UU TAMBANG & K3
NPM : 181016131201014
Benarkah paparan debu batu bara berlebih atau dalam jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan pneumokoniosis? Seberapa besar bahayanya bagi pekerja
tambang? Bagaimana pengendaliannya?
Debu batu bara termasuk jenis fibrogenic, yakni jenis debu yang sangat beracun
dan dapat merusak paru-paru serta memengaruhi fungsi atau kerja paru-paru. Bagi
pekerja tambang yang setiap harinya terpapar debu batu bara bisa membahayakan
paru-parunya. Terpapar debu batu bara secara berlebih atau dalam jangka waktu
yang lama dapat menyebabkan pneumokoniosis.
Source: wisegeek.com
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa para pekerja tambang sangat rentan
mengalami pneumokoniosis. Seperti dilansir depkes.go.id pada 13 November
2015, sebuah riset menunjukkan, sekitar 9 persen penambang batu bara di
Indonesia menderita pneumokoniosis.
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), pneumokoniosis merupakan
penyakit akibat kerja (PAK) paling banyak diderita oleh pekerja. Tahun 2013, 30
persen hingga 50 persen pekerja di negara berkembang menderita pneumokoniosis.
Sedangkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, dari 1 juta
kematian pada pekerja, 5 persen di antaranya adalah akibat Pneumokoniosis.
Apa itu pneumokoniosis? Bagaimana penyakit ini bisa membahayakan para
pekerja tambang?
Dalam bahasa awam, penyakit akibat paparan debu batubara disebut paru-paru
hitam (black lung disease) atau coal worker's pneumoconiosis (CWP). CWP
atau pneumokoniosis batu bara terjadi akibat terhirupnya debu batu bara secara
berlebih atau dalam jangka waktu yang lama.
Risiko pekerja terkena pneumokoniosis tergantung dari berapa lama pekerja
tersebut terpapar debu batu bara. Penyakit ini terjadi bila paparan cukup lama,
biasanya setelah pekerja terpapar lebih dari 10 tahun.
Karena proses sejak terpapar debu hingga muncul gejala butuh waktu bertahun-
tahun, sering kali pada tahap awal penyakit ini tidak bergejala. Maka dari
itu, pneumokoniosis batu bara ini sering tidak terdeteksi. Kebanyakan seseorang
baru terdeteksi mengidap pneumokoniosis saat berusia lebih dari 50 tahun.
Source: 24.hu
Setiap debu batu bara yang masuk ke sistem pernapasan bagian dalam atau paru-
paru bagian dalam tidak bisa dikeluarkan oleh sistem mekanisme tubuh secara
alami, maka debu tersebut akan tinggal selama-lamanya di dalam paru-paru.
Itulah sebabnya, pneumokoniosis pada pekerja tambang batu bara tidak dapat
disembuhkan (irreversible)karena kerusakan yang ditimbulkan pada paru-paru oleh
debu batu bara adalah menetap. Alternatifnya, penderita hanya dapat mengurangi
atau mengontrol gejala, yaitu dengan bronkodilator dan terapi oksigen.
* * *
Seperti dilansir detik.com pada 9 November 2015, Ketua umum Perhimpunan
Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia, dr Nusye E Zamsiar, MS, SpOk
menyatakan, data resmi untuk pneumokoniosis di Indonesia memang belum ada.
Namun dari beberapa penelitian seperti telah disebutkan pada paragraf
sebelumnya, diperkirakan angkanya memang cukup tinggi. Salah satu hal yang
bisa kita lakukan adalah tindakan preventif.
Bahaya pneumokoniosis batu bara yang tidak dapat dipulihkan kembali, sulitnya
deteksi dini, serta tingkat pajanan debu yang sangat tinggi, mengharuskan
manajemen dan pekerja untuk segera melakukan pencegahan untuk menghindari
terjadinya komplikasi yang lebih parah. Berikut tindakan preventif yang dapat
Anda lakukan, di antaranya: