Anda di halaman 1dari 38

SISTEM PENYALIRAN PADA TAMBANG TERBUKA

DI PT. SUMBER CAHAYA MINERAL


KECAMATAN TEBO ILIR KABUPATEN TEBO
PROVINSI JAMBI

PROPOSAL
KERJA PRAKTEK

OLEH :

ERIC EXTRADA
181016131201014

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUARA BUNGO
2021
SISTEM PENYALIRAN PADA TAMBANG TERBUKA
DI PT. SUMBER CAHAYA MINERAL
KECAMATAN TEBO ILIR KABUPATEN TEBO
PROVINSI JAMBI

KERJA PRAKTEK
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana
Teknik Pada Program Studi Teknik Pertambangan - Fakultas
Teknik Universitas Muara Bungo

OLEH :

ERIC EXTRADA
181016131201014

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUARA BUNGO
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3. Tujuan Kerja Praktek........................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................3
BAB 2. DASAR TEORI...................................................................................4
2.1. Siklus Hidrologi................................................................................4
2.2. Curah Hujan......................................................................................4
2.2.1 Curah Hujan Rencana.......................................................................5
2.2.2 Intensitas Curah Hujan......................................................................7
2.3. Daerah Tangkapan Hujan (Castment Area)......................................9
2.4. Limpasan.........................................................................................10
2.5. Su mp..............................................................................................11
2.6. Sistem Pemompaan.........................................................................13
2.6.1 Klasifikasi Pompa Turbo.................................................................13
2.6.2 Pengukuran Debit Pompa................................................................14
2.6.3 Head Pompa....................................................................................15
2.6.4 Daya Air..........................................................................................20
2.6.5 Daya Poros......................................................................................21
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN.......................................................22
3.1. Studi Literatur.................................................................................22
3.2. Tahap Penelitian Lapangan............................................................24
3.3. Waktu dan Rencana Pelaksanaam..................................................25
3.4. Kerangka Pikir................................................................................27
BAB 4. PENUTUP..........................................................................................28
4.1. Peserta.............................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi...................................................................................5


Gambar 2.2 Pengukuran debit pompa dengan metode discharge..........................14
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian...............................................................27

ii
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Derajat curah hujan dan intensitas curah hujan.......................................8


Tabel 2.1 Keadaan curah hujan dan intensitas curah hujan.....................................9
Tabel 2.3 Beberapa harga koefisien limpasan........................................................10
Tabel 2.4 Kondisi pipa dan harga C, formula Hazen –William.............................17
Tabel 2.5 Nilai C untuk konstanta hazen William inlet diameter.........................17
Tabel 2.6 Koefisien Kerugian dari berbagai katub...........................................19
Tabel 3.1 Rencana Jadwal Kegiatan................................................................26

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah


Subhanahu Wa Ta’ala, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal kerja praktek ini dengan baik. Proposal kerja
praktek dengan judul “Sistem Penyaliran pada Tambang Terbuka di PT. Sumber
Cahaya Mineral Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo Provinsi Jambi” ini
disusun dalam rangka memenuhi persyaratan akademis untuk penyelesaian
Program Strata-1 pada Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik,
Universitas Muara Bungo.
Dalam penyusunan proposal kerja praktek ini penulis mendapat banyak
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
selesainya proposal kerja praktek ini terkhusus kepada :

1. Bapak Radinal, S.T., M.T, selaku dekan Fakultas Teknik Universitas Muara
Bungo
2. Bapak Rakhmatul Arafat, S.T.,M.T selaku Ketua Program Studi
Pertambangan Universitas Muara Bungo
3. Bapak Irfan Satria Permana, S.T. selaku dosen pembimbing
4. Penguji 1
5. Penguji 2
6. Seluruh keluarga terutama kedua orang tua yang selalu mendo’a kan untuk
kesuksesan penulis
7. Seluruh dosen Fakultas Teknik terutama dosen Program Studi Pertambangan
8. Teman-teman dari program studi pertambangan terutama angkatan 2018 yang
sudah berjuang bersama dan masih bertahan sampai tahap ini
9. Pihak lain yang belum penulis sebutkan satu per satu dan telah membantu
kelancaran penyusunan proposal kerja praktek penulis, terima kasih untuk
bantuan dan dukungannya.

iv
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal kerja praktek ini masih memiliki
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak agar kedepannya dapat berguna untuk penulisan proposal
selanjutmya

Muara Bungo, Desember 2020

Penulis

v
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertambangan merupakan kegiatan yang sangat berpotensi untuk

menghasilkan keuntungan sekaligus menimbulkan dampak negatif bagi

lingkungan sekitarnya (Listiyani N, 2017). Salah satu bahan galian yang memiliki

nilai ekonomis tinggi adalah batubara. Provinsi Jambi yang terletak di Pulau

Sumatera memiliki potensi batubara yang sangat besar sehingga banyak terdapat

perusahaan-perusahaan tambang batubara yang beroperasi di sana.

Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan

untuk mencegah masuknya air atau mengeluarkan air yang telah masuk ke front

tambang (Cahyadi TA dkk, 2018). Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencegah

terganggunya aktifitas penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang

berlebihan terutama pada saat musim penghujan (Syarifuddin dkk, 2017).

Salah satu syarat agar kegiatan penambangan berjalan sesuai dengan yang

direncanakan, diperlukan kondisi kerja yang baik, yaitu tidak adanya genangan

air pada daerah kerja dan jalan tambang (Cahyadi TA dkk, 2020).

Adapun Aktivitas penambangan yang dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan

tambang batubara di Jambi dominan adalah tambang batubara yang

menggunakan sistem tambang terbuka. Salah satu ciri utama tambang terbuka

adalah adanya pengaruh iklim pada kegiatan penambangan. Elemen-elemen

iklim tersebut antara lain hujan, panas, temperatur, tekanan udara, dan lain-lain

yang dapat mempengaruhi kondisi tempat kerja, seperti tergenangnya air pada

1
lokasi (front) kerja/pit yang disebabkan masuknya air limpasan permukaan

maupun air tanah. Apabila hal ini tidak dilakukan penanganan yang serius maka

selanjutnya akan dapat mempengaruhi situasi tambang dan produktivitas

tambang.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan usaha pengeringan/memindahkan

air dari lokasi tambang (front) kerja/pit yaitu dengan cara melakukan pemompaan

ke luar lokasi penambangan (settling pond) agar sump yang ada dapat segera

difungsikan secara optimal dan tepat waktu.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang perlu dicermati antara lain:

1. Berapakah volume sump di PT. Sumber Cahaya Mineral?

2. Berapakah debit air yang masuk ke dalam sump di PT. Sumber Cahaya Mineral ?

3. Berapakah debit air yang keluar dari sump di PT. Sumber Cahaya Mineral ?

1.3. Tujuan Kerja Praktek

Tujuan dari kerja praktek ini adalah:

1. Menghitung volume sump di PT. Sumber Cahaya Mineral

2. Menghitung debit air yang masuk ke sump pada PT. Sumber Cahaya Mineral

3. Menghitung debit air yang keluar dari sump di PT. Sumber Cahaya Mineral

2
1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari kerja praktek ini dibagi menjadi dua diantaranya

1. Manfaat secara praktis, yakni:

a. Mendapatkan pengalaman serta pengetahuan tambahan mengenai kegiatan

pertambangan di dunia kerja.

b. Dapat mengenal dan lebih memahami wujud dan karakteristik peralatan-

peralatan pertambangan yang digunakan.

2. Manfaat secara teori, yakni:

a. Dapat Mengetahui volume air masuk dan keluar dari sump.

b. Dapat mengetahui curah hujan perhari.

3
BAB 2. DASAR TEORI

2.1. Siklus Hidrologi

Siklus hidrolgi adalah proses yang diawali oleh evaporation (penguapan)

kemudian terjadinya kondensasi dari awan evaporation. Awan terus terproses,

sehingga terjadi salju dan atau hujan yang jatuh kepermukaan tanah

(H.A. Hasmar, 2011).

Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah

(influrasi). Bagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-lekuk

permukaan tanah, kemudian akan mengalir ke daearah-daerah yang rendah, masuk

ke sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Tidak semua butir air yang mengalir akan

tiba ke laut. Dalam perjalanan ke laut sebagian akan menguap dan kembali ke

udara. Sebagian air yang masuk ke dalam tanah keluar kembali segera ke sungai-

sungai disebut aliran intra (interflow). Tetapi sebagian besar akan tersimpan

seabgai air tanah (groundwater) yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam

jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di daerah – daerah yang rendah

disebut limpasan air tanah (gorudwater runoff), (Suyono S dkk, 1999). Siklus

hidrologi secara skematik dapat dilihat pada gambar 2.1.

2.2. Curah Hujan

Satuan curah hujan adalah millimeter, yang berarti jumlah air hujan yang jatuh

pada satuan luas tertentu.Jadi, 1 milimeter berat pada luas 1 meter kuadrat (m 2)

jumlah hujan yang jatuh sebanyak 1 liter. Derajat curah hujan dinyatakan dalam

4
curah hujan persatuan waktu, dan disebut intersitas hujan, yang menyatakan

ukuran hujan.

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi (Schultzs, 2007)

Data curah hujan umunya disajikan dalam data curah hujan harian,bulanan,

tahunan, penyajian dapat dalam bentuk tabel dan grafik. Analisi data curah hujan

sangat bergantung kegunaan hasil analisi.Pada umunya diperlukan data

pengukuran jangka panjang karena komponen cuaca dan hidrologi mempunyai

sifat periodik (Rudy Sayoga G, 1999).

2.2.1 Curah Hujan Rencana

Dalam perancangan suatu bangunan air, atau dalam hal sarana penyaliran

tambang. Salah satu kriteria perancangan adalah hujan rencan yaitu curah hujan

dengan peroide ulang tertentu atau curah hujan yang dimiliki kemungkinan akan

terjadi sekali dalam suatu jangka waktu tertentu. Salah satu metoda untuk

menganalisis curah hujan adalah metoda distribusi ektrim atau distribusi gumbel.

Distribusi gumbel adalah sebagai berikut:

5
1. Menentukan rata – rata curah hujan maksimum( x ) dengan rumus:

x=
∑ xi
n (2.1)

Dimana:

𝑥̅ = Curah hujan maksimum rata –rata(mm/jam)

∑Xi = Jumlah curah hujan harian

maksimum(mm/jam) n = Jumlah data

2. Menentukan standar deviasi dengan rumus:


∑(xi–𝒙̅x )2 (2.2)
𝐒=√
n−1

Dimana:

S = Standar deviasi

xi = Curah hujan harian maksimum (mm/jam)

x = Curah hujan harian maksimum rata –

rata(mm/jam) n = Jumlah data

3. Menentukam reduced variate (Yt) dengan rumus :


𝐓−𝟏
Yt = −𝐥𝐧 [−𝐥𝐧 { }] (2.3)
T

Dimana:

Yt = Reduced variate

T = Periode ulang hujan

4. Menentukan reducedmean (Ym) dengan rumus:


(𝒏+𝟏)−𝒎
Ym = −𝒍𝒏 [−𝒍𝒏 { }] (2.4)
𝒏+𝟏

Dimana:

Ym = Reducedmean (variasi

reduksi) n = Jumlah data

6
m = Nomor urut

5. Menentukan reduced standar deviasi (Sn) dengan rumus:

∑ (𝒀𝒎–̅𝒀̅𝒎̅ ) (2.5)
𝑺𝒏 = √ 𝒏−𝟏

Dimana:

Sn = Reduced standar deviasi

Ym = Reduced mean (variasi reduksi)

Ym = Reduced mean (variasi reduksi) rata –

rata n = Jumlah data

6. Menentukan curah hujan rencana (Xt) dengan rumus:


𝒀𝒕−̅𝒀̅𝒎̅
(2.6)

( )

Yt−Ym
Xt = x + S
Sn

Dimana:

Xt = Curah hujan untuk periode ulang T

tahun(mm) X = Curah hujan maksimum rata –

rata(mm/jam) Xi = Curah hujan harian

maksimum(mm/jam)

S = Standar deviation

Yt = Reduced mean (variasi

reduksi) Sn = Reduced standar

deviation

2.2.2 Intensitas Curah Hujan

Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut

intensitas curah hujan (mm/jam).

Rumus ini dikemukakan oleh Dr. Ishiguro dalam tahun 1953 (Suyono S dkk,
7
1999).

8
𝑹𝟐𝟒 𝟐𝟒
I= ( )𝟐/𝟑 (2.7)
𝟐𝟒 𝒕

Dimana:

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

T = Lamanya curah hujan (jam)

R24 = Curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm )

Hubungan antara derajat , keadaan dan intensitas hujan dapat dilihat pada table

2.1 dan table 2.2

Table 2.1 Derajat curah hujan dan intensitas curah hujan (Suyono S dkk,
1999).
Intensitas

Derajat hujan curah hujan Kondisi

(mm/jam)

Hujan sangat lemah <0,02 Tanah gak basah atau dibasahi sedikit.

Tanah menjadi basah semuanya, tetapi


Hujan lemah 0,02-0,05
sulit membuat puddel.

Dapat dibuat peddel dan bunyi curah


Hujan normal 0,05-0,25
hujan kedengaran.

Air tergenang diseluruh permukaan

Hujan deras 0,25-1 tanah dan bunyi keras hujan kedengaran

dari genangan.

Hujan seperti ditumpahkan, saluran dan


Hujan sangat deras >1
drainase meluap.

9
Tabel 2.2 Keadaan curah hujan dan intensitas curah hujan(Suyono S dkk,
1999)
Intensitas curah hujan
Keadaan curah hujan
1 jam 24 jam

Hujan sangat ringan <1 <5

Hujan ringan 1-5 5-20

Hujan normal 5-20 20-50

Hujan lebat 10-20 50-100

Hujan sangat lebat >20 >100

2.3. Daerah Tangkapan Hujan (Castment Area)

Castment area merupakan daerah tangkapan hujan dimana batas tangkapan

hujannya ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga nantinya merupakan

polygon tertutup yang mana posisinya disesuaikan dengan kondisi topografi,

dengan mengikuti kecenderungan arah aliran air.Dengan pembatasan Castment

area maka diperkirakan setiap debit hujan yang tertangkap akan terkonsentrasi

pada elevasi terendah pada Castment tersebut. Pembatasan Castment area biasa

dilakukan pada peta topografi, dan untuk perencanaan sistem penyaliran

dianjurkan dengan menggunakan peta rencana penambangan dan peta situasi

tambang. Jenis material pada aera penambangan berpengaruh terhadap kondisi

penyerapan air limpasan karena untuk setiap jenis dan kondisi material yang

berbeda memiliki koefisien materialnya masing – masing. Koefisien ini

merupakan suatu konstanta yang menggambarkan dampak proses inflitrasi,

“retention”, dan intersepsi pada daerah tersebut. Beberapa harga koefisien (c)

dapat dilihat pada table 3.3.

10
Tabel 2.3 Beberapa harga koefisien limpasan (Rudy Sagoya G, 1999)
Koefisien
Kemiringan Tutupan
limpasan(c )

Sawah, rawa 0,2

<3% Hutan, perkebunan 0,3

Perumahan dengan kebun 0,4

Hutan, perkebunan 0,4

Perumahan 0,5
3%-15,5%
Tumbuhan yang jarang 0,6

Tanpa tumbuhan, daerah penimbunan 0,7

Hutan 0,6

Perumahan, kebun 0,7


15%
Tumbuhan yang jarang 0,8

Tanpa tumbuhan, daerah tambang 0,9

2.4. Limpasan

Faktor yang mempengaruhi limpasan dapat dibagi menjadi 2(dua) kelompok yaitu

faktor meteorology serta faktor fisik daerah pengaliran.

1. Faktor-faktor yang termasuk kedalam faktor meteorologi adalah :

a. Jenis presipitasi

b. Intensitas curah hujan

c. Lamanya curah hujan

d. Distribusi curah hujan daerah penelitian

e. Arah pergerakan curah hujan

11
f. Curah hujan terdahulu dan kelembaban tanah

g. Kondisi –kondisi meteorologi lainnya seperti suhu, kecepatan angin,

kelembaban relative dan lain –lain.

2. Faktor – faktor yang termasuk ke dalam faktor fisik daerah pengaliran adalah:

a. Tata guna tanah (land use)

b. Luas daerah

c. Keadaan topografi

d. Jenis tanah

e. Faktor – faktor lain seperti karakteristik jaringan sungai, saluran drainage

dan lain – lain.

Untuk menghitung jumlah air limpasan permukaan dari suatu daerah dapat

digunakan rumus rasional yaitu:

Q = 0,278 × C × I × A (2.8)

Dimana:

Q = Debit air limpasan (m3/detik)

C = Koefisien limpasan

I = Intensitas curah hujan (mm)

A = Luas tangkapan hujan (km2)

2.5. Sump

Merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem tambang

terbuka.Sump berfungsi sebagai penampung segala jenis air yang masuk ke dalam

pit tambang terbuka. Sumber air pada sistem tambang terbuka meliputi air hujan,

air permukaan, limpasan/rembesan dari sumber air permukaan dan air tanah.

Dalam perjalanan suatu sistem tambang terbuka, pengelolaan sump merupakan

12
suatu keharusan. Beberapa dampak yang dapat ditimbulkan jika pengelolaan

sistem penyaliran tidak berjalan dengan baik yaitu banjir pada pit sehingga dapat

menghambat proses pengangkutan batu bara dan overburden, terganggunya fleet

management, longsoran pada lereng hingga kematian pada pekerja tambang.

Dampak yang ditimbulkan dapat direduksi dan dicari solusinya dengan suatu

optimasi yang melibatkan pengaruh air pada sistem tambang terbuka guna

mendapatkan sebuah model keputusan terbaik. Analisis keputusan memberikan

korelasi hubungan antara aspek ekonomi dalam membuat keputusan dan hasil dari

aspek teknis dimana sebuah keputusan didasarkan (Sperling dkk, 1992). Dengan

pertimbangan tersebut, maka perlu adanya model peninjauan dalam mendapatkan

model keputusan. Peninjauan penyalirandiharapkan juga dapat memberikan

korelasi antara pengaruh interaksi air permukaan dan airtanah.

Ada 2 sistem penyaliran tambang yaitu:

1. Sistem Penyaliran Memusat

Pada sistem ini sump – sump akan ditempatkan di setiap jenjang tambang

(bench), dengan sistem pengalirannya dari jenjang paling atas menuju jenjang

dibawahnya sehingga akhirnya air yang dipusatkan ke main sump (balok

induk) untuk dipompa ke luar tambang.

2. Sistem Penyaliran Tidak Memusat

Sistem ini dilakukan bila kedalaman tambang relative dangkal dengan

keadaan geografis daerah luar tambang memungkikan untuk mengalirkan air

langsung dari sump ke luar tambang(Awang S, 2004)

Berdasarkan penempatannya, sump dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,

yaitu:

13
1. Trevelling sump (balong front)

Sump ini dibuat pada daerah front tambang, baik secara terencana yang

digunakan pada peta jangka pendek atau tidak terencana sebelumnya.

2. Sump jenjang atau sump transit

Sump dibuat secara terencana dalam pemilihan lokasi maupun volumenya.

3. Main Sump(balong induk)

Sump dibuat sebagai penampang air terakhir dapat digunakan sebagaicadangan

air digunakan dalam pengamanan tambang.

2.6. Sistem Pemompaan

Jika laju aliran keseluruhan (yaitu jumlah konsumsi air bersih atau drainase) telah

ditentukan maka kapasitas pompa dapat dihitung dengan membagi laju aliran total

tersebut dengan jumlah pompa yang dipakai.

2.6.1 Klasifikasi Pompa Turbo

Pompa turbo terdiri dari 3(tiga) jenis antara lain :

1. Pompa sentrifugal

Mempunyai sebuah impeller (baling – baling) untuk mengangkat zat cair dari

tempat yang lebih rendah ketempat yang lebih tinggi.

2. Pompa aliran campur

Digunakan untuk head yang sedikit lebih rendah.pompa ini umumnya

menggunakan rumah diffuser dan jika pompa menggunakan rumah volut untuk

menampung langsung aliran yang keluar dari impeller , maka disebut “ pompa

aliran campur jenis volut”.

14
3. Pompa aksial

Digunakan untuk head yang lebih rendah lagi. Aliran didalam pompa ini

mempunyai arah aksial (sejajar poros), untuk mengubah head kecepatan

menjadi head tekanan, dipakai sudut antara yang berfungsi sebagai dufser.

2.6.2 Pengukuran Debit Pompa

Untuk memperkirakan debit pemopaan dihitung dengan metode discharge.

Langkah kerja metode ini yaitu buat alat ukur berbentuk “L” seperti terlihat pada

gambar 3.3. sisi yang pendek berukuran 4 inchi dan sisi yang lebih panjang

merupakan panjang kekuatan air (X) dinyatakan dalam satuan mm.

Ketika air mengalir keluar dari pipa, letakan sisi L yang panjang pada bagian atas

pipa yang ditentukan pada saat sisi yang pendek menyentuh aliran air seperti yang

terlihat pada gambar. Kemudian catat panjang X.

Gambar 2.2 Pengukuran debit pompa dengan metode discharge (Cassidy


dkk, 2012)

Dengan pendekatan rumus, debit actual pompa dapat dihitung dengan:

Q = X × 1,28 × D2 (2.9)

15
Dimana:

Q = Debit pompa (gpm)

X = Jarak horizontal (inch)

D = Diameter dalam pipa (inch)

2.6.3 Head Pompa

Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan sejumlah air seperti

direncanakan dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh

pompa.

H= + Δhp + hf + 𝒗𝟐
( 𝟐𝒈 )2h
2
(2.10)
hs

Dimana:

H = Head pompa (m)

hs = Head stasis pompa(m)

Δhp =Perbedaan head tekanan yang bekerja pada kedua

permukaan air (m)

hf =Berbagai kerugian head di pipa, katup,belokan, sambungan,dan lain –

lain(m)

g = Percepatan gravitasi (9,8m/s2)

𝑣2
2𝑔 = Head kecepatan (m)

1. Perhitungan berbagai julang (head) pada pemompaan :

a. Static head (Hs)

static head adalah kehilangan energy yang disebabkan oleh perbedaan

tinggi antara tempat penampungan dan tempat pembuangan.

Hs = h2 – h1 2h2 (2.11)

16
Dimana:

h1 = Elevasi sisi isap (m)

h2 =Elevasi sisi luar (m)

b. Velocity head (Hv)

Hv adalah kehilangan yang diakibatkan oleh kecepatan air yang melalui

pompa.
𝟐
Hv = 𝒗 2h2 (2.12)
𝟐𝒈

Dimana:

V2 =Kecepatan air yang melalui pompa (m/s)

g = Gaya gravitasi bumi (m/s2)

dimana v diperoleh dari persamaan v = Q/A = debit kemampuan pompa

dan A = 𝐴 = 𝜋𝑥𝑟2

c. Friction head (Hf)

Hf adalah kehilangan akibat gesekan air yang melalui pipa dan dinding

pipa, yang dihitung berdasarkan persaman “Darcy-Weisbach” (awang

S,2004).
𝒇𝒙𝑳𝒙𝒗𝟐
Hf = ( )2h2 (2.13)
𝑫𝒙𝟐 𝒙𝒈

Dimana:

F = Faktor kekasaran pipa

D = Diameter dalam pipa (m)

v = Kecepatan rata –rata aliran dalam pipa

(m/s) L = Panjang pipa (m)

G = Percepatan gravitasi (m/s2)

17
friction head yang dihitung berdasarkan persamaan “Hazen-

Williams”adalah sebagai berikut.

𝟏,𝟖𝟓
Hf = (𝟏𝟎,𝟔𝟔𝟔 𝒙𝑸
𝟏,𝟖𝟓 𝟒,𝟖𝟓
)2h2 (2.14)
𝑪 𝒙𝑫

Dimana:

Q = Laju aliran (m3/s)

C = Koefisien kekarasan

pipa L= Panjang pipa (m)

D = Diameter pipa (m)

Tabel 2.4 Kondisi pipa dan harga C, formula Hazen-William(Sularso dkk,


2000)
Jenis dan kondisi pipa C

Pipa besi cor baru 130

Pipa besi cor tua 100

Pipa baja baru 120-130

Pipa baja tua 80-100

Pipa dengan lapisan semen 130-140

Pipa dengan lapisan ter arang batu 140

Tabel 2.5 Nilai C untuk konstanta William inlet diameter(Tukiman dkk,


2013)
No Material pipa Inlet diameter Nilai

(mm) C

1 stainless steel 26,6 130

303,3 142

18
Tabel Lanjutan

No Material pipa Inlet diameter Nilai


(mm) C

2 Galvanized pipe 27,3 116

155,3 129

3 Stell pipe sch 40 26,6 130

303,3 142

4 Copper 23,0 141

223,3 146

5 Ductile cast iron uncoated K12 81,5 118

326,2 126

6 Polyethiene class 6 21,7 140

278,0 140

7 PVC class 15 29,0 142

138,7 151

1. Kerugian head pada jalur pipa

dalam aliran melaui jalur pipa, kerugian juga terjadi apabila ukuran

pipa, bentuk penampang , atau arah aliran berubah. Kerugian head di

tempat – tempat transisi yang demikian itu dapat dinyatakan secara

umum dengan rumus :


𝒗𝟐
Hr = ( ) 2h2 (2.15)
f
𝟐 𝒙𝒈

19
Dimana:

Hf = Kerugian head (m)

v = Kecepatan aliran dalam pipa (m/s)

g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2)

f = Koefisien kerugian

untuk belokan pada pipa menggunakan rumus sebagai berikut :

f = [𝟎, 𝟏𝟑𝟏 + 𝟏, 𝟖𝟒𝟕 ( 𝟑,𝟓 𝟎,𝟓


𝑫n ) ]𝑿 𝜽 2h2 (2.16)
( )
𝟐𝑹 𝟗𝟎

untuk mencari jari – jari lengkung sumbu belokan menggunakan

rumus sebagai berikut:


𝑫
R= 2h2 (2.17)
𝒕𝒂𝒏𝟏𝟐𝜽

Dimana:

F = Koefisien kerugian

D= Diameter pipa (m)

R = Jari – jari lengkung sumbu belokan (m)

Ө= Sudut belokan (o)

Tabel 2.6 Koefisien kerugian dari berbagai katub(Sularso dkk, 2000)


Diameter (mm) / jenis katub 100 150 200 2500 300 400 500

Katub sorong O,14 0,12 0,10 0,09 0,07

Katip kupu-kupu 0,6-0,16

Katup putar 0,09-0,026

Katup cegah jenis ayun 1,2 1,15 1,1 1,0 0,98

Katup cegah tutup jenis 1,2 1,15 1,1 0,9 0,8

Takanan

20
Tabel Lanjutan

Diameter (mm) / jenis katub 100 150 200 2500 300 400

Katup cegah jenis angkat 1,44 1,39 1,34 1,3 1,2

Bebas

Katup cegah tutup cepat jenis 7,3 6,6 5,9 5,3 4,6

Pegas

Katub isap dengan saringan 1,97 1,91 1,84 1,78 1,72

2.6.4 Daya Air

Daya air adala h energy yang secara efektif ditrima oleh dari pompa persatuan

waktu, yang dapat ditulis sebagai berikut:

Pw=0,163𝜸QH 2h2 (2.18)

Dimana:

𝛾 = Berat air satuan volume (kgf/I)

Q = Kapasitas (m3/min)

H = Head total pompa (m)

Pw = Daya air (kW)

PW = 𝜸QHv2h2 (2.19)

Dimana 𝛾dinyatakan dalam kN/m3 dan Q dalam m3/s.

21
2.6.5 Daya Poros

Daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan pompa adalah sama dengan

daya air ditambah kerugian daya di dalam pompa. Daya ini dapat dinyatakan

sebagai berikut (Sularso dkk, 2000):

P=𝐏𝐰2h2 (2.20)
𝜼𝐩

Dimana:

P = Daya poros sebuah pompa (Kw)

𝜂p = Efisiensi pompa (pecahan)

22
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi yang digunakan dalam penulisan yaitu dengan pendekatan masalah

berupa pengambilan bahan, baik berupa dasar teori maupun data-data objek yang

diamati. Adapun tahapan dalam pengerjaan sebagai berikut:

3.1. Studi Literatur

Studi literatur didapat dari buku referensi, jurnal, internet, dan standar nasional

indonesia. Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan bahan acuan yang akan

digunakan dalam pengolahan data.

Penentuan curah hujan rencana menggunakan metode gumbel yang

perhitungannya dilakukan curah hujan harian terbesar tiap tahun.

Curah hujan yang dipakai dari tahun 2016- 2020. Pengolahan data ini dapat

dilakukan dengan metode Gumbel, yaitu suatu metode yang didasarkan atas

distribusi normal (distribusi harga ekstrim) (Gumbel E.J, 1941).


𝒀𝒕−̅𝒀̅𝒎̅
Xt = ̅𝒙 + ( )𝑺
𝑺𝒏

Dimana:

Xt = Curah hujan untuk periode ulang T

tahun(mm) X = Curah hujan maksimum rata –

rata(mm/jam) Xi = Curah hujan harian

maksimum(mm/jam)

S = Standar deviation

Yt = Reduced mean (variasi

reduksi) Sn = Reduced standar

23
deviation

24
Dalam menentukan intensitas curah hujan dapat dicari dengan menggunakan

rumus Mononobe (Gautama, 2019).

𝑹𝟐𝟒 𝟐𝟒 𝟐/𝟑
I= 𝟐𝟒 ( 𝒕 )

Dimana:

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

t = Lamanya curah hujan (jam)

R24 = Curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm )

Untuk memperkirakan debit air limpasan dapat digunakan rumus Rasional.

Q = 0,278 x C x I x A

Dimana:

Q = Debit air (m3/detik)

C = Koefisien limpasan

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

A = Luas daerah tangkapan hujan (m2)

Perhitungan debit air tanah biasanya dilakukan pada kondisi pengontrolan air

tanah yang sulit diatasi. Untuk menghitung debit air tanah adalah sebagai berikut:

Q = h × A /∆t

Dimana:

Q = Debit air tanah (m3 /s)

H = Kenaikan permukaan air tanah

(m) A = Luas permukaan (m2 )

∆t = Waktu pengamatan perubahan air (jam)

Debit air hujan adalah jumlah air hujan yang masuk kedalam sumuran atau bottom

25
pit pada tambang dan dapat dihitung dengan rumus:

Q = Xt. A

Dimana:

Q = Debit air hujan (m³/detik)

Xt = Curah hujan rencana (mm/jam)

A = Luas daerah tangkapan hujan (m2)

3.2. Tahap Penelitian Lapangan

Pada tahap pengumpulan data ini, peneliti mengidentifikasi data yang dibutuhkan

menjadi dua jenis data, yaitu:

1. Data Primer

Data ini merupakan data yang peneliti peroleh dari observasi langsung ke

lapangan pada saat penelitian, atau data yang dihasilkan dari suatu observasi.

Data primer yang digunakan pada penelitian ini yaitu :

a. Debit aktual pompa

Debit aktual diperlukan untuk mengetahui debit air yang dikeluarkan oleh

pompamenggunakan alat ukur flowbar.

b. Spesifikasi Pompa dan pipa

Spesifikasi pompa dan pipa yang digunakan oleh PT. Sumber Cahaya

Mineral dapat diketahui dengan meninjau langsung ke lapangan.

c. Julang belokan pipa

Julang belokan pipa dapat diketahui dengan melakukan pengamatan

langsung ke lapangan untuk menghitung head total pompa.

26
2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung, data

sekunder berfungsi sebagai pelengkap dan penunjang di dalam penelitian atau

data yang sudah didokumentasikan oleh orang lain.

Adapun data sekunder yang digunakan pada penelitian ini yaitu :

a. Data Curah Hujan

Data curah hujan digunakan sebagai pembanding untuk mengetahui curah

hujan yang akan terjadi pada tahun selanjutnya. Data curah hujan juga

diperlukan untuk mengetahui intensitas hujan dan periode ulang hujan

yang terjadi pada kurun waktu 10 tahun sehingga akan didapat debit

limpasan.

b. Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)

Daerah tangkapan hujan dapat diketahui dari data peta topografi. Peta

topografi adalah peta wilayah situasi penambangan yang berupa garis

kontur serta titik dengan elevasi ketinggian daerah pit. Peta topografi ini

diambil dengan menggunakan aplikasi software Minescape 4.1.1.8.

c. Data Profil Perusahaan

Data profil perusahaan dibutuhkan untuk mengetahui lokasi penambangan,

serta data- data lain yang mendukung dalam proses selanjutnya.

3.3. Waktu dan Rencana Pelaksanaam

Kerja praktek rencana akan dilaksanakan selama ±1 bulan, tidak menutup

kemungkinan setelah waktu tersebut ada kebijakan penambahan waktu kerja

praktek dari Perusahaan yang bersangkutan (waktu disesuaikan dengan

kebijakan Perusahaan).

27
Tabel 3.1 Rencana Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Minggu
I II III IV
1 Studi pustaka

2 Observasi lapangan

3 Pengolahan data

4 Penyusunan laporan

28
3.4. Kerangka Pikir

Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat dalam diagram alur penelitian pada
(Gambar 3.1).

SISTEM PENYALIRAN PADA TAMBANG TERBUKA

DI PT. SUMBER CAHAYA MINERAL KECAMATAN TEBO ILIR


KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI

Perumusan masalah dan studi

Pengambilan data

Data primer Data sekunder

Panjang Pipa saluran Data Curah Hujan


Debit Actual Pompa Spesifikasi Pompa
Volume sump Catcment Area
Data Profil Perusahaan

Pengolahan data
Mengetahui volume sump, kedalaman sump, dan debit air
Total volume air yang masuk ke sump

Kesimpulan
1. Volume sump, kedalaman sump dan debit air
2. Total volume air yang masuk ke sump

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

29
BAB 4. PENUTUP

Demikian proposal ini saya sampaikan agar pada proses selanjutnya dapat

berguna sebagai kerangka acuan Kerja Praktek yang dilakukan oleh mahasiswa

jurusan Teknik Pertambangan Universitas Muara Bungo. Saya berharap

perusahaan yang saya tuju dapat menyetujui dan menerima proposal Kerja

Praktek ini.Untuk ini saya siap dan bersedia datang ke perusahaan, guna

memantapkan rencana Kerja Praktek ini selanjutnya setelah adanya persetujuan

proposal ini.

Atas perhatian dan kesediaan perusahaan, untuk menerima pelaksanaan Kerja

Praktek mahasiswa jurusan Teknik Pertambangan Universitas Muara Bungo, saya

mengucapkan terimakasih.

4.1. Peserta

Peserta kerja praktek ini adalah mahasiswi Program Studi Teknik Pertambangan

Universitas Muara Bungo yang disebut namanya dalam surat pengantar resmi,

yaitu :

Nama : Eric Extrada

NPM 181016131201014

Telepon 085379815912

Email : Ericextrada30@gmail.com

30
DAFTAR PUSTAKA

A.A Inung Arie Adnyano dkk, 2020. Kajian Teknis Dewatering System Tambang
pada Pertambangan Batubara, PROMINE, Juni, Vol. 8 (1), Halaman 28-33
Cahyadi TA dkk, 2018. Influence of Drain Hole Inclination on Drainage
Effectiveness of Coal Open Pit Mine Slope. IOP Conf. Series: Earth and
Enviromental Science 212.
Cahyadi TA dkk, 2020. Evaluasi Saluran Terbuka Dengan Menggunakan
Distribusi Gumbell dan Model Thomas Fiering, Jurnal KURVATEK, 5(1),
29-36
Gautama RS, 2019. Sistem Penyaliran Tambang, Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Gumbel E.J, 1941. The Return Period of Flood Flows. Ann. Math. Statist.
H.A Halim hasmar, 2011. “Drainasi Terapan”. Universitas islam Indonesia
pres, Yogyakarta.
Irvan Oktaviadi dkk, 2017. Analisis Sistem Penirisan Tambang di Pit S12GN 72
pada PT. Kitadin Site Embalut Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten
Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur, Jurnal Teknologi Mineral
FT UNMUL, Vol. 5, No. 1, Juni: 7-13
Listiyani N, 2017. Dampak Pertambangan Terhadap Lingkungan Hidup Di
Kalimantan Selatan dan Implikasinya Bagi Hak-hak Warga Negara. Al-Adl:
Jurnal Hukum. Vol. 9, No. 1, Hal. 67-85
Rudi Sayago G, 1999. ”system penyaliran tambang”. Jurusan teknik
pertambangan fakultas mineral ITB.
Schultzs T, 2007. “thehydrologic cycle “.
http://www.buffer.forestry.iastate.edu/photogallery/ilustrations/images/hydr
ologic-cycle.jpg, diakses 10september 2016.
Stefyna carolin S.R, 2012. “rancangan system penyaliran pada tambang
batubara”. Program studi pertambangan fakultas teknik universitas lampung
mangkurat.kalimantan selatan.
Sularso dkk, 2000. “Pompa dan Kompresor”. Pradnya paramita,Jakarta.
Suyono S dkk,1999. “Hidrologi untuk Pengairan”. PT pradnya paramita,Jakarta.
Syarifuddin dkk, 2017. Kajian Sistem Penyaliran Pada Tambang Terbuka
Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Geomine.
Vol. 5, No.2. Hal. 84- 89.
Tukiman dkk, 2013. ” perhitungan dan pemilihan pompa pada instalasi
pengolahan air bebas mineral irradiator gamma kapasitas 200 kcl”.
Pertemuan ilmiah perekayasaan perangkat naklir PRPN-BATAN,tangerang
selatan.

31

Anda mungkin juga menyukai