1) + data_massCp(3,2)*TCp +
data_massCp(3,3)*TCp^2 + data_massCp(3,4)*TCp^3 +
data_massCp(3,5)*TCp^4;
CpH2 = data_massCp(4,1) + data_massCp(4,2)*TCp +
data_massCp(4,3)*TCp^2 + data_massCp(4,4)*TCp^3 +
data_massCp(4,5)*TCp^4;
CpNH3 = data_massCp(5,1) + data_massCp(5,2)*TCp +
data_massCp(5,3)*TCp^2 + data_massCp(5,4)*TCp^3 +
data_massCp(5,5)*TCp^4;
mH2T = ( Ar_2*CpAr + N2_2*CpN2 + CH4_2*CpCH4 + H2_2*CpH2 +
NH3_2*CpNH3)*(Tbedout-298);
88
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran E PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
% Calculation
mquench = mquench + 1;
mqout = mqin + mquench;
TCp = (Tqin+298)/2;
CpAr = data_massCp(1,1) + data_massCp(1,2)*TCp +
data_massCp(1,3)*TCp^2 + data_massCp(1,4)*TCp^3 +
data_massCp(1,5)*TCp^4;
CpN2 = data_massCp(2,1) + data_massCp(2,2)*TCp +
data_massCp(2,3)*TCp^2 + data_massCp(2,4)*TCp^3 +
data_massCp(2,5)*TCp^4;
CpCH4 = data_massCp(3,1) + data_massCp(3,2)*TCp +
data_massCp(3,3)*TCp^2 + data_massCp(3,4)*TCp^3 +
data_massCp(3,5)*TCp^4;
CpH2 = data_massCp(4,1) + data_massCp(4,2)*TCp +
data_massCp(4,3)*TCp^2 + data_massCp(4,4)*TCp^3 +
data_massCp(4,5)*TCp^4;
CpNH3 = data_massCp(5,1) + data_massCp(5,2)*TCp +
data_massCp(5,3)*TCp^2 + data_massCp(5,4)*TCp^3 +
data_massCp(5,5)*TCp^4;
mHqin = mqin *( fqin(1)*CpAr + fqin(2)*CpN2 + fqin(3)*CpCH4 +
fqin(4)*CpH2 + fqin(5)*CpNH3) * (Tqin-298) ;
TCp = (Tqout+298)/2;
CpAr = data_massCp(1,1) + data_massCp(1,2)*TCp +
data_massCp(1,3)*TCp^2 + data_massCp(1,4)*TCp^3 +
data_massCp(1,5)*TCp^4;
CpN2 = data_massCp(2,1) + data_massCp(2,2)*TCp +
data_massCp(2,3)*TCp^2 + data_massCp(2,4)*TCp^3 +
data_massCp(2,5)*TCp^4;
89
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran E PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
TCp = (Tquench+298)/2;
CpAr = data_massCp(1,1) + data_massCp(1,2)*TCp +
data_massCp(1,3)*TCp^2 + data_massCp(1,4)*TCp^3 +
data_massCp(1,5)*TCp^4;
CpN2 = data_massCp(2,1) + data_massCp(2,2)*TCp +
data_massCp(2,3)*TCp^2 + data_massCp(2,4)*TCp^3 +
data_massCp(2,5)*TCp^4;
CpCH4 = data_massCp(3,1) + data_massCp(3,2)*TCp +
data_massCp(3,3)*TCp^2 + data_massCp(3,4)*TCp^3 +
data_massCp(3,5)*TCp^4;
CpH2 = data_massCp(4,1) + data_massCp(4,2)*TCp +
data_massCp(4,3)*TCp^2 + data_massCp(4,4)*TCp^3 +
data_massCp(4,5)*TCp^4;
CpNH3 = data_massCp(5,1) + data_massCp(5,2)*TCp +
data_massCp(5,3)*TCp^2 + data_massCp(5,4)*TCp^3 +
data_massCp(5,5)*TCp^4;
mHquench = mquench*( fquench(1)*CpAr + fquench(2)*CpN2 +
fquench(3)*CpCH4 + fquench(4)*CpH2 + fquench(5)*CpNH3)
* (Tquench-298);
Berdasarkan hasil simulasi diperoleh laju aliran quench dan konversi aktual masing-
masing bed yang tertera pada Tabel E.2
Tabel E.2 Laju Aliran Quench dan Konversi Aktual Masing-Masing Bed
90
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran E PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
𝑑𝑋 −𝑅𝑁2 𝑅𝑁𝐻3
= =
𝑑𝑊𝑐𝑎𝑡 𝐹𝑦𝑁2,0 𝜌𝑐𝑎𝑡 2𝐹𝑦𝑁2,0 𝜌𝑐𝑎𝑡
𝑑𝑃 𝑃𝑜 𝑇 𝐹
= −𝛽 ( ) ( ) ( )
𝑑𝑊𝑐𝑎𝑡 𝑃 𝑇𝑜 𝐹𝑜
𝑑𝑇 (−𝐻𝑅 )𝑅𝑁𝐻3
=
𝑑𝑊𝑐𝑎𝑡 𝑛𝐶𝑝𝑚𝑖𝑥 𝜌𝑐𝑎𝑡
Berikut adalah script Matlab dalam menghitung konversi masing-masing bed secara
teoritis yang di dalamnya terdapat file
% DATA Cp
data_Cp = [20.616 0 0 0 0 ; 26.962 0.004148 0 0 0 ;
14.15043 0.075499 -1.8E-05 0 0 ; 27.45976 0.00336 0 0 0 ;
27.7916 0.026132 0 0 0 ];
data_Mr = [39 ; 28 ; 16 ; 2 ; 17];
data_massCp = [ data_Cp(1,1)/data_Mr(1) data_Cp(1,2)/data_Mr(1)
data_Cp(1,3)/data_Mr(1) data_Cp(1,4)/data_Mr(1)
data_Cp(1,5)/data_Mr(1) ;
data_Cp(2,1)/data_Mr(2) data_Cp(2,2)/data_Mr(2)
data_Cp(2,3)/data_Mr(2) data_Cp(2,4)/data_Mr(2)
data_Cp(2,5)/data_Mr(2) ;
91
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran E PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
data_Cp(3,1)/data_Mr(3) data_Cp(3,2)/data_Mr(3)
data_Cp(3,3)/data_Mr(3) data_Cp(3,4)/data_Mr(3)
data_Cp(3,5)/data_Mr(3) ;
data_Cp(4,1)/data_Mr(4) data_Cp(4,2)/data_Mr(4)
data_Cp(4,3)/data_Mr(4) data_Cp(4,4)/data_Mr(4)
data_Cp(4,5)/data_Mr(4) ;
data_Cp(5,1)/data_Mr(5) data_Cp(5,2)/data_Mr(5)
data_Cp(5,3)/data_Mr(5) data_Cp(5,4)/data_Mr(5)
data_Cp(5,5)/data_Mr(5) ];
% DATA T
Tquench = 144 + 273; Pbed1in = 130*10^5;
Tbed1in = 354 + 273; Tbed1out = 422 + 273;
Tbed2in = 420 + 273; Tbed2out = 460 + 273;
Tbed3in = 426 + 273; Tbed3out = 459 + 273;
Tbed4in = 447 + 273; Tbed4out = 460 + 273;
% DATA reaktor
Dbed = 3.022;
Dp = (1.5 + 3)/(2*1000);
Rhocat= (2800+4500)/2;
void = 0.3;
Ac = phi*(Dbed^2)/4;
% BED 1st
Xbedin = 0;
Pbedin = Pbed1in; Tbedin = Tbed1in; mbedin = mbed1in;
fbedin = fbed1in; Wcat = Wcat1;
Perhitungan_Bed
mbed1out = mbedout; fbed1out = fbedout; Pbed1out = Pbedout;
conv_H2(1) = convH2; conv_N2(1) = convN2;
Tout(1) = Ta(z)-273; erorT(1) = abs(Tout(1)-(Tbed1out-273))/Tout(1);
%QUENCH 1st
fbedin = fbed1out; mbedin = mbed1out; Tbedin = Tbed1out;
Tbedout = Tbed2in; mquench = quench(1);
Neraca_Massa_Quench
fbed2in = fbedout; mquench1 = mquench;
Pbed2in = Pbed1out; mbed2in = mbedout;
% BED 2nd
Xbedin = 0;
Pbedin = Pbed2in; Tbedin = Tbed2in; mbedin = mbed2in;
fbedin = fbed2in; Wcat = Wcat2;
Perhitungan_Bed
mbed2out = mbedout; fbed2out = fbedout; Pbed2out = Pbedout;
conv_H2(2) = convH2; conv_N2(2) = convN2;
Tout(2) = Ta(z)-273; erorT(2) = abs(Tout(2)-(Tbed2out-273))/Tout(2);
92
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran E PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
%QUENCH 2nd
fbedin = fbed2out; mbedin = mbed2out; Tbedin = Tbed2out;
Tbedout = Tbed3in; mquench = quench(2);
Neraca_Massa_Quench
mquench2 = mquench; fbed3in = fbedout;
Pbed3in = Pbed2out; mbed3in = mbedout;
% BED 3rd
Xbedin = 0;
Pbedin = Pbed3in; Tbedin = Tbed3in; mbedin = mbed3in;
fbedin = fbed3in; Wcat = Wcat3;
Perhitungan_Bed
mbed3out = mbedout; fbed3out = fbedout; Pbed3out = Pbedout;
conv_H2(3) = convH2; conv_N2(3) = convN2;
Tout(3) = Ta(z)-273; erorT(3) = abs(Tout(3)-(Tbed3out-273))/Tout(3);
%QUENCH 3rd
fbedin = fbed3out; mbedin = mbed3out; Tbedin = Tbed3out;
Tbedout = Tbed4in; mquench = quench(3);
Neraca_Massa_Quench
mquench3 = mquench; fbed4in = fbedout;
Pbed4in = Pbed3out; mbed4in = mbedout;
% BED 4st
Xbedin = 0;
Pbedin = Pbed4in; Tbedin = Tbed4in; mbedin = mbed4in;
fbedin = fbed4in; Wcat = Wcat4;
Perhitungan_Bed
mbed4out = mbedout; fbed4out = fbedout; Pbed4out = Pbedout;
conv_H2(4) = convH2; conv_N2(4) = convN2;
Tout(4) = Ta(z)-273; erorT(4) = abs(Tout(4)-(Tbed4out-273))/Tout(4);
% -------------------------------------------------------------------
while z < n
X = Xa(z); P = Pa(z); T = Ta(z); W = Wa(z);
Fungsi_Diff
krX1 = fdX; krP1 = fdP; krT1 = fdT;
93
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran E PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
z = z + 1;
end
Arout = fbedin(1)*mbedin;
N2out = fbedin(2)*mbedin - convN2*fbedin(2)*mbedin;
CH4out = fbedin(3)*mbedin;
H2out = fbedin(4)*mbedin - 3*convN2*fbedin(2)*mbedin;
NH3out = fbedin(5)*mbedin + 2*convN2*fbedin(2)*mbedin;
94
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran E PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
alp = 0.5;
A = (Ka^2) * tetN2 * P * YoN2*(1-X)/(1-2*X*YoN2);
B = ((P * (tetH2^3)*(YoH2-3*X*YoN2)) /
((tetNH3^2)*(1-2*X*YoN2)*(YoNH3+2*X*YoN2)))^alp;
C = (((tetNH3^2)*(1-2*X*YoN2)*(YoNH3+2*X*YoN2)^2) /
((tetH2^3)*P*(YoH2-3*X*YoN2)^3))^(1-alp);
rNH3 = 2*k*(A*B-C);
neff = -17.539096 + 0.07697849*T + 6.900548*X -1.08279*10^-4*T^2
-26.42469*X^2 + 4.927648*10^-8*T^3 + 38.937*X^3 ;
fdX = neff*rNH3/(2*YoN2*mbedin*Rhocat);
95
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran E PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
Berdasarkan hasil simulasi diperoleh konversi teoritis masing-masing bed yang tertera
pada Tabel E.4
96
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran F PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
LAMPIRAN F
PERHITUNGAN KESETIMBANGAN FASA
97
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran F PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
0.300(0.0034)
132 ∙ 105 = (
−1093.1
(1)exp (42.127 + − 4.1425 ln 𝑇 + 5.7254 ∙ 10−5 𝑇 2 )
𝑇
0.222(0.2471)
+
−1084.1
(1)exp (58.282 + − 8.3144 ln 𝑇 + 4.4127 ∙ 10−2 𝑇 1 )
𝑇
0.865(0.0066)
+
−1324.4
(1)exp (39.205 + − 3.4366 ln 𝑇 + 3.1019 ∙ 10−5 𝑇 2 )
𝑇
0.865(0.7428)
+
−94.896
(1)exp (12.69 + + 1.1125 ln 𝑇 + 3.2915𝐸 ∙ 10−4 𝑇 2 )
𝑇
−1
0(0)
+ )
−4669.7
(1)exp (90.483 + − 11.607 ln 𝑇 + 1.7194 ∙ 10−2 𝑇 1 )
𝑇
𝑇 = 139.049 𝐾
- Hitung kembali koefisien fugasitas, 𝜙𝑖 pada temperature hasil step sebelumnya.
- Langkah-langkah tersebut diulang hingga dieperoleh hasil yang konvergen.
Berikut adalah contoh table hasil looping perhitungan temperature titik didih
untuk stream 9.
Tabel F4 Contoh Hasil Looping Perhitungan Temperature Titik Didih untuk Stream 9
Loop 𝑇𝐷𝑒𝑤 (K) 𝜙𝐴𝑟 𝜙𝑁2 𝜙𝐶𝐻4 𝜙𝐻2 𝜙𝑁𝐻3
1 70 0.300 0.222 0.865 0.865 0.000
2 139.049 0.983 0.985 0.903 1.008 0.000
3 146.291 0.987 0.989 0.920 1.007 0.000
4 146.823 0.987 0.989 0.921 1.007 0.000
5 146.956 0.987 0.989 0.921 1.007 0.000
6 146.956 0.987 0.989 0.921 1.007 0.000
Dari Tabel F4 maka dapat disimpukan untuk stream 9 titik embun pada
T=146.956K
98
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran G PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
LAMPIRAN G
CONTOH PERHITUNGAN KOEFISIEN FUGASITAS
0.5 1 1 3
𝑇𝑐𝑖,𝑗 = (𝑇𝑐𝑖 𝑇𝑐𝑗 ) 𝑉𝑐𝑖 3 + 𝑉𝑐𝑗 3
𝑉𝑐𝑖,𝑗 =( )
𝑇𝑐1,1 = (𝑇𝑐1 𝑇𝑐1 )0.5 2
𝑇𝑐1,1 = ((150.86)(150.86))0.5 1 1 3
𝑉𝑐1 3 + 𝑉𝑐1 3
𝑇𝑐1,1 = 150.86 𝑉𝑐1,1 =( )
2
1 1 3
0.074593 + 0.074593
𝑉𝑐1,1 = ( )
2
𝑉𝑐𝑖,𝑗 = 0.07459
𝑍𝑐𝑖,𝑗 𝑅𝑇𝑐𝑖,𝑗 𝑇
𝑃𝑐𝑖,𝑗 = 𝑇𝑟𝑖,𝑗 =
𝑉𝑐𝑖,𝑗 𝑇𝑐𝑖,𝑗
𝑍𝑐1,1 𝑅𝑇𝑐1,1 𝑇
𝑃𝑐1,1 = 𝑇𝑟1,1 =
𝑉𝑐1,1 𝑇𝑐1,1
0.291(8314)150.86 303.071
𝑃𝑐1,1 = 𝑇𝑟1,1 =
0.07459 150.86
𝑃𝑐1,1 = 4.893 ∙ 106 𝑇𝑟1,1 = 2.073
0.422 0.172
𝐵𝑜𝑖,𝑗 = 0.083 − 1.6 𝐵1𝑖,𝑗 = 0.139 −
𝑇𝑟𝑖,𝑗 𝑇𝑟𝑖,𝑗 4.2
0.422 0.172
𝐵𝑜1,1 = 0.083 − 1.6 𝐵11,1 = 0.139 −
𝑇𝑟1,1 𝑇𝑟1,1 4.2
0.422 0.172
𝐵𝑜1,1 = 0.083 − 𝐵11,1 = 0.139 −
2.0731.6 2.0734.2
𝐵𝑜1,1 = −0.055 𝐵11,1 = 0.13
99
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran G PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
𝑅𝑇𝑐𝑖,𝑗
𝐵𝑖,𝑗 = (𝐵𝑜𝑖,𝑗 + 𝜔𝑖,𝑗 𝐵1𝑖,𝑗 )
𝑃𝑐𝑖,𝑗
𝑅𝑇𝑐1,1
𝐵1,1 = (𝐵𝑜1,1 + 𝜔1,1 𝐵11,1 )
𝑃𝑐1,1
8314(303.071)
𝐵1,1 = (−0.055 + (0)(0.13))
4.893 ∙ 106
𝐵1,1 = −0.0142
Dengan cara yang sama maka diperoleh nilai 𝐵𝑖,𝑗 lainnya untuk 𝑖 = 1 sampai 5 dan
𝑗 = 1 sampai 5
Tabel G1 Nilai Perolehan 𝐵𝑖,𝑗
5 5
𝑃 1
𝜙𝑘 = exp ( (𝐵𝑘,𝑘 ∑ ∑ (𝑦𝑖 𝑦𝑗 (2(2𝐵𝑖,𝑘 − 𝐵𝑖,𝑖 − 𝐵𝑘,𝑘 ) − (2𝐵𝑖,𝑗 − 𝐵𝑖,𝑖 − 𝐵𝑗,𝑗 )))))
𝑅𝑇 2
𝑖=1 𝑗=1
5 5
𝑃 1
𝜙1 = exp ( (𝐵1,1 ∑ ∑ (𝑦𝑖 𝑦𝑗 (2(2𝐵𝑖,1 − 𝐵𝑖,𝑖 − 𝐵1,1 ) − (2𝐵𝑖,𝑗 − 𝐵𝑖,𝑖 − 𝐵𝑗,𝑗 )))))
𝑅𝑇 2
𝑖=1 𝑗=1
𝜙1 = exp(−2.955 ∙ 10−4 )
𝜙1 = 1.000
Dengan cara yang sama maka diperoleh nilai koefisien fugasitas untuk komponen lainnya
𝜙2 = 1.000
𝜙3 = 0.996
𝜙4 = 1.001
𝜙5 = 0.860
100
Laporan Kerja Praktik .
Lampiran H PT. Pupuk Kujang Unit Ammonia 1A .
LAMPIRAN H
DATA GAMBAR
101
STRUKTUR ORGANISASI PT. PUPUK KUJANG