Anda di halaman 1dari 41

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/299627676

Pengembangan Perangkat Pengering Surya (Solar Dryer) Jenis Pemanasan


Langsung dengan Penyimpan Panas Berubah Fasa Menggunakan Rak
Bertingkat

Technical Report · November 2008


DOI: 10.13140/RG.2.1.1106.7282

CITATIONS READS

2 7,543

2 authors:

Efi Afrizal Azridjal Aziz


Universitas Riau Universitas Riau
9 PUBLICATIONS   12 CITATIONS    50 PUBLICATIONS   99 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Thermal fluid research for energy efficiency on heating an cooling, thermal storage, thermoelectric cooler and generator and solar thermal.. View project

PENGOLAHAN AIR PAYAU UNTUK KEGUNAAN AIR BERSIH DI KAWASAN SUNGAI SIAK, MENGGUNAKAN METODE RESISTANSI ELEKTRIK KAPASITAS 1200 L/JAM View
project

All content following this page was uploaded by Azridjal Aziz on 05 April 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


LAPORAN PENELITIAN

Pengembangan Perangkat Pengering Surya (Solar Dryer) Jenis


Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas Berubah Fasa
Menggunakan Rak Bertingkat

Oleh :

Efi Afrizal, ST. MT.


NIP. 132 230 694

Azridjal Aziz, ST. MT.


NIP. 132 262 215

Dibiayai oleh :

Dana DIPA Universitas Riau


Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian
No. 319/H.19.2/PL/2008
Lembaga Penelitian Universitas Riau
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun Anggaran 2008

LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
Tahun 2008
RINGKASAN

Penjemuran langsung merupakan cara yang paling mudah dan murah untuk
proses pengeringan, namun jika diteliti lebih seksama penjemuran langsung
membutuhkan waktu yang lebih lama dan kualitas hasil pengeringannya tidak terlalu
bagus.
Cara agar waktu pengeringan relatif lebih pendek dan kualitas hasil pengeringan
lebih baik, proses pengeringan dilakukan menggunakan teknologi rekayasa surya
sebagai hasil perbaikan dari cara pengeringan alami dan tradisional. Pengering Surya
(Solar Dryer) merupakan cara pengeringan menggunakan kolektor yang
memanfaatkan radiasi energi matahari dengan lebih maksimal (Azridjal, 2004).
Digunakannya rak bertingkat pada pengering surya jenis pemanasan langsung
bertujuan memaksimalkan pemanfaatan udara panas dan memaksimalkan pemakaian
ruang pengering, sehingga alat pengering menjadi lebih kompak dan efisien dalam
penerimaan udara panas. Pemanfaatan udara panas pada rak bertingkat lebih merata
dan menyentuh keseluruhan bahan dan produk yang akan dikeringkan.
Pada penelitian ini digunakan sebuah perangkat pengering surya (solar dryer)
menggunakan rak bertingkat. Alat pengering yang digunakan disini adalah untuk
kolektor surya jenis plat datar dengan fluida kerja udara. Kolektor yang digunakan
mempunyai luas absorber 1,6 m2 untuk kenaikan temperatur udara 30 0C, laju aliran
massa 1,094876 x 10-2 kg/s dan efisiensi diharapkan sebesar 55%. Besar kenaikan
temperatur udara serta efisiensi kolektor dipengaruhi oleh sifat-sifat radiasi kaca
penutup dan pelat absorber besar intensitas energi surya yang diterima dan laju
massa udara yang mengalir dalam kolektor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeringan yang dilakukan menggunakan
kolektor memberikan kualitas hasil pengeringan yang lebih baik, waktu pengeringan
lebih cepat ± ½ - 1 hari (tergantung produk yang dikeringkan) dibanding pengeringan
dengan dijemur langsung. Rata-rata hasil pengeringan dengan kolektor 76,7% dan
hasil pengeringan dijemur langsung 67.56%.Proses pengeringan dengan
menggunakan kolektor lebih cepat bila dibandingkan dengan cara tradisional serta
kualitas dari bahan yang dikeringkan lebih baik.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, sebagai rasa terima kasih penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

atas kekuatan dan rahmat-Nya lah maka penulis akhirnya dapat menyelesaikan

laporan penelitian ini.

Dalam mengerjakan penelitian ini tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi,

tapi berkat dorongan serta bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil,

akhirnya hambatan tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih yang terhingga banyaknya kepada :

1. Lembaga Penelitian Universitas Riau yang telah mendanai penelitian ini

melalui Dana DIPA UNRI tahun 2008.

2. Bapak Dr. Syaiful Bahri, M.Si., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Riau dan Bapak Dalil, ST. MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin

Universitas Riau., Bapak Azridjal Aziz yang telah membantu menyelesaikan

penelitian ini, serta rekan-rekan dosen Teknik Mesin, saudara Erdonald

Wahyudi, Arief Fiandi, Fakhri selaku mahasiswa bimbingan tugas akhir

yang telah membantu terwujudnya penelitian ini.

Penulis yakin sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk

itu penulis akan berbesar hati atas saran dan kritik yang membangun agar penelitian

selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Pekanbaru, November 2008

Efi Afrizal ST. MT.


NIP. 132 230 694
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

RINGKASAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Penelitian 1

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah 2

1.3. Tujuan Penelitian 3

1.4. Kegunaan Penelitian 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Pemanas Udara Surya 5

2.2. Keseimbangan Energi Pada Kolektor 7

2.3. Energi Yang Dibutuhkan Dalam Proses Pengeringan 8

2.4. Penyimpan Panas 9

BAB III. METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) 11

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 11

3.2. Metode 12

3.3. Dasar Idealisasi Perencanaan dan Bahan 13

3.4. Pembuatan Solar Dryer 15


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18

4.1. Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan 18

4.2. Prosedur Pengujian 21

4.3. Pengambilan Data Pengujian 21

4.4 Analisis Data 21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 25

5.2. Saran-saran 25

DAFTAR PUSTAKA 26

LAMPIRAN 27
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Hasil Pengujian Massa Bahan (Pisang). 22

Tabel 4.2. Persentase Massa Bahan Yang Menguap 23


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pengering Surya Langsung 6

Gambar 2.2. Pengering Surya Tidak Langsung 6

Gambar 2.3. Keseimbangan Energi pada Kolektor 7

Gambar 2.4. Keseimbangan Massa dan Energi Proses Pengeringan 9

Gambar 3.1 Refleksi Radiasi Matahari pada Permukaan Absorber dengan 16

Sudut Kemiringan 45oC

Gambar 4.1 Pengurangan Massa bahan yang dikeringkan terhadap waktu 23

pengeringan

Gambar 4.2 Variasi temperatur kolektor terhadap waktu pengeringan 24


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Energi radiasi surya merupakan radiasi termal dalam bentuk gelombang

elektromagnetik yang mempunyai panjang gelombang dari 0,26 μm sampai 2,6 μm

(Dahnil, 1990), intensitas radiasi surya yang mencapai permukaan bumi besarnya

bervariasi sampai 1000 W/m2, tergantung waktu, letak geografis dan kondisi cuaca

lokal. Pada siang hari untuk Indonesia, harga intensitas radiasi matahari rata-rata

adalah sebesar 600 W/m2 (Suwono, 1980). Ini berarti untuk rumah berukuran sedang

dengan luas 50 m2, setiap harinya akan menerima energi radiasi surya sebesar 30 kW

atau sekitar 3 kW jika dikonversi dalam bentuk energi listrik dengan efisiensi 10 %

dan efisiensi yang lebih besar diperoleh jika dikonversi sebagai energi termal (sekitar

40% - 80%) (Zainuddin,1995).

Sampai saat ini telah dikenal banyak cara untuk memanfaatkan energi surya yang

telah dibuktikan memenuhi kelayakan teknologi, namun atas dasar ini saja belum

dapat ditarik kesimpulan bahwa pemanfaatan energi surya dapat menggantikan

energi konvesional. Penerimaan masyarakat terhadap teknologi ini dari aspek

ekonomi dan sosial perlu menjadi perhatian agar pemanfaatan teknologi ini dapat

diintegrasikan secara berhasil kepada masyarakat tradisional kita (Harahap, 1980).

Pemanfaatan energi surya (solar energy) untuk tujuan pengeringan telah dikenal

sejak dahulu sekali, yaitu pengeringan secara langsung (pasif) dengan melakukan

penjemuran. Penjemuran langsung merupakan cara mudah dan murah untuk proses

pengeringan, namun jika diteliti lebih seksama penjemuran langsung

1
membutuhkan waktu yang lama dan kualitas hasil pengeringannya kurang bagus.

Agar waktu pengeringan relatif lebih pendek dan kualitas hasil pengeringan lebih

baik, proses pengeringan dilakukan menggunakan teknologi rekayasa surya sebagai

hasil perbaikan dari cara pengeringan alami dan tradisional. Pengering Surya (Solar

Dryer) merupakan cara pengeringan menggunakan kolektor yang memanfaatkan

radiasi energi matahari dengan lebih maksimal (Aziz,, 2004).

Pengering energi surya (solar dryer) digunakan untuk mengoptimalkan

penggunaan sinar matahari dalam proses pengeringan, dengan mengkonversi sinar

matahari menjadi energi panas yang dilakukan menggunakan suatu alat

pengumpul/kolektor panas. Pengering energi surya ini sangat bermanfaat dalam

proses pengeringan hasil-hasil pertanian, tangkapan laut, pengeringan kayu dan

untuk berbagai pengeringan lainnya yang dapat menghemat penggunaan energi tak

terbaharukan. Pemenuhan standar hasil pengeringan untuk kondisi kering yang

dibutuhkan juga merupakan bagian yang dapat dicapai dengan alat pengering surya.

Penggunaan rak bertingkat pada pengering surya jenis pemanasan langsung

bertujuan memaksimalkan pemanfaatan udara panas dan pemakaian ruang pengering,

sehingga alat pengering menjadi lebih kompak dan efisien dalam penerimaan udara

panas. Pemanfaatan penyimpan panas berubah fasa pada pengering surya ini akan

menjaga panas lebih merata ke seluruh bahan dan penurunan temperatur tidak

terjadi secara drastis pada saat intensitas cahaya matahari yang berkurang.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Pemanfaatan energi surya (solar energy) untuk tujuan pengeringan telah dikenal

sejak dahulu sekali, yaitu pengeringan secara langsung (pasif) dengan melakukan

2
penjemuran. Cara tradisional ini merupakan cara yang paling mudah dan murah

untuk proses pengeringan karena hanya memerlukan biaya investasi dan ongkos

buruh yang relatif kecil, namun jika diteliti lebih seksama penjemuran langsung

membutuhkan waktu yang lebih lama, area penjemuran yang lebih luas dan kualitas

hasil pengeringannya tidak terlalu bagus. Sebagai contoh, dalam proses pengeringan

berbagai hasil pertanian, perikanan atau peternakan secara tradisional kerugian-

kerugian yang disebabkan oleh penyusutan karena hilang, degradasi produk,

kontaminasi oleh debu, serangga, dan binatang lainnya, serta pembusukan karena

proses pengeringan yang terlalu lama, apabila diperhitungkan akan memberikan

angka yang cukup mengejutkan.

Penggunaan teknologi pengering surya (solar dryer) dapat menekan berbagai

kerugian tersebut sehingga cara ini dapat diterima masyarakat dan mulai

menggantikan cara tradisional. Penyempurnaan cara pengeringan tradisional

merupakan pemecahan yang lebih tepat terutama karena letak geografik Indonesia

yang sangat menguntungkan bagi pemanfaatan energi radiasi surya. Penyempurnaan

untuk memperbaiki cara pengeringan tradisional dapat dilaksanakan dengan

melakukan penelitian menggunakan sebuah kolektor dengan penyimpan panas

berubah fasa dan sebuah ruang pengering dengan rak bertingkat untuk

mengoptimalkan pemakaian ruang pengering.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

- mempelajari unjuk kerja perangkat pengering jenis pemanasan langsung yang

sudah ada dengan menggunakan peyimpan panas berubah fasa yaitu : lama

3
pengeringan, distribusi temperatur ruang pengering, beban pengeringan, kadar

air bahan setelah dikeringkan.

- mempelajari proses pengeringan perangkat pengering surya dengan penyimpan

panas.

1.4 Kegunaan Penelitian

Pada penelitian ini digunakan sebuah prototipe alat pengering surya jenis

pemanasan langsung dimana ruang pengering dengan rak bertingkat dihubungkan

dengan sebuah kolektor dengan penyimpan panas sehingga dapat memaksimalkan

pemakaian ruang pengering. Alat ini dapat dimanfaatkan untuk mengeringkan

produk pertanian, perikanan dan peternakan dengan memaksimalkan pemanfaatan

panas matahari. Kualitas hasil pengeringan dan waktu pengeringan menjadi lebih

baik dengan waktu pengeringan yang lebih cepat. Diharapkan alat ini nantinya dapat

dimanfaatkan untuk usaha kecil yang dalam produksinya membutuhkan energi untuk

pengeringan produk. Alat ini dapat membantu mempercepat waktu pengeringan.

Untuk sampel pengeringan pisang sale, waktu pengeringan untuk produk pisang sale

lebih cepat ½ sampai 1 hari dengan kualitas pisang sale yang baik dan bersih,

sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Energi matahari sebagai sumber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak

dapat habis, serta gratis dan mempunyai prospek yang cukup baik untuk

dikembangkan. Apalagi letak geografis Indonesia didaerah khatulistiwa yang

memiliki curah radiasi matahari yang hampir konstan sepanjang tahun. Agar

pemanfaatan energi surya ini lebih baik maka digunakan alat pengumpul energi

matahari. Alat ini dapat berupa pengumpul pelat datar dan konsentrator.

(Azridjal, 2003).

2.1 Pemanas Udara Surya

Pemanas udara surya adalah alat yang dapat mengkonversikan energi radiasi

radiasi matahari ke dalam energi kalor sehingga akan meningkatkan entalpi udara.

Alat ini pada umumnya sangat sederhana. Alat ini biasanya disebut

kolektor/pengumpul, umumnya terdiri dari sebuah pelat penyerap/ absorber yang

berfungsi untuk mengkonversi energi, sebuah suatu saluran udara dan sebuah

penutup bagian atas dapat ditambahkan jika diperlukan. Saat udara mengalir masuk

ke dalam saluran udara, panas dipindahkan dari udara ke absorber, sehingga

temperatur udara bertambah atau dengan kata lain diperoleh udara panas.(Azridjal,

2004)

Pemanas udara surya dapat dikelompokkan atas : pemanas surya langsung/direct

solar drier (pasif), dan pemanas surya tidak langsung/ indirect solar drier (aktif) atau

kombinasi keduanya (Dahnil, 1990).

5
Pemanas surya langsung (pasif), di mana radiasi yang matahari diserap secara

langsung oleh produk dan lingkungan sekitar. Bentuk sederhana dari pengering ini

terdiri dari sebuah kotak berisi produk dengan suatu tutup transparan pada

kemiringan tertentu, dan lubang ventilasi untuk tempat masuknya udara segar dan

keluarnya udara yang lembab. Radiasi surya yang menimpa kotak dengan tutup

transparan akan memanaskan produk, atau permukaan gelap didalam lemari

pengering, dan menyebabkan uap air keluar dari bahan yang sedang digeringkan.

Sistem seperti ini mirip dengan suatu rumah kaca dimana plastik atau kaca

transparan menutup rangka rumah kaca. (gambar 2.1).

Gambar 2.1 Pengering surya Langsung

Pemanas tidak langsung di mana radiasi matahari digunakan untuk memanaskan

udara yang kemudian dialirkan ke ruang pengering /aktif. Pengering surya ini

menggunakan suatu kolektor udara surya terpisah, terdiri dari suatu plat logam yang

berwarna gelap di (dalam) suatu kotak dengan tutup kaca transparan (gambar 2.2).

Gambar 2.2 Pengering surya tidak langsung

6
2.2 Keseimbangan Energi Pada Kolektor

Energi yang diserap oleh kolektor (QA) adalah :

QA  GA(   ) (2.1)

dimana QA adalah besar energi yang diserap (kW), G adalah radiasi surya total

(kW/m2), A adalah luas kolektor surya (m2), τ adalah faktor transmission dari

penutup, α adalah faktor absorptance dari pelat penyerap kolektor.

Energi yang hilang/kerugian energi dari kolektor (QL) adalah

QL  UA Tp  Ta  (2.2)

dimana QL adalah kerugian energi dari kolektor (kW), U adalah nilai koefisien

perpindahan kalor keseluruhan dari kolektor (kW/m2K), A adalah luas kolektor surya

(m2), Tp adalah temperatur pelat penyerap kolektor (K), dan Ta adalah temperatur

udara sekitar (K).

Keseimbangan energi pada kolektor, seperti tampak pada gambar 2.3.

Energi Energi
surya yang bermanfaat
diserap dari
kolektor kolektor
h1
t1
Kerugian energi
dari kolektor

Gambar 2.3. Keseimbangan energi pada kolektor

Energi berguna yang diperoleh dari kolektor (Qs) adalah sebesar :

Qs  GA      UA(Tp  Ta ) (2.3)

Energi yang diterima oleh kolektor dengan intensitas radiasi (Eglob) dan luas

kolektor (Ak) ialah :

Qin  E glob . Ak (2.4)

7
Efisiensi kolektor ditentukan dari besarnya energi yang diserap oleh kolektor

(Qin) terhadap, besarnya energi yang dapat dimanfaatkan (Qs).

Qs
a  (2.5)
Qin

Proses pengeringan merupakan cara untuk mengeluarkan kandungan air dalam

bahan sampai pada harga tertentu dengan menggunakan kalor. Pada proses

pengeringan terjadi dua proses secara bersamaan yaitu proses perpindahan energi

dalam kalor/panas dari lingkungan untuk menguapkan kandungan air dari bahan dan

perpindahan massa air di dalam bahan ke permukaan sebagai akibat proses

penguapan dari kalor/panas yang dipindahkan. dan perpindahan massa secara

bersamaan. Pada proses pengeringan terjadi perpindahan massa air secara termal

untuk memperoleh produk yang kering (kandungan air rendah).

2.3 Energi yang Dibutuhkan dalam Proses Pengeringan

Besarnya energi yang dibutuhkan dalam proses pengeringan sangat dipengaruhi

oleh kadar air awal bahan yang akan dikeringkan, kadar air akhir yang diinginkan,

dan jumlah massa bahan yang akan dikeringkan. Rumusan energi pengeringan yang

dibutuhkan secara umum ditentukan dari analisa termodinamika proses pengeringan

tersebut, penentuan kebutuhan energi pengeringan dalam uraian berikut dapat

digunakan (Fachrizal, et al, 1994).

Keseimbangan energi pada proses pengeringan digambarkan pada gambar 2.4.

Dari gambar 2.4 dapat dihitung keseimbangan energi dan massa proses pengeringan

yaitu :

m1h1  mw hw  m2 h2  Q (2.6)

dimana :

8
1 = kondisi masuk sistem
2 = kondisi keluar sistem
m = massa udara (kg udara kering/jam)
W = kelembaban mutlak (kg/kg udara kering)
h = entalpi udara (kJ/kg)
mw = massa air yang dikeluarkan dari bahan yang
dikeringkan(kg/jam)
hw = entalpi penguapan air (kJ/kg)
Q = kalor untuk pengeringan (kJ/jam)

m1 Udara Ruang m2
W1 W2
Pengering
h1 h2
t1 t2

Q Mwhw

Gambar 2.4 Keseimbangan Massa dan Energi Proses Pengeringan

m1W1  mw  m2W2 ; m1  m2  m (2.7)

mw  m W2  W1  (2.8)

Besarnya energi total ( QT ) pada proses pengeringan sangat tergantung pada kadar

air bahan, kadar air akhir yang diinginkan, massa bahan yang akan dikering dan

energi yang digunakan menaikkan temperatur bahan ( Qk ), energi untuk menaikkan

temperatur air di dalam bahan ( Qm ), energi untuk menguapkan kandungan air dalam

bahan ( Qe ), dan energi untuk menaikkan temperatur uap air ( Qv ).

QT  Qk  Qm  Qe  Qv (2.9)

2.4 Penyimpan Panas

Penyimpan panas berfungsi untuk memberikan panas tambahan jika energi yang

dibutuhkan dalam ruang pengering berkurang. Beberapa hal yang harus

dipertimbangkan pada waktu memilih, merencanakan dan mengoperasikan sistem

9
penyimpan energi adalah kapasitas panas yang besar, kerapatan penyimpan energi

(kJ/m3), ekonomis dan murah serta memperhitungkan efisiensi termal.

Persamaan umum penyimpan energi sesuai dengan jumlah panas yang diserap

adalah :

ms .i
 4400 sampai 6600kJ 2
Ac m (2.10)
i  C pl To  Tm   i sl  C pl Tm  Tmin 

Batu adalah penyimpan panas sensibel yang hanya mengalami kenaikan

temperatur seiring bertambahnya jumlah panas yang disimpan. Penggunaan batu

sebagai penyimpan panas sensibel lebih praktis dan murah dibandingkan dengan

media penyimpan panas yang berubah fasa (penyimpan panas laten). Besarnya panas

sensibel yang diperlukan untuk menaikkan temperatur batu tiap satuan massa sebesar

satu derajat disebut kapasitas panas batu yaitu :

dq
C (2.11)
m.dt

Untuk penyimpan panas laten yaitu penyimpanan yang terjadi pada bahan/zat

yang saat berlangsungnya perubahan fasa zat, yaitu dari padat ke cair atau dari cair

ke padat. Persamaan untuk panas laten adalah :he equation for latent heat is:

Q  mL (2.12)

Q adalah jumlah energi yang dilepaskan atau diserap selama terjadinya

perubahan fasa zat (joules), massa zat (m), dan L merupakan panas laten spesifik

dari partikel za tersebut (J kg-1).

10
BAB III

METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE)

Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling

banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk

menaikan temperatur fluida kerja yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai

keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

energi radiasi matahari yang jatuh kepermukaannya dan mengkonversikannya

menjadi energi panas, sehingga temperatur pelat tersebut menjadi naik. Energi panas

ini dipindahkan ke fluida udara yang mengalir didalam kolektor diatas pelat

absorber. Perpindahan panas pada kolektor udara akan terjadi secara konduksi,

konveksi dan radiasi.

Perancangan kolektor meliputi perencanaan dan perhitungan desain termal serta

desain konstruksi dari bagian-bagian utama kolektor :

1. Pelat absorber, yaitu berupa pelat yang beralur V yang terbuat dari pelat

aluminium.

2. Penutup transparan (cover), dalam hal ini menggunakan kaca.

3. Isolasi panas, yaitu penyekat panas yang diletakkan disamping, belakang dan

bagian bawah kolektor.

4. Saluran fluida kerja, yaitu saluran fluida terletak antara pelat absorber dengan

kaca penutup transparan.

5. Rangka dan dudukan kolektor.

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Perawatan dan Perbaikan, Teknik Mesin,

11
Fakultas Teknik, Universitas Riau. Di Laboratorium Perawatan dan Perbaikan ini

dilakukan pembuatan perangkat pengering surya (solar dryer) jenis pemanasan tidak

langsung dengan rak bertingkat.

3.2 Metode

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

1. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahapan ini dilakukan studi literatur dan pendalaman pemahaman

sebagai dasar perencanaan terhadap konsep pengering surya dengan rak

bertingkat memanfaatkan penyimpan panas, dengan mempelajari buku-

buku, internet dan jurnal-jurnal penelitian terbaru yang relefan.

2. Tahap Persiapan Alat Uji

Pada tahapan ini dilakukan persiapan perangkat pengering surya dengan rak

bertingkat hasil penelitian sebelumnya. Perangkat pengering surya ini

nantinya dapat melayani berbagai pengujian yang dibutuhkan untuk

pengambilan data yang diperlukan untuk mengetahui unjuk kerja alat.

3. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahapan ini dilakukan pengambilan data-data yang diperlukan dengan

menggunakan beberapa macam alat ukur antara lain: termometer,

temperatur bola kering dan bola basah, timbangan digital, multimeter,

stopwatch. Data-data yang diambil meliputi temperatur bola basah,

temperatur bola kering masuk perangkat pengering dan temperatur bola

basah, temperatur bola kering keluar perangkat pengering, temperatur ruang

pengering, distribusi temperatur dalam ruang pengering, lama pengeringan

dan massa produk yang dikeringkan. Pengambilan data dilakukan baik tanpa

12
produk yang akan dikeringkan maupun dengan produk yang akan

dikeringkan. Pengambilan data pengeringan produk yang dikeringkan

dengan penjemuran langsung dilakukan bersamaan dengan pengambilan

data produk yang dikeringkan dalam perangkat pengering surya. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja perangkat pengering surya.

4. Tahap Analisis Data dan kesimpulan

Data yang diperoleh ditabulasikan dan dilakukan perhitungan sesuai prinsip-

prinsip termodinamika yang berlaku, selanjutnya akan diplot dalam berbagai

grafik yang dapat memberikan berbagai informasi. Informasi mengenai

pengaruh temperatur bola basah, temperatur bola kering masuk dan keluar

perangkat pengering surya, distribusi temperatur dalam ruang pengering,

lamanya pengeringan terhadap perubahan jarak antar rak pengering dari

bahan yang dikeringkan untuk jumlah massa yang sama, perubahan beban

pengeringan terhadap kapasitas pengeringan rencana, serta pengaruh

pemanfaatan penyimpan panas. Dari hasil analisis ini disimpulkan hasil

penelitian yang dilakukan, dan saran untuk perbaikan pada penelitian

lanjutan.

3.3 Dasar Idealisasi Perencanaan dan Bahan

Sebagai dasar perencanaan untuk mengetahui luas kolektor yang akan dirancang,

energi yang dibutuhkan dan perhitungan-perhitungan lainnya, maka data

perencanaan yang dibutuhkan adalah[4]: Temperatur udara masuk ke kolektor,

temperatur udara keluar kolektor, laju aliran fluida kerja, dan intensitas radiasi surya.

13
Besarnya kehilangan panas pada kolektor, terutama secara konveksi dari kolektor

ke lingkungan sangat dipengaruhi oleh kecepatan angin disekeliling kolektor,

(kecepatan angin diasumsikan sekitar 1,5 m/s).

Perencanaan kolektor dilakukan dengan menghitung parameter-parameter

berikut ini :

1. Desain Thermal meliputi :

a) Keseimbangan energi pada kolektor

b) Panas yang berguna pada kolektor

c) Luas kolektor yang dibutuhkan

d) Kolektor dengan sirip dan tanpa sirip

e) Panas yang diserap kolektor

f) Kerugian panas dari kolektor ke lingkungan

g) Efisiensi Kolektor

2. Desain konstruksi meliputi :

a) Perencanaan komponen-komponen dar sar kolektor dan dudukan kolektor

b) Pemilihan bahan pembuatan kolektor

c) Dimensi kolektor

Perencanaan Bagian Utama Kolektor

1. Perencanaan Pelat Absorber (Penyerap)

Bahan yang dipakai untuk pelat absorber (penyerap) antara lain: tembaga,

kuningan, dan aluminium. Absorbsivitas bahan yang tinggi dapat dicapai

dengan melapisi cat hitam pudar/buram yang refleksivitas kecil, maka

dipilihlah pelat seng dengan tebal 0,4 mm dengan nilai konduktivitas (k)

112,2 W/m0 (tabel).

2. Pemilihan Kaca Penutup

14
Kaca transparan yang digunakan diperoleh dari toko kaca, dengan nilai

transmisivitas () sebesar 0,85 dengan tebal 5 mm.

3. Pemilihan Isolasi

Berdasarkan sifat-sifat bahan isolasi yang digunakan ialah papan gabus

dengan konduktivitas termal (k) 0,043 W/m2 0C dan tebal isolasi 1,5 cm.

4. Perencanaan Saluran Udara

Saluran udara pada kolektor berfungsi untuk memperlama terjadinya kontak

udara dengan absorber didalam kolektor dan udara dapat menyentuh seluruh

bagian dalam kolektor, sehingga perpindahan panas konveksi terjadi secara

maksimal.

5. Perencanaan Rangka Dan Kedudukan Kolektor

Bahan rangka dipilih material baja pelat siku dengan ukuran 2,5 cm x 2,5 cm

digunakan untuk rangka dan kedudukan kolektor.

3.4 Proses Pembuatan Solar Dryer

Langkah pembuatan Solar Dryer :

1. Alat dan Bahan

Adapun perlengkapan yang dibutuhkan antara lain:

a. Pelat siku untuk rangka dan Pelat seng untuk pelat absorber

b. Kaca, papan gabus, rigid foam, triplek, amplas dan lain-lain.

c. Perlengkapan untuk pengelasan.

d. Perlengkapan untuk pengecatan.

2. Pembuatan Kontruksi/Rangka Solar Dryer

Rangka kolektor terbuat dari bahan besi siku dimana ukuran bagian dalam kolektor

berbentuk empat persegi panjang.. Pada dudukan bagian bawah dilapisi dengan

triplek dengan sedangkan pada bagian sisi samping akan dilapisi dengan kayu agar

15
lebih kaku dan tahan lama. Pelat siku tersebut dipotong dengan menggunakan gergaji

besi sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan sesuai dengan perancangan,

kemudian pelat siku dilas sesuai dengan bentuk gambar perancangan (Desain), dalam

pembuatan kontruksi/rangka solar dryer yang harus diperhatikan adalah

rangka/kontruksi tersebut harus mampu menahan beban yang yang cukup berat.

3. Pembuatan Plat Absorber


45

60

45

Gambar 3.1 Refleksi Radiasi Matahari pada Permukaan Absorber


Dengan Sudut Kemiringan 450.

Pembuatan pelat absorber merupakan modifikasi dari bentuk pelat rata.

Modifikasi ini dilakukan untuk mempertinggi penyerapan dan memperkecil pantulan

radiasi matahari. Bentuk corrugated (beralur) yang berbentuk V yang semula dari

pelat rata, bentuk alur V dengan sudut 450.

4. Pembuatan Kedudukan Kolektor

Kedudukan kolektor dibuat untuk meletakan kolektor pada bagian dalam

kontruksi/rangka. Kedudukan kolektor dibuat secara bertingkat sebanyak 4 tingkat

sesuai dengan jumlah pelat absorber. Tempat kedudukan kolektor tersebut dibuat

dengan menggunakan bahan pelat siku.

5. Pemasangan Kaca Penutup (Cover) Pada Rangka Konstruksi

Kaca penutup merupakan lapisan transparan yang berfungsi untuk meneruskan

radiasi matahari ke kolektor. Kaca penutup dipasang diatas kolektor, dengan

kedudukan khusu untuk meletakan kaca penutup(cover) tersebut, sehingga kaca

penutup bisa dibuka tutup dengan mudah untuk keperluan penelitian.

16
6. Pemasangan Isolasi

Pemasangan isolasi dilakukan pada bagian sisi bawah, samping kiri-kanan dan

pada sisi belakang. Bahan isolasi yang digunakan adalah papan gabus, rigid foam

dan triplek.

7. Pemasangan Seluruh Bagian-Bagian Solar Dryer

Setelah seluruh bagian-bagian dari kolektor selesai, kemudian digabungkan

sehingga diperoleh kolektor yang diinginkan. Adapun proses pemasangannya ialah:

1. Letakkan triplek pada bagian bawah (dasar) kolektor.

2. Pada sisi terluar bagian samping dari rangka dudukan kolektor dipasang

pelat seng ,

3. Kemudian dipasang isolasi pada bagian samping dengan bagian terluar

pelat seng kemudian kayu, setelah kayu baru dilapisi dengan rigid foam.

4. Untuk bagian permukaan datar setelah triplek dipasang stereo foam

kemudian rigid foam.

5. Setelah isolasi terpasang kolektor dilapisi dengan pelat seng.

6. Setelah itu pelat aluminium yang telah ditekuk diletakkan diatas rigid

foam pada pemukaan datar.

7. Kanal dipasang pada pelat aluminium sebanyak tujuh lembar pelat dari

seng.

8. Kolektor kemudian dicat dengan cat warna hitam kabur.

9. Pasang pegangan rangka kaca penutup dan engsel diantara rangka kaca

penutup dengan rangka kolektor.

Kolektor yang telah dibuat diatas kemudian diletakkan pada dudukan kolektor

yang terbuat dari baja siku berukuran 3 cm x 3 cm dengan sudut kemiringan (β) 10o.

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan


Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

 Desain Termal

1. Temperatur udara masuk kolektor (Tin). Tin = 30 O C.

2. Temperatur udara keluar kolektor (Tout). Tout = 70 O C.

3. Laju aliran fluida kerja (V). V = 0,01 m/s.

4. Intensitas radiasi matahari (Eglob). Eglob = 800 W/m2.

5. Panas aktual yang digunakan untuk kenaikan fluida kerja 30 OC (Qu)

yaitu Qu = 441,111526 W.

6. Luas kolektor (Ak). Ak = 1,6 m2.

7. Panas yang diserap oleh kolektor (Qa). Qa = 1033,6 W.

8. Panas harian yang diterima oleh kolektor (Qin). Qin = 1280 W.

9. Panas teoritis yang digunakan dengan memasukkan faktor transport panas


(Fr).
QS = 765,365 Watt.

10. Kerugian panas dari kolektor ke lingkungan:

QL = 268,235 Watt.

Dimana:

 Kerugian Panas pada sisi bawah kolektor:

Qb = 53,47 Watt.

 Kerugian Panas pada sisi samping kolektor:

18
Qs = 34,255 Watt.

 Kerugian Panas pada sisi atas kolektor

Qa = 180,504 Watt.

11. Efisiensi kolektor.

 Efisiensi aktual dari kenaikan temperatur kerja:

 = 34,5 %.

 Efisiensi menurut ASHRAE:

 = 62,9 %.

 Desain Konstruksi

 Pelat absorber

Bahan : Pelat aluminium 0.35 mm.

Perlakuan permukaan : Cat Q-Lack Black Dop.

Ukuran Sebelum ditekuk : 200 x 100 cm (2 lembar).

Ukuran setelah ditekuk : 180 x 89 cm.

 Kaca Penutup

Bahan : Kaca Transparan 5 mm.

Ukuran : 64 cm x 98 cm dan 110 cm x 98 cm.

Bingkai kaca : Aluminium

Ukuran bingkai kaca : 2 x 2 cm.

 Isolasi Termal

Bahan 1 : Rigid Foam 2 cm.

Konduktifitas termal : 0,166 W/m2 0C.

Bahan 2 : Stiro Foam 1,5 cm.

19
Konduktifitas termal : 0,043 W/m2 0C.

 Rangka Kolektor

Bahan : Pelat baja profil L 96 x 45 cm.

Ukuran : (96 cm x 45 cm) x 4 bagian.

 Rangka Ruang Pengering

Bahan : Pelat baja profil L.

 Kemiringan Kolektor : 40 0.

4.2 Prosedur pengujian

Adapun prosedur pengujian yang dilakukan terhadap sampel antara lain:

 Pembersihan sampel.

 Melakukan penimbangan berat dari sampel yang akan diuji. Dalam pengujian

yang dilakukan pada 5 rak dimana masing-masing rak berat pengujian

sebesar 450 gram, salah satu rak dilakukan pengujian di luar alat penguji.

 Proses pengambilan data berat dari sampel dilakukan setiap 1 jam sekali.

Lama pengambilan data selama 7 jam.

 Proses pengambilan data temperatur dari alat juga dilakukan pada setiap 1

jam sekali, data temperatur alat diambil pada 8 titik pengujian diantaranya 4

titik pada rak, 2 titik pada kolektor, dan 2 titik pada saluran masuk dan keluar.

Data temperatur diambil dengan menggunakan alat ukur termokopel.

4.3 Pengambilan Data Pengujian

Proses pengambilan data pada alat pengering ini tergantung dari kondisi cuaca

pada saat pengujian karena alat ini bekerja dengan memanfaatkan sinar radiasi yang

dipancarkan oleh matahari. Jenis sampel pengujian yang digunakan adalah pisang.

20
Proses pengujian (pengeringan) merupakan proses perpindahan panas/kalor dan

uap air secara simultan (perpindahan massa), yang memerlukan energi panas untuk

menguapkan kandungan air yang ada pada sampel (pisang). Laju penguapan air pada

sampel (pisang) dalam pengeringan sangat ditentukan oleh kenaikan temperatur

ruang pengering.

4.4 Analisa Data

Adapun proses analisa data dilakukan setelah alat pengering surya tersebut selesai

dibuat. Proses pengujian dilakukan pada salah satu produk rumah tangga yaitu pisang

sale. Proses pengujian dilakukan dengan membandingkan antara hasil pengeringan

yang dilakukan didalam alat pengering surya dengan proses pengeringan secara

alami (diluar) yang dijemur di alam terbuka.

Intensitas radiasi matahari bervariasi menurut cuaca saat pengujian berlangsung.

Intensitas radiasi matahari tidak diukur, karena tidak tersedianya alat ukur radiasi

matahari (solarimeter). Variasi intensitas radiasi matahari sebanding dengan variasi

temperatur pelat absorber, sehingga variasi intensitas radiasi matahari saat pengujian

dapat diwakili oleh variasi temperatur pelat absorber (Hanif, 1996)

Dari hasil pengujian yang dilakukan pada pisang diketahui bahwa kadar air yang

yang terjadi pada setiap rak berkurang (tabel 4.1). Setelah 14 jam proses pengeringan

diperoleh data sebagai berikut:

21
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Massa Bahan (Pisang).

Lama MASSA BAHAN YANG DIKERINGKAN (gr)


Jam (Wib)
(jam) Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4 Di Luar
0 10.00 450 450 450 450 450
1 11.00 418 394 358 312 400
2 12.00 382 360 334 304 356
3 13.00 352 324 288 248 326
4 14.00 310 264 244 196 300
5 15.00 274 240 202 158 276
6 16.00 272 212 174 138 260
7 10.00 228 196 160 126 250
8 11.00 168 151 130 114 192
9 12.00 146 132 112 104 176
10 13.00 134 120 106 100 166
11 14.00 128 118 106 100 160
12 15.00 126 116 106 100 156
13 16.00 118 110 102 96 150
14 17.00 116 108 100 96 146

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa proses pengeringan yang dilakukan dengan

alat pengering ini lebih cepat bila dibandingkan dengan proses pengeringan di alam

terbuka. Pengeringan di dalam kolektor lebih cepat dari pengeringan di alam terbuka,

karena perbedaan temperatur pengeringan. Temperatur pengeringan di dalam

kolektor lebih tinggi dari temperatur pengeringan di alam terbuka (sama dengan

temperatur lingkungan). Kualitas hasil pengeringan bahan yang dikeringkan dengan

alat pengering lebih baik dan lebih bersih dibandingkan yang dikeringkan langsung

di alam terbuka. Bahan yang dikeringkan dalam kolektor lebih bersih karena

terhindar dari debu, kotoran dan gangguan binatang atau serangga, sehingga harga

jual produk di pasaran lebih tinggi.

22
Tabel 4.2 Persentase Massa Bahan Yang Menguap

Rak Massa Massa Massa yang Persentase


No. Pengeringan Awal Akhir menguap Massa yang
menguap
1 Rak 1 450 116 334 74.22
2 Rak 2 450 108 342 76.00
3 Rak 3 450 100 350 77.78
4 Rak 4 450 96 354 78.67
5 Rak di luar 450 146 304 67.56

Massa bahan terhadap lama pengeringan


450
Rak 1
420
Rak 2
390
Rak 3
360 Rak 4
Massa Bahan (gram)

330 Di Luar
300
270
240 0
210
180
150
120
90
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Lam a Pengeringan (jam )

Gambar 4.1 Pengurangan Massa bahan yang dikeringkan terhadap waktu pengeringan

Temperatur pengujian maksimum terjadi pada pelat absorber yang berwarna hitam

kabur dengan temperatur antara 109,1 0 C sampai 114,5 0 C yang terjadi pada pukul

12.00 WIB sampai 14.00 WIB.

Kerugian panas yang terjadi ke lingkungan terjadi karena adanya pengaruh

dari konduktifitas termal bahan pembentuk kolektor, kecepatan angin di sekitar

ruang kolektor serta adanya perbedaan temperatur antara kolektor dengan

lingkungan. Kerugian panas pada sisi samping terjadi karena akibat dari

konduksi dan konveksi ke lingkungan yang berbeda temperaturnya. Sedangkan

Kerugian panas yang terbesar terjadi pada sisi atas kolektor hal ini terjadi karena

23
kerugian akibat dari konduksi ke kaca penutup serta radiasi dan konveksi secara

bersamaan ke lingkungan.

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Temperatur.

TEMPERATUR °C
No Jam (Wib) T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T~
1 10.00 - 11.00 44.3 74.8 89.3 50.8 56.8 65.7 62.9 66.3 33.3
2 11.00 - 12.00 46.4 85.3 95.1 55.4 59.2 70.1 69.1 68.5 33.4
3 12.00 - 13.00 50.3 92.1 103.1 61.1 63.8 68.4 77.2 71.1 33.4
4 13.00 - 14.00 51.8 97.3 104.2 62.6 69.9 73.8 82.1 69.1 34.2
5 14.00 - 15.00 48.5 89 97 60.8 67.2 71.8 79.5 72.3 33.6
6 15.00 - 16.00 47.8 83.2 81.5 59.4 64 67 76 65.3 33.2
7 16.00 - 17.00 42.6 67.6 66.5 53.1 53 57.2 59.3 58.9 33.2
Rata-rata 40.37 78.43 90.5 55.51 59.39 63.1 69.67 70.83 33.2

Keterangan :
T1 : Temperatur udara masuk (Tin).
T2 & T3 : Temperatur plat absorber.
T4,T5,T6,T7 : Temperatur rak pada ruang pengering.
T8 : Temperatur keluar (Tout).
T : Temperatur lingkungan.

Temperatur Kolektor Surya


120

110
T1
100
T2
90
T3
Temperatur (C)

80
T4
70
T5
60 T6
50 T7
40 T8
30 Tling
20
1 2 3 4 5 6 7
Lam a Pe nge ringan (jam )

Gambar 4.2 Variasi temperatur kolektor terhadap waktu pengeringan

24
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pengembangan kolektor pengering tenaga surya (solar
dryer compact) jenis pemanasan langsung menggunakan bahan penyimpan panas
berubah fasa adalah :
1. Rata-rata hasil pengeringan dengan kolektor 76,7% dan hasil pengeringan
dijemur langsung 67.56%.Proses pengeringan dengan menggunakan kolektor
lebih cepat bila dibandingkan dengan cara tradisional serta kualitas dari bahan
yang dikeringkan lebih baik.
2. Proses pengeringan dengan Solar Dryer menggunakan penyimpan panas
temperatur kolektor lebih merata dan lebih cepat kering. Proses pengeringan
masih tetap berlangsung beberapa jam, saat cahaya matahari tertutup atau saat
sore hari dengan sumber panas dari penyimpan panas.

5.2 Saran-saran
Adapun saran yang perlu diperhatikan untuk pengembangan dan pemakaian
kolektor pengering tenaga surya (solar dryer) :
1. Gunakan isolasi yang memiliki harga konduktivitas termal yang rendah.
2. Pada waktu melakukan pengujian saat penimbangan sebaiknya dilakukan
dengan cepat untuk menghindari terjadinya rugi-rugi panas.
3. Pada saat pembingkaian kaca, sebaiknya kaca tersebut diberi sedikit jarak
(clearance) untuk menghindari terjadinya pemuaian terhadap kaca yang
dapat mengakibatkan kaca tersebutreta dan pecah.
4. Agar hasil pengeringan merata pada setiap rak perlu dilakukan rotasi
posisi rak.
5. Perlu penelitian lebih lanjut dari alat ini dengan penyimpan panas yang
bebeda, dan menutup alat pengering dengan penutup khusus sehingga
penurunan temperatur yang drastis saat cuaca mendung atau sore hari
dapat dihindari.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Anderson, Edward E., 1982, Fundamental of Solar Energy Conversion,


Addison-Wesley, California.
2. Aziz, Azridjal, 1996, Kolektor Udara Surya (Perancangan dan Pembuatan),
Skripsi, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Andalas, Padang.
3. Aziz, Azridjal, 2003, Perancangan Kolektor Surya Tipe Pelat Datar dengan
Flluida Kerja Udara, Jurnal Momentum, Institut Teknologi Padang, Padang.
4. Aziz, Azridjal, 2004, Teknologi Rekayasa Surya sebagai Pemanas Udara untuk
Proses Pengeringan (Solar Dyer), Jurnal Momentum, Institut Teknologi
Padang, Padang.
5. Fachrizal, N etal, 1994, Efisiensi Pengering Tipe Kotak Kombinasi Energi
Matahari dan Biomassa, Makalah Ilmiah UPT-LSDE, BPPT, PUSPITEK
Serpong.
6. Hewitt, G.F., 1994, Process Heat Transfer, CRC Press Inc., Boca Raton, USA.
7. Suwono, Aryadi, 1980, Pemanfaatan Energi Matahari untuk Pedesaan,
Proceedings, Bandung.
8. Zainuddin, Dahnil., 1990, Solar Teknik 1 & 2, Universitas Andalas, Padang.
9. Zainuddin, Dahnil,1995 , Makalah Teknologi Energi Surya, Padang.

26
LAMPIRAN
Tabel . Sifat-Sifat Udara Pada Tekanan Atmosfer.

Nilai μ, k, cD, dan Pr tidak terlalu bergantung pada tekanan dan dapat digunakan
untuk tekanan yang cukup luas.

T, K ρ cp μ v k α Pr
kg/m3 kj/kg.0C kg/m.s x 105 m2/s x 104 W/m.0C m2/s x 104
100 3.6010 1.0266 0.6924 1.923 0.009246 0.02501 0.770
150 2.3675 1.0099 1.0283 4.343 0.013735 0.0574 0.753
200 1.7684 1.0061 1.3289 7.490 0.01809 0.10165 0739
250 1.4128 1.0053 1.5990 11.31 0.02227 0.15675 0.722
300 1.1774 1.0057 1.8462 15.69 0.02624 0.22160 0.708
350 0.9980 1.0090 2.075 20.76 0.03003 0.2983 0.697
400 0.8826 1.0140 2.286 25.90 0.03365 0.3760 0.689
450 0.7833 1.0207 2.484 31.71 0.03707 0.4222 0.683
500 0.7048 1.0295 2.671 37.90 0.04038 0.5564 0.680
550 0.6423 1.0392 2.848 44.34 0.04360 0.6532 0.680
600 0.5879 1.0551 3.018 51.35 0.04659 0.7512 0.680
650 0.5430 1.0635 3.177 58.51 0.04953 0.8578 0.682
700 0.5030 1.0752 3.332 66.25 0.05230 0.9672 0.684
750 0.4709 1.0856 3.481 73.91 0.05509 1.0774 0.686
800 0.4405 1.0978 3.625 82.29 0.05779 1.1951 0.689
850 0.4149 1.1095 3.765 90.75 0.06028 1.3097 0.692
900 0.3925 1.1212 3.899 99.3 0.06279 1.4271 0.696
950 0.3716 1.1321 4.023 108.2 0.06525 1.5510 0.699
1000 0.3524 1.1417 4.152 117.8 0.06752 1.6779 0.702
1100 0.3204 1.160 4.44 138.6 0.0732 1.969 0.704
1200 0.2947 1.179 4.69 159.1 0.0782 2.251 0.707
1300 0.2707 1.197 4.93 182.1 0.0837 2.583 0.705
1400 0.2515 1.214 5.17 205.5 0.0891 2.920 0.705
1500 0.2355 1.230 5.40 229.1 0.0946 3.262 0.705
1600 0.2211 1.248 5.63 254.5 0.100 3.609 0.705
1700 0.2082 1.467 5.85 280.5 0.105 3.977 0.705
1800 0.1970 1.287 6.07 308.1 0.111 4.379 0.704
1900 0.1858 1.309 6.29 338.5 0.117 4.811 0.704
2000 0.1762 1.338 6.50 369.0 0.124 5.260 0.702
2100 0.1682 1.372 6.72 399.6 0.131 5.715 0.700
2200 0.1602 1.419 6.93 432.6 0.139 6.120 0.707
2300 0.1538 1.482 7.14 464.0 0.149 6.540 0.710
2400 0.1458 1.574 7.35 504.0 0.161 7.020 0.718
2500 0.1394 1.688 7.57 543.5 0.175 7.441 0.730

Dari Natl Bur stand (U.S) Circ. 564. 1965

27
Tabel. Sifat-sifat bukan logam.

Bahan Temperatur k, ρ c α
0
C W/m/.0C kg/m3 kj/kg.0C m2/s x 107
Bahan-bahan bangunan dan penahan kalor
Aspal 20-55 0.74-0.76
Bata:
Bata bangunan 20 0.69 1600 0.84 5.2
Biasa
Muka 1.32 2000
Bata karborundum 600 18.5
1400 11.1
Bata krom 200 2.32 3000 0.84 9.2
550 2.47 9.8
900 1.99 7.9
Tanah diatomea
Dicetak dan 200 0.24
Dibakar 870 0.31
Bata tahan api 500 1.04 2000 0.96 5.4
Dibakar 24260F 800 1.07
1100 1.09
Dibakar 26420F 500 1.28 2300 0.96 5.8
800 1.37
1100 1.40
Missouri 200 1.00 2600 0.96 4.0
600 1.47
1400 1.47
Magnesit 200 3.81 1.13
650 2.77
1200 1.90
Semen, portland 0.29 1500
Moster 23 1.16
Beton, sinder 23 0.76
Batu, 1.2-4 campur 20 1.37 1900- 0.88 8.2-6.8
Gelas, jendela 20 0.78 (avg) 2300 0.84 3.4
Korosilikat 30-75 1.09 2700
Plaster, gips 20 0.48 2200 0.84 4.0
La logam 20 0.47 1440
Lat kayu 20 0.28
Batu:
Granit 1.79-3.98 0.82 8-18
Batu kapur 100-300 1.26-1.33 2640 0.90 3.6-5.9
Marmer 2.07-2.94 2500 0.80 10-13.6
Batu pasir 40 1.83 2500- 0.71 11.2-11.9
Kayu (melintas serat) 2700
Balsa, 8,8 lb/ft3 30 0.55 2160-
Sipres 30 0.097 2300
Fir 23 0.11 2.72 0.96
Mapel atau oak 30 0.166 140 2.4 1.28
Pinus kuning 23 0.147 460 2.8 0.82
Pinus putih 30 0.112 420
540
640
430

28
Tabel ABSORBER TEST MATERIAL

Code* Absorber Material Optical Popertiest


Coating Substrate Absorptance Emittance
A Black nickel Steel 0.87 0.13
C Flat black paint Copper 0.98 0.92
D Black chrome Steel (nickel- 0.97 0.07
E flashed) 0.95 0.87
F Flat balck paint Copper 0.96 0.75
G Copper oxide Copper 0.93 0.86
H Black porcelain Steel 0.95 0.89
I Flat black paint Aluminum 0.88 0.19
J Black chrome Stainlees steel 0.98 0.14
L Black chrome Aluminum 0.99 0.29
M Laed oxide Copper 0.94 0.10
N Oxide anodized Aluminum 0.93 0.51
Oxide conversion Aluminum
P Coating 0.96 0.08
Black chrome Copper

 Code letters A through H indicate material coupon specimens cut from solar
collector A through H. codes 1 through P test at the materials level only.
 These properties are dependent on the formulation and manufacturing
processes used, other product within a generic class of materials may have
significantly different properties.
 Everage values based on s minimum of 10 test specimens
from NBS TN 1136,1981. NBS Solar collector durability and reliability test
program plan by D. Wakman , E. street, and T. seiler

29
\

Gambar Alat Pengering Surya Jenis Pemanasan Langsung

Gambar Pisang yang dikeringkan dan proses pengambilan data pengujian

30
Tabel 1. Data Massa Bahan Yang Dikeringkan

Lama MASSA BAHAN YANG DIKERINGKAN (gr)


Jam (Wib)
(jam) Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4 Di Luar
Hari Rabu, 26 November 2008
0 10.00 450 450 450 450 450
1 11.00 418 394 358 312 400
2 12.00 382 360 334 304 356
3 13.00 352 324 288 248 326
4 14.00 310 264 244 196 300
5 15.00 274 240 202 158 276
6 16.00 272 212 174 138 260
Hari Kamis, 27 November 2008
7 10.00 228 196 160 126 250
8 11.00 168 151 130 114 192
9 12.00 146 132 112 104 176
10 13.00 134 120 106 100 166
11 14.00 128 118 106 100 160
12 15.00 126 116 106 100 156
13 16.00 118 110 102 96 150
14 17.00 116 108 100 96 146

Tabel 2. Data Temperatur Pengeringan

TEMPERATUR °C
No Jam (Wib) T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T~
Hari Rabu, 26 November 2008
1 10.00 - 11.00 44.3 74.8 89.3 50.8 56.8 65.7 62.9 66.3 33.3
2 11.00 - 12.00 46.4 85.3 95.1 55.4 59.2 70.1 69.1 68.5 33.4
3 12.00 - 13.00 50.3 92.1 103.1 61.1 63.8 68.4 77.2 71.1 33.4
4 13.00 - 14.00 51.8 97.3 104.2 62.6 69.9 73.8 82.1 69.1 34.2
5 14.00 - 15.00 48.5 89 97 60.8 67.2 71.8 79.5 72.3 33.6
6 15.00 - 16.00 47.8 83.2 81.5 59.4 64 67 76 65.3 33.2
7 16.00 - 17.00 42.6 67.6 66.5 53.1 53 57.2 59.3 58.9 33.2
Rata-rata 40.37 78.43 90.5 55.51 59.39 63.1 69.67 70.83 33.2
Hari Kamis, 27 November 2008
1 10.00 - 11.00 46.3 85.3 93.8 56.9 63.6 69.5 71.7 68.2 33.2
2 11.00 - 12.00 48 87.3 102.6 63.4 71.9 76.7 55.6 77.2 33.5
3 12.00 - 13.00 46.6 78.8 94.3 64.2 67.4 70 68.9 68.2 34.2
4 13.00 - 14.00 42.4 61.7 70.2 51.8 53.5 56.6 58.2 55.8 34.5
5 14.00 - 15.00 39.4 60.5 65 47.2 56.3 52.9 55.6 53 34
6 15.00 - 16.00 54.6 99.4 91.5 68.5 77.6 80 85.5 79.3 33.3
7 16.00 - 17.00 39 54.9 56.7 49.7 49.2 51.4 53.4 51.9 32.2
Rata-rata 40.37 78.43 90.5 55.51 59.39 63.1 69.67 70.83 33.2

31
Massa bahan terhadap lama pengeringan
450
Rak 1
420
Rak 2
390
Rak 3
360 Rak 4

Massa Bahan (gram)


330 Di Luar
300
270
240 0
210
180
150
120
90
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Lam a Pengeringan (jam )

Gambar 1. Laju Pengeringan massa bahan

Temperatur Kolektor Surya


120
T1
110
100 T2
T3
Temperatur (C)

90
80 T4
70 T5
60
T6
50
T7
40
30 T8
20 Tling
1 2 3 4 5 6 7
Lama Pengeringan (jam)

Gambar 2. Distribusi temperatur pengeringan hari 1

Temperatur Kolektor Surya


120 T1
110 T2
100
90
T3
Temperatur (C)

80 T4
70 T5
60
T6
50
40 T7
30 T8
20
Tling
1 2 3 4 5 6 7
Lam a Pengeringan (jam )

Gambar 3. Distribusi temperatur pengeringan hari 2

32

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai