Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANG

ACARA II : PERSENTASE KEHILANGAN UDARA DAN


PERHITUNGAN DEBU PADA SISTEM VENTILASI TAMBANG
BAWAH TANAH

Oleh :
MUHAMMAD LUTHFI AL-FARUQI
112.190.128

HARI/TANGGAL : SENIN / 7 FEBRUARI 2022


SESI/JAM : II / 10.00-12.00 WIB

LABORATORIUM VENTILASI TAMBANG


PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANG

ACARA II : PERSENTASE KEHILANGAN UDARA DAN


PERHITUNGAN DEBU PADA SISTEM VENTILASI TAMBANG
BAWAH TANAH

Oleh :
Nama : Muhammad Luthfi Al-Faruqi
NPM : 112.190.128
Hari/Tanggal Praktikum : Senin / 14 Februari 2022
Asisten : Adjar Landung Pambudi Musodiq

Disetujui untuk Praktikum Ventilasi Tambang


Laboratorium Ventilasi Tambang
Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Yogyakarta, 18 Februari 2022
Asisten Laboratorium

Adjar Landung Pambudi Musodiq


NIM. 112.180.108
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga Laporan Resmi Praktikum Ventilasi Tambang dapat selesai dengan baik
dan tepat waktu. Laporan ini sebagai syarat untuk mengadakan ujian reponsi
Praktikum Ventilasi Tambang Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Pada kesempatan ini praktikan menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Sutarto, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
2. Dr. Ir. Eddy Winarno, S.Si, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta.
3. Ir. Wawong Dwi Ratminah, M.T., selaku Koordinator Program Sarjana
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
4. Ir. Peter Eka Rosadi, M.T., selaku Kepala Laboratorium Ventilasi Tambang
Program Sarjana Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
5. Adjar L. P. M. selaku Asisten Praktikum Ventilasi Tambang 2022/2023,
Program Sarjana Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
6. Rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
penyusunan laporan ini.
Semoga laporan resmi ini dapat bermanfaat.
Yogyakarta, 14 Februari 2022
Praktikan
(Muhammad Luthfi Al-Faruqi)

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktikum ................................................................................... 1
BAB II : DASAR TEORI
2.1. Prinsip Pengaliran Udara Serta Kebutuhan Udara Tambang ................. 2
2.2. Fungsi Pengukuran Paparan Debu ......................................................... 3

BAB III : PELAKSANAAN PRAKTIKUM


3.1. Lokasi Pengukuran ................................................................................. 5
3.2. Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan ........................................ 5
3.3. Prosedur Pengambilan Data ................................................................... 7
BAB IV : HASIL PRAKTIKUM
4.1. Hasil Pengambilan Data ........................................................................ 9
4.2. Hasil Pengolahan Data ........................................................................... 9
BAB V : ANALISIS DATA
5.1. Analisis Data ......................................................................................... 11
5.2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Praktikum ........................................ 12

BAB VI : PENUTUP
6.1. Kesimpulan ............................................................................................ 13
6.2. Saran ...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSAKA ..................................................................................... 14
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
3.1. Vane Anemometer ................................................................................ 5
3.2. Stopwatch............................................................................................. 5
3.3. Meteran ................................................................................................ 5
3.4. Jaringan Ventilasi Tambang Bawah Tanah ......................................... 6
3.5. Kertas Filter Udara .............................................................................. 6
3.6. Neraca O’Hauss ................................................................................... 6
3.7. Stopwatch............................................................................................. 6
3.8. High Volume Air Sampler.................................................................... 7
4.1. Rangkaian Jaringan Ventilasi Seri ....................................................... 9
3.6. Rangkaian Jaringan Ventilasi Paralel .................................................. 9

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
4.1 Hasil Pengamatan Data Persentase Kehilangan Udara Kebocoran 1 .. 9
4.2 Hasil Pengamatan Data Persentase Kehilangan Udara Kebocoran 2 .. 10
4.3 Hasil Pengamatan Data Persentase Kehilangan UdaraTertutup ......... 10
4.4 Tabel Hasil Pengambilan Debu ........................................................... 10

vi
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN
A. LAPORAN SEMENTARA
B. CATATAN PRAKTIKUM
C. TUGAS
D. LEMBAR KONSULTASI

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengendalian kuantitas berkaitan dengan beberapa masalah seperti,
perpindahan udara, arah aliran, dan jumlah aliran udara. Dalam pengendalian
kualitas udara tambang baik secara kimia atau fisik, udara segar perlu dipasok dan
pengotor seperti debu, gas, panas, dan udara lembab harus dikeluarkan oleh sistem
ventilasi. Dengan memperhatikan beberapa faktor tersebut diatas, maka kebutuhan
udara segar di tambang bawah tanah kadang-kadang lebih besar dari pada 200
cfm/orang atau bahkan hingga 2.000 cfm/orang. Kondisi tambang bawah tanah saat
ini sudah banyak yang menyediakan aliran udara untuk sebanyak 10 – 20 ton udara
segar per ton mineral tertambang.

1.2 Tujuan Praktikum


Setelah mengikuti praktikum Ventilasi ini, diharapkan praktikan dapat:
1. Memahami teori aliran udara pada sistem ventilasi tambang bawah tanah.
2. Melakukan pengukuran kecepatan udara.
3. Memahami faktor pengukuran kehilangan jumlah udara.
4. Menghitung kuantitas debu/pengotor pada tambang bawah tanah.

Muhammad Luthfi Al-Faruqi/ 112.190.128 1


BAB II
DASAR TEORI

2.1. Prinsip Pengaliran Udara Serta Kebutuhan Udara Tambang


Ventilasi tambang biasanya merupakan suatu contoh aliran tunak (steady), artinya
tidak ada satupun variabelnya yang merupakan fungsi waktu. Salah satu tujuan dari
perhitungan ventilasi tambang adalah penentuan kuantitas udara dan rugi-rugi, yang
keduanya dihitung berdasarkan perbedaan energi. Hukum konservasi energi
menyatakan bahwa energi total di dalam suatu sistem adalah tetap, walaupun energi
tersebut dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.

a. Head Loss
Aliran udara terjadi karena adanya perbedaan tekanan yang ditimbulkan antar dua
titik dalam sistem. Energi yang diberikan untuk mendapatkan aliran yang tunak
(steady), digunakan untuk menimbulkan perbedaan tekanan dan mengatasi
kehilangan aliran (HL).
Head loss dalam aliran udara fluida dibagi atas dua komponen, yaitu : ‘friction loss
(Hf)’ dan ‘shock loss (Hx)’. Dengan demikian head loss adalah:
HL = Hf + Hx
Friction loss menggambarkan head loss pada aliran yang linear melalui saluran
dengan luas penampang yang tetap. Sedangkan shock loss adalah kehilangan head
yang dihasilkan dari perubahan aliran atau luas penampang dari saluran, juga dapat
terjadi pada inlet atau titik keluaran dari sistem, belokan atau percabangan, dan
halangan-halangan yang terdapat pada saluran.

b. Mine Head
Untuk menentukan jumlah aliran udara yang harus disediakan untuk mengatasi
kehilangan head (head loss) dan menghasilkan aliran yang diinginkan, diperlukan
penjumlahan dari semua kehilangan energi aliran. Pada suatu sistem ventilasi
tambang dengan satu mesin angin dan satu saluran keluar, komulatif pemakaian

Muhammad Luthfi Al-Faruqi/ 112.190.128 2


energi disebut ‘mine head’, yaitu perbedaan tekanan yang harus ditimbulkan untuk
menyediakan sejumlah tertentu udara ke dalam tambang.
Dalam sistem ventilasi tambang berlaku hukum persamaan kontinuitas yaitu
Q masuk = Q keluar
Q = Ax V
Keterangan :
Q = Debit (m3/menit)
A = Luas Penampang ( m2)
V = Kecepatan (m/menit)
Jumlah debit udara masuk harus sama dengan debit udara yang keluar, maka dan
itu dibutuhkannya analisis pada sistem jaringan ventilasi. Pada jaringan ventilasi
terdapat kehilangan udara yang disebabkan oleh beberapa sumber kehilangan antara
lain: sumber-sumber shock loss dan kebocoran pada jaringan ventilasi.

2.2. Fungsi Pengukuran Paparan Debu


Debu adalah partikel kecil yang berasal dari beberapa sumber yang dibawa oleh
udara dan bersifat toksik (racun). Debu umumnya timbul karena aktivitas mekanis
seperti attivitas mesin mesin industri, transportasi, bahkan aktivitas manusia lainnya
Paparan debu yang masuk ke saluran pernapasan dalam waktu yang lama dapat
menimbulkan gangguan saluran pernapasan untuk pekerja.
Fungsi pengukuran paparan debu adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat
paparan debu di suatu wilayah contohnya lingkungan kerja Alat yang dapat
digunakan ialah HVAS (High Volume Air Sampler) yang dinyatakan sebagai alat
untuk mengukur kadar debu lingkungan kerja.

w2 – w1
𝐶=
𝑄𝑥𝑡
Keterangan :
C = Konsentrasi debu (mg/m3)
W1 = Berat awal (mg)
W2 = Berat akhir (mg)
Q = Debit (m3/menit)
T = Waktu (menit)

Muhammad Luthfi Al-Faruqi/ 112.190.128 3


Nilai ambang batas (NAB) paparan debu merupakan batas nilai maksimal untuk
paparan debu sehingga masih dapat diterima oleh pernapasan dalam batas waktu
tertentu. Jika jumlah paparan debu diatas NAB dan waktu terpapar debu, maka
seseorang akan menderita gangguan pernapasan. Standar Nilai Ambang Batas
paparan debu telah diatur dalam beberapa pertaruran yang terkait salah satunya
(Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara), Pada peraturan ini menetapkan Nilai Ambang Batas (NAB) untuk kadar
debu total di tempat kerja adalah 230 µg/Nm³.

Muhammad Luthfi Al-Faruqi/ 112.190.128 4


BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Lokasi Pengukuran


Praktikum ventilasi tambang dilaksanakan di Laboratoruim Ventilasi Tambang dan
wilayah kampus 2 UPN “Veteran” Yogyakarta.
Hari : Senin, 14 Februari 2022
Lokasi Pengambilan Data : Laboratorium Ventilasi Tambang
Pukul : 10.00 WIB sampai 12.00 WIB.

3.2 Peralatan dan Perlengkapan


Peralatan dan perlengkapan yang dipakai dalam perhitungan kehilangan udara
adalah :
1. Vane Anemometer

Gambar 3.1
Vane Anemometer
2. Stopwatch

Gambar 3.2
Stopwatch
3. Meteran

Gambar 3.3
Meteran

Muhammad Luthfi Al-Faruqi/ 112.190.128 5


4. Jaringan ventilasi tambang bawah tanah

Gambar 3.4
Jaringan Ventilasi Tambang Bawah Tanah

Peralatan dan perlengkapan yang dipakai dalam perhitungan banyaknya debu


adalah :
1. Kertas filter udara

Gambar 3.5
Kertas Filter Udara
2. Neraca O’Hauss

Gambar 3.6
Neraca O’Hauss
3. Stopwatch

Gambar 3.7
Stopwatch

Muhammad Luthfi Al-Faruqi/ 112.190.128 6


4. HVAS ( High Volume Air Sampler )

Gambar 3.8
High Volume Air Sampler

3.3 Prosedur Pengambilan Data


3.3.1 Persiapan Alat dan Lokasi Pengukuran
a. Menyiapkan perlengkapan dan peralatan untuk pengukuran didalam
Laboratorium Ventilasi.
b. Melakukan pengukuran dengan alat-alat yang disediakan dan pengukuran
dilakukan di ruangan tertutup untuk perhitungan kehilangan udara dan ruangan
terbuka untuk perhitungan banyaknya debu.
3.3.2 Pengukuran (Pengoperasian Alat) Perhitungan Kehilangan Udara
1. Menyiapkan alat yang akan digunakan terlebih dahulu.
2. Mengukur diamater, panjang, lebar dan tinggi dari jaringan yang sudah tersedia.
3. Menyalakan mesin axial fan, sehingga udara akan masuk melalui jaringan, dan
atur kecepatannya
4 Mengukur kecepatan setiap saluran (lubang yang sudah tersedia pada jaringan)
dengan menggunakan Vane Anemometer. Dalam praktikum ini dilakukan 3
variasi pengujian kehilangan udara yang disebabkan oleh kebocoran antara lain
dengan kehilangan akibat shock loss, kobocoran pada 1 titik, dan kebocoran pada
2 titik..
5. Membaca Vane Anemometer yang menunjukkan angka tertentu kecepatan udara
dalam jaringan yang diukur.
6. Memasukkan data parameter yang diperoleh pada tabel pengisisan data yang
tersedia.

Muhammad Luthfi Al-Faruqi/ 112.190.128 7


3.3.3 Pengukuran (Pengoperasian Alat) Perhitungan Banyaknya Debu
1. Menyiapkan alat yang akan digunakan terlebih dahulu.
2. Menimbang kertas penyaring debu menggunakan neraca O’Hauss.
3. Masukkan kertas penyaring debu ke dalam lubang hisap pada alat HVAS.
4. Nyalakan alat HVAS pada lingkungan terbuka dan tunggu sesuai waktu yang
telah ditentukan
5. Setelah selesai, matikan alat HVAS dan ambil kertas penyaring debu tersebut.
Pastikan sudah ada debu yang menempel pada kertas penyaring debu.
6. Timbang kertas penyaring debu kembali dengan neraca O’Hauss untuk
mendapatkan berat debu.
7. Memasukkan data parameter yang diperoleh pada tabel pengisisan data yang
tersedia.

Muhammad Luthfi Al-Faruqi/ 112.190.128 8


BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Hasil Pengambilan Data

Gambar 4.1
Rangkaian Jaringan Ventilasi Seri

Gambar 4.2
Rangkaian Jaringan Ventilasi Paralel

4.2 Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.1
Hasil Pengamatan Data Persentase Kehilangan Udara Kebocoran 1
Luas V Debit Udara
No. Segment % Kehilangan
(m2) (m/menit) (Q=m3/menit)
1. A (round) 0,1008 705 71,064
2. E (rectangle) 0,0225 1403 31,5675
65,1581 %
3. H 0,0225 1111 24,9975
4. Outlet 0,04 619 24,76

Muhammad Luthfi Al-Faruqi/ 112.190.128 9


Tabel 4.2
Hasil Pengamatan Data Persentase Kehilangan Udara Kebocoran 2
Luas V Debit Udara
No. Segment % Kehilangan
(m2) (m/menit) (Q=m3/menit)
1. A (round) 0,1008 705 71,064
2. E (rectangle) 0,0225 1403 31,5675
71,80 %
3. H 0,0225 980 22,05
4. Outlet 0,04 501 20,04

Tabel 4.3
Hasil Pengamatan Data Persentase Kehilangan Udara Tertutup
Luas V Debit Udara
No. Segment % Kehilangan
(m2) (m/menit) (Q=m3/menit)
1. A (round) 0,1008 705 71,064
2. E (rectangle) 0,0225 1457 32,7825
63,4132 %
3. H 0,0225 1235 27,7875
4. Outlet 0,04 650 26

Tabel 4.4
Hasil Pengamatan Debu
W1 W2 t Debit Udara C
No.
(mg) (mg) (menit) (Q=m3/menit) (mg/m3)
1. 701 703 30 1,2 0,56
2. 701 709 30 1,2 0,22
3. 701 702 30 1,2 0,028

Muhammad Luthfi Al-Faruqi/ 112.190.128 10


BAB V
ANALISIS DATA

5.1 Analisis Data


Pada praktikum acara II ini, dilakukan pengamatan dan pengujian persentase
kehilangan udara serta pengamatan konsentrasi debu pada suatu lokasi. Pengukuran
persentase kehilangan udara mengguanakan alat Vane Anemometer dan lokasi yang
pengukuran di laboratorium ventilasi tambang. Pada praktikum acara II ini
dilakukan 3 variasi pengujian kehilangan udara yang dilakukan dengan saluran
ventilasi udara, kebocoran pada 1 titik, serta kebocoran pada 2 titik. Ketiga variasi
pengujian tersebut dilakukan untuk mengetahui presentase kehilangan udara pada
ventilasi tambang yang disebabkan karena shock loss dan kebocoran. Pengukuran
kecepatan udara dilakukan pada jaringan seri dan terdapat 4 segmen titik
pengukuran yaitu segmen A (round), E (rectangle), H, dan outlet. Luas penampang
setiap segmen juga diukur untuk menghitung debit udara pada setaip segmen.
Berdasarkan hasil pengolahan data, pada pengujian pertama (kehilangan akibat
shock loss) diperoleh persentase kehilangan sebesar 65,1581 %. Pengujian pertama
ini dilakukan pada jaringan ventilasi tertutup, tetapi kehilangan udara masih cukup
besar. Presentase kehilangan udara ini disebabkan oleh jalur yang menyempit pada
segmen A ke E dan banyak belokan pada segmen E, H, dan outlet. Pada pengujian
kedua (kebocoran pada 1 titik) diperoleh persentase kehilangan sebesar 71,80 %.
Kehilangan udara yang cukup besar dikarenakan ada kebocoran di segmen E, hal
ini dapat dilihat pada data bahwa terjadi perubahan penurunan debit udara yang
signifikan pada pengukuran segmen H. Pada pengujian ketiga (kebocoran pada 2
titik) diperoleh persentase kehilangan sebesar 63,4132 %. Kebocoran terjadi pada
dua titik yaitu segmen E dan segmen H. Pada data hasil pengukuran terjadi
penurunan debit udara di segmen H dan outlet, oleh karena itu dapat disimpulkan
terjadi kebocoran di segmen E dan H. Ketiga hasil persentase kehilangan udara
yang diperoleh dipengaruhi oleh luas penampang dan kecepatan udara, dimana

Muhammad Luthfi Al-Faruqi/ 112.190.128 11


jika kecepatan udara dan luas penampang semakin besar maka debit yang
dihasilkan pun akan semakin besar pula.
Pada pengukuran paparan debu dilakukan 3 kali pengujian untuk mengetahui
seberapa besar konsentrasi debu di suatu wilayah. Pengukuran paparan debu
dilakukan dengan menggunakan alat High Volume Air Sampler yang mempunyai
spesifikasi debit udara 1,2 m³/menit selama 30 menit. Berdasarkan hasil pengolahan
data, konsentrasi debu pada pengujian 1 sebesar 0,056 mg/m³, pengujian 2 sebesar
0,22 mg/m³ dan pengujian 3 sebesar 0,028 mg/m³. Perbedaan hasil yang diperoleh
dipengaruhi oleh nilai berat, dimana semakin besar nilai berat setelah dilakukan
pengujian maka akan semakin besar pula nilai konsentrasi debu. Pada pengujian,
nilai pengujian 2 memiliki W₂ lebih besar sehingga nilai konsentrasi yang didapat
juga besar. Berdasarkan nilai ambang batas menurut Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 dengan nilai ambang batas sebesar 10 mg/m³,
sehingga lokasi pengukuran paparan debu masih berada didalam nilai ambang batas
dan aman bagi pekerja.

5.2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pengukuran


Faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran diantaranya adalah :
1. Luas Penampang
Semakin besar luas penampang dari jaringan ventilasi maka akan semakin
kecil nilai kecepatan udara. Sedangkan semakin kecil luas penampang dari
jaringan ventilasi maka akan semakin besar nilai kecepatan udara.
2. Kecepatan Udara
Semakin besar kecepatan udara maka akan semakin besar pula debit udara
yang dihasilkan, sehingga kecepatan akan semakin besar pula.
3. Waktu Pengujian
Semakin lama waktu pengujian di suatu wilayah maka nilai konsentrasi
banyaknya debu akan semakin besar.
4. Akurasi alat
Keakurasian alat pengukuran perlu diperhatikan. Kalibrasi perlu dilakukan
sebelum pengukuran, agar hasil pengukuran yang didapatkan lebih akurat.

Muhammad Luthfi Al-Faruqi/ 112.190.128 12


BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
jaringan seri pada ventilasi apabila jaringan tersebut mempunyai jalur saling berkait
ujung satu dengan ujung lainnya sehingga kuantitas udara yang mengalir melalui
setiap jalur adalah sama. Jaringan dikatakan parallel apabila total udara yang
mengalir terbagi dalam masing-masing jalur udara.
Besarnya debit udara yang masuk sama dengan debit udara yang keluar pada
jaringan ventilasi tambang bawah tanah. Pengukuran kecepatan udara untuk
menghitung debit dapat dilakukan menggunakan alat vane anemometer. Beberapa
faktor yang mempengaruhinya, yaitu luas penampang dan kecepatan udara.
Semakin besar luas penampang dari jaringan ventilasi akan semakin kecil nilai
kecepatan udara dan sebaliknya. Semakin besar kecepatan udara maka semakin
besar pula debit udara yang dihasilkan, sehingga kecepatan akan semakin besar
pula. Jika kecepatan dan luas penampang besar tentunya debit yang dihasilkan pun
akan besar.
Fungsi pengukuran paparan debu adalah untuk mengetahui seberapa besar
tingkat paparan debu di suatu wilayah. Jumlah paparan debu dapat diketahui dengan
menghitung berat debu yang terserap pada alat High Volume Air Sampler. Semakin
besar nilai berat setelah dilakukan pengujian akan semakin besar pula nilai dari
konsentrasi banyaknya debu. Semakin lama waktu untuk melakukan pegujian dan
debit udara di lingkungan kecil maka nilai konsentrasi banyaknya debu akan
semakin besar.

6.2 Saran
Sebaiknya penyemprotan debu dilakukan setiap 1 jam untuk meminimalisir adanya
debu yang dapat menggangu pekerja tambang.

Muhammad Luthfi Al-Faruqi/ 112.190.128 13


DAFTAR PUSTAKA

[1] Sudarsono, Wiyono, Bagus. 2018. Diktat Kuliah Ventilasi Tambang. Program
Studi Sarjana Teknik Pertambangan. Fakultas Teknologi Mineral. UPN
“Veteran”. Yogyakarta.

[2] Tim Dosen dan Asisten Ventilasi Tambang. 2022. Buku Panduan Praktikum
Ventilasi Tambang. Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan. Jurusan
Teknik Pertambangan. Fakultas Teknologi Mineral. UPN “Veteran”.
Yogyakarta.

[3] Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran


Udara

[4] Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan


dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

Muhammad Luthfi Al-Faruqi/ 112.190.128 14

Anda mungkin juga menyukai